Epilepsi Lobus Temporal Presentasi

download Epilepsi Lobus Temporal Presentasi

of 21

Transcript of Epilepsi Lobus Temporal Presentasi

By: Marco Handoko

LAPORAN KASUS NEUROLOGI

Nama No. MR Jenis Kelamin Usia Agama Kewargenaraan Pekerjaan Status Pernikahan Status Sosial Status Ekonomi Alamat Cekat Tangan Tanggal Pemeriksaan

: Tn. A : SHLK 0000xxxxxx : Pria : 26 tahun : Kristen : WNI : Karyawan : Belum Menikah : Baik : Menengah ke atas : Ciledug, Tangerang : Kanan : 13 Oktober 2010

ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (dari ayah dan ibu pasien).

KELUHAN UTAMA Mengalami kehilangan kesadaran yang mendadak dan telah berulang selama sekitar 14 tahun. Kejadian terakhir kurang lebih 2 bulan yang lalu. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang bersama keluarga dengan keluhan sering kali mengalami kehilangan kesadaran selama beberapa menit yang sering kali terjadi secara mendadak. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering kali melakukan hal-hal yang aneh, seperti keluar kamar mandi tanpa berpakaian, memasak indomie lalu dibuang, mengambil barang orang lain, dan jalan keliling rumah tanpa tujuan. Keluarga pasien menyadari hal ini sejak pasien berada di kelas 6 SD.

Keluhan ini terjadi secara mendadak, kadang 2-3 kali dalam 1 bulan, namun kadang juga tidak ada serangan selama beberapa bulan. Saat serangan terjadi, pasien hilang kesadaran, merasa tubuhnya pegal, pusing, dan tidak pernah dapat ingat kembali setelah sadar. Namun, pasien tidak jatuh, kaki dan tangan tidak goyang, tidak ada menggigit lidah, tidak ada BAK atau BAB secara tidak sadar. Setiap episode terjadi selama 5 sampai 10 menit. Pasien biasanya merasakan pusing dan nyeri kepala beberapa saat sebelum terjadi episode. Pasien mengatakan bahwa tidak ada pemicu atas episode yang terjadi. Kesadaran pulih total biasanya 10-15 menit kemudian. Pasien sudah pernah berobat 5 tahun yang lalu dan dilakukan EEG dan MRI tetapi hasilnya dalam batas normal. Pasien belum pernah meminum obat kejang apapun. Pasien tidak memiliki gejala lainnya seperti mual, muntah, gangguan penglihatan, kesulitan berbicara atau demam.

Pasien mengatakan bahwa sebenarnya keluhan ini tidak terlalu mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari dia kecuali saat episode itu muncul. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak pernah mengalami trauma atau cedera kepala. Pasien juga menyangkal adanya riwayat radang selaput otak, radang otak, serangan stroke, atau kejang demam saat masa kanak. Sepengetahuan pasien, ia tidak memiliki hipertensi, diabetes melitus, atau penyakit ginjal. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan gangguan jantung disangkal

RIWAYAT KEBIASAAN / POLA HIDUP Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, maupun penggunaan obat-obatan terlarang disangkal. Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu. Pasien mengaku bahwa dia tidak sedang mengalami stress dan tidak ada masalah yang terlalu mengganggu. Pasien dapat bersosialisasi dengan baik dan mempunyai banyak teman. Dalam pekerjaan pasien juga tidak merasa terganggu. PEMERIKSAAN FISIKSTATUS GENERALIS Kesadaran Keadaan Umum Keadaan Gizi Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu Saturasi O--2

: Compos mentis : Baik : Baik : 130/80 mmHg // 130/70 mmHg : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa : tidak diperiksa

Normosefali tanpa tanda trauma Pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+ Telinga : Bentuk normal, tidak ada luka, perdarahan, ataupun cairan Hidung : Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada luka dan perdarahan Mulut : Tidak diperiksa Leher : Tidak terdapat luka maupun pembesaran kelenjar getah bening Thoraks : Inspeksi Dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat retraksi atau penggunaan otot pernapasan tambahan. Palpasi dan perkusi tidak dilakukan Auskultasi tidak dilakukan Abdomen : Inspeksi Dinding abdomen simetris, tidak terlihat adanya massa atau luka. Punggung : Tidak diperiksa Ekstremitas Atas : Normal, tidak ada deformitas.. Ekstremitas Bawah : Normal, tidak ada deformitas.

Kepala Mata

: :

STATUS NEUROLOGISGCS : 15 (E4 M6 V5)

Tanda Rangsang Meningeal Tidak dilakukan pemeriksaan HASIL PEMERIKSAAN NI Tidak dilakukan pemeriksaan N II Lapang pandang: sesuai dengan pemeriksa Pemeriksaan buta warna: tidak dilakukan Pupil bulat, isokor, ukuran 3 mm / 3 mm. Refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+ N III, IV, VI Gerakan bola mata ke segala arah baik NV Tidak diperiksa

N VII Inspeksi: Wajah pasien kanan dan kiri simetris. Celah palpebra kanan dan kiri simetris. Plika nasolabialis kanan dan kiri simetris. N VIII Tes pendengaran dengan berbisik : normal Tes Rinne, Weber, dan Schwabach tidak dilakukan. N IX & X Tidak dilakukan pemeriksaan N XI Menoleh kanan-kiri dan menggerakkan bahu: baik, kiri dan kanan N XII Tidak dilakukan pemeriksaan

Sensorik Eksteroseptif Proprioseptif

: sentuhan dan nyeri : tidak diperiksa

baik, simetris

Motorik Inspeksi : Posisi lengan dan tungkai simetris kanan dan kiri. Tidak terdapat atrofi ataupun fasikulasi.Kekuatan Lengan atas Lengan bawah Tangan Jari tangan Tungkai atas Tungkai bawah Kaki Jari kaki Kanan 5 5 5 5 5 5 5 5 Kiri 5 5 5 5 5 5 5 5

Refleks FisiologisRefleks Fisiologis Refleks Tendon Biseps Refleks Tendon Triseps Refleks Tendon Lutut Refleks Tendon Achilles Kanan + + + + Kiri + + + +

Refleks Patologis Refleks Babinsky : / Koordinasi Tes Tunjuk Hidung : tidak diperiksa Tes Tumit-Lutut : tidak diperiksa Otonom Miksi, defekasi dan sekresi keringat dalam batas normal.

RESUME Seorang pria, berumur 26 tahun, datang ke poliklinik saraf bersama keluarga dengan keluhan sering kali mengalami kehilangan kesadaran yang terjadi secara mendadak. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering kali melakukan hal-hal yang aneh, seperti keluar kamar mandi tanpa berpakaian, memasak indomie lalu dibuang, mengambil barang orang lain, dan jalan keliling rumah tanpa tujuan. Keluarga pasien menyadari hal ini sejak pasien berada di kelas 6 SD. Keluhan ini terjadi sekitar 2 sampai 3 kali dalam 1 bulan, di mana setiap serangan biasanya berlangsung antara 5-10 menit. Saat serangan terjadi, pasien hilang kesadaran, merasa tubuhnya pegal, pusing, dan tidak pernah dapat ingat kembali setelah sadar. Namun, pasien tidak jatuh, kaki dan tangan tidak goyang, tidak ada menggigit lidah, tidak ada BAK atau BAB secara tidak sadar. Setiap episode terjadi selama 5 sampai 10 menit. Pasien biasanya merasakan pusing dan nyeri kepala beberapa saat sebelum terjadi episode. Pasien mengatakan bahwa tidak ada pemicu atas episode yang terjadi. Pasien sudah pernah berobat 5 tahun yang lalu dan dilakukan EEG dan MRI tetapi hasilnya dalam batas normal. Pasien belum pernah meminum obat kejang apapun.

DIAGNOSIS Diagnosis Klinis : Kehilangan Kesadaran yang rekurens Diagnosis Topis : Lobus Temporal Diagnosis Etiologi : Idiopatik Diagnosis Patologis : Gangguan Sistem Listrik DIAGNOSIS BANDING Diagnosis Banding : Frontal Lobe Epilepsy , Narkolepsi, Syncope DIAGNOSIS KERJA Diagnosis Kerja : Lobe Epilepsy)

Complex Partial Epilepsy (Type : Temporal

PROGNOSIS Ad vitam : bonam Ad fungsionam : bonam Ad sanationam : malam

TATA LAKSANA MEDIKAMENTOSACarbamazepine dosis awal 5 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 15-20 mg/KgBB/hari PO, atau -Phenytoin dosis awal 5-7 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-7 mg/KgBB/hari PO

NON MEDIKAMENTOSA Pasien disarankan untuk tidak melakukan aktifitas yang dapat membahayakan apabila episode kejang terjadi. (contoh : mengemudikan kendaraan) Keluarga pasien diminta untuk mengawasi pasien saat episode kejang terjadi, khususnya agar pasien tidak melakukan hal hal yang dapat mebahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Pasien diminta untuk meminum obatnya dengan teratur

PEMERIKSAAN PENUNJANG Disarankan untuk dilakuakn MRI brain dan EEG

DISKUSI KASUS Epilepsi Lobus TemporalisDEFINISI

Kejang berulang tanpa provokasi yang berasal dari medial atau lateral lobus temporalis, biasanya berupa kejang parsial sederhana tanpa gangguan kesadaran, dengan atau tanpa aura, dan dapat berupa kejang parsial kompleks dengan gangguan kesadaran.ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan fisiologik, neuron melepaskan muatan listriknya akibat perbedaan potensial listrik pada membran pre dan post synapsnya. Potensial listrik tersebut kemudian diteruskan ke dendrit, dan disalurkan melalui akson yang bersinaps dengan dendrit neuron lain dan seterusnya. Pada epilepsi, terdapat gangguan dalam aliran listrik ini, di mana sering kali terjadi perbedaan-perbedaan potensial listrik yang menyebabkan dilepaskannya muatan listrik patologis yang menyebabkan kejang, gangguan modalitas emosi dan sebagainya. Pada suatu penelitian dikatakan bahwa pelepasan muatan listrik pada neuron berhubungan dengan jumlah asetilkolin tertentu, sehingga pada epilepsi, diperkirakan berhubungan dengan pelepasan dan penimbunan asetilkolin yang tidak normal. Episode kejang terjadi secara berkala, di mana jumlah asetilkolin setempat harus mencapai jumlah tertentu agar dapat memicu neuron untuk melepaskan muatan listriknya.

Pada epilepsi lobus temporalis juga sering didapatkan sklerosis pada daerah hipokampus. Sklerosis ini akan menyebabkan kematian sel daerah hipokampus pada regio CA1, CA3 dan hilus dentatus Penyebab yang sering dikaitkan dengan epilepsi lobus temporalis ini adalah: Post infeksi SSP (ensefalitis herpes simpleks dan meningitis bakteri) Trauma kepala yang menimbulkan ensefalomalasia dan sikatrik korteks Glioma AVM Hamatoma Genetik Kejang demam komplikata

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Anamnesis: Aura dijumpai pada 80% penderita ELT. Aura yang timbul dapat berupa gejala penciuman, ilusi, rasa pusing, halusinasi penglihatan dan halusinasi pendengaran.Kadang ditemukan adanya distorsi menilai ukuran benda dan jarak penderita dengan obyek. Pnenomena psikis yang dapat timbul adalah dejavu, depersonalisasi dan derealisasi. Juga dapat disertai dengan perasaan cemas dan takut. Adanya kehilangan kesadaran selama fase epileptik ini berlangsung, di mana terjadi suatu kejadian yang disebut fenomena iktal. Fenomena iktal dapat berupa serangan automatisme, di mana penderita melakukan gerakan yang nampaknya bertujuan, tetapi dilakukan dalam keadaan tak sadar. Adanya gerakan tangan yang meraba-raba, nafas yang menjadi cepat, gerakan memindahkan barang, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan tidak sadar. Mioklonia kadang ditemukan, kadang tidak. Selain itu juga dapat ditemukan perangai emosional afektif antara lain penderita dapat menangis, tertawa, marah dan sebagainya secara tidak sadar selama episode ini berlangsung. Episode ini biasanya berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.

Pemeriksaan fisik: yPenderita menjadi diam yMata melebar, pupil dilatasi yOtomatisasi gerak bibir, gerakan mengecap, mengunyah atau menelan berulang yPostur distonik unilateral tungkai Pemeriksaan radiologi: MRI: dijumpai atropi hipokampus pada 87% penderita Pemeriksaan EEG: Gelombang paku dan gelombang tajam yang diikuti dengan gelombang lambat pada regio temporal anterior (F7/F8 dan T3,T4) atau regio temporal basal (F9/F10 dan T9/T10) DIAGNOSIS BANDING Epilepsi lobus frontalis Narkolepsi Syncope

PENATALAKSANAAN 1. Carbamazepine dosis awal 5 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 15-20 mg/KgBB/hari PO, atau Phenytoin dosis awal 57 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-7 mg/KgBB/hari PO 2. Bila tidak ada respon dapat dilakukan lobektomi temporal anterior

PROGNOSIS Penderita ELT memiliki kecenderungan mengalami kematian mendadak 50x lebih tinggi daripada populasi normal. Jika setelah 2 tahun tidak mengalami kejang kembali dapat dikatakan memiliki prognosis yang baik. Penderita dapat mengalami gangguan bicara dan defisit fungsi memori.