Essay Cipta Harjanti 109

3
Nama Lengkap : Cipta Harjanti NIM : C1C014089 Fakultas/Jurusan/Prodi : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/IPS Kelompok : 109 TEMA : HIDUPMU DULU KINI DAN NANTI BENIH DANDELION YANG MULAI TUMBUH Bunga dandelion. Ketika benih-benihnya terlepas dari tubuh induknya maka benih-benih itu harus bisa hidup di mana ia dilepaskan oleh angin yang membawanya. Dimanapun dan seperti apapun tempat itu, benih dandelion itu harus bisa tumbuh. Walaupun tubuhnya rapuh dan kadang terinjak-injak. Bisa dikatakan, hidupku seperti bunga itu. Ketika hidupku harus aku jalani di tempat yang berbeda dari tempat asalku dilahirkan. Dan ternyata, benih bunga dandelionku tertanam di tanah yang agak keras. Saat SD kelas 1 dan 2, ayah dan ibuku menitipkanku di rumah nenekku di Kajen, Pekalongan karena ayahku melanjutkan S2nya di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Dari situ aku mulai diajari untuk bisa hidup jauh dari orang tuaku. Tapi aku bangga bisa sukses menjalani masa-masa itu tanpa mereka. Dan kelas 3, aku dipindahkan kembali ke Lombok. Di Lombok aku cukup bisa membuat ayah dan ibuku bangga. Aku pernah meraih juara mengarang dua kali, kemudian dijadikan duta baca yang aku sendiri tidak tahu mengapa aku terpilih sebagai duta baca itu, karena kenyataannya aku tidak

description

esay yg bagus nii

Transcript of Essay Cipta Harjanti 109

HIDUPMU DULU KINI DAN NANTI

Nama Lengkap

: Cipta Harjanti

NIM

: C1C014089

Fakultas/Jurusan/Prodi : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/IPS

Kelompok

: 109

TEMA : HIDUPMU DULU KINI DAN NANTI

BENIH DANDELION YANG MULAI TUMBUH

Bunga dandelion. Ketika benih-benihnya terlepas dari tubuh induknya maka benih-benih itu harus bisa hidup di mana ia dilepaskan oleh angin yang membawanya. Dimanapun dan seperti apapun tempat itu, benih dandelion itu harus bisa tumbuh. Walaupun tubuhnya rapuh dan kadang terinjak-injak.

Bisa dikatakan, hidupku seperti bunga itu. Ketika hidupku harus aku jalani di tempat yang berbeda dari tempat asalku dilahirkan. Dan ternyata, benih bunga dandelionku tertanam di tanah yang agak keras. Saat SD kelas 1 dan 2, ayah dan ibuku menitipkanku di rumah nenekku di Kajen, Pekalongan karena ayahku melanjutkan S2nya di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Dari situ aku mulai diajari untuk bisa hidup jauh dari orang tuaku. Tapi aku bangga bisa sukses menjalani masa-masa itu tanpa mereka. Dan kelas 3, aku dipindahkan kembali ke Lombok. Di Lombok aku cukup bisa membuat ayah dan ibuku bangga. Aku pernah meraih juara mengarang dua kali, kemudian dijadikan duta baca yang aku sendiri tidak tahu mengapa aku terpilih sebagai duta baca itu, karena kenyataannya aku tidak terlalu suka membaca. Aku lebih cenderung senang membaca buku-buku ensiklopedi atau buku yang berbau misteri. Dan itu prestasiku saat SD.

Yang membuat orang tuaku bangga lagi adalah saat aku diterima di SMP favorite di Lombok. Menurutku itu adalah cobaan baru buat aku. Karena yang sekolah itu rata-rata anak orang kaya dan kaum-kaum sosialita. Susah memang bergaul di tempat seperti itu, apalagi aku tipe orang yang suka kesederhanaan. Saat pertama masuk di SMP itu aku benar-benar hampir putus asa. Aku hanya akrab dengan 7 orang saja. Karena yang lainnya tidak mau bergaul denganku. Dan itu rasanya miris sekali. Mulai dari kejadian itu, aku sadar bahwa teman yang banyak itu belum tentu perduli dengan kita.

Saat aku mau masuk SMA, aku benar-benar sedih melihat ayah dan ibuku bingung mencari sekolah untukku. Karena NEMku saat SMP kalah dengan siswa-siswa lain. Dan akhirnya namaku berhenti di SMA perbatasan antara Mataram dan Lombok Barat. Menurut riwayat, SMA itu tidak banyak mencetak lulusan yang bagus dikarenakan sistem dari SMA itu yang tidak bagus. Awalnya aku minder dan frustasi bersekolah di tempat yang amburadul seperti itu, tapi aku ingat motto hidupku yaitu hiduplah seperti bunga dandelion. Dan alhamdulillah, Allah memberikan kejutan yang sangat membuat aku, ayah, ibu dan keluargaku bangga. Aku diterima di Universitas Jenderal Soedirman melalui jalur SBMPTN, kampus yang selalu diceritakan ayah ke aku sejak aku SMP.

Dan masa depanku dimulai dari sini. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa di masa depan aku harus mempunyai pekerjaan yang menjanjikan sekaligus menjadi pengusaha yang tidak ada matinya. Sehingga aku bisa membuat ayah dan ibuku semakin bangga karena telah melahirkan anak yang bisa hidup seperti bunga dandelion, sesulit apapun hidup ini, selalu ada kejutan manis di dalamnya.