ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus...

26
EFIKASI SIPERMETRIN TERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus) NOVITA ELFRIDA BR DEPARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus...

Page 1: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

EFIKASI SIPERMETRIN TERHADAP LARVA CAPLAK

ANJING (Rhipicephalus sanguineus)

NOVITA ELFRIDA BR DEPARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus
Page 3: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul efikasi sipermetrin

terhadap larva caplak anjing (Rhipicephalus sanguineus) adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Novita Elfrida Br Depari

NIM B04090050

Page 4: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

ABSTRAK

NOVITA ELFRIDA BR DEPARI. Efikasi sipermetrin terhadap larva caplak

anjing (Rhipicephalus sanguineus). Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI

HADI dan SUPRIYONO.

Pemanfaatan anjing di kalangan masyarakat Indonesia saat ini semakin

meningkat. Biasanya, anjing dimanfaatkan sebagai teman bermain, penjaga dan

membantu pihak kepolisian. Ektoparasit yang sering menyebabkan penyakit pada

anjing adalah caplak Rhipicephalus sanguineus. Insektisida sipermetrin adalah

bahan kimia yang dapat digunakan untuk pengendalian caplak pada anjing

tersebut. Larva caplak dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dan 1 kelompok

kontrol. Setiap kelompok dibagi menjadi 3 pengulangan dengan jumlah larva

caplak sebanyak 20 tiap pengulangan. Konsentrasi perlakuan untuk masing-

masing kelompok adalah 0.5 g/L; 1 g/L; 1.5 g/L; 2 g/L, dan kelompok kontrol

menggunakan air. Kain dibasahi dengan konsentrasi berbeda dari sipermetrin

yang sudah dibuat dan larva caplak diletakkan di atasnya. Pengamatan terhadap

mortalitas dilakukan pada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12, 24, dan 48 jam setelah paparan.

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi efektif sipermetrin terhadap larva

caplak adalah 2 g/L, karena konsentrasi tersebut mampu mematikan 93.33 % larva

pada 24 jam setelah perlakuan.

Kata kunci: Sipermetrin, ektoparasit, insektisida, larva, Rhipicephalus sanguineus

ABSTRACT

NOVITA ELFRIDA BR DEPARI. Efficacy of cypermethrin against dogs larval

tick (Rhipicephalus sanguineus). Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI

and SUPRIYONO.

The usage of dogs among the people of Indonesia is currently increasing.

Usually, dogs are used as playmate, guard and police partner. Ectoparasite that

often cause problem in dog was Rhipicephalus sanguineus ticks. Cypermethrin

insecticide is a chemical that can be used to control of ticks on dogs. Ticks larvae

were divided into 4 treatment groups and one control group. Each group was

divided into 3 repititions with the number of ticks larvae were 20 per repeated.

The concentration for each treatment group were 0.5 g/L, 1 g/L; 1.5 g/L, 2 g/L,

and a control group using water. Fabric drabbled with different concentrations of

cypermethrin were prepared and the ticks larvae were put on it. Observation on

larval mortality was done on 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12, 24, and 48 hours post treatments.

The result showed that the effective concentration of cypermethrin was 2 g/L,

because this concentration was able to kill 93.33% of tick larvae at 24 hours post

treatment.

Keywords: Cypermethrin, ectoparasites, insecticide, larvae, Rhipicephalus

sanguineus

Page 5: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EFIKASI SIPERMETRIN TERHADAP LARVA CAPLAK

ANJING (Rhipicephalus sanguineus)

NOVITA ELFRIDA BR DEPARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus
Page 7: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

Judul Skripsi : Efikasi Sipermetrin Terhadap Larva Caplak Anjing (Rhipicephalus

sanguineus)

Nama : Novita Elfrida Br Depari

NIM : B04090050

Disetujui oleh

Prof, Drh Upik Kesumawati Hadi, MS, PhD

Pembimbing I

Drh Supriyono, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

Page 8: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

\

Judul Skripsi: Efikasi Sipermetrin Terhadap Larva Caplak Anjing (Rhipicephalus sanguineus)

Nama : Novita Elfrida Br Depari NIM : B04090050

Disetujui oleh

>

Prof, Drh Upik Kesumawati Hadi, MS, PhD Pembimbing I

Tanggal Lulus: 24 FEB 2014

Page 9: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan

bulan Maret 2012 ini ialah Efikasi Sipermetrin Terhadap Larva Caplak Anjing

(Rhipicephalus sanguineus).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Drh Upik Kesumawati Hadi,

MS PhD dan Drh Supriyono, MSi selaku dosen pembimbing, serta teman-teman

satu tim penelitian Yanida Yusup Setiawan dan Eko Prasetyo Nugroho. Ungkapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah (Pengarapen Sembiring) dan

Ibu (Peringetten br Surbakti), orang tua angkat di Bogor (Anndy Sinarta

Sembiring dan Ruth Saberina br Tarigan), abang Ville Sembiring, adik-adik

(Hendri Sembiring, Chrisnatanael Sembiring, Pandinata Sembiring, Adinda

Mayang br Sembiring dan Sepri Aginta Sembiring), sahabat Cyntia Sihombing,

Pengurus permata GBKP Bogor 2013-2015, adik kelompok kecil Vitis, Yulinda,

Fikky, Tri, Pinni dan Era, beserta Permata GBKP Bogor dan seluruh pihak yang

telah membantu dan memberi dukungan sehingga terselesaikannya karya ilmiah

ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

Novita Elfrida Br Depari

Page 10: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Klasifikasi Caplak Anjing (R. sanguineus) 2

Morfologi Caplak Anjing (R. sanguineus) 3

Siklus Hidup Caplak Anjing 4

Pengendalian Caplak dengan akarisida 5

METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6

Koleksi dan Pemeliharaan Caplak 6

Uji Efikasi Larva Caplak terhadap Insektisida 7

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 13

RIWAYAT HIDUP 15

Page 11: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

DAFTAR TABEL

1 Persentase Rata-rata Kematian Larva Caplak R. sanguineus selama

Paparan Sipermetrin 8 2 Persentase Kematian Larva Caplak Selama 24 Jam Paparan Sipermetrin 8

3 Nilai LT50 dan LT90 Setiap Konsentrasi 9

DAFTAR GAMBAR

1 Caplak Anjing (R. sanguineus) 3

2 Siklus Hidup Caplak Anjing 5

3 Anjing yang Terinfestasi Caplak 6

4 Caplak Betina Mati Setelah Bertelur 6

5 Telur Caplak yang Menetas 6

6 Larva Caplak 6

7 Larutan Sipermetrin 7

8 Larva di Dalam Kain 7

9 Persentase Kematian Larva Caplak Anjing Setiap Konsentrasi Terhadap

Waktu Kontak (jam) 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Statistik Deskriptif 13 2 Analisa Ragam Faktor Konsentrasi, Jam ke-, dan Kombinasinya 14

Page 12: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia hewan yang diminati oleh masyarakat sebagai hewan

kesayangan diantaranya adalah anjing. Anjing diminati sebagai hewan peliharaan

karena dapat menjadi teman bermain, menjaga tempat tinggal dan peternakan

serta bermanfaat dalam bidang kepolisian. Anjing memiliki kemampuan yang

sangat unik dan habitus yang bersahabat dengan manusia. Pada awalnya anjing

hanya digunakan sebagai hewan pemburu, namun sekarang sudah terjadi

perkembangan dalam fungsi dan pemanfaatan anjing. Peningkatan pemanfaatan

anjing di masyarakat juga meningkatkan peluang seekor anjing mengalami

gangguan kesehatan.

Caplak merupakan ektoparasit pengisap darah dan berperan penting

terhadap kesehatan hewan. Anjing dapat mengalami anemia, penurunan berat

badan, kerusakan kulit, tidak tenang dan reaksi alergi. Caplak anjing

(Rhipicephalus sanguineus) dapat menjadi vektor beberapa patogen penting pada

anjing. Penyakit penting pada anjing akibat infestasi caplak ini adalah babesiosis

oleh Babesia vogeli, ehrlichiosis oleh Ehrlichia canis (Dantas-Torres et al. 2012),

dan hepatozoonosis oleh Hepatozoon canis (Baneth 2011). Caplak berukuran besar dan melekat pada kulit anjing, sehingga sangat

mudah ditemukan pada seluruh tubuh yang terinfestasi. Bagian tubuh anjing yang

paling disukai caplak adalah leher, sela-sela jari dan bagian dalam telinga (Hadi

dan Soviana 2000). Secara umum caplak R. sanguineus ditemukan pada anjing,

tetapi caplak sering juga terdapat pada mamalia lain (Audy et al. 2000).

Pencegahan dan pengendalian infestasi caplak dapat dilakukan dengan

cara menghindari anjing peliharaan yang terinfestasi caplak, pengendalian dengan

bahan alami, dan dengan insektisida. Penggunaan insektisida pada umumnya

dengan semprot, bedak, injeksi, shampo, dan memandikan hewan (Klarenbeek

2010). Bahan alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan caplak adalah

ekstrak tangkai bunga cengkeh (Puspitasari 2007), minyak sereh wangi (Hedianto

2007), dan ekstrak biji bengkuang (Kartika 2002). Akarisida yang biasa

digunakan dalam pengendalian caplak anjing adalah pyriproxifen, deltametrin,

ivermectin (Morsy dan Haridy 2000), fipronil, amitraz, dan permetrin 2.5%

(Blagburn dan Dryden 2009).

Penggunaan insektisida sipermetrin untuk pengendalian caplak R.

sanguineus pada anjing di Indonesia masih sangat kurang. Di Indonesia

sipermetrin sangat populer di kalangan masyarakat yang digunakan untuk

pengendalian rayap, serangga perusak kayu, nyamuk, lalat, lipas, dan kecoa

(Wirawan 2006). Penggunaan sipermetrin umum digunakan dengan cara

ditempelkan di bawah kulit telinga (ear tag), disemprotkan, sebagai perendam,

dan dituangkan. Sebelum digunakan untuk pengendalian caplak anjing, maka

insektisida sipermetrin harus dilakukan uji efikasi untuk mengetahui

efektivitasnya.

Page 13: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi insektisida sipermetrin

sebagai larvasida caplak anjing (R. sanguineus).

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

masyarakat tentang efektivitas insektisida sipermetrin sebagai larvasida caplak

anjing (R. sanguineus).

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi caplak anjing (R. sanguineus)

Caplak merupakan ektoparasit pengisap darah yang mempunyai peranan

penting dalam masalah kesehatan hewan khususnya anjing. Penyebaran caplak di

seluruh dunia sangat luas dan sangat umum ditemukan di daerah teritorial meliputi

gunung, hutan, rawa, dan padang rumput (Levine 1994). Bahkan, R. sanguineus

merupakan caplak yang distribusi geografisnya terluas dibandingkan dengan

spesies caplak lain (Walker et al. 2000). Penyebaran R. sanguineus pada

umumnya di sekitar perkotaan dan pinggiran kota (Shimada et al. 2003), dimana

caplak hidup berhubungan erat dengan anjing dan manusia. Di daerah sekitar

perkotaan dan pinggiran kota, infestasi caplak pada anjing biasanya berat,

khususnya anjing yang mendiami daerah terbatas dan tidak sistematis diobati

dengan antiektoparasit (Lorusso et al. 2010).

Menurut Williams et al. (1985), klasifikasi caplak anjing (R. sanguineus)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Sub filum : Chelicerrata

Kelas : Arachnida

Sub kelas : Acari

Ordo : Parasitiformes

Sub ordo : Metastigmata

Super famili : Ixodoidae

Famili : Ixodidae

Genus : Rhipicephalus

Spesies : R. sanguineus

Caplak sering juga disebut sengkenit (tick) terdiri atas dua famili yaitu Ixodidae

dan Argasidae. Ixodidae terdiri atas genus Nosomma, Ixodes, Haemaphysalis,

Dermacentor, Hyalomma, Rhipicephalus, Boophilus, dan Margropus, sedangkan

Argasidae terdiri atas genus Otobius, Argas, dan Ornithodoros (James dan

Harwood 1969).

Page 14: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

3

Morfologi caplak anjing

Caplak anjing memiliki tubuh keras, bentuknya bulat telur, dan mempunyai

kulit luar (integumen) yang liat. Bagian dorsal (atas) caplak ini mempunyai

skutum atau perisai yang menutupi seluruh bidang dorsal tubuh pada caplak jantan,

sedangkan pada caplak betina hanya menutupi sepertiga bagian tubuh depan.

Skutum terdiri dari lapisan kitin yang tebal dan keras. Oleh karena itu caplak

betina mampu berkembang lebih besar daripada caplak jantan setelah mengisap

darah. Mata caplak jantan dan betina terletak pada lateral skutum.

Caplak anjing (R. sanguineus) terbagi atas dua bagian, yaitu gnatosoma

(kepala dan toraks) dan idiosoma (abdomen). Pada bagian gnatosoma terdapat

kapitulum (kepala) dan bagian-bagian mulut yang berada dalam suatu rongga

yang disebut kamerostom. Bidang dorsal basis kapituli caplak betina terdapat

daerah yang berpori. Pada bagian dasar dari kapitulum adalah basis kapituli yang

akan berhubungan dengan idiosoma. Bagian mulut caplak terdiri dari sepasang

hipostom, pedipalpus, dan kelisera. Hipostom memiliki barisan gerigi yang

arahnya ke belakang mirip jangkar. Hipostom berfungsi untuk memperkokoh

pertautan caplak pada inangnya. Kelisera terdiri dari dua ruas, dan ujungnya juga

dilengkapi dengan dua atau lebih kait yang dapat digerakkan. Kait pada kelisera

ini berfungsi untuk menyayat secara horizontal kulit inangnya supaya hipostom

dapat ditusukkan ke dalam kulit inang. Pedipalpus merupakan alat sensoris

sederhana berfungsi untuk membantu proses makan pada caplak. Pedipalpus ini

terdiri dari tiga atau empat ruas yang terletak di sisi hipostom.

Bagian posterior caplak (idiosoma) yaitu daerah abdomen terdapat kaki atau

tungkai. Ruas tungkai caplak terdiri dari koksa yang tidak dapat digerakkan,

trokanter, femur, genu, tibia dan tarsus. Pada pasangan tungkai pertama terdapat

sebuah organ sensori yang disebut haller. Haller berfungsi untuk reseptor

kelembaban, kimia, olfaktori, dan mekanis. Organ haller ini dapat mendeteksi

adanya inang yang cocok dan dapat menterjemahkan bau feromon yang

dikeluarkan caplak yang lain. Pada bagian batas posterior bawah tubuh caplak

dapat ditemukan celah-celah pinggir yang dinamakan marginal festoon. Marginal

festoon mempunyai nilai penting dalam taksonomi caplak. Lubang kelamin caplak

jantan dan betina terletak pada bidang ventral di tengah antara koksa I dan II

(Hadi dan Soviana 2000).

Gambar 1 Caplak anjing (R. sanguineus)

Page 15: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

4

Siklus hidup

Caplak anjing merupakan caplak sejati dan metamorfosis caplak ini tidak

lengkap (Levine 1994). Caplak anjing memiliki siklus hidup yang terdiri dari

empat tahap yaitu telur, larva, nimfa, dan dewasa. Masing-masing stadium caplak

harus menemukan inang. Caplak dewasa yang telah kawin kenyang darah akan

jatuh ke tanah dan bertelur. Caplak betina kenyang darah dapat bertelur sampai

4000 butir. Telur akan menetas setelah 17 sampai 30 hari menjadi larva. Larva

akan segara mencari inang pertamanya dengan pertolongan benda-benda

sekitarnya dan juga dengan bantuan alat olfaktoriusnya. Larva caplak memiliki

tiga pasang tungkai. Larva akan mengisap darah sampai kenyang sekitar 2 sampai

4 hari dan akan menjatuhkan diri untuk berganti kulit menjadi nimfa dalam waktu

5 sampai 23 hari. Nimfa dan caplak dewasa memiliki empat pasang tungkai.

Nimfa akan segera mencari inang kedua untuk mengisap darah sampai kenyang

selama 4 sampai 9 hari. Nimfa kenyang darah akan menjatuhkan diri ke tanah

untuk ganti kulit untuk menjadi caplak dewasa setelah 11 sampai 73 hari. Caplak

dewasa juga akan segera mencari inang ketiga untuk mengisap darah. Pada tubuh

inang ini caplak betina akan melakukan perkawinan dengan caplak jantan untuk

meneruskan keturunan. Caplak jantan akan mati setelah terjadi kopulasi. Caplak

betina bertelur di tanah dan kemudian mati (Gunandini 2006). Caplak jantan

mengisap darah dalam waktu yang lebih singkat. Caplak jantan tidak mengisap

darah sebanyak caplak betina, tetapi caplak jantan mengisap darah hanya untuk

melanjutkan spermatogenesis dan menyelesaikan proses perkawinan (Sanches et

al. 2012).

Periode makan caplak secara langsung dipengaruhi oleh faktor biotik

(misalnya inang) dan faktor abiotik (misalnya cahaya dan kelembaban) (Dantas-

Torres et al. 2011 ). Pada lingkungan domestik, caplak bisa hidup pada anjing

yang sama, tetapi bisa juga memiliki kesempatan untuk bisa hidup pada beberapa

hewan yang berbeda. R. sanguineus dapat hidup pada kelinci pada stadium larva

dan stadium nimfa dapat hidup pada hewan lain yaitu domba dan sapi (Astyawati

2002).

Menurut Lord (2008), banyaknya telur yang diproduksi dipengaruhi oleh

ukuran caplak dan jumlah darah yang diisap. Waktu yang diperlukan pada tiap-

tiap tahap mengisap darah, untuk tumbuh dan berganti stadium dipengaruhi oleh

temperatur. Waktu makan dan berkembang akan lebih cepat pada suhu yang lebih

hangat. Caplak terkenal sebagai longlived, dan dapat hidup selama tiga sampai

lima bulan di masing-masing stadium tanpa makanan. Tempat yang potensial

adalah pada garasi, sela-sela dan retakan di dinding kandang. Caplak meletakkan

telur di atas porose area (tempat khusus di belakang dari basis capituli), untuk

melindungi telur dari kondisi yang kering. Telur akan menetas mejadi larva.

Caplak betina akan mati setelah bertelur.

Page 16: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

5

Gambar 2 Siklus hidup caplak anjing (R. sanguineus)

Sumber : Lord 2008

Pengendalian caplak dengan akarisida

Pengendalian caplak secara kimia yaitu dengan penggunaan akarisida.

Cara penggunaan akarisida yang dilaporkan efektif antara lain spraying

(penyemprotan) dengan fipronil, collar dengan amitraz, dan shampoo dengan

permetrin, dan deltametrin (Lord 2008). Akarisida yang juga biasa digunakan

dalam pengendalian caplak adalah pyriproxifen, deltametrin, ivermectin (Morsy

dan Haridy 2000).

Sipermetrin merupakan golongan insektisida sintetis piretroid. Daya kerja

insektisida ini sangat cepat untuk membunuh serangga dengan cara

mempengaruhi sistem syaraf pusat. Sipermetrin bekerja sebagai racun kontak dan

perut (Jin dan Webster 1998). Sipermetrin digunakan untuk pengendalian rayap,

serangga perusak kayu, nyamuk, lalat, lipas, semut dan kecoa (Wirawan 2006).

Menurut Nagarjuna dan Doss (2009) bahwa sipermetrin biasa digunakan untuk

mengendalikan hama perumahan, sektor industri, dan pertanian.

Penggunaan sipermetrin untuk pengendalian caplak juga sudah banyak

dilaporkan. Di Iraq provinsi Al-Najaf, Al-Ramahi (2011) melaporkan bahwa pada

konsentrasi 0.015% efektif untuk mengatasi kasus infestasi caplak pada sapi. Pada

konsentrasi 2 g/L mengakibatkan kematian larva caplak sapi B. microplus sebesar

91.67% pada 24 jam setelah pemaparan sipermetrin (Nugroho 2013). Insektisida

sipermetrin juga mampu mengurangi daya tetas telur caplak sapi B. microplus

pada telur berusia 10 hari mencapai 100% dengan konsentrasi 0.1% AI (active

ingredient) (Davey 1995). Pengendalian caplak dengan konsentrasi yang berbeda

pada beberapa negara dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Betina

kenyang darah Dewasa

Inang 3 Ganti kulit

Nimfa kenyang

darah

Inang 2

Nimfa Inang 1

Ganti kulit

Larva

kenyang

darah

Larva

Menetas

Telur

Bertelur

Page 17: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

6

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret

2012 di Laboratorium Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor.

Koleksi dan pemeliharaan Caplak

Caplak betina yang sudah kenyang darah dikoleksi dari anjing peliharaan

terinfestasi caplak (Gambar 3) di perumahan Bogor Raya Permai, kota Bogor.

Caplak tersebut disimpan dalam tabung plastik dan dipelihara sampai bertelur di

laboratorium Entomologi Kesehatan FKH IPB. Tabung penyimpanan di letakkan

di atas nampan yang diisi air untuk menghindari serangga lain. Caplak betina akan

mati setelah bertelur (Gambar 4). Setelah bertelur maka ditunggu sampai telur

menetas (Gambar 5) dan menjadi larva (Gambar 6). Larva caplak yang digunakan

dalam penelitian ini berumur 7 hari dan selama pemeliharaan caplak dewasa dan

larva tidak diberikan darah.

Gambar 4 Caplak betina mati

setelah bertelur

Gambar 5 Telur caplak yang

menetas

Gambar 6 Larva caplak

Gambar 3 Anjing yang terinfestasi

caplak

Page 18: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

7

Uji efikasi larva caplak terhadap insektisida

Total larva caplak yang digunakan dalam uji efektivitas insektisida ini

sebanyak 300 larva. Larva caplak dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dapat

dilihat pada Gambar 7 dan 1 kelompok kontrol. Setiap kelompok pengujian

menggunakan sebanyak 20 larva dan di ulang 3 kali. Kelompok pertama dengan

konsentrasi 0.5 g/L; kelompok kedua dengan konsentrasi 1 g/L; kelompok ketiga

dengan konsentrasi 1.5 g/L; kelompok keempat dengan konsentrasi 2 g/L, dan

kelompok kontrol dengan menggunakan air.

Pengujian dilakukan dengan modifikasi metoda Maurin (2006). Kain

disemprot dengan larutan insektisida Maxkiller® 40 WP (sipermetrin) sebanyak 1

mL sesuai dengan konsentrasi yang sudah dibuat. Larva caplak diletakkan di atas

kain, kemudian semua ujung kain disatukan dan diikat supaya larva caplak tidak

keluar (Gambar 8). Pengamatan terhadap mortalitas dilakukan pada: 1, 2, 3, 4, 5, 6,

12, 24, dan 48 jam selama kontak dengan sipermetrin. Pengamatan kematian larva

caplak dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo.

Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan pola faktorial. Faktor-faktor penentu kematian larva caplak dianalisis

dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA). Data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase kematian larva caplak anjing selama dipapar dengan insektisida

sipermetrin dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasi yang digunakan. Persentase

kematian larva caplak berdasarkan faktor waktu dan konsentrasi dapat dilihat

pada Tabel 1.

Gambar 7 Larutan Sipermetrin

Gambar 8 Larva di dalam kain

Page 19: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

8

Tabel 1 Persentase Rata-rata Kematian Larva Caplak anjing R. sanguineus

Selama Paparan Sipermetrin

Waktu

kontak (Jam) Kontrol Konsentrasi (g/L)

0.5 1 1.5 2

1 0a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000

2 0a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000

3 0a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000 0

a±0.000

4 0a±0.000 8.33

b±0.028 16.67

b±0.076 16.67

b±0.028 20.00

b±0.047

5 0a±0.000 10.00

b±0.050 20.00

b±0.500 28.33

b±0.057 26.67

b±0.025

6 0a±0.000 16.67

b±0.058 21.67

b±0.028 33.33

b±0.028 31.67

b±0.028

12 0a±0.000 41.67

c±0.104 35.00

c±0.132 48.33

c±0.057 60.00

c±0.110

24 0a±0.000 76.67

d±0.076 81.67

d±0.057 88.33

d±0.028 93.33

d±0.028

48 0a±0.000 100

e±0.000 100

e±0.000 100

e±0.000 100

e±0.000

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan hasil yang

berbeda nyata taraf 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu dan konsentrasi paparan

suatu insektisida mempengaruhi kematian larva caplak selama perlakuan dengan

sipermetrin (Tabel 1). Pada 1-3 jam selama kontak dengan insektisida sipermetrin

ternyata tidak ada perbedaan nyata pada semua konsentrasi (p 0.05), namun

berbeda nyata dengan 4-48 jam selama kontak dengan insektisida sipermetrin.

Pada 4-6 jam selama kontak dengan insektisida sipermetrin tidak terjadi

perbedaan nyata antara semua konsentrasi, namun berbeda nyata dengan 1-3 jam

dan 12-48 jam selama kontak (p 0.05). Pada 12 jam selama kontak dengan

insektisida sipermetrin tidak ada perbedaan nyata antara semua konsentrasi,

namun terjadi perbedaan nyata dengan sebelum dan setelah 12 jam selama kontak.

Pada 24 jam kontak dengan insektisida sipermetrin berbeda nyata dengan sebelum

24 jam dan 48 jam selama kontak. Pada 48 jam kontak berbeda nyata dengan 1-24

jam selama kontak dengan insektisida sipermetrin (p<0.05) dan pada jam ini

kematian larva mencapai 100%.

Tabel 2 Persentase Kematian Larva Caplak Selama 24 Jam Paparan Sipermetrin

Konsentrasi

(g/L)

Ulangan Rata-rata kematian

(%) 1 2 3

Kontrol 0 0 0 0.00±0.000

0.5 80 75 70 76.67a±0.076

1 85 85 75 81.67ab

±0.057

1.5 85 90 90 88.33bc

±0.028

2 95 90 95 93.33c±0.028

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan hasil yang

berbeda nyata taraf 5%.

Berdasarkan perbedaan konsentrasi, persentase kematian larva caplak anjing

selama 24 jam kontak dengan insektisida sipermetrin menunjukkan hasil berbeda

nyata (p<0.05) (Tabel 2). Konsentrasi 2 g/L merupakan konsentrasi paling efektif.

Pada konsentrasi ini nilai kematian larva caplak mencapai 93.33%. Menurut

KEMENTAN (2012), kriteria efikasi ditentukan berdasarkan nilai kematian tidak

kurang dari 90% dalam waktu 24 jam. Hasil yang diperoleh menunjukkan

Page 20: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

9

persamaan konsentrasi sipermetrin yang digunakan pada larva caplak sapi B.

microplus. Pada konsentrasi 2 g/L mengakibatkan kematian larva caplak B.

microplus sebesar 91.67% pada 24 jam setelah pemaparan sipermetrin (Nugroho

2013). Semakin tinggi konsentrasi kadar bahan aktif, maka semakin cepat dan

banyak larva caplak yang mati.

Semua perlakuan menunjukkan semakin lama larva caplak terpapar

insektisida menyebabkan jumlah kematian yang lebih tinggi. Waktu paparan

mempengaruhi kematian serangga target. Dapat juga dilihat dalam penelitian

efektivitas insektisida sipermetrin 0.01 g/L terhadap kutu ayam petelur dengan

metode dipping (perendaman), menghasilkan efektivitas mencapai 100% pada 72

jam setelah perlakuan (Ardhani 2013). Di Iraq provinsi Al-Najaf, Al-Ramahi

(2011) melaporkan bahwa pada konsentrasi 0.015% efektif untuk mengatasi kasus

infestasi caplak pada sapi. Konsentrasi sipermetrin 0.125-0.5 g/L yang

diaplikasikan dengan metode spray efektif mengendalikan kutu ayam dengan nilai

reduksi 66.35-100% pada 24 jam setelah perlakuan (Setiawan 2013).

Lethal time (LT) keempat konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 3 dan

persentase kematian larva caplak setiap konsentrasi terhadap waktu kontak

disajikan pada Gambar 13. Pada Tabel ini menunjukkan bahwa untuk mematikan

50% dan 90% larva caplak membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Hasil

perlakuan menunjukkan semakin lama larva caplak terpapar insektisida akan

menyebabkan jumlah kematian yang semakin tinggi. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pada 48 jam selama kontak kematian larva mencapai 100%

untuk semua konsentrasi.

Tabel 3 Nilai LT50 dan LT90 Setiap Konsentrasi

Konsentrasi (g/L) LT50 (jam) LT90 (jam)

0.5 16.22 26.61

1 15.22 26.16

1.5 12.71 22.52

2 11.21 19.47

Gambar 13 Persentase Kematian Larva Caplak Anjing Setiap Konsentrasi

terhadap waktu kontak (jam).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 12 24 48

Per

sen

tase

Waktu kontak

(jam)

Kontrol

0.5 gr/L

1 gr/L

1.5 gr/L

2 gr/L

Page 21: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

10

Karakteristik utama dari insektisida sipermetrin yaitu: onset yang cepat,

konsentrasi yang dibutuhkan relatif rendah, bertindak sebagai repelen, tidak

berbau, mudah larut dalam air, dan toksisitas pada mamalia rendah. Sipermetrin

merupakan jenis insektisida golongan piretroid sintetis yang termasuk generasi ke

empat. Insektisida ini merupakan racun yang mempengaruhi saraf serangga (racun

saraf) dengan berbagai macam cara kerja pada susunan saraf sentral

(Djojosumarto 2008). Kematian larva caplak pada penelitian ini diakibatkan

karena insektisida ini bekerja mempengaruhi saraf serangga. Menurut Wirawan

(2006), cara kerja dari insektisida ini yaitu racun kontak masuk ke dalam tubuh

serangga secara langsung menembus kutikula, trakhea, dan kelenjar sensoris

dengan minyak atau komponen lain yang terdapat dalam formulasinya. Setelah

masuk ke dalam tubuh serangga, maka insektisida ini terikat pada satu protein

dalam saraf yang dikenal dengan voltage-gated sodium channel. Keadaan normal

protein ini membuka untuk memberi rangsangan pada saraf dan akan menutup

untuk menghentikan sinyal saraf. Insektisida yang terikat akan mencegah

penutupan rangsangan secara normal yang menghasilkan rangsangan saraf

berkelanjutan pada serangga. Keadaan ini mengakibatkan serangga mengalami

tremor dan gerakan inkoordinasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konsentrasi sipermetrin yang efektif adalah 2 g/L dengan angka mortalitas

larva caplak 93.33% pada 24 jam setelah kontak.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lapang penggunaan sipermetrin dalam

pengendalian caplak pada anjing.

DAFTAR PUSTAKA

Adventini M. 2006. Beberapa Aspek Biologi Caplak Anjing (Rhipicephalus

sanguineus) dan Pengaruh Pestisida Sumilarv® 0,5 G [skripsi]. Bogor (ID) :

Institut Pertanian Bogor.

Al-Rahami HM. 2011. Study of acariasis in cattle and tick resistance against

cypermethrin in Al-Najaf province. Iraq: College of Veterinary Medicine,

University of Babylon.

Ardhani WN. 2013. Efektivitas Aplikasi Insektisida Sipermetrin terhadap Kutu

Ayam Petelur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Astyawati T. 2002. Investigasi in Tick by vaccination. Pusat antar Universitas

Ilmu Hayat: IPB (Laporan Penelitian).

Page 22: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

11

Audy JR, Nadchatram M, Lim Boo Liat. 2000. Malaysia Parasites XLLX, Host

Distribution of Malayan Ticks (Ixodoidea) B.T. Fudge, Government Printer,

Federation of Malaya.

Baneth G. 2011. Perspectives on canine and feline hepatozoonosis. Vet. Parasitol.

181: 3–11.

Blagburn BL, Dryden MW. 2009. Biology, treatment and control of flea and tick

infestations. Vet. Clin Smal Animal.39: 1173-1200.

Dantas-Torres F, Chomel BB, Otranto D. 2012. Ticks and tick-borne diseases: a

One Health perspective. Trends Parasitol. 28: 437–446.

Dantas-Torres F, Figueredo LA, Otranto D. 2011. Seasonal variation in the effect

of climate on the biology of Rhipicephalus sanguineus in southern Europe.

Parasitology 138: 527–536.

Davey RB. 1995. Efficacy of topically applied pyrethroids against eggs of

Boophilus microplus (Canestrini) (Acari; Ixodidae). J. Agric. Entomol.

12(1): 67-73.

Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Gunandini DJ. 2006. Caplak dan Sengkenit. Di dalam Sigit SH dan Hadi UK,

editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan

Pengendalian. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman

(UKPHP) FKH IPB.

Hadi UK, Soviana S. 2000. Ektoparasit. Pengenalan, Diagnosis dan

Pengendaliannya. Laboratorium Entomologi. Fakultas Kedokteran Hewan.

Institut Pertanian Bogor.

Hedianto P. 2007. Pemberian Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus)

terhadap mortalitas larva caplak anjing Rhipicephalus sanguineus [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

James MT, Harwood RF. 1969. Herm’s Medical Entomology. 6th

ed. The

Macmillan Company. London.

Jin H, Webster GRB. 1998. Persistence, penetration, and surface availability of

cypermethrin and its major degradation products in elm bark. J. Agric. Food

Chem. 46:2851-2857.

Kartika D. 2002. Studi Pengaruh Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus)

Terhadap Kemampuan Hidup Larva Caplak Anjing (Rhipicephalus

sanguineus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2012. Metode Standar Pengujian Efikasi

Pestisida Rumah Tangga dan Pengendalian Vektor. Jakarta (ID): Direktorat

Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian RI.

Klarenbeek MM. 2010. Rhipicephalus sanguineus, Ehrlichia canis and current

tick control methods on Curaçao. Faculty of Veterinary Medicine, Utrecht

University.

Levine ND. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Terjemahan G. Ashadi

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Lord CC. 2008. Brown dog tick, Rhipicephalus sanguineus Latreille (Arachnida:

Acari: Ixodidae). Featured Creatures from Entomology and Nematology

Department: University of Florida.

Lorusso V, Dantas-Torres F, Lia RP, Tarallo VD, Mencke N, Capelli G, Otranto

D.2010. Seasonal dynamics of the brown dog tick, Rhipicephalus

Page 23: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

12

sanguineus, on a confined dog population in Italy. Med. Vet. Entomol. 24:

309–315.

Morsy TA, Haridy FM. 2000. Effect of ivermectin on the brown dog tick,

Rhipicephalus sanguineus. J E Soc Parasitol.30: 117-24.

Nagarjuna A, Doss PJ. 2009. Acute oral toxicity and histopathological studies of

Cypermethrin in rats. Indian J. Anim. Res. 43(4) : 235-240.

Nugroho EP. 2013. Efektivitas Efikasi Insektisida Sipermetrin terhadap Larva

Caplak Boophilus microplus dari Desa Pangumbahan Kecamatan Ciracap

Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Puspitasari MD. 2007. Pengaruh Ekstrak Tangkai Bunga Cengkeh (Eugenia

aromatica) dengan pelarut air terhadap mortalitas larva caplak anjing R.

sanguineus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sanches GS, de Oliveira PR, André MR, Machado RZ, Bechara GH, Camargo-

Mathias MI. 2012. Copulation is necessary for the completion of a

gonotrophic cycle in the tick Rhipicephalus sanguineus (Latreille, 1806)

(Acari: Ixodidae). J. Insect Physiol. 58: 1020–1027.

Setiawan YY. 2013. Efektivitas Sipermetrin terhadap Kutu Menopon gallinae

dengan Metode Penyemprotan pada Ayam Petelur [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Shimada Y, Beppu T, Inokuma H, Okuda M, Onishi T. 2003. Ixodid tick species

recovered from domestic dogs in Japan. Med. Vet. Entomol. 17, 38–45.

Walker JB, Keirans JE, Horak IG. 2000. The Genus Rhipicephalus (Acari,

Ixoidae). A Guide to the Brown Ticks of the World. Cambridge Univ. Press,

Cambridge, UK.

Williams RE, Hall RD, Broce AB, Scholl PJ. 1985. Livestock Entomology. A

Wiley Interscience Publication. John Wiley & Sons. Newyork.

Wirawan IA. 2006. Insektisida Permukiman. Di dalam Sigit SH dan Hadi UK,

editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan

Pengendalian. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman

(UKPHP) FKH IPB.

Page 24: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

13

Lampiran 1 Statistik Deskriptif

Konsentrasi

Jam_ke

Rataan

(%)

Std. Deviasi

Jumlah Ulangan

0.5 1 0 0.00000 3

2 0 0.00000 3

3 0 0.00000 3

4 8.33 0.02887 3

5 10 0.05000 3

6 16.67 0.05774 3

12 41.67 0.10408 3

24 76.67 0.07638 3

48 100 0.00000 3

Total 28.15 0.35765 27

1 1 0 0.00000 3

2 0 0.00000 3

3 0 0.00000 3

4 16.67 0.07638 3

5 20 0.05000 3

6 21.67 0.02887 3

12 35 0.13229 3

24 81.67 0.05774 3

48 100 0.00000 3

Total 30.56 0.35364 27

1.5 1 0 0.00000 3

2 0 0.00000 3

3 0 0.00000 3

4 16.67 0.02887 3

5 28.33 0.05774 3

6 33.33 0.02887 3

12 48.33 0.05774 3

24 88.33 0.02887 3

48 100 0.00000 3

Total 34.81 0.36228 27

2 1 0 0.00000 4

2 0 0.00000 4

Page 25: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

14

Konsentrasi

Jam_ke

Rataan

(%)

Std. Deviasi

Jumlah Ulangan

3 0 0.00000 4

4 20.00 0.04787 4

5 26.67 0.02500 4

6 31.67 0.02887 4

12 60.00 0.11087 4

24 93.33 0.02887 4

48 100 0.00000 4

Total 36.25 0.37213 36

1 0 0.00000 13

2 0 0.00000 13

Total 3 0 0.00000 13

4 15.38 0.05938 13

5 21.54 0.08263 13

6 26.15 0.07679 13

12 46.15 0.12442 13

24 85.38 0.07763 13

48 100 0.00000 13

Total 32.74 0.35915 117

Lampiran 2 Analisa Ragam Faktor Konsentrasi, Jam ke-, dan kombinasinya

Faktor F P-value

Konsentrasi 19.338 0.000a

Jam ke- 819.282 0.000a

Konsentrasi*Jam 2.915 0.000a

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata terhadap

dependent value pada taraf 5%.

*Interaksi

Page 26: ERHADAP LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69271/B14neb_IPH.pdf · spesies caplak lain (Walker : et al. 2000). Penyebaran : R. sanguineus

15

RIWAYAT HIDUP

Novita Elfrida Br Depari lahir di Kutambaru, Medan, Sumatera Utara pada

tanggal 03 November 1990 dan merupakan putri pertama dari pasangan Bapak

Pengarapen Depari dan Ibu Peringetten Br Surbakti. Penulis mengecap pendidikan

Dasar di SD Negeri 040510 Kutambaru pada tahun 1997 dan melanjutkan ke SMP

Swasta Anjangsana Kutambaru pada tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis

melanjutkan pendidikan ke SMA Swasta Masehi Berastagi. Tahun 2009 penulis

resmi menjadi civitas akademika Institut Pertanian Bogor melalui jalur Usmi IPB.

Kegiatan penulis diluar akademik adalah mengikuti organisasi UKM PMK IPB,

Persekutuan Fakultas FKH IPB, menjadi anggota himpro (himpunan minat dan

profesi) SATLI FKH IPB, dan penulis cukup aktif di Organisasi Mahasiswa

Daerah (OMDA) asal Tanah Karo yang bernama IMKA.