etika bisnis dan fraud

40
http://peterronaldo.blogspot.com/2010/11/etika-dalam- auditing.html ETIKA DALAM AUDITING Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu tajamnya. Ini tidak dapat dilepaskan dari terjadinya beberapa skandal besar “malpraktik bisnis” yang telah melibatkan profesional akuntan. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan tersebut seharusnya memberikan pelajaran untuk mengutamakan etika dalam melaksananakan praktik profesional akuntansi. Krisis moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal pada dekade terakhir ini adalah kasus “Enron”, yang di dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm “Arthur Anderson”. Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti mencuatnya kasus-asus oleh mencuatnya kasus-kasus besar lainnya. Skandal keuangan ini tidak saja berakibat pada menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat (yang ditandai dengan menurunnya harga saham di Wall Street dan indeks harga saham Dow Jones), tetapi kemudian juga merembet ke negara-negara lainnya (Suharto, 2002). Bahkan kemudian peristiwa ini memicu kalangan pemerintahan dan legislatif di Amerika Serikat untuk meninjau kembali perangkat hukum yang mengatur perusahaan (korporat) dan praktik akuntan publik dengan antara lain mengeluarkan“Sarbanes-Oxley Act of 2002”Di Indonesia kasus-

description

ringkasan materi

Transcript of etika bisnis dan fraud

Page 1: etika bisnis dan fraud

http://peterronaldo.blogspot.com/2010/11/etika-dalam-auditing.html

ETIKA DALAM AUDITING

Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan baik,

sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu tajamnya. Ini tidak dapat dilepaskan dari

terjadinya beberapa skandal besar “malpraktik bisnis” yang telah melibatkan profesional

akuntan. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan tersebut seharusnya memberikan pelajaran

untuk mengutamakan etika dalam melaksananakan praktik profesional akuntansi. Krisis

moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal pada dekade terakhir ini adalah kasus

“Enron”, yang di dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm “Arthur

Anderson”. Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti mencuatnya

kasus-asus oleh mencuatnya kasus-kasus besar lainnya. Skandal keuangan ini tidak

saja berakibat pada menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat (yang

ditandai dengan menurunnya harga saham di Wall Street dan indeks harga saham

Dow Jones), tetapi kemudian juga merembet ke negara-negara lainnya (Suharto,

2002). Bahkan kemudian peristiwa ini memicu kalangan pemerintahan dan legislatif

di Amerika Serikat untuk meninjau kembali perangkat hukum yang mengatur perusahaan

(korporat) dan praktik akuntan publik dengan antara lain mengeluarkan“Sarbanes-Oxley Act

of 2002”Di Indonesia kasus-kasus serupa juga terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh

KAP “Eddy Pianto & Rekan” (Media Akuntansi, 2003). Dalam kasus ini laporan keuangan

auditan PT Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika

Serikat), dan atas peristiwa ini audit ulang diminta untuk dilakukan oleh KAP yang

lainnya. Kasus lainnya yang cukup menarik adalahketerlibatan10 KAP

(jumlahsample dalam peer review) yang melakukan audit terhadap bank beku operasi dan

bank beku kegiatan usaha (Toruan, 2002; Baidaie, 2000). Bahkan dalam kasus ini KAP-KAP

Page 2: etika bisnis dan fraud

besar disebut-sebut juga terlibat (lihat Media Akuntansi, 2002).Selain itu terdapat kasus

penggelapan pajak yang melibatkan KAP “KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-

SSH) yangmenyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk

melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan

atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarnya (Sinaga dkk., 2001).

Etika dalam auditing (independensi,tanggung jawab auditor,kap) 

DEFINISI ETIKA

Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral yang

dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat mendesak

sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-undang

atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat

dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada

pertimbangan seseorang. PRINSIP-PRINSIP ETIKA Prinsip etika seorang auditor terdiri dari

enam yaitu pertama rasa tanggung jawab (responsibility) mereka harus peka serta memiliki

pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang mereka lakukan. Kedua kepentingan publik,

auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani

kepentingan orang banyak, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukan komitmennya

pada profesionalisme. Ketiga Integritas, yaitumempertahankan dan memperluas keyakinan

publik. Keempat Obyektivitas dan Indepensi, auditor harus mempertahankan obyektivitas dan

terbebas dari konflik antar kepentingan dan harus berada dalam posisi yang independen.

Kelima Due care, seorang auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan etika

profesi dengan meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, serta melaksanakan tanggung

jawab dengan kemampuan terbaiknya. Keenam Lingkup dan sifat jasa, auditor yang

berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip pada kode etik profesi dalam

Page 3: etika bisnis dan fraud

menentukan lingkup dan sifat jasa yang disediakannya. DILEMA ETIKA SEORANG

AUDITOR Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan

situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu

keputusan tentang perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak alternatif untuk

menyelesaikan dilema-dilema etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap

individu untuk menghindari rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak

etis. PEMBELAJARAN UNTUK PARA AUDITOR DI INDONESIA Belajar dari kasus

Mulyana W Kusumah, tampaknya rakyat Indonesia masih harus menunggu dalam waktu

yang cukup lama untuk memperoleh pemerintahan yang kredibel, akuntabel, dan transparan,

sehingga tidak terjadi kecurangan atau korupsi..Banyak hal yang harus dipelajari, dipahami,

dan dilaksanakan, dan semua ini butuh waktu dan melibatkan berbagai pihak dengan berbagai

kepentingan. Seandainya, pemerintah Indonesia mempunyai kemampuan teknis bagaimana

meyakinkan bahwa dana yang disalurkan telah dikelola dengan benar, transparan, dan

akuntabel oleh penerima kerja, maka pencegahan korupsi bisa dijalankan.

Hal yang pertama standar-standar etika pribadi menghendaki adanya suatu berkomitmen etika

yaitu suatu keteguhan hati untuk bertindak sesuai etika. Selanjutnya kita harus memiliki suatu

kemampuan untuk mengamati implikasi-implikasi etika dari sebuah situasi.

MODEL UMUM UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN BERETIKA

Berikut adalah model yang digunakan oleh seorang CPA dalam pekerjaan mereka:

1. Mengumpulkan /mengidentifikasi semua fakta-fakta yang relevan tentang situasi yang

menimbulkan isu etika dan membuat suatu kebutuhan untuk suatu keputusan beretika.

2. Memikirkan individu-individu/kelompok-kelompok yang akan terkena dampaknya.

3. Memikirkan akibat-akibat alternatif dai suatu tindakan.

Page 4: etika bisnis dan fraud

4. Memikirkan hasil-hasil yang mungkin sebagai konsekuensi yang diakibatkan tindakan

tersebut.

5. Membandingkan akibat-akibat tindakan tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan etika yang

timbul.

6. Memilih suatu alur aksi diantara alternatif-alternatif tersebut.

KODE ETIKA PROFESIONAL DALAM PROFESI AKUNTAN

Kode ini menjelma dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal-hal yang

ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh CPA kepada publik.

1. CPA harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.

2. CPA harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

3. CPA harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab

mereka

kepada publik.

PRINSIP-PRINSIP KODE ETIKA PERILAKU PROFESIONAL

Prinsip-prinsip aturan perilaku profesional mengandung 7 cakupan umum.

1. Suatu pernyataan dari maksud prinsip-prinsip tersebut.

Banyak dari kode etik AICPA yang dapat dilanggar tanpa harus melanggar hukum/peraturan.

Alasan utama dari kode etik ini adalah menyemangati anggotanya untuk melatih disiplin diri

di dalam/di luar hukum/peraturan.

2. Tanggung jawab

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional CPA harus menggunakan

pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktifitasnya. Sebagaimana

Page 5: etika bisnis dan fraud

disebutkan dalam bab I, CPA/akuntan publik melaksanakan suatu peran penting di

masyarakat. Mereka bertanggung jawab, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan

metode akuntansi dan pelaporan, memelihara kepercayaan publik, dan melaksanakan

tanggung jawab profesi bagi sendiri.

3. Kepentingan publik

CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan publik, menghormati kepercayaan

publik, dan menunjukkan komitmen serta profesionalisme. Salah satu tanda yang

membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya kepada publik. CPA diandalkan

oleh banyak unsur masyarakat, termasuk klien, kreditor, pemerintah, pegawai, investor, dan

komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini mengandalkan obyektifitas dan integritas

CPA untuk memelihara fungsi perdagangan yang tertib.

4. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, CPA harus melaksanakan semua

tanggung jawab profesionalnya dengan integritas tertinggi. Perbedaan karakteristik lainnya

dari suatu profesi adalah pengakuan anggotanya akan kebutuhan memiliki integritas.

Integritas menurut CPA bertindak jujur dan terus terang meskipun dihambat kerahasiaan

klien. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi.

Integritas dapat mengakomodasi kesalahan akibat kurang berhati-hati dan perbedaan

pendapat

yang

jujur,

akan

tetapi,

integritas

Page 6: etika bisnis dan fraud

tidak

dapat

mengakomodasi

kecurangan/pelanggaran prinsip.

5. Obyektifitas dan independensi

Seorang CPA harus mempertahankan obyektifitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam

melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang CPA dalam praktek publik harus

independent dalam kenyataan dan dalam penampilan ketika memberikan jasa auditing dan

jasa atestasi lainnya. Prinsip obyektifitas menuntut seorang CPA untuk tidak memihak, jujur

secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Independensi menghindarkan diri dari

hubungan yang bisa merusak obyektifitas seorang CPA dalam melakukan jasa atestasi.

6. Kemahiran

Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus berjuang meningkatkan

kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung jawab profesional dengan sebaik-

baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut CPA untuk melaksanakan jasa profesional

dengan sebaik-baiknya. CPA akan memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan

pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang disyaratkan bagi seorang CPA.

Kompetensi juga menuntut CPA untuk terus belajar di sepanjang karirnya.

7. Lingkup dan sifat jasa

Seorang CPA yang berpraktik publik harus mempelajari prinsip kode etik perilaku

profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. Dalam

menentukan apakah dia akan melaksanakan atau tidak suatu jasa, anggota AICPA yang

Page 7: etika bisnis dan fraud

berpraktik publik harus mempertimbangkan apakah jasa seperti itu konsisten dengan setiap

prinsip perilaku profesional CPA.

PERATURAN PERILAKU PROFESIONAL

Peraturan perilaku profesional lebih spesifik karena menunjukkan aksi dan hubungan CPA,

dan

jika CPA tidak menaati/melanggar kode etik peraturan ini mengakibatkan sanksi dari AICPA.

BAGIAN 100-PERATURAN 101. INDEPENDENSI

Peraturan 101 mengenai independensi menyatakan “seorang CPA yang berpraktik publik

harus independen dalam memberikan jasa profesional sebagaimana disyaratkan oleh standar

resmi yang dikeluarkan oleh dewan.” Sebagaimana telah dibahas bab I, tidak peduli

bagaimana kompetennya seorang CPA, pendapat CPA atas laporan keuangan akan berkurang

nilainya bagi para pemakai kecuali CPA mempertahankan independensi. Peraturan 101

memasyaratkan independensi, telaah dan penugasan atestasi lainnya.

HUBUNGAN KEUANGAN-KEPENTINGAN KEUANGAN TIDAK LANGSUNG

Kepentingan keuangan tidak langsung yang material dapat mengurangi independensi.

Kepentingan seorang CPA dapat mengurangi independensi jika memiliki kepentingan

keuangan dalam suatu kesatuan yang memiliki suatu kepentingan keuangan terhadap klien

audit.

HUBUNGAN KEUANGAN PINJAMAN DARI KLIEN AUDIT

Peraturan mengenai independensi melarang pinjaman ke/dari klien audit, akan tetapi

pinjaman dari lembaga keuangan adalah dimaklumi dalam situasi tertentu jika pinjaman

dibuat menurut persyaratan pinjaman normal.

Page 8: etika bisnis dan fraud

HUBUNGAN KEUANGAN-TUNTUTAN HUKUM KLIEN

Independensi dapat berkurang jika seorang klien audit memulai atau berniat untuk

mengajukan

tuntutan hukum terhadap kinerja audit CPA. Terdapat 2 ciri penting tentang audit:

1. Klien aaudit harus bersedia untuk mengungkapkan seluruh aspek dari operasi bisnis

kepada auditor.

2. Sebaliknya, auditor harus obyektif dalam penilaian tearhadap hasil laporan keuangan.

HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-POSISI DENGAN KLIEN

Umumnya auditor akan independen jika mereka dihubungkan dengan audit klien sebagai

karyawan, pegawai, direktur atau posisi yang sama selama periode penugasan profesional

mereka atau pada waktu mengungkapkan suatu opini. Anggota dapat dihubungkan dengan

laporan keuangan dari organisasi amal, keagamaan, atau yang memikirkan kepentingan

umum jika mereka hanya direktur atau trustee (wali) honorer dari organisasi tersebut.

HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-JASA AKUNTANSI UNTUK AUDIT

KLIEN

Di bawah kondisi tertentu auditor dapat memberikan jasa auditing dan pembukuan untuk

klien yang sama. Satu alasan untuk membolehkan hubungan tersebut adalah bahwa auditor

menilai kewajaran dari hasil keputusan operasi manajemen bukan kebijaksanaan dari

keputusan. Syarat- syaratnya:

1. Klien harus menerima tanggung jawab atas laporan keuangan. Ketika diperlukan, auditor

harus membantu kliennya untuk memahami masalah-masalah akuntansi secukupnya agar

klien dapat menjalankan tanggnug jawabnya..

Page 9: etika bisnis dan fraud

2. Auditor tidak boleh menjadi pegawai/manajemen. Ini berarti bahwa sebaiknya auditor

tidak memberi kuasa atas transaksi, pemeliharaan atas harta klien atau kuasa penugasan pada

kepentingan klien.

3. Ketika laporan keuangan disiapkan dari buku dan catatan yang dikelola oleh auditor,

auditor

tersebut harus menaati standar audit yang berlaku umum.

HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-INDEPENDENSI AUDITOR DAN

JASA KONSULTASI

MANAJEMEN

Seorang CPA tidak akan kehilangan independensinya saat melakukan jasa konsultasi

manajemen untuk klien audit karena konsultasi manajemen tidak meliputi suatu pendapat

tentang kewjaran dari suatu laporan keuangan.

http://marindaft180191.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

kasus dalam profesi akuntan

Dalam kode etik yang telah disebutkan pada Etika profesi akuntan telah diatur bagaimana seharusnya para akuntan bertindak. Akan tetapi pada kenyataannya, selalu ada penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan oleh para akuntan. Penyimpangan- penyimpangan ini tentunya berdampak kurang baik terhadap kredibilitas maupun nama baik akuntan di mata masyarakat

http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/kasus-etika-bisnis-perusahaan.html

Dugaan penggelapan pajak

IM3 diduga melakukan penggelapan pajak

dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT

Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika

Page 10: etika bisnis dan fraud

pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali.

Karena itu, IM3 melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar.

750 penanam modal asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak dengan cara

melaporkan rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Dalam kasus ini

terungkap bahwa pihak manajemen berkonspirasi dengan para pejabat tinggi negara dan

otoritas terkait dalam melakukan penipuan akuntansi.

Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor akuntan publik

dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan korporasi, sehingga

merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah terjadi mekanisme

penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut.

Pihak pemerintah dan DPR perlu segera membentuk tim auditor independen yang

kompeten dan kredibel untuk melakukan audit investigatif atau audit forensik untuk

membedah laporan keuangan dari 750 PMA yang tidak membayar pajak. Korporasi

multinasional yang secara sengaja terbukti tidak memenuhi kewajiban ekonomi, hukum,

dan sosialnya bisa dicabut izin operasinya dan dilarang beroperasi di negara berkembang.

http://www.ruqayahimwanah.com/berita-119-etika-profesi-akuntan-publik.html

Kasus 1Akuntan Publik Petrus Mitra Winata DibekukanSulistiono KertawacanaWed, 28 Mar 2007 03:35:32 -0800

Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali muncul. Menteri Keuangan pun memberi sanksi pembekuan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007. Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said dalam siaran pers yang diterima Hukumonline, Selasa (27/3), menjelaskan sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.

Page 11: etika bisnis dan fraud

Selama izinnya dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum, review, audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang menjadi pemimpin rekan atau pemimpin cabang KAP, namun dia tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003.

Pembekuan izin yang dilakukan oleh Menkeu ini merupakan yang kesekian kalinya. Pada 4 Januari 2007, Menkeu membekukan izin Akuntan Publik (AP) Djoko Sutardjo dari Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno selama 18 bulan. Djoko dinilai Menkeu telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit dengan hanya melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Myoh Technology Tbk (MYOH). Penugasan ini dilakukan secara berturut-turut sejak tahun buku 2002 hingga 2005.

Sebelumnya, di bulan November tahun lalu, Depkeu juga melakukan pembekuan izin terhadap Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta. Dalam kasus ini, Justinus terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk (Great River) tahun 2003.

Kasus Great River sendiri mencuat ke publik seiring terjadinya gagal bayar obligasi yang diterbitkan perusahaan produsen pakaian tersebut. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengindikasikan terjadi praktik overstatement (pernyataan berlebihan) penyusunan laporan keuangan yang melibatkan auditor independen, yakni akuntan publik Justinus Aditya Sidharta.

http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaran-etika.html

Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak.

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.

Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatan.

Page 12: etika bisnis dan fraud

PEMBAHASAN: Hampir serupa dengan kasus sebelumnya, kasus ini juga melibatkan kantor akuntan public yang dinilai terlalu memihak kepada kliennya. Pada kasus ini, prinsip- prinsip yan dilanggar yaitu antara lain prinsip tentang integritas. Akuntan yang telah berusaha menyuap untuk kepentingan klien seperti pada kasus di atas dapat dikatakan tidak jujur dan tidak adil dalam melaksanakan tugasnya.

Selain prinsip tersebut, akuntan juga telah melanggar prinsip objektif hingga ia bersedia melaukan kecurangan. Di sini terihat bahwa ia telah berat sebelah dalam memenuhi kewajiban profesionalnya

http://mitachalik.wordpress.com/2009/01/03/penyimpangan-profesi-akuntansi-profesi-bisnis/

PENYIMPANGAN PROFESI AKUNTANSI

Identifikasi Kasus ENRON:

Kasus Enron terdapat manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan $600 juta

padahal perusahaan rugi, dengan tujuan agar investor tetap tertarik pada saham Enron.

Direktur dan sebagian besar Karyawan Enron berasal dari KAP Andersen. Enron adalah

klien KAP Anderson.

· Awal tahun 2001 hasil evaluasi KAP Anderson tetap mempertahankan Enron sebagai

klien.

· Pertengahan tahun 2001 Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan

praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat kepada CEO dan partner KAP

Andersen.

· CEO Enron menugaskan melakukan investigasi. Hasil investigasi tidak ada hal serius yang

perlu diperhatikan.

· 16 Oktober 2001 Enron menerbitkan laporan keuangan, Enron mengalami keuntungan

yang meningkat dari periode sebelumnya.

· CEO Enron tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus

(special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar, yang sebenarnya rugi sebesar $644

juta.

Page 13: etika bisnis dan fraud

· 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan dan memiliki hutang sebesar lebih

dari $1 miliyar.

· Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran

dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron.

· Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron,harga

saham Enron terus menurun dan hampir tak ada nilainya.

· Juni 2002 KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor Enron.

· Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen

bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah

menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.

· KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan

klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang

meningakat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.

http://gadingmahendradata.wordpress.com/2009/11/30/kasus-arthur-andersen-praktik-akuntansi-yang-dipertanyakan/

Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat

kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari

investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh

Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi penipuan akuntansi, seperti

pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan

dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang

tidak benar melakukan transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan

depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.

Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam

kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada

Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan

Page 14: etika bisnis dan fraud

kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta.

Andersen setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan

dan tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan

kehilangan ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.

Isu-isu seputar hukum dan etika dalm pengauditan Andersen yang menyimpang

Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat sebuah tindakan malpraktik jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain:

Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etikacorporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan, dan perilaku manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.

Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.

Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan

Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan, diantaranya:

Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit dikorbankan.

Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.

Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan

Page 15: etika bisnis dan fraud

mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.

Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.

Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.

Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas dari

kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak

baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik dalam

berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.

Jika dugaan keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan publik, Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang ada. Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah :1. Independensi, integritas, dan obyektivitas2. Standar umum dan prinsip akuntansi3. Tanggung jawab kepada klien4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi5. Tanggung jawab dan praktik lain

Aturan-aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan staf professional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Biasa Sitepu dalam menjalankan tugasnya harus mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.

Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku yang

dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula termasuk

kemadharatan bagi banyak pihak.

http://kelompoka-126b07.blogspot.com/p/studi-kasus.html

STUDI KASUS

Page 16: etika bisnis dan fraud

1. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2009

"Kasus-kasus yang ditemukan pada pelaksanaan UN 2009 mulai dari kategori ringan terkait pencetakan dan distribusi soal hingga dugaan kebocoran soal UN," kata Inspektur IV Itjen Depdiknas Amin Priyatna kepada pers di Jakarta, Senin (4/5). Terkait masalah distribusi dan pencetakan soal, Amin yang dalam keterangannya didampingi Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Prof Mungin Eddy Wibowo mengatakan, tim Itjen menerima laporan dari berbagai daerah antara lain kesalahan nomor pada soal, nomor soal tercetak dua kali, soal tertukar yakni soal A masuk ke amplop soal B, kualitas kertas yang mudah rusak.

Beberapa kasus terkait pencetakan dan kendala dalam distribusi soal antara lain di Bangka Tengah, Magelang, Purbalingga, Mamuju Sulbar, Majene Sulsel, dan Kabupaten Padang Panjang.

Terkait dugaan kebocoran soal UN, Amin mengatakan, upaya membocorkan soal terjadi sehari menjelang pelaksanaan UN terjadi di Bengkulu Selatan yang melibatkan 16 orang, yakni 10 kepala sekolah SMA Negeri, empat kepala sekolah swasta, satu kepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri dan seorang kabid Dikmenum Diknas setempat.

"Kasusnya sedang diproses pihak kepolisian karena upaya tindak kecurangan dengan cara menyembunyikan soal cadangan saat penyerahan kepada pihak kepolisian," katanya.

Kecurangan tersebut segera diketahui polisi yang langsung menangkap basah saat terjadi pembagian berkas di antara ke-16 orang tersebut sehingga jawaban soal tidak sempat dibocorkan kepada peserta didik, katanya.

Itjen juga menerima laporan dari SMPN I Bengkulu tentang adanya guru yang membocorkan soal dan jual beli soal di SMP di Kendari, dugaan kebocoran jawaban soal di SMP Negeri di Bandung, guru di Banten yang membacakan jawaban soal ujian kepada siswa di dalam kelas.

Sementara itu, Ketua BSNP Prof Mungin Eddy Wibowo menambahkan, panitia UN dan tim pemantau BSNP juga memperoleh laporan adanya pungutan uang UN di sekolah swasta di Bandung barat yang seharusnya gratis. "Di sejumlah daerah yang dilanda banjir juga diperoleh laporan soal UN yang rusak, siswa terlambat mengikuti UN karena banjir," katanya.

Terkait dengan penemuan kasus pada UN tahun 2008, Amin Priyatna mengatakan, Itjen telah memberikan rekomendasi kepada kepala daerah tentang temuan dan tindakan yang

Page 17: etika bisnis dan fraud

perlu dilakukan terhadap oknum guru, kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan yang terbukti melakukan kecurangan. "Hasil temuan kami laporkan kepada Mendiknas dan disampaikan kepada kepala daerah di masing-masing propinsi dan kabupaten. Tahun 2008 ada lima propinsi, antara lain Medan Sumut, Bandung Jabar, Garut Jabar, dan Sulawesi Tenggara," ungkapnya.

PEMBAHASAN :Apa yang menarik tentang kebijakan UN ? yang menarik adalah karena pelaksanaan UN selalu tidak pernah lepas dari penyimpangan (kebocoran soal-soal UN dll), meskipun fakta penyimpangan sekali lagi bukan menjadi sesuatu yang baru dan menjadi sebuah hal yang wajar dibanyak kebijakan, namun menjadi menarik dan tidak wajar ketika pelaku penyimpangan telah melibatkan oknum-oknum seperti kepala dinas hingga guru, bukankah ini sebuah realitas yang paradoks ditengah memuncaknya semangat pemuliaan guru melalui undang-undang guru dan dosen (UUGD)?

Dalam konteks UN, Sepintas guru memang perlu dipertanyakan moralitasnya, namun tidaklah fair jika semuanya itu dilimpahkan kepada guru sebab semua itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Menurut Ade Irawan kepala korupsi pendidikan ICW “mentengarai, guru yang melakukan curang itu, karena ada tekanan dari atas, yakni kepala sekolah, lalu kepala sekolah ditekan oleh kepala dinas, dan kepala dinas ditekan oleh kepala daerah,"

Jadi “sempurnya” aturan sempurna pula penyimpangannya, begitulah kira-kira kata yang pantas untuk menggambarkan sisi lain pelaksanaan UN sebab meskipun setiap tahunnya pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berupaya meminimalisir segala bentuk penyimpangan UN, ternyata tidak menghentikan oknum-oknum terorganisir untuk sengaja berbuat menyimpang dalam pelaksanaan UN.

Realitas ini apakah bisa dijadikan sebagai kesimpulan sementara tentang “ketidakjujuran” para pelaku pendidikan kita? Jika pemahaman tentang kejujuran itu merupakan sebuah sikap apa adanya? Maka perilaku menyimpang dengan sengaja melakukan pembocoran soal secara sistematis merupakan salah satu bentuk kejujuran para pendidik kita, sebuah sikap kejujuran tentang ketimpangan pendidikan yang dirasakannya, kejujuran yang tidak pernah maksimal didengar oleh pengambil kebijakan, dan pengabaian hak-hak evaluasi guru sebagaimana yang digariskan dalam Undang-undang sisdiknas pada akhirnya memaksa para pendidik kita untuk memodifikasi konsep kejujurannya dengan apa yang populer kita sebut “menyimpang dalam UN” Dapatkah pemerintah bersikap lebih bijak dengan tidak memaknai hanya apsek formilnya saja?

(Posted by : Fitri Wahyuni (12095373)

2. Kasus Mulyana W Kusuma

Page 18: etika bisnis dan fraud

Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebeumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.

Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.

Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut telah melanggar kode etik akuntan.

PEMBAHASAN : Dalam kasus ini terdapat pelanggaran kode etik dimana auditor telah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang auditor dalam mengungkapkan kecurangan. Auditor telah melanggar prinsip keempat etika profesi yaitu objektivitas, karena telah memihak salah satu pihak dengan dugaan adanya kecurangan. Auditor juga melanggar prinsip kelima etika profesi akuntansi yaitu kompetensi dan kehati-hatian professional, disini auditor dianggap tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professionalnya sampai dia harus melakukan penjebakan untuk membuktikan kecurangan yang terjadi.

(Posted by : Anik Setyani (12095350)

3. Kasus Sembilan KAP Yang Diduga Melakukan Kolusi Dengan Kliennya

Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.

Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap

Page 19: etika bisnis dan fraud

sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.

Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

PEMBAHASAN : Dalam kasus ini terdapat banyak pelanggaran kode etik profesi akuntan. Prinsip pertama yaitu tanggung jawab profesi telah dilanggar. Karena auditor telah menerbitkan laporan palsu, maka kepercayaan masyarakat terhadapnya yang dianggap dapat menyajikan laporan keuangan telah disalahi. Prinsip kedua yaitu kepentingan publik juga telah dilanggar, karena dianggap telah menyesatkan public dengan disajikannya laporan keuangan yang telah direkayasa. Bahkan prinsip keempat yaitu obyektivitas juga dilanggar, yaitu mereka tidak memikirkan kepentingan public melainkan hanya mementingkan kepentingan klien.

(Posted by : Rayhan Syafrizal (12095341)

Page 20: etika bisnis dan fraud

4. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.

Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatan.

PEMBAHASAN : Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono juga melibatkan kantor akuntan publik yang dinilai terlalu memihak kepada kliennya. Pada kasus ini, prinsip- prinsip yang dilanggar yaitu antara lain prinsip integritas. Akuntan yang telah berusaha menyuap untuk kepentingan klien seperti pada kasus di atas dapat dikatakan tidak jujur dan tidak adil dalam melaksanakan tugasnya. Selain prinsip tersebut, akuntan juga telah melanggar prinsip obyektivitas hingga ia bersedia melaukan kecurangan. Di sini terihat bahwa ia telah berat sebelah dalam memenuhi kewajiban profesionalnya.

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional, integritas mengharuskan seorang anggota untuk antara lain bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.

Obyektivitas adalah suatu kualitas yag memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota, prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.

(Posted by : Dedi Kristianto (12095296)

5. Pelaku Pedagang Yang Curang

Page 21: etika bisnis dan fraud

Membahas ulah para pedagang yang curang, para pedagang yang mendaur ulang makanankadarluasa menjadi makanan yang bisa dimakan. Diantaranya ad tukang mie ayam, semua bahannyadari bahan-bahan kadarluasa, bahan baku mie dari mie kering yang kadarluasa (diantaranya bahkan ada yang udah jamuran dan ada ulat), dibasuh dengan air panas lalu dibuat mie ayam. Bahan baku ayam yang digunakan adalah ayam yang sudah menjadi bangkai, dengan membayangkan hal tersebut kita sebagai konsumen menjadi harus sangat berhati-hati, karena menyangkut kesehatan tubuh kita.

PEMBAHASAN : Menurut saya seorang pedagang adalah suatu pekerjaan yang sangat penting dalam roda perekonomian kita. Dengan adanya pedagang, kita sebagai masyarakat sangat diuntungkan karena kita bisa mendapatkan suatu barang yang kita inginkan sesuai dengan harga tersebut yang telah kita sepakati oleh kedua belah pihak yaitu pedagang dan pembeli.Tetapi menurut saya seorang pedagang harus memiliki etika keprofesian yang sangat baik. Karena saya mengetahui banyak pedagang yang berlaku curang terhadap pembeli hanya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dengan cara yang sangat licik. Menrut saya tindakan ini sangat tercela dan telah melanggar etika-etika keprofesian seorang pedagang tersebut. Sebaikya seorang pedagan memiliki kesadaran untuk berlaku jujur terhadap konsumennya, karena pedagang tanpa adnya seorang pembeli para pedagang tersebut tidak akan mendapatkan apapun. Caranya adalah seorang pedagang harus memiliki batasan-batasan etika dan moral yang boleh dilakukan dan hal apa yang tidak boleh dilakukan terhadap konsumennya. Dengan berperilaku etika moral yang baik tentunya akan tercita suasana yang kondusif saat terjadi jual beli dengan konsumennya, dan transaksi pun akan berjalan dengan lancar.

(Posted by : Putri Ariesta Lemana (12095340)

6. Apple iPad VS Samsung Galaxy Tab

seorang hakim di AS mengatakan bahwa tablet Samsung Galaxy Tab melanggar hak paten iPad milik Apple Inc, namun juga Apple memiliki masalah terhadap validitas paten.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Hakim Distrik AS Lucky Koh pada kamis di siding pengadilan atas permintaan Apple terhadap beberapa produk Galaxy yang dijual di AS. Apple dan Samsung terlibat dalam konflik hokum yang berat mengucap lebih dari 20 kasus di 10 negara sebagai persaingan untuk posisi dua teratas di pasar smartphone dan computer tablet. Sebelumnya, pengadilan Australia melakukan larangan penjualan sementara komputer tablet terbaru Samsung di Negara itu.

Page 22: etika bisnis dan fraud

Seperti dilansir Reuters, Apple menggugat Samsung di Amerika Serikat pada bulan april, mengatakan produk ponsel dan tablet Galaxy milik perusahaan Korea Selatan itu meniru iPhone dan iPad, termasuk smartphone 4G Galaxy S dan Galaxy Tab 10.1 tablet. Sementara itu, penyedia layanan ponsel, Verizon Wireless dan T-Mobile USA telah menentang permintaan Apple, dan menyatakan bahwa Apple harus menunjukan bahwa Samsung melanggar hak paten dan menunjukan paten miliknya yang sah menurut hukum.

Pengacara Apple, Harold McElhinny mengatakan jika design produk Apple jauh lebih unggul dari produk sebelumnya, sehingga paten produk Apple yang saat ini tidak membatalkan design yang datang sebelumnya “itu hanya perbedaan dari design”, kata McElhinny. Juru bicara Apple Huguet Kristen mengatakan, bahwa bukan suatu kebetulan jika produk Samsung terbaru mirip sekali dengan iPhone dan iPad, hal seperti ini adalah hal yang meniru secara terang-terangan, dan apple perlu melindungi kekayaan intelektualnya agak perusahaan lain tidak mencuri ide-idenya.

PEMBAHASAN : Hasil penyelesaian gugatan Apple Inc, kepada pihak Samsung di beberapa Negara adalah

• Australia

Di Australia, Galaxy Tab 10.1 sempat diblokir sejak Juli 2011. Samsung sudah dua kali menunda pengenalan Galaxy Tab 10.1 karena Apple. Namun, mendekati momen Natal 2011, pengadilan Australia menghentikan larangan penjualan Galaxy Tab 10.1.

Tapi pada akhirnya Samsung memenangi perang patennya dengan Apple di Pengadilan Australia. Dengan kemenangan itu, Samsung pun diizinkan menjual tablet Galaxy Tab 10.1 di Australia, setelah sebelumnya diblokir akibat gugatan yang diajukan Apple.

• Perancis

kemenangan perusahaan asal Korea Selatan tersebut tidak berlanjut di Perancis. Karena Pengadilan di Paris menolak gugatan Samsung yang meminta pemblokiran penjualan iPhone 4S di Perancis, dengan tuduhan pelanggaran paten.

Pengadilan juga memerintahkan Samsung untuk membayar sejumlah EUR 100 ribu yang dianggap sebagai ganti rugi Apple yang melakukan biaya hukum. Florian Mueller dari FOSS Patent memiliki analisis yang mendalam dan panjang mengenai keputusan pengadilan tersebut.

• Amerika Serikat

di negara asalnya (AS), Apple tidak berhasil menghadang penjualan Samsung.

Samsung bukan satu-satunya vendor smartphone Android yang berseteru dengan Apple terkait hak paten. HTC dan Motorola juga diserang oleh Apple melalui Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat atau International Trade Commission (ITC).

Page 23: etika bisnis dan fraud

Hakim Distrik Amerika Serikat Lucy Koh memutuskan menolak permintaan Apple untuk memblok smartphone buatan Samsung di Amerika Serikat. Ini terjadi dalam sebuah babak baru perang antara 2 raksasa smartphone tersebut yang bermula ketika Apple mengajukan gugatan kepada Samsung di Amerika Serikat pada bulan April lalu atas dasar meniru desain Apple

• Jerman

Apple kembali menggugat Samsung di pengadilan distrik Dusseldorf, Jerman. Kali ini, Apple akan mengajukan gugatan kepada Samsung terkait 10 model smartphone dari keluarga Galaxy

Pengadilan Jerman sempat menghentikan penjualan tablet Samsung Galaxy Tab 10.1 inci pada September 2011 lalu. Karena, Apple mengklaim produk tersebut melanggar hak paten desain, tampilan, dan nuansa iPad.

Untuk menghindari putusan itu, Samsung melakukan beberapa modifikasi tampilan tablet, lalu produk modifikasi tersebut diberi nama Galaxy Tab 10.1N (ditambahkan huruf 'N' di belakangnya).

Apple tak juga puas. Perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs ini mengajukan mosi untuk memblokir Galaxy Tab 10.1N. Namun, pada Desember 2011, hakim mengeluarkan putusan awal bahwa Galaxy Tab 10.1N ini tidak melanggar desain hak paten Apple di Eropa.

Persidangan kasus smartphone Apple vs Samsung akan digelar lagi sebelum bulan Agustus 2012. Sementara kasus tablet akan dilanjutkan pada bulan September.

Kesimpulan :

1. Perusahaan Apple Inc, berusaha memonopoli usaha dagangnya dengan mematenkan setiap produknya.

2. Apple Inc, tidak ingin ada pesaing dalam hal teknologi sehingga tidak ada yang menghalangi bisnisnya untuk menguasai pasar global.

3. Untuk menyingkirkan pesaingnya, Apple menuntut pihak pesaingnya dengan tuduhan menjiplak hak paten yang dimilikinya.

Saran :

Sebaiknya pihak Apple lebih bijak dalam menyikapi hal ini, akan lebih baik pihak Apple meneliti kesamaan antara produk pesaing dengan produk yang sudah dipatenkan. Sehingga pihak Apple tidak membuang banyak biaya untuk menggugat di banyak Negara.

(Posted by : Fajar Dwi (12095301)

Page 24: etika bisnis dan fraud

7. Kasus Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Kasus pelanggaran kode etik jurnalistik Indy Rachmawati dan TV one dalam kasus Makelar. Indy melakukan febrifikasi berita dengan menghadirkan narasumber palsu yang disuap uang dengan isi berita nonfactual dan direkayasa. Walau Indy melakukan pembelaan bahwa andris (narasumber) sering tampil sebagai narasumber palsu di stasuun TV lainnya, hal itu tidak bisa dikatagorikan lumrah, karena Indy melanggar kode etik jurnalistik pasal dua.

PEMBAHASAN : wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesionaldalam melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran cara-cara yang professional adalah :

Menunjukan identitas diri kepada narasumber

Menghormati hak privasi

Tidak menyuap

Menghasilkan berita yang factual dan jelas sumbernya

Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang

Menghormati pengalamantermasuk menyatakan hasil inputan wartawan lain sebagai karya sendiri

Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri

Pengguna cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan public.

(Posted by : Ade Irawan (12095400)

8. Kronologi Kasus Gayus Halomoan Tambunan

Tudingan adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money laundring oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan semakin melebar. Tak hanya Polri dan para penyidiknya, Kejaksaan Agung dan tim jaksa peneliti pun turut gerah

Page 25: etika bisnis dan fraud

dengan tudingan Susno Duadji yang mulai merembet ke mereka. Mereka (tim jaksa peneliti) pun bersuara mengungkap kronologis penanganan kasus Gayus, berikut adalah kronologis versi tim peneliti kejaksaan agung.

Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin. Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan Gayus sebagai tersangka dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. “Karena Gayus seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Seiring hasil penelitian jaksa, hanya terdapat satu pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapannya. Itu pun tidak terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri itu. Untuk korupsinya, terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan sebab dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih. Pengusaha garmen asal Batam ini mengaku pemilik uang senilai hampir Rp.25 miliar di rekening Bank Panin milik Gayus. “Ada perjanjian tertulis antara terdakwa dan Andi Kosasih. Ditandatangani 25 Mei 2008,” kata dia. Menurut Cirrus keduanya awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian keduanya berteman karena sama-sama besar, tinggal dan lahir di di Jakarta Utama. Karena pertemanan keduanya, Andi lalu meminta gayus untuk mencarikan tanah dua hektar guna membangun ruko di kawasan Jakarta Utara. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi, dikatakan Cirus baru menyerahkan uang sebesar US$ 2.810.000. Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah orang tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada pada 1 juni 2008 sebesar US$ 900.000 US dolar, kemudian 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, 27 Oktober 2008 sebesar US$ 260.000, lalu pada 10 November 2008 sebesar US$ 200.000, 10 Desember 2008 sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada 16 Februari 2009 sebesar US$ 300.000.

“Andi menyerahkan uang karena dia percaya dengan Gayus. Sementara untuk money laundringnya, dikatakan Cirrus itu hanya tetap menjadi dugaan sebab Pusat pelaporan analisis dan transaksi keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp 25 milliar itu merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring). PPATK sendiri telah dihadirkan dalam kasus itu sebagai saksi. Dalam proses perkara itu, PPATK tidak bisa membuktikan transfer rekening yang yang diduga tindak pidana.

Page 26: etika bisnis dan fraud

Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di bank BCA milik Gayus. Uang itu diketahui berasal dari dua transaksi dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT. Mega Cipta Jaya Garmindo dimiliki oleh pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu pada 1 September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp 200 juta.

Setelah diteliti dan disidik, uang itu diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring juga. “Bukan korupsi, bukan money laundering, tapi penggelapan pajak murni. Itu uang untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Tapi setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak tahu berada di mana. Tapi uang masuk ke rekening Gayus. Tapi ternyata dia nggak urus (pajaknya). Uang itu tidak digunakan dan dikembalikan, jadi hanya diam di rekening Gayus.

Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan kemudian menyita uang senilai Rp 370 juta itu. Dalam petunjuknya itu, jaksa peneliti juga meminta penyidik Polri menguraikan di berkas acara pemeriksaan (BAP) keterangan itu beserta keterangan tersangka (Gayus T Tambunan).

Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus itu, diungkapkan Cirrus terpisah dan berbeda dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan dan korupsi senilai Rp 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain tidak menyinggung soal Rp 25 milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, yang merupakan seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah memerintahkan penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening Gayus senilai Rp 25 juta itu.

Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya mengungkapkan jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus memerintahkan penyidik untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun tiga transaksi itu diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan PT. Mega Jaya Citra Termindo. Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai konsultan pajak bernilai Rp 25 juta, sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp 370 juta. Transaksi itu terjadi pada 18 Maret, 16 Juni, dan 14 Agustus 2009. Uang senilai Rp 395 juta itu disita berdasarkan petunjuk dari jaksa peneliti kasus itu. Penanganan kasus Gayus sendiri bermula ketika PPATK menemukan adanya transaksi mencurigakan pada rekening Gayus T Tambunan. PPATK pun meminta Polri menelusurinya.

Page 27: etika bisnis dan fraud

Kembali ke kasus, berkas Gayus pun dilimpahkan ke pengadilan. “Jaksa lalu mengajukan tuntutan 1 tahun dan masa percobaan 1 tahun,”. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu sebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada polisi, jaksa, hingga hakim masing-masing Rp 5 miliar.

Diduga gara-gara itulah Gayus terbebas dari hukuman. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tangerang, 12 Maret lalu, Gayus, yang hanya dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis bebas. "Mengalirnya (uang) belum kelihatan ke aparat negara atau ke penegak hukum," kata Yunus.

Namun, anehnya penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju kepersidangan Pengadilan Negeri Tangerang. Hasilnya, Gayus divonis bebas. “Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan. Tapi kami akan ajukan kasasi,” tandas Cirrus. Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi kunci dalam kasus dugaan makelar kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Ditjen Pajak. Belum diketahui apakah Gayus melarikan diri lantaran takut atau ada tangan-tangan pihak tertentu yang membantunya untuk kabur supaya kasus yang membelitnya tidak terbongkar sampai ke akarnya. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum meyakini kasus Gayus HP Tambunan bukan hanya soal pidana pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan pencucian uang. Gayus diketahui kini berada di Singapura. Dia meninggalkan Indonesia pada Rabu 24 Maret 2010 melalui Bandara Soekarno-Hatta. Namun dia pernah memberikan keterangan kepada Satgas kalau praktek yang dia lakukan melibatkan sekurangnya 10 rekannya.

Imigrasi Belum Endus Posisi Gayus, Gayus Tambunan hengkang ke Singapura pada Rabu 24 Maret. Namun posisi pastinya saat ini belum terendus. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum mengatakan kasus markus pajak dengan aktor utama Gayus Tambunan melibatkan sindikasi oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas oleh masing-masing institusinya, koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus dilakukan bersama Satgas. Ketiga lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses internal.Kasus ini merupakan sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait.

Perkembangan selanjutnya kasus ini melibatkan susno duadji, Brigjen Edmond Ilyas, Brigjen Raja Erisman. setelah 3 kali menjalani pemeriksaan, Susno menolak diperiksa Propam. Sebabnya, dasar aturan pemeriksaan sesuai dengan Pasal 45, 46, 47, dan 48 UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 25 Perpres No I Tahun 2007 tentang Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan, harus diundangkan

Page 28: etika bisnis dan fraud

menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM. Komisi III DPR Siap Beri Perlindungan Hukum untuk Susno.

Pada tanggal 30 Maret 2010, Polisi telah berhasil mendeteksi posisi keberadaan Gayus di negara Singapura dan kini tinggal menunggu koordinasi dengan pihak pemerintah Singapura untuk memulangkan Gayus ke Indonesia. Polri mengaku tidak akan seenaknya melakukan tindakan terhadap Gayus meski yang bersangkutan telah diketahui keberadaannya di Singapura.

Pada tanggal 31 Maret 2010, tim penyidik Divisi Propam Polri memeriksa tiga orang sekaligus. Selain Gayus Tambunan dan Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen Raja Erisman juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa berkas lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan anggota polri dalam pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki keberadaan dan tindak lanjut aliran dana rekening Gayus.

Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari Rp24 milliar yang digelapkan Gayus, Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5 milliar ke pejabat kejaksaan dan Rp4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir ke para pengacara..

Efek berantai kasus Gayus juga menyentuh istana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Satgas Anti Mafia Hukum untuk mengungkap kembali kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). SBY menduga dalam kasus tersebut terdapat mafia hukum.

PEMBAHASAN: Seharusnya Gayus Tambunan dalam menjalanjan tugasnya sebagai pegawai pajak mempunyai peran penting dalam masyarakat, yaitu tanggung jawab kepada semua masyarakat, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi karena pajak dibayarkan oleh rakyat. Prinsip objektivitas mengharuskan seseorang untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka serta bebas dari kebenturan kepentingan atau berada dibawah pihak lain, hal inilah yang tidak dimiliki seorang Gayus Tambunan karena seharusnya sebagai pegawai pajak dia tidak melakukan korupsi, pencucian uang dan penggelapan. Sebagai pekerja pajak seharusnya Gayus Tambunan menjalankan profesinya sesuai dengan kehati-hatian dan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Page 29: etika bisnis dan fraud

(Posted by : Muhammad Firdaus (12095396)