Esai Bahasa Indonesia
-
Upload
shafrina-irza -
Category
Education
-
view
2.331 -
download
2
Transcript of Esai Bahasa Indonesia
TUGAS
BAHASA INDONESIA
ESAI
SHAFRINA IRZA
XII IA 2
Sma n 1 padang panjang
2012/2013
SHAFRINA IRZA XII IA 2
Daging, Penyebab Global Warming
Isu global warming, atau yang sering disebut pemanasan global, sekarang bukan lagi sekedar isu
murahan, namun telah menjadi topik yang wajib diperbincangkan di seantero dunia. Ah, yang benar saja.
Ga percaya? Liat aja dari namanya, pemanasan global, sudah jelas ini merupakan ancaman bagi seluruh
dunia, bukan hanya negara tertentu saja. Dampak yang ditimbulkan oleh global warming sudah mencapai
titik yang kritis, apalagi jika didiamkan terus-menerus tanpa ada usaha penanggulangannya. Naiknya suhu
bumi, mencairnya es di kutub bumi, naiknya permukaan air laut dunia, perubahan iklim dan cuaca yang tak
menentu, badai dan angin topan yang melanda berbagai negara, penipisan lapisan ozon, efek rumah kaca
dan meningkatnya kadar CO2 di atmosfer, hanyalah sebagian kecil dari akibat yang ditimbulkan oleh
pemanasan global. Ancaman-ancaman seperti inilah yang jika dibiarkan akan mengancam kehidupan kita
dan anak-cucu kita di masa depan, dan juga mengancam bumi sendiri.
Nah, jika ada akibat tentu saja ada sebabnya. Bila kita memperhatikan dan memperhitungkan
dengan sedikit lebih detail terhadap dunia peternakan, maka pastilah kita akan kaget setengah mati
menyadari fakta yang terjadi sekarang. Bagaimana tidak kaget, bila ternyata hewan ternak adalah
penyumbang emisi gas ketiga terbesar untuk greenhouse gasses, atau yang dikenal dengan efek rumah
kaca? Tidak menyangka bukan? Apa hubungannya hewan ternak dengan efek rumah kaca? Tapi itulah fakta
yang terjadi. Dan ironisnya, sebesar itu akibat yang ditimbulkan oleh peternakan terhadap pemanasan
global, jumlah peternakan terus saja bertambah dan tingkat permintaan konsumen akan daging pun terus
meningkat, tanpa menyadari bahwa kita telah menyumbang demi kehancuran bumi. Kasian sekali melihat
bumi ini.
Penelitian dan survei telah membuktikan bahwa 80% dari gas efek rumah kaca berasal dari hewan
ternak. Bagaimana dengan asap dan gas dari pabrik dan kendaraan bermotor? Tentu saja asap dan gas dari
pabrik dan kendaraan bermotor adalah salah satu penyebab efek rumah kaca, namun persentasenya hanya
13%. Gas hasil polusi dari seluruh pabrik dan berbagai macam kendaraan bermotor di seluruh dunia, baik
itu mobil, sepeda motor, traktor, dan lainnya, hanya menyumbang 13% untuk greenhouse gasses.
Perbandingan yang sangat signifikan. Kenyataan ini merupakan ancaman besar bagi dunia. Dan kita harus
bertindak sebagai penyelamat bumi, mulai dari diri sendiri dan mulai dari SEKARANG!
Lalu, apakah yang ada dalam hewan ternak sehingga menyebabkan polusi sebesar itu? Ekskresi
hewan ternak, adalah faktor utama. Peternakan beberapa tahun silam adalah peternakan yang masih layak
digunakan sebagai tempat hidup hewan ternak, luas areal peternakan yang ada sesuai dengan jumlah
hewan ternak yang terdapat di dalamnya. Sehingga hewan ternak bisa hidup sejahtera, begitulah istilah
kemanusiaannya, walaupun ini ditujukan untuk hewan. Makanan merekapun masih berasal rumput alami
yang segar. Namun sekarang, kenyataannya sangat parah. Peternakan dikelola secara sistem pabrik,
dimana hewan ternak dengan jumlah yang sangat banyak disusun sedemikian rupa dalam areal peternakan
modern yang sempit sehingga hanya sedikit sekali area pribadi hewan ternak yang bisa digunakan untuk
bergerak. Aduh, ini namanya mengambil hak kebebasan hewan. Apa, ya, hukumannya? Inovasi baru lagi,
pemberian makan hewan ternak menggunakan mesin canggih. Sekali tekan tombol, semua beres. Dan lagi,
yang paling berbahaya dari peternakan modern, ditambahkannya berbagai zat kimia ke dalam makanan
hewan ternak, yang ternyata ketika telah diproses dalam tubuh hewan ternak, hasil ekskresinya sangat
SHAFRINA IRZA XII IA 2
berbeda dengan hewan ternak dahulu, yang mengandung berbagai macam gas pencemar lingkungan. Gas
hasil ekskresi inilah yang menyebabkan efek rumah kaca.
Mungkin ada yang bertanya, jika hanya memperhitungkan hasil ekskresi hewan ternak, mengapa
persentasenya mencapai 80%? Ini pertanyaan mudah, mau tau jawabannya? Hitung saja jumlah negara
maju di dunia, lalu hitung berapa peternakan modern yang ada di masing-masing negara, dan kalikan
dengan jumlah hewan ternak yang ada pada masing-masing peternakan. Nah, berapa coba? Kenapa harus
negara maju? Karena memang hampir semua peternakan modern yang mengancam dunia itu berada di
negara maju. Untuk informasi tambahan, dalam satu peternakan saja, jumlah minimal hewan ternaknya
adalah 100.000 ekor. Terbayang kan, betapa parah akibat yang ditimbulkan? Apalagi jika kita sebagai
konsumen terus mengonsumsi daging dari hewan ternak, ini akan meningkatkan jumlah permintaan pasar,
sehingga akhirnya dibuat lagi peternakan baru dengan mengambil lahan hutan dan pertanian.
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB dan organisasi internasional lainnya yang berkaitan dengan
masalah ini seharusnya dapat menetralisir atau menanggulangi keadaan yang seperti ini. Karena, banyak
negara maju yang seenaknya membangun peternakan demi kemajuan dan devisa negaranya sendiri.
Sementara itu, negara berkembang, apalagi Indonesia sebagai jantung dunia, merasakan akibat yang paling
parah. Karena, negara maju hanya berharap dari hutan Indonesia dalam menanggulangi pemanasan global.
Hal ini jelas merugikan negara kita. Disaat negara maju semakin maju, kita makin terpuruk dengan keadaan
yang seperti ini, karena secara otomatis pembangunan di Indonesia terhambat demi menyelamatkan bumi
dari pemanasan global.
Apakah kita akan diam saja melihat keadaan seperti ini? Sebagai penyelamat bumi, tentu saja kita
tak akan tinggal diam. Upaya pengurangan dampak pemanasan global harus kita mulai dari diri sendiri.
Contohnya, mengurangi konsumsi daging hewan ternak dan beralih memakan sumber makanan nabati atau
seafood. Awalnya mungkin terasa susah namun setelah terbiasa akan menjadi mudah dan menyenangkan.
Lagipula, sumber makanan nabati mengandung gizi yang lebih tinggi dan baik bagi tubuh. Sebenarnya, tidak
mengkonsumsi daging satu hari saja bagi seluruh masyarakat di dunia, telah menyebabkan efek yang
sangat besar bagi bumi. Menjaga kelestarian hutan dan mencegah penebangan hutan secara liar dan besar-
besaran juga merupakan upaya yang harus dilakukan. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk
menyelamatkan bumi. Namun, di atas itu semua yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran
dalam diri kita untuk mulai peduli dan berbuat demi bumi ini. Satu tindakan kecil kita, berarti besar bagi
bumi.
Dari fenomena dan fakta ini, kita dapatkan bahwa peningkatan permintaan konsumsi daging akan
menyebabkan penambahan jumlah hewan ternak dan peternakan modern, yang pada akhirnya berdampak
pada bertambah parahnya efek rumah kaca dan pemanasan global. Hal ini harus diatasi dan ditanggulangi
seefektif mungkin. Organisasi internasional yang berkaitan dalam bidang ini, secara umum PBB,
bertanggung jawab banyak demi keselamatan bumi ini. Dan kita semua sebagai manusia yang hidup dan
tinggal di dunia ini, bertanggung jawab penuh terhadap diri masing-masing dalam penanganan masalah ini.
Gerakan perubahan demi bumi dapat dimulai dari diri sendiri, seperti mengurangi mengonsumsi daging
hewan ternak. Atau menjadikan satu hari saja dalam sebulan, sebagai hari tanpa daging di seluruh dunia,
maka akan berpengaruh sangat besar dalam menyelamatkan bumi. Buktikanlah wujud cinta kita pada bumi
ini. Jika bukan kita yang merawat bumi tempat tinggal kita ini, siapa lagi? Iya, kan?