Etik dan Hukum Perawat

25
Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai etik dan hukum pada keperawatan dan kedokteran. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah Legal Ethic In Nursing yang diberikan oleh dosen pengajar kami. Makalah yang kami buat memang masih jauh dari kesempuranaan. Kami menyadari banyak keterbatasan ide dan gagasan, serta sistematika penulisan dalam makalah ini. Dan juga kami menyadari banyak kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik dari pembaca kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. Kediri, Mei 2014 Penulis

Transcript of Etik dan Hukum Perawat

Page 1: Etik dan Hukum Perawat

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai etik dan hukum pada keperawatan dan kedokteran.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kuliah yaitu mata kuliah Legal Ethic In Nursing yang diberikan oleh dosen pengajar kami. Makalah yang kami buat memang masih jauh dari kesempuranaan. Kami menyadari banyak keterbatasan ide dan gagasan, serta sistematika penulisan dalam makalah ini. Dan juga kami menyadari banyak kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik dari pembaca kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Kediri, Mei 2014

Penulis

ii

Page 2: Etik dan Hukum Perawat

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................................................ ii

Daftar Isi ...................................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

I.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1

I.3 Manfaat ....................................................................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka

II.1 Etik dan hukum dalam kesehatan .......................................................................... 2

II.2 Etik Kedokteran ....................................................................................................... 4

II.3 Malpraktik Medik .................................................................................................... 7

II.4 Etik Keperawatan .................................................................................................... 8

II.5 Konflik etis antara perawat, klien dan dokter ...................................................... 8

II.6 Kode Etik Keperawatan .......................................................................................... 8

II.7 Hak-hak Klien .......................................................................................................... 8

BAB III Pembahasan

III.1 Studi Kasus Etik .................................................................................................... 10

III.2 Tinjauan Kasus Berdasarkan Etik ...................................................................... 13

BAB IV Penutup

IV.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15

IV.2 Saran ...................................................................................................................... 15

iii

Page 3: Etik dan Hukum Perawat

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu sejak dilahirkan yang telah dijamin. Kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat tersebut diatur dalam perubahan keempat UUD 45 Ps 28 E ayat (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Penyampaian dan penyebaran informasi melalui media cetak maupun elektronik sering kali tidak mengikuti kaedah-kaedah yang berlaku di masyarakat yang dapat menyebabkan kesalahpahaman media masa juga dapat sebagai media penyebaran media masa seperti contoh kasus prita daan RS. OMNI Internasional pada tahun 2008.

I.2 Tujuan

Mengetahui pasal dalam etik dan hukum pada kasus

Mengetahui etik dan hukum pada setiap profesi

I.3 Manfaat

Untuk meningkatkan dan membentuk pola pikir analistis dan sistematis bagi mahasiswa kedokteran atau keperawatan dalam mencermati berbagai perkembangan yang terjadi di bidang hukum terkait perkembangan IPTEK dan media masa utamanya, yang membawa dampak dan perubahan besar bagi kehidupan manusia terutama dari segi Hukum Pidana yang menyangkut dalam kehidupan Rumah Sakit yang menjadi tempat daripada dokter dan perawat ntuk melakukan tindakan medis.

1

Page 4: Etik dan Hukum Perawat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Etik dan hukum dalam kesehatan

Etik dan hukum mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengatur tertib dan tenteramnya pergaulan hidup dalam masyarakatn namun dalam pengertiannya tentu ada perbedaan.

Etik berasal dari kata Yunani, yaitu ETHOS yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap,yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Purwadarminta, 1953 ), etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah:

Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan keawajiban moral.

Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Menurut Kamus Kedokteran ( Ramali dan Pamuncak,1987 ), Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Istilah etik dan etika sering dipertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbadaan keduanya. Etika adalah ilmu yang mempelajari asas akhlak, sedangkan etik adalah seperangkat asaa atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam kode etik.

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat dalam suatu kekuasaan dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat. Terdapat 2 hukum di Indonesia yaitu hukum perdata dan hukum pidana. Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapan hak dan kewajiban baik bagi perseorangan maupun segenap lapisan masyarakat, baik sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum, serta sumber-sumber hukum lainnya.

Persamaan etik dan hukum adalah : Merupakan alat yang mengatur tertibnya hidup bermasyarakat. Objeknya adalah tingkah laku manusia. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyakat, agar tidak saling merugikan.

2 Menggugah kesadaran manusiawi.

Page 5: Etik dan Hukum Perawat

Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan pengalaman anggota para senior.

Perbedaan etik dan hukum adalah : Etik untuk berlaku kalangan profesi, hukum berlaku untuk umum. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum disusun oleh badan

pemerintah. Etik tidak seluruhnya tertulis, hukum tercantum secara terperinci dalam kitab undang-

undang dan lembaran/berita negara. Sanksi terhadap pelanggaran berupa tuntunan, sanksi terhadap pelanggaran hukum

berupa tuntutan. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran ( MKEK ), yang

dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) dan kalau perlu diteruskan Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran ( P3EK ) yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan, pelanggaran hukum diselesaikan di pengadilan.

Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik.

Sebagai warga negara yang bertugas di bidang kesehatan, perlu memahami dengan baik beberapa peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan dan ketentuan hukum dalam bidang kesehatan agar pelayanan dan pemeliharaan kesehatan dapat berjalan dengan baik. Peraturan dan ketentuan hukum tidak saja di bidang kedokteran, tetapi mencakup seluruh bidang kesehatan seperti farmasi, obat-obatan, rumah sakit, kesehatan jiwa, kesehatan masyarakat, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan,dan higiene. Semua kumpulan peraturan dan ketentuan hukum disebut Hukum Kesehatan.

Semula Undang-Undang Kesehatan adalah ringkasan dari penyebutan Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Beberapa bagian dari undang-undang ini berisi tentang rambu-rambu dalam pelayanan kesehatan yang harus diketahui dan dipahami oleh pelaku pelayanan profesi kesehatan agar terhindar dari pelayanan kesehatan yang bermasalah.

Secara umum, yang diharapkan dari undang-undang ini adalah fungsinya sebagai berikut. Alat untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan pembangunan kesehatan

yang meliputi upaya kesehatan dan sumber daya. Menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akn terjadi dalam kurun waktu

mendatang. Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa pelayanan

kesehatan.

Undang-Undang Kesehatan yang terdiri dari 12 bab dan 90 pasal mengatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan tanggung jawab setiap orang. Upaya kesehatan dijabarkan mulai kesehatan keluarga, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit, kesehatan keluarga, sampai dengan upaya kesehatan matra.

3Pada tahun 2004, pemerintah telah mengundangkan sebuah undang-undang di bidang

kesehatan, yaitu Undang-Undang RI no.29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK).

Page 6: Etik dan Hukum Perawat

Dalam UUPK terdapat pemisahan yang jelas antara pelanggaran etik profesi dan disiplin dokter dan dokter gigi. Pelanggaran etik profesi adalah pelanggaran terhadap Kode Etik Kedokteran dan Kedokteran Gigi yang disusun oleh IDI dan PDGI, sedangkan pelanggaran disiplin adalah penyimpangan terhadap standar profesi yang ditentukan oleh organisasi profesi dan prosedur standar operasional yang ditentukan oleh sarana pelayanan kesehatan setempat.

II.2 Etik kedokteran

Etik kedokteran merupakan etik profesi yang tertua. Etik kedokteran merupakan prinsip-prinsip moral atau asas-asas akhlak yang harus diterapkan oleh para dokter dalam hubungannya dengan pasien, teman sejawat dan masyarakat umum, sedangkan etika kedokteran adalah pengetahuan tentang perilaku profesional para dokter dan dokter gigi dalam menjalankan pekerjaannya.

Di Indonesia, kode etik kedokteran berlandaskan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan manusia yang mengandung asas-asas yang terdapat dalam falsafah Pancasila dan UUD 1945. Kode Etik Kedokteran Indonesia ( KODEKI ) dibuat untuk mewujudkan secara nyata kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran. Adapun rumusan pasal-pasal Kode Etik Kedoteran Indonesia ( KODEKI ) sebagai berikut :

KEWAJIBAN UMUMPasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah

dokter.Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.Pasal 3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh

dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadiPasal 4. Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :

Setiap perbutan yang memuji diri sendiri. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuannya dan

keterampilan kedokteran dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan jasanya, kecuali

dengan keikhlasan, sepengetahuan dan atau kehendak penderita.Pasal 5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk

insani, baik jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan penderita.Pasal 6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan

setiap penemuan tekhnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan

kebenarannya.Pasal 7a. Seorang dokter harus dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan

medis yang kompeten dengan kebebasan tekhnis dan moral sepenuhnya disertai kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

4Pasal 7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui

Page 7: Etik dan Hukum Perawat

memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.Pasal 7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak

tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.Pasal 7d. Seorang dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk

insani.Pasal 8. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan/

mendahulukan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.

Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PENDERITAPasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup

makhluk insani.Pasal 11. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan penderita.Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 12. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 13. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.

Pasal 14. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWATNYAPasal 15. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan.Pasal 16. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya tanpa

persetujuannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRIPasal 17. Setiap dokter harus memelihara kesehatnnya, supaya dapat bekerja dengan baik.Pasal 18. Setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.

5Kewajiban dan larangan seorang dokter

Mengamalkan sumpah dokter.

Page 8: Etik dan Hukum Perawat

Melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi. Kebebasan dan kemandirian profesi. Memberi surat keterangan dan pendapat sesudah memeriksa sendiri kebenarannya. Rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia. Jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya. Menghormati hak-hak pasien, teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya. Melindungi hidup makhluk insani. Memperhatikan kepentingan masyarakt dan semua aspek pelayanan kesehatan. Tulus ikhlas menerapkan ilmunya. Bila tidak mampu merujuknya. Merahasiakan segala sesuatau tentang pasiennya. Memberi pertolongan darurat. Memperlakukan sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Memelihara kesehatannya. Mengikuti perkembanagn iptek kedokteran.

larangan-larangan memuji diri sendiri. Perbuatan atau nasihat yang melemahkan daya tahan pasien. Mengumumkan dan menerapkan tekhnik atau pengobatan yang belum diuji kebenarannya. Mengambil alih pasien sejawat lain tanpa persetujuannya. Mengambil alih pasien sejawat lain tanpa persetujuannya. Melepaskan kebebasan dan kemandirian profesi karena pengaruh sesuatu.

Etik murni dan etikolegal Pelanggaran Etik Murni

Menarik imbalan jasa yang tidak wajar dari pasien atau menarik imbalan jasa dari sejawat dan keluarga.

Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya. Memuji diri sendiri di depan pasien, keluarga atau masyarakat. Pelayanan kedokteran yang diskriminatif. Kolusi dengan perusahaan farmasi atau apotik. Tidak mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan. Dokter mengabaikan kesehatan sendiri.

Pelanggaran Etikolegal Pelayanan kedokteran dibawah standar. Menerbitkan surat keterangan palsu. Melakukan tindak medik yang bertentangan dengan hukum. Melakukan tindakan medik tanpa indikasi. Pelecehan seksual. Membocorkan rahasia pasien.

6II.3 Malpraktik Medik

Malpraktik terdiri dari kata mal dan praktik. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk dan Praktik (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta 1976) berarti menjalankan

Page 9: Etik dan Hukum Perawat

perbuatan tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan (profesi), jadi, malpraktik adalah menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya, tidak lege artis, tidak tepat.

Menurut WHO (1992), malpraktik medik melibatkan kegagalan seorang dokter agar sesuai dengan standar perawatan untuk pengobatan kondisi pasien, atau kekurangan keterampilan, atau penolakan dalam menyediakan perawatan untuk pasien, dimana secara langsung menyebabkan kecelakaan/luka pada pasien.

Malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hati yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Adapun unsur-unsur malpraktik medik adalah : Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan yang sudah berlaku

umum di kalangan profesi kedokteran. Dokter memberikan pelayanan medik di bawah standar (tidak lege artis) Dokter melakukan kelalaian berat atau kurang hati-hati, yang dapat mencakup:

Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan, atau Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan.

II.4 Etik keperawatan

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang dalam kesejahteraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu yang sehat maupun sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Fokus keperawatan adalah manusia, sehingga diperlukan aturan yang menata hubungan antara manusia dan pasien mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat dan pasien adalah etika. Dalam falsafah istilah etika dan moral tidak memiliki perbedaan yang banyak (Ladd, 1978, lih. Pada Megan, 1989), sehingga seringkali digunakan secara bergantian. Moral mempunyai arti tuntutan perilaku dan keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti prinsip-prinsip di belakang keharusan tersebut (Thompson dan Thompson, 1981 ; lih. Doheny, Cook, Stoper, 1982)

Masalah etika keperawatan yang sering ditemui dalam praktik keperawatan menurut Ellis, Hartley (1980) meliputi evaluasi diri, evaluasi kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, merekomendasikan klien pada dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk, serta masalah peran merawat dan mengobati (Sciortino, 1991).

7II.5 Konflik etis antara perawat, klien dan dokter

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan holistik sesuai wewenang tanggung jawabnya (CSH, 1992).

Page 10: Etik dan Hukum Perawat

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik profesi masing-masing. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, hubungan kerjasama akan terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaanya sering juga terjadi konflik etis antara perawat, klien, dan dokter.

II.6 Kode etik keperawatan

Kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi, yang memberikan arti penting dalam penentuan, mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Apabila seorang anggota melanggar kode etik profesi, organisasi profesi dapat memberi sanksi atau mengeluarkan anggota tersebut. Secara umum tujuan kode etik keperawatan (Kozier, Erb, 1990) adalah : Sebagai aturan dasar terhadap hubungan antara perawat, klien, tenaga kesehatan, dan profesi. Sebagai standar untuk mengeluarkan perawat yang tidak menaati peraturan dan untuk

melindungi perawat yang menjadi pihak tertuduh secara tidak adil. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk

mengorientasikan lulusan baru pendidikan keperawatan dalm memasuki jajaran praktik keperawatan profesional.

Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.

II.7 Hak-hak klien

Hak klien pada dasrnya merupakan bagian dari konsep hak manusia. Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi. Manusiawi berarti rasional dan tergantung pada orang lain.

Pernyataan hak klien cenderung meliputi hak warga negara, hak hukum dan hak moral. Hak-hak klien secara luas dikenal menurut Megan (1989) meliputi : Hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang adil, memadai dan berkualitas. Hak untuk diberi informasi. Hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan. Hak untuk memberikan informed consent. Hak untuk menolak suatu consent. Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong. Hak untuk mempunyai pendapat kedua. Hak untuk diperlakukan dengan hormat. Hak untuk konfidensialitas (termasuk privasi) Hak untu memilih integritas tubuh. Hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal. Hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan), termasuk dying with dignity.

8Malpratik dalam keperawatan

Sanksi administratif atau tindakan disiplin kepada tenaga kesehatan, termasuk tenaga keperawatan, karena dianggap melakukan kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

Page 11: Etik dan Hukum Perawat

PPNI sebagai organisasi profesi keperawatan yang bertanggung jawab terhadap pembinaan anggota agar semakin berkualitas dalam memberikan pelayanan.

Tenaga perawat sangat berisiko melakukan malpraktik karena mereka diberi tanggung jawab dan dipercaya sebagai tenaga profesional walaupun tidak didukung oleh kemampuan yang memadai sebagai tenaga keperawatan yang profesional. Sebagian besar waktu perawat dalam tatanan pelayanan khusunya di rumah sakit adalah mengerjakan pekerjaan yang tidak terkait langsung dengan tugas pokoknya sebagai perawat.

Banyak tindakan-tindakan medis yang harus dikerjakan oleh perawat karena keterbatasan tenaga dokter terutama di puskesmas/puskesmas pembantu. Risiko melakukan kesalahan sangat besar karena perawat tidak siap melakukan tindakan tersebut secara tepat sesuai prosedur yang berlaku. Perawat hanya diperkaya oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan kerjanya sesama perawat dan tidak didukung oleh latar belakang pengetahuan yang tidak memadai. Apabila tindakan medis perlu didelegasikan kepada perawat, sebaiknya dilakukan secara tertulis.

Saat ini telah tersusun algoritma klinik bagi perawat dan bidan di puskesmas yang disusun oleh IDI dan PPNI bekerja sama dengan Depkes & Kessos. Algoritma klinik ini dibuatagar jika terjadi kesalahan, tertera jelas siapa yang bertanggung jawab. Hal ini dibuat agar tidak saling melempar tanggung jawab yang akan menyebabkan masalah menjadi berlarut-larut.

9

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Studi Kasus Etik

Page 12: Etik dan Hukum Perawat

Kasus etik merupakan kasus yang marak terjadi di masyarakat saat ini khususnya dalambidang kesehatan. Sebagai contoh, kasus Prita Mulyasari dan RS. Omni yang melanggar kode etik dalam bidang kesehatan. Berikut kami paparkan kronologi kasus Prita Mulyasari dan RS. Omni :

Inilah kronologi lengkap kasus yang menimpa Prita Mulyasari mulai dari awal dia berobat ke RS Omni International sampai kemudian digugat secara perdata dan pidana lalu dipenjara selama tiga minggu lamanya. Saya hanya bisa bilang, “Cukup Prita yang mengalami kejadian seperti ini”:

7 Agustus 2008, 20:30Prita Mulyasari datang ke RS Omni Internasional dengan keluhan panas tinggi dan pusing kepala. Hasil pemeriksaan laboratorium: Thrombosit 27.000 (normal 200.000), suhu badan 39 derajat. Malam itu langsung dirawat inap, diinfus dan diberi suntikan dengan diagnosa positif demam berdarah.

8 Agustus 2008Ada revisi hasil lab semalam, thrombosit bukan 27.000 tapi 181.000. Mulai mendapat banyak suntikan obat, tangan kiri tetap diinfus. Tangan kiri mulai membangkak, Prita minta dihentikan infus dan suntikan. Suhu badan naik lagi ke 39 derajat.

9 Agustus 2008Kembali mendapatkan suntikan obat. Dokter menjelaskan dia terkena virus udara. Infus dipindahkan ke tangan kanan dan suntikan obat tetap dilakukan. Malamnya Prita terserang sesak nafas selama 15 menit dan diberi oksigen. Karena tangan kanan juga bengkak, dia memaksa agar infus diberhentikan dan menolak disuntik lagi.

10 Agustus 2008Terjadi dialog antara keluarga Prita dengan dokter. Dokter menyalahkan bagian lab terkait revisi thrombosit. Prita mengalami pembengkakan pada leher kiri dan mata kiri.

11 Agustus 2008Terjadi pembengkakan pada leher kanan, panas kembali 39 derajat. Prita memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan mendapatkan data-data medis yang menurutnya tidak sesuai fakta. Prita meminta hasil lab yang berisi thrombosit 27.000, tapi yang didapat hanya informasi thrombosit 181.000. Pasalnya, dengan adanya hasil lab thrombosit 27.000 itulah dia akhirnya dirawat inap. Pihak OMNI berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena hasilnya memang tidak valid.

10

Di rumah sakit yang baru, Prita dimasukkan ke dalam ruang isolasi karena dia terserang virus yang menular.

15 Agustus 2008Prita mengirimkan email yang berisi keluhan atas pelayanan diberikan pihak rumah sakit ke

Page 13: Etik dan Hukum Perawat

[email protected] dan ke kerabatnya yang lain dengan judul “Penipuan RS Omni Internasional Alam Sutra”. Emailnya menyebar ke beberapa milis dan forum online.

30 Agustus 2008Prita mengirimkan isi emailnya ke Surat Pembaca Detik.com.

5 September 2008RS Omni mengajukan gugatan pidana ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus.

22 September 2008Pihak RS Omni International mengirimkan email klarifikasi ke seluruh costumernya.

8 September 2008Kuasa Hukum RS Omni Internasional menayangkan iklan berisi bantahan atas isi email Prita yang dimuat di harian Kompas dan Media Indonesia.

24 September 2008Gugatan perdata masuk.

11 Mei 2009Pengadilan Negeri Tangerang memenangkan Gugatan Perdata RS Omni. Prita terbukti melakukan perbuatan hukum yang merugikan RS Omni. Prita divonis membayar kerugian materil sebesar 161 juta sebagai pengganti uang klarifikasi di koran nasional dan 100 juta untuk kerugian imateril. Prita langsung mengajukan banding.

13 Mei 2009Mulai ditahan di Lapas Wanita Tangerang terkait kasus pidana yang juga dilaporkan oleh Omni.

2 Juni 2009Penahanan Prita diperpanjang hingga 23 Juni 2009. Informasi itu diterima keluarga Prita dari Kepala Lapas Wanita Tangerang.

3 Juni 2009Megawati dan JK mengunjungi Prita di Lapas. Komisi III DPR RI meminta MA membatalkan tuntutan hukum atas Prita. Prita dibebaskan dan bisa berkumpul kembali dengan keluarganya. Statusnya diubah menjadi tahanan kota.

4 Juni 2009Sidang pertama kasus pidana yang menimpa Prita mulai disidangkan di PN Tangerang.

11

NB: Kejadian di RS Omni International berdasarkan email/surat pembaca yang dibuat Prita.

==================================================

ISI BANTAHAN YANG DIMUAT DI HARIAN KOMPAS DAN MEDIA INDONESIA:

Page 14: Etik dan Hukum Perawat

PENGUMUMAN & BANTAHAN

Kami, RISMA SITUMORANG, HERIBERTUS & PARTNERS, Advokat dan Konsultan HKI, berkantor di Jalan Antara No. 45A Pasar Baru, Jakarta Pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA, Dr. HENGKY GOSAL, SpPD dan Dr. GRACE HILZA YARLEN. N;

Sehubungan dengan adanya surat elektronik (e-mail) terbuka dari SAUDARI PRITA MULYASARI beralamat di Villa Melati Mas Residence Blok C 3/13 Serpong Tangerang (mail from: [email protected]) kepada customer_care @banksinarmas.com, dan telah disebar-luaskan ke berbagai alamat email lainnya, dengan judul ‘PENIPUAN OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA TANGERANG’;

Dengan ini kami mengumumkan dan memberitahukan kepada khalayak umum/masyarakat dan pihak ketiga, ‘BANTAHAN kami’ atas surat terbuka tersebut sebagai berikut :

1. BAHWA ISI SURAT ELEKTRONIK (E-MAIL) TERBUKA TERSEBUT TIDAK BENAR SERTA TIDAK SESUAI DENGAN FAKTA YANG SEBENARNYA TERJADI (TIDAK ADA PENYIMPANGAN DALAM SOP DAN ETIK), SEHINGGA ISI SURAT TERSEBUT TELAH MENYESATKAN KEPADA PARA PEMBACA KHUSUSNYA PASIEN, DOKTER, RELASI OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA, RELASI Dr. HENGKY GOSAL, SpPD, DAN RELASI Dr. GRACE HILZA YARLEN. N, SERTA MASYARAKAT LUAS BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR NEGERI.

2. BAHWA TINDAKAN SAUDARI PRITA MULYASARI YANG TIDAK BERTANGGUNG-JAWAB TERSEBUT TELAH MENCEMARKAN NAMA BAIK OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA, Dr. HENGKY GOSAL, SpPD, dan Dr. GRACE HILZA YARLEN. N, SERTA MENIMBULKAN KERUGIAN BAIK MATERIL MAUPUN IMMATERIL BAGI KLIEN KAMI.

3. BAHWA ATAS TUDUHAN YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB DAN TIDAK BERDASAR HUKUM TERSEBUT, KLIEN KAMI SAAT INI AKAN MELAKUKAN UPAYA HUKUM TERHADAP SAUDARI PRITA MULYASARI BAIK SECARA HUKUM PIDANA MAUPUN SECARA HUKUM PERDATA.

Demikian PENGUMUMAN & BANTAHAN ini disampaikan kepada khalayak ramai untuk tidak terkecoh dan tidak terpengaruh dengan berita yang tidak berdasar fakta/tidak benar dan berisi kebohongan tersebut.

Jakarta, 8 September 2008, Kuasa Hukum

12

OMNI INTERNATIONAL HOSPITAL ALAM SUTERA,Dr. HENGKY GOSAL, SpPD, dan Dr. GRACE HILZA YARLEN. N

RISMA SITUMORANG, HERIBERTUS & PARTNERS.

Page 15: Etik dan Hukum Perawat

Ttd. Ttd.Dra. Risma Situmorang, S.H., M.H. Heribertus S. Hartojo, S.H., M.H.Advokat & Konsultan HKI. Advokat.

Ttd. Ttd.Moh. Bastian, S.H. Christine Souisa, S.H.Advokat. Advokat.

http://hukum.kompasiana.com/2009/06/03/kronologi-kasus-prita-mulyasari-13940.html

III.2 Tinjauan Kasus berdasarkan Etik

Kasus Prita Mulyasari dan RS. Omni telah melanggar hukum dan kepercayaan jika ditinjau dari segi etik dan hukum yang berlaku di masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Beberapa bagian dari undang-undang ini berisi tentang rambu-rambu dalam pelayanan kesehatan yang harus diketahui dan dipahami oleh pelaku pelayanan profesi kesehatan agar terhindar dari pelayanan kesehatan yang bermasalah. Salah satu tujuan dari undang-undang tersebut adalah sebagai pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan.

Undang-Undang Kesehatan yang terdiri dari 12 bab dan 90 pasal mengatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan tanggung jawab setiap orang. Upaya kesehatan dijabarkan mulai kesehatan keluarga, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit, kesehatan keluarga, sampai dengan upaya kesehatan matra. Pada tahap ini seseorang atau instansi memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi klien tersebut dalam hal ini, RS Omni tidak kompeten terhadap apa yang telah dilakukan. Terbukti dengan adanya kronologi kasus pada tanggal 11 Agustus 2008, Prita meminta hasil lab yang berisi thrombosit 27.000, tapi yang didapat hanya informasi thrombosit 181.000. Pasalnya, dengan adanya hasil lab thrombosit 27.000 itulah dia akhirnya dirawat inap. Pihak OMNI berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena hasilnya memang tidak valid. Hal ini membuktikan bahwa data yang didapat tidak akurat dan seharusnya RS Omni meninjau lebih jauh sebelum memutuskan untuk merawat inap pasien tersebut.

13

Kasus Prita dan RS Omni juga melanggar PerMenKes RI No 585/ Menkes/ PER/ IX/ 1989 tentang persetujuan tindakan medik/ informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan kronologi kasus dari tanggal 8 - 10 Agustus

Page 16: Etik dan Hukum Perawat

2008. Prita meminta tenaga kesehatan dalam hal ini RS. Omni untuk meleps infus dan menghentikan suntikan karena terjadi pembengkakan pada daerah tangan kanan, leher serta matanya.Namun, tenaga kesehatan tidak memperdulikan permintaan pasien sehingga bisa disebut tidak terjadi informed consent pada saat itu.

Berdasarkan tinjauan serta bukti diatas, dapat disimpulkan bahwa kasus Prita mulyasaridan RS. Omni terjadi akibat tidak adanya Informed Consent serta tenaga kesehatan yang tidak kompeten sehingga melanggar kode etik dan hukum yang berlaku dalam dunia kesehatan khususnya.

Berdasarkan kode etik medis, pihak dokter telah melanggar kode etik pasal 5, 7c,7d, 10, 11 dan terjadi malpraktik karena penanganan dokter menyebabkan luka pada Prita serta terjadi pelanggaran hak pasien. Dari segi keperawatan, terjadi pelanggaran yaitu perawat tidak melindungi hak-hak pasien/klien dan tidak adanya fingsi perawat sebagai advokasi dan teacher.

14

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Page 17: Etik dan Hukum Perawat

IV.2 Saran

15