WOW...!!! Ada Harga Rumah Murah Di Grand Vilamas Cinere (Mulai Rp 400 Juta an Saja) |
etbis wow
-
Upload
irham-pratama -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of etbis wow
LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI24 Februari 2009 at 12:49 pm (MSA (Magister Sains Akuntansi))
Banyak orang mempunyai suatu kepentingan dalam suatu bisnis, aktivitasnya, dan akibatnya. Jika kepentingan dari stakeholders tidak dihargai, maka akan terjadi tindakan yang sering menyakitkan bagi pemegang saham, para petugas, dan para direktur. Dalam kenyataannya, tidak mungkin bisnis itu atau pekerjaan dapat mencapai sasaran strategi jangka panjang mereka tanpa dukungan dari stakeholders, seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan, kreditur, para penyalur, pemerintah, masyarakat, dan aktifis.Dukungan untuk suatu bisnis dan bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas, yaitu kedudukan stakeholder dalam komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan dari keuntungan kompetitif, kepercayaan, sebaliknya, tergantung pada nilai yang mendasari aktivitas perusahaan.Stakeholder lebih mengharapkan bahwa aktivitas perusahaan akan menghargai nilai dan kepentingan mereka. Lebih luas, penghargaan untuk nilai dan kepentingan stakeholder menentukan kedudukan etika dan keberhasilan dari perusahaan. Konsekuensinya, pimpinan perusahaan diharapkan untuk mengelola perusahaan secara etis, dalam arti mereka memandang eksekutif, karyawan dan agen bertindak secara etis. Lebih lanjut, perusahaan lebih diharapkan untuk dapat dipertanggungjawabkan pada stakeholder secara transparan dan dengan cara yang etis.Munculnya rezim pengelolaan dan tanggung jawab untuk bisnis dan pekerjaan telah menjadi jauh lebih memperhatikan kepentingan stakeholder dan berbagai hal yang etis, daripada yang terjadi di masa sebelumnnya. Pimpinan perusahaan, eksekutif dan akuntan profesional, yang sering melayani konflik kepentingan stakeholder secara langsung, harus perduli terhadap harapan baru publik atas bisnis dan organisasi sejenis lain, dan harus mengelola risiko. Lebih dari hanya melayani kecurigaan para cendekiawan, kepedulian ini harus di kombinasikan dengan nilai tradisional dan menyertakan dalam suatu rerangka untuk pengambilan keputusan etis dan tindakan. Seperti halnya dalam kasus Enron dan kegagalan Arthur Andersen, kredibilitas, reputasi, dan keuntungan kompetisi dari pasar modal, organisasi, manajemen, profesional, dan pekerjaan yang dialami.Perubahan harapan publik terhadap pengelolaan bisnis, perilaku dan pertanggungjawaban ditunjukkan dalam tabel faktor yang mempengaruhi harapan publik terhadap perilaku bisnis berikut ini.
Fisik Kualitas udara dan air, keamanan
Moral Kebutuhan akan keadilan dan hak di dalam dan luar rumah
Kebijakan yang tidak tepat
Kesalahan operasi, kompensasi eksekutif
Aktifis stakeholder Etika investor, konsumen, pemerhati lingkungan
Ekonomi Kelemahan, tekanan untuk bertahan, pemalsuan
Persaingan Tekanan global
Kejahatan keuangan Banyaknya skandal, korban, ketamakan
Kesalahan pengelolaan Pengenalan bahwa pengelolaan nyang baik dan masalah dugaan etika risiko
Pertanggungjawaban Kebutuhan transparansi
Sinergi Publisitas, keberhasilan perubahan
Kekuatan institusi Hukum-hukum baru – lingkungan, whistle blowing, recal, dll.
Richard De George menyatakan bahwa jika perusahaan ingin mencatat sukses dalam
bisnis, mereka membutuhkan tiga hal pokok : produk yang baik, manajemen yang mulus dan etika. Selama perusahaan memiliki produk yang bermutu serta berguna untuk masyarakat dan disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat di bidang produksi, financial, sumber daya manusia dan lain-lain, tetapi ia tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan baginya. Selaku kegiatan ekonomis, bisnis selalu sudah dipraktekkan sepanjang sejarah. Selaku profesi, bisnis merupakan sesuatu baru, karena sekarang tersedia pelatihan, pendidikan dan penelitian khusus untuk memperoleh ketrampilan di bidang itu. Kesanggupan alami saja tidak lagi mecukupi untuk memimpin sebuah perusahaan modern.
Sejak beberapa decade terakhir ini, berangsur-angsur mulai diakui pula pentingnya etika dalam bisnis dan karena itu serentak juga dalam pendidikan untuk profesi bisnis. Dibandingkan dengan segala usaha dan program yang diadakan untuk meningkatkan kemampuan manajemen dalam bisnis, perhatian bagi etika dalam bisnis masih sangat terbatas. Bisnis merupakan suatu unsure penting dalam masyarakat. Dalam masyarakat acap kali beredar anggapan bahwa bisnis tidak mempunyai hubungan dengan etika atau moralitas. Kini telah terbentuk keyakinancukup mantap bahwa bisnis tidak terlepas dari segi-segi moral. Bisnis tidak saja berurusan dengan angka penjualan (sales figures) atau adanya profit pada akhir tahun anggaran. Good business memiliki juga suatu makna moral. Moralitas merupakan syarat mutlak yang harus diakui semua orang, jika kita ingin terjun dalam kegiatan bisnis.
Kadang-kadang aspek etis diperiksa dalam kerangka social yang lebih luas. Tapi bias juga segi etika disoroti dengan eksplisit, terutama jika kode etik perusahaan menjadi obyek langsung dari pemeriksaan. Untuk menilai kinerja financial sebuah perusahaan sudah lama
ada standart-standart accounting yang diterima secara nasional dalam suatu negara dan malah secara Internasional. Pada akhir tahun setiap perusahaan membuat laporan yang didasarkan atas standar-standar tersebut. Untuk menilai kualitas manajemen sudah terbentuk standar juga, seperti ISO 9000. Jika perusahaan memiliki sebuah kode etik, ethical auditing itu secara khusus terfokuskan pada kode etik tersebut. Belajar dari masa lalu profesi akuntansi : Kasus Enron-AA dan Worldcom
Setelah Tahun 1985, Arthur Andersen (AA) menerapkan one-firm concept dan multidisciplinary practice (MDP). Ketika Asian Wall Street Journal (AWSJ) dan stasiun televise luar negeri menyiarkan bangkrutnya Enron (2 Desember 2001) dan rencana tuntutan (indictment) terhadap AA dalam kuartal pertama 2002, betapa gawatnya keadaan yang dihadapi AA,The Big Five (Lima Besar) dan profesi akuntansi pada umumnya. AA memang mengalami perubahan besar, bab ini menggambarkan AA “sebelum” dan “sesudah”. Robert Louis Stevenson dalam fiksi klasiknya, Dr. Jekyll and Mr. Hyde menulis tentang dua karakter (Henry Jekyll dan Edward Hyde) dalam satu tubuh. Dua karakter, yang satu seorang dokter manusiawi, yang lainnya sang monster berhati iblis.
Logo lama AA terdiri atas dua daun pintu yang kokoh, dengan tiga panel pada masing-masing pintu. Antara panel teratas dan panel dibawahnya tercantum nama Arthur Andersen. Kedua pintu itu tertutup rapat-rapat. Pintu-pintu yang kokoh seakan-akan mengungkapkan integritas dan kepandaian yang tak tergoyahkan. Pintu yang tertutup seperti ingin mengatakan kepada klien, rahasia Anda terjaga aman. Penjelasan resmi mengenai logo baru, Heading dari penjelasan resminya menarik : Arthur Andersen : Akuntansi yang paling oranye sedunia. Sejak 5 Maret 2001, Arthur akan segera menghilang. Kantor akuntan yang paling cerah sedunia, paling terang benderang. Namanya Andersen (saja) tanpa Arthur, terhitung mulai 5 Maret 2001. tapi perkataan “Arthur will soon go away” seperti suatu prediksi satu tahun di muka. Ketika AA mengalami musibah demi musibah, logo baru diartikan sebagai pertanda akan datangnya hari akhir bagi AA, matahari di ufuk barat. ARTHUR ANDERSEN DENGAN WAJAH DR. JEKYLL Banyak sekali sisi baik AA, yang paling menonjol adalah integritas yang ditanamkan pendirinya. Kekokohan AA juga terlihat pada landasan yang dibangun penerus Tuan Andersen, yakni Leonard Paul Spacek yang mempunyai keyakinan yang mendalam tentang integritas, memancarkan perilaku adil, tindak piker yang luhur tidak menyembunyikan pandangannya yang jauh ke depan dalam bisnis dan profesi.
Dibawah kepemimpinan Spacek, AA tumbuh pesat, kantor akuntan yang paling dihormati dan ditakuti. Antara Tahun 1947 sampai 1956, pendapatan AA berkembang
hamper tiga kali, mencapai $18 Juta. Laba $4,6 juta. Jumlah partner dari 26 menjadi 85. Ketika Spacek mengundurkan diri dari urusan operasional dan menjadi Chairman dalam tahun 1963, pendapatan mencapai $51 juta. David H Maister, dalam salah satu bukunya, meluangkan satu bab khusus The One-Firm Concept. Kekaguman Maister terhadap the best managed firms bukannya tidak beralasan. Perusahaan professional yang menganut one-firm conceptsecara sadar menghindari pertumbuhan melalui merger. Maister benar. Ketika the big Eight lain melakukan megamerger AA tidak melakukannya. Hal menarik lain yang ditulis Maister mengenai one-firm concept adalah perusahaan yang menganut konsep ini cenderung lebih selektif dibandingkan dengan kompetitornya. Maister tentunya sedang melihat wajah Dr. Jekyll-nya AA ketika ia berbicara tentang watak “petani” yang dianut AA, dibandingkan watak “pemburu” yang dianut akuntan peringkat teratas lainnya.
Memang tidak ada satu the Big Eight pun yang mempunyai fasilitas pendidikan dan pelatihan semegah yang dimiliki AA. Dalam tahun 1970, Harvey Kapnick (waktu itu CEO AA) membeli St. Dominick College, sebuah perguruan tinggi untuk mendidik wanita di St. Charles Illionis, setelah matinya AA, property real estate ini yang merupakan asetnya yang paling berharga.
ANDERSEN BERWAJAH TUAN HYDE Barbara Ley Toffler, mantan orang dalam AA, menjuluki manusia Andersen sebagai Android, manusia robot, yang dingin, efisien dan siap melaksanakan perintah. Android ini merupakan apa yang Maister istilahkan sebagai “pemburu” meskipun nenek moyang mereka adalah petani yang merencanakan dengan cermat apa yang akan mereka tanam, kemudian mereka memilih bibit unggul, mengerjakan ladang bersama-sama secara damai dan memanen hasil panenan dan membagikan secara rata. Sebaliknya para pemburu bersikap oportunistik. Menggunakan data pendaftaran di SEC, Penelope Patsuris menelusuri dan merekam klien-klien yang meninggalkan AA sejak Januari sampai Agustus 2002. Disamping klien, AA juga kehilangan manusianya. Meskipun masalahnya ada di Amerika Serikat, dampaknya terasa dimana-mana. Andersen kehilangan asset ketiga : jaringan kerja sama (network). Tanpa reputasi, kantor akuntan kehilangan klien, manusia dan jaringan kerjasama. Hari ketika Arthur Andersen kehilangan kepercayaan public adalah hari ketika kita berakhir. DARI DR. JEKYLL KE MR. HYDE Barbara Toffler melihat perubahan AA sebagai budaya yang berkembang di mana uang adalah segala-galanya. Petinggi AA menyalahkan Departemen of Justice (DOJ) sebagai penyebab kematian AA.Dengan nada serupa Barbara Toffler menulis : Kejatuhan Arthur Andersen, saya percaya, bukan karena dibunuh. Itu adalah bunuh diri, yang berlangsung jauh
sebelum indictment. Vonis yang menyatakan Andersen bersalah sekedar memeteraikan nasib akhirnya. Namun putusan itu sebenarnya sekedar formalitas, paku terakhir yang dihujamkan ke peti mati dimana liang lahatnya sudah dipersiapkan. LATAR BELAKANG KASUS ENRON DAN DINAMIKA MENJELANG PERSIDANGAN Memang tidak sukar memahami mengapa para pakar yang komentator maupun masyarakat awam memeprkirakan bahwa Pemerintah akan dapat dengan mudah menjatuhkan hukuman terhadap Arthur Andersen. Pemberitaan pers didominasi oleh berita-berita tentang skandal perusahaan-perusahaan besar dan keserahan para eksekutif yang memimpin perusahaan-perusahaan tersebut. Kasus Andersen merupakan cerminan era yang penuh gejolak. Dimulai dengan kolapsnya raksasa perdagangan energi, Enron Corporation, yang pernah menjadi korporasi ketujuh terbesar di Amerika Serikat. Saham Enron anjlok hebat. Ketika Enron kolaps, ia menyeret Arthur Andersen yang menjadi auditornya, bersama-sama ke liang lahat Kasus Enron bergaung keras karena melibatkan politisi-politis penting. Pentolan Enron mempunyai hubungan dekat dengan Presiden George Bush. Enron sejak lama menjadi pendukung keuangan Bush. Keterlibatan keuangan Enron melampaui Gedung Putih dan menyeret banyak kalangan dari Partai Republik. Derita-berita tadi diperburuk dengan tuduhan sensasional bahwa karyawan Enron dan Arthur Andersen menutup-nutupi keburukan mereka dengan menghancurkan dokumen-dokumen sensitive dan menghapus e-mail dan dokumen-dokumen computer lainnya. Laporan ini bukan saja jatuh ketangan pers, tetapi juga ke Departement of Justice yang mulai melakukan penyelidikan.
Ekspektasi Masyarakat Terhadap Bisnis dan Akuntansi
LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Terjadinya krisis keuangan yang disebabkan skandalkeuangan oleh berbagai perusahaan
besar di dunia menyebabkan perubahan padapersepsi mayarakat terhadap nilai serta perilaku
etika perusahaan. Pembentukankomite audit dan komite etika yang berisikan oleh individu di
luar perusahaan, pembentukannilai code of conduct perusahaanserta peningkatan nilai
pelaporan perusahaan untuk meningkatkan integritasadalah berbagai upaya yang dilakukan
perusahaan untuk menumbuhkan kembalikepercayaan publik tersebut.
Pada lingkup yanglebih kecil, skandal keuangan mengakibatkan adanya jurang
kepercayaan (expectation gap) antara persepsimasyarakat mengenai laporan keuangan oleh
akuntan serta laporan audit olehauditor dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan keuangan
perusahaan . Terjadinyajurang kepercayaan tersebut pada akhirnya akan berujung pada aturan
yang lebihketat, hukuman yang lebih besar serta penyelidikan tentang integritas,independensi
dan peranan profesi akuntan dan auditor.
1.2 Tujuan dan Manfaat Makalah
Tujuan dan manfaat dari makalah iniadalah
a. Mengetahui apa yang dilakukan lingkungan bisnisuntuk memenuhi ekpektasi publik tersebut
b. Mengetahui apa yang dilakukan profesi Akuntandan Auditor untuk memenuhi ekspektasi
publik tersebut
Perubahan ekpektasi publik terhadap bisnis pada gilirannyamelahirkan sebuah mandat
baru bagi dunia usaha. Milton Friedman (1970) memberikanpandangan bahwa bisnis hadir
untuk melayani masyarakat umum, bukan sebaliknya.Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa
perusahaan didalam sistem pasar bebas,melalui eksekutif perusahaan, bertanggung jawab
kepada pemegang saham dalambentuk menghasilkan laba tetapi harus menyelaraskan hal
tersebut dengan aturandasar yang ada dalam masyarakat. Kedua hal tersebut kemudian
diwujudkan dalambentuk aturan hukum dan aturan etika. Hal tersebut menjadikan ukuran
kinerjaperusahaan tidak hanya terlihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkanlaba
tetapi juga bagaimana perusahaan dapat selaras dengan aturan hukum danetika yang
diharapkan oleh publik.
Perubahan ekpektasi publik terhadap bisnis juga akanmempengaruhi ekpektasi publik
terhadap peran akuntan. Trade Off antara akuntan sebagai bagian dari perusahaan dan
sebagaipenjaga kepentingan publik bisa dikatakan sulit. Pada satu sisi, akuntansebagai bagian
dari perusahaan diharapkan mampu dalam memenuhi tanggungjawabnya sebagai karyawan
dalam sebuah perusahaan, sisi lainnya adalah publikmengharapkan agar akuntan juga tetap
profesional dan memegang teguh nilai-nilaiobjektifitas, Integritas dan kerahasiaan untuk
melindungi kepentingan publik.
2. Pembahasan
Hubungan salingketergantungan antara perusahaan dan masyarakat mulai menjadi
pokok perhatianpada dekade 80’ an. Perusahaan kemudianmenanggapi harapan masyarakat,
baik sebagai shareholdermaupun sebagai stakeholderdenganmenghadirkan;
a. Menghadirkan konsep tata kelola perusahaan yangbaik (good corporate governance) melalui
pembentukan sistem pengendalianinternal untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan
dalam menghasilkan labadan melindungi hak-hak pemegang saham
b. Membuat serangakaian code of conduct sebagaipedoman bagi internal perusahaan dalam
hubungannya dengan para stakeholder seperti karyawan, pemerintahdan masyarakat umum.
3. Belajar dari Kasus Enron dan WorldCom
A. Kasus Enron
Sudut Pandang Perusahaan
Parapemegang saham enron kehilangan investasi sebesar $ 74 miliar ($ 450 miliar-$45miliar
diakibatkan oleh kecurangan) selama 4 tahun sebelum akhirnya Enrondinyatakan bangkrut.
Para pemegang saham akhirnya hanya mendapatkan sebesar $11.2 miliar melalui kompensasi
kerugian. Dalam hal ini dan Enron lalai dalammelindungi kepentingan pemegang saham,
antara lain melalui pelanggran etikaantara lainnya:
a. Dewan Direksi Enron tidak memiliki nilaiketerbukaan kepada para pemegang sahamnya. CEO
Enron sebelum Kenneth Lay,Jeffrey Skilling memberikan perintah bagi para eksekutif
perusahaan untuk terusmencari cara-cara untuk menutupi posisi utang perusahaan guna
mengelabuiekspektasi pemegang saham dan wall street.
b.Manajemen mengorbankan kejujuran demi nama baikdan reputasi mereka sebagai eksekutif
perusahaan paling terhormat dan palingsukses di Amerika serta kompensasi finansial mereka.
Ketika mereka mulaimengetahui bahwa beberapa dari lini bisnis mereka dan nilai saham
mereka mulaimengalami penurunan, mereka tidak jujur menyampaikannya kepada pemegang
sahamserta karyawan yang juga sebagai pemegang saham. Pada persidangan pada tahun2006,
hakim memutuskan bahwa CEO Enron kala itu, Kenneth Lay bersalah dengan
menyatakanbahwa “perusahaan sedang dalam puncaknya” kepada publik dan pemegang
sahamketika akhirnya lay mulai menyadari bahwa krisis keuangan Enron sudah tidakbisa
dikendalikan lagi.
Untuk dapatmelindungi kepentingan stakeholder,dewan direksi Enron membuat
serangkaian nilai-nilai etika yang termaktub dalam “Enron’s Code of Ethics”sebagaipanduan
bagi segenap direksi, manajer dan karyawan baik pada induk perusahaanEnron, Anak
perusahaan maupun afiliasinya, dalam melindungi kepentingan stakeholderseperti karyawan
perusahaan, regulator danpemerintah, masyarakat sebagaikonsumen serta alam dan
lingkungan. Tetapi, tujuan dari “Enron’s Code of Ethics” itu tidak tercapai karena adanya
berbagaipelanggaran etika, antara lain;
a. Enron gagal dalam melindungi kepentingankaryawan
Salah satu nilaietika dalam “Enron’s Code of Ethics”adalahintegritas
(integrit)y, dalam halini, Enron berjanji untuk mengatakan hal yang sebenar-benarnya kepada
yangmembutuhkan. Dana pensiun karyawan enron diinvestasikan dalam bentuk saham,
dansaham yang digunakan adalah saham enron. Ketika akhirnya manajemen enron
mulaimenyadari bahwa nilai saham mereka semakin merosot, pihak manajemen
mengatakanhal yang sebaliknya dan melarang penjualan saham oleh dana pensiun.
Akibatnyaadalah, dana pensiun karyawan kemudian mengalami kerugian yang besar
danakhirnya nasib dana pensiun karyawan kedepan mengalami ketidak pastian. Danapensiun
sebesar $ 2 miliar akhirnya hilang dan hanya tergantikan sebesar $ 85juta dari kompensasi
kerugian.
b. Enron gagal melindungi kepentingan masyarakat
Salah satu nilaietika dalam “Enron’s Code of Ethics”adalahexellence, dalam hal ini,Enron
berjanji untuk meningkatkat pelayanan melalui mutu kinerja kepada stakeholder sebagai cara
untukmeningkatkan reputasi mereka. Tujuan dari nilai etika ini tidak tercapai karenaadanya
kecurangan yang dilakukan para pelaku pemasaran Enron. Pada juni 2001,terjadi 38
pemadaman listrik bergilir di California yang sebagian besardiakibatkan oleh para pemasar
enron guna menaikkan daya tawar mereka dalammeningkatkan harga pelayanan listrik,
bahkan sampai 20x lipat.
Sudut Pandang Akuntan/Auditor
Berdasarkankode etik IAI independensi adalah sikap yang diharapkan dari
seorang akuntanuntuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya.
Setiapakuntan harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan dan
pengaruhyang tidak layak.
Dalamkasus Enron, Andersen melanggar independensinya sebagai auditor
Independendengan bekerja sama dengan klien untuk melakukan kecurangan dan
tidakmengungkapkan kenyataan sebenarnya.
Integritasmerupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan
masyarakat dan tantangannilai tertinggi bagi akuntan dalam menguji semua keputusannya,
yangmengharuskannya jujur dan terus terang dalam batasan objek pemeriksaan.
Objektivitasmerupakan suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi
pelayanan ataujasa akuntan. Ini merupakan ciri yang membedakan profesi akuntan dengan
profesilainnya. Prinsip ini menetapkan suatu kewajiban bagi akuntan untuk tidakmemihak,
jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan.
Andersen dalam kasus Enron sudah sangat jelas tidak mempertahankanintegritas
dan objektivitas, karena tidak ingin melepaskan Enron sebagai klienterbesarnya dan
mendapatkan fee yang besar dan membiarkan salah saji materialyang diketahuinya menjadi
semakin berkembang dan tidak diungkapkan.
B. Kasus WorldCom
SudutPandang Perusahaan
WorldCom gagaldalam melindungi kepentingan para pemegang sahamnya ketika CEO
WorldCom, BernieEbbers, melakukan pelanggaran etika bisnis, dengan cara menekan CFO
ScottSulivan untuk mencatatkan jumlah yang bukan sebenarnya dalam neraca
gunamengelabui investor dan wallstreet serta memudahkan merekan dalam
menerimapendanaan dari kreditor. Hal itu terlihat Ketika akhirnya skandal itu mulaitercium,
harga saham WorldCom anjlok sebesar 94 % pada januari 2002 dari harga$ 62 pada tahun
1999 serta macetnya pembayaran utang WorldCom kepadakreditornya.
Manajemen WorldCom,akibat pelanggaran dalam hal etika diatas, menyebabkan
WorldCom gagal dalammelindungi kepentingan stakeholder
a. WorldCom gagal dalam melindungi kepentingan karyawandan masyarakat dalam hal
kesejahteraannya. Dana pensiun Worldcom serta banyakdana pensiun masyarakat
diinvestasikan dalam bentuk saham WorldCom. ketikaakhirnya WorldCom dinyatakan
bangkrut, maka Dana Pensiun karyawan yangditanamkan dalam saham perusahaan kemudian
mengalami penurunan nilai yangsignifikan
b. WorldCom gagal dalam hal kepatuhannya terhadaphukum. Manajemen WorldCom dianggap
tidak mempunyai nilai kejujuran dimatapenegak hukum. WorldCom membohongipenegak
hukum dengan menghancurkan dokumen-dokumen pendukung skandal tersebutserta
memberi keterangan palsu di pengadilan. Tidak adanya nilai kejujurandiatas menjadi
pelengkap pelanggaran etika yang dilakukan oleh manajemenWorldCom.
SudutPandang Akuntan/Auditor
Setiappraktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan, atau
aktivitasyang dapat mengurangi integritas, objektivitas,dan reputasi profesi yang
dapatmengakibatkan pertentangan dngan jasa professional yang diberikannya.
Pelanggarandalam hal nilai-bilai tersebut dianggap mencederai nilai-nilai etika
profesiakuntan. Dalam kasus WorldCom, terjadi bentuk pelanggaran integritas,objektivitas,
serta reputasi profesi . Dalam hal ini, CFO WorlCom, ScottSullivan mendapatkan tekanan
dari CEO WorldCom, Bernard Ebbers, untuk mencatatkanbeban yang semakin tidak
terkendali kedalam pos investasi guna meningkatkannilai neraca perusahaan. Nilai aset dalam
neraca juga digelembungkan dengancara meningkatkan pos penerimaan dari"corporate
unallocated revenue accounts". Hal ini berakibat padamasyarakat, investor dan kreditor
dalam hal pengambilan keputusan.