Estimasi Populasi Gastropoda

8
ESTIMASI POPULASI GASTROPODA Almira Islamei Pratiwi 12/331713/PN/12797 Teknologi Hasil Perikanan INTISARI Makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan karena peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh parameter fisik ,kimia, dan biologi perairan. Gastropoda merupakan salah satu hewan makrobentos yang hidup dengan menempel pada batu yang menjadi substrat dasar perairan, jadi gastopoda juga dapat disebut makrobentos. Gastropoda berperan sebagai salah satu indikator pencemaran di sebuah area perairan. Untuk mengetahui populasi gastropoda pada suatu perairan dilakukan dengan metode tanpa plot (plotless). Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda). Praktikum dilaksanakan tanggal 1 April 2013 di Sungai Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Praktikum diawali dengan membagi menjadi 4 stasiun, setelah itu sebatang tongkat ditancapkan ke dasar perairan dan menghitung jumlah gastropoda di sekitar tongkat tersebut. Setelah itu ukur parameter fisik, kimia, dan biologi. Hasil pengamatan didapat bahwa densitas pada stasiun 2 merupakan yang paling tinggi dengan perincian stasiun 1723,7 indv/m 2 , stasiun 1 102,99 indv/m 2 , stasiun 3 21,75 indv/m 2 , stasiun 4 7,31 indv/m 2 . Adanya kelompok bentos yang menetap dan daya adapatasi yang bervariasi menandakan bahwa kualitas air di Sungai Tambak Bayan masih tergolong baik. Kata kunci : Densitas Gastropoda, Estimasi Populasi, Gastropoda, Makrobentos, Pencemaran, Plotless.

description

-

Transcript of Estimasi Populasi Gastropoda

Page 1: Estimasi Populasi Gastropoda

ESTIMASI POPULASI GASTROPODAAlmira Islamei Pratiwi12/331713/PN/12797

Teknologi Hasil Perikanan

INTISARIMakrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan karena peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh parameter fisik ,kimia, dan biologi perairan. Gastropoda merupakan salah satu hewan makrobentos yang hidup dengan menempel pada batu yang menjadi substrat dasar perairan, jadi gastopoda juga dapat disebut makrobentos. Gastropoda berperan sebagai salah satu indikator pencemaran di sebuah area perairan. Untuk mengetahui populasi gastropoda pada suatu perairan dilakukan dengan metode tanpa plot (plotless). Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda). Praktikum dilaksanakan tanggal 1 April 2013 di Sungai Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Praktikum diawali dengan membagi menjadi 4 stasiun, setelah itu sebatang tongkat ditancapkan ke dasar perairan dan menghitung jumlah gastropoda di sekitar tongkat tersebut. Setelah itu ukur parameter fisik, kimia, dan biologi. Hasil pengamatan didapat bahwa densitas pada stasiun 2 merupakan yang paling tinggi dengan perincian stasiun 1723,7 indv/m2, stasiun 1 102,99 indv/m2, stasiun 3 21,75 indv/m2, stasiun 4 7,31 indv/m2. Adanya kelompok bentos yang menetap dan daya adapatasi yang bervariasi menandakan bahwa kualitas air di Sungai Tambak Bayan masih tergolong baik.Kata kunci : Densitas Gastropoda, Estimasi Populasi, Gastropoda, Makrobentos, Pencemaran, Plotless.

Page 2: Estimasi Populasi Gastropoda

PENDAHULUANGastropoda adalah organisme yang menempati dasar perairan baik sungai, danau,

maupun laut. Gastropoda sendiri memiliki kemampuan untuk mendegradasi senyawa organik yang terakumulasi di dasar perairan. Ketahanan gastropoda terhadap berbagai parameter lingkungan yang rendah termasuk cukup tinggi. Sejauh ini pencemaran air di beberapa titik mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah organisme dalam perairan. Namun, gastropoda merupakan indikator perairan yang bersifat kosmoplit yakni dapat menjadi parameter sejauh mana tingkat pencemaran yang disebabkan oleh limbah. Praktikum ini dilakukan untuk mengestimasi populasi gastropoda di Sungai Tambak Bayan, dan mempelajari penerapan metode plotless, serta mempelajari korelasi antara tolokukur lingkungan dengan populasi gastropoda.

Gastropoda merupakan kelas dari mollusca yang paling besar dan paling sukses dalam siklus hidupnya, hal ini dapat dilihat dari variasi habitatnya yang sangat beragam, spesies-spesies gastropoda yang hidup di laut maupun yang hidup dalam berbagai tipe substrat dasar perairan (Barnes, 1987). Gastropoda merupakan salah satu contoh dari beberapa jenis makrobentos, pada umumnya memiliki cangkang. Berdasarkan alat pernafasannya gastropoda dibedakan menjadi prosobranchiata yakni kelompok gastropoda yang bernafas dengan insang dan pulmonata yakni gastropoda yang menggunakan paru-paru sebagai alat pernafasan (Oemarjati, 1990). Gastropoda berarti hewan yang berkaki perut (Fictor, dkk, 2009). Gastropoda bergerak dengan menggunakan perut. Hidup di darat, air tawar dan air laut. Tubuhnya memiliki cangkang yang melingkar (Pratiwi, dkk, 2004). Kehidupan bentos sangat dipengaruhi oleh aliran air. Adanya aliran air yang lambat dapat menyebabkan suatu perairan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan kuantitas fauna yang tinggi pula. Sebagian besar makrobentos dapat dijumpai di daerah pinggiran sungai karena wilayah tersebut mendapat masukan bahan organik yang banyak (Barnes and Mann, 1980).

Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda).

METODOLOGIPraktikum kali ini dilaksanakan di Sungai Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta, pada

hari Senin, 1 April 2013 pukul 13.30 sampai selesai. Praktikum menggunakan beberapa prinsip kerja dimulai dari membagi stasiun menjadi 4 bagian. Setelah itu ambil cuplikan secara acak dengan cara menancapkan batang tongkat ke dasar perairan. Kemudian gastropoda terdekat dari tongkat dicari kemudian ukur dan catat berdasarkan pengamatan seluruh titik-titik pengamatan pada masing-masing stasiun dengan menggunakan rumus D=D2/(S-2). D= (S-1)/Y, Yi = (Xi)2, dengan keterangan S = jumlah titik cuplikan, D = estimasi kerapatan gastropoda, X = jarak terdekat gastropoda dengan titik yang ditentukan secara acak, Y = luas area kajian. Pada kandungan DO digunakan metode Winkler, digunakan rumus = 1000/50 x Y x 0,1 mg/l. Pengukuran kandungan CO2 bebas dengan metode alkalimetri dengan rumus 1000/50 x C x 1 mg/l. Dan kecepatan arus dengan menggunakan bola pingpong.

Pada praktikum ini digunakan alat-alat seperti tongkat kecil, bola pingpong, stopwatch, roll meter, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur/buret, pipet tetes, mikroburet, kertas label, dan pensil. Dan bahan seperti : larutan buffer, MnSO4, reagen oksigen, H2SO4, 1/80 N N2S2O3, 1/44 N NaOH, 1/50 N H2SO4, indikator amilum, indikator PP, indikator MO, dan 4% formalin. Pada masing-masing stasiun dilakukan pengamatan beberapa parameter lingkungan sebagai tolokukur yaitu parameter fisik meliputi suhu dan kecepatan arus, parameter kimia meliputi pH, DO, CO2 bebas, serta alkalinitas dan parameter biologi meliputi organisme yang ada di lokasi perairan.

Page 3: Estimasi Populasi Gastropoda

PEMBAHASANGastropoda merupakan salah satu kelas dalam filum mollusca. Gastropoda berasal

dari bahasa Yunani, Gaster yang berarti perut dan Podos yang berarti kaki. Gastropoda berarti hewan yang berkaki perut (Fictor, dkk, 2009). Gastropoda ini begerak dengan menggunakan “perutnya”. Hidup di darat, air tawar, dan di air laut. Tubuhnya memiliki cangkang yang melingkar, ada yang melingkar ke kanan dan ada pula yang melingkar ke kiri (Afghanaus, 2012).

Gastropoda memiliki bentuk cangkang tang beragam, ada yang conical, biconical, abconical, turreted, fusiform, patelliform, ovoid, discoidal, involute, obavatus, globase, lenticular, bulloid, cylindrycal, dan trochoid (Oemarjati dan Wardhana, 1990).

Kondisi substrat dasar yang berbatu merupakan habitat paling baik untuk makrobentos dibanding dengan substrat pasir dan kerikil, karena pasir dan kerikil dapat membuat makrobentos mudah terbawa arus (Odum, 1971). Adapun kehadiran dan kemelimpahan gastropoda dipengaruhi oleh pH, kandungan karbonat, DO, dan makanan. Pada umumnya gastropoda tersebar luas di habitat air tawar, muara dari laut (Barnes dan Mann, 1980). Kadar DO yang sesuai untuk kehidupan gastropoda adalah antara 5—8 ppm. Sementara kadar CO2 harus di bawah 12 ppm karena kalau lebih maka akan mengakibatkan tekanan fisiologis pada makrobentos (Odum, 1971).

Pada acara praktikum estimasi populasi gastropoda ini dilakukan di Sungai Tambak Bayan, Sleman, Yogyakarta. Sungai ini memiliki kondisi substrat yang berpasir dan berbatu besar. Memiliki warna air yang jernih. Sungai ini seringkali dipergunakan oleh warga sekitar untuk melakukan aktivitas rumah tangga seperti mandi, cuci, minum, dan sering digunakan anak-anak untuk bermain. Cuaca di sungai ini cukup sejuk dan rindang, di kanan kiri sungai masih didominasi oleh rumput liar dan pohon-pohon yang rimbun. Di sungai ini terdapat sampah, namun kuantitas sampahnya tidak banyak seperti sungai pada umumnya.

Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode tanpa plot (plotless). Metode ini digunakan agar lebih efisien sebab gastropoda sifatnya menyebar di seluruh perairan. Hal ini jelas berbeda dengan metode yang dilakukan pada praktikum ekosistem sungai yang menggunakan plot untuk mengestimasi makrobentos.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa stasiun 1 memiliki densitas gastropoda sebesar 102,99 indv/m2, dengan kecepatan arus 0,48 m/s. Banyak sedikitnya gastropoda di suatu daerah tergantung pada arus air. Arus sedang menyebabkan banyak gastropoda yang hidup, karena nutrien yang dibutuhkan tidak ikut terbawa arus dan gastropoda tercukupi nutriennya (Wardani, 2002). Kadar DO pada stasiun 1 sebesar 7,1 ppm. Kadar DO sudah cukup tinggi sebab pada stasiun 1 merupakan daerah yang belum terlalu banyak sampah dan limbah rumah tangga. Besar kecilnya DO mempengaruhi jumlah populasi gastropoda yang ada, kehidupan organisme seperti gastropoda akan stabil jika kandungan O2 normal dan kadar CO2 tidak terlalu besar. Kadar CO2 pada stasiun 1 sebesar 11,7 ppm. Kadar CO2 sebesar 11,7 ppm belum tergolong tinggi sehingga perairan masih dikategorikan baik. Oleh sebab itu populasi gastropoda juga masih banyak. Faktor yang menyebabkan rendahnya kandungan CO2 adalah pada saat pengambilan parameter dilakukan pada sore hari dan dalam keadaan mendung, sehingga tidak terjadi proses fotosintesis. Dengan demikian kadar CO2 menurun.Dari hasil pengamatan diperoleh grafik sebagai berikut.

Page 4: Estimasi Populasi Gastropoda

1 2 3 40

500

1000

1500

2000

Densitas Gastropoda

Stasiun

Dens

itas G

astr

opod

a

1 2 3 40

2

4

6

8

Kandungan DO VS Stasiun

Stasiun

DO (p

pm)

Grafik 1. Hubungan Antara Densitas Gastropoda dengan Kandungan DO VS Stasiun

Grafik di atas menunjukkan hubungan antara densitas gastropoda dengan kandungan DO. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa stasiun 2 memiliki densitas gastropoda terbanyak, dengan kadar DO sebanyak 5,2 ppm. Sementara pada stasiun 4 memiliki kadar DO yang paling rendah. Hal ini disebabkan karena pada stasiun 4 telah mengalami pencemaran limbah yang terbawa dari hulu, serta banyaknya penduduk yang melakukan aktivitas rumah tangga. Besar kecilnya DO dapat dijadikan indikator timbulnya pencemaran. Kehidupan organisme seperti gastopoda akan stabil jika kandungan O2 normal dan kadar CO2

tidak terlalu besar, karena organisme dapat mendapatkan oksigen yang cukup untuk kehidupannya (Fardiaz, 1992).

1 2 3 40

500100015002000

Densitas Gastropoda

Stasiun

Dens

itas G

astr

opod

a

1 2 3 40

0.20.40.60.81

Kecepatan Arus VS Stasiun

Stasiun

Kece

pata

n Ar

us (m

)

Grafik 2. Hubungan Antara Densitas Gastropoda dengan Kecepatan Arus VS Stasiun.

Grafik di atas menunjukkan hubungan antara densitas gastropoda dengan kecepatan arus. Densitas gastropoda tertinggi berada pada stasiun 2 sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Namun densitas gastropoda yang tinggi tidak seharusnya diikuti oleh kecepatan arus yang tinggi pula. Karena jika arus deras maka gastropoda tidak akan dapat menempel pada substrat dan justru akan terbawa arus yang deras. Lagipula jika arus deras, maka nutrien yang ada akan terbawa arus. Lain halnya dengan stasiun 1 yang memiliki arus dan densitas gastropoda yang sama-sama kecil. Hal ini tidak sesuai, sebab stasiun 1 yang merupakan hulu sungai seharusnya memiliki arus yang lebih deras. Stasiun 3 dengan arus sedang dan densitas gastropoda yang kecil. Dan stasiun 4 memiliki arus lambat dan densitas gastropoda yang kecil.

Page 5: Estimasi Populasi Gastropoda

1 2 3 40

500100015002000

Densitas Gastropoda

Stasiun

Dens

itas G

astr

opod

a

1 2 3 405

101520

Kandungan CO2 Bebas VS Stasiun

StasiunKand

unga

n CO

2 ( p

pm)

Grafik 3. Hubungan Antara Densitas Gastropoda dengan Kandungan CO2 Bebas VS Stasiun.

Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara densitas gastropoda dengan kandungan CO2 bebas. Stasiun yang memiliki kadar CO2 tertinggi adalah stasiun 4 dengan densitas gastropoda terkecil. Hal ini sudah sesuai, sebab stasiun 4 letaknya di hilir dan banyak bahan cemaran dan limbah rumah tangga, dan mengakibatkan densitas gastropoda yang kecil juga. Stasiun 1 memiliki kandungan CO2 bebas sebesar 11,7 ppm dengan densitas gastropoda 102,99. Stasiun 2 CO2 bebasnya 11,1 ppm dengan densitas gastropoda paling tinggi, stasiun 3 kandungan CO2 bebasnya terendah yakni 8,4 ppm dan densitas gastropodanya sebesar 21,75 indv/m2. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stasiun 2 adalah stasiun yang paling baik karena memiliki densitas gastropoda tertinggi.

KESIMPULANPraktikum ekologi perairan estimasi populasi gastropoda ini menggunakan metode

plotless yakni dengan menancapkan batang tongkat ke dasar perairan. Parameter fisik seperti kecepatan arus, parameter kimia seperti kadar DO & kandungan CO2 bebas, dan parameter biologi yakni densitas gastropodanya saling mempengaruhi dan berpengaruh juga terhadap populasi gastropoda yang ada.

Stasiun yang memiliki kualitas air terbaik adalah stasiun 2 karena memiliki densitas gastropoda terbanyak yakni 1723,7 ind/m2.

SARANSebaiknya mencari lokasi praktikum selain di Sungai Tambak Bayan, supaya dapat

dilakukan perbandingan antar kualitas perairannya.

DAFTAR PUSTAKAAfghanaus. 2012. Biologi Laut. Gramedia. JakartaBarnes. 1987. Fundamental of Aquatic Ecosystem. Blackwell Scientific Publication. OxfordBarnes, R.S.K. and Mann. 1980. Fundamental of Aquatic Ecosystem. Blackwell Scientific

Publication. OxfordFardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. YogyakartaFictor, F.d.k.k. 2009. Praktis Belajar Biologi SMA X. BSE. JakartaOdum, E.P. 1966. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. YogyakartaOemardjati, S. Boen dan Wisnu Wardhana. 1990. Taksonomi Avertebrata. Pengantar

Laboratorium. UI Press. Jakarta

Page 6: Estimasi Populasi Gastropoda

Pratiwi, N. d.k.k.2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Institut Pertanian Bogor. BogorWardani. 2012. Ekosistem Sungai dan Penanganannya. Grafindo Media Tama. Bandung