Essay AFTA Anggi D.P Pendidikan Khusus 2013
-
Upload
anggidyahpratiwi -
Category
Documents
-
view
219 -
download
2
description
Transcript of Essay AFTA Anggi D.P Pendidikan Khusus 2013
Nama : Anggi Dyah Pratiwi
NIM : 1301943
Departemen : Pendidikan Khusus
Fakultas : Ilmu Pendidikan (FIP)
AFTA 2015, Siapkah Indonesia?
Asean Free Trade Area (AFTA) adalah hasil kesepakatan dari KTT ASEAN pada
tahun 1992. Kesepakatan ini awalnya dibuat untuk menjadikan kawasan ASEAN
menjadi kawasan yang menjadi pusat produksi dunia dan meningkatkan daya
saing perekonomian regional dalam jangka waktu 15 tahun. Namun seiring
berjalalannya waktu, target AFTA ini menjadi lebih cepat. Awalnya lebih cepat
menjadi 9 tahun selanjutnya yang terakhir menjadi delapan tahun, yakni pada
tahun 2002. Perkembangan terakhir mengenai AFTA adalah adanya kesepakatan
untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunei Darussalam
pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan
bagi Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.
Mengapa harus AFTA? Adanya kesepakatan ini tentunya memiliki tujuan. Secara
umum tujuan yang ingin dicapai adalah memakmurkan kawasan ASEAN dan
meningkatkan rasa kompetitif masyarakat ASEAN secara ekonomi.
AFTA merupakan fenomena yang harus dihadapi masyarakat di wilayah ASEAN,
termasuk Indonesia. Berbagai hal dipersiapkan untuk menyambut kebijakan ini.
Dari kurikulum pendidikan hingga berbagai sosialisasi pada masyarakat telah
dilakukan pemerintah Indonesia. Namun tidak sedikit masyarakat belum
mengetahui mengenai AFTA ini. Padahal, dengan adanya AFTA ini tentunya akan
berdampak pada perekonomian Indonesia pada khususnya dan kawasan ASEAN
pada umumnya.
Indonesia dikhawatirkan belum siap menghadapi kebijakan ini. Mengapa begitu?
Selain SDM yang berkualitas dan ketegasan hukum mengenai perekonomian
yang kurang tegas, masih kurang apabila dibandingkan dengan negara lainnya.
Tentunya hal ini dapat memengaruhi perdagangan dan komparasi perdagangan
Indonesia jika dibandingkan negara lainnya. Bisa jadi Indonesia menjadi “Tamu
di Rumah Sendiri”.
Walaupun begitu, AFTA juga membawa beragam manfaat bagi Indonesia pada
khususnya. Diantaranya akan banyaknya pemberdayaan sumber daya alam
Indonesia yang melimpah ini yang akan membantu perekonomian Indonesia.
Juga pada harga barang-barang impor, perlahan akan mengalami penurunan.
Selain itu, keuntungan bagi pengusaha dengan usaha-usaha dengan produk khas
Indonesia, karena mereka dapat mematenkan usahanya dan memperluas
usahanya menjadi skala Internasional. Saran penulis, jangan pernah jual hak
paten usahanya pada asing. Karena selain menjadi khas, usahanya ini dapat
menjadi usaha mandiri yang perlahan memiliki “nama” yang mendunia.
Dengan menghadapi AFTA ini tentunya kita memiliki dua bayangan sisi yang
akan didapat Indonesia. Yang pertama, sisi positif yakni pemberdayaan SDA kita
yang melimpah serta penurunan harga barang impor. Yang kedua, sisi negatif
yakni Indonesia belum sepenuhnya siap menghadapi AFTA ini. Dengan demikian,
kita hanya dapat berharap bahwa Indonesia dapat bertahan bahkan berkembang
dalam perdagangan regional ini yang mungkin akan segera berkembang menjadi
perdagangan internasional.