Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

37
Diskursus Syarat-Syarat Mufassir Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab Ulumul Qur’an ) Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Siti Hazrotun Halaliyatul Muharromah NIM.14210629 Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta 2018 M / 1439 H

Transcript of Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

Page 1: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

Diskursus Syarat-Syarat Mufassir

Era Klasik hingga Modern

(Studi Perbadingan Kitab-Kitab Ulumul Qur’an )

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag)

Oleh :

Siti Hazrotun Halaliyatul Muharromah

NIM.14210629

Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

2018 M / 1439 H

Page 2: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

Diskursus Syarat-Syarat Mufassir

Era Klasik hingga Modern

(Studi Perbadingan Kitab-Kitab Ulumul Qur’an )

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag)

Oleh :

Siti Hazrotun Halaliyatul Muharromah

NIM.14210629

Pembimbing,

Dr.Muhammad Ulinnuha, Lc.MA

Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

2018 M / 1439 H

Page 3: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “ DISKURSUS SYARAT-SYARAT MUFASSIR

ERA KLASIK HINGGA MODERN STUDI PERBANDINGAN

KITAB-KITAB ULUMUL QUR’AN” yang disusun oleh Siti Hazrotun

Halaliyatul Muharromah dengan Nomor Induk Mahasiswa 14210629 telah

diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang Munaqasyah.

Jakarta, 12 Juli 2018 M

Pembimbing,

Dr.Muhammad Ulinnuha, Lc.MA.

Page 4: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “ DISKURSUS SYARAT-SYARAT MUFASSIR

ERA KLASIK HINGGA MODERN STUDI PERBANDINGAN

KITAB-KITAB ULUMUL QUR’AN” oleh Siti Hazrotun Halaliyatul

Muharromah dengan Nomor Induk Mahasiswa 14210629 telah diujikan pada

sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-

Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 02 Agustus 2018.

Jakarta,16 Agustus 2018

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

Dra.Hj. Maria Ulfa, MA

Sidang Munaqasyah,

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dra.Hj.Maria Ulfa, MA Dra.Ruqayah Tamimi

Penguji I, Penguji II,

Prof.Dr. Ahsin Sakho Muhammad,MA Istiqomah,MA

Pembimbing,

Dr.Muhammad Ulinnuha, Lc.MA

Page 5: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Siti Hazrotun Halaliyatul Muharromah

NIM : 14210629

Tempat/ Tanggal Lahir : Jember, 22 Mei 1995

Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “ DISKURSUS SYARAT-

SYARAT MUFASSIR ERA KLASIK HINGGA MODERN STUDI

PERBANDINGAN KITAB-KITAB ULUMUL QUR’AN” adalah benar-

benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah saya sebutkan.

Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya.

Jakarta, 12 Juli 2018 M

Yang Membuat Pernyataan

(Siti Hazrotun Halaliyatul Muharromah)

Page 6: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

iv

PERSEMBAHAN

Teruntuk Abahku tercinta Nur Hasanuddin Ali Mustofa Sosok lelaki

teladan bagi keluarga, menjadi cahaya ketika mata ini terasa gelap tak

lagi menemukan jalan, beliau selalu rela menghantarkanku pada

kepastian dalam harapan.

Umiku tersayang Juma‟ati, Perempuan hebat, menjadi penyejuk ketika

hati ini mulai gersang dengan panasnya kehidupan. Engkau telah berhasil

menjadi sosok ibu, aku bangga menjadi anakmu.

Kepada keduanya aku haturkan do‟a, semoga disetiap langkah kakinya,

setetes keringat usahanya selalu mendapatkan keberkahan.

Kepada Murobbi, Almh. Gus Lukman Al Karim ra. Memang jasadmu tak

lagi bersama kami, tapi aku yakin engkau tidak akan pernah

meninggalkan kami. Semoga engkau masih mau mengenaliku sebagai

muridmu hingga kelak di hari kiamat. Bisa bertemu dan berkumpul

dengan mu wahai guru dunia akhiratku.

Untuk suamiku Mukhammad Sofiyanto, Engkaulah harapan dan tumpuan

hidupku, semoga engkau mampu membawaku ke surga Tuhanku yang

Maha Agung.

Do‟akan aku, semoga aku bisa menjadi apa yang kalian harapkan.

Karena kebahagiaan kalian adalah puncak keberhasilanku.

Page 7: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

v

MOTTO

“HARTA dan KECERDASAN bukanlah sebuah tujuan

HIDUP karena RIDHA ALLAH swt. lah yang paling utama.

Lebih Baik MATI dari pada HIDUP ber-HARTA dan ber-

ILMU tapi tak bisa MEMBERI MANFAAT”

Page 8: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Diskursus Syarat-syarat Mufassîr

Era Klasik Hingga Modern”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda

Rasulullah Saw, keluarganya, para sahabat, serta para pengikutnya hingga

akhir zaman. Semoga kita semua kelak akan mendapatkan syafa‟atnya.

Skripsi ini merupakan salah satu hasil karya tulis Ilmiah yang pernah

penulis tulis. Walaupun dalam penyelesaiannya mengalami berbagai

kesulitan karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki sehingga tidak

pernah lepas dari adanya bantuan, bimbingan, motivasi serta saran-saran dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah swt. yang selalu memberikan petunjuk dan pertolongan.

2. Ibu Prof.Dr.Khuzaimah T Yanggo,MA. Selaku Rektor Institut Ilmu

Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Ibu Dra.Maria Ulfa,MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

4. Dr.Muhammad Ulinnuha, Lc.MA Selaku Ketua Prodi Ilmu Al-

Qur‟an Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an

(IIQ) Jakarta. dan Tafsir sekaligus Dosen pembimbing skripsi yang

telah sabar dan berkenan memberikan saran dan ilmunya kepada

penulis.

Page 9: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

vii

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu

Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis selama masa perkuliyahan.

6. Seluruh Staf Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang telah membantu

penulis dalam pembuatan skripsi.

7. Bapak Dr.KH.Ahmad Fathoni,Lc.MA. dan segenap instruktur

Tahfidz yang telah membimbing penulis dalam menghafal Al-Qur‟an

8. Terima kasih kepada Abahku Nur Hasanuddin Ali Mustofa dan umi

Juma‟ati yang selalu memberikan do‟a, kasih sayang, serta motivasi

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Guru tercinta Almh. Gus Lukman Al-Karim. Tanpamu penulis tak

ada apa-apanya. Bagai telur yang tak bisa menetas kehilangan

induknya. Engkau banyak mengajarkan kami arti kehidupan yang

sesungguhnya. Dari perkataanmu yang selalu penulis ingat “Sabar itu

adalah puncak solusi dari segala permasalahan. Syukur adalah modal

hidup bahagiamu”. Semoga kelak di akhirat bisa berkumpul

denganmu wahai murabbi dunia akhirat. Kami sangat merindukanmu.

10. Terima kasih tak terhingga, kepada Umi Iis dan ibu Irni beserta

keluarga. Atas segala dukungan, baik moril dan materil kepada

penulis. Tak ada kalimat terindah kecuali do‟a yang tak akan pernah

putus penulis panjatkan. Hanya Allah yang mampu membalas segala

kebaikan umi dan ibu. Semoga kemanfaatan yang beliau ajarkan

dapat penulis teruskan.

11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada suami tercinta

Mukhammad Sofiyanto yang telah memberikan insprirasi bahkan

berperan aktif membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama hal

penterjemahan kitab-kitab klasik.

Page 10: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

viii

12. Untuk semua adik-adikku Siti Wardatun „Ainiyatul Jannah dan Siti

Wardiniyatuz Zahidatut Thoyyibah yang telah menjadi

penyemangatku. Senyum kalian yang membuat kakak semakin kuat.

Semoga kalian kelak menjadi wanita-wanita panutan umat.

13. Sahabat-sahabat seperjuaganku di Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta,

Isyroqotun Nashoikha, Ni‟amah Lailul Husna, Fazat Azizah dan

Mabrurotul Hasanah. Terimakasih karena selalu menjadi tempat

berteduh dikala jiwa dan raga ini mulai merasa letih menghadapi

penatnya kehidupan. Solusi, candaan dan semua hal yang kalian

lakukan banyak memberikan pelajaran yang tak akan pernah aku

lupakan.

14. Untuk adik-adikku Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang, Ni‟matus

Sholihah, Nur Farida, Lutfiyah Sulistina, Hymmah Amaliyah Zahroh

dan Rifka Ismanul Hasanah. Terima kasih telah men-support penulis.

Semoga kalian bisa menjadi wanita yang amanah dengan apa yag

telah guru kita ajarkan.

15. Seluruh teman-teman angkatan 2014, khususnya teman-teman

jurusan Ilmu Al Qur‟an dan Tafsir atas kebersamaannya.

Tak lupa penulis ucapkan permohonan maaf, jika dalam

penyusunan skripsi ini terdapat suatu hal yang kurang berkenan. Tidak

ada makhluk yang sempurna. Dan Tentu skripsi ini jauh dari kata

sempurna kritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan. Akhir

kata semoga karya ini bermafaat bagi penulis dan para pembaca

Jakarta, 12 Juli 2018 M

Siti Hazrotun Halaliyatul Muharromah

Page 11: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................ii

PERNYATAAN PENULIS...........................................................................iii

PERSEMBAHAN..........................................................................................iv

MOTTO..........................................................................................................v

KATA PENGANTAR...................................................................................vi

DAFTAR ISI..................................................................................................ix

PEDOMAN TRANSLITRASI......................................................................xi

ABSTRAK....................................................................................................xiv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang.....................................................................................1

B. Identifikasi Masalah............................................................................7

C. Batasan dan Rumusan Masalah...........................................................8

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan............................................................9

E. Tinjauan Pustaka.................................................................................9

F. Metode Penelitian..............................................................................11

G. Sistematika Penulisan........................................................................14

BAB II: TINJAUAN UMUM SYARAT-SYARAT MUFASSIR

A. Pengertian Tafsir dan Mufassir..........................................................16

B. Sejarah Munculnya Syarat-syarat Mufassir.......................................19

C. Urgensi syarat-syarat Mufassir..........................................................23

D. Klasifikasi Syarat-Syarat Mufassir

1. Syarat Syar‟iyyah dan Akhlaqiyah. .............................................28

2. Syarat „Aqliyyah ..........................................................................31

3. Syarat Ilmiyyah.............................................................................33

4. Syarat li Anwa‟i at Tafsir..............................................................36

BAB III: LITERATUR ULUMUL QUR’AN DALAM SYARAT-

SYARAT MUFASSIR

Page 12: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

x

A. Kondisi Keilmuan Masyarakat

1. Periode Klasik (abad I-II H/VII-VIII M)

a. Nabi dan para sahabat (abad I H/VII M) ...............................46

b. Tabi‟in dan Tabi‟inat Tabi‟in (abad II H/VIII M) .................94

2. Periode Tengah (abad III-XII H/IX-XIX M)

a. Ulama Mutaqaddimin (abad III-VIII H/IX-XIII M) .............50

b. Ulama Muta‟akhhirin (abad IX-XII H/XIII-XVIII M) .........59

3. Periode Modern (abad XIII H/XVIII- Sekarang).......................56

B. Tokoh-tokoh Ulumul Qur‟an

1. Periode Klasik.............................................................................94

2. Periode Tengah...........................................................................60

3. Periode Modern abad 13-14 H....................................................62

BAB IV: PERIODESASI SYARAT-SYARAT MUFASSIR

A. Periode Klasik (Dari abad I-II H/VII-VIII M)

1. Kriteria Mufassir Periode Nabi dan Sahabat (abad I H/VII M)...66

2. Kriteria Mufassir Periode Tabi‟in dan tabi‟ Tabi‟in (abad II

H/VIII M).....................................................................................72

B. Periode Pertengahan (Dari Abad III-XII H/ 9-15 M)

1. Kriteria Mufassir Periode Ulama Mutaqaddimin Mutaqaddimin

abad 3-7H/9-13M..........................................................................74

2. Kriteria Mufassir Periode Ulama Muta‟akhhirin abad 8-11H/14-

17M...............................................................................................79

C. Kriteria Mufassir Periode Modern-Kontemporer (abad 12-14H/18-

21M)...................................................................................................84

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................91

B. Saran .................................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................95

Page 13: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang diberlakukan dalam

petunjuk praktis penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

A. Konsonan

No Huruf

Arab Huruf Latin No

Huruf

Arab Huruf Latin

Sh ص A 14 ا 1

Dh ض B 15 ب 2

Th ط T 16 ت 3

Zh ظ Ts 17 ث 4

„ ع J 18 ج 5

Gh غ H 19 ح 6

F ف Kh 20 خ 7

Q ق D 21 د 8

K ك Dz 22 ذ 9

L ل R 23 ر 10

M م Z 24 ز 11

N ن S 25 س 12

W و Sy 26 ش 13

Page 14: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

xii

No Huruf Arab Huruf Latin

H ه 27

„ ء 28

Y ي 29

B. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a آ : ȃ ي... : ai

Kasrah : i ي : ȋ و... : au

Dhammah : u و: ȗ

C. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال)qamariyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (ال)qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: -al :البقرة

Baqarah.

b. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال)syamsiyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (ال)syamsiyahditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya. Contoh: الرجل: ar-rajul

c. Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah (Tasydȋd)dalam sistem aksara Arab digunakan lambang

( ), sedangkan untuk alih aksaran ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda

Page 15: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

xiii

tasydȋd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang

berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah

kata sandang yang diikuti oelh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

اللها Ȃmanna billȃhi :أمنابا

d. Ta’ Marbȗthah (ة)

Ta’ Marbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh

kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi

huruf “h”. Contoh: ف ئادةا al-Af'idah :ال

Sedangkan ta’ Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan

(di-washal) dengan kata benda (isim) maka dialih aksarakan

menjadi huruf “t”. Contoh: بة لةنصا Ȃmilatun Nȃshibah„ :عاما

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti

penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD

berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic),

atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun nama diri

yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis

kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:

„Alȋ Hasan al-„Ȃridh. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an dan

nama-nama surah menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-

Qur`an, Al-Baqarah, dan seterusnya.

Page 16: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

xiv

Abstrak

Menjadi seorang mufassir tentu tidaklah mudah, diperlukan beberapa

keahlian khusus yang harus dimiliki dan dipahami oleh seorang mufassir.

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi salah penafsiran akibat tidak adanya ilmu

yang mumpuni yang dikuasai mufassir. Sejarah penetapan syarat-syarat

mufassir tidak lepas dari sejarah kodifikasi ‘Ulûm Al-Qurân. Seiring dengan

semakin luasnya daerah yang dipengaruhi oleh Islam. Tafsir Al-Qur‟an

mengalami perkembangan sedemikian rupa sesuai dengan tendensi dan

kecenderungan kelompok mufassir itu sendiri. Menurut Quraish shihab

bahwa syarat-syarat yang ditetapkan oleh sebagian ulama adalah syarat

mufassir yang ingin menafsirkan Al-Qur‟an secara kamil dengan ijtihad

mereka. Akan tetapi hal tersebut berlaku pada masanya, sebab pada periode

modern ini, sangat sulit menemukan seseorang yang ahli dalam berbagai

ilmu.

Minimnya pembahasan tentang masalah syarat mufassir memancing

ghiroh penulis untuk meneliti tema ini. Setiap tokoh ulama memiliki

ketentuan syarat yang berbeda. Bahkan pada abad-abad awal munculnya

kajian ‘Ulumul Qur’an, belum adanya sistematisasi syarat bagi mufassir.

Sebagian dari mereka menyebutkan syarat tersebut pada muqaddimah sebuah

tafsir, ada sebagian yang menyebutkan secara khusus dalam sebuah bab.

Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk menganalisis perbedaan-

perbedaan penetapan syarat-syarat bagi mufassir yang diajukan oleh

beberapa ulama dari zaman klasik hingga kontemporer melalui kajian kitab-

kitab ‘Ulumul Qur’an dengan menggunakan pendekatan histories-

sosisologis, Penelitian ini juga bersifat deskriptif-analitis. Penulis

mengklasifikasikan syarat-syarat tersebut kedalam empat bagian. Yaitu

pertama, syarat Syar‟iyyah atau Akhlaqiyah, kedua, syarat Aqliyah, ketiga

syarat Ilmiyah, keempat, syarat li Anwa‟i at Tafsir. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah penulis dalam mengidentifikasi syarat-syarat disetiap

periodenya.

Adapun kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan adalah bahwa

embrio dari syarat dan ketentuan bagi seorang mufassir sudah ada sejak masa

sahabat. Dan mulai berkembang pada abad pertengahan, pada masa ini

penetapan syarat-syarat bagi mufassir lebih lengkap dan sistematis

dibadingkan dengan masa sebelumnya. dan menjadi sebuah kajian khusus

Key words: Syarat Mufassir, Klasik, Pertengahan, Modern

Page 17: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Allah memerintahkan kepada manusia, untuk berfikir tentang ayat-

ayat-Nya dan mengecam terhadap mereka yang hanya sekedar mengikuti

pendapat atau tradisi lama tanpa suatu dasar. Dengan dasar pemikiran

tersebut, seseorang tidak dapat dihalangi untuk merenungkan, memahami

dan menafsirkan Al-Qur‟an karena hal ini merupakan perintah Al-Qur‟an

sendiri. Sebagaimana setiap pendapat yang diajukan seseorang walaupun

berbeda dengan pendapat lain, harus ditampung.

Inilah konsekuensi logis dari perintah tersebut, Selama pemahaman

dan penafsiran tersebut dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab.

Kebebasan yang bertanggung jawab inilah timbul pembatasan-pembatasan

dalam menafsirkan Al-Qur‟an, sebagaimana pembatasan-pembatasan yang

ditemukan dalam setiap disiplin ilmu. Sebab mengabaikan pembatasan

tersebut dapat menimbulkan polusi dalam pemikiran bahkan malapetaka

dalam kehidupan. Dapat dibayangkan jika seseorang bebas menafsirkan Al-

Qur‟an tanpa memiliki persyaratan yang menjamin dari ketersesatan dan

menyesatkan orang lain.

Bidang kedokteran misalnya, seseorang tidak diperkenankan

menangani pasien jika tidak menguasai ilmu kedokteran dengan baik.

Bahkan jika ia nekad membuka praktek dan ternyata pasien malah bertambah

sakit, ia akan dituduh melakukan malpraktek sehingga bisa dituntut ke

pengadilan. Demikian juga halnya dengan tafsir Al-Qur‟an, syarat yang ketat

diperlukan agar tidak terjadi kesalahan atau kerancuan dalam penafsiran.

Pada abad pertama Islam, para ulama sangat berhati-hati dalam

menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an. Seorang pernah bertanya kepada Abû Bakr

Page 18: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

2

tentang makna abbâ dalam ayat (QS.Abasa [80]: 31). Abû Bakr

menjawab, “Di bumi apa aku berpijak, dan di langit mana aku berteduh bila

aku mengatakan di dalam Al-Qur‟an dengan pendapatku”. Hal ini

menunjukkan peran ijtihad masih sangat dihindari, demi menjaga kemurnian

Al-Qur‟an.1

Ibn „Abbâs, yang dinilai sebagai salah seorang sahabat Nabi yang

paling tahu maksud firman-firman Allah, menyatakan bahwa tafsir terdiri

dari empat bagian. Pertama, yang dimengerti secara umum oleh orang-orang

Arab berdasarkan pengetahuan bahasa mereka. Kedua, yang tidak ada alasan

bagi seseorang untuk tidak mengetahuinya. Ketiga, yang tidak diketahui

kecuali oleh para ulama. Kelima, yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.2

Penjelasan yang diutarakan oleh Abû Bakr dan Ibn Abbâs hanya

sebagai bukti kehati-hatian beliau dalam menjelaskan suatu hal yang

berhubungan dengan Al-Qur‟an dan hal tersebut memberikan isyarat bahwa

pada masa sahabat sudah ada pembatasan terkait ruang lingkup bagi seorang

yang ahli ilmu, sebab tidak semua ayat Al-Qur‟an bisa ditafsirkan oleh

semua orang.

Pada abad-abad berikutnya, sebagian ulama berpendapat bahwa setiap

orang boleh menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an selama ia memiliki syarat-

syarat tertentu seperti menguasai ‘ilm nahwu, sharf, balâghah, isytiqâq3, ‘ilm

ushûl ad-dîn, ‘ilm qirâ’ât4, asbâb an nuzûl5, nâsikh wa mansûkh6, dan lain

1 Al furqon, “Kaidah Kualifikasi Intelektual Mufasir Dan Urgensinya” dalam Jurnal

Mutawâtir, Vol.1 No.2 Juli 2011, h.22 2

Badr al-Dîn Muhammad Abdullâh al-Zarkasyî, al-Burhân fî ‘Ulûm Al-Qur’ân

(Mesir: al-Halabî, 1957), h.164. 3 Isytiqaq adalah kata-kata yang mempunyai bentuk berbeda tetapi mempunyai

keterkaitan dalam tiga huruf asli, pada fa‟, „ain, dan lam fi‟ilnya 4

Suatu aliran di dalam melafalkan Al-Quran yang dipakai oleh salah seorang imam

qurra’ yang berbeda dengan lainnya dalam hal ucapan Al-Quran al karim, berdasarkan

sanad-sanadnya yang bersambung kepada Rasulullah saw. Lihat Rosihan Anwar, Ulumul

Quran, (Cet. I: Bandung : Pustaka Setia, 2000), h.147

Page 19: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

3

sebagainya.7 Perincian syarat-syarat yang disebutkan diatas muncul pada

abad-abad terakhir yaitu pada abad ke-4 hijriah bukan pada masa Rasulullah

ataupun sahabat, akan tetapi embrio syarat bagi seorang mufassir telah ada

sejak masa sahabat bahkan Rasulullah walaupun tidak secara jelas dan

terperinci. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan dalam berbagai aspek

di setiap periodenya, baik dalam hal keilmuan maupun pengaruh lingkungan

masyarakat. Sehingga syarat bagi mufassir mulai tersistematis hingga

sekarang.

Dengan adanya perbedaan pemahaman dalam memahami Al-Qur‟an

dan Ulȗmul Qur’an di era klasik hingga modern maka konteks sosio-

historis Al-Qur‟an sangat penting. Khususnya pada pembahasan tentang

diskursus perkembangan syarat-syarat mufassir. Sebab dengan melihat dan

mempertimbangkan keadaan, perlu adanya penyelarasan pendapat-pendapat

para ulama terdahulu mengenai penetapan syarat bagi mufassir dengan

kondisi keilmuan agar lebih relevan dengan kehidupan muslim pada masa

sekarang.

Adapun persyaratan bagi seorang mufassir dalam beberapa literatur

kitab ‘Ulumul Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Menurut Syekh Muhammad Hussein adz-Dzâhâbi mensyaratkan

seorang mufassir harus mengetahui ilmu bahasa dan rahasianya,

mengetahui adat istiadat dan kebiasaan orang Arab, mengetahui

keadaan orang Yahudi dan Nasrani pada saat Al-Qur‟an diturunkan,

5

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa turunnya ayat, baik sebelum maupun

sesudah turunnya, dimana kandungan ayat tersebut berkaitan/dapat dikaitkan dengan

peristiwa itu. Lihat Kaidah Tafsir karya Muhammad Quraish Shihab, h.235 6

Pembatalan hukum syar‟i akibat hadirnya hukum syar‟i yang baru yang bertolak

belakang dengan hukum syar‟i yang sebelumnya. Lihat Kaidah Tafsir karya Muhammad

Quraish Shihab, h.283 7

Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat,(Bandung: Penerbit Mizan, 1998), h.46

Page 20: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

4

Mengetahui asbâb an-nuzûl, Mempunyai pemahaman yang kuat dan

pengetahuan yang luas.8

2. Syekh Manna‟ al-Qâththan mensyaratkan seorang mufassir dan tata

cara menafsirkan adalah Akidah yang benar, bebas dari hawa nafsu,

memulai menafsirkan Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an, mencari tafsir dari

as Sunnah9, pendapat dari tabi‟in, mengetahui bahasa Arab dengan

semua cabangnya, mengetahui pokok-pokok ilmu yang berhubungan

dengan ilmu Al-Qur‟an, dan memiliki ketajaman berpikir.10

3. Khâlid as-Sabt: Syarat bagi seorang mufassir (yang hampir semuanya

mengenai bahasa Arab) yaitu harus mengetahui Fiqh lughah11, Hukum

kalimah, al-bayân,, al-ma‘ânî dan, al-badî‘, mûbham12 dan

mufasshal13, ‘Am dan khas, Ilmu Kalam, dan ‘Ilm Qira’at.14

4. Imam as-Suyûti: Dalam kitabnya al-Itqan menyebutkan beberapa jenis

ilmu yang diperlukan dalam menafsirkan Al-Qur‟an, yaitu: Ilmu

Lughat, Ilmu nahwû15, Ilmu sharaf16, Ilmu Isytiqâq, Ilmu Balâghah

(retorika, metafora). Ilmu Qira‟at, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Ushul Fiqh,

8 Muhammad Husain adz-Dzahabî, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Vol. 1 (Kairo: t.p,

1987), h.59 9 Sunnah ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw, baik

berupa perkataan, perbuatan, taqrir, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum menjadi

rasul maupun sesudahnya. 10

Manna‟ Khalil al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al- Qur’an, Terj. Mudzakir, (Jakarta:

PT. Pustaka Litera Antar Nusa: 1992), Cet.1, h.457-460 11

Ilmu yang berkaitan dengan pemahaman bahasa, dan pelajaran problematikanya,

dan tema-temanya. Dalam pengertian lain, fiqih lughah, yaitu ilmu yang dipelajari dan

memperoleh tema-tema tertentu dari sebagian kejadian yang telah terjadi. 12

Hadits yang nama rawinya atau orang yang memiliki hubungan dengan riwayat

tersebut tidak jelas, baik pada matan maupun pada sanad.

13 Menjelaskan secara terperinci.

14 Khalid As Sabt, Qawaid at Tafsir, (Cairo:Dar Ibnu Affan,tt), h.382

15 Ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenali kalimat-kalimat bahasa

arab dari sisi i'rab dan bina'-nya 16

Ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenal pola-pola kalimat dan

kondisi-kondisinya.

Page 21: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

5

Ilmu Asbabu an-Nuzul, Ilmu Nasikh dan Mansukh, Ilmu Hadits, Ilmu

Mubhamah, Ilmu sains dan teknologi.17

Melihat beberapa persyaratan secara umum yang dikemukakan oleh

beberapa ulama terkait syarat sebagai mufassir yang penulis kutip, memiliki

perbedaan titik tumpu. Ada yang mengutamakan sisi keilmuan baik ilmu

bahasa, sosial, politik dan lain sebagainya. Khususnya bahasa Arab dan yang

terkait. Ada pula yang mengutamakan sisi spiritualitas mufassir. Hal ini

menujukkan bahwa adanya faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut,

baik dari faktor perbedaan masa, geografis, budaya dan kondisi keilmuan

masyarakat ketika itu.

Dengan demikian perlu adanya telaah ulang sebagai proses untuk

mewujudkan idealitas penafsiran dengan melihat perkembangan syarat-

syarat yang ada disetiap masanya. Sebab semakin bertambah masanya,

semakin banyak bermunculan corak-corak penafsiran dan metode-metode

yang beragam. Seyogyanya syarat bagi seorang mufassir memiliki

kemungkinan akan bertambah bahkan akan menjadi lebih sederhana

dibandingkan dengan masa sebelumnya. Misalnya pada masa sahabat,

kecenderungan penafsiran mereka hanya berkutat pada periwayatan dan

asbâb an-nuzûl. Pada masa selanjutnya mulai bermunculan pemikiran baru,

bahkan pada periode kontemporer kebebasan berfikir lebih luas dibandingan

masa sebelumnya, sehingga syarat bagi mufassir-nya pun berbeda.

Muhammad Quraish Shihab -seorang ulama kontemporer- berpendapat

bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut syarat-syarat yang begitu

banyak dan rumit, diantaranya adalah:

1. Syarat-syarat tersebut ditujukan kepada orang yang ingin

mengemukakan pendapat baru berdasarkan analisisnya

17

Imam Jalaluddin As Suyuthi, Samudera Ulumul Qur’an, Terj. Farikh Marzuqi

Ammar dan Imam Fauzi Ja‟iz, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2007), Cet.1, h.248

Page 22: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

6

menyangkut ayat-ayat Al-Qur‟an, bukan bagi mereka yang hanya

menyampaikan pendapat mufassir yang selama ini telah

dikemukakan oleh pakar tafsir;

2. Syarat-syarat tersebut adalah bagi mereka yang ingin menafsirkan

ayat-ayat Al-Qur‟an secara keseluruhan. Jika mereka hanya ingin

menafsirkan ayat Al-Qur‟an yang membahas tentang satu ilmu

misalkan tentang astronomi maka tidaklah mutlak baginya

mengetahui ilmu ushûl fiqh atau naskh mansûkh, atau ‘ilm al fiqh.

Tetapi cukup hanya dengan salah satu yang mutlak baginya adalah

ilmu tentang astronomi ditambah dengan bahsa Arab. Sebab

mustahil mengerti Al-Qur‟an tanpa bahasa Arab;

3. Sebagian dari syarat-syarat yang dikemukakan oleh para ulama

klasik dipandang perlu adanya revisi atau diberi pemaknaan yang

berbeda, seperti syarat lurusnya akidah penafsir. Syarat ini

menjadikan penafsiran orientalis (non muslim) tidak dapat

diterima. Tetapi bila syarat itu diganti dengan kalimat objektivitas,

maka siapapun yang objektif, ia berpotensi memahami ayat-ayat

Al-Qur‟an dengan baik selama syarat minimal telah dimilikinya;

4. Diperlukan penambahan syarat yaitu pengetahuan tentang objek

uraian ayat. Seseorang tidak mungkin akan memahami dengan baik

syarat-syarat yang berbicara, misalnya tentang embriologi, atau

ekonomi, jika ia tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang

memadai menyangkut disiplin ilmu-ilmu tersebut.18

Dapat dilihat secara jelas, bagaimana perbedaan pola pikir ulama pada

masa klasik seperti Ibnu Abbâs, Ibnu Jârir at Thabâri, Imam As Suyûti

hingga Quraish Shihab. Hal ini dapat dibenarkan jika melihat sumber daya

manusia yang kurang meumpuni prasyarat bagi mufassir, berbanding terbalik

18

Quraish Shihab, Kaidah Tafsir,(Tangerang: Lentera Hati,2013) h.397-398

Page 23: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

7

dengan berbagai peristiwa dan permasalahan yang menuntut para ulama

untuk menyelesaikan permasalahan umat modern. Dengan menyeimbangkan

pola pikir dengan perkembangan zaman.

Diperkirakan pada suatu titik para ulama dan mufassir utamanya akan

hilang ditelan zaman karna tidak adanya atsar-atsar keilmuan yang hanya

menjadi kenangan. Sedangkan di sisi lain umat dalam kebingungan

menghadapi permasalahan-permasalahan baru yang mereka tidak

menemukannya di dalam rujukan tafsir sebelumnya. Hal tersebut dapat

menimbulkan kekacauan dimasa yang akan datang.

Minimnya pembahasan tentang masalah syarat mufassir memancing

semangat penulis untuk meneliti topik ini. Sebab banyak para ulama

menyebutkannya secara terpisah dan setiap tokoh ulama memiliki ketentuan

syarat yang berbeda. Tulisan ini mencoba untuk menganalisis perbedaan-

perbedaan dalam menetapkan syarat-syarat bagi mufassir yang diajukan oleh

beberapa ulama dari zaman klasik hingga kontemporer melalui kajian kitab-

kitab ‘Ulumul Qur’an dengan menggunakan pendekatan sosio-historis, dan

menemukan relevansi bagi perkembangan literatur tafsir. Penulis berusaha

mengaktualisasikannya dengan mengklasfikasikan syarat-syarat tersebut,

agar lebih mudah mengidentifikasi perbedaan antara syarat mutlak bagi

mufassir dan syarat penunjang bagi mufassir.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa aspek yang perlu dibahas terkait syarat-syarat

mufassir, melihat adanya perbedaan syarat yang diajukan oleh para ulama di

setiap masanya. Sebab permasalahan yang berbeda, kebutuhan masyarakat

yang bervarian, kapasitas keilmuan yang dimiliki bahkan konflik para tokoh

yang mendorong munculnya syarat-syarat bagi mufassir.

Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan, Apakah setiap orang

memiliki otoritas untuk menafsirkan Al-Qur‟an? Lantas, siapakah yang

Page 24: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

8

memiliki otoritas untuk menafsirkan Al-Qur‟an dan apa saja yang harus

dipenuhi olehnya? Apa yang menyebabkan adanya perbedaan syarat yang

dikemukakan oleh para ulama ? Apakah ada suatu hal yang mempengaruhi

para ulama terkait penetapan syarat sebagai mufassir ? Apakah sebagai

seorang mufassir harus mencangkup semua persyarat ? Bagaimana cara

untuk menambah khazanah referensi tafsir jika kebanyakan dari mereka

merasa tidak mumpuni untuk menafsirkan Al-Qur‟an dan hal ini berbanding

terbalik dengan perkembangan dan kebutuhan zaman? Apakah perlu adanya

penyelarasan bahkan pembaharuan dengan metode pengkolaborasian yang

disaring dengan sederhana terkait syarat-syarat mufassir modern, demi

meningkatkan motivasi masyarakat untuk lebih banyak mencurahkan

perhatiannya terhadap Al-Qur‟an?.

Mengingat bahwa semakin minimnya kajian tentang Al-Qur‟an dapat

menimbulkan kekacauan dimasa yang akan datang. Hal ini dipandang perlu

untuk mensinergikan syarat-syarat mufassir dengan kebutuhan zamannya

dan realitas permaslahan umat, agar keilmuan tidak berhenti hanya pada

zaman permasalahan klasik.

C. Batasan dan Rumusan masalah

Melihat identifikasi masalah di atas, penulis akan meneliti terkait

syarat-syarat mufassir yang terbatas pada permasalahan diskursus

perkembangan dan perbedaan syarat-syarat mufassir mulai dari era klasik

hingga modern. Untuk menemukan kolerasi antara syarat-syarat bagi

mufassir pada era klasik, pertengahan dan kontemporer. Sehingga dapat

mengetahui bagaimana relevansi disetiap masanya terhadap perkembangan

kajian tafsir, serta memancing ghiroh para ulama untuk lebih intens dalam

menjawab permasalahan umat dengan mempertimbangkan kebutuhan zaman

yang terus meningkat demi mempertahakan stabilitas keilmuan Islam.

Page 25: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

9

Penulis berharap keilmuan dibidang tafsir tidak berhenti hanya pada

level mengetahui ilmu-ilmu Al-Qur‟an tanpa adanya perkembangan dalam

pengaplikasian Al-Qur‟an dalam menjawab tantangan zaman utamanya

dalam bidang tafsir. Melalui pertanyaan-pertanyaan diatas, maka penulis

memfokuskan pada pembahasan: Bagaimana diskurus perkembangan syarat-

syarat mufassir dalam literatur kitab ‘Ulumul Qur’an periode klasik hingga

modern ?

D. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi menjadi dua

bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan

makalah ini adalah sebagai tugas akhir strata satu untuk menempuh gelar

sarjana. Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah untuk

mengetahui dinamika perkembangan syarat-syarat mufassir melalui kajian

literatur kitab ‘Ulumul Qur’an klasik hingga modern.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian Pustaka ini dilakukan agar tidak terjadi pengulangan terhadap

objek yang sama. Sepanjang penelitian yang telah dilakukan, belum

ditemukan penelitian yang secara spesifik membahas mengenai Diskursus

syarat-syarat mufassir klasik hingga modern. Juga belum ditemukan skripsi

atau tesis yang fokus membahas penelitian tersebut di Insitut Ilmu Al-Qur‟an

Jakarta. Berikut akan ditampilkan beberapa penelitian yang terkait yang kami

temukan ditempat lain:

1. Jurnal yang berjudul Kaidah Kualifikasi Intelektual Mufasir Dan

Urgensinya karya Al furqon (2011).19

Jurnal ini menjelaskan tentang

syarat-syarat mufassir menurut beberapa tokoh. Terdapat lima tokoh

yang sempat disinggung di dalam jurnal ini, seperti Jum‟ah Ali Abdu

19

Al Furqon, “Kaidah Kualifikasi Intelektual Mufasir Dan Urgensinya”, dalam

Mutawâtir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis,Vol.1, No.2 Desember 2011, h.217-227

Page 26: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

10

al Qadir, Quraish Shihab, Ibnu Taimiyah, Abu A‟ala al Mandudi dan

Muhammad Husain Adz-Dzahabi. Akan tetapi jurnal ini menyebutkan

syarat-syarat mufassir secara acak tanpa memperhatikan runtutan

masa. Sehingga tidak terlihat dengan jelas perbedaan perkembangan

antar tokoh disetiap masanya.

Disisi lain jurnal ini memiliki kontribusi yang cukup besar

terhadap materi yang akan penulis kaji, sebab terdapat beberapa

pendapat tokoh yang sudah dibahas, sehingga membantu mengurangi

beban penulis dalam menggali informasi terkait pendapat tokoh-tokoh

tentang syarat-syarat bagi mufassir.

2. Buku yang berjudul Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an karya

Dr.H.Abdul Mustaqim (2016). Buku ini membahas tentang dinamika

sejarah penafsiran Al-Qur‟an yang mengkombinasikan dan

mendialogkan pendekatan historis-periodik dengan pendekatan

filosofis-konseptual dalam memotret perkembangan aliran-aliran tafsir

dari era klasik, pertengahan sampai modern-kontemporer.20

Buku ini juga sangat berkontribusi pada penelitian kami, sebab

penulis dapat mengetahui kondisi masyarakat masa klasik hingga

modern dan dapat membaca peta konsep pola pikir ulama ketika itu,

sehingga berimbas kepada penetapan syarat-syarat bagi para mufassir.

Sebab hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi masyarakat dan latar

belakang seseorang mempengaruhi pola pikirnya.

3. Jurnal yang berjudul Qawa’id al Tafsir Hubungannya dengan

Bahasa Arab Karya Jabal Nur (2013). Di dalam Jurnal ini

menjelaskan tentang pentingnya adanya syarat-syarat bagi mufassir

utamanya pengetahuan tentang Qaw â’id at Tafsîr dan bahasa Arab

20

Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta: Idea

Press,2016), Cet.2, h.195-197

Page 27: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

11

agar penafsiran Al-Qur‟an mendekati makna yang akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Jurnal ini tidak membahas secara fokus terkait pendapat para

ulama tentang syarat-syarat bagi mufassir. Penyebutan syarat-syarat

mufassir hanya sekedar sebagai penekanan bahwa syarat-syarat yang

dikemukakan oleh para ulama wajib dimiliki sebagai seorang mufassir,

utamanya ilmu Qaw â’id at Tafsîr dan bahasa Arab. Akan tetapi Jurnal

ini juga berkontribusi kepada penulis terkait referensi-referensi yang

digunakan, dapat menjadi tambahan rujukan bagi penulis.

F. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh sebuah kajian yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah, maka penelitian dalam skripsi ini menggunakan metodologi

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu

penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Data-data yang digunakan bersumber dari

kepustakaan (Library research) yakni keseluruhan data dan bahan yang

digunakan merupakan data atau bahan pustaka yang sesuai dengan

permasalahan yang diangkat. Penelitian ini juga bersifat deskriptif-

analitis, yang akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam

rumusan masalah, berdasarkan pembacaan dan interpretasi terhadap data-

data yang berhubungan dengan tema yang akan diteliti. Sedangkan bahan

pustaka yang dijadikan objek penelitian adalah buku-buku, jurnal atau

tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan tema.

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan histories-

sosisologis. Pendekatan historis dipakai untuk memperoleh pengetahuan

Page 28: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

12

data-data sejarah baik yang bersumber langsung integral dari literatur

yang dijadikan objek penelitian, maupun objek luar yang diteliti.

Pendekatan historis dimaksudkan juga untuk mengemukakan asal usul

dan latar bekang objek yang diteliti, dinamika perkembangan, fungsi,

pengaruh dan hubungannya dengan kondisi sekitar. Dan untuk

menemukan informasi apa yang melatar belakangi perbedaan syarat bagi

mufassir disetiap periode. Sedangkan pendekatan sosiologis digunakan

untuk mengetahui kondisi sosio kultur para mufassir yakni kondisi

masyarakat dan kecenderungan masyarakat pada setiap masanya.

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

pertama, penulis akan menginventaris data dan menyeleksinya. Kedua,

penulis dengan cermat mengkaji data tersebut secara komprehensif

kemudian mengabstraksikan melalui pendekatan yang telah penulis

jelaskan diatas.

3. Sumber Data

Adapun data-data yang disiapkan dalam penelitian ini adalah yang

bersumber dari literatur yaitu mengadakan riset pustaka (library research)

yang bertujuan untuk mengumpulkan data informasi dengan bantuan

bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan.

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti data

primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung

dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Sumber data primer

dalam penulisan skripsi ini adalah kitab Muqadimah fî Ushûl at-Tafsîr

karya Ibn Taymîyah, kitab Mabâhits fi ’Ulumi Al-Qur’an karya Manna

al Qhaththan, kitab al Itqon fi ‘Ulumi Al-Qur’an karya Jalaluddin

„Abdul ar Rahman ibnu Abi Bakar as Suyuti, kitab Al Burhân fi ‘Ulumi

Page 29: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

13

Al-Qur’an karya Imam Az Zarkasyi dan kitab Tafsir Mufassirûn karya

Muhammad Husain Adz Dzahabi.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dari

catatan pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti laporan atau

catatan historis yang telah dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah tafsir-tafsir

yang dijadikan rujukan yakni buku Kaidah Tafsir karya M.Quraish

Shihab, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur‟an karya Abdul Mustaqim,

„Ulûmul Qur’an karya Ayatullah Muhammad Baqir Hakim,

Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani Manâhilul ‘Irfan fi ‘Ulûm Al-

Qur’an, Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia karya

Nashruddin Baidan, Studi Islam Komperhensif karya Abudin Nata dan

buku-buku yang berkaitan dengan sejarah tafsir klasik hingga modern.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan Observasi tidak langsung,

melalui pengamatan dan pencatatan yang tampak pada objek penelitian

yang pelaksanaannya tidak langsung di tempat peristiwa atau saat

kejadian.21

Dan menggunakan metode dokumentasi terhadap data primer

dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah Kitab-kitab kaidah

tafsir dan Sejarah Tafsir, khususnya bab yang menjelaskan tentang syarat-

syarat mufassir. Sedangkan data sekunder merupakan bahan-bahan

kepustakaan yang memiliki kaitan lansung maupun tidak langsung dengan

data primer.

21

M. Alfatih Suryadilaga dkk, Metodologi Ilmu Tafsir,(Yogyakarta: Teras, 2005),

cet.1, h.172

Page 30: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

14

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh TIM

Institut Ilmu Al Qur‟an Jakarta- yang diterbitkan oleh IIQ Pers- tahun

2017.

Secara keseluruhan, Untuk mempermudah penulisan, peneliti

membagi pembahasan skripsi ini ke dalam lima bab dengan rincian

sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menyajikan latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi Tinjauan umum tentang syarat-syarat mufassir.

Uraian ini meliputi Pengertian tafsir dan mufassir, Sejarah muculnya

syarat-syarat mufassir, Urgensi syarat-syarat mufassir, Klasifikasi Syarat-

Syarat mufassir yang diantaranya Syarat Syar’iyyah dan Akhlaqiyah,

Syarat ‘Aqliyyah, Syarat Ilmiyyah, Syarat li Anwa’i at Tafsir.

Pada Bab ketiga penulis akan berusaha mengelompokkan

kecenderungan syarat-syarat bagi mufassir disetiap periodenya. Mulai

dari periode klasik yang dimulai dari ulama Mutaqaddimin, ulama

muta’akhhirin dan ulama modern atau kontemporer yang meliputi Profil

Tokoh-tokoh ‘Ulum Al-Qur’an pada masanya, Kondisi Keilmuan

Masyarakat pada masanya, Kriteria mufassir disetiap periodenya.

Bab keempat adalah analisis syarat-syarat mufassir yang meliputi

perkembangan syarat-syarat mufassir dalam literatur kitab ‘Ulumul

Qur’an klasik hingga modern

Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan saran-

saran bagi kajian selanjutnya

Page 31: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa penulis bahwa kriteria bagi seorang mufassir ada

sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. walaupun masih bersifat embriologi

yakni belum tersusun secara sistematis. Sebab selama Nabi Muhammad

masih ada, tidak ada seorangpun yang berani berbicara terkait makna Al-

Qur’an. Nabilah satu-satunya mufassir yang mengetahui informasi secara

langsung dari Allah.

Adapun syarat bagi mufassir pada periode sahabat dan tabi’in serta

tabi’ut tabi’in tidak mengalami perbedaan yang berarti kecuali hanya

perbedaan pada syarat syar’iyah dan akhlaqiyah menurut klasifikasi penulis.

Yaitu tidak terlalu percaya pada cerita-cerita isrâiliyyât yang didapat dari

para pendeta, walaupun mereka telah menjadi seorang muslim.

Syarat mufassir yang tersirat dalam pernyataan Ibnu Abbâs, secara

umum dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pengetahuan tentang

bahasa Arab dalam berbagai aspeknya. Kedua, pengetahuan tentang ilmu-

ilmu Al-Qur’an, (sejarah turunnya, muhkam dan mutasyabih). Ketiga,

pengetahuan tentang prinsip-prinsip pokok keagamaan. Keempat,

pengetahuan tentang disiplin ilmu yang menjadi materi bahasan ayat.

Kelima, bagi mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas tidak

dibenarkan untuk menafsirkan Al-Qur’an.

Pada periode pertengahan yakni ulama mutaqaddimin dan ulama

muta’akhirîn perkembangan ‘ulum Al-Qur’an semakin membaik. Walaupun

pada masa ulama mutaqaddimîn keilmuan tidak begitu berkembang pesat

dibandingkan dengan masa ulama muta’akhirîn. Hal ini ditandai dengan

sistematika pembahasan persyaratan bagi mufassir pada masa ulama

mutaqaddimîn yang masih berbentuk sederhana. Seperti yang disampaikan

Page 32: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

92

oleh Ibnu Jârîr Ath Thabâri (310 H) dalam muqaddimah tafsirnya. Akan

tetapi pada abad terakhir dari periode mutaqaddimin yang diwakili oleh

Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Az Zarkasy memiliki perbedaan

dalam menyebutkan syarat mufassir. Beliau menambahkan bahwa seorang

mufassir harus banyak mendengar dan mengikuti kajian-kajian tentang

segala hal tentang ‘Ulumul Qur’an dan harus memahami makna dhahir ayat

dan makna bathin ayat.

Perbedaan semakin jelas setelah masuk pada periode ulama

muta’akhkhirin. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa ulama

muta’akhirîn menjadi puncak kejayaan dalam bidang ‘ulumul Qur’an. Hal

ini ditandai dengan munculnya karya legendaris imam As Suyûti. Walaupun

disisi lain ulama ‘ulumul Qur’an pada masa ini tidak sebanyak pada masa

ulama mutaqaddimin. Akan tetapi keahlian yang dimiliki oleh ulama

muta’akhirin lebih sistematis. Seperti prasyarat bagi mufassir telah menjadi

sebuah kajian khusus dalam suatu bab dan lebih komperhensif dari masa

sebelumnya. Tidak seperti pada masa ulama mutaqaddimîn yang masih

memasukkan pembahasan syarat mufassir pada pembahasan umum kitab.

Dalam kitab karangan Imam As Suyuti al Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an

merupakan kitab yang relatif lengkap dibandingkan dengan kitab-kitab

sebelumnya bahkan menjadi satu-satunya ulama ‘ulumul Qur’an pada masa

ini. Beliau membahas secara khusus terkait syarat-syarat mufassir yang harus

dipenuhi seorang mufassir dalam kitabnya pada bab ke-78. Walaupun jika

dibandingkan dengan masa setelahnya yakni periode modern, perkembangan

‘ulumul Qur’an jauh lebih pesat.

Pada periode modern-kontemporer seorang mufassir khususnya,

diharuskan menguasai Ilmu-Ilmu modern seperti fisafat, Ilmu-ilmu sosial

dan Sains bahkan ilmu-ilmu penunjang lainnya seperti politik dan ekonomi.

Sebab melihat begitu banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi sehingga

Page 33: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

93

melahirkan berbagai macam permasalah-permasalahn baru. Akan tetapi hal

ini tidak bisa dipungkiri bahwa sangatlah sulit menemukan seorang yang

memiliki keahlian yang komperhensif dalam berbagai disiplin Ilmu.

Menurut hasil analisis sederhana penulis, bahwa syarat-syarat yang

dikemukakan oleh para ulama modern begitu rumit. Penulis lebih cenderung

bahwa seseorang yang ingin menafsirkan Al-Qur’an tidak diharuskan untuk

menguasai semua keilmuan yang disebutkan di atas. Mufassir hanya dituntut

untuk fokus kepada keahlian masing-masing dalam mengeksplorasi makna

Al-Qur’an. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal dan

dapat dipertanggung jawabkan. Seperti yang dikatakan oleh Quraish Shihab

dalam bukunya Kaidah Tafsir. Bahkan ulama kita memperbolehkan suatu

kelompok melakukan aktivitas penafsiran atau dilakukan secara kolektif.

Meskipun apa yang tercantum dalam tulisan ini bukanlah batasan yang

final atau syarat mufassir yang mutlak terbatas pada point-point diatas karena

begitu banyaknya etika (tata krama) yang umumnya dimiliki oleh manusia,

tetapi setidaknya itulah garis besar yang menjadi pondasi fundamental bagi

para mufassir.

B. Saran

Setelah menyimpulkan, penulis memiliki beberapa saran yang kiranya

dapat bermanfaat bagi kelanjutan kajian penulis ataupun kajian-kajian lain

yang sejenis. Terutama yang terkait tentang kajian sejarah. Seperti yang

penulis angkat dalam skripsi ini yaitu diskursus syarat-syarat mufassir dari

era klasik hingga modern. Ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan

bahwa:

1. Kajian ini merupakan kajian yang sanagt sederhana, namun kajian ini

merupakan adalah kajian pertama terkait diskursus perkembangan

‘ulumul Qur’an spesialis syarat bagi mufassir. Sangat jarang bahkan

tidak ada kajian komperhensif tentang judul yang penulis angkat.

Page 34: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

94

2. Penelitian yang penulis lakukan masih dalam kajian sederhana. Penulis

hanya terfokus pada beberapa kitab ‘Ulumul Qur’an sebagi sample.

Maka penulis harap di masa yang akan datang kajian ini berlanjut

sebab banyak hal yang penulis rasa belum terbahas secara lengkap.

3. Walaupun banyak kitab ‘Ulumul Qur’an akan tetapi tidak semua

membahas tentang tema penulis. Kesulitan penulis dapatkan ketika

mencari data pada era klasik, sebab pada era klasik belum adanya

sistematisasi syarat-syarat bagi mufassir. Dan adanya keterbatasan

waktu dalam memahami kitab-kitab klasik.

Akhirnya tidak ada manusia yang sempurna, setiap manusia memiliki

potensi melakukan kesalahan, namun sebaik-baiknya manusia adalah yang

mengakui kekurangannya dan selalu bertaubat akan kesalahan yang

diperbuat. Tidak kata terindah yang dapat penulis uraikan. Kecuali do’a,

semoga tulisan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan penulis khususnya.

Semoga Allah mengampuni segala kesalahan dan kekeliruan baik yang

disengaja dn tidak disengaja dalam tulisan ini.

Page 35: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

95

Daftar Pustaka

Abu Syuhbah, Muhammad, Al-Isrâiliyât wa Al-Maudhû‘ât fî Kutub At-

Tafsîr, KSA: Maktabah As-Sunnah, 1408 H

Anshori, Tafsir bi Ar Ra’yi, Jakarta: Gaung Persada Pers, 2010.

Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Bandung : Pustaka Setia, 2005

Baidan, Nasaruddin, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, Solo:

PT.Tiga Serangkai, 2003, Cet.1

___________, Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Jakarta: Dana Bakti Prima yasa,

2000

Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, Cet.III

Al Dzahabi, Muhammad Hussein, Tafsir wa al Mufassirun, Beirut:

Maktabah al Wahbah, 2000.

____________Vol.1, Kairo: t.p, 1987

____________‘Ilmu At-Tafsir, Kairo: Dâr Al-Ma’ârif,1987, Vol.1

Al Ghazali, Muhammad, Al Qur’an Kitab Zaman Kita, Terj. Masykur Hakim

dan Ubaidillah, Bandung: Al Mizan, 2008.

Fahd, Ar-Rumy bin Abdurrahman bin Sulaiman, Buhûts fî Ushûl At-Tafsîr

wa Manâhijuhu, KSA: Maktabah At-Taubah, 1419 H

Hakim, Ayatullah Muhammad Baqir, Ulumul Qur’an, Jakarta: Al-Huda,

2012, Cet.2

Al-Harby, Husain bin Ali bin Husain. Qawâ‘id at-Tarjîh ‘Inda al-

Mufassirîn; Dirâsah Nazhâriyyah Tathbîqiyyah, Riyadh: Dâr al-

Qâsim,1996, Juz 1.

Ibn Mansyur, Abi Fadhal Jamal ad Din Muhammad ibn Mukarram, Lisan al

‘Arab,Riyadh: Dar ‘alam al kutub, 2003, Juz 6

Ibn Taymîyah, Taqiy al-Dîn Abû Abbâs, Muqadimah fî Ushûl al-Tafsîr

Beirût: Maktabah al-Hayât, 1980.

Page 36: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

96

Ilyas, Yunahar Kuliyah Ulumul Qur’an,Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014,

Cet.III

Izzan, Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung: Tafakur, 2011

Muchlas, Imam, Metode Penafsiran Al Quran, Malang: UMM Press, 2003

Mustaqim, Abdul, Dinamika Sejarah Tafsir Al Qur’an, Yogyakarta: Idea

Press, 2016.

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2012

Al Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu Al Qur’an, Terj. Mudzakir,

Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa: 1992.

Al Sabt, Khalid Qawaid al Tafsir, Cairo: Dar Ibnu Affan,tt.

Saeed, Abdullah, Paradigma prinsip dan metode penafsiran kontekstualitas

atas Al Qur’an, terj. Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri,

Yogyakarya: Lembaga Ladang kata, 2017.

Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Amzah, 2014

Al Shalib, Subhi, Ulum al Hadis wa Mustalahuhu, Beirut: Dar al ‘Ilmi li

Malayin,1988, Cet.17

Shihab, Muhammad Quraish, Kaidah Tafsir,Tangerang: Lentera Hati, 2013.

_____________, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, Bandung: Penerbit Mizan, 1998.

______________, Dkk, Sejarah dan Ulum al-Qur’an, Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2008, Cet.4

Suryadilaga, M. Alfatih dkk, Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras,

2005. Cet.1

As Suyuthi, Imam Jaaluddin, Samudera Ulumul qur’an, Terj. Farikh

Marzuqi Ammar dan Imam Fauzi Ja’iz, Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2007.

Al-Thabari, Abu Ja’far Muḥammad ibn Jarīr, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta`wīl Áyi

al-Qur`ān, juz 5

Page 37: Era Klasik hingga Modern (Studi Perbadingan Kitab-Kitab ...

97

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam,

Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012

Ushama, Thameem, terj.Hasan Basri dan Amroeni, Metodologi Tafsir Al-

Qur’an, Jakarta : Riora Cipta, 2000

al-Zarkashî, Badr Al-Dîn Muhammad Abd Allâh, al-Burhân fî ‘Ulûm al-

Qur’ân, Mesir: al-Halabî, 1957

Al-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Manahilul ‘Irfan fi ‘Ulum Al-

Qur’an, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2001

Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: CV. asy-Syifa’, t.t.

The Holy Qur’an English translation of the meanings and Commentary,

Madinah: King Fahd Holy Qur’an Printing Complex, 1420 H

Jurnal Innovatio: Melacak Metodologi tafsir Al-Quran, Vol.6, No.12, 2007

Jurnal Mutawâtir: Keilmuan Tafsir Hadis,Vol.1, No.2 Desember 2011.

______________Kaidah Kualifikasi Intelektual Mufasir Dan Urgensinya,

Vol.1,No.2, 2011

Jurnal An Nida’ : Ijtihad Kunci Relevansi Dan Aplikasi Islam, Vol.40,No.1,

2015