Estuari Makalah b
-
Upload
fresha-aflahul-ula -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
description
Transcript of Estuari Makalah b
PENDAHULUAN
Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan
paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun
oleh proses-proses alamiah (Dahuri, 1992). Di lain pihak sebagian besar penduduk dunia (hampir
mencapai 70%) bermukim di sekitar wilayah pesisir dan sepanjang tepian sungai termasuk di
Indonesia.
Estuari yang berasal dari bahasa Latin aestus, berarti pasang-surut (Odum, 1971).
Berdasarkan definisi Pritchard (dalam Odum, 1971), estuari merupakan suatu bentukan masa air
yang semi tertutup di lingkungan pesisir, yang berhubungan langsung dengan laut lepas, sangat
dipengaruhi oleh efek pasang-surut dan masa airnya merupakan campuran dari air laut dan air
tawar.
Muara sungai, teluk-teluk di daerah pesisir, rawa pasang-surut dan badan air yang
terpisah dari laut oleh pantai penghalang (barrier beach), merupakan contoh dari sistem perairan
estuari. Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi (ekoton) antara habitat laut dan perairan
tawar, namun beberapa sifat fisis dan biologis pentingnya tidak memperlihatkan karakteristik
peralihan, lebih cenderung terlihat sebagai suatu karakteristik perairan yang khas (unik).
Penggunaan dan pelanggaran atas zona estuari oleh aktifitas manusia saat ini telah mencapai
tingkat yang sangat kritis, sehingga amatlah penting untuk lebih memasyarakatkan pemahaman
tentang kekhususan dan fungsi dari perairan ini. Karena apabila kecen-derungan perusakan
estuari ini tidak segera dikendalikan atau dikelola secara cermat dan bijaksana, dikhawatirkan
pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan estuari tidak akan berlangsung secara
berkelanjutan.
TINJAUAN PUSTAKA
Estuari merupakan bentukan badan air yang sangat khas baik dilihat dari segi morfologi,
fisis maupun sebagai suatu sistem secara keseluruhan. Secara geomorfologi estuari terbagai
menjadi 4 macam (Pritchard, 1967), sebagai berikut :
1. Estuari yang berupa rataan tergenang (Drowned river valley).
Biasanya banyak terbentuk di sepanjang pantai yang memiliki rataan pantai yang dangkal
dan lebar. Pada musim penghujan, air dari sungai mehgangkut sejumlah besar sedimen ke arah
estuari. Sedangkan pada musim kemarau aliran dari laut mendominasi lingkungan estuari, karena
debit air dari sungai sangat rendah.
2. Estuari bertipe fyord.
Tipe estuari ini biasanya terbentuk di perairan dalam. Morfologi dasar perairan estuari ini
biasanya berbentuk huruf U. Kurun sejarah pembentukannya diperkirakan dimulai pada jaman es
(glasial period), sehingga dapat digolongkan sebagai bentukan geologis berumur tua.
3. Estuari dengan pasir penghalang (bar-built estuaries).
Merupakan cekungan dangkal yang sebagian dasar perairannya akan muncul pada saat
surut. Perairan ini dapat dikatagorikan sebagai perairan semi tertutup, dengan adanya gundukan
pasir penghalang (bars) atau pulau-pulau penghalang (barrier islands). Bentukan penghalang
tersebut terputus-putus oleh saluran-saluran kecil (inlet) yang berhubungan langsung dengan laut
lepas. Pada kasus-kasus tertentu tumpukan pasir tersebut diendapkan di laut, pada kasus lain
tumpukan pasir penghalang tersebut merupakan bekas bentukan bukit-bukit pasir yang berubah
karena terisolasi oleh penaikan permukaan laut secara bertahap.
4. Estuari yang terbentuk oleh proses vulkanik
Tipe estuari ini terbentuk dari lekukan garis pantai (pesisir), dimana lekukan tersebut
terbentuk karena terjadinya patahan geologis atau oleh penurunan muka bumi secara lokal,
proses tersebut biasanya diikuti dengan pemasukan air tawar yang besar.
Pengklasifikasian tipe estuari lain yang juga merupakan hasil observasi Pritchard (dalam
Odum, 1971) adalah berdasarkan perbedaan profil hidrografik. Perbedaan ini disebabkan oleh
terdapatnya aliran yang berasal dari laut dan darat (sungai) seperti terlihat pada Gambar 1. Kedua
aliran tersebut akan menampakkan dominasi yang berlainan karena terdapatnya perbedaan faktor
fisik dan fisis pada setiap lingkungan estuari. Dimana perbedaan dominasi tersebut akan
menimbulkan perbedaan pada profil hidrologis perairan, seperti dalam pembagian berikut:
1. Profil hidrografis berlapis (Highly stratified).
Profil perairan ini disebabkan karena terdapatnya dominasi aliran sungai dibandingkan
dengan pasang-surut, sebagaimana yang biasa terjadi di muara sungai besar. Masa air tawar yang
besar cenderung terapung di atas air laut yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi, sehingga
terbentuk bidang pemisah di antar kedua lapisan tesebut (wedge) yang melintang di sepanjang
dasar perairan. Tipe pelapisan hidrografis ini akan memperlihatkan sifat holoklin (holocline)
pada salinitasnya, yaitu terdapatnya zona perubahan yang tajam pada salinitas air permukaan dan
air dasar di perairan estuari tersebut.
2. Profit hidrografis teraduk sebagian (Partially mixed).
Pada profil seperti ini, input air tawar dan pasang-surut lebih seimbang pengaruhnya.
Media pengadukkan yang bekerja secara dominan pada tipe perairan ini adalah efek pasang-surut
yang berlangsung secara periodik. Profil salinitas secara vertikal lebih tergradasi karena
terdapatnya pengadukan secara vertikal yang kemudian membentuk pola pelapisan yang
kompleks pada masa air (gambar 2).
3. Profil hidrografis tercampur sempurna (Vertically homogenous estuary).
Tipe estuari ini didominasi oleh efek pasang-surut yang kuat. Air cenderung teraduk
dengan sangat baik mulai dan permukaan hingga dasar perairan. Kandungan salinitas relatif
tinggi, hampir mendekati salinitas air laut. Variasi utama yang terjadi pada tipe estuari ini lebih
banyak terdapat secara horizontal dan pada secara vertikal. Estuari yang memiliki pasir
penghalang (bar-built estuary) atau estuari yang tidak memiliki sungai besar merupakan contoh
dan tipe perairan ini.
Sebagai suatu sistem, estuari merupakan satu kesatuan yang sangat kompleks.
Berdasarkan pada bentuk, kedalaman dan sebaran airiaut serta berbagai material lain ke seluruh
sistem, maka estuari dapat dibagi menjadi 4 subsistem (Gambar 3) sebagai berikut :
1. Subsistem laut (Marin).
Subsistem ini terletak tepat di mulut sungai yang langsung berhubungan dengan laut.
Pada zona yang didominasi oleh pengaruh laut ini, selalu terjadi percampuran biota yang berasal
dari lingkungan laut menuju estuari dan sebaliknya. Saluran utama berfungsi sebagai gerbang
keluar / masuk bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata bertaxa tinggi. Biota-biota tersebut
memanfaatkan kekayaan nutrien di daerah estuari ini untuk melangsungkan pertumbuhannya
yang melalui beberapa fase tersebut. Namun demikian ada pula beberapa estuari yang lebih
didominasi oleh komponen air laut, akibat kurangnya aliran air tawar.
Kelp dan algae dari jenis lain biasanya menutupi substrat batu dan membentuk mikrohabitat.
Invertebrata bentik yang terdapat di lingkungan ini dapat merupakan jenis marin atau jenis
estuari.
2. Subsistem teluk (Bay)
Daerah ini dicirikan dengan adanya hamparan rataan lumpur yang tampak ke permukaan
pada saat surut, dan tergenang oleh campuran air tawar dan air laut pada saat pasang. Rataan ini
tidak hanya terdiri dari lumpur, tapi juga butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai. Butiran
pasir yang berasal dari komponen daratan ini diendapkan di teluk bagian atas (bagian rataan yang
dangkal) dan sepanjang pinggiran saluran utama (main channel). Partikel yang lebih halus seperti
lempung dan lanau, terhanyutkan hingga mencapai tepian rataan di dekat rawa pasang-surut.
Pasir yang berasal dan laut dapat juga terbawa masuk ke dalam lingkungan perairan ini hingga
beberapa kilometer ke arah sungai, yaitu pada saat terjadi air pasang yang berenergi tinggi.
Air dengan kekayaan nutrien tinggi menggenangi daerah ini dua kali sehari. Air tersebut
merupakan media yang ideal bagi fitoplankton untuk dapat menangkap sinar matahari. hasil
asimilasi inilah yang merupakan suplai energi secara berkesinam-bungan bagi rantai makanan
biologis di lingkungan estuari ini. Energi matahari merupakan pemacu metabolisma kolektif dari
keseluruhan perairan estuari ini.
3. Rawa - rawa (Slough)
Rawa-rawa ini merupakan percabangan kecil yang menghubungkan teluk dengan saluran
utama dari sungai. Input air tawar di lingkungan ini biasanya sedikit. Pengaruh pasang-surut di
lingkungan ini tidak sebesar bagian lain dari estuari yang lebih dekat dengan laut. Umumnya
rawa-rawa ini terdiri dari saluran yang berkelok yang menerobos rataan lumpur hingga mencapai
bagian teluk utama. Saluran kecil inilah yang membawa air pasang hingga ke rawa pasang-surut
(marsh) dan bagian ujung dari hutan pantai di daerah tersebut.
4. Sungai (Riverine)
Subsistem ini terletak di daerah masuknya air tawar dari gunung menuju lingkungan
estuari. Sebagian besar dari subsistem ini berbentuk menyudut dan biasa disebut saluran sungai
yang terpengaruh
pasang-surut. Salinitas sepanjang tahun di lingkungan ini rendah, malah sebagian dari subsistem
ini seluruhnya terdiri dari air tawar.
Biota dan Produktifitas
Komunitas estuari membentuk komposisi yang unik berupa percampuran jenis endemik
(Jenis yang hidup terbatas di lingkungan estuari), jenis yang berasal dari ekosistem laut dan
sebagian kecil jenis biota yang dapat masuk/keluar dari lingkungan air tawar, yaitu biota yang
memiliki kemampuan osmoregulator yang baik. Gambar 4 memperlihatkan contoh variasi
komunitas biota di perairan estuari berdasarkan zonasi kedalaman air.
Sumber protein dari laut (seafood) merupakan contoh populasi yang baik dari
percampuran jenis endemik dan jenis perairan laut. Contoh dari jenis-jenis tersebut adalah
kerapu dari jenis Cynoscion nubulosus, sedangkan ikan dari jenis Brevootia sp di jumpai hidup
di perairan estuari hanya pada stadium awal. Demikian juga dengan kebanyakan jenis-jenis
komersial seperti tiram dan kepiting yang merupakan jenis utama lingkungan ini. beberapa jenis
komersial penting dari berbagai jenis udang hidup di laut lepas pada stadium dewasa, dan
melewati stadium awal hidupnya di lingkungan estuari. Daur hidup seperti ini sangat umum
dijumpai pada biota nekton di daerah pesisir, dimana estuari digunakan sebagai lahan asuhan.
kecenderungan tersebut diduga karena pada stadium larva, biota-biota memerlukan perlindungan
dan persediaan makanan yang baik. Ketergantungan dari sejumlah besar ikan yang memiliki nilai
komersial tinggi di lingkungan estuari, merupakan salah satu sebab ekonomis yang utama dalam
pelaksanaan preservasi habitat ini.
Lahan asuhan paling produktif dan paling penting adalah daerah pasang-surut dan zona
perairan dangkal yang biasanya juga merupakan daerah pertama penanggung beban akibat
pembangunan (modifikasi hasil aktifitas manusia) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Pada umumnya komponen organisme meroplanktonik (plankton temporal) mendominasi
perairan estuari dibandingkan dengan organisme holoplanktonik (permanen plankton).
Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari keragaman jenis organisme meroplankton yang lebih
tinggi, hal ini menunjukkan tingginya keragaman habitat biota bentiknya. Ikan belanak
merupakan jenis konsumen yang banyak dijumpai di lingkungan estuari di seluruh dunia, karena
tingkat fleksibilitas dalam prilaku makannya yang tinggi. Dimana jenis tersebut mampu untuk
mendapatkan makanan pada berbagai tingkat tropik dalam rantai makanan (Odum dalam Odum,
1971).
Lingkungan estuari termasuk dalam kategori ekosistem produktif alamiah (Natu-rally
productive ecosystem) yang setara dengan tingkat produktifitas hutan hujan primer dan terumbu
karang. Secara garis besar tingginya produktifitas lingkungan estuari dapat dirinci sebagai
berikut:
A. Estuari sebagai perangkap nutrien (Nutrient trap)
Keadaan ini dimungkinkan dengan sistem pengayaan sendiri secara cepat di lingkungan
ini. Sistem tersebut setara dengan sistem terumbu karang dan fenomena tersebut terjadi karena
beberapa faktor berikut ini:
1. Terdapatnya karakteristik fisis dan biologis yang khas.
2. Kemampuan penyimpanan dan cepatnya perputaran siklus nutrien oleh biota bentik.
3. Terdapatnya bentukkan formasi dalam sedimen yang terdiri dari bahan organik detritus.
4. Pengembalian (recovery) nutrien dari sedimen perairan dalam, melalui aktifitas mikroba.
5. Penembusan lapisan sedimen yang dalam oleh akar tanaman atau oleh biota penggali.
Kecenderungan alamiah ini berlaku juga dalam proses eutrofikasi, faktor inilah yang
membuat lingkungan estuari menjadi sangat rentan terhadap polusi, karena polutan akan
terperangkap di lingkungan tersebut seperti yang terjadi dengan nutrien.
B. Keunikan estuari dalam penyediaan produsen sepanjang tahun.
Estuari memiliki kelebihan dalam keanekaragaman tipe produsennya, yang terprogram
untuk tersedia sepanjang tahun, tanpa dipengaruhi oleh musim. Perairan ini biasanya memiliki
ketiga tipe produsen yang mendukung produsen seluruh isi bumi, yakni makrofit (rumput laut,
lamun dan rumput paya), mikrofit bentik dan fitoplankton.
C. Pasang - surut sebagai faktor terpenting dalam fluktuasi air.
Fluktuasi air di dalam ekosistem estuari sangat dipengaruhi oleh pasang-surut. Pada
umumnya semakin tinggi amplitudo pasang surut maka semakin besar pula potensi produktifitas.
Gerakan bolak-balik dari air merupakan proses yang sangat berarti dalam pembuangan limbah
dari ekosistem tersebut dan pengangkutan makanan serta nutrien dari lingkungan sekitarnya.
Estuari, seperti juga sistem eutrofik lain kadang-kadang terkena penyakit yang berada dalam
tingkat di luar kontrol pemulihan sendiri.
URGENITAS PENATAAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN ESTUARI DI
INDONESIA
Sudah sejak berabad-abad lalu manusia di seluruh dunia termasuk di Indonesia
memanfaatkan daerah pesisir untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Selain meman-
faatkannya sebagai daerah pemukiman, iqdustri, pertanian, perikanan dan pariwisata, daerah
estuari pun digunakan sebagai tempat penampungan limbah baik industri maupun domestik.
Peningkatan jumlah penduduk beserta kualitas hidupnya, telah meningkatkan kebutuhan manusia
akan sumberdaya dan jasa-jasa dari lingkungan estuari ini. (Dahuri, 1992) menyebutkan bahwa
peningkatan permintaan akan sumberdaya beserta jasa-jasa dari lingkungan estuari ini telah
menimbulkan tekanan terhadap sebagian perairan estuari di Indonesia, khususnya di daerah
industri dan padat penduduk. Hal ini merupakan ancaman terhadap kapasitas berkelanjutan dari
perairan estuari dalam memenuhi permintaan manusia dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan.
Dengan curah hujan yang tinggi dan banyaknya jumlah sungai yang bermuara di laut,
Indonesia memiliki daerah estuari yang sangat luas dan produktif (Dahuri, 1992). Sudah
selayaknyalah kekayaan alam yang kita miliki ini dimanfaatkan dengan baik dan bijaksana,
yakni dengan mempertimbangkan keutamaan fungsi lingkungan ini secara alamiah. Perencanaan
pemanfaatan yang holostik, yakni dengan mempertimbangkan faktor ekologis dan kelangsungan
setiap elemen ekosistem ini, tidak hanya meng-hasilkan keuntungan sesaat pada manusia sebagai
pengguna utama, tapi juga akan mendatangkan keuntungan berganda bagi pengguna itu sendiri.
Keuntungan ganda yang dimaksud adalah keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara alamiah
dan keuntungan yang didapat dengan modifikasi pengolahan yang bijaksana.
Odum, 1976 berpendapat bahwa perencanaan penggunaan kawasan pantai harus
dikaitkan dengan perencanaan penyeluruh secara ekologis dalam bentuk zonasi lingkungan.
Perencanaan zonasi lingkungan dikelompokkan dalam tiga kategori penggunaan sebagai berikut:
1. Zona untuk pengembangan intensif.
2. Zona untuk kohservasi.
3. Zona untuk preservasi.
Kasry, 1992 berpendapat bahwa perencanaan lingkungan dengan sistem zonasi ini cukup
kompleks, namun dengan dukungan berbagai pihak yang berwenang terutama pihak pengambil
keputusan, maka hasil yang diharapkan lebih mungkin untuk dapat tercapai. Keberhasilan
penerapan sistem penzonaan ini memerlukan dua prasarana pendukung utama yakni :
1. Harus ada peraturan perundangan dan organisasi administratif yang kuat dalam pemerintahan,
untuk dapat menciptakan, memelihara dan memiliki kekuatan dalam pengaturan penzonaan ini,
sehingga integritas zona-zona tersebut dapat dipertahankan.
2. Harus ada metoda yang mendasari keputusan penentuan penzonaan ini. Keputusan ini jangan
semata-mata didasari pada kemauan politis, tapi juga didasarkan pada pertimbangan nyata dan
akurat terhadap faktor ekonomis, ekologis dan estetika.
DAFTAR PUSTAKA
DEPARTMENT OF LAND CONSERVA-TION AND DEVELOPMENT, STATE OF
OREGON. 1987. The Oregon estuary plan book. Oregon.
DAHURI. R. 1992. Strategi penelitian estuari di Indonesia. Pros. Loka. Nas. Peny. Prog. Pen.
Bio. Kelautan dan Proses Dinam.Pesisir. UNDIP, Semarang.
KASRY, A. 1992. Pemanfaatan, pengelolaan dan pengkajian kawasan estuari. Pros. Loka. Nas.
Peny. Prog. Pen. Bio. Kelautan dan Proses Dinam. Pesisir. UNDIP, Semarang.
ODUM, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd Ed. 1971. W.B. Saunders Co., Toronto : 374
pp.
ODUM, W.E. 1976. Ecologycal gudelinines for tropical coastal development. In-ternational
Union for Conservation of Nature and Resources. Morges. Swit-zerland.
PRITCHARD, D.W. 1976. What is an estu-ary : Physical view point. In Estuaries (G.H. Lauff,
es.). Amer. Assoc. Adv. Sci. Publ. No. 83. Washington D.C. p:3-5
31
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XIX No. 3, 1994