Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

21
TOPIK UTAMA Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal Wahyu Budi Priatna Staf Pengajar Fakultas Ekonomi & Manajemen Institut Pertanian Bogor Abstrak Inti kewirausahaan adalah kemandirian seseorang untuk bertanggung jawab atas nasibnya. Kemandirian yang dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya maupun hasil dari proses komunikasi dengan lingkungannya. Kemandirian dalam kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau “kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian membu- tuhkan kepercayaan diri yang terukur. Salah satu pisau analisa yang kerap diabaikan dalam studi kewirausahaan adalah komunikasi, dalam hal ini komunikasi intrapersonal. pendekatan komu- nikasi intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting karena akan mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri individu yang memilih jalan hidup sebagai wirausaha, telah mampu melampaui kekhawatiran akan “keamanan penghasilan” (gaji rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih profesi sebagai pegawai perus- ahaan atau pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri dari budaya “prihatin asal aman”, dengan kemampuan dan keberanian mengambil resiko. Kata Kunci: Kajian Kewirausahaan, Komunikasi Intrapersonal Pendahuluan Penelaahan tentang usaha kecil, selama ini secara umum lebih menekankan pada aspek -aspek ekonomi dan manajemen. Hal ini tid- aklah sebuah kekeliruan. Kewirausahaan merupakan salah satu jalan untuk pemenuhan aspek kesejahteraan, yang ditandai dengan adanya peningkatan keuntungan, yang sering- kali diukur dari hasil finansial bagi pengu- sahanya. Namun demikian, pengabaian ter- hadap proses pembentukan jiwa kewirausahaan sejatinya hanya akan menghantarkan proses kemandirian usaha (wirausaha) ini menjadi sebuah kesia-siaan belaka. Salah satu pisau analisa yang kerap dia- baikan dalam studi kewirausahaan adalah komunikasi, dalah hal ini komunikasi in- trapersonal. Menurut West dan Turner (2007), komunikasi intrapersonal merupakan komu- nikasi yang berlangsung dalam diri, meliputi kegiatan berbicara kepada diri sendiri (dialog internal), serta kegiatan mengamati dan mem- beri makna (intelektual dan emosional) ter- hadap lingkungan. dialog internal dalam diri manusia adalah esensi dari komunikasi in- trapersonal. Komunikasi intrapersonal selain memberikan penilaian terhadap orang lain, ju-

Transcript of Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

Page 1: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

TOPIK UTAMA

Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Wahyu Budi Priatna

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi & Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Abstrak

Inti kewirausahaan adalah kemandirian seseorang untuk bertanggung jawab atas nasibnya. Kemandirian yang dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya maupun hasil dari proses komunikasi dengan lingkungannya. Kemandirian dalam kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau “kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian membu-tuhkan kepercayaan diri yang terukur. Salah satu pisau analisa yang kerap diabaikan dalam studi kewirausahaan adalah komunikasi, dalam hal ini komunikasi intrapersonal. pendekatan komu-nikasi intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting karena akan mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri individu yang memilih jalan hidup sebagai wirausaha, telah mampu melampaui kekhawatiran akan “keamanan penghasilan” (gaji rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih profesi sebagai pegawai perus-ahaan atau pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri dari budaya “prihatin asal aman”, dengan kemampuan dan keberanian mengambil resiko.

Kata Kunci: Kajian Kewirausahaan, Komunikasi Intrapersonal

Pendahuluan

Penelaahan tentang usaha kecil, selama

ini secara umum lebih menekankan pada aspek

-aspek ekonomi dan manajemen. Hal ini tid-

aklah sebuah kekeliruan. Kewirausahaan

merupakan salah satu jalan untuk pemenuhan

aspek kesejahteraan, yang ditandai dengan

adanya peningkatan keuntungan, yang sering-

kali diukur dari hasil finansial bagi pengu-

sahanya. Namun demikian, pengabaian ter-

hadap proses pembentukan jiwa

kewirausahaan sejatinya hanya akan

menghantarkan proses kemandirian usaha

(wirausaha) ini menjadi sebuah kesia-siaan

belaka.

Salah satu pisau analisa yang kerap dia-

baikan dalam studi kewirausahaan adalah

komunikasi, dalah hal ini komunikasi in-

trapersonal. Menurut West dan Turner (2007),

komunikasi intrapersonal merupakan komu-

nikasi yang berlangsung dalam diri, meliputi

kegiatan berbicara kepada diri sendiri (dialog

internal), serta kegiatan mengamati dan mem-

beri makna (intelektual dan emosional) ter-

hadap lingkungan. dialog internal dalam diri

manusia adalah esensi dari komunikasi in-

trapersonal. Komunikasi intrapersonal selain

memberikan penilaian terhadap orang lain, ju-

Page 2: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

ga memberikan kesempatan bagi individu un-

tuk menilai dirinya sendiri. Individu akan

memiliki kemampuan untuk menilai tentang

kelebihan dan kekurangan dirinya dalam be-

berapa situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan

bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal

berfokus pada kognisi, simbol dan niat

(intensi) yang dimiliki seseorang terhadap per-

ilaku tertentu.

Dengan demikian, pendekatan komu-

nikasi intrapersonal memainkan peranan yang

sangat penting karena akan mampu mem-

berikan pandangan yang lebih komprehensif

tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri

individu yang memilih jalan hidup sebagai

wirausaha, telah mampu melampaui kek-

hawatiran akan “keamanan penghasilan” (gaji

rutin meskipun rendah), seandainya dia mem-

ilih profesi sebagai pegawai perusahaan atau

pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri

dari budaya “prihatin asal aman”, dengan ke-

mampuan dan keberanian mengambil risiko.

Berangkat dari fenomena tersebut,

maka penelaahan kewirausahaan tidak cukup

hanya dengan mengandalkan pada proses pem-

belajaran, pelatihan keterampilan berusaha dan

dukungan pemodalan. Dalam situasi demikian,

maka pendekatan komunikasi adalah sebuah

pilihan konstruksi berfikir paradigmatik yang

mampu memberikan penjelasan tentang belum

tumbuhkembangnya jiwa kewirausahaan itu

sendiri. Melalui pendekatan komunikasi in-

trapersonal, akan dapat menjelaskan berbagai

faktor yang diestimasi dapat menjadi indikator

untuk upaya-upaya meningkatkan dan

mengembangkan kewirausahaan.

Studi kali ini bersifat kajian kepustakaan

tentang dinamika perilaku kewirausahaan se-

bagai aktivitas terencana yang berbasis pada

komunikasi intrapersonal pada pengusaha,

khususnya agribisnis. Mengapa hal ini

dikedepankan ? Krisis pada Juli 1997, yang

awalnya bertumpu pada keuangan, berlanjut

menjadi krisis multi dimensi. Hal ini semakin

menyadarkan banyak pihak adanya kekeliruan

dalam menerapkan prinsip perekonomian.

Pemerintah cenderung mengutamakan ke-

bijakan makro ekonomi. Tetapi sektor riil yang

lebih berkeadilan dan pemerataan, kurang

mendapat perhatian. Padahal, sebagian besar

masyarakat menghidupi keluarga mereka dari

sektor riil (Basri & Munandar, 2009).

Menurut Kolopaking (2009), kondisi

krisis yang lebih buruk dapat diredam oleh

perkembangan sektor tradisional dan kecil

(ekonomi kerakyatan). Fungsi penyelamatan

ini segera terlihat pada sektor-sektor penye-

diaan kebutuhan pokok rakyat melalui

produksi dan normalisasi distribusi. Bukti ter-

sebut paling tidak telah menumbuhkan opti-

misme baru bagi sebagian besar orang yang

menguasai sebagian kecil sumberdaya, akan

kemampuannya untuk menjadi motor pertum-

buhan bagi pemulihan ekonomi. Suherman

(2008) menyatakan bahwa, usaha mikro-kecil

(UMK) merupakan salah satu solusi keberlang-

sungan ekonomi negara yang langsung bersen-

tuhan pada eksistensi masyarakat secara

berkesinambungan.

Sejarah perekonomian Indonesia di masa

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 3: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

25

krisis, telah menunjukkan kelenturan dan ke-

mandirian usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM), terutama UMK dibandingkan para

pengusaha besar (Kusmuljono, 2009; Basri &

Munandar, 2009; Kolopaking, 2009, Tambu-

nan, 2009). Pelaku UMK lebih dari 45 persen

bergerak di sektor agribisnis. Ketangguhan

sektor agribisnis diindikasikan oleh kemampu-

annya untuk tumbuh secara positif (0,22%).

Sementara perekonomian nasional secara agre-

gat mengalami kontraksi yang sangat hebat (-

13,7%), sehingga terjadi penurunan penyera-

pan tenaga kerja nasional. Hal yang se-

baliknya, sektor agribisnis justru mampu

meningkatkan kapasitas penyerapan tenaga

kerja. Fakta empiris ini menunjukkan bahwa

sektor agribisnis merupakan sektor yang paling

tangguh dalam menghadapi krisis, dan paling

berjasa dalam menampung pengangguran se-

bagai akibat krisis (Saragih, 2001).

Pada saat krisis keuangan global tahun

2008, kembali membuktikan bahwa

perekonomian harus dibangun dengan mem-

perkokoh real based economy. Rente ekonomi

harus dilakukan dengan kegiatan investasi

yang produktif (Kolopaking, 2009; Basri dan

Munandar, 2009). Pemerintah sudah seha-

rusnya, memberikan lebih banyak kesempatan

dan fasilitas untuk perkembangan sektor riil.

Keberpihakan pemerintah, khususnya pada

UMK agribisnis merupakan pilihan tepat kare-

na keberadaan pemerintah untuk mensejahtera-

kan kehidupan nyata rakyatnya, bukan hanya

mengejar pertumbuhan ekonomi yang kese-

jahteraan rakyat diwakili sebagian kecil pengu-

saha besar. Meskipun, lapisan atas mulai pulih

semenjak tahun 2003, lebih cepat dibanding-

kan kelompok usaha rakyat. Namun menyisa-

kan persoalan hutang dalam jumlah yang san-

gat besar, yang mesti ditanggung oleh generasi

selanjutnya. Pengusaha besar dengan segala

fasilitas yang diberikan perbankan dan keber-

pihakan kebijakan pemerintah, terbukti rapuh

menopang perekonomian Indonesia.

Krisis keuangan global telah mengajarkan

kepada banyak negara maju, untuk kembali

pada basic ekonomi, yaitu UMK, khususnya

UMK pertanian. Dari sisi pengembangan

pasar, krisis menunjukkan pentingnya

mendayagunakan pasar domestik dan tidak

tergantung hanya pada pasar global. Pasar

domestik, ternyata menyimpan potensi

ekonomi yang juga sangat besar (Kusmuljono,

2009; Daryanto, 2009).

Kondisi tersebut merupakan peluang besar

bagi tumbuhnya wirausaha-wirausaha Indone-

sia, untuk masuk ke sektor agribisnis berskala

kecil, karena kelenturannya sekalipun

menghadapi berbagai kondisi krisis. Selain itu,

pengembangan pengusaha kecil diyakini telah

mampu meningkatkan pertumbuhan dan men-

gubah struktur ekonomi nasional menjadi lebih

kokoh dan berimbang (Pambudy dkk., 1999).

Peranan wirausaha kecil agribisnis yang

mampu bertahan dari kebangkrutan

perekonomian nasional, mengindikasikan

ketangguhan usaha yang dikelolanya. Hal ini

menarik untuk menjadikan wirausaha kecil ag-

ribisnis sebagai subjek dari penelitian yang

akan dilakukan. Wirausaha kecil agribisnis

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 4: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

adalah sumberdaya manusia yang paling

menentukan keberlangsungan usaha kecil agri-

bisnis. Oleh karena itu, pemahaman terhadap

wirausaha kecil agribisnis, diharapkan akan

membantu perkembangannya.

Komunikasi intrapersonal menjadi fokus

penelitian yang akan dilakukan karena

kewirausahaan tidak sekedar kemampuan da-

lam berbuat, tetapi lebih jauh merupakan pros-

es pengolahan informasi untuk berperilaku

wirausaha. Dengan demikian, dialog dalam diri

sendiri merupakan faktor yang sangat menen-

tukan munculnya perilaku kewirausahaan yang

ditampilkan. Dialog dalam diri sendiri bukan-

lah proses yang terlepas dari aktivitas individu

dengan pihak lain dan lingkungannya. Namun

justru, dialog terjadi sebagai hasil dan aktivitas

individu saat bertransaksi dengan pihak lain

dan lingkungan sekitar.

Rakhmat (1994), menjelaskan bahwa

psikologi tidak hanya mengulas komunikasi

diantara neuron, tetapi mencoba menganalisis

seluruh komponen yang terlibat dalam proses

komunikasi. Psikologi mengkaji komunikasi

intrapersonal, yakni berkaitan dengan berbagai

karakteristik dan sifat-sifat individu serta

menganalisis berbagai faktor internal maupun

eksternal yang mempengaruhi perilaku komu-

nikasinya. Selain itu, psikologi tertarik juga

untuk memahami komunikasi antarpribadi dan

penggunaan lambang-lambang yang

digunakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, pen-

dekatan psikologi berkaitan dengan kesadaran

dan pengalaman manusia, terutama pada per-

ilaku manusia dan mencoba menyimpulkan

proses kesadaran yang menyebabkan ter-

jadinya perilaku itu.

Menurut West dan Turner (2007), komu-

nikasi intrapersonal merupakan komunikasi

yang berlangsung dalam diri, meliputi kegiatan

berbicara kepada diri sendiri (dialog internal),

serta kegiatan mengamati dan memberi makna

(intelektual dan emosional) terhadap ling-

kungan. Dengan demikian, pendekatan komu-

nikasi intrapersonal memainkan peranan yang

sangat penting karena akan mampu mem-

berikan pandangan yang lebih komprehensif

tentang kewirausahaan, yang selama ini lebih

banyak dikaji dari sudut pandang manajemen

dan ekonomi.

Pemikiran West & Turner (2007),

menekankan bahwa dialog internal dalam diri

manusia adalah esensi dari komunikasi in-

trapersonal. Komunikasi intrapersonal selain

memberikan penilaian terhadap orang lain, ju-

ga memberikan kesempatan bagi individu un-

tuk menilai dirinya sendiri. Individu akan

memiliki kemampuan untuk menilai tentang

kelebihan dan kekurangan dirinya dalam be-

berapa situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan

bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal

berfokus pada kognisi, simbol dan niat

(intensi) yang dimiliki seseorang terhadap per-

ilaku tertentu.

Mulyana (2005) berpendapat, bahwa

istilah komunikasi intrapersonal sebenarnya

belum tepat, karena pengertian segala perilaku

dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua

orang atau lebih. Namun demikian, tidak dira-

gukan sebelum individu melakukan komu-

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 5: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

27

nikasi dengan orang lain akan melakukan

komunikasi dengan diri sendiri. Berdasarkan

pemikiran Mulyana (2007), komunikasi in-

trapersonal merupakan landasan komunikasi

antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-

konteks lainnya. Komunikasi intrapersonal da-

lam disiplin komunikasi belum dipaparkan

secara rinci dan tuntas, karena melekat pada

komunikasi antarpribadi dan bentuk-bentuk

komunikasi lainnya. Hal yang sangat menarik

dikatakannya bahwa, keberhasilan komunikasi

kita dengan orang lain bergantung pada

keefektifan komunikasi kita dengan diri

sendiri.

Dalam tinjauan teori komunikasi yang

berperspektif psikologi tersebut, pada awalnya

intensi untuk melaksanakan sesuatu dijelaskan

dalam Teori Tindakan Beralasan (Theory of

Reasoned Action) dari Martin Fishbein & Icek

Ajzen (1975). Teori Tindakan Beralasan meru-

pakan salah satu teori terbaik yang mampu

menjelaskan tentang bagaimana sikap

mempengaruhi perilaku melalui intensi per-

ilaku (Baldwin et. al. 2004). Selanjutnya

dikatakan, bahwa teori didesain dengan

mengetahui intensi perilaku terhadap situasi

atau objek spesifik. Teori ini mengemukakan

bahwa intensi perilaku dipengaruhi oleh faktor

sikap terhadap perilaku (attitude toward the

behavior) dan norma-norma subjektif

(subjective norms).

Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisi-

kan intensi perilaku dalam teorinya, sebagai

penempatan seseorang dalam suatu dimensi

kemungkinan subjektif dalam kaitannya antara

dirinya dengan beberapa tindakan. Sikap ter-

hadap perilaku adalah evaluasi positif atau

negatif dari individu sebagai perwujudan ket-

ertarikan terhadap perilaku tertentu. Norma

subjektif adalah persepsi sebagian besar orang

yang dianggap penting bagi dirinya yang

mengharapkan dirinya melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku tertentu. Beberapa

tahun kemudian, setelah melalui serangkaian

pengujian dan kritik, maka Icek Ajzen me-

nyempurnakan teorinya dengan memper-

luasnya menjadi Teori Perilaku Terencana

(Theory of Planned Behavior) pada tahun

1985. Faktor kendali perilaku terasakan

(perceived behavioral control) dimasukan se-

bagai yang juga mempengaruhi intensi per-

ilaku.

Kajian tentang wirausaha dalam perspek-

tif komunikasi adalah salah satu kecabangan

disiplin ilmu komunikasi yang relatif belum

dikembangkan di Indonesia. Selama ini, pen-

elaahan wirausaha dan kewirausahaan lebih

banyak didekati dari disiplin ilmu manajemen

dan ekonomi. Padahal yang tidak dapat dia-

baikan dari interaksi wirausaha adalah manusia

sebagai pelaku komunikasi.

Zimmerer & Scarborough (2008), menya-

takan wirausaha dituntut untuk menyukai

tanggung jawab, keberanian mengambil resiko,

memiliki kepercayaan diri, hasrat untuk lang-

sung mendapatkan umpan balik, semangat

yang tinggi, orientasi ke depan, keterampilan

mengorganisasi, menilai prestasi lebih tinggi

dari uang, berkomitmen tinggi, toleransi pada

ketidakpastian, fleksibelitas, dan keuletan. Hal

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 6: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

ini mengindikasi pentingnya kepemilikian po-

tensi diri, yang hanya muncul ketika individu

mampu melakukan dialog wirausaha secara

internal. Menurut Mulyana (2007), keefektifan

komunikasi kita dengan diri sendiri akan

menentukan keberhasilan komunikasi kita

dengan orang lain.

Griffin (2006) mengemukakan bahwa,

salah satu dalam pemetaan studi komunikasi

adalah penemuan kebenaran secara sistematis

dan berbasis pada prinsip kausalitas. Me-

mahami komunikasi sejatinya adalah berbicara

tentang proses interaksi, yang mana individu

memanfaatkan bentuk tanda atau simbol untuk

membentuk dan memberikan makna dalam

sebuah hubungan (Mulyana, 2005; West &

Turner, 2007). Mereka juga menandaskan,

bahwa komunikasi terjadi jika orang memberi

makna pada pesan yang dikirim oleh sumber

dalam rangka mempengaruhi.

Penelitian yang akan dilakukan termasuk

dalam kajian komunikasi intrapersonal di mana

berlangsung dialog internal di dalam diri

wirausaha. Morrow, 1998 (dalam West &

Turner, 2007) mengungkapkan bahwa aktivitas

manusia didominasi oleh perilaku konversasi

dengan dirinya sendiri, alih-alih dengan orang

lain. Aitken & Shedletsky, 1997 (dalam West

& Turner, 2007) menambahkan, bahwa komu-

nikasi intrapersonal menghadirkan pula

atribusi tentang apa yang seharusnya diper-

buat. Dengan kata lain, melalui dialog internal

seseorang berusaha membentuk dan

menghadirkan pemaknaan yang dipersepsikan

penting dalam kehidupan.

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Indikator 2005 2007

Jumlah total UMKM (unit) 44.689.588 49.840.489

Total UMKM/Total Usaha (%) 99,90 99,99

Tenaga kerja UMKM (orang) 77.678.498 91.752.318

Tenaga kerja UMKM terhadap Total TK (%) 96,77 97,33

Investasi UMKM (Rp miliar) 275.367 462.012

PDB dari UMKM (Rp miliar) 1.480.003 2.121.310

PDB UMKM terhadap Total PDB (%) 54,22 53,60

Ekspor Non Migas UMKM (Rp miliar) 109.129 142.822

Ekspor Non Migas UMKM terhadap Total Ekspor (%) 19,16 20,02

Tabel 1. Peranan UMKM dalam Perekonomian Nasional Tahun 2005 dan 2007

Sumber: Kusmuljono (2009)

Peranan UMKM dalam perekonomian

Indonesia pada tahun 2005 dan 2007 diper-

lihatkan pada Tabel 1. Peranan UMKM dalam

perekonomian Indonesia pada tahun 2007,

mengidentifikasikan pula bahwa jumlah usaha

mikro sekitar 47,7 juta unit usaha (95,7% total

UMKM), yang mampu menyerap hampir 77

juta orang atau 81,7% dari total tenaga kerja

(Kusmuljono, 2009). Dengan demikian, usaha

mikro adalah usaha yang paling banyak

digeluti dan menyerap tenaga kerja. Apabila

pemerintah mampu meningkatkan 10% - 15%

Page 7: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

29

usaha mikro menjadi usaha kecil, maka bisa

diharapkan pengangguran terbuka yang pada

Agustus 2009 berjumlah sekitar sembilan juta

orang, akan segera mendapat pekerjaan.

Di Indonesia batasan mengenai UMKM

telah ditentukan dengan terbitnya Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

UMKM (Tabel 2). Nilai nominal sebagai krite-

ria pengelompokan usaha, dapat mengalami

perubahan sesuai dengan perkembangan

perekonomian, yang diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Tabel 2. Kriteria UMKM Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2008

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah

Aset < Rp 50 jt

(tidak termasuk tanah dan

bangunan)

Rp 50 jt < Aset < Rp. 500 jt

(tidak termasuk tanah dan bangunan)

Rp 500 jt < Aset < Rp10M

(tidak termasuk tanah dan

bangunan)

Omset per th < 300 jt Rp 300 jt < Omset per th < Rp 2.5M Rp 2.5M < Omset per th < Rp

Sumber: Kusmuljono (2009)

Wirausaha adalah individu-individu yang

berorientasi pada tindakan, bermotivasi tinggi,

dan berani mengambil resiko dalam mengejar

tujuannya (Meredith et al, 1996; Suryahadi,

2007; Suryana, 2008; Zimmerer &

Scarborough, 2008; Nitisastro, 2009;). Dengan

demikian, wirausaha memiliki karakteristik

percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,

pengambil resiko, mandiri, inisiatif, energik,

dan bekerja keras. Wirausaha juga memiliki

kemampuan untuk memimpin, berjiwa

inovatif, kreatif, dan be-rorientasi masa depan.

Drucker (1985) menyatakan bahwa di

Amerika, wirausaha seringkali diartikan se-

bagai seseorang yang memulai bisnis baru,

kecil dan milik sendiri. Selain itu, wirausaha

selalu mencari perubahan (inovasi), me-

nanggapinya dan memanfaatkannya sebagai

peluang. Sumahamijaya, 1980 (dalam

Soesarsono, 1996), mengartikan wirausaha se-

bagai sifat keberanian, keutamaan, keluhuran

dan keteladanan dalam mengambil risiko yang

bersumber pada kemampuan sendiri. Oleh ka-

rena itu, wirausaha mengarah pada dua aspek

utama, yaitu (1) mengembangkan dan

memupuk sikap mental wira (berani, utama,

luhur, teladan); dan (2) sikap mental berusaha

(inovatif, mandiri).

Menurut Soesarsono (1996), kemajuan

dan keterbelakangan suatu negara bukan

disebabkan karena baru atau sudah lama

merdeka, bukan berlimpahnya kekayaan alam,

luas wilayah atau jumlah penduduk yang di-

miliki, tetapi karena sumberdaya manusia yang

bemutu tinggi (wirausaha). Selanjutnya

dikatakan wirausaha adalah individu-individu

yang mempunyai sikap mental ksatria dan

mampu “berdiri sendiri”, terutama untuk mem-

peroleh nafkah dan kebutuhan hidup. “Berdiri

sendiri” hendaknya ditafsirkan secara kritis

dan dinamis, yaitu menuntut adanya kerjasama

dan interaksi yang erat serta kepercayaan diri

Page 8: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

untuk mengatasi berbagai tantangan hidup.

Indonesia dengan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang besar, serta kekayaan alam

yang luar biasa, sampai sekarang belum dapat

mensejahterakan rakyatnya sesuai amanat

UUD 1945. Padahal berdasarkan pemaparan

Kusmuljono (2009), Indonesia adalah

penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di

dunia tetapi pusat transaksinya di Rotterdam,

penghasil karet nomor dua di dunia dengan

pusat transaksinya di Ohio-AS, rumput laut,

rempah-rempah, kopi, kakao (transaksi di

Swiss) dan masih banyak produk perkebunan

lainnya. Indonesia juga penghasil gas alam

kedelapan terbesar di dunia, penghasil batu

bara dan emas ketujuh terbesar di dunia,

penghasil minyak bumi serta penghasil

tembaga dan nikel nomor lima dunia.

Subianto, et. al. (2009) mengatakan juga

bahwa Indonesia merupakan negara tropis

terbesar kedua, sedangkan panjang pantai dan

luas lautnya terluas ke empat di dunia.

Fenomena terjadi karena masih lemahnya

kemampuan bangsa Indonesia mengelola sum-

berdaya, yang mengindikasikan masih sangat

kurangnya jumlah wirausaha. Wirausaha-

wirausaha harus terus didorong, setidaknya

untuk lingkup agribisnis yang merupakan

lapangan pekerjaan yang paling banyak dige-

luti oleh masyarakat dan fundamental

perekonomian masyarakat Indonesia

(Solahuddin, 2009; Mangkuprawira, 2009). Di

Indonesia konsep dan pemikiran sistem dan

usaha agribisnis dikembangkan antara lain

oleh Saragih dkk., dengan modifikasi

kepentingan dan perkembangan masyarakat

Indonesia sendiri.

Sistem agribisnis merupakan totalitas atau

kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari

subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan

ekonomi input produksi, informasi, dan

teknologi; subsistem usahatani, yaitu kegiatan

produksi pertanian primer tanaman dan hewan;

subsistem agribisnis pengolahan, subsistem

pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu

dukungan sarana dan prasarana serta ling-

kungan yang kondusif bagi pengembangan ag-

ribisnis (Saragih, 2001; Tampubolon, 2002;

Krisnamurthi, 2005). Dengan demikian, pem-

bangunan sistem agribisnis mencakup lima sub

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Gambar 1. Konsep Sistem Agribisnis

Subsistem Penga-daan&

Distribusi Input:

Subsistem Budidaya:

Subsistem Pengolahan

Hasil:

Subsistem Pemasaran:

Subsistem Penunjang: Pemerintah, Koperasi, Perbankan, Lembaga Penelitian, Asosiasi, Transportasi, Asuransi,

dll.

Page 9: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

31

Pengembangan agribisnis telah menjadi

kebijakan pemerintahan 2004-2009 dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat In-

donesia melalui revitalisasi pertanian dalam

arti luas. Pembangunan pertanian diarahkan

untuk mendorong pengamanan ketahanan pan-

gan, peningkatan daya saing, diversifikasi,

peningkatan produktivitas dan nilai tambah

produk pertanian, peternakan, perkebunan,

perikanan serta kehutanan untuk peningkatan

kesejahteraan petani dan nelayan. Hal ini

mengandung makna bahwa, dibutuhkan lebih

banyak sumberdaya manusia yang mampu un-

tuk melakukan kegiatan kewirausahaan

(Daryanto, 2009).

Sebuah pertanyaan besar kemudian

mengemuka, ketika berwirausaha adalah se-

buah solusi yang konstruktif dalam meng-

gerakkan sektor riil, yang sekaligus membuka

lapangan pekerjaan, dan bermuara pada pen-

ingkatan kesejahteraan hidup, mengapa banyak

program pemerintah maupun swasta yang

merupakan stimulus untuk wirausaha rakyat

mengalami banyak kendala, bahkan kegaga-

lan? Apakah benar hanya karena masyarakat

lebih suka memilih profesi sebagai pegawai

pemerintah atau swasta yang sifatnya depen-

dentif? Apa yang menjadi pertimbangan indi-

vidu dalam memilih wirausaha sebagai “jalan

hidup”?

Banyak bukti empiris yang menunjukkan,

kegagalan program stimulus wirausaha karena

faktor ketepatan pemilihan calon penerima

stimulus yang masih lemah. Ternyata calon

kurang cukup, bahkan tidak memiliki faktor-

faktor wirausaha. Kuratko & Hodgetts (2007);

Hisbrich et al (2008); Zimmerer & Scar-

borough (2008); Baron & Shane (2008),

menyatakan wirausaha menuntut suatu sikap

dan laku berupa keberanian mengambil resiko,

bijaksana dalam pembuatan keputusan, ke-

pandaian dalam melihat peluang dan berke-

mampuan manajerial yang baik, dan di atas

segala-galanya wirausaha menuntut intensi un-

tuk melakukan kegiatan bisnis.

Nybakk & Hansen (2008) mengungkap-

kan, kewirausahaan dan inovasi telah

mendapatkan perhatian banyak dalam berbagai

penelitian, namun sangat sedikit yang

mengkhususkan diri dalam pembahasaan usaha

skala kecil. Riset yang dilakukan di Norwegia

menunjukkan, bahwa para wirausaha yang

memiliki sikap yang positif untuk mandiri

cenderung akan mengubah cara mereka

mengelola usaha dan berimplikasi pada

meningkatknya tingkat kesejahteraan. Se-

dangkan dalam studi pengelolaan kepa-

riwisataan di Australia ditemukan fakta bahwa

melalui kewirausahaan, seseorang mampu

melihat potensi dari situasi yang secara ke-

banyakan orang dinilai sebagai kerumitan mul-

tidimensi alih-alih menganggapnya sebagai

penghambat dominan yang tidak mungkin

terselesaikan (Russell & Faulkner, 2004).

Penelitian serupa yang dilakukan di Yunani

menunjukkan bahwa kreativitas, proaktivitas

dan kendali situasi menentukan hasrat dan pen-

itikberatan individu untuk terlibat dalam

kegiatan kewirausahaan (Zampetakis, 2008).

Sedangkan di China, selain pemberdayaan

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 10: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

masyarakat lokal, deregulasi kebijakan dan

pemberian hak privatisasi atas hasil karyanya,

maka kebangkitan usaha mikro dan kecil

ditandai oleh perilaku kewirausahaan secara

massif (Gibb & Li, 2003). Bergevoet, et. al.

(2004) menambahkan, penelitian pada peter-

nak sapi perah di Belanda menunjukkan bahwa

tujuan, ekspektasi dan sikap secara signifikan

lebih menentukan strategi dan perilaku

kewirausahaan alih-alih besaran kepemilikan

usaha itu sendiri.

Studi yang dilakukan oleh Van Gelderen

et al (2008) dalam Career Development

International, tentang intensi wirausaha

dengan menggunakan Teori Perilaku

Terencana. Metodologi yang digunakan adalah

studi replikasi sampel. Penelitian dimulai

dengan riset kualitatif terhadap 373 mahasiswa

dua perguruan tinggi di Belanda. Pertanyaan

pokok yang diajukan adalah (1) Menurut anda,

aspek apa yang menarik tentang wirausaha?

dan (2) Aspek apa yang anda pikir tidak

menarik tentang wirausaha? Dua pertanyaan

terbuka lainnya digunakan untuk menentukan

kendali keyakinan, yaitu (1) apa yang

diperlukan untuk mendirikan sebuah bisnis?

dan (2) apa yang dibutuhkan untuk sukses

menjalankan bisnis?

Hasilnya, yang menarik dari wirausaha

adalah otonomi dan tantangan, yang tidak

menarik adalah kurangnya keamanan finansial

dan beban kerja. Berdasarkan literatur, peneliti

memasukan variabel akumulasi pendapatan

dan kekayaan. Jawaban untuk dua pertanyaan

berikutnya adalah ketekunan dan kreativitas.

Peneliti kembali memasukan variabel tamba-

han dari literatur, yakni kesiapan berwirausaha

dan efektivitas diri.

Variabel-variabel tersebut, kemudian

dioperasionalkan pada komponen-komponen

dari Teori Perilaku Terencana. Pengujian in-

tensi wirausaha dilakukan kepada para maha-

siswa studi sarjana administrasi bisnis dari em-

pat perguruan tinggi lainnya, dengan ukuran

total sampel 1.225 orang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada dua variabel yang

paling penting dari penjelasan intensi

wirausaha, yaitu adanya kesiapan berwirausaha

dan pentingnya keamanan financial (financial

security).

Studi ini juga menunjukkan intensi

wirausaha dapat dijelaskan dengan baik oleh

Teori Perilaku Terencana. Namun demikian,

Teori Perilaku Terencana hanya mampu men-

jelaskan 35 persen dari varians dalam niat

wirausaha. Menurut peneliti, hal ini dikare-

nakan faktor usia sampel yang rata-rata 22 ta-

hun dan masih mahasiswa, sehingga pada

umumnya belum pasti dalam memutuskan ka-

rirnya.

Van Gelderen et al telah melakukan

pengujian Teori Perilaku Terencana dengan

dua tahap penelitian, yang sampelnya

mahasiswa. Penelitian yang akan dilakukan,

berusaha untuk menerapkanya pada sampel

para wirausaha kecil dibidang agribisnis,

dengan mempertimbangkan kelompok usaha

yang dilakukannya (off farm hulu, on farm, off

farm hilir).

Zampetakis (2008), dengan penelitiannya

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 11: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

33

yang berjudul The role of creativity and proac-

tivity on perceived entrepreneurial desirability

memfokuskan diri pada peranan kreativitas dan

sifat proaktif mahasiswa di Yunani terhadap

intensi kewirausahaan. Penelitian

menggunakan Teori Perilaku Terencana dan

Model Kegiatan Kewirausahaan untuk menguji

pada 199 mahasiswa dari tiga univesitas di

Yunani, yang berlatar belakang pendidikan

manajemen sumberdaya manusia.

Pengolahan datanya menggunakan teknik

analisa Struktural Ekuasi Model (SEM). Hasil-

nya menunjukkan bahwa, secara terpisah dan

bersama-sama bahwa proaktif dan kreativitas

memiliki berpengaruh langsung dan nyata pada

intensi kewirausahaan. Model yang didalilkan

secara teoritis juga adalah fit.

Penelitian ini memiliki keserupaan dalam

penentuan aspek variabel terikat, yakni intensi

wirausaha dengan menggunakan teknik

struktural ekuasi model sebagai pisau ana-

lisanya. Namun demikian, penelitian yang

akan dilakukan memiliki variabel bebas yang

lebih lengkap, tidak hanya sekedar kreativitas

dan proaktif. Diharapkan penelitian yang dil-

akukan relatif lebih komprehensif dan lebih

sesuai untuk perilaku wirausaha di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan Linan & Santos

(2007) berjudul “does social capital affect en-

trepreneurial intentions?” Penelitian ini dilatar

belakangi pendapat mereka bahwa, studi ten-

tang aspek-aspek kualitatif wirausaha yang

berfokus pada karakteristik psikologis dan

kepribadian serta yang menekankan pent-

ingnya faktor-faktor demografi (usia, jenis ke-

lamin, agama, etnis, pendidikan, keluarga, sta-

tus sosial ekonomi dan pengalaman profes-

sional) akan menyulitkan orang-orang untuk

belajar menjadi wirausaha. Hal ini dikarenakan

kuatnya faktor penciptaan atau keturunan.

Peneliti menerapkan teori intensi dari Icek

Ajzen yang diintegrasikan dengan faktor-

faktor modal sosial (hubungan formal dan in-

formal yang dihasilkan individu dalam in-

teraksinya dengan orang lain untuk mendapat-

kan apa yang diharapkannya). Dengan

demikian, modal sosial merupakan hasil dari

suatu proses investasi hubungan manusia, yang

memerlukan sumberdaya dan waktu.

Subyek penelitiannya adalah mahasiswa

manajemen (69.2%) dan mahasiswa ekonomi

(30.8%), yang total ukuran sampelnya

sebanyak 354 orang (55% wanita dan 45% laki

-laki) dari dua PTN di Seville. Uji reliabili-

tasnya menggunakan Cronbach Alpha.

Pengaruh variabel diketahui dengan uji regresi

berganda yang didasarkan pada kuadrat

terkecil parsial (partial least square).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa,

modal sosial nyata secara tidak langsung

mempengaruhi intensi untuk memulai

wirausaha. Modal sosial dibutuhkan karena

mampu memberikan akses pada sumber-

sumber produksi melalui hubungan timbal ba-

lik dan rasa saling percaya. Ada dua modal so-

sial yang penting untuk niat memulai

wirausaha, yaitu hubungan individu dengan

orang-orang terdekat dan hubungan individu

dengan lingkungan wirausaha.

Penelitian Linan dan Santos, mempunyai

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 12: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

pendapat latar belakang teori yang agak ber-

beda dengan penelitian yang akan dil-

aksanakan. Peneliti mempunyai keyakinan

bahwa, meskipun setiap orang dapat menjadi

wirausaha, tetapi perlu ada cara-cara yang

lebih baik untuk mengetahui tingkatan potensi

setiap orang. Hal ini untuk memudahkan sele-

ksi dan pengembangannya. Hal yang relatif

sama adalah adanya upaya-upaya untuk

mengintegrasikan variabel lain dalam Teori

Perilaku Terencana yang dikemukakan oleh

Icek Ajen.

Entrepreneurial behaviour of dutch dairy

farmers under a milk quota system: goals, ob-

jectives and attitudes adalah judul penelitian

yang dilaksanakan oleh Bergevoet, et al

(2004). Penelitian di desain dengan model em-

piris berdasarkan Teori Perilaku Terencana

untuk melihat perbedaan tujuan, sasaran dan

sikap sebagai determinan strategis dan perilaku

kewirausahaan.

Hasil penelitian terhadap 112 peternak

dari organisasi peternak di Belanda Utara

dengan teknik analisa regresi, menunjukkan

bahwa tujuan, sasaran dan sikap yang tercer-

min dalam keinginan untuk berubah, pening-

katan penghasilan dan pandangan hidup adalah

prediktor yang kuat dalam memahami perilaku

kewirausahaan.

Kekuatan Teori Perilaku Terencana dalam

memprediksi faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku kewirausahaan, se-

makin meyakinkan peneliti untuk mengujinya.

Dengan demikian, teori yang sama akan

digunakan oleh peneliti, namun akan dilakukan

lebih fokus pada pengintegrasian dua teori da-

lam sebuah model. Selain itu, teknik

analisanya relatif berbeda.

Davis et al (2002), telah meneliti

mengenai keputusan siswa keturunan Afrika di

Amerika untuk menyelesaikan SMU sebgai

penerapan Teori Perilaku Terencana. Survei

dilakukan kepada 166 siswa SMU keturunan

Afrika di Amerika. Hasilnya menunjukkan

bahwa, niat (intensi) untuk menyelesaikan

sekolah SMU dapat secara akurat diperkirakan

dari sikap, norma subjektif dan kendali per-

ilaku (R = 0.71: p < 0.01) yang dikemukan

oleh Teori Perilaku Terencana.

Saltzera (1981), meneliti tentang moderasi

kognitif diri suatu hubungan antara intensi

perilaku dan perilaku itu sendiri. Saltzera,

mengungkapkan bahwa studi intensi perilaku

berkaitan dengan perilaku faktual. Peneliti

mencari penjelasan apakah kontrol perilaku

dan nilai yang dihasilkan dari perilaku akan

mempengaruhi hubungan antara intensi

perilaku dan perilaku faktual. Survey dalam

studi ini dilakukan terhadap 115 orang yang

berumur diantara 15 hingga 68 tahun, berkait

dengan program penurunan berat badan.

Hasil dalam penelitian tersebut

mengungkapkan bahwa, kuatnya hubungan

antara intensi perilaku dan perilaku faktual

dipengaruhi oleh kontrol perilaku turunnya

berat badan dan nilai relevan yang didapat dari

turunnya berat badan tersebut. Hal ini

mengindikasikan bahwa, individu-individu

akan yakin jika perilaku yang dilakukan dapat

menghasilkan nilai-nilai lebih. Jadi nilai-nilai

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 13: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

35

internal lebih menentukan dibandingkan

dengan nilai-nilai eksternal dalam

menampilkan perilaku tersebut.

Penelitian Saltzera identik dalam

pemanfaatan intensi, namun berbeda dengan

rencana penelitian ke depan di mana teori yang

diintegrasikan adalah teori kewirausahaan alih-

alih moderasi kognitif diri. Hal yang menarik

dari hasil penelitiannya adalah adanya

hubungan yang kuat antara intensi perilaku

dengan perilaku faktual yang ditampilkan

individu. Hal ini sejalan dengan Teori Perilaku

Terencana yang meyakini bahwa intensi

merupakan prediksi yang kuat untuk

perilakunya.

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

1. Van Gelderen et al (2008)

Menjelaskan Intensi Wirausaha melalui Teori Perilaku Ter-encana

Korelasi, Regresi, dan kualitatif

1.225 mahasiswa 4 PT di Belanda

373 mahasiswa 2 PT di Belanda (kualitatif)

Intensi wirausaha nyata sangat dipengaruhi oleh kesiapan berwirausaha dan kebutuhan akan keamanan finansial.

Teori Perilaku Terencana bermanfaat da-lam menjelaskan niat wirausaha.

2. Zampetakis (2008)

Peran kreativitas dan proaktif dalam kewirausahaan ma-hasiswa di Yunani

SEM Kreativitas dan proaktif memiliki pengaruh sangat nyata terhadap intensi kewirausahaan, baik secara terpisah mau-pun bersama-sama

3. Linan & Santos (2007)

Modal Sosial dan Intensi (niat) wirausaha

Survei

Partial Least Square

354 mahasiswa 2 PT di Seville

Modal sosial nyata secara tidak langsung mempengaruhi niat untuk memulai wirausaha. Modal sosial adalah seluruh rangkaian hubungan yang dimiliki individu

4. Bergevoet et al (2004)

Perilaku wirausaha peternak

Regresi

112 peternak di Belanda

Perilaku wirausaha dapat dipahami melalui sikap, tujuan, dan sasaran usahanya.

5. Davis et al (2002)

Keputusan siswa Keturunan Afrika di Amerika untuk me-nyelesaikan SMU: Penerapan Teori Per-ilaku Terencana

Survei

166 siswa SMU keturunan Afrika –Amerika

Niat (intensi) untuk menyelesaikan sekolah SMU dapat secara akurat diperkirakan dari sikap, norma subjektif dan kendali perilaku (R = 0.71: p < 0.01)

6. Saltzera (1981)

Hubungan antara intensi perilaku dan perilaku faktual

Survey Nilai-nilai internal (keyakinan) lebih menentukan dibandingkan nilai-nilai ek-sternal dalam mewujudnya perilaku

Tabel 3. Penelitian-Penelitian Terdahulu Tentang Intensi

Page 14: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

Teori tentang intensi (niat) dipandang

peneliti merupakan salah satu teori komunikasi

berdimensi psikologis yang akan mampu untuk

digunakan menjelaskan dan mengelaborasi

tentang perilaku wirausaha.Teori yang pertama

kali mengemukakan dengan jelas tentang in-

tensi digagas oleh Icek Ajzen dan Martin

Fishbein dalam Theory of Reasoned Action

(Teori Tindakan Berasalan) pada tahun 1975.

Pada beberapa tahun kemudian, setelah me-

lalui serangkaian pengujian dan kritik, maka

Icek Ajzen (1985, 1988, 1991) menyempur-

nakan teorinya dengan mengemukakan Theory

of Planned Behavior (Teori Perilaku Ter-

encana).

Setelah diperluas menjadi Teori Perilaku

Terencana, intensi dipengaruhi oleh tiga di-

mensi, yaitu sikap berperilaku (attitude toward

the behavior), norma subjektif (subjective

norms), dan kendali perilaku dirasakan

(perceived behavioral control). Penelitian yang

akan dilakukan, salah satu teorinya merupakan

penerapan model dari Teori Perilaku Ter-

encana tersebut. Secara teoritis, perilaku indi-

vidu dapat diprediksi dari intensinya. Dengan

perkataan lain, intensi wirausaha merupakan

prediktor yang kuat untuk perilaku

kewirausahaan individu.

Intensi didefinisikan oleh Fishbein dan

Ajzen (1975), sebagai penempatan seseorang

dalam suatu dimensi kemungkinan subjektif

dalam kaitannya antara dirinya dengan bebera-

pa tindakan. Sebuah intensi perilaku merupa-

kan kemungkinan subjektif seseorang yang

akan ditunjukan dalam perilaku. Dari

pengertian tersebut, intensi (niat) dapat dimak-

sudkan sebagai dasar pemikiran individu da-

lam dirinya, yang akan ditampilkan pada per-

ilaku. Ajzen juga menyatakan bahwa, intensi

dapat digunakan untuk meramalkan seberapa

kuat keinginan individu untuk menampilkan,

dan seberapa banyak usaha yang dilakukan

individu untuk menampilkan perilaku.

Sikap memiliki arti kecenderungan se-

bagai respon yang disukai ataupun tidak

disukai terhadap objek, orang, institusi, atau

peristiwa. Sikap dapat terbentuk karena

berbagai hal, seperti pengalaman langsung

dengan objek sikap (pengalaman pribadi dan

asosiasi objek dengan objek lain dimana sikap

telah terbentuk), orang tua, kelompok, teman

sebaya dan pengaruh media.

Sikap seseorang dapat berkembang

sebagaimana orang tersebut dapat berkembang.

Perkembangan sikap seseorang berbeda antara

satu orang dengan orang yang lain. Hal ini

menyebabkan perbedaan sikap seseorang dari

sikap orang lain. Dengan mengetahui faktor

yang berkaitan dengan sikap, maka diharapkan

dapat memprediksi perilaku orang dalam

waktu tertentu atau ingin mengendalikan

tindakan seseorang. Selain itu, akan diketahui

cara-cara untuk mengembangkan sikap-sikap

baru, cara-cara menguatkan atau melemahkan

bahkan menghilangkan sikap pada seseorang

atau sekelompok orang.

Sikap terhadap perilaku (attitude toward

the behavior) merupakan evaluasi positif atau

negatif individu sebagai perwujudan ketertari-

kan terhadap perilaku tertentu. Sikap terhadap

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 15: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

37

perilaku (attitude toward the behavior) di-

pengaruhi oleh dua determinan, yaitu keya-

kinan berperilaku (behavioral beliefs) dan

evaluasi terhadap konsekuensi perilaku

(evaluation of that consequences).

Keyakinan berperilaku (behavioral be-

liefs) adalah kemungkinan subjektif dari hub-

ungan antara objek yang diyakininya dengan

nilai, konsep, atau atribut atas objek. Belief

terhadap objek terbentuk ketika seseorang

menghubungkan objek tersebut dengan atribusi

tertentu, dimana atribusi ini diperoleh melalui

informasi, pengalaman dan penyimpulan. Se-

buah penilaian subjektif seseorang terhadap

suatu objek, yang mana hal tersebut menampil-

kan informasi yang dimiliki seseorang melalui

pengalaman, pengetahuan dari orang lain,

maupun proses resumeisasi atas belief-belief

sebelumnya.

Individu memungkinkan untuk memiliki

belief yang banyak jumlahnya terhadap suatu

objek, namun yang sangat menentukan sikap-

nya hanyalah belief yang mendasar. Belief

mendasar yang dimiliki seseorang terhadap

suatu objek diperkirakan hanya berjumlah

sekitar 5-9 item saja. Dengan mengidentifikasi

belief yang mendasar ini, maka akan dapat

diramalkan sikap individu secara lebih akurat.

Evaluasi konsekuensi berperilaku

(evaluation of that consequences) adalah

kemungkinan subjektif yang mewujud sebagai

konsekuensi logis yang akan didapat dari per-

ilaku tertentu. Apabila dengan berperilaku ter-

tentu individu yakin bahwa, akan

menghasilkan konsekuensi positif baginya,

maka individu tersebut akan menganggap bah-

wa perilaku tersebut adalah sesuatu yang posi-

tif baginya (menyenangkan, menguntungkan

atau baik), demikian juga sebaliknya.

Secara matematis sikap terhadap perilaku

dapat dirumuskan sebagai berikut (Fishbein &

Ajzen, 1975):

n Ab = S bi . ei

i=1 Ab= Sikap berperilaku seseorang Bi = Belief seseorang bahwa tingkah laku ter-sebut akan membawa konsekuensi i. ei = Evaluasi terhadap konsekuensi i. n = Jumlah belief seseorang tentang tingkah

laku tersebut.

Norma subjektif (subjective norms) meru-

pakan persepsi sebagian besar orang yang di-

anggap penting bagi dirinya dan

mempengaruhinya (significant others’), yang

mengharapkan dirinya melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku tertentu. Norma

subjektif ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

normative beliefs (keyakinan normatif) dan

motivation to comply (motivasi kepatuhan).

Keyakinan normatif (normative beliefs)

adalah representasi persepsi dari orang-orang

yang penting bagi seseorang dan

mempengaruhinya (significant others’) tentang

perilaku terbaik yang harus dilakukan. Dengan

perkataan lain, keyakinan seseorang mengenai

apa yang harus dilakukannya sesuai dengan

harapan orang-orang yang penting baginya dan

mempengaruhinya tentang perilaku yang

dinilai terbaik.

Motivasi kepatuhan (motivation to com-

ply), berarti kemungkinan subjektif dari orang-

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 16: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

orang yang penting baginya dan

mempengaruhinya (sebagai referen), sehingga

seseorang harus menampilkan perilaku tertentu

dan memotivasinya untuk patuh terhadap ek-

spetasi referens. Motivasi kepatuhan ini, antara

lain dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian

tertentu, seperti kebutuhan untuk diterima atau

afiliasi harga diri individu.

Pengukuran terhadap norma subjektif dil-

akukan dengan menjumlahkan hasil perkalian

normative belief dengan motivation to comply

(Fishbein & Ajzen, 1975).

n SN = S bi. mi.

i=1

SN = Norma subjektif seseorang terhadap tingkah laku bi = Keyakinan normatif terhadap significant others’ mi = Motivasi kepatuhan seseorang terhadap harapan significant others’ n = Jumlah individu/ kelompok yang berarti baginya

Kendali perilaku (perceived behavioral

control) merupakan persepsi individu

mengenai mudah atau sulitnya memunculkan

suatu perilaku tertentu, serta diasumsikan se-

bagai refleksi dari pengalaman masa lalunya

dan hambatan-hambatan yang diantisipasi.

Kendali perilaku (perceived behavioral con-

trol) dipresentasikan melalui control beliefs

(kendali keyakinan), yang merupakan keya-

kinan mengenai kesempatan dan sumberdaya

yang dimiliki individu dalam melakukan suatu

tingkahlaku. Kendali keyakinan dapat ter-

bentuk dari pengalaman terhadap tingkahlaku

tersebut, jika tidak memiliki pengalaman terse-

but, maka kendali keyakinan seseorang di-

pengaruhi oleh informasi dari orang lain yang

pernah mengalaminya, serta faktor lain yang

dapat meningkatkan atau menurunkan persep-

sinya akan kemudahan untuk menampilkan

tingkahlaku tertentu. Semakin yakin seseorang

bahwa dia memiliki kesempatan dan sum-

berdaya yang besar, dan semakin sedikit ha-

langan yang individu persepsikan ada, maka

kendali perilakunya semakin kuat.

Kemampuan menciptakan pekerjaan dan

ketahanan terhadap krisis ekonomi, bahkan

krisis multidimensi telah ditunjukkan pula oleh

wirausaha UMKM di Indonesia. UMKM telah

mampu menyerap lebih dari 97% tenaga kerja

(2007), dan mampu mencegah kehancuran

ekonomi Indonesia di masa krisis

(Kusmuljono, 2009). Peranan dan ketangguhan

wirausaha UMKM inilah yang menjadikan

peneliti tertarik untuk menempatkannya se-

bagai subjek penelitian. Berdasarkan data ter-

sebut, subjek penelitian akan difokuskan pada

wirausaha kecil yang bergerak dibidang agri-

bisnis. Usaha kecil agribisnis dipilih karena

merupakan usaha yang paling berkaitan

dengan kebutuhan dasar masyarakat, sehingga

sangat menentukan kelangsungan hidup

perekonomian Nasional.

Wirausaha (entrepreneur) adalah orang

yang melaksanakan perilaku kewirausahaan.

Seorang wirausaha mampu mengubah tan-

tangan dan peluang menjadi manfaat bernilai

tambah sehingga memberikan keuntungan,

dengan kemandirian sebagai dasar aktivi-

tasnya. Oleh karena itu, wirausaha merupakan

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 17: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

39

orang yang mempunyai energi, kreatif, ino-

vatif, optimis, pekerja keras, berani mengambil

resiko dan kemauan menerima tanggungjawab

pribadi dalam mewujudkan suatu impian se-

hingga menjadi prestasi terbaik dengan orien-

tasi ke masa depan. Wirausaha adalah pencipta

kekayaan, pusat pertumbuhan pekerjaan dan

ekonomi, yang memberikan mekanisme pem-

bagian kekayaan.

Selain kemandirian, seorang wirausaha

dituntut memiliki kreativitas yang bermanfaat

untuk menciptakan inovasi. Kreativitas adalah

proses timbulnya ide yang baru, sedangkan

inovasi adalah pengimplementasian ide itu se-

hingga menimbulkan perubahan. Kreativitas

dibentuk oleh motivasi, rasa keingintahuan dan

kemauan untuk mengatasi ketidakpastian.

Kreativitas berarti kemampuan untuk

mengembangkan ide-ide baru dan menemukan

cara-cara baru dalam memecahkan berbagai

masalah dan menghadapi peluang.

Inovasi berarti kemampuan untuk men-

erapkan kreativitas dalam rangka memecahkan

masalah dan mengelola peluang untuk mening-

katkan atau memperkaya kehidupan. Inovasi

berarti sesuatu atau melakukan sesuatu yang

baru atau dianggap baru pada lingkunganya.

Inovasi dapat dilakukan terhadap produk, sis-

tem, proses, dan metode yang secara ringkas

berorientasi pada nilai tambah. Inovasi meru-

pakan sumber kekuatan dan kemampuan baru

untuk wirausaha dalam menciptakan kese-

jahteraan masyarakat, yang sekaligus berdam-

pak pada kehidupan dirinya. Inovasi adalah

menciptakan “sumberdaya” ekonomi. Inovasi

memberikan perubahan dengan konsekuensi

ketidakpastian.

Inovasi yang sukses adalah hasil pencari-

an dengan penuh kesadaran dan bertujuan

mengantisipasi munculnya peluang. Inovasi

harus dikembangkan dengan pengelolaan

berbagai proses interaksi dan didukung budaya

untuk selalu bertanya.

Dalam praktek sehari-hari, tampaknya

wirausaha dalam arti luas tidak selalu

memerlukan sesuatu yang baru. Banyak bisnis

yang berhasil karena meniru bisnis orang lain

(Me-too business), dan ternyata juga bisa

menghasilkan uang yang memadai. Inovasi

dibutuhkan wirausaha, saat tak lagi ada

perkembangan yang berarti karena orang lain

akan mempelajari kekuatan usaha kita dan

menirunya (imitation). Oleh karenanya, setiap

saat dibutuhkan adanya inovasi dari sebagian

wirausaha untuk menumbuhkan pasar-pasar

baru.

Kewirausahaan (entrepreneurship) meru-

pakan kemampuan individu untuk mencip-

takan ide, produk atau jasa bernilai tambah

melalui kreativitas dan inovasi dengan

pendayagunaan seluruh potensi dirinya dan

didukung lingkungan yang terukur secara cer-

mat dalam risiko ketidakpastian untuk

mendapatkan kemandirian dan kesejahteraan.

Dengan perkataan lain, kewirausahaan mem-

butuhkan kedinamisan individu untuk selalu

memunculkan perilaku terbaik, sehingga mem-

berikan banyak manfaat bagi diri dan ling-

kungannya.

Standar yang diterapkan dalam

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 18: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

kewirausahaan adalah mencapai prestasi ter-

baik. Ide, jasa dan produk yang dihasilkannya

akan selalu memberikan nilai tambah dan ber-

manfaat untuk sendi-sendi kehidupan masyara-

kat. Dengan demikian, kewirausahaan merupa-

kan suatu kualitas terbaik dari perilaku mandiri

seseorang, tidak cukup sekedar keahlian dan

tidak sekedar berbuat. Inti kewirausahaan ada-

lah kemandirian seseorang untuk bertanggung

jawab atas nasibnya. Kemandirian yang

dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan

individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya

maupun hasil dari proses komunikasi dengan

lingkungannya. Kemandirian dalam

kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau

“kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian

membutuhkan kepercayaan diri yang terukur.

Dengan demikian, kewirausahaan lebih

banyak berkaitan dengan potensi diri

wirausaha. Hal ini mengindikasikan pula pent-

ingnya pengkajian lebih mendalam terhadap

faktor-faktor yang berpengaruh pada muncul-

nya perilaku wirausaha. Beranjak dari kerang-

ka ini, maka sesungguhnya peranan komu-

nikasi, khususnya komunikasi intrapersonal

memainkan peranan yang sangat penting untuk

melihat bagaimana sesungguhnya dialektika di

dalam diri individu yang memilih jalan hidup

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

Page 19: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

41

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Daftar Pustaka

Ajzen, I. 1985. "From intentions to actions: a theory of planned behaviour", in Kuhl, J. et al. (Ed.), Action-Control: From Cognition to Behaviour, Springer, Heidelberg, pp. 11-39.

Ajzen, I. 1988. Attitude, Personality, and Behavior. Milton Keynes, England: Open University Press.

Ajzen, I. 1991. "The theory of planned behaviour", Organizational Behaviour and Human Deci-sion Processes, Vol. 50, pp. 179-211.

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Antoncic, B. 2009. The Entrepreneur's General Personality Traits and Technological Develop-

ments, World Academy of Science, Engineering and Technology 53. 2009. Asrori, M. (tanpa tahun). Hubungan Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control

dengan Intensi Menghindari Pajak (Studi pada Wajib Pajak, Pajak Penghasilan Perorangan di Kodia Semarang). Perpustakaan Pusat UI. Melalui h�p://lontar.cs.ui.ac.id/gateway/file?

file=digital/74400-t 143.pdf Baker, W.E. & J.M. Sinkula. 2009. The Complementary Effect of Market Orientation and Entre-

preneurial Orientation on Profitability in Small Businesses. Journal of Small Business Man-agement. Milwaukee: Oct 2009. Vol. 47. Iss. 4: pg. 443, 22 pgs.

Baldwin, J.R., S.D. Perry & M.A. Moffitt. 2004. Communication Theories: for Everyday Life. United State of America: Pearson Education, Inc.

Bann, C.L. 2009. An Innovative View of the Entrepreneur Through Exploration of the "Lived Ex-perience" of the Entrepreneur in Startup of the Business. The Journal of Business and Eco-nomic Studies. Oakdale: Vol. 15, Iss. 2; pg. 62, 22 pgs.

Baron, R.A. & S.A. Shane. 2008. Entrepreneurship: a process perspective. China: Thomson South-Western.

Basri, F. & H. Munandar. 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan terhadap Ma-salah-Masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.

Bergevoet, R.M.H., C.J.M. Ondersteijn, H.W. Saatkamp, C.M.J. van Woerkum & R.B.M. Huirne. 2004. Entrepreneurial behaviour of dutch dairy farmers under a milk quota system: goals, objec-tives and attitudes. http://www. sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/agsy, Agricultural Systems 80 (2004) 1–21

Biro Pusat Statistik Jawa Barat. 2009. Jawa Barat Dalam Angka 2009. Bandung. Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2009. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2009. Bogor. Boeree, C.G. 2009. Personality Theories. Terjemahan. Inyiak Ridwan Muzir. Jogyakarta:

Prismashopie. Cochran, W.G. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan. Rudiansyah dan Erwin R. Osman.

Jakarta: UI-Press. Costa, P.T., & McCrae, R.R. 1992. NEO PI-R. Professional manual. Odessa, FL: Psychological As-

sessment Resources, Inc. Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor: IPB Press. Davis, Larry E., Icek Ajzen, Jeanne Saunders and Trina Williams. 2002. The Decision of African

American Students to Complete High School: An Application of the Theory of Planned Be-havior. School of Social Work, University of Pittsburgh, University of Massachusetts, George Warren Brown, and Washington University.

Fishbein, M. & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Reseach. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.

Gartner. 1990. What Are We Talking About When We Talk About Entrepreneurship? Journal of Business Venturing. 5 (1), pg.15-28

Gibb A. & J. Li . 2003. Organizing for Enterprise in China: what can we learn from the Chinese

Page 20: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF

Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif Pentingnya Komunikasi Artifaktual

dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia Era Perspektif Baru Kewirausahaan :

Studi Komunikasi Intrapersonal

micro, small, and medium enterprise development experience. http://www.sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/futures future 35 (2003) 403-421.

Griffin, E.M. 2006. A First Look At Communication Theory. New York: McGraw-Hill. Hisrich, R.D., M.P. Peters & D.A. Shepherd. 2008. Kewirausahaan. Terjemahan. Criswan

Sungkono dan Diana Angelica. Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat. Kolopaking, L.M. 2009. Mengatasi Pengangguran melalui Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM). Makalah Lokakarya Nasional Upaya Pemberdayaan Usha Mikro Sektor Pangan dan Ketenagakerjaan. IICC-Bogor.

Krech, D., R.S, Crutchfield and E.L. Ballachey. 1963. Individual in Society. International Student Edition. McGraw-Hill International Book Company. Tokyo.

Krisnamurthi, B. 2005. Menumbuhkan Ide dan Pemikiran: Pembangunan Sistem dan Usaha Agri-bisnis. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB.

Kuratko, D.F. & R.M. Hodgetts. 2007. Entrepreneurship. Canada: Thomson South-Western. Kusmuljono, B.S. 2009. Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha. Bogor: IPB Press. Linan, F. & F.J. Santos. 2007. Does Social Capital Affect Entrepreneurial Intentions? International

Atlantic Society. http://www.proquest.com [9/9/2007] Lupiyoadi, R. 2007. Entrepreneurship: from mindset to strategy. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga

Penerbit, Fakultas Ekonomi UI. Mangkuprawira, S.Tb. 2009. Bisnis, Manajemen dan Sumberdaya Manusia. Bogor: IPB Press. Mastuti, E. 2008. Memahami Perilaku Prokrastinasi Akademik Berdasar Tingkat Self Regulation

Learning dan Trait Kepribadian. Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga. Meredith, G.G., R.E. Nelson & P.A. Neck. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Terjemahan.

Andre Asparasayogi. Jakarta: LPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Muatip, K. 2008. Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah: Kasus Peternak Sapi Perah

Rakyat di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Mulyana, D. 2005. Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nitisusastro, M. 2009. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung: Alfabeta. Nybakk & Hansen. 2008. Entrepreneurial attitude, innovation and performance among Norwegian nature-based tourism enterprises. http://www. sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/forpol, Forest Policy and Economics 10 (2008) 473–479

Pambudy, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 1999. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis: Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

Phalestie, A.A. 2007. Hubungan Antara Trait Kepribadian dan Kemampuan Komunikasi Interper-sonal dengan Prestasi Kerja pada Agen Asuransi. Skripsi. Jakarta: Universitas Atmajaya.

Primiana, I. 2009. Menggerakkan Sektor Riil: UKM & Industri. Bandung: Alfabeta. Rakhmat, J. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: CV Remadja Karya. Rokhman, A. 2008. Peranan Kebijakan Publik, Orientasi Kewirausahaan dan Kompetensi Sum-

berdaya Manusia dalam Pengembangan Produk Perikanan Prima. Bogor: Program Pascasarja-na IPB.

Russell, R & B. Faulkner. 2004. Entrepreneurship, Chaos And The Tourism Area Lifecycle. http://www.sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/atoures. Annals of Tourism Research, Vol. 31, No. 3, pp. 556–579, 2004.

Saragih, B. 2001. Membangun Sistem Agribisnis. Bogor: USESE Foundation dan Sucofindo. Saragih, B. 2001. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor:

Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT Surveyor Indonesia. Saltzera, E.B. 1981. Cognitive moderators of the relationship between behavioral intentions and

behavior. Journal of Personality and Social Psychology Volume 41, Issue 2, August 1981,

Page 21: Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan

43

Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010

PENTINGNYA KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL DALAM KEBERHASILAN MODIFIKASI KOMUNIKASI ANTARMANUSIA

Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia

Era Perspektif Baru Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Pages 260-271, Seniati, A.N.L. 2002. Pengaruh Masa Kerja, Trait Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Iklim

Psikologis Terhadap Komitmen Dosen pada Universitas Indoensia. Desertasi. Depok: Pro-gram Pascasarjana UI.

Solahuddin, S. 2009. Pertanian: Harapan Masa Depan Bangsa. Bogor. IPB Press. Soesarsono. 1996. Pengantar Kewiraswastaan. Bogor: Jurusan Teknologi Industri, Fateta, IPB. Subianto, P., H. Djojohadikusumo, R. Pambudy, E.S. Thohari, Frans BMD, R. Purnama dan W.

Purnama. 2009. Membangun Kembali Indonesia Raya: Haluan Baru Menuju Kemakmuran. Jakarta: Institut Garuda Nusantara.

Suharyadi, A. Nugroho, Purwanto S.K. dan M. Faturohman. 2007. Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.

Suherman, E. 2008. Business Entrepreneur. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, S. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi. Suryana. 2008. Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat. Tambunan, T.T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia. Tampubolon, S.M.H. 2002. Sistem dan Usaha Agribisnis. Bogor: Pusat Studi Pembangunan IPB

dan USESE Foundation. Van Gelderen, M., M. Brand, M. van Praag, & W. Bodewes. 2008. Explaining entrepreneurial

intentions by means of the theory of planned behavior. Career Development International. Bradford: 2008. Vol. 13, Iss. 6; pg. 538.

West, R. & L.H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application. New York: McGraw-Hill.

Zampetakis. 2008. The role of creativity and proactivity on perceived entrepreneurial desirability. http://www.sciencedirect.com www.elsevier .com/locate/tsc Thinking Skills and Creativity 3 (2008) 154–162

Zimmerer, T.W. & N. M. Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Ter-jemahan. Deni Arnos Kwary. Jakarta: PT Indeks.