ETIKA BISNIS Tgs Outsourc

11
ETIKA BISNIS Outsourching Menurut Teori Etika OLEH : KELOMPOK 4 Yesi Apriliawati (125020300111003) Adani Khairina Praningrum (125020300111008) Vitria Zhuanita Rani (125020300111018) Annisa Rizkaninghadi Imansari (125020300111077) JURUSAN AKUNTANSI

Transcript of ETIKA BISNIS Tgs Outsourc

ETIKA BISNIS

Outsourching Menurut Teori Etika

OLEH :KELOMPOK 4Yesi Apriliawati

(125020300111003)

Adani Khairina Praningrum

(125020300111008)Vitria Zhuanita Rani

(125020300111018)

Annisa Rizkaninghadi Imansari(125020300111077)JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

Contoh Artikel Terkait OutsourchingPanggil 13 BUMN Percepat Penyelesaian Kasus Outsourcing JAKARTA - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melakukan pemanggilan ulang terhadap pimpinan 13 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait upaya penyelesaian kasus-kasus outsourcing yang terjadi di perusahaan tersebut.

Pimpinan perusahaan BUMN ini dijawalkan dipanggil secara bergiliran pada awal Februari untuk melakukan klarifikasi dan mencari solusi terbaik atas kasus-kasus outsourcing yang melibatkan pekerja dan manajemen perusahaan BUMN tersebut.

Kita terus upayakan percepatan penyelesaian kasus-kasus outsourcing yang terjadi di BUMN. Kami terus berkoordinasi dan bekerja sama dengan Kementerian BUMN dan Komisi IX DPR RI untuk mengatasi permasalahan outsourcing di BUMN ini, Kata Menakertrans Muhaimin Iskandar saat menghadiri Rapar Kerja (Raker) Komisi IX DPR RI, di Jakarta, Senin (3/2).

Dalam Raker yang dipimpin langsung oleh Ketua Komisi IX Ribka Tjiptaning ini, Menakertrans Muhaimin Iskandar mengatakan pihaknya tetap berkomitmen menyelesaikan masalah outsourcing di BUMN dan menjalankan rekomendasi Panja outsourcing.

Kita terus lanjutkan pemanggilan, klarifikasi, dan pembuatan nota pemeriksanaan terhadap kasus-kasus pelanggaran outsourcing yang terjadi di perusahaan BUMN dan di lingkungan perusahaan swasta lainnya, kata Muhaimin.

Menurut Muhaimin, sampai saat ini progres pelaksanaan rekomendasi panja outsourcing BUMN telah didapatkan 3 tahap penyelesaian kasus-kasus outsourcing yang terjadi di 13 perusahaan BUMN.

Pertama, sebagaian perusahaan BUMN telah menyelesaikan beberapa permasalahan dan kasus-kasus outsourcing dengan baik. Kedua, beberapa manajemen perusahaan BUMN dan pekerjanya tidak menemukan titik temu penyelesaian sehingga masuk ke ranah peradilan hubungan industrial.

Ketiga, perusahaan BUMN yang masih diupayakan pencarian titik temu dan solusi terbaiknya. Langkah yang dilakukan dengan cara memanggil dan melakukan klarifikasi untuk mencari solusi penyelesaian permasalahan outsorcing, kata Muhaimin.

Ditambahkan, Menteri asal Jawa Timur itu, pemerintah terus berupaya optimal untuk menyelesaikan kasus-kasus outsourcing yang tengah dihadapi perusahaan BUMN, termasuk mendatangi langsung beberapa kasus lokal yang terjadi di daerah-daerah.

Ketiga belas perusahaan BUMN yang tengah menghadapi masalah-masalah outsourcing itu adalah PT Petrokimia Gresik, PT Kertas Leces, PT Telkom Indonesia, PT PLN, PT Jamsostek, PT Pertamina, PT Garuda Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Negara Indonesia, PT Askes, PT ASDP Ferry Indonesia, PT Krakatau Steel, dan PT Dirgantara Indonesia.(fat/jpnn)Latar Belakang

Pengertian Outsourcing

Alih daya (bahasa Inggris: outsourcing atau contracting out) adalah pemindahan pekerjaan (operasi) dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal utama dari perusahaan tersebut. Istilah offshoring artinya pemindahan pekerjaan (operasi) dari satu negara ke negara lain. Banyak perusahaan, misalnya Dell, mendapat publikasi negatif karena keputusan mereka untuk alih daya dalam hal customer service dan technical support. Selain itu, juga banyak BUMN Indonesia yang menggunakan alih daya, seperti PT. PLN Persero, PT Pertamina, PT Garuda Indonesia dan lain-lain. Bidang pekerjaan alih daya yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat seperti, dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja, merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan dan, tidak menghambat proses produksi secara langsung. Bidang pekerjan untuk alih daya, menurut UU 13 Tahun 2003 (Pasal 66, ayat 1). diantaranya adalah Usaha pelayanan Kebersihan, Usaha penyedia tenaga pengaman, Usaha penyedia Angkutan pekerja/buruh, Usaha penyedia makanan bagi pekerja/buruh, Usaha jasa penunjang Pertambangan dan perminyakan.

Ada beberapa ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak, seperti Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu saja, waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.

Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu

Perusahaan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan.

Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya, pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun, pekerjaan yang diberikan bersifat musiman, pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan, untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status karyawan kontrak.

Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja Jika setelah kontrak kemudian perusahaan menetapkan ybs menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.

Pendapat Kelompok tentang Outsourcing

Menurut pendapat kelompok kami, kami tidak setuju dengan adanya outsourcing dan tidak etis dari segi teori etika bisnis, yang berdasarkan teori hak. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia sama. Karena itu, manusia dan setiap individual siapa pun tidak boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan. Etika bisnis pada zaman sekarang sebenarnya hanya melanjutkan perjuangan dalam bidang sosial ekonomi yang sudah berlangsung sebelumnya. Perjuangan kaum buruh pada zaman industrialisasi juga berasal dari wawasan hak. Meskipun perusahaan juga mempunyai hak, tapi teori hak lebih utama diterapkan pada karyawan dengan menggunakannya pada hak karyawan atas perusahaan. Outsourcing pada intinya adalah suatu kegiatan pembelian, yaitu kegiatan pembelian jasa dengan tujuan strategis berjangka panjang. Salah satu tujuan yang penting dari outsourcing adalah untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dengan menekan biaya operasi. Oleh karena itu banyak wujud outsourcing yang berupa mengganti mempekerjakan karyawan tetap dan purna waktu dengan karyawan tidak tetap dan paruh waktu, karyawan kontrak atau bentuk lain dimana para karyawan tidak atau lebih sedikit menerima fringe benefit. Dengan kata lain perkataan outsourcing dapat diganti dengan memperkerjakan karyawan secara tetap dengan gaji tinggi dengan mempekerjakan karyawan secara temporer dengan gaji lebih rendah. Namun perusahaan yang secara historis yang bersikap paternalistik, cenderung berubah dan secara aktif mempekerjakan karyawan atas dasar sementara. Hal-hal ini yang dapat menyebabkan outsourcing bersinggungan dengan etika. Lagipula, banyak kritik yang dilontarkan bahwa outsourcing sebenarnya merupakan pengkhianatan para pimpinan perusahaan pada karyawannya dimana para pimpinan menerima gaji rata-rata 100 atau 150 kali lipat dari rata-rata penerimaan karyawan rendahnya. Dan tidak etis apabila perusahaan di Amerika yang walaupun menghadapi persaingan ketat, membebani penurunan biaya dalam bentuk pengurangan gaji dan peniadaan asuransi kesehatan sementara para eksekutif menerima gaji yang sedemikian besarnya.

Ada beberapa dari penerapan prinsip-prinsip etika yang dapat digolongkan dalam tanggung jawab sosial pembelian. Tanggung jawab sosial ini dapat dihasilkan dari tanggung jawab moral, atau dapat juga dihasilkan dari ketentuan hukum yang ada. Beberapa hal yang dapat dimasukkan dalam kategori tanggung jawab, sosial pembelian adalah yang pertama, Pembelian kepada golongan lemah. Hampir semua negara mempunyai kebijakan tertentu mengenai hal ini,baik Negara yang sedang berkembang maupunNegara yang sudah berkembang. Contohnya NegaraIndonesia, dalam peraturanpengadaan barang atau jasa untuk instansi Pemerintah mengenal istilah dan kebijakan khusus untuk golongan ekonom lemah (Keppres-16/1994) yang istilahnya sudah diganti menjadi usaha kecil dalam Keppres-18/2000. Amerika Serikat menggunakan istilah women own suppliers dan minority owned suppliers. NAPM(NationalAssociationofPurchasingManagement) menggunakan istilah small, disadvantaged, and minority-owned businesses. Dan perlindungan kepada golongan lemah. Kedua, Pembelian barang hasil daur ulang. Termasuk tanggung jawab social dalam bidang pelestarian lingkungan. Para pembeli secara moral wajib mendukung dan mempromosikan pembelian barang-barang hasil industry daur ulang missal, kertas, karton, botol plastic dan sebagainya. Dalam usaha mempromosikan pembelian barang jenis ini, beberapa negara memberikan insentif tertentu pada perusahaan yang melakukannya. Ketiga adalah pembelian kepada rekanan setempat. Berkaitan dengan kebijakan pembelian secara sentralisasi atau desentralisasi. Dalam kebijakan ini, yang perlu dipertimbangkan tidak hanya dari segi ekonomi perusahaan semata, tetapi juga dari pembangunan ekonomi daerah setempat. Beberapa negara berkembang mempunyai kebijakan tertentu mengenai hal ini, misalnya Kanada. Indonesia juga mempunyai kebijakan bagi instansi Pemerintah dalam melakukan pengadaan barang dan jasa sampai nilai tertentu harus dilakukan di daerah dimana operasi dilaksanakan dan kepada rekanan setempat . Keempat, pembelian barang hasil dalam negeri. Merupakan konsensus internasional bahwa masing-masing negara, sampai batas tertentu, diakui mempunyai hak untuk mengutamakan menggunakan produksi dalam negeri, baik berupa barang atau jasa dan memproteksi industri dalam negeri yang masih dalam tahap bayi. World Bank mengakui hak tersebut dan menuangkannya dalam Procurement Procedures of the World Bank. Demikian juga WTO (World Trade Organization) mengakuinya dan mencantumkannya dalam WTO Government Procurement Agreement. PBB juga mengakuinya dengan mengaturnya dalam UNCITRAL (United Nation Commision on International Trade Law) Model Law on Procurement of Goods, Construction and Service. Dalam Keppres-18/2000 Indonesia juga mempunyai kebijakan yang sama. Tanggung jawab social disini maksudnya, dapat membantu negara yang sedang berkembang dalam mengembangkan industrinya sehingga mampu mengejar ketinggalannya dari negara-negara yang sudah berkembang.Daftar pustakaBertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Penerbit Kanisius. YogyakartaJPNN.com. Panggil 13 BUMN Percepat Penyelesaian Kasus Outsourcing. 30 Maret 2015. http://www.jpnn.com/read/2014/02/03/214676/Panggil-13-BUMN-Percepat-Penyelesaian-Kasus-OutsourcingWikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Alih daya. 30 Maret 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Alih_dayaSitohang, Andre. Perbedaan Karyawan Kontrak dengan Karyawan Tetap. 30 Maret 2015. https://andresitohang.wordpress.com/about/perbedaan-karyawan-kontrak-outsourcing-dengan-karyawan-tetap/Meliza. ETIKA BISNIS DALAM MENGHADAPI MASALAH OUTSOURCING DI PERUSAHAAN. 30 Maret 2015. http://melizasuryani.blogspot.com/2013/01/etika-bisnis-dalam-menghadapi-masalah.html