Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

30
Mata Kuliah : Etika Bisnis Nama Anggota : 1. Aji Brilliant Dewantara 2. Indra Oktavianto 3. Reza Andhika Putra Kelas : 4EA18 Judul : Bab 3 (Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial) Bab 4 (Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Finansial) Bab 5 (Jenis Pasar, Latar Belakang Monopoli, Etika dalam Pasar Kompetitif) Sumber : 1. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan oleh Drs.H.Moh.Pabundu Tika, M.M tahun 2010. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2. Budi Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yang Menerbitkan CV Andi Offset

description

Etika Bisnis

Transcript of Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

Page 1: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

Mata Kuliah : Etika Bisnis

Nama Anggota : 1. Aji Brilliant Dewantara

2. Indra Oktavianto

3. Reza Andhika Putra

Kelas : 4EA18

Judul : Bab 3 (Model Etika Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial)

Bab 4 (Norma dan Etika dalam Pemasaran, Produksi, Manajemen

Sumber Daya Manusia dan Finansial)

Bab 5 (Jenis Pasar, Latar Belakang Monopoli, Etika dalam Pasar

Kompetitif)

Sumber :

1. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan oleh Drs.H.Moh.Pabundu Tika,

M.M tahun 2010. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

2. Budi Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yang Menerbitkan CV Andi Offset

3. Manajemen Pemasaran (Jilid 2) (Edisi 13), Philip Kotler, Kevin Lane.

4. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi), Malayu S.P. Hasibuan.

5. Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi, (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro

DanMakro),Cetakan ke empat, Penerbit: Duta Jasa, Surabaya, 1991.

6. Endang S, Dkk, Ekonomi Mikro Pengantar, Penerbit: Bagian Penerbitan STIE YKPN,Yogyakarta,

2003. 

Page 2: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

BAB 3

MODEL ETIKA DALAM BISNIS, SUMBER NILAI ETIKA DAN FAKYOR YANG

MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL

A. IMMORAL MANAJEMEN

Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam

menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada

umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam

internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku

bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan

kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik

secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari

yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan

bisnisnya.

B. AMMORAL MANAJEMEN

Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral

manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini

sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe

amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral

manager). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala

keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek

pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah

aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini mungkin saja

punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka

apakah merugikan pihak lain atau tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi

hanya pada hukum yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam

beraktivitas. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini

sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara

Page 3: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka,

misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe ini terkadang

berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka

percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar dari pertimbangan-pertimbangan etika dan

moralitas.

C. MORAL MANAJEMEN

Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah

moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level

standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk

dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa

meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk

dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang

dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti

keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka

dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya

akan diarahkan untuk melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang

bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti, keadilan, kebenaran, dan

aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang

diambilnya.

D. AGAMA, FILOSOFI, BUDAYA DAN HUKUM

Agama, sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang

absolut. Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang bersumber dari agama.

Agama berkorelasi kuat dengan moral. Setiap agama mengandung ajaran moral atau etika yang

di jadikan pegangan bagi para penganutnya. Pada umumnya, kehidupan beragama yang baik

akan menghasilkan kehidupan moral yang baik pula. Bermula dari buku Max Weber The

Protestant Ethic and Spirit of Capitalism (1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya

hubungan erat antara ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran agama dengan

pembangunan ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau ajaran tentang moral

khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran

Page 4: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab

Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula etika

ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Qur’an.

Filosofi, Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan

keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari

ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih

dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang

bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari

tahun ke tahun Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai ketika zaman

Yunani kuno pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate percaya bahwa

manusia ada untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting

dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang

pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya.

Socretes percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada

dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan

yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan. : “Kenalilah

dirimu”  dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih inggi daripada hukum

manusia.

Budaya, Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis

adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya

yang bersumber dari berbagai negara (Cracken, 1986). Budaya yang mengalami transisi akan

melahirkan nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu

dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas

yang lebih besar. Budaya adalah suatu sistem nilai dan norma yang diberikan pada suatu

kelompok atau komunitas manusia dan ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai

landasan dalam kehidupan (Rusdin, 2002).

Hukum, dalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk

menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan ekspektasi-

ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong para

perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas.

Sebenarnya bila kita berharap bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan

Page 5: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

pelanggaran sudah pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah

pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.

E. LEADERSHIP

Leadership dalam  bisnis sangat diperlukan karena berpengaruh dalam perkembangan

bisnis yang dilakukan. Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya leadership atau kepemimpinan

merupakan sebuah karakter utama yang diperlukan dalam bisnis. Hal ini tidak lain karena peran

kepemimpinan berpengaruh terhadap jalannya bisnis dan juga kinerja karyawan. Tidak setiap

orang memiliki leadership yang baik. Namun ada pula orang yang sejak masih kecil sudah

terlihat jiwa kepemimpinannya. Akhirnya seiring perkembangannya ia pun terbiasa mengatur

dan membuat keputusan yang berpengaruh pada sekitarnya. Hal ini sangat memiliki peran

penting dalam dunia bisnis. Dunia bisnis tidak selamanya berjalan mulus. Adakalanya bertemu

masalah yang harus diselesaikan dengan berbagai risiko. Nah, disinilah peran penting seorang

pemimpin akan membawa pengaruh.

Jiwa Leadership Berperan Menyelesaikan Masalah

Tidak sedikit permasalahan yang harus dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan

bisnis. Peran penting seorang pemimpin perusahaan diperlukan untuk menyelesaikannya. Tidak

sekedar hadirnya seorang pemimpin namun yang benar-benar memahami bagaimana

menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu juga tetap mampu mendorong para bawahan

atau anak buah untuk tetap bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Jiwa kepemimpinan

memang tidak selalu harus dimiliki pemimpin perusahaan tersebut. Namun setiap orang yang

memperoleh tanggung jawab membawahi orang lain maka perlu meningkatkan kemampuan

leadership-nya. Hal ini diperlukan untuk mengelola bagaimana kerjasama antar anak buah atau

rekan kerja. Selain itu juga harus menemukan formula yang tepat untuk meningkatkan

keuntungan perusahaan dan hal tersebut bisa dipahami dan dilakukan oleh anak buah dengan

baik.

Kriteria Memiliki Jiwa Kepemimpinan

Page 6: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

Ada beberapa kriteria orang-orang yang memang memiliki jiwa kepemimpinan atau

leadership. Mungkin anda memiliki salah satu diantaranya atau mungkin semuanya dari tiga

kriteria berikut ini yaitu :

Mampu memberikan inspirasi dan memberikan motivasi kepada orang lain misalnya

kepada bawahan.

Memiliki kemampuan yang membuat orang lain merasa segan sehingga ketika berada

dalam sebuah organisasi maupun perusahaan ia pun disegani baik oleh rekan kerja

maupun rekan bisnis.

Memiliki kewibawaan dan kebijaksanaan sehingga selain mampu menyelesaikan masalah

juga tetap disegani oleh para bawahan.

F. STRATEGI DAN PERFORMANCE MANAJEMEN

•  Compliance Management . Pemenuhan atas semua aturan atau regulasi akan memberikan

suatu tekanan baru untuk mencari metoda-metoda yang lebih baik, misalnya untuk mengakses

berbagai kebijakan dan proses, mulai dari bagian keuangan hingga operasional. Penilaian

terhadap pemenuhan regulasi itu ( compliance assessment ) akan sangat membutuhkan sistem-

sistem yang mengotomatisasikan review dan analisis secara manual, dan proaktif dalam

pemantauan berbagai kegiatan dan proses bisnis, yang pada akhirnya akan menurunkan biaya

audit. Hubungan yang efisien antara orang dan proses sangat perlu diterapkan dalam suatu

perusahaan, terutama untuk kepentingan pemenuhan regulasi, dan juga jika menerapkan suatu

sistem dan teknologi informasi yang baru.

•  Profitability Management. Dorongan untuk mengelola biaya dan mengoptimalkan pendapatan

akan lebih menajamkan fokus perhatian perusahaan terhadap peningkatan profitabilitas di

perusahaan secara keseluruhan. Pengaruh keuangan di luar prosesbudgeting akan menciptakan

suatu ketegasan baru dalam berbagai bentuk profitabilitas, termasuk di dalamnya, keuntungan

yang diperoleh dari pelanggan, produk, operasi dan bagian keuangan. Karenanya, perusahaan-

perusahaan perlu mengembangkan suatu fondasi BI ( business intelligence ) yang kuat untuk

mendukung berbagai aplikasi dan sistem, khususnya untuk kepentingan profitability

management .

•  Process Improvement. Perusahaan-perusahaan juga semakin dituntut untuk lebih fokus dalam

menilai dan meningkatan proses-proses operasional yang telah dimiliki, sebelum Anda

Page 7: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

mengotomatisasikannya dengan menerapkan sistem ERP ( enterprise resource planning ) atau

CRM ( customer relationship management ). Meski disadari, bahkan mengukur, memantau dan

meningkatkan kinerja berbagai proses bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi

hal itu sangat penting dalam penerapan performance management .

•  Cost Management. Menghindari dan mengurangi biaya agar dapat memenuhi persyaratan

keuangan dan perusahaan seharusnya menjadi bagian dari proses operasional standar. Bisnis

harus selaras dengan proses-proses operasional dan mendukung peningkatan efisiensi. Untuk itu,

TI harus terus-menerus melakukan konsolidasi terhadap tawaran vendor agar dapat memenuhi

tujuan-tujuan pengelolaan biaya yang telah ditetapkan. Meningkatkan pemanfaatan investasi

yang telah dilakukan dalam CRM dan ERP dan juga melakukan penilaian dan pengintegrasian

semua aset data menjadi suatu informasi yang kontekstual, relevan dan tepat. Hal ini, tentu,

sangat penting dalam menjalankan performance management .

•  Performance Improvement. Tujuan utama performance management adalah meningkatkan

hasil-hasil bisnis, namun kenyataannya tak banyak perusahaan yang benar-benar telah

menerapkan performance management proces s sebagai suatu bagian penting dalam semua

kegiatan bisnis mereka sehari-hari. Melakukan penilaian dan memperbaiki berbagai proses

bisnis, sehingga dapat lebih efisien dan efektif, sangat membutuhkan penyelarasan antara

informasi dan sistem. Kurangnya dukungan dalam menghubungkan antara strategi, perencanaan

dan eksekusinya di hampir semua perusahaan masih menjadi suatu kendala utama untuk

merealisasikan peningkatan performansi secara optimal.

• Business Innovation. Mentransformasikan atau menerapkan berbagai proses bisnis yang

inovatif, agar dapat lebih kompetitif, seharusnya lebih diprioritaskan. Sayangnya, umumnya aset

dan ide-ide di perusahaan tak dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai (value ) perusahaan.

Karenanya, pengelolaan berbagai proses bisnis harus dioptimalkan untuk bagaimana

memanfaatkan TI dan sistem informasi untuk memunculkan berbagai inovasi bisnis yang baru,

dan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap perusahaan. Salah satu peluang

terbesar yang belum banyak dimanfaatkan adalah bagaimana meningkatkan ide-ide dan

pengetahuan untuk mentransformasikan berbagai proses bisnis ke dalam suatu inovasi yang terus

menerus dilakukan.

G. KARAKTER INDIVIDU

Page 8: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

Setiap individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang

dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang

dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan faktor biologis maupun sosial psikologis.

Keyakinan masa lalu mengatakan bahwa kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan;

merupakan dua faktor yang terbentuk karena dua faktor yang terpisah, masing-masing

mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya

masing-masing. Namun setelah disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh

seseorang atau apa yang dirasakan oleh siapapun merupakan hasil dari perpaduan dari apa yang

ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.

Seorang anak memulai pendidikan formalnya di tingkat TK kira-kira pada usia 4-6 tahun. Tanpa

memperdulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawa ke

sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampak sebagai pengaruh

penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kemudian

hari.

Nature dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik

individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakteristik

yang berhubungan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang

karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor

lingkungan.

Seorang bayi merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah dan ibu. Saat

terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan

dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu mengembangkan potensi-potensi

biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal tersebut bisa

membentuk pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu

yang berkarakteristik bebrbeda dengan individu-individu yang lainnya.   

H. BUDAYA PERUSAHAAN

Pengetian Budaya Perusahaan

Budaya adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengetian dan cara berpikir

yang dipertemukan oleh para anggota orgaanisasi dan diterima oleh anggota baru seutuhnya. (W.

Page 9: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

Jack Duncan dalam “Organizational Culture: Getting a Fix on an Elusive Concept”, Academy of

Managemenr Executive 3 – 1989).

Berikut 10 karakteristik Budaya Organisasi :

1. Inisiatif individual 

Definisi inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility), kebebasan

(freedom) atau independensi (independent) yang dimiliki setiap individu dalam berpendapat.

Kelompok khususnya pimpinan sebaiknya menghargai dan memang perlu dihargai inisiatif

individu dalam suatu organisasi selama ide dan inisiatif tersebut berguna dalam memajukan dan

mengembangkan organisasi atau perusahaan.

2. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko

Setiap pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang batas batas dalam

bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang baik adalah

sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para pegawai dalam bertindak

inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan organisasi atau perusahaan serta

mendorong untuk berani dalam mengambil risiko terhadap apa yang akan dilakukannya.

3. Pengarahan

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat membuat

dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut haruslah secara

jelas tercantum visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi). Keadaan yang seperti ini

akan memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan.

4. Integrasi

Integrasi dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaan

dalam memberikan dorongan terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau perusahaan

untuk bekerja dengan terpimpin atau terkoordinasi. Melalui kerja yang kompak dan terkoordinasi

dengan baik dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah

organisasi atau perusahaan.

Page 10: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

5. Dukungan manajamen

Dukungan manajemen dalam budaya organisasi adalah tentang kemampuan tingkat

manajer dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam berkomunikasi (baca pengertian

komunikasi) kepada karyawan. Komunikasi tersebut harusnya dalam bentuk dukungan, arahan

ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan. Dengan adanya dukungan manajemen yang

komunikatif, sebuah perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan mulus.

6. Kontrol

Kontrol dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah

peraturan atau norma yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu

diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang berfungsi sebagai

pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan dalam suatu organisasi.

Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu organisasi

atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan

dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

7. Identitas

Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu

organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam

perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

8. Sistem Imbalan

Sistem imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan seperti

pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan lainnya haruslah

berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan sangat tidak diperbolehkan

atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas, pilih kasih dan hal hal lain yang berbau

korupsi (baca pengertian korupsi). Sistem imbalan dapat memberikan boost atau dorongan

terhadap prestasi kerja dan memberikan peningkatan dalam perilaku inovatif dan kerja maksimal

sesuai keahlian dan kemampuan yang dimiliki karyawan atau anggota dalam organisasi.

Page 11: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

9. Toleransi terhadap Publik

Dalam budaya organisasi, perbedaan pendapat yang memunculkan konflik sering terjadi

dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang harus dilakukan sebagai upper

manajement untuk mengarahkan konflik yang terbangun untuk melakukan perbaikan serta

perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Toleransi terhadap konflik harus dimediasi

oleh pimpinan atau karyawan superior sehingga terjadi kritis membangun dan tidak saling

menyerang.

10. Pola komunikasi

Pola komunikasi dalam perusahaan atau organisasi sering dibatasi oleh hierarki

kewenangan yang formal. Akan tetapi, pola yang terlalu ketat akan menghambat perkembangan

organisasi karena tidakadanya hubungan emosional yang kental terhadap bawahan dan atasan

dalam organisasi. Ada lima pola kinerja komunikasi yaitu personal, passion,

sosial, organizational politics, dan enkulturasi.

SUMBER:

1. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan oleh Drs.H.Moh.Pabundu Tika,

M.M tahun 2010. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

2. Budi Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yang Menerbitkan CV Andi Offset

Page 12: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

BAB 4

NORMA DAN ETIKA DALAM PEMASARAN, PRODUKSI, MANAJEMEN SUMBER

DAYA MANUSIA DAN   FINANSIAL

A. Pasar dan Perlindungan Konsumen

Dengan adanya pasar bebas dan kompetitif, banyak orang meyakini bahwa konsumen

secaraotomatis terlindungi dari kerugian sehingga pemerintah dan pelaku bisnis tidak

perlumengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pasar

bebasmendukung alokasi, penggunaan, dan distribusi barang-barang yang dalam artian

tertentu,adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum bagi orang-orang

yang berpartisipasi dalam pasar, berdasarkan kenyataan yang tidak dibantahkan bahwa bisnis

merasuki seluruh kehidupan semua manusia, maka dari perspektif etis, bisnis diharapkan

bahwa dituntut untuk menawarkan sesuatu yang berguna bagi manusia dan tidak sekadar

menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi memperoleh keuntungan. Termasuk

didalamnya para pelaku bisnis dilarang untuk menawarkan sesuatu yang dianggap merugikan

manusia.

Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian untuk

memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Pengertian konsumen sendiri adalah

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.

Itu berarti pada akhirnya etika bisnis semakin dianggap serius oleh para pelaku bisnis

modern yang kompetitif. Dengan kata lain, kenyataan bahwa dalam pasar yang bebas dan

terbuka hanya mereka yang unggul, termasuk unggul dalam melayani konsumen secara baik

dan memuaskan, akan benar-benar keluar sebagai pemenang. Maka kalau pasar benar-benar

Page 13: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

adalah sebuah medan pertempuran, pertempuran pasar adalah pertempuran keunggulan yang

fair, termasuk keunggulan nilai yang menguntungkan banyak pihak termasuk konsumen.

B. Etika Iklan

Dalam periklanan, etika dan persaingan yang sehat sangat diperlukan untuk menarik

konsumen. Karena dunia periklanan yang sehat sangat berpengaruh terhadap kondisi

ekonomi suatu negara. Sudah saatnya iklan di Indonesia bermoral dan beretika.

Berkurangnya etika dalam beriklan membuat keprihatinan banyak orang. Tidak adanya etika

dalam beriklan akan sangat merugikan bagi masyarakat, selain itu juga bagi ekonomi suatu

negara. Secara tidak sadar iklan yang tidak beretika akan menghancurkan nama mereka

sendiri bahkan negaranya sendiri. Saat ini banyak kita jumpai iklan-iklan di media cetak dan

media elektronik menyindir dan menjelek-jelekkan produk lain. Memang iklan tersebut

menarik, namun sangat tidak pantas karena merendahkan produk saingannya. Di Indonesia

iklan-iklan yang dibuat seharusnya sesuai dengan kebudayaan kita dan bisa memberikan

pendidikan bagi banyak orang. Banyak sekali iklan yang tidak beretika dan tidak sepantasnya

untuk di iklankan. Makin tingginya tingkat persaingan menyebabkan produsen lupa atau

bahkan pura-pura lupa bahwa iklan itu harus beretika. Banyak sekali yang melupakan etika

dalam beriklan. Iklan sangat penting dalam menentukan posisi sebuah produk.

C. Privasi Konsumen

Privasi Konsumen merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki

seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan privasi yang diinginkan itu

menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi

dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh

orang lain. adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk

mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau kemampuan untuk

mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan dipandang hanya sebagai

penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak pihak lain dalam rangka menyepi saja.

D. Multimedia Etika Bisnis

Page 14: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia. Bisnis multimedia

berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena multimedia is the using of media

variety to fulfill commu¬nications goals. Elemen dari multimedia terdiri dari teks, graph,

audio, video, and animation.Bicara mengenai bisnis multimedia, tidak bisa lepas dari stasiun

TV, koran, majalah, buku, radio,internet provider, event organizer, advertising agency, dll.

Multimedia memegang peranan penting dalam penyebaran informasi produk salah satunya

dapat terlihat dari iklan-iklan yang menjual satu kebiasaan/produk yang nantinya akan

menjadi satu kebiasaan populer. Sebagai saluran komunikasi, media berperan efektif sebagai

pembentuk sifat konsumerisme

Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:

Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate governance, kebijakan

keputusan, manajemen keuangan, produk dan pemasaran serta kode etik.

Tanggung jawab sosial, yang merujuk pada peranan bisnis dalam lingkungannya,

pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagi pekerja

Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka yang memiliki andil

dalam perusahaan, termasuk pemegang saham, owners, para eksekutif, pelanggan,

supplier dan pesaing.

Etika dalam berbisnis tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis khususnya

multimedia, dalam hal ini perlu merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh

stakeholder, termasuk di dalamnya production house, stasiun TV, radio, penerbit buku, media

masa, internet provider, event organizer, advertising agency, dll.

E. Etika Produksi

Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha

untuk menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya.

Dalam upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak

hal untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam

keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,

Page 15: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

produsen tidak akan berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga

konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang

mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih

mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan

konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang

mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal

yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka

butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.

Sumber :

1. Manajemen Pemasaran (Jilid 2) (Edisi 13), Philip Kotler, Kevin Lane.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi), Malayu S.P. Hasibuan.

Page 16: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

BAB 5

JENIS PASAR, LATAR BELAKANG MONOPOLI, ETIKA DALAM PASAR

KOMPETITIF

A. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara

permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa

banyaknya/ tidak terbatas.

Ciri-ciri pasar sempurna:

1. Jumlah penjual dan pembeli yang banyak 

2. Produk yang di perdagangkan sama atau bisa di bilang homogen 

3. Pemerintah tidak ikut campur tangan dalam proses pembentukan harga

Jenis-jenis pasar sempurna:

1. Jumlah penjual dan pembeli banyak 

2. Barang yang di jual sama/homogen

3.  Harga di tentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran

4. Posisi tawar konsumen kuat 

5. Sensitif pada perubahan harga  

6. Sulit mendapatkan keuntungan lebih / diatas rata-rata.

B. PASAR MONOPOLI

Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di

mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau

konsumen.

Pasar monopoli memiliki ciri-ciri:

1. Hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran 

2. Tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip 

3. Produsen memiliki kekuatan menentukan harga

Page 17: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

4. Tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada

hambatan berupa keunggulan perusahaan

C. PASAR OLIGOPOLI

Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana

terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar.

Pasar oligopoli memiliki cirri-ciri:

1. Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar. 

2. Barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak 

3. Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke

dalam pasar

D. MONOPOLI DAN DIMENSI ETIKA BISNIS

Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau

mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi;

semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu

pula sebaliknya. Ciri utama pasar ini adalah adanya seorang penjual yang menguasai

pasar dengan jumlah pembeli yang sangat banyak. Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya

barang pengganti yang memiliki persamaan dengan produk monopolis; dan adanya

hambatan yang besar untuk dapat masuk ke dalam pasar.

Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan

manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan

bisnis yang etik. Pasar monopoli harus memiliki etika dalam berbisnis yang baik kepada

para pembeli untuk menjual barang tersebut dengan harga yang terjangkau oleh

masyarakat yang berekonomi rendah dan pengusaha pendatang baru diberikan

kesempatan untuk masuk kedalam pasar.

E. ETIKA DI DALAM PASAR KOMPETITIF (PASAR PERSAINGAN SEMPURNA)

Pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali

dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang

banyak.

Pada pasar persaingan sempurna terdapat persaingan yang ketat karena setiap

penjual dalam satu wilayah menjual barang dagangannya yang sifatnya homogen. Harga

Page 18: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

pada pasar persaingan sempurna relatif sama dengan para pesaing usaha lainnya.

Konsumen tentu akan memilih produsen yang dinilai mampu memberikan kepuasan.

Adapun hal yang menjadi faktor kepuasan itu adalah tingkat pelayanan dan fasilitas-

fasilitas penunjang.

Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :

1. Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar

2. Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata

3. Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain

4. Jumlah penjual dan pembeli banyak

5. Posisi tawar konsumen kuat

6. Penjual bersifat pengambil harga

7. Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran

Etika-etika bisnis harus dipegang dan diaplikasikan secara nyata oleh pelaku

pasar. Selain itu, setiap negara telah mempersiapkan SDM yang berkualitas yang siap

berkompetisi. Mereka bisa menjalin kemitraan guna meningkatkan jumlah produksi dan

memenuhi satu sama lain sehingga konsumen akan tertarik untuk mengkonsumsi produk

tersebut.

F. KOMPETISI PADA PASAR EKONOMI GLOBAL

Kompetisi global merupakan bertuk persaingan yang mengglobal, yang melibatkan

beberapa Negara. Dalam persaingan itu, maka dibutuhkan trik dan strategi serta teknologi

untuk bisa bersaing dengan Negara-negara lainnya. Disamping itu kekuatan modal dan

stabilitas nasional memberikan pengaruh yang tinggi dalam persaingan itu. Dalam persaingan

ini tentunya Negara-negara maju sangat berpotensi dalam dan berpeluang sangat besar untuk

selalu bisa eksis dalam persaingan itu. Hal ini disebabkan karena :

1. Teknologi yang dimiliki jauh lebih baik dari Negara-negara berkembang.

2. Kemampuan modal yang memadai dalam membiayai persaingan global sebagai wujud

investasi mereka.

3. Memiliki masyarakat yang berbudaya ilmiah atau IPTEK.

Page 19: Etika Bisnis Bab 3, 4, 5

Alasan-alasan di atas cenderung akan melemahkan Negara-negara yang sedang

berkembang dimana dari sisi teknologi, modal dan pengetahuan jauh lebih rendah.  Bali

sendiri kalau kita lihat masih berada diposisi yang sulit, dimana perekonomian Bali masih

didominasi oleh orang-orang asing, misalnya hotel-hotel besar, dan juga perusahaan-

perusahaan besar lainnya.

Kompetisi global juga menyebabkan menyempitnya lapangan pekerjaan, terutama

masyarakat lokal, karena kebanyakan pekerjaan dilakukan oleh teknologi, dan Negara-negara

maju menjadi pemasok kebutuhan-kebutuhan, sehingga kita cuma bisa menikmati hasil yang

sudah disuguhkan secara cantik yang sebenarnya merupakan ancaman yang sangat besar bagi

bangsa kita. Dilain sisi, lahan pertanian juga akan semakin menyempit.

Sumber :

1. Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi, (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro

DanMakro),Cetakan ke empat, Penerbit: Duta Jasa, Surabaya, 1991.

2. Endang S, Dkk, Ekonomi Mikro Pengantar, Penerbit: Bagian Penerbitan STIE YKPN,Yogyakarta,

2003.