Essay PKN

11
 1  Nama : Orysa Noor Azizah  NIM : 11/317722/PS/06244 Mata Kuliah : Kewarganegaraan dan Pancasila Tema : Hubungan Antara Ras, Etnisitas, dan Kebangsaan dalam Masyarakat Multikultural Words count : 2400 words PERISTIWA SAMPIT SEBAGAI PERMASALAHAN MULTIKULTURAL Indonesia adalah Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam karena Indonesia adalah negara yang terletak di garis khatulistiwa dengan beribu-ribu pulau didalamnya. Secara geografis, masyarakat Indonesia terpisah-pisah sehingga bisa melahirkan banyak kebudayaan maupun ras, etnis, dan suku bangsa, namun semuanya terangkum dalam satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya masyarakat yang majemuk atau yang lebih dikenal dengan masyarakat multikultural. Menurut Clifford Geertz, masyarakat majemuk atau masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terbagi-bagi dalam subsistem yang berdiri sendiri dan terikat dala m ikatan-ikatan primodial. Menurut Nasikun, masyarakat majemuk atau masyarakat multikultural adalah yang terdiri dari dua atau lebih kelompok yang secara ekonomi dan budaya terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang didalamnya memiliki keanekaragaman kelompok dengan karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini meliputi tingkat difrensiasi dan stratifikasi sosial. Sedangkan secara sosiologis, perbedaan masyarakat multikultural meliputi suku, ras, agama, golongan, dan gender.

Transcript of Essay PKN

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 1/11

1

  Nama : Orysa Noor Azizah

  NIM : 11/317722/PS/06244

Mata Kuliah : Kewarganegaraan dan Pancasila

Tema : Hubungan Antara Ras, Etnisitas, dan Kebangsaan dalam

Masyarakat Multikultural

Words count : 2400 words

PERISTIWA SAMPIT SEBAGAI PERMASALAHAN MULTIKULTURAL

Indonesia adalah Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan

sumber daya alam karena Indonesia adalah negara yang terletak di gariskhatulistiwa dengan beribu-ribu pulau didalamnya. Secara geografis, masyarakat

Indonesia terpisah-pisah sehingga bisa melahirkan banyak kebudayaan maupun

ras, etnis, dan suku bangsa, namun semuanya terangkum dalam satu kesatuan,

yaitu bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab

terjadinya masyarakat yang majemuk atau yang lebih dikenal dengan masyarakat

multikultural.

Menurut Clifford Geertz, masyarakat majemuk atau masyarakat

multikultural adalah masyarakat yang terbagi-bagi dalam subsistem yang berdiri

sendiri dan terikat dalam ikatan-ikatan primodial.

Menurut Nasikun, masyarakat majemuk atau masyarakat multikultural

adalah yang terdiri dari dua atau lebih kelompok yang secara ekonomi dan budaya

terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda antara satu

dengan yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu

masyarakat yang didalamnya memiliki keanekaragaman kelompok dengan

karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini meliputi tingkat difrensiasi dan

stratifikasi sosial. Sedangkan secara sosiologis, perbedaan masyarakat

multikultural meliputi suku, ras, agama, golongan, dan gender.

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 2/11

Kemajemukan masyarakat Indonesia ini diikat oleh lambang negara

³Pancasila´ yang dilengkapi dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Kebhinekaan masyarakat Indonesia ini terbagi menjadi dua, yaitu secara

horizontal atau diferensiasi dan secara vertikal atau stratifikasi.

Secara horizontal atau diferensiasi, perbedaan masyarakat majemuk di

Indonesia terbagi atas:

1.  Perbedaan fisik atau ras

Ras adalah pengelompokan manusia yang didasarkan pada ciri-ciri fisik.

2.  Perbedaan suku bangsa atau etnis

Suku bangsa adalah suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran

dan jati diri mereka sendiri akan kesatuan dari kebudayaan mereka sendiri.

Suku bangsa mengacu pada identitas kultural yang meliputi bahasa, tradisi,

dan pola perilaku.

3.  Perbedaan agama

4.  Perbedaan jenis kelamin

Secara vertikal atau stratifikasi, yang termasuk dalam perbedaan ini adalah

 perbedaan individu maupun kelompok ke dalam tingkatan-tingkatan secara hirarki

dalam suatu sistem sosial. Hal-hal yang dihargai secara lebih antara lain:

kebutuhan, kekuasaan dalam masyarakat, keturunan, dan pendidikan.

Selain keadaan geografis yang telah disebutkan sebelumnya, faktor yang

melatarbelakangi terbentuknya masyarakat majemuk di Indonesia adalah latar 

 belakang historis atau sejarah, karena bangsa Indonesia tidak hanya dihuni oleh

suku bangsa Melayu asli melainkan ada berbagai suku bangsa asing yang masuk 

ke Indonesia melalui pelayaran dan perdagangan yang kemudian tinggal dan

menetap di Indonesia. Para pendatang memiliki pengetahuan dan kebudayaan

yang berbeda, namun pada akhirnya terjadi adaptasi pada masing-masing

kebudayaan. Perbedaan kebudayaan inilah yang menjadi salah satu penyebab

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 3/11

terbentuknya masyarakat majemuk di Indonesia; dan keterbukaan terhadap

kebudayaan luar yang disebabkan karena posisi Indonesia yang terletak di tengah

 jalur persilangan lalu lintas perdagangan dunia sehingga Indonesia sangat terbuka

dari pengaruh kebudayaan luar yang dibawa oleh pedagang. Pengaruh bangsa lain

inilah yang kemudian menyebabkan berkembangnya berbagai kebudayaan di

Indonsesia, dengan semakin beragamnya kebudayaan yang dimiliki oleh

Indonesia, maka lahirlah sebuah masyarakat yang multikultural di Indonesia.

Manfaat dari masyarakat multikultural adalah:

1.  Dapat digali kearifan buadaya yang dimiliki oleh setiap budaya.

2.  Muncul rasa penghargaan terhadap budaya lain.

3.  Merupakan benteng pertahanan terhadap ancaman.

4.  Alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera.

5.  Mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli.

Keberagaman kelompok sosial dalam masyarakat multicultural di

Indonseia dibedakan menjadi: kelompok sosial berdasarkan ras, kelompok sosial

  berdasarkan bahasa, kelompok sosial berdasarkan suku bangsa atau etnis, dan

kelompok sosial berdasarkan perbedaan agama.

Dalam masyarakat multicultural juga terjadi adanya integrasi. Integrasi

  berasal dari kata ³integration´ yang berarti kesempurnaan, atau keseluruhan.

Maurice Duverger mendefinisikan integrasi sebagai dibangunnya interdependensi

(kesalingtergantungan) yang lebih rapat antara anggota-anggota dalam masyarakat.

Integritas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kelompok-kelompok 

etnik beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap kebudayaan mayoritas

masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-

masing.

Faktor-faktor yang mendukung integritas sosial di Indonesia adalah

Penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pemersatu bangsa dan

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 4/11

menjadi kebanggan warga Negara Indonesia dana danya semangat persatuan dan

kesatuan dalam suatu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air Indonesia

Selain manfaat yang didapat dari masyarakat multikultural, kelompok 

sosial dalam keanearagaman masyarakat multikultural juga dapat melahirkan dua

  potensi, yaitu masalah dan potensi kekayaan ragam kelompok dan budaya.

Masalah yang dapat terjadi akibat masyarakat multikultural ada empat, yaitu:

1.  Konflik 

Kata konflik memiliki akar dari bahasa Latin, sebuah kata kerja

³configere´ yang berarti µsaling memukul¶. Jika dilihat secara ilmu sosial,

konflik memiliki arti sebagai sebuah proses sosial yang terjadi antara

 perorangan atau kelompok. Konflik yang terjadi di masyarakat biasanya

selalu didasari oleh perbedaan dalam hal apapun. Sebuah perbedaan yang

tidak disadari sebagai sebuah kekayaan, keunikan, dan keberagaman.

Konflik akan pecah jika salah satu kelompok tertentu merasa paling

  baik/benar di antara kelompok yang lain. Perbedaan tersebut biasanya

  berkenaan dengan cara pandang yang berbeda terhadap sesuatu hal,

  perbedaan yang berkenaan dengan fisik, tingkat kecerdasan, kepercayaan,adat istiadat, atau hal-hal yang cenderung sepele juga dapat menyebabkan

konflik. Ketika konflik terjadi, biasanya salah satu pihak berusaha untuk 

menyingkirkan pihak lawannya. Konflik juga dapat terjadi akibat

 perebutan atau persengketaan terhadap sesuatu, seperti tanah atau benda-

 benda bernilai lainnya.

Konflik adalah kericuhan dalam kegiatan bersosial masyarakat

yang wajar terjadi. Konflik dapat terjadi ketika antar dua atau lebih

golongan masyarakat gagal untuk menemukan satu titik temu mengenai

nilai-nilai sosial yang bersifat dasar, sehingga tidak mampu mengatasi

  perbedaan dan terjadilah ketidaklarasan antargolongan masyarakat yang

ada. Tidak ada satu pun masyarakat atau kelompok masyarakat yang tidak 

  pernah mengalami konflik dengan anggota kelompok lain. Selama masih

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 5/11

ada interaksi antara individu atau kelompok dalam masyarakat, konflik 

 juga akan tetap ada. Konflik akan hilang jika masyarakat itu sendiri turut

hilang.

Konflik sangat bertentangan dengan integrasi atau pembauran,

  percampuran. Konflik dan integrasi adalah dua proses sosial yang

 beriringan dalam masyarakat. Konflik dalam masyarakat yang terkontrol

dengan baik akan mengintegrasikan masyarakat menjadi satu. Namun, jika

  proses integrasi tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, yang akan

terjadi adalah konflik.

2.  Disintegrasi/disorganisasi

Disintegrasi adalah suatu proses memudarnya norma- norma dan

nilai- nilai dalam masyarakat karena perubahan lembaga- lembaga

kemasyarakatan. Gejala awal disintegrasi adalah perbedaan pandangan

antar anggota masyarakat, disfungsi norma, tindakan yang tidak sesuai

norma, terjadi pertentangan norma, terjadi proses sosial yang bersifat

disosiatif, dan sanksi tidak dilaksanakan secara konsisten. Bentuk-bentuk 

disintegrasi yaitu: demonstrasi, aksi protes, kenakalan remaja, kriminalitas,dan pergolakan daerah.

3.  Reintegrasi

Reintegrasi didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan

norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga

kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.

4.  Primordialisme dan Etnosentrisme

Primordialisme  adalah paham atau ide anggota masyarakat yang

mempunyai kecenderungan untuk berkelompok sehingga menimbulkan

aliran- aliran politik tertentu. Sedangkan etnosentrisme adalah suatu sikap

atau paham yang menganggap rendah suku bangsa lain dan mengagung-

agungkan suku bangsa dan kebudayaannya sendiri.

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 6/11

Salah satu permasalahan dari masyarakat multikultural yang pernah terjadi

di Indonesia adalah peristiwa Sampit. Pertikaian ini terjadi antara suku Dayak 

dengan suku Madura di Sampit, Kalimantan Tengah. Berdasarkan studi pustaka

yang telah dilakukan oleh penulis, pertikaian antara kedua suku ini ternyata sudah

  berlangsung sejak lama, awal penyebab pertikaian ini pun tidak diketahui secara

  pasti. Berdasarkan www.mentari.biz, berikut ini merupakan kronologis yang

mungkin menjadi pemicu terjadinya peristiwa Sampit:

Tahun 1972: di Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa. Berdasarkan

kejadian tersebut diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut

hukum adat (entah benar entah tidak pelakunya orang Madura).

Tahun 1982: terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak,

 pelakunya tidak tertangkap, tidak dilakukan pengusutan atau penyelesaian secara

hukum.

Tahun 1983: di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis

Dayak dibunuh. Penyebabnya adalah perkelahian antara satu orang Dayak yang

dikeroyok oleh tiga puluh orang madura. Peristiwa pembunuhan warga Kasongan

 bernama Pulai yang beragama Kaharingan tersebut oleh tokoh suku Dayak dan

Madura diadakan perdamaian. Dilakukan peniwahan Pulai itu dibebankan kepada

 pelaku pembunuhan, yang kemudian diadakan perdamaian ditandatangani oleh ke

dua belah pihak, isinya antara lain menyatakan apabila orang Madura mengulangi

 perbuatan jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalimantan Tengah.

Tahun 1996: di Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop

Panala dan dibunuh dengan kejam dan sadis oleh orang Madura, ternyata

hukumannya sangat ringan.

Tahun 1997: di Desa Karang Langit, Barito Selatan seorang Dayak dikeroyok 

oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, yang menewaskan

semua orang Madura, sebagai penyerang. Orang Dayak tersebut diserang dan

mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri, dimana penyerang berhasil

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 7/11

dikalahkan semuanya. Dan tindakan hukum terhadap orang Dayak tersebut adalah

hukuman berat.

Tahun 1997: di Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang

anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura, tukang

 jualan sate. Si belia Dayak mati secara mengenaskan, tubuhnya terdapat lebih dari

30 tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu persoalannya, sedangkan para anak 

muda yang bertikai dengan si tukang sate telah lari kabur. Sang korban, Waldi,

hanya kebetulan lewat di tempat kejadian saja.

Tahun 1998: di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh empat orang Madura

hingga meninggal, pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri, kasus

inipun tidak ada penyelesaian secara hukum.

Tahun 1999: di Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum)

dibacok oleh orang Madura, pelakunya ditahan di Polresta Palangka Raya, namun

 besok harinya datang sekelompok suku Madura menuntut agar temannya tersebut

dibebaskan tanpa tuntutan. Ternyata pihak Polresta Palangka Raya

membebaskannya tanpa tuntutan hukum.

Tahun 1999: di Palangka Raya, kembali terjadi seorang Dayak dikeroyok oleh  beberapa orang suku Madura karena masalah sengketa tanah. Dua orang Dayak 

dalam perkelahian tidak seimbang itu mati semua. Sedangkan sang pembunuh

lolos, di sisi lain orang Jawa yang menjadi saksi pada kasus tersebut dihukum 1,5

tahun karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan

yang melarikan diri itu.

Tahun 1999: di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin

Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura. Penyebabnya adalah suku

Madura memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas.

Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada kedua belah pihak, tanpa

 penyelesaian hukum.

Tahun 1999: di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-istri bernama

Iba oleh tiga orang Madura. Pasangan itu luka berat dan dirawat di RSUD Dr.

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 8/11

Doris Sylvanus, Palangka Raya. Biaya operasi dan perawatan ditanggung oleh

Pemda Kalimantan Tengah. Namun, para pembacok tidak ditangkap karena

(katanya) sudah pulang ke Pulau Madura. Kronologis kejadian tersebut yaitu tiga

orang Madura memasuki rumah keluarga Iba dengan dalih minta diberi minuman

air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu Iba menuangkan air di gelas,

mereka membacoknya, saat istri Iba mau membela, juga ditikam. Tindakan itu

dilakukan mereka menurut cerita ingin membalas dendam namun salah sasaran.

Tahun 2000: di Pangkut, Kotawaringin Barat, satu keluarga Dayak mati dibantai

oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari. Kasus inipul lagi-lagi tanpa

 penyelesaian hukum.

Tahun 2000: di Palangka Raya, satu satu orang suku Dayak dibunuh oleh

  pengeroyok dari suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka.

Para pelaku lari, tanpa proses hukum.

Tahun 2000: di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi

 pembunuhan terhadap Sendung (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku

Madura, para pelaku kabur, tidak tertangkap, karena lagi-lagi katanya sudah lari

ke Pulau Madura. Proses hukum tidak ada karena pihak berwenang tampaknya

 belum mampu menyelesaikannya (tidak tuntas).

Tahun 2001: di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh

karena dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.

Tahun 2001: di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga Dayak terbunuh

diserang oleh suku Madura. Belum terhitung kasus warga Madura di bagian

Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup

  berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di Kalimantan Tengah,

kecuali dengan Suku Madura. Kelanjutan peristiwa kerusuhan tersebut (25

Februari 2001) adalah terjadinya peristiwa Sampit yang mencekam.

Lanjut cerita, banyak versi mengenai latar belakang tragedi ini, apa yang

membuat suku Dayak di Kalimantan Tengah begitu kalap dalam menghadapi

warga Madura. Hampir semua warga dan tokoh Dayak yang menunjuk perilaku

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 9/11

kebanyakan etnis Madura sebagai penyebabnya. H. Charles Badarudin, seorang

tokoh Dayak di Palangkaraya menceritakan kelakuan warga Madura banyak yang

tidak mencerminkan peribahasa ³di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung´.

Ia mencontohkan salah satunya dalam soal tanah.

Ada juga versi lain mengatakan bahwa terjadinya perang antara suku

Dayak dan suku Madura karena kecemburuan sosial-ekonomi.

Versi yang berbeda juga diceritakan bahwa banyak sebab yang membuat

suku Dayak seakan melupakan asazi manusia, baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu ³terdesak´ dan

selalu mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas ³tanah adat´

mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan, hingga kampung

mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari para

  penebang kayu yang mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya,

kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu

menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban

dari kasus-kasus tersebut.

Tidak sedikit kasus pembunuhan orang Dayak (sebagian besar disebabkan

oleh aksi premanisme etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena

  para tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap dan diadili oleh

aparat penegak hukum.

Etnis Madura yang juga mempunyai latar belakang budaya kekerasan

ternyata, menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi

(mengingat mereka sebagai pendatang). Sering terjadi kasus pelanggaran ³tanah

larangan´ orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh orang

Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu perang antar etnis Dayak-

Madura.

Dari cara masyarakat Madura melakukan usaha dalam bidang

  perekonomian, mereka terkadang dianggap terlalu kasar oleh sebagian besar 

masyarakat Dayak, bahkan masyarakat Banjar sekalipun. Banyak cara-cara

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 10/11

10

  pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada konsumen mereka. Banyak 

  pula tipu-daya yang mereka lakukan. Namun, tidak semua suku Madura bersifat

seperti ini.

Oleh karena itu, berita atau anggapan tentang kecemburuan sosial-

ekonomi yang menjadi penyebab pecahnya ³perang´ tersebut dari hasil

 pengamatan dan penilaian versi lain ini adalah tidak benar.

Ada yang mengungkapakan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara

Madura dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak.

Semangat persukuan inilah yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di

Kalimantan. Situasi seperti itu diperparah dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang

  berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Misalnya, adat orang Madura yang

membawa parang atau celurit ke mana pun pergi, membuat orang Dayak melihat

sang ³tamu´-nya selalu siap berkelahi. Sebab bagi orang Dayak, membawa

senjata tajam hanya dilakukan ketika mereka hendak berperang atau berburu.

Tatkala diantara mereka terlibat keributan dari soal salah menyabit rumput sampai

kasus tanah amat mungkin persoalan yang semula kecil menjadi meledak tidak 

karuan, yang mengakibatkan melahirkan manusia-manusia tidak bernyawa tanpa

kepala

Saat terjadi pembantaian di Sampit, entah bagaimana cara etnis Dayak 

yang tengah dirasuki kemarahan dapat membedakan suku Madura dengan suku-

suku lainnya, yang jelas suku-suku lainnya luput dari ³serangan beringas´ orang-

orang Dayak.

Bentuk penyelesaian dari peristiwa sampit ini dapat dilakukan dengan cara

mengasingkan diri (dalam kasus ini suku Dayak) dari kebudayaan mayoritas

sehingga diharapkan dapat meminimalisasikan konflik, sebab dengan pengasingan

diri tersebut maka interaksi antarkelompok menjadi kecil atau bahkan tidak terjadi

sama sekali sehingga potensi konflik menjadi kecil. Cara penyelesaian ini sesuai

dengan teori  self  segregation.

5/13/2018 Essay PKN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/essay-pkn 11/11

11

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/konflik.htm 

http://www.mentari.biz/peristiwa-memicu-tragedi-sampit-dayak-vs-madura.html