Etika

download Etika

of 5

Transcript of Etika

Etika Ilmu

Etika Ilmu adalah suatu kata yang membahas tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia. Etika berasal dari bahasa yunani ethos berarti karakter, watak kesusilaan atau dengan kata lain adat kebiasaan di mana etika dengan konsep individu dan kelompok adalah sebagai alat penilai kebenaran dan evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan mempunyai hubungan yang erat. 1. PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang mejadi cita cita oleh sebagian orang maupun kelompok masyarakat. Filsafat juga berarti sebuah sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan melihat secara luas ke berbagai hak. Estetika secara sederhana berarti ilmu yang membahas tentang keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakan keindahan itu. Arti lebih dalam tentang estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang seakan-akan dianggap sebagai sebuah penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan suatu cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni. 2. Pengertian Metafisika Metafisika berarti dibalik yang ada . Batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu memberikan jawaban tentang pertanyaan why dan how sedangkan filsafat memberikan jawaban atas pertanyaan why, why, dan why dan seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat di fikirkan dan di dapat di jawaboleh manusia sampai sangat mendalam(munkin juga pertanyaan-pertanyaannya terus dilakukan sampai never ending).

1. Ilmu adalah suatu pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum. (Nazir, 1988) 2. konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi (Shapere, 1974) 3. pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial (Schulz, 1962)

4. ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Dari empat pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik itu yang menyangkut tentang alam maupun sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia dengan cara berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan akan muncul ketika seseorang sedang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali dan menganalisa benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Contoh, ketika seseorang mencoba dan mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan baru tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut yang sebelumnya ia belum mengetahuinya. Pengetahuan yang lebih memfokuskan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau dengan kata lain pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan rosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya materi referens. Etika dan ilmu adalah 2 hal yang mempunyai relasi dalam kedirian masing-masing. Etika memiliki pengaruh penting dalam mencapai sebuah ilmu. Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya etika itu merupakan cabang aksiologi yang pada hakikatnya membicarakan masalah predikat-predikat nilai betul ( right ) dan salah ( wrong ) dalam arti susila ( moral ) dan tidak susila ( immoral ).1 Menurut Robert C. Solomon etika adalah bagian dari filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup. Kata etika menunjuk pada disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya, serta nilai-nilai hidup kita yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku kita. Etika dalam kata lain adalah sesuatu yang membatasi. Membatasi yang dimaksud di sini memiliki tujuan agar tidak terjadi deviasi nilai dalam sistem masyarakat. Sebenarnya pembenaran atau penyalahan tindakan mempunyai sifat relatif. Dikarenakan etika memiliki nilai subyektivitas, mencakup pandangan dan pemikiran individu yang menyebabkan etika kadang di anggap berbeda dengan banyak masyarakat yang memiliki regulasi dan penataan yang telah dikukuhkan. Etika adalah ilmu yang reflektif dan kritis. Norma-norma dan pandangan moral akan tumbuh di masyarakat dengan sendirinya.2 Hal ini yang akan menciptakan bumping antara norma yang sudah lama ada dengan yang baru dating. Pada hakikatnya, didalam etika mengandung sebuah makna pilihan.3 Kebebasan untuk memilih apa yang akan dilakukan, dijadikan dasar, atau hal-hal lain yang bersifat harus dipilih . Maka di sinilah ilmu dan etika membuat berbagai masalah. Pada saat ini ilmu yang semakin berkembang, terkadang tidak menggunakan nilai-nilai yang sudah tertanam. Namun bila masalah ini diteliti lebih mendalam, ilmu yang berkembang dengan dikekang oleh nilai-nilai, akan

1

Louis O. Kattsoff, 1986. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana, hal. 349 Franz Magnis-Suseno, 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:Kanisius, hal. 96. Robert C. Solomon, 1984. Etika: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, hal.4.

2

3

menimbulkan kesan tidak memiliki kebebasan untuk maju. Menurut Aristoteles, jika sebelumnya sudah dipatok apakah bermanfaat atau tidak, ilmu tidak akan berkembang.4

Ilmu adalah sesuatu yang bebas nilai . Dikarnakan manusia yang serius mendalami dan mengembangkan ilmu, akan beranggapan nilai adalah bagian dari etika yang menjadi satu penghambat. Dalam Zubair (2002:72), upaya manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus sebagai simbol dari otonomi manusia itu sendiri. Seringkali melampaui batas kebutuhan manusia itu sendiri, mengancam martabat kemanusiaan, sekaligus dapat membuat manusia cenderung merasa tidak lagi membutuhkan sistem normatif di luar keilmuan dalam menentukan keputusankeputusan tindakannya. Kita lihat dalam realita sosial. Di mana ilmu dan etika berbenturan. Teknologiteknologi new economy banyak bersinggungan dengan masalah etika. Misalnya dengan kemajuan teknologi informasi berupa jaringan internet yang menjadi bagian dari komunikasi massa, masalahprivacy/ pribadi menjadi lebih gampang dilanggar yaitu dengan makin mudahnya penyadapan informasi, pencurian data dan lain-lain. Demikian pula dengan perkembangan bioteknologi seperti masalah pangan transgenik, kloning manusia dan sebagainya. Dalam hal ini masalah dignity/martabat kita sebagai manusia sering terkesampingkan.5 Semakin berkembangnya ilmu, ilmu memiliki tanggung jawab etis. Walaupun kebebasan pengkajiannya membuka peluang untuk menghasilkan ide-ide baru yang cemerlang untuk kemajuan umat manusia sebagai pembaharuan lebih lanjut. Namun harus tetap diingat, kita bukan hidup dalam homofili mutlak, tetapi kita hidup dalam keanekaragaman aspek kehidupan, etnis, ras, agama dan kepercayaan yang tidak bisa disatukan dalam satu paham yang bias diterima semua kalangan.

4

Suwarto Adi. 2007. Kehidupan Tiruan dan Etika Ilmu . Terarsip di

5

Arief B. Witarto. 2005. Kebebasan dan Etika Ilmu Pengetahuan . Terarsip di