Esensi Dasar dan Lingkup Etika Bisnis Syariah filePengertian Etika, Bisnis, dan Syariah egiatan...
Transcript of Esensi Dasar dan Lingkup Etika Bisnis Syariah filePengertian Etika, Bisnis, dan Syariah egiatan...
Modul 1
Esensi Dasar dan Lingkup Etika Bisnis Syariah
Dr. Nurul Huda, S.E., M.M., M.Si.
odul satu ini terdiri dari dua kegiatan belajar yang harus dilalui
mahasiswa. Setelah membaca, memahami, dan menganalisis modul ini
maka diharapkan mahasiswa dapat memberikan penjelasan esensi dasar dari
etika bisnis syariah beserta dengan ruang lingkupnya.
Etika bisnis syariah merupakan kajian yang sangat menarik untuk
dipelajari karena merupakan ranah kajian yang sedang dan akan mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan ekonomi Islam dan keuangan
Islam baik secara keilmuan maupun kelembagaan. Modul 1 ini terdiri dari
dua kegiatan belajar.
Kegiatan Belajar 1 membahas berbagai macam pandangan tentang
pengertian etika, bisnis, dan syariah. Sedangkan Kegiatan Belajar 2
membahas tentang kaidah utama bisnis syariah dan ruang lingkup bisnis
syariah yang meliputi kajian kaidah ibadah, kaidah muamalah, dan ruang
lingkup bisnis syariah. Berikut ini bagan pembahasan Modul 1.
M
PENDAHULUAN
1.2 Etika Bisnis Syariah
Gambar 1.1
Akhir dari pembelajaran Modul 1 ini, secara umum diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan hakikat dasar konsep etika bisnis syariah dan
ruang lingkup pembahasannya. Secara lebih rinci, setelah mempelajari Modul
1 ini maka mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian etika;
2. menjelaskan pengertian bisnis;
3. menjelaskan pengertian syariah;
4. menjelaskan kaidah ibadah;
5. menjelaskan kaidah muamalah;
6. menjelaskan ruang lingkup bisnis syariah;
Dengan mempelajari modul pertama ini, mahasiswa dapat memahami
dimensi etika bisnis syariah dan dimensi muamalah, khususnya selain
dimensi ibadah yang terdapat dalam komponen syariah. Oleh karena itu,
memahami modul pertama ini sangat penting sebelum mempelajari modul-
modul lainnya.
EKSA4201/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Etika, Bisnis, dan Syariah
egiatan Belajar 1 ini akan mengantarkan mahasiswa mempelajari
tentang pengertian etika, moral, dan akhlak sehingga pada akhirnya
dapat membedakan ketiga hal tersebut. Selain itu, mahasiswa dapat
memahami esensi dasar bisnis dalam Islam serta cakupan dari syariah yang
meliputi ibadah dan muamalah.
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika, moral, dan akhlak kata yang sangat familiar dalam kehidupan kita,
tetapi mungkin saja kita belum mengetahui apakah ketiga kata tersebut
mempunyai makna yang sama atau berbeda? Berikut pengertian yang
mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas.
Secara etimologi (asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu
ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Ethos
adalah bentuk tunggal dari kata etika, sedangkan bentuk jamaknya, yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti, antara lain: tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha adalah adat kebiasaan. Jadi, secara
etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).
Secara terminologi (istilah) etika dikemukakan oleh beberapa para ahli
yang diambil dari beberapa sumber sebagai berikut:
1. James J. Spillane SJ
Etics atau etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku
manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarah atau
menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang
terhadap orang lain.
2. Hamzah Yacub
Pengertian etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran.
K
1.4 Etika Bisnis Syariah
3. Asmaran
Pengertian etika adalah studi mengenai tingkah laku manusia, tidak
hanya menentukan kebenaran-kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi
juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku
manusia.
4. Soergarda Poerbakawatja
Etika adalah filsafat mengenai nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk,
kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan
mengenai nilai-nilai itu sendiri.
Berdasarkan empat definisi di atas maka terdapat tiga kata penting yang
muncul dalam pengertian etika, yaitu:
1. perilaku manusia;
2. akal pikiran manusia;
3. nilai baik (kebenaran) dan nilai buruk (kesalahan).
Ketiga hal di atas (perilaku, akal, dan nilai) menjadi ruang lingkup etika
dari sisi terminologi atau istilah. Contoh etika, seperti mengucapkan salam
saat bertamu, cium tangan orang tua jika ingin pergi, meminta maaf ketika
berbuat suatu kesalahan dan makan menggunakan tangan kanan.
Bagaimana halnya dengan pengertian moral? Moral secara etimologi
berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat
kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral
adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya,
moral secara terminologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Pengertian moral yang dikemukakan para ahli antara lain:
1. Widjaja (1985) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk
tentang perbuatan dan kelakuan.
2. Al-Ghazali (1994) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan
kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam
jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari
dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan
direncanakan sebelumnya.
EKSA4201/MODUL 1 1.5
3. Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986)
merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan
formalnya sebagai berikut.
a. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan
warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di
dalam lingkungan tertentu.
b. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu.
c. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan pada
kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang
baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
lingkungannya.
4. Hurlock (1990), moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
5. Wantah (2005), moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada
hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik
buruknya tingkah laku.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa moral adalah
suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan
kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral
sangat berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan, diri sendiri,
dan lingkungan sosial. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa
orang tersebut bermoral maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang
tersebut tingkah lakunya baik.
Selanjutnya adalah akhlak. Apakah yang dimaksud dengan akhlak? Kata
akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari khuluqun yang menurut lughat
diartikan, budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti
kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan
makhluk yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul
sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dan
makhluk dan antara makhluk dan makhluk. Perkataan ini bersumber dari ayat
yang tercantum dalam QS. Al-Qalam (68): 4.
٤ل ق عظيم وإنك لعلى خ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
1.6 Etika Bisnis Syariah
Rasulullah Shallallahu‘Alaihi Wasallam bersabda:
م مكارم األخالق إنما ب عثت أل تم
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia. (HR. Ahmad)
Adapun pengertian secara terminologi dikemukakan oleh ulama akhlak
sebagai berikut.
a. Ahmad Amin
Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia
kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.
b. Imam Ghazali
Akhlak adalah suatu gejala kejiwaan yang sudah meresap dalam jiwa,
yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa
mempergunakan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Apabila yang
timbul daripadanya adalah perbuatan-perbuatan yang baik, terpuji
menurut akal dan syara’ maka disebut akhlak yang baik. Sebaliknya,
apabila yang timbul daripadanya adalah perbuatan-perbuatan yang buruk
maka dinamakan akhlak yang buruk.
c. Ibnu Maskawih
Akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan, tanpa melalui pertimbangan pikiran
terlebih dahulu.
d. Abdullah Diroz
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap (kekuatan
yang didorong oleh emosi jiwa, bukan karena tekanan dari luar, serta
sudah menjadi kebiasaan), kekuatan, dan kehendak yang saling
kombinasi sehingga membawa kecenderungan pada penilaian pihak yang
benar (sebagai akhlak baik) dan pihak yang jahat atau salah (akhlak
jahat/buruk).
EKSA4201/MODUL 1 1.7
Berdasarkan definisi etika, moral, dan akhlak maka terdapat persamaan
dan perbedaan di antara ketiganya. Ada beberapa persamaan antara akhlak,
etika, dan moral yang dapat dipaparkan sebagai berikut.
1) Akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
2) Akhlak, etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaannya. Sebaliknya,
semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok
orang maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
3) Akhlak, etika, dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis, dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang.
Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan
pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan,
mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus-
menerus, berkesinambungan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi
yang tinggi.
Selain ada persamaan antara akhlak, etika, dan moral sebagaimana
diuraikan di atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri
khas masing-masing.
Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Quran dan As-
Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak
suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal
dan bersumber dari ajaran Allah.
Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-
nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari
pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis yang pada intinya
bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika bersifat temporer sangat
tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang
menganutnya. Sedangkan, moral tolok ukur yang digunakan adalah norma-
norma yang tumbuh dan berkembang, berlangsung di masyarakat.
B. PENGERTIAN BISNIS
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan di mana seseorang atau
sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan
1.8 Etika Bisnis Syariah
keuntungan. Kata bisnis sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung
areanya. Penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha,
yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor
pasar tertentu. Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas
yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa.
Beberapa pengertian bisnis yang dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Huat T Chwee (1990), bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang
dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis sebagai suatu sistem yang
memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat
(bussinessis then simply a system that produces goods and service to
satisfy the needs of our society).
2. Steinford (1979)
“Business is an institution which produces goods and services demanded
by people.” Artinya bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan
masyarakat meningkat maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil
memperoleh laba.
3. Allan Afuah (2004)
“Business is the organized effort of individuals to produce and sell for a
provit, the goods and services that satisfy societies needs. The general
term business refer to all such efforts within a society or within an
industry.” Maksudnya bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan
ada dalam industri. Orang yang mengusahakan uang dan waktunya
dengan menanggung risiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut
entrepreneur.
4. Griffin dan Ebert (1996)
“Business is an organization that provides goods or services in order to
earn profit.” Sejarah dengan definisi tersebut, aktivitas bisnis melalui
penyediaan barang dan jasa bertujuan untuk menghasilkan profit atau
(laba). Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba apabila total
penerimaan pada suatu periode (total revenues) lebih besar dari total
biaya (total costs) pada periode yang sama. Laba merupakan daya tarik
EKSA4201/MODUL 1 1.9
utama untuk melakukan kegiatan bisnis sehingga melalui laba pelaku
bisnis dapat mengembangkan skala usahanya untuk meningkatkan laba
yang lebih besar.
Islam menyebut istilah bisnis dengan tijarah, pengertian bisnis itu
sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan di
dunia yang “dibisniskan” (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih
keuntungan atau pahala akhirat. Pernyataan ini secara tegas disebut dalam
Al-Quran, Surat Ash-Shaff ayat 10-11 berikut ini.
ن رة ت نجيك م م أيها ٱلذين ءامن وا هل أد لك م على تج ي
هد ون في ٠١عذاب أليم ورس ولهۦ وت ج ت ؤمن ون بٱلل
لك بأمو لك م خير لك م إن ك نت م سبيل ٱلل م وأنف سك م ذ
ون ٠٠ تعلم
Hai, orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui
Menurut Ar-Raghib Al-Asfahani At-Tijarah bermakna pengelolaan harta
benda untuk mencari keuntungan. Sedangkan menurut Ibnu Farabi, fulanun
tajirun bi kadza yang berarti seseorang yang mahir dan cakap yang
mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.
C. PENGERTIAN SYARIAH
Secara etimologi, syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah
perintahkan kepada hamba-Nya, seperti puasa, shalat, haji, zakat, dan seluruh
kebaikan. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti
menerangkan atau menjelaskan sesuatu atau berasal dari kata syir’ah dan
syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air
1.10 Etika Bisnis Syariah
secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan
bantuan alat lain.
Syariat dalam istilah syar’i berarti hukum-hukum Allah yang
disyariatkan kepada hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Quran dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW dari perkataan, perbuatan, dan penetapan.
Syariat dalam penjelasan Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang
ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan sunnah serta dalil-dalil yang
berkaitan dengan keduanya, seperti ijma’ dan qiyas. Syariat Islam dalam
istilah adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada hamba-hambaNya dari
keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem kehidupan dengan
dimensi yang berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Dalam arti luas, al-syari’ah berarti seluruh ajaran Islam yang berupa
norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem
kepercayaan/doktrin) maupun tingkah laku konkret (legal-formal) yang
individual dan kolektif. Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din yang
berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam,
tasawuf, tafsir, hadits, fikih, usul fikih, dan seterusnya (akidah, akhlak dan
fikih). Dalam arti sempit al-syari’ah berarti norma-norma yang mengatur
sistem tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif.
Pengertian syariah, menurut para ahli ada beberapa pengertian berikut.
1. Ashshiddieqy, syariah adalah sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan
Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara Rasullullah supaya para
hamba melaksanakannya dengan dasar iman dan takwa, baik hukum itu
mengenai amaliyah lahiriyah maupun yang mengenai akhlak dan akidah,
kepercayaan yang bersifat batiniah.
2. Agnides, syariah adalah sesuatu yang tidak akan diketahui adanya,
seandainya saja tidak ada wahyu Ilahi.
3. Fyzee mengemukakan pengertian syariah, yaitu syariat dalam bahasa
Inggris disebut connon of law, yakni keseluruhan perintah Tuhan. Di
mana tiap-tiap perintah itu dinamakan hukum. Hukum Allah tidak
mudah dipahami dan syariah itu meliputi semua tingkah laku manusia.
4. Hanafi, pengertian syariah adalah apa (hukum-hukum) yang diadakan
oleh Tuhan untuk para hambaNya yang di bawa oleh salah seorang Nabi-
Nya, baik hukum-hukum itu berhubungan dengan cara mengadakan
perbuatan, yaitu yang disebut sebagai hukum-hukum cabang dan amalan.
Oleh karena itu, dihimpunlah ilmu fiqih ataupun mengenai hal yang
EKSA4201/MODUL 1 1.11
berhubungan dengan kepercayaan, yaitu yang disebut sebagai hukum-
hukum pokok atau keimanan yang terhimpun dalam kajian ilmu kalam.
5. Rosyada, pengertian syariah adalah menetapkan norma-norma hukum
untuk menata kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan
Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.
6. Zuhdi, pengertian syariah, yaitu sebagai hukum yang ditetapkan Allah
melalui Rasul-Nya untuk hamba-Nya agar mereka menaati hukum itu
atas dasar iman dan takwa, baik yang berkaitan dengan akidah, amaliyah
(ibadah dan muamalah) dan yang berkaitan dengan akhlak.
Berdasarkan pengertian syariah di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian syariah adalah segala apa yang disyariatkan oleh Allah baik
dengan Al-Quran maupun dengan sunnah Nabi Muhammad SAW maupun
yang dapat melengkapi semua dasar agama, akhlak, hubungan manusia
dengan manusia, bahkan meliputi juga apa yang menjadi tujuan hidup dan
kehidupan manusia untuk keselamatan dunia dan akhirat.
1) Apakah yang dimaksud etika? Berikan contoh!
2) Apakah yang dimaksud dengan moral? Apa pula yang dimaksud dengan
akhlak?
3) Jelaskan persamaan etika, moral, dan akhlak!
4) Apa yang dimaksud dengan bisnis?
5) Apa yang dimaksud dengan syariah?
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Etika merupakan studi tentang perilaku manusia yang mengarah pada
penggunaan akal pikiran guna menentukan kebenaran dan kesalahan,
contoh: meminta maaf ketika berbuat suatu kesalahan dan makan
menggunakan tangan kanan.
2) Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang
sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau
pemikiran. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak, yaitu keadaan jiwa
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1.12 Etika Bisnis Syariah
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan,
tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
3) Persamaan etika, moral, dan akhlak sebagai berikut.
a) Akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
b) Akhlak, etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaannya.
4) Bisnis merupakan keadaan di mana seseorang atau sekelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Islam
menyebut istilah bisnis dengan tijarah, pengertian bisnis itu sendiri tidak
dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan di dunia
yang “dibisniskan” (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan
atau pahala akhirat.
5) Syariah adalah segala apa yang disyariatkan oleh Allah baik dengan Al-
Quran maupun dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW maupun yang
dapat melengkapi semua dasar-dasar agama, akhlak, hubungan manusia
dengan manusia, bahkan meliputi juga apa yang menjadi tujuan hidup
dan kehidupan manusia untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Berdasarkan uraian dalam Kegiatan Belajar 1 maka ada beberapa
kesimpulan yang dapat disampaikan:
1. Pengertian dapat ditinjau dari segi etimologi (asal usul kata) dan
terminologi (istilah).
2. Etika, moral, dan akhlak mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
3. Etika, moral, dan akhlak merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaannya.
4. Islam menyebut istilah bisnis dengan tijarah, pengertian bisnis itu
sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh
kegiatan di dunia yang “dibisniskan” (diniatkan sebagai ibadah)
untuk meraih keuntungan atau pahala akhirat.
5. Syariat dalam istilah syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan
kepada para hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Quran dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW dari perkataan, perbuatan, dan
penetapan.
RANGKUMAN
EKSA4201/MODUL 1 1.13
1) Secara etimologi (asal usul kata) etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu
ethos yang berarti ....
A. perilaku
B. akhlak
C. hukum
D. custom
2) Diartikan sebagai semangat atau dorongan batin dalam diri seseorang
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu disebut ....
A. etika
B. moral
C. akhlak
D. adat
3) Berpakaian rapi, bersih, sopan, serasi sesuai dengan konteks keperluan
merupakan ....
A. susila
B. norma
C. etika
D. moral
4) Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan .... mulia
(HR. Ahmad)
A. perilaku
B. etika
C. akhlak
D. kebiasaan
5) Salah satu ciri-ciri dari moral, antara lain ....
A. bergaul, bertegur sapa, dan bertutur kata dengan sopan, wajar,
simpatik, edukatif, bermakna sesuai dengan norma moral yang
berlaku
B. memiliki sikap jujur, optimis, kreatif, rasional, mampu berpikir
kritis, rendah hati, demokratis, sopan, mengutamakan kejujuran
akademik, menghargai waktu, dan terbuka terhadap perkembangan
IPTEK
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1.14 Etika Bisnis Syariah
C. nilai-nilai normatif yang menjadi keyakinan dalam diri seseorang
atau suatu badan/lembaga/organisasi yang menjadi faktor pendorong
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
D. tidak ada jawaban
6) Akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan, tanpa melalui pertimbangan pikiran
terlebih dahulu merupakan pandangan dari ....
A. Ibnu Maskawaih
B. Imam Ghazali
C. Yusuf Qardhawi
D. Asshidiqie
7) Islam berpandangan bisnis itu sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi
mencakup pula seluruh kegiatan di dunia yang “dibisniskan” (diniatkan
sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala akhirat.
Istilah bisnis dalam Islam disebut ....
A. riba
B. tijarah
C. bay
D. maysir
8) Syariah adalah segala apa yang disyariatkan oleh Allah yang tertuang
dalam ....
A. Al-Quran
B. Sunnah Rasul
C. Al-Quran dan Sunnah Rasul
D. Hadist
9) Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua
aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam
kehidupan sehari-hari merupakan pengertian dari ....
A. Huat T Chwee
B. Steinford
C. Griffin dan Ebert
D. Allan Afuah
10) Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba (profit) apabila ....
A. total revenue sama dengan total cost
B. total revenue lebih kecil dengan total cost
C. total revenue lebih besar dengan total cost
D. tidak ada jawaban yang benar
EKSA4201/MODUL 1 1.15
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
1.16 Etika Bisnis Syariah
Kegiatan Belajar 2
Kaidah Utama dan Ruang Lingkup Bisnis Syariah
ahasiswa yang sudah melewati tahapan Kegiatan Belajar 1 maka dapat
melanjutkan pada Kegiatan Belajar 2 dari Modul 1. Pada Kegiatan
Belajar 2 ini, mahasiswa akan diberikan wawasan terkait dengan kaidah
dalam ibadah dan muamalah dan diakhiri dengan ruang lingkup bisnis.
Semoga mahasiswa bisa mengikuti dan membaca secara seksama Kegiatan
Belajar 2 ini karena banyak sekali istilah yang tentunya kita tidak familiar.
Harapan dari pembelajaran ini, mahasiswa dapat mengerti, memahami,
bahkan menjelaskan apa perbedaan esensial antara ibadah dan muamalah
serta cakupan masing-masing.
A. KAIDAH IBADAH
1. Pengertian Ibadah
Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak sering
sekali dilupakan keterkaitannya. Contohnya, seseorang melaksanakan shalat,
berarti dia melakukan syariah. Tetapi shalat itu dilakukannya untuk membuat
kagum orang-orang di sekitarnya, berarti dia tidak melaksanakan aqidah.
Karena shalat itu dilakukannya bukan karena Allah maka shalat itu tidak
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Alhasil, dia tidak
mendapatkan manfaat pada akhlaknya.
M
EKSA4201/MODUL 1 1.17
Gambar 1.2 Penggolongan Kajian dalam Islam
Pengertian akhlak dan syariah sudah dikemukakan pada Kegiatan
Belajar 1 Modul 1. Pengertian aqidah adalah bentuk dari kata aqoda,
ya’qidu, aqdan-aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian,
dan kokoh. Penggunaan kata aqidah dalam Al-Quran berarti sumpah setia di
antara manusia (QS. An-Nisa: 33; Al-Maidah: 1dan 89). Misalnya, dalam hal
pembagian harta waris, orang yang terikat sumpah setia dengan orang yang
meninggal dunia tersebut berhak menerima harta waris. Apabila sumpah itu
dilanggar, ia harus menggantinya dengan khifarat. Aqidah juga berarti ikatan
nikah (QS. Al-Baqarah: 235 dan 237) atau kekakuan lidah (QS. Thaha: 27)
atau ikatan tali (QS. Al-Falaq: 4).
Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa Arab)
adalah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa
dan tak dapat beralih dari padanya. Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan
aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga
menjadi ketenangan jiwa yang menjadikan kepercayaan bersih dari
kebimbangan dan keragu-raguan. Secara umum, aqidah dalam Islam berarti
perjanjian teguh manusia dengan Allah yang berisi tentang kesediaan
manusia untuk tunduk dan patuh secara sukarela tanpa keragu-raguan pada
kehendak Allah.
1.18 Etika Bisnis Syariah
Pada bagian pertama, Kegiatan Belajar 2 pada Modul 1 ini akan dibahas
kaidah dalam ibadah. Berdasarkan Gambar 1.1 kita ketahui bahwa ibadah
merupakan bagian dari syariah. Apa yang dimaksud dengan ibadah?
Ibadah secara bahasa ada tiga makna, yaitu (1) ta’at لطاعة ) ); (2) tunduk
( الخضوع ) dan; (3) pengabdian (التنسك). Jadi, ibadah itu merupakan bentuk
ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.
Adapun pendapat lain mengenai ibadah sebagai berikut.
التقرب ألى هللا بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل
بما أذن به الشا رع وهي عامة وخاصة
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan yang diizinkan oleh syari’ Allah Swt karena itu ibadah mengandung arti umum dan arti khusus.
Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal
yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan, ibadah dalam arti yang
khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang
telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Ibadah dalam arti yang khusus ini
meliputi, thaharah, shalat, zakat, shaum, haji, kurban, aqiqah nadzar, dan
kifarat.
2. Jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis1
(Shiddieq, 2008) dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan
lainnya.
1 Ibadah-mahdhah-ghairu-mahdhah (Online). (https://umayonline.wordpress.com/2008/09/15,
diakses pada 28 Maret 2016 pukul 20.00 WIB.)
EKSA4201/MODUL 1 1.19
Gambar 1.3
a. Ibadah Mahdhah artinya penghambaan yang murni hanya merupakan
hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung, seperti shalat,
haji, dan lain sebagainya. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip berikut
ini.
1) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari
Al-Quran maupun As-Sunnah. Jadi, merupakan otoritas wahyu,
tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
2) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah SAW. Salah
satu tujuan diutus Rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh.
Berikut ini penjelasannya:
م إذ ولو أنه س ول إل لي طاع بإذن ٱلل وما أرسلنا من ر
ا و م ظلم م أنف سه وٱستغفر له وا ٱلل جاء وك فٱستغفر
س ول حيما ٱلر ابا ر تو ٤٤لوجد وا ٱلل
Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya, jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS.An-Nisa ayat 64).
1.20 Etika Bisnis Syariah
ذ وه وما نهىك م عنه ف س ول فخ ٱنته وا وما ءاتىك م ٱلر
شديد ٱلعقاب إن ٱلل ٧وٱتق وا ٱلل
..... apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya (QS. Al-Hasr ayat 7).
3) Bersifat suprarasional (di atas jangkauan akal), artinya ibadah
bentuk ini bukan ukuran logika karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu. Akal hanya berfungsi memahami rahasia
di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul
Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan
ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah
sesuai dengan ketentuan syari’at atau tidak. Atas dasar ini maka
ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
4) Asasnya taat yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah
ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa
apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk
kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah
satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah adalah wudhu, tayammum,
mandi hadats, adzan, iqamat, shalat, membaca Al-Quran, i’tikaf,
shiyam (puasa), haji, umrah, tajhiz al- janazah.
Rumusan ibadah mahdhah adalah KA + SS (Karena Allah +
Sesuai Syari’at).
Hikmah ibadah mahdhah, pokok dari semua ajaran Islam adalah
tawhiedul ilaah (Keesaan Allah) dan ibadah mahdhah itu salah satu
sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke-Esa-an Allah itu
sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan berikut ini.
a) Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat
semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan
menyembah ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan
tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat
menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang, sebagai
EKSA4201/MODUL 1 1.21
perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang
shalat ke arah sanalah kiblatnya (QS. Al-Baqarah: 144).
b) Tawhiedul harakah (kesatuan gerak). Semua orang yang shalat
gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk
(ruku’), sujud, dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan
sa’i, arah putaran dan gerakannya sama sebagai perwujudan
Allah yang diibadati hanya satu.
c) Tawhiedul lughah (kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena
Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang
dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu, yaitu
bacaan shalat. Tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia
mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca
Al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini Al-Quran adalah
bahasa Al-Quran yang membaca terjemahannya bukan
membaca Al-Quran.
b. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah),
yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah
juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk
lainnya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
1) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini
boleh diselenggarakan.
2) Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya
dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bid’ah, atau jika ada
yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah
maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah
mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
3) Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-
ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau
logika sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan
madharat maka tidak boleh dilaksanakan.
4) Asasnya “manfaat”, selama itu bermanfaat maka selama itu boleh
dilakukan.
Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah, BB + KA (Berbuat Baik + Karena
Allah).
1.22 Etika Bisnis Syariah
3. Prinsip Ibadah
Adapun prinsip melaksanakan ibadah2 sebagai berikut.
a. Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah:1-5)
حيم ن ٱلر حم ٱلر لمين ٠بسم ٱلل ٱلع رب ٢ٱلحمد لل
ن حم حيم ٱلر ين ٣ٱلر لك يوم ٱلد إياك نعب د وإياك ٤م
٥نستعين
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai di hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan Hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan.
b. Ikhlas (Al-Bayinah (98):5
و ء وما أ مر نفا ين ح خلصين له ٱلد م ا إل ليعب د وا ٱلل
لك دين ٱلقيمة كوة وذ لوة وي ؤت وا ٱلز وا ٱلص ٥ وي قيم
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
2 Hatib Rachmawan. Fiqih Ibadah dan Prinsip Ibadah dalam Islam.(Online)
(http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam- islam.asp, diunduh 28 Maret
2016)
EKSA4201/MODUL 1 1.23
c. Tidak menggunakan perantara (washilah), Al-Baqarah: 186
عوة ٱلداع وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أ جيب د
م يرش د ون إذا دعان فليستجيب وا لي ولي ؤمن وا بي لعله
٠٨٤
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
d. Dilakukan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah
Dalam hal shalat, Nabi Muhammad SAW bersabda:
وني أ صلي رواه البخاري —صلوا كما رأيت م
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Al-Bukhari, dari Malik bin Al-Huwairits)
Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan tentang tata cara shalat secara
lengkap melalui hadits-haditsnya yang maqbûl, dari sejak niat yang tidak
dilafalkan, bagaimana gerakan dan bacaan shalat sejak takbir hingga
salam, berapa jumlah rakaat, kapan saja waktu-waktu shalat, dan lain-
lain. Dalam masalah ibadah mahdlah (khusus) yang sudah jelas ada
keterangan dari Allah dan Rasul-Nya, tidak boleh ada hasil kreasi
pemikiran manusia yang boleh masuk di dalamnya, kecuali menunggu
perintah atau tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Ketika seseorang
melakukan shalat sebagai bagian dari ibadah mahdlah tidak sesuai
dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya maka ada dua akibat yang akan
terjadi, yaitu:
1.24 Etika Bisnis Syariah
Pertama: ibadahnya ditolak. Nabi SAW bersabda:
و رد من أحدث في أمرنا هذا ما ليس فيه فه
Barang siapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan (Islam) di dalamnya maka ditolak. (Muttafaq ‘alayh).
Kedua: divonis bid’ah, sesat dan masuk neraka. Nabi Muhammad SAW
memperingatkan dengan sabdanya:
د حم وخير اله دى ه دى م فإن خير الحديث كتاب للا
حداات ها وك ل بدعة لاللةوشر األ ور م م
و فى —. رواه مسلم وابن ماجة وأحمد والدارمى
وك ل لاللة في النار : لفظ النسائى –
Sesungguhnya sebaik-baik berita adalah Kitabullah (Al-Quran) dan sebaik-baik bimbingan adalah bimbingan Muhammad, sedang sejelek-jelek perkara adalah mengada-ada padanya, dan setiap bid`ah (penyimpangan dengan mengada-ada) adalah sesat. (HR. Muslim, Ibn Majah, Ahmad & Darimi).
Hadits ini dimaksudkan sebagai peringatan agar orang tidak mudah
melakukan penyimpangan (bid`ah) dalam masalah ibadah mahdlah.
Itulah sebabnya para ulama menyusun sebuah kaidah ushul dalam hal
ibadah:
األصل في العبادات الحظر إل ما ورد عن الشارع
تشريعه
Prinsip asal dalam masalah ibadah itu dilarang kecuali terdapat dalil dari Allah (al-Syâri’) yang mensyari’atkannya.
EKSA4201/MODUL 1 1.25
e. Seimbang antara dunia akhirat (Al-Qashash:77)
ار ٱألخرة ول تنس نصيبك وٱبتغ فيما ءاتىك ٱلل ٱلد
ول تبغ ٱلفساد من ٱلدنيا وأحسن كما أحسن ٱلل إليك
فسدين ل ي حب ٱلم ٧٧في ٱألرض إن ٱلل
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
f. Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf: 31)
ذ وا زينتك م عند ك ل مسجد وك ل وا بني ءادم خ ۞ي
سرفين إنه ۥ ل ي حب ٱلم ا ٣٠وٱشرب وا ول ت سرف و
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
g. Mudah (bukan meremehkan) dan meringankan bukan mempersulit
(Al-Baqarah: 286)
سعها لها ما كسبت وعليها ما ل ي كلف ٱلل نفسا إل و
أو أخطأنا ربنا ول ت ٱكتسب إن نسينا ربنا ل ت ؤاخذنا
إصرا كما حملته ۥ على ٱلذين من قبلنا ربنا تحمل علينا
1.26 Etika Bisnis Syariah
لنا ما ل طاقة لنا بهۦ وٱعف عنا وٱغفر لنا ول ت حم
فرين ا وٱرحمن رنا على ٱلقوم ٱلك ٢٨٤ أنت مولىنا فٱنص
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya, beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
4. Hakikat Kaidah Ibadah
Kaidah dalam beribadah
األصل فى العبادة التحريم والبطل إل ما جاء به
الد ليل على اوامره
Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal, kecuali yang ada dalil yang memerintahkan.
Ada beberapa dalil, di antaranya adalah ayat Al-Quran
Surah Al-Hujurat:1
ورس ولهۦ وا بين يدي ٱلل م أيها ٱلذين ءامن وا ل ت قد ي
سميع عليم إن ٱلل ٠ وٱتق وا ٱلل
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
EKSA4201/MODUL 1 1.27
Hukum asal dari ibadah adalah batal hingga tegak dalil (argument) yang
memerintahkannya (Imam As Suyuthidan Ibnu Qoyyim al Jauziyah).
م دليل على األمر األصل في العبادت الب طالن حتى يق و
Ibadah pada dasarnya adalah haram dan batal. Hukum asalnya adalah
haram dan sesuatu yang batal, tidak sah, tidak berguna, dan sia-sia.
Hukum haram dapat berubah menjadi wajib atau sunnah apabila ada
perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Apabila tidak ada perintah dari Allah dan
Rasul-Nya atau apabila tidak ada dalil yang menyuruh (perintah)
melakukannya, ia kembali kepada hukum asal haram.
باع األ صل فى العبا دة التوقيف واإل ت
Hukum asal ibadah adalah tauqif dan ittiba' (bersumber pada ketetapan Allah dan mengikuti Rasul) (Abdul Hamid Hakim). Dalilnya berdasarkan hadits:
و رد من عمل عمال ليس عليه أمر نا فه
Barang siapa yang membuat suatu amalan dalam agama kita ini yang
tidak ada tuntunannya (contohnya) maka amalan tersebut tertolak. (HR. Bukhori Muslim).
Hukum-hukum dalam beribadah sudah baku, hak mutlak atau otoritas
Allah (karena Dialah yang menciptakan cara beribadah sehingga tidak ada
peluang bagi manusia untuk membuat cara baru walaupun dipandang baik).
Hukum dalam ibadah berupa “mandat” dari Allah dengan cara mengikuti
Rasulullah, manusia hanya menjalankan sesuai isi mandat dan juklak
(petunjuk pelaksanaan: Al Quran dan Hadits Shahih). Apabila dilaksanakan
atau tidak dilaksanakan, apabila sesuai atau tidak sesuai, ada ganjaran, yaitu
pahala dan dosa.
ور األ صل فى العبا دة مأ م
Hukum asal ibadah adalah (apabila ada) perintah. Dalilnya QS. Az Zumar: 11 berikut ini.
1.28 Etika Bisnis Syariah
خل م ين ق ل إني أ مرت أن أعب د ٱلل ٠٠ صا له ٱلد Katakanlah: Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.
Tanpa adanya perintah Allah atau dari Rasul-Nya maka siapa yang
memerintahkannya? Kalau bukan atas perintah Allah dan Rasul-Nya maka
bisa terjatuh dalam kesyirikan, berarti ada “Tuhan” lain yang memerintahkan
cara beribadah sesuai kemauan si “Tuhan” tersebut. Padahal yang membuat
cara beribadah dan cara menyembah kepada Allah hanyalah Allah semata.
Maka tidak boleh melakukan suatu ibadah, walaupun (cara /model ibadah
tanpa dasar tadi) dipandang baik oleh orang [baca: bid'ah hasanah] dan
dilakukan oleh orang banyak. Lebih baik diam (tidak mengerjakan) apabila
tidak tahu dalilnya atau bertanya kepada yang mengetahui hukumnya.
(QS. Al-An’am: 116)
وإن ت طع أكثر من في ٱألرض ي ضلوك عن سبيل ٱلل
بع ون ص ون إن يت ٠٠٤ إل ٱلظن وإن ه م إل يخر
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
Dalam ibadah jangan mengikuti persangkaan atau perasaan; “Ah, itukan
baik!, yang penting niatnya baik!, lihat orang-orang, banyak yang
melakukannya. Ah, itukan sudah tradisi! Orang-orang sebelum kita (nenek
moyang kita, bapak-bapak kita) juga melakukannya”!
Perhatikan QS. Al Baqarah: 170 berikut ini.
بع ما ألفينا م ٱتبع وا ما أنزل ٱلل قال وا بل نت وإذا قيل له
ه م ل يعقل ون شي عليه ؤ أولو كان ءابا ءنا ا ءابا
٠٧١ وليهتد ون
EKSA4201/MODUL 1 1.29
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk?”
Kalau tidak ada perintah Allah atau kalau tidak ada contohnya dari
Rasulullah maka kita perlu bertanya, “Perintah siapakah yang menyuruh
beribadah dengan model seperti itu?” Kalau seandainya perintah manusia
(misalnya: syaikh, tuan guru, guru tariqat, kyai, habib) maka merekalah yang
kita sembah. Karena mengikuti atau mentaati cara beribadah yang dibuat oleh
mereka sendiri (seandainya tanpa dalil yang shahih). Secara tidak sadar
terjatuh dalam perbuatan syirik karena ada si pembuat baru selain Allah.
Ingat, hanya Allah yang membuat cara ibadah dan hanya Allah yang
patut disembah atau diibadahi, إياك نعب د dan tidaklah Allah menciptakan jin
dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah. QS.Ad-Dzariat:
56.
نس إل ليعب د ون ٥٤وما خلقت ٱلجن وٱإل Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Tidak ada satu pun ibadah dalam Islam, kecuali Nabi sudah
mencontohkannya, kemudian diikuti oleh para sahabat, tabi'in dan tabi'it
tabi'in. Kita tidak boleh meniru atau mengikuti siapa pun dalam beribadah,
walau dia dikatakan sebagai orang yang alim atau ulama, kecuali orang itu
mengikuti (ittiba' cara Rasulullah maka ikutilah). Cara mengetahui
bagaimana tata cara Rasulullah dalam beribadah dan muamalah adalah
dengan cara mempelajari hadits-hadits yang shahih.
األصل فى العبا دات الحظر والمنع حتى يق وم دليل
وعية على المشر
1.30 Etika Bisnis Syariah
Prinsip dasar dalam berbagai ibadah itu “bahaya” dan “terlarang”
hingga adanya dalil yang menunjukkan pensyari'atannya.
Ibadah adalah hubungan, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah,
dengan mengharap ridha-Nya, ampunan-Nya, dan pasti tujuannya kebaikan
(mencari pahala). Allah-lah yang menciptakan ibadah, karena itu tidak boleh
melakukan ibadah kecuali apa yang telah disyari'atkan Allah. Sebab hanya
Pembuat syari'at (Allah) sendiri yang berhak membuat cara-cara ibadah bagi
hamba-Nya untuk mendekatkan diri pada-Nya. Bahayanya adalah apabila
kita salah sembah. Siapa yang kita sembah? QS. As-Syura: 21.
ين ما لم يأذن به ٱلل ن ٱلد ا شرع وا له م م ؤ م ش رك أم له
لمين له م ولول كلمة م وإن ٱلظ ٱلفصل لق ضي بينه
٢٠عذاب أليم
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.
Hakikat ibadah tercermin dalam dua hal:
a. tidak ada yang diibadahi kecuali hanya Allah;
b. tidak boleh beribadah kepada Allah kecuali dengan cara yang telah
disyari'atkan-Nya.
Atau dalam pengertian yang lain:
c. ikhlas hanya kepada Allah semata;
d. amalan tersebut harus dikerjakan atas tuntunan (ittiba' kepada
Rasulullah)
Ikhlas dan mutaba’ah adalah syarat diterimanya ibadah.
ل تقبل العبادة إل باإلخالص والمتابعة Tidak diterima ibadah kecuali dengan ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti cara Rasul).
EKSA4201/MODUL 1 1.31
Seseorang yang beramal ikhlas maka niatnya tidak terlepas dari tiga
kemungkinan:
a. Tidak ada yang dia inginkan dengan amalnya kecuali Allah Yang Maha
Agung dan Maha Tinggi. Maka inilah yang diterima karena syarat ikhlas
telah terpenuhi padanya.
b. Tidak ada yang dia inginkan dengan amalnya kecuali dunia dan
perhiasannya. Ini tertolak karena berlawanan dengan ikhlas.
c. Keinginannya dia sekutukan antara keinginan kepada Allah dengan
keinginan kepada makhluk. Dalam beramal dia menginginkan Allah dan
sekaligus juga menginginkan pujian, sanjungan, kedudukan, dan
kehormatan. Ini pun juga tertolak.
Mutaba’ah, yaitu melaksanakan ibadah yang kaifiyatnya sebagaimana
kaifiyat yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tanpa
penambahan dan pengurangan, seperti shalat sebagaimana beliau shalat,
berpuasa sebagaimana beliau berpuasa dan berhaji sebagaimana beliau
berhaji. Banyak dalil yang menekankan syarat (mutaba’ah) ini. Maka setiap
ayat yang mensyaratkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
sebagai contoh dan teladan adalah sebagai petunjuk wajib untuk mengikuti
beliau dalam hal yang demikian. QS. Al Ahzab: 21.
أ سوة حسنة لمن كان لقد كان لك م في رس ول ٱلل
وا ٱلل كثيرا يرج ٢٠وٱليوم ٱألخر وذكر ٱلل
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Mengikuti Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, dalam hal ibadah terikat
dalam kemungkinan empat syarat:
a. Tata cara, yaitu tata caranya mengikuti tata cara Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam seperti shalat. “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat
aku shalat) dan haji (ambillah tata cara haji kamu dariku).” Maka siapa
saja yang melakukan suatu ibadah (seperti ini) yang tata caranya berbeda
dengan tata cara yang dibawa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam maka
1.32 Etika Bisnis Syariah
ibadahnya menjadi batal, lantaran bukan beracuan pada perintah Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam.
b. Tempat, bila sebuah ibadah yang pelaksanaannya dikhususkan pada
tempat tertentu maka sebenarnya tidak boleh melakukannya di tempat
yang lainnya kecuali dengan dalil yang membenarkannya di tempat
tersebut, seperti haji, thawaf, sa’i, dan menyembelih al hadyu (qurban
haji).
c. Waktu, bila suatu ibadah yang memiliki waktu tertentu yang tidak sah
(pelaksanaannya) kecuali di waktu tersebut maka tidak boleh
melakukannya pada waktu yang lain. Karena mesti mengikuti Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam hal waktu (pelaksanaannya), seperti
waktu berhaji, shalat lima waktu, dan puasa Ramadhan.
d. Qadar (ukuran), bila syari’at telah menentukan ukuran tertentu untuk
suatu ibadah maka sebenarnya siapa pun tidak boleh menambah atau
menguranginya. Penambahan dan pengurangan ini tidak sah, kecuali
dengan dalil yang mengesahkannya. Karena bila tidak ada (dalilnya), hal
itu tidak boleh. Seperti bilangan rakaat shalat lima waktu, bilangan
melontar jumrah, bilangan thawaf, bilangan sa’i,nishab zakat, bilangan
kafarat dan hudud, dan lain-lain. Semua ini telah ditentukan ukurannya.
Maka setiap muslim wajib mengikuti Nabi SAW tentang ukuran
tersebut.
B. KAIDAH MUAMALAH
1. Pengertian dan Dasar Hukum Muamalah
Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu,
muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain,
hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang
harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling
melakukan pekerjaan secara aktif sehingga kedua pelaku tersebut saling
menderita dari satu terhadap yang lainnya.
Pengertian muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang
luas dan dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan
beberapa pengertian muamalah.
Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum
syara yang berkaitan dengan urusan dunia dan kehidupan manusia, seperti
jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya.
EKSA4201/MODUL 1 1.33
Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek menyatakan muamalah adalah
peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia,
seperti perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, talak,
sanksi-sanksi, peradilan, dan yang berhubungan dengan manajemen
perkantoran, baik umum ataupun khusus yang telah ditetapkan dasar-
dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk
bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.
Kaidah dalam muamalah:
األصل فى األشياء اإل با حة حتى يد ل الدليل على
التحريم
Hukum asal dari sesuatu (muamalah) adalah mubah sampai ada dalil
yang melarangnya (memakruhkannya atau mengharamkannya). (Imam As Suyuthi).
م عا دة إل , ل ت شرع عبا دة إل بشرع هللا ول ت حر
بتحريم هللا
Tidak boleh dilakukan suatu ibadah kecuali yang disyari'atkan oleh Allah dan tidak dilarang suatu adat (muamalah) kecuali yang diharamkan oleh Allah.
Muamalah pada dasarnya adalah mubah. Asal hukumnya boleh (jaiz). Ia
berubah hukumnya apabila ada larangan. Apabila ada larangan, sesuatu yang
halal maka berubah menjadi haram dan makruh. Apabila tidak ada larangan
atau apabila tidak ada dalil yang melarangnya, ia kembali kepada hukum
asalnya, yaitu halal.
1.34 Etika Bisnis Syariah
Dasar hukum kaidah muamalah antara lain:
a. QS. Al-Baqarah: 29
ا في ٱألرض جميعا ا م ٱستوى إلى ه و ٱلذي خلق لك م م
ت وه و بك ل شيء عليم ٱلسماء و ىه ن سبع سم ٢٢ فسو
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
b. QS. Al-Jatsiyah: 13
نه ت وما في ٱألرض جميعا م و ا في ٱلسم ر لك م م وسخ
ون إن ت لقوم يتفكر لك ألي ٠٣ في ذ
Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
c. QS. Al-An’am: 145
أجد في م ه ۥ ق ل ل ما على طاعم يطعم حر ا أ وحي إلي م
سف وحا أو لحم خنزير فإنه ۥ أن يك ون ميتة أو دما م إل
بهۦ فمن ٱلط ر غير باغ رجس أو فسقا أ هل لغير ٱلل
حيم ول عاد فإن ربك غف ٠٤٥ ور ر
Katakanlah: “Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir atau daging babi. Karena sesungguhnya semua itu kotor atau
EKSA4201/MODUL 1 1.35
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam QS. Al-An’am ayat 145 dijelaskan bahwa Allah Ta’ala
menyebutkan makanan yang diharamkan sebagai bentuk pengecualian.
Berarti yang tidak dikecualikan itu diperbolehkan. Sedangkan QS. Al-
Jatsiyah ayat 13 seperti QS. Al-Baqarah ayat 29 yang menunjukkan
bahwa segala yang di muka bumi hukum asalnya untuk manusia.
d. HR. Al-Daruqutni
قال شني قال :روى الدارقطني عن أبي اعلبة الخ
تعالى فرض ص رس ول هللا لى هللا عليه وسلم إن للا
مات فال تنتهك وها ر م ح فرائض فال ت ضيع وها وحر
د حد و ودا فال تعتد وها وسكت عن أشياء من غير ح
نسيان فال تبحث وا عنها
Al-Daruqutni meriwayatkan dalam kitab sunannya dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani Radhiallahu‘Anhu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menetapkan kewajiban-kewajiban maka janganlah kalian mengabaikannya dan telah menetapkan batasan-batasannya janganlah kalian melampauinya. Dia telah mengharamkan segala sesuatu maka janganlah kalian melanggarnya. Dia mendiamkan sesuatu sebagai kasih sayang terhadap kalian dan bukan karena lupa jangan kalian mencari-cari tentangnya.” (HR. Al-Daruqutni).
1.36 Etika Bisnis Syariah
e. HR. Al-Tirmidzi
س ئل رس ول : روى الترمذي في سننه عن سلمان قال
بن والفراء هللا صلى للا عليه وسلم عن السمن والج
م : فقال الحالل ما أحل للا في كتابه، والحرام ما حر
ا عفا عنه للا في كتابه ، وما سكت عنه و مم فه
Al-Tirmidzi meriwayatkan dalam kitab sunannya dari Salman, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beliau bersabda, “Halal adalah apa yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya dan haram adalah apa yang diharamkan Allah diharamkan dalam kitab-Nya. Dan apa yang Dia diamkan tentangnya adalah perkara yang dimaafkan (untuk kalian).” (HR. Al-Tirmidzi).
Kedua hadits ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang tidak
dijelaskan status hukumnya halal ataukah haram dibolehkan karena Allah
memaafkannya dan dibiarkan, ini menunjukkan pembolehkan yang tidak
mengandung dosa mengerjakannya.
Allah sama sekali tidak menciptakan segala sesuatu dan
menundukkannya bagi kepentingan manusia sebagai nikmat, kemudian Allah
lantas mengharamkannya bagi manusia? Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan beberapa bagian saja sehingga wilayah haram dalam agama
sangat sempit sedang wilayah halal sangat luas.
Prinsip dalam beribadah lebih menekankan pada larangan sampai ada
perintah, prinsip dalam muamalah lebih menekankan pada pembolehan
sampai ada larangan. Sampai kalau ada dalil (yang membolehkan atau yang
melarang) maka status hukumnya berubah.
Kaidah ini harus dipahami betul-betul dahulu, sampai mengerti benar.
Sebab banyak orang salah dalam beragama karena tidak mengerti kaidah
(hukumnya). Salah melangkah pada awal maka langkah selanjutnya semakin
keliru. Semakin menjauh dari relnya, keluar jalan.
Dalam hal ibadah, akal hanya tunduk pasrah, tunduk kepada wahyu,
meniru apa yang sudah dicontohkan berdasarkan Al-Quran dan Hadits
shahih. Akal tidak boleh mengutak-atik hukum, kecuali hukum suatu ayat
EKSA4201/MODUL 1 1.37
dijelaskan oleh ayat yang lain atau suatu ayat dijelaskan oleh hadits atau
suatu hadits dijelaskan oleh hadits yang lain. Dari hukum umum menjadi
khusus.
Perhatikan kaidah yang sangat mulia ini:
لو كان خيرا لسبق ونا إليه
Kalau sekiranya suatu perkara itu baik, (pasti Rasulullah, para sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in) lebih dahulu melaksanakannya daripada kita karena mereka lebih alim lebih taat dan lebih tahu tentang agama daripada kita.
Dalam muamalah, akal diberikan porsi yang seluas-luasnya, أنت م أعلم
ورد نياك م tetapi dengan ,(kamu lebih mengerti dengan urusan duniamu) بأم
syarat tidak boleh terlepas dari Al-Quran dan Hadits, pada pertimbangannya
(sebagai barometer). Dalam muamalah tidak terbatas pada benda, tetapi
mencakup perbuatan dan aktivitas-aktivitas yang tidak termasuk dalam
urusan ibadah.
Contoh:
Boleh makan dan minum, menciptakan teknologi, membuat kendaraan,
komputer, komunikasi canggih, jual-beli, sewa-menyewa, bermasyarakat,
dan lain-lain sesukanya, asalkan sampai batasan yang tidak diharamkan atau
dimakruhkan oleh syari’at. Boleh makan sebatas tidak dimakruhkan dan
diharamkan, misalnya: jangan makan pakai tangan kiri, jangan minum sambil
berdiri, jangan makan sampai kenyang berlebihan, jangan makan binatang
yang buas, bertaring, mempunyai cakar tajam, dan lain-lain. Makan dan
minum pada dasarnya boleh, kecuali yang dibatasi oleh Al Quran dan Hadits.
Ada orang yang mengatakan, “Kalau begitu naik haji, kalau pakai
pesawat terbang, bid'ah dong? Dulukan pakai unta.” Rupanya orang tersebut
tidak mengerti mana batasan pengertian bid'ah. Bid'ah hanya dalam
pelaksanaan ibadahnya. Naik pesawat terbang bukan termasuk dalam
pelaksanaan ibadah haji. Tetapi, ia adalah sarana. Kalau begitu orang yang
naik haji dengan berjalan kaki jadi bid'ah juga. Seandainya naik haji harus
pakai unta. Pesawat terbang adalah bagian dari ilmu pengetahuan maka
sifatnya mubah. QS. Al-Maidah: 3.
1.38 Etika Bisnis Syariah
ليوم أكملت لك م دينك م وأتممت عليك م نعمتي ٱ
م دينا فمن ٱلط ر في مخمصة سل ورليت لك م ٱإل
حيم غف ور ر ام فإن ٱلل تجانف إل ٣غير م
Pada hari Ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2. Kaidah dan Prinsip Fikih Muamalah
Fikih menurut bahasa berarti ( الفهم) pemahaman. Istilah fikih dengan
pengertian seperti ini sering kali dapat ditemukan dalam ayat maupun hadits
Nabi SAW, antara lain:
a. QS. At-Taubah: 122
فلول نفر من ك ل وا كافة ؤمن ون لينفر ۞وما كان ٱلم
م م فرقة وا قومه ين ولي نذر يتفقه وا في ٱلد م طائفة ل نه
ون إذا م يحذر ا إليهم لعله ٠٢٢رجع و
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
b. QS. Al-A’raf: 179
نس له م ق ل وب ل ولقد ذرأنا لجهنم ك ن ٱلجن وٱإل ثيرا م
م ءاذان ل ون بها وله م أعي ن ل ي بصر يفقه ون بها وله
EKSA4201/MODUL 1 1.39
ئك ه م م بل ه م ألل أ ول ئك كٱألنع
يسمع ون بها أ ول
فل ون ٠٧٢ ٱلغ
Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
c. QS. An-Nisa: 78
شيدة وج م أينما تك ون وا ي درككم ٱلموت ولو ك نت م في ب ر
وإن ت صبه م وإن ذهۦ من عند ٱلل م حسنة يق ول وا ه ت صبه
فمال سيئة ن عند ٱلل ذهۦ من عندك ق ل ك ل م يق ول وا ه
لء ٱلقوم ل يكاد ون يفقه ون حديثا ه ٧٨ؤ
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah” dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?
d. HR. Bukhari dan Muslim
ين ي فقهه صلى للا عليه في الد قال رس ول للا
وسلم من ي رد للا به خيرا
1.40 Etika Bisnis Syariah
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah akan suatu kebaikan, niscaya Allah akan memberikan kepadanya pemahaman dalam (masalah) agama.”
Adapun pengertian fikih menurut istilah sebagaimana dikemukakan oleh
para ulama sebagai berikut. “Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat yang bersifat amaliyah (aplikatif) yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci dan disimpulkan lewat ijtihad yang memerlukan analisa dan perenungan.”
Pengertian senada juga dikemukakan oleh ulama lainnya, yaitu:
كلفين لفقه معرفة احكام هللا تعالى فى افعال الم
وب والحظر والندب والكراهة واإلباحة وهي ج بالو
تلقاة من ارع لمعرفتها والسنة وما نصبه الش الكتاب م
ا است خرجت الحكام قيل لها فقه األدلة فإذ من
Ilmu yang dengannya diketahui segala hukum Allah yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, berupa hal yang diwajibkan, dilarang, disunnahkan, dimakruhkan, dibolehkan, yang disimpulkan dari Al-Quran dan As-Sunnah dan apa saja yang disandarkan oleh syari’ untuk diketahui dari dalil-dalil tertentu maka apabila hukum itu dapat dikeluarkan (ditentukan/disimpulkan), itulah yang dinamakan fikih.
Dari kedua istilah tersebut dapat dipahami bahwa secara aplikatif bahwa
kata fikih memiliki pengertian yang sama (sinonim) dengan istilah hukum.
Hal itu dapat dilihat penggunaannya oleh para ulama ketika membahas
persoalan hukum tertentu, seperti fikih shalat (hukum shalat), fikih zakat
(hukum zakat), fikih syiam (hukum puasa), dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian muamalah adalah segala bentuk kegiatan dan
transaksi serta perilaku manusia dalam kehidupannya. Dengan demikian,
fiqih muamalah dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang kegiatan atau
transaksi yang berdasarkan hukum-hukum syariat ( yang bersumber dari Al-
EKSA4201/MODUL 1 1.41
Quran dan Hadits), mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang
diperoleh dari dalil-dalil syari’at secara terperinci.
Dalam pengertian yang lebih rinci, fikih muamalah adalah hukum Islam
yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya yang
bertujuan untuk menjaga hak-hak manusia, merealisasikan keadilan, rasa
aman, serta terwujudnya keadilan dan persamaan antara individu dalam
masyarakat (kemaslahatan) serta menjauhkan segala kemudaratan yang akan
menimpa mereka.
Prinsip-prinsip dasar fikih muamalah3 antara lain:
a. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah.
عامالت )األصل فى األشياء اإلباحة ، إل ما دل ( فى الم
الدليل على خالفه
Pada dasarnya (asalnya) pada segala sesuatu (pada persoalan muamalah) itu hukumnya mubah, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan atas makna lainnya.
b. Muamalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-
unsur paksaan.
أن طل إل لك م بينك م بٱلب ا أمو أيها ٱلذين ءامن وا ل تأك ل و ي
ا أنف سك م نك م ول تقت ل و رة عن تراض م تك ون تج إن ٱلل
٢٢ بك م رحيما كان
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS. Annisa: 29).
3 Ruslan Fariadi. 2015. Prinsip Dasar Fiqih Muamalah.(Online). (http://tuntunanislam.com/prinsip- dasar-fiqih-muamalah, diunduh 20 Mei 2016 pukul 21.00)
1.42 Etika Bisnis Syariah
c. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat
dan menghindari mudharat dalam bermasyarakat.
عن ع بادة ابن صامت أن رس ول هللا صلى هللا عليه
رواه أحمد -. ضى أن ل لرر ول لرار ق وسلم
وابن ماجة
Dari Ubadah bin Shamit bahwasanya Rasulullah SAW menetapkan tidak boleh berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Dalam kaidah fiqhiyah juga disebutkan:
زال رر يـ الض
Kemudharatan harus dihilangkan
d. Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan,
menghindari unsur-unsur penganiayaan dalam pengambilan kesempatan.
ورس ولهۦ وإن ت بت م فإن لم تفعل وا فأذن وا بحرب م ن ٱلل
ون فلك م ون ول ت ظلم لك م ل تظلم ء وس أمو ٢٧٢ر
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Berdasarkan uraian di atas maka kita dapat bandingkan perbedaan antara
ibadah dan muamalah khususnya bisnis seperti terlihat dalam tabel berikut
ini:
EKSA4201/MODUL 1 1.43
Tabel 1.1 Perbedaan antara Ibadah dan Muamalah
No. Ibadah Muamalah/Bisnis
1 Bersifat tetap ( اابتة) Bersifat elastis ( متغيرة)
2 Tidak bisa berkembang Dapat berkembang sesuai dengan zaman dan tempat
3 Bersifat khusus,eksklusif Bersifat universal, inklusif
4 Nash-nash lebih terinci (tafshili) Nash-nash umumnya general
5 Peluang ijtihad sempit Peluang ijtihad luas
C. RUANG LINGKUP BISNIS SYARIAH
Fikih Islam mengatur seluruh aspek kehidupan baik secara vertikal
maupun secara horizontal, baik yang berkaitan dengan individu, keluarga,
masyarakat, bahkan yang berhubungan dengan negara baik saat damai
maupun perang. Karena itu, secara garis besar, para fukaha’ (ulama fikih)
membagi fikih menjadi dua macam, yaitu: fikih ibadah yang mengatur
hubungan manusia secara vertikal dengan Allah dan fikih muamalah yang
mengatur hubungan sosial antarsesama manusia.
Ruang lingkup fikih muamalah meliputi seluruh kegiatan muamalah
manusia berdasarkan hukum-hukum Islam baik berupa perintah maupun
larangan-larangan hukum yang terkait dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, sedangkan cabang-cabang fikih muamalah antara lain:
1. Hukum yang mengatur hubungan antara satu pribadi dengan yang
lainnya, baik yang menyangkut aturan sipil, perdagangan, keluarga,
gugatan hukum, dan lain sebagainya. Contoh yang terkait dengan
persoalan ini, antara lain: pembahasan tentang harta, baik dari aspek cara
mendapatkan dan mendistribusikannya, maupun dari aspek hakikat dan
konsep kepemilikan dalam Islam. Pembahasan tentang akad atau
transaksi, hukum keluarga (al-ahwal asy-syakhsiyah), seperti nikah,
talak, hak-hak anak, hukum waris, wasiat, wakaf, dan berbagai hal yang
berhubungan dengan hukum murafaat (gugatan).
2. Hukum yang mengatur hubungan pribadi dengan negara (Islam), serta
hubungan bilateral antara negara Islam dengan negara lain. Contoh-
contoh kitab fikih yang berbicara tentang persoalan ini antara lain, Al-
Ahkam As-sulthaniyah oleh Imam Al-Mawardi dan Abu Ya’la al-
Farra’, As-Siyasah as-Syar’iyyah oleh Ibnu Taimiyah, Ath-Thuruq al-
1.44 Etika Bisnis Syariah
Hukmiyyah oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Al-Kharaj yang ditulis oleh
Abu Yusuf dan Yahya bin Adam al-Quraisyi, dan lainnya.
Ada empat prinsip aksioma4 dalam ilmu ekonomi Islam yang mesti
diterapkan dalam bisnis syariah, yaitu: tauhid (unity/kesatuan), keseimbangan
atau kesejajaran (equilibrium), kehendak bebas (free will), dan tanggung
jawab (responsibility).
Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan ke-Esaan Allah
selaku Tuhan semesta alam. Dalam kandungannya meyakini bahwa segala
sesuatu yang ada di alam ini bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah
pemilik mutlak dan absolut atas semua yang diciptakannya. Oleh karena itu,
segala aktivitas khususnya dalam muamalah dan bisnis manusia hendaklah
mengikuti aturan-aturan yang ada jangan sampai menyalahi batasan-batasan
yang telah diberikan.
Keseimbangan atau kesejajaran (equilibrium) merupakan konsep yang
menunjukkan adanya keadilan sosial. Kehendak bebas (free will), yaitu
manusia mempunyai suatu potensi dalam menentukan pilihan-pilihan yang
beragam karena kebebasan manusia tidak dibatasi. Tetapi dalam kehendak
bebas yang diberikan Allah kepada manusia haruslah sejalan dengan prinsip
dasar diciptakannya manusia, yaitu sebagai khalifah di bumi sehingga
kehendak bebas itu harus sejalan dengan kemaslahatan kepentingan individu
terlebih lagi pada kepentingan umat.
Tanggung jawab (responsibility) terkait erat dengan tanggung jawab
manusia atas segala aktivitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga
tanggung jawab kepada manusia sebagai masyarakat. Karena manusia hidup
tidak sendiri, dia tidak lepas dari hukum yang dibuat oleh manusia itu sendiri
sebagai komunitas sosial. Tanggung jawab kepada Tuhan tentunya di akhirat,
tetapi tanggung jawab kepada manusia didapat di dunia berupa hukum-
hukum formal maupun hukum nonformal, seperti sanksi moral dan lain
sebagainya.
Sementara menurut Beekun terdapat 5 aksioma dalam ekonomi Islam.
Sebagai yang kelima adalah benovelence atau dalam istilah lebih familiar
dikenal dengan ihsan. Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati
dan meletakkan bisnis pada tujuan berbuat kebaikan. Kelima prinsip tersebut
4 Ruang Lingkup Bisnis. (Online)
(http://reza-rahmat.blogspot.co.id/2012/06/ruang-lingkup-bisnis-syariah.html, diunduh 04
Mei 2016)
EKSA4201/MODUL 1 1.45
secara operasional perlu didukung dengan suatu etika bisnis yang akan
menjaga prinsip-prinsip tersebut dapat terwujud.
Perbedaan etika bisnis syariah dengan etika bisnis yang selama ini
dipahami dalam kajian ekonomi terletak pada landasan tauhid dan orientasi
jangka panjang (akhirat). Prinsip ini dipastikan lebih mengikat dan tegas
sanksinya. Etika bisnis syariah memiliki dua cakupan. Pertama, cakupan
internal yang berarti perusahaan memiliki manajemen internal yang
memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan, perlakuan yang manusiawi,
dan tidak diskriminatif dan pendidikan. Sedangkan kedua, cakupan eksternal,
meliputi aspek transparansi, akuntabilitas, kejujuran, dan tanggung jawab.
Demikian pula kesediaan perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan
dan masyarakat sebagai stakeholder perusahaan.
Abdalla Hanafi dan Hamid Salam, Guru Besar Business Administration
di Mankata State University menambahkan cakupan berupa nilai ketulusan,
keikhlasan berusaha, persaudaraan, dan keadilan. Sifatnya juga universal dan
bisa dipraktikkan siapa saja. Etika bisnis syariah bisa diwujudkan dalam
bentuk ketulusan perusahaan dengan orientasi yang tidak hanya pada
keuntungan perusahaan namun juga bermanfaat bagi masyarakat dalam arti
sebenarnya. Pendekatan win-win solution menjadi prioritas. Semua pihak
diuntungkan sehingga tidak ada praktik menipu masyarakat atau petugas
pajak dengan laporan keuangan yang rangkap, dan lain-lain. Bisnis juga
merupakan wujud memperkuat persaudaraan manusia dan bukan mencari
musuh. Jika dikaitkan dengan pertanyaan di awal tulisan ini, apakah etika
bisnis syariah juga bisa meminimalisir keuntungan atau malah merugikan?
Jawabnya tergantung bagaimana kita melihatnya. Bisnis yang dijalankan
dengan melanggar prinsip-prinsip etika dan syariah, seperti pemborosan,
manipulasi, ketidakjujuran, monopoli, kolusi, dan nepotisme cenderung tidak
produktif dan menimbulkan inefisiensi.
Etika yang diabaikan bisa membuat perusahaan kehilangan kepercayaan
dari masyarakat bahkan mungkin dituntut di muka hukum. Manajemen yang
tidak menerapkan nilai-nilai etika dan hanya berorientasi pada laba (tujuan)
jangka pendek, tidak akan mampu bertahan (survive) dalam jangka panjang.
Jika demikian, pilihan berada di tangan kita. Apakah memilih keuntungan
jangka pendek dengan mengabaikan etika atau memilih keuntungan jangka
panjang dengan komit terhadap prinsip-prinsip etika dalam hal ini etika bisnis
syariah.
1.46 Etika Bisnis Syariah
1) Jelaskan pengertian ibadah secara umum dan khusus!
2) Apakah yang dimaksud dengan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah?
3) Apa kaidah dalam beribadah?
4) Apa yang dimaksud dengan muamalah dan kaidah muamalah?
5) Sebutkan empat prinsip (aksioma) dalam ilmu ekonomi Islam yang mesti
diterapkan dalam bisnis syariah!
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal
yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti
yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara
yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Ibadah dalam arti yang
khusus ini, meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, haji, kurban, aqiqah
nadzar, dan kifarat.
2) Ibadah mahdhah artinya penghambaan yang murni hanya merupakan
hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung, seperti shalat,
haji, dan lain sebagainya. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah, (tidak
murni semata hubungan dengan Allah), yaitu ibadah yang di samping
sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau
interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya.
3) “Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada
dalil yang memerintahkan.” Hukum haram dapat berubah menjadi wajib
atau sunnah apabila ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Apabila
tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya atau apabila tidak ada dalil
yang menyuruh (perintah) melakukannya, ia kembali kepada hukum asal
haram.
4) Muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan
dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai
kebendaan, perkawinan, talak, sanksi-sanksi, peradilan, dan yang
berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun
khusus, yang telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
EKSA4201/MODUL 1 1.47
dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar
manfaat di antara mereka. Sedangkan kaidah muamalah, yaitu
muamalah pada dasarnya adalah mubah. Asal hukumnya boleh (jaiz). Ia
berubah hukumnya apabila ada larangan. Apabila ada larangan, sesuatu
yang halal maka berubah menjadi haram dan makruh. Apabila tidak ada
larangan atau apabila tidak ada dalil yang melarangnya, ia kembali
kepada hukum asalnya, yaitu halal.
5) Empat prinsip (aksioma) dalam ilmu ekonomi Islam yang mesti
diterapkan dalam bisnis syariah, yaitu: tauhid (unity/kesatuan),
keseimbangan atau kesejajaran (equilibrium), kehendak bebas (free will),
dan tanggung jawab (responsibility).
1. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, antara lain: wudhu, tayamum,
mandi hadats, adzan, iqamat, shalat, membaca Al-Quran, i’tikaf,
shiyam (puasa), haji, umrah, tajhiz al- janazah.
2. Adapun prinsip melaksanakan ibadah, antara lain: niat lillahi ta’ala,
ikhlas, tidak menggunakan perantara (washilah), dilakukan sesuai
dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah, seimbang dunia dan akhirat,
tidak berlebihan, mudah (bukan meremehkan), dan meringankan
bukan mempersulit.
3. Prinsip dalam beribadah lebih menekankan pada larangan sampai
ada perintah, prinsip dalam muamalah lebih menekankan pada
pembolehan sampai ada larangan. Sampai kalau ada dalil (yang
membolehkan atau yang melarang) maka status hukumnya berubah.
4. Prinsip-prinsip dasar fikih muamalah antara lain: pada dasarnya
segala bentuk muamalah adalah mubah, muamalalah dilakukan atas
dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-unsur paksaan, dan
muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindari mudharat dalam bermasyarakat.
5. Ruang lingkup fikih muamalah meliputi seluruh kegiatan muamalah
manusia berdasarkan hukum-hukum Islam baik berupa perintah
maupun larangan-larangan hukum yang terkait dengan hubungan
manusia dengan manusia lainnya.
RANGKUMAN
1.48 Etika Bisnis Syariah
1) Dasar ajaran Islam yang terdiri dari ....
A. aqidah, syariah, dan akhlak
B. aqidah, shalat, dan puasa
C. syariah, zakat, dan haji
D. akhlak, puasa, dan zakat
2) Sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa dan
tak dapat beralih dari padanya, yaitu ....
A. akhlak
B. aqidah
C. syariah
D. ibadah
3) Berikut ini merupakan prinsip-prinsip beribadah, kecuali ....
A. keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari
Al-Quran maupun As-Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak
boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya
B. tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah SAW
C. bersifat suprarasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk
ini bukan ukuran logika karena bukan wilayah akal, melainkan
wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya
yang disebut hikmah tasyri’
D. dimungkinkan berinovasi
4) Menyatukan arah pandang dalam perspektif ibadah disebut ....
A. tawhiedul ilaah
B. tawhiedul wijhah
C. tawhiedul harakah
D. tawhiedul lughah
5) Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat .... shalat.
(HR. Al-Bukhari dari Malik bin Al-Huwairits)
A. saudaramu
B. aku
C. orang lain
D. sahabat Rasul
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
EKSA4201/MODUL 1 1.49
6) Ketika seseorang melakukan shalat sebagai bagian dari ibadah mahdhah
tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya maka ....
A. ibadahnya ditolak
B. divonis bid’ah
C. A dan B benar
D. A dan B salah
7) Hukum haram dalam ibadah dapat berubah menjadi wajib atau sunnah
apabila ada perintah dari ....
A. Allah
B. Rasulullah
C. Allah dan Rasulullah
D. khalifah
8) Berikut ini prinsip-prinsip dasar fikih muamalah, kecuali ....
A. pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah
B. muamalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur-
unsur paksaan
C. muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindari mudharat dalam bermasyarakat
D. dasar hukum muamalah adalah haram
9) Prinsip (aksioma) dalam ilmu ekonomi Islam yang mesti diterapkan
dalam bisnis syariah, kecuali ....
A. tauhid (unity/kesatuan)
B. keseimbangan atau kesejajaran (equilibrium)
C. kehendak bebas (free will)
D. A, B dan C benar
10) Berbicara industri keuangan syariah termasuk dalam kelompok ....
A. ibadah
B. muamalah
C. akhlak
D. aqidah
1.50 Etika Bisnis Syariah
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
EKSA4201/MODUL 1 1.51
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) D
2) B
3) C
4) C
5) C
6) A
7) B
8) C
9) A
10) C
Tes Formatif 2
1) A
2) B
3) D
4) B
5) B
6) C
7) C
8) D
9) D
10) B
1.52 Etika Bisnis Syariah
Daftar Pustaka
Arfin, Hamid. 2011. Hukum Islam Perspektif Keindonesiaan. Makassar: PT
Umitoha Ukhuwa Grafika.
Fariadi, Ruslan. 2015. Prinsip Dasar Fiqih Muamalah. (Online).
(http://tuntunanislam.com/prinsip-dasar-fiqih-muamalah, diunduh 20
Mei 2016 jam 21.00).
Rachmawan, Hatib. 2011. Fiqih Ibadah dan Prinsip Ibadah dalam Islam.
(Online). (http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-
islam.asp, diunduh 28 Maret 2016).
Rahmat, Reza. 2012. Ruang Lingkup Bisnis Syariah. (Online). (http://reza-
rahmat.blogspot.co.id/2012/06/ruang-lingkup-bisnis-syariah.html,
diunduh 04 Mei 2016).
Siddiqie, Umay M Dja’far. 2008. Ibadah Mahdah-Ghairu Mahdah. (Online).
(https://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah-ghairu-
mhadhah/diunduh 28 Maret 2016 jam 20.00).
Suhrawardi, K. Lubis. 2006. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Penerbit Sinar
Grafika.