Essay UAS Studi Dasar Arsitektur 1 UNTAR 2011 (Masjid Al-Irsyad)

download Essay UAS Studi Dasar Arsitektur 1 UNTAR 2011 (Masjid Al-Irsyad)

of 20

description

ARSITEKTUR DALAM RUANG, WADAH KEGIATAN, DAN URBAN CONTEXT

Transcript of Essay UAS Studi Dasar Arsitektur 1 UNTAR 2011 (Masjid Al-Irsyad)

ARSITEKTUR DALAM RUANG, WADAH KEGIATAN, DAN URBAN CONTEXT

UNTUK MEMENUHI UJIAN AKHIR SEMESTER STUDI DASAR ARSITEKTUR 1 UNIVERSITAS TARUMANAGARA DOSEN: Ir. TITI AMANTARI, M.Si

OLEH TIMOTHY RADHITYA D 315110096 KELAS B / KELOMPOK 5

Sekapur SirihPuji dan syukur saya panjatkan pada Tuhan atas selesainya karya tulis ilmiah yang berjudul Arsitektur Dalam Ruang, Wadah Kegiatan dan Urban Context. Banyak tantangan dan rintangan dihadapi dalam mengerjakan dan menyelesaikan karya tulis ini mulai dari keterbatasan bahan sampai keterbatasan waktu yang tersedia. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi ujian akhir semester Studi Dasar Arsitektur 1. Adapun karya tulis ini berisi tentang analisa bangunan yang menyangkut tiga buah aspek yaitu arsitektur dan ruang, arsitektur dan wadah kegiatan, arsitektur dan urban context. Bangunan yang dianalisis adalah Masjid Al irsyad yang berlokasi di Kota Baru Parahyangan, Bandung, Jawa Barat. Karya tulis ini diharapkan bisa memberikan informasi atau dasar pada pembaca maupun pada peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian mengenai bangunan yang sama. Akhir kata, tidak ada gading yang tidak retak, bila ada kesalahan dalam materi, penulisan, maupun informasi yang diberikan, saya mohon maaf dan kritik yang diberikan akan saya gunakan sebagai referensi untuk memperbaiki tulisan-tulisan berikutnya. Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2011

Timothy Radhitya Djagiri 315110096

Daftar Isi1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan Landasan Teori Isi Kesimpulan Daftar Pustaka 1 2 .8 .. 16 17

1.

PENDAHULUAN

An architect knows something about everything. An engineer knows everything about one thing. Matthew Frederick (101 Things I Learned in Architecture School)

Arsitektur merupakan suatu kajian yang sangat erat dengan kehidupan manusia dan berhubungan dengan berbagai macam bidang dan kajian lain. Proses kreatif dalam perancangan arsitektur memiliki opsi yang tidak terbatas dan output yang selain menarik, juga berguna serta kokoh. Ini merupakan hal paling utama yang merupakan dasar dari arsitektur yaitu Venustas (keindahan), Utilitas (kegunaan), Firmitas (kekokohan) yang diungkapkan oleh Vitruvius (Decem Libri de Architectura). Keindahan merupakan suatu kesan visual maupun penginderaan yang timbul saat kita melihat atau memasuki sebuah bangunan arsitektur. Kekokohan struktur yang ada melengkapi kesan estetik dengan menghadirkan kesan aman dan nyaman dalam suatu bangunan arsitektur. Setiap bangunan arsitektur memiliki suatu kegunaan tersendiri dan seluruh bentuk dan ruang harus mengakomodasi setiap fungsi bangunan yang ada. Hal ini sesuai dengan ungkapan Form follows function oleh Louis Henry Sullivan (1856-1924) Dalam memenuhi ketiga hal diatas, arsitektur memanipulasi ruang yang ada sehingga mampu menampung seluruh kegiatan yang akan dilakukan dan kebutuhan yang diperlukan. Namun, arsitektur tidak sembarangan saja dibuat tanpa memperhatikan urban context yang ada pada daerahnya. Masalah yang akan diangkat pada tulisan ini adalah 1. Arsitektur dan ruang 2. Arsitektur dan wadah kegiatan 3. Arsitektur dan urban context dari bangunan yang akan ditinjau yaitu Masjid Al Irsyad, Kota Baru Parahyangan, Bandung, Jawa Barat.

2.

LANDASAN TEORI

2.1 ARSITEKTUR DAN RUANGRuang, baik yang terlihat maupun tidak, merupakan suatu bingkai dalam kehidupan manusia. Setiap aktivitas yang dilakukan manusia terjadi pada suatu ruang tertentu. Ruang berbentuk sembarang dan abstrak dibentuk menjadi ruang yang tertata dan ditangkap dalam suatu bangunan arsitektur yang utuh. Oleh karena itu arsitektur menciptakan ruang dengan perencanaan yang menyeluruh baik interior maupun interior. Esensi dari arsitektur adalah ruang dan bagaimana mengorganisasinya. Ruang yang dibentuk tentu memenuhi seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dan kebutuhan yang diperlukan. Oleh karena itu, ruang dirancang tidak sembarangan tapi dengan suatu perencanaan tertentu sehingga terbentuk ruang fungsional yang efisien dan memiliki nilai estetika tersendiri. Mengenai deskripsi ruang itu sendiri terdapat dua pandangan berbeda yang dianut. Daerah barat seperti Eropa dan Amerika memiliki pengertian terhadap ruang yaitu sebagai sesuatu yang dibatasi oleh kejelasan fisik yang terlihat dan dapat dipahami keberadaannya. Dengan arti lain, ruang arsitektur merupakan suatu bangunan yang memiliki batas yang jelas dan massive dan diinterpretasikan secara tersirat sebagai suatu bangunan nyata dan tertutup. Pengertian ini dipengaruhi oleh paham geometri Euclidean yang memberikan konsep ruang sebagai suatu ketepatan representasi secara fisik. Hal ini membuat ruang memiliki batas yang tertutup.Gambar 2.1 Notre Dame de Paris, Perancis (kiri) dan Buckingham Palace, Inggris (kanan) merupakan contoh ruang dengan batas fisik yang jelas pada bangunan barat.

Versi timur memiliki definisi yang berbeda terhadap versi barat, versi timur menganut prinsip kekosongan yang membuat sebuah ruang yang terasa eksistensinya. Hal ini membuat bangunan arsitektur di dunia bagian timur memiliki suasana yang terbuka dan batas ruang yang semu, dalam arti tidak langsung terlihat namun terasa oleh tata ruangnya. Batas ruang yang ada lebih pada perasaan yang timbul jika memasuki suatu ruang daripada sekedar penginderaan semata khususnya secara visual. Ruang tidak terbatas pada tembok, lantai, dan atap melainkan dengan lingkup yang tidak bisa dirasakan secara langsung.Gambar 2.2 Pendopo jawa contoh ruang yang berasal dari kekosongan dibatasi dan langsung tidak oleh

kejelasan fisik.

Pada masa sekarang ruang pada barat dan timur saling beradaptasi. Tidak jarang ditemukan ruang-ruang

yang tidak secara langsung dibatasi oleh batas fisik di daerah barat dan begitu sebaliknya di daerah timur. Ideologi yang menentukan definisi ruang pada masa sekarang dan masa depan akan terus berubah seiring dengan perkembangan budaya dan kebutuhan pada kehidupan manusia sebagai pengguna ruang itu sendiri. Menurut Francis D.K Ching, ruang dibentuk oleh susunan titik, garis, dan bidang. Unsur tersebut dipadukan dengan perbedaan warna, struktur, material dan pola. Unsur unsur

terebut merupakan hal dasar dalam membentuk suatu ruang dan dapat dimanipulasi sesuai konsep ruang yang diinginkan. Bukti nyata arsitektur pada masa kini membuktikan bahwa tidak ada batasan dalam penggunaan unsur-unsur tersebut dan dapat dimanipulasi secara kreatif dan fungsional.

Gambar

2.3

Berbagai

bangunan modern di China yang menunjukan

penggunaan secara kreatif unsur-unsur ruang pembentuk

2.2 ARSITEKTUR DAN WADAH KEGIATANArsitektur memiliki hubungan erat dengan kegiatan manusia karena pada esensinya arsitektur merupakan kajian yang untuk menciptakan ruang yang berfungsi

memenuhi/memfasilitasi kegiatan manusia dan memenuhi kebutuhan manusia. Secara singkat, kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai dengan hirarki kebutuhan oleh Abraham Maslow yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis atau dasar 2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi 4. Kebutuhan untuk dihargai 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Gambar 2.4 Piramida yang menggambarkan hirarki kebutuhan oleh Abraham Maslow

Pada awalnya arsitektur secara sederhana memenuhi kebutuhan biologis, kebutuhan untuk bernaung/berlindung (rasa aman) atau memenuhi dua level pada hirarki kebutuhan. Contoh seperti rumah pohon dan igloo.Gambar 2.5 Igloo merupakan contoh wadah kegiatan sederhana

Pada perkembangannya berbagai kegiatan dan kebutuhan mulai diakomodasi oleh bangunan arsitektur. Hal ini ditunjukan dengan adanya pembagian ruang dalam bangunan. Bangunan arsitektur masa kini banyak diusahakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang ada dalam piramida hirarki kebutuhan.Gambar Denah yang 2.6 rumah kompleks

(atas) dan rumah sederhana Jepang (bawah) menunjukan perkembangan akan kebutuhan sehingga ada

pembagian ruang dalam rumah.

Bangunan arsitektur dalam memenuhi kebutuhan dan kegiatan manusia diharuskan untuk

mempertimbangkan aspek-aspek berikut: 1. Kegiatan 2. Pelaku 3. Kebutuhan sarana Dalam perancangan arsitektur hal pertama yang ditinjau adalah kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian ditinjau siapa pelaku yang akan melakukan kegiatan tersebut. Pada tahap akhir ditentukan apa saja kebutuhan sarana atau perabot yang diperlukan sehingga ruang dapat secara maksimal dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pelaku. Contoh bangunan perpustakaan: y y Kegiatan Pelaku : membaca, belajar, surfing internet : Anak-anak hingga dewasa

y

Kebutuhan sarana : rak buku, meja, kursi, komputer, internet

Kegiatan merupakan hal yang mendasar dalam analisis merancang sebuah ruang karena bentuk ruang harus mengakomodasi setiap kegiatan yang ada (form follows function). Dari analisis kegiatan, kemudian ditentukan batas-batas ruang dan area sirkulasi (ergonomi), pada akhirnya menjadi suatu ruang yang fungsional. Selain memiliki guna yang membuat ruang menjadi fungsional, bangunan juga memiliki jiwa yang dinafasi oleh kehidupan penghuni di dalamnya, hal ini yang diungkapkan Y.B. Mangunwijaya pada bukunya yang berjudul Wastu Citra. Jiwa atau citra penghuni yang dimiliki pada sebuah bangunan kemudian menjadi karakter pada bangunan tersebut. Dengan demikian sebuah bangunan menjadi lengkap dengan adanya guna dan citra Karakter yang dimiliki oleh bangunan arsitektur dipengaruhi pula oleh unsur dan elemen penyusun ruang yang ada. Unsur dan elemen yang ada diharapkan bisa mengekspresikan fungsi dari bangunan atau ruang sesuai dengan penggunaannya oleh pelaku atau penghuni. Oleh karena itu, penggunaan unsur dan elemen haruslah diperhatikan agar memberikan kesan sesuai dengan karakter wadah yang diinginkan.

Gambar 2.7 taman bermain(kiri) dan ruang tunggu rumah sakit(kanan) menunjukan karakter yang berbeda untuk wadah kegiatan yang berbeda. Taman bermain memiliki karakter yang cerah dan terbuka, serta bersahabat sementara rumah sakit memilki karakter bersih, sehat, terang dan luas.

2.3 ARSITEKTUR DAN URBAN CONTEXTDalam merancang bangunan, konteks atau keadaan lingkungan sekitar harus diperhatikan dan merupakan suatu dasar dalam konsep bangunan yang akan dibangun. Urban context merupakan karakter urban (fisik dan non-fisik) pada suatu area dimana proyek bangunan akan dibangun terutama pada kota besar. Lingkup masalah dalam Urban Context seperti: 1. Sejarah lingkungan 2. Bentuk pemukiman & bangunan yang ada 3. Gedung-gedung dan ruang luar antara gedung 4. Ekologi dan arkeologi 5. Lokasi dan akses jalan-jalan yang melewatinya 6. Peraturan bangunan setempat 7. Kebudayaan komunitas sekitar Urban konsep sangatlah penting karena perancangan sebuah proyek dalam area yang padat penduduk tidak bisa begitu saja dibangun tanpa memperhatikan urban context yang ada, bila diabaikan maka akan timbul masalah dari lingkungan fisik maupun sosial. Analisis urban context dilakukan sebelum menentukan lokasi suatu proyek, juga pada saat perancangan bentuk dan fungsi bangunan.

3.3.1

ISITINJAUAN KASUS

Permasalahan atau kasus yang akan saya angkat pada tulisan ini adalah sebuah arsitektur rumah ibadat yang sangat menarik di dalam negeri yaitu Masjid Al Irsyad.

Gambar 3.1 Keindahan eksterior Masjid Al Irsyad pada waktu malam hari

Nama Bangunan Fungsi Lokasi

Arsitek Tahun Pembuatan Luas Kompleks Kapasitas

Masjid Al Irsyad Rumah ibadah umat Islam Kota Baru Parahyangan, Bandung, Jawa Barat, Indonesia Ridwan Kamil 2009-2010 1100 m2 1500 orang

Bangunan yang sejak diresmikan 2010 ini sudah mencuri perhatian tidak hanya warga sekira tetapi juga di dunia maya. Masjid yang terletak di Padalarang ini masuk lima besar "Building Of The Year 2010" oleh National Frame Building Association. Acara akbar yang melibatkan para arsitek di seluruh dunia itu menempatkan Masjid Al Irsyad dalam kategori religious architecture.

Jika umumnya masjid memiliki kubah dibagian atas, tidak begitu dengan Masjid Al Irsyad. Masjid yang dirancang oleh Ridwan Kamil, arsitek kenamaan Indonesia ini didesain mirip Kabah, berbentuk kubus dengan warna abu-abu. Desainnya sederhana, tidak banyak ornamen namun tetap memiliki keindahan tersendiri.Gambar 3.2 suasana kusyuk dan tenang dalam masjid dihiasi dengan pencahayaan alami yang menawan

Dinding masjid terbuat dari batu bata yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk celah yang terbaca sebagai dua kalimat syahadat. Selain memiliki fungsi artistik, lubanglubang berfungsi ventilasi udara.Gambar 3.3 menara masjid setinggi 24 meter dengan material dan design yang sama dengan bangunan masjid sebagai penyesuaian

ini

juga sebagai

Menjelang malam ketika lampu di dalam masjid mulai menyala, sinar lampu akan menerobos celah ventilasi sehingga jika dilihat dari luar tampak seperti masjid yang memancarkan cahaya berbentuk kalimat syahadat. Terasa sangat mengagumkan. Keindahan tidak hanya tampak dari luar masjid. Di dalam masjid terdapat 99 lampu bulat berukir asmaul husna yang jika dinyalakan cahayanya akan membentuk siluet nama-nama suci Allah SWT dan terasa sekali kemegahannya. Masjid Al Irsyad juga seolah ingin mendekatkan kita pada alam. Lantai tepi mimbar dimanfaatkan untuk kolam di lantai. Suara gemericik air kolam memberikan suasana teduh yang dapat menambah ketenangan ketika beribadah. Dinding di belakang mimbar juga dibiarkan terbuka, sehingga jamaah dapat menikmati pemandangan Padalarang yang menyegarkan.

Gambar 3.4 Dinding belakang mimbar yang terbuka dan mimbar yang dikelilingi air kolam ikan dengan bola yang bertuliskan Allah SWT pada bagian tengahnya.

Didirikan di atas lahan seluas 1.100 meter persegi, masjid berkapasitas 1.500 jamaah ini selain menjadi tempat ibadah juga menjadi tujuan wisata tak hanya bagi para wisatawan sekitar Bandung dan Jakarta tetapi juga mancanegara.

Gambar 3.5 eksterior masjid yang menggambarkan kaligrafi dua kalimat shahadat yang menjadi daya tarik sekaligus beraspek religious yang kental

3.2 Pembahasan KasusPembahasan kasus akan menganalisis kasus berdasarkan dari tiga aspek yaitu: y y y Arsitektur dan ruang Arsitektur dan wadah kegiatan Arsitektur dan urban context

3.2.1 ARSITEKTUR DAN RUANG Ruang pada masjid dibentuk oleh batas ruang yang membentuk kubus seperti kabah. Dengan ruang doa yang luas dan tinggi membuat ruang dalam masjid sangat megah dan luas. Hal ini dilakukan selain untuk menampung jamaah yang banyak, tapi juga untuk memberikan kesan Allah yang maha besar. Masjid memiliki dua pintu masuk yaitu pada bagian kanan dan tengah. Bagian tengah merupakan pintu masuk utama menuju ruang ibadah dan pintu bagian kanan menuju ruang wudhu.Gambar 3.6 pintu masuk utama yang mengerucut dan mengarah langsung ke kiblat

Pintu masuk utama mengerucut dan langsung mengarahkan ke posisi

kiblat yang terbuka. Ketika masuk kedalam ruangan ibadah, pengunjung disajikan dengan perubahan ruangan. Hal ini dikarenakan perubahan dari sempit karena pintu masuk yang mengerucut lalu ruangan ibadah yang sangat luas dengan ketinggian plafond mencapai 10 meter. Warna interior yang berwana kombinasi grayscale yang simpel dan memberikan kesan lebih pada design minimalis bangunan. Penerangan buatan diberikan oleh 99 lampu dalam ruangan dan pada siang hari cahaya masuk melalui lubang pada dinding dan dari arah kiblat yang tanpa dinding. Susunan lubang- lubang pada dinding yang membuat susunan kaligrafi pada eksterior dan interior bangunan.

Gambar 3.7 interior masjid luas dengan batas samping yang berlubang dan batas atas yang dipasang 99 lampu penerangan.

Kesan damai terasa pada bagian dalam masjid. Adaya batu berlubang yang

menciptakan pencahayaan alami menambah kesan ketenangan didalamnya. jika

pengunjung beribadah, kesan yang dirasakan adalah bahwa Tuhan seolah-olah sangat dekat, (direfleksikan dengan cahaya) karena terdapat sebuah efek cahaya dari arah mihrab yang lebih terang jika dibandingkan dengan keadaan sekitarnya.Gambar 3.8 cahaya dari arah mihrab yang terang dan batas atas dan samping yang mengerucut membuat mihrab

menjadi pusat perhatian dalam ruang sehingga memberi kesan religious yang lebih mendalam

Gambar

3.9

denah

bangunan masjid yang menunjukan pelataran masjid membentuk lingkaran yang ruang dengan

perbedaan level sebagai batas ruang

3.2.2 ARSITEKTUR DAN WADAH KEGIATAN Masjid Al Irsyad ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia dalam hubungannya dengan Sang Pencipta. Selain itu bangunan ini juga memenuhi kebutuhan sosial manusia dengan mempersatukan berbagai jamaah dari berbagai daerah. Terdapat beberapa pembagian area pada masjid ini yaitu: y Area ibadah (jamaah) dan Area mimbar (imam). Kedua area ini dibagi dengan batas ruang yang jelas. Pada daerah mimbar dibatasi oleh kolam dan dengan latar belakang terbuka sehingga cahaya pun menjadi pemisah ruang. y Area ibadah laki-laki dan Area ibadah perempuan. Tidak ada batas yang memisahkan secara langsung, namun pemisahan area ibadah ini diakomodasi oleh ruang ibadah berbentuk kubus yang luas sehingga terdapat space yang sama besar bila ruang dibagi (bagian depan untuk pria dan bagian belakang untuk wanita). y Area suci (tempat ibadah) dan area kotor (toilet & tempat wudhu). Pemisahan ruang ini sangat penting pada sebuah masjid karena jamaah yang mau beribadah diharuskan untuk melakukan wudhu terlebih dahulu untuk kebersihan diri. Terdapat juga pemisahan area wudhu pria dan wanita. Pada bangunan ini, akses menuju area wudhu terdapat pada pintu samping kanan. Kegiatan utama yang diakomodasi pada bangunan ini adalah kegiatan beribadah. Namun didukung pula kegiatan untuk bercengkrama satu sama lain, kegiatan menikmati pemandangan pegunungan dan kegiatan parkir serta akses kendaraan. Target pelaku pada wadah kegiatan ini adalah umat muslim Kota Baru Parahyangan dan sekitarnya. Namun daya tarik yang dimiliki oleh Masjid Al Irsyad dapat menarik jamaah dari daerah yang lebih jauh seperti Jakarta maupun mancanegara. Sarana yang disediakan paling utama adalah ruang untuk beribadah yang mampu menampung 1500 jamaah. Disediakan pula ruang terbuka di luar area ibadah untuk tempat jamaah berkumpul dan bercengkrama, serta menikmati pemandangan

pegunungan. Terdapat tempat wudhu serta toilet yang diakses melalui pintu kanan dan area parkir yang luas pada bagian kanan masjid. Bangunan ini memiliki karakter yang megah, agung, namun dengan design yang minimalis. Hal ini disebabkan oleh bukaan-bukaan yang menyebabkan cahaya masuk secara alami sehingga membuat ruang menjadi terkesan agung dan plafon yang tinggi serta ruang ibadah yang luas membuat ruang tersebut menjadi megah. Karakter religious Islami juga sangat kuat dengan susunan batu berlubang pada tembok yang membuat kaligrafi dua kalimat shahadat dan juga pencayahaan alami pada mihrab juga mimbar yang dibatasi oleh kolam sehingga terkesan kehadiran Allah pada tempat itu dan juga kedamaian. Pada tengah kolam terdapat bola yang bertuliskan Allah SWT yang melambangkan pemisahan antara Allah dan manusia (antara bola dan ruang ibadah dipisah oleh kolam). Latar belakang mihrab yang terdapat bola besi bertuliskan Allah SWT dan juga memiliki pemandangan langsung menuju pegunungan mononjolkan karakter kemegahan karya Allah.

Gambar 3.10 interior masjid (kiri) dan eksterior masjid (kanan) yang menunjukan suasana damai dan tenang pada ruang ibadah dan suasana akrab pada ruang terbuka di luar baungunan masjid yang digunakan untuk bersosialisasi

Selain memiliki guna, bangunan Masjid Al Irsyad ini memiliki citra yang ditunjukan oleh design bangunan yang menyerupai kabah yang membuatnya menjadi daya tarik dan juga tulisan dua kalimat shahadat pada dinding member nilai estetis tersendiri serta religious yang kental. Pada bagian interior, keindahannya di warnai oleh cahaya alami yang masuk melalui bukaan-bukaan serta penataan ruang yang terfokus pada mihrab menciptakan suasana tenang dan damai.

3.2.3 ARSITEKTUR DAN URBAN CONTEXT Bangunan masjid ini dibangun pada daerah yang berkontur perbukitan dan sebelumnya merupakan daerah yang kosong. Lingkungan sekitar yaitu Kota Baru Parahyangan juga merupakan kota mandiri yang masih berkembang dan memiliki konsep pendidikan. Menyesuaikan dengan perumahan yang ada pada kota satelit mandiri pertama di Bandung yang kebanyakan bernuansa minimalis, Masjid Al Irsyad hadir dengan nuansa yang simpel dan minimalis namun tidak melupakan kesan agung dan megah pada rumah ibadah. Pembangunan Kota Mandiri akan mengakomodasikan beberapa fungsi yang berkaitan satu dengan yang lainnya, seperti hunian yang terdiri dari perumahan berkepadatan rendah, menengah dan tinggi, condominium, apartemen, town house yang dilengkapi dengan fasilitas kota bisnis seperti Office Parks, Open Mall, hotel, ritel, dsb. Dan rekreasi seperti arena rekreasi air, jogging track, 18 holes golf course, hotel resort, pasar seni, dan sarana pendidikan yang akan tersedia dari grup bermain anak-anak (play group) hingga universitas. Masjid Al Irsyad dibangun dengan menyesuaikan rencana kota modern yang akan dibangun pada kota tersebut dengan design yang menarik dan minimalis sehingga tidak hilang oleh modernisasi kota. Kota Baru Parahyangan dikelilingi oleh perbukitan yang indah yaitu Bukit Tatar Parahyangan yang berarti dibuat saat Tuhan tersenyum . Karena kindahan alam yang ada, maka kompleks masjid dibuat terbuka dengan pemandangan langsung pada perbukitan sekitar. Terdapat akses menuju Kota Baru Parahyangan yaitu: y y Jalan Tol Purbaleunyi dengan keluar melalui pintu tol Padalarang Jalan Raya Padalarang dari arah Cianjur, Jakarta (via Puncak)

Selain itu dengan menggunakan transportasi umum, Kota Baru Parahyangan dapat diakses dengan menggunakan Shuttle Bus dengan rute Kota Baru Parahyangan Leuwi Panjang via Tol Purbaleunyi. Masyarakat yang tinggal di daerah masjid adalah masyarakat modern yang bervariasi dari golongan bawah hingga atas dengan latar belakang mayoritas Sunda dan organisasi masyarakat dipegang oleh pihak Kota Baru Parahyangan sebagai kota mandiri.

4.

KESIMPULAN

Dari uraian dan pembahasan masalah, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: y Masjid Al Irsyad merupakan bangunan rumah ibadah modern yang mengambil konsep minimalis namun memiliki unsur religious yang kuat dan berintergrasi dengan susunan unsure serta elemen yang ada. Ruang yang disediakan untuk beribadah luas dengan menampung 1500 jamaah dan memiliki kombinasi unsur cahaya dan tata ruang yang seluruhnya memiliki satu tujuan untuk memberikan kesan damai dan tenang serta religious. Kegiatan diakomodasi secara maksimal untuk beribadah umat Muslim dan segala prosesnya. Kegiatan lain seperti sosial juga diakomodasi dengan adanya ruang terbuka yang luas. Masjid dibangun pada Kota Baru Parahyangan yang merupakan kota satelit mandiri pertama di Bandung dan memiliki keindahan alam yang dapat dinikmati berpadu dengan kota modern yang dibangun. Karena keunggulannya dalam design, tata ruang dan lokasi, masjid ini menjadi daya tarik jamaah dari luar Bandung maupun bagi wisatawan mancanegara.

y

y

y

y

5.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Kota Baru Parahyangan http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Baru_Parahyangan#Tatar [online]. Tersedia:

Anonim. 2011. Al Irsyad Mosque [online]. http://www.archdaily.com/87587/al-irsyad-mosque-urbane/

Tersedia:

Anonim. 2011. Analisis bangunan publik [online]. Tersedia: http://kencurzby.blogspot.com/2011/01/analisis-bangunan-publik-menggunakan.html Anonim. 2011. Abraham Maslow http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow [online]. Tersedia:

Antara News. 2011. Menanti Adzan Magrib di Masjid Al Irsyad [online]. Tersedia: http://travel.okezone.com/read/2011/08/18/408/493598/menanti-azan-magrib-dimasjid-al-irsyad Kompas. 2011. Masjid Al Irsyad Indah Berkat Cahaya Matahari [online]. Tersedia: http://properti.kompas.com/read/2011/10/06/14301198/Masjid.Al.Irsyad.Indah.Ber Ber.Pemanfaatan.Sinar.Matahari Tim Guru SDA 1. 2011. Presentasi Bahan Kuliah SDA 1. Jakarta: pribadi