Epidural Spinal Cord Compression Akibat Metastase Adenokarsinoma Prostat

download Epidural Spinal Cord Compression Akibat Metastase Adenokarsinoma Prostat

of 7

Transcript of Epidural Spinal Cord Compression Akibat Metastase Adenokarsinoma Prostat

EPIDURAL SPINAL CORD COMPRESSION AKIBAT METASTASE ADENOKARSINOMA PROSTATAmanda Tiksnadi PENDAHULUAN Metastase merupakan salah satu penyebab kegagalan dalam pengobatan penyakit kanker dan merupakan keadaan yang didapatkan pada sekitar 30% kasus. Lesi metastase tulang belakang dapat memperburuk kondisi penderita dan merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosa banding nyeri tulang belakang progresif dan atau kolaps korpus vertebra.1 Di Amerika Serikat, tulang belakang merupakan tempat paling sering terkena metastase tumor. Sekitar 30-70% pasien dengan tumor primer didapatkan metastase ke tulang belakang pada waktu dilakukan autopsy. Sekitar 70% lesi metastase terdapat pada daerah vertebra thorakal, 20% di daerah vertebra lumbal, dan 10% di daerah vertebra cervical. Lebih dari 50% penderita dengan metastasis tulang belakang mempunyai lesi yang multiple. Lokasi tersering metastasis di tulang belakang adalah pada anterior korpus vertebra (60%), dan sekitar 30% berinfiltrasi ke lamina atau pedikel. Sebagian kecil dapat mengenai bagian anterior dan posterior tulang belakang.1 Sumber utama dari lesi metastase tulang belakang adalah paru-paru (31%), payudara (24%), gastrointestinal (9%), prostat (8%), limfoma (6%), melanoma (4%), dan ginjal (1%). Hasil penelitian Gilbert dkk dari MSKCC menunjukkan lebih dari 40% Epidural Spinal Cord Compression akibat metastasis tulang berasal dari dari tumor primer payudara, paru, dan prostat.2 Karsinoma prostat adalah penyakit usia lanjut. Merupakan kanker yang paling banyak terdiagnosis dan merupakan kanker penyebab kematian nomor 2 setelah kanker paru-paru pada laki-laki. Insidensnya meningkat dengan bertambahnya umur. Di Belanda insidensnya bervariasi antara 25-30 per 100.000 laki-laki, di Amerika Serikat 80 tiap 100.000 laki-laki. Dengan semakin meningkatnya umur hidup rata-rata, presentase orang-orang lanjut usia yang menderita karsinoma prostate juga meningkat.3,4 Tahun 1996 di Amerika Serikat, kanker prostat menimbulkan kematian pada 44.000 laki-laki, sedangkan tahun 2000 berjumlah 31.900. Angka kematian ini menurun oleh karena diagnosa dapat ditegakkan lebih awal. 4,5 LAPORAN KASUS Anamnesis Seorang laki-laki berusia 59 tahun, menikah dan memiliki 6 orang anak, pensiunan, dikonsultasikan dari poli IPD RSCM ke poliklinik Neurologi RSCM kelemahan tungkai kanan sejak 1 minggu yang lalu e.c suspek stroke + dislipidemi + hipertensi.

Sejak 3 bulan SMRS pasien merasakan rasa berat di daerah ulu hati yang semakin lama semakin bertambah berat terutama bila pasien batuk atau mengedan. Perasaan berat di ulu hati ini seperti ditekan beban berat dan diikat sampai ke punggung. Nyeri (-).Keluhan mulai dirasakan penderita sejak mengikuti klub kebugaran (body building). Pasien kemudian berobat ke poli IPD RSCM dan dikatakan menderita mag (gastritis, abdominal discomfort), kolestrol tinggi dan hipertensi dan diberi obat Ranitidin 2x1, Tripanzym 3x1, Captopril 2x12,5mg, B6 3x1, Simvastatin 1x10mg. Sejak 2 minggu SMRS pasien mulai merasa kesemutan di daerah ulu hati sampai ke kaki. Rasa berat di ulu hati masih ada, tidak hilang dengan obat-obatan yang diberikan. Sejak 1 minggu SMRS pasien mulai merasakan tungkai kanannya berat dan sulit digerakkan, sehingga jalan terseret. Pasien juga belum BAB sejak 1 minggu terakhir. Pasien kemudian datang

kembali ke poliklinik IPD dan akhirnya dikonsulkan ke poli Neurologi. Riwayat trauma disangkal. Riwayat gangguan BAK disangkal. Demam (-), riwayat batuk lama/batuk darah (-), riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal, riwayat terapi OAT (-), keringat malam (-), penurunan berat badan (-). Nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-). Kencing malam hari 2x, nyeri BAK (-), kencing berdarah (-), batu (-), kencing tersendat (-), kencing tak lampias (+). Riwayat penyakit jantung (-), DM (+) terkontrol dengan diet, Hipertensi (+), kolestrol tinggi (+). Status Generalis (16/7) KU sedang, kesadaran komposmentis, TD130/70 mmHg, Nadi 80x/m, Nafas 16x/m, Suhu afebris. Mata : konjungtiva tak anemis, sclera tak ikterik. Leher : massa(-), KGB tidak teraba. Paru : sonor, vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-. Jantung : BJ I II normal, gallop (-), murmur (-). Abdomen : lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal. Ekstremitas : udem -/-, atrofi -/-. Status Neurologis (16/7) GCS E4M6V5=15; Pupil : bulat, isokor, 3 mm, RfCL +/+, RfCTL +/+; TRM : kaku kuduk (-), Laseque >700/>700, Kernig -/-; Nervi craniales : paresis (-); Motorik : ekstremitas superior 5555|5555, ekstremitas inferior 4+4+4+4|5555, Rf Biceps ++/++, Rf Triceps ++/++, APR ++/++, KPR ++/++, Rf Babinski -/-; Sensorik : hipestesi setinggi segmen Th8, proprioseptif tungkai bawah terganggu; Otonom : obstipasi sejak 1 minggu yang lalu, BAK normal, keringat normal. Laboratorium Hb 15,9g/dl, L 10700, Tr 363000, DC -/3/-/65/28/4, LED 12, GDS 93 mg/dl, TG 174 mg/dl, Cholestrol total 282 mg/dl, Ur 41mg/dl, Cr 2,0 mg/dl, Alb 4,5 g/dl, Glob 3,6 g/dl. UL normal. WD/ hipestesi setinggi dermatom Th8, observsi paresis ekstremitas kanan bawah yang mungkin disebabkan suatu penekanan di medula spinalis. PDx/ foto vertebra thorakal AP/Lat sentrasi Th 6, rencana SSEP, rawat di bagian neurologi pro eksplorasi, analgetik, laksansia. Foto polos Thorakal AP/Lat (16/7) : Alignment columna vertebra thoracal baik tidak tampak listhesis. Tampak fraktur kompresi Th6, destruksi pedikel Th6 kanan. Struktur tulang osteoporotik. Anjuran MRI thorakal. MRI thorakal (17/7) :Tampak kompresi fraktur vertebra Th6 yang menyebabkan canal stenosis dengan penekanan medula spinalis menjadi pipih dan penekanan radik kanan dan kiri. Pada pemberian kontras tak tampak signal patologis. Soft tissue paravertebralis normal, tak tampak massa/SOL maupun abses. Follow up : (18/7) Motoris : ektremitas bawah 4+4+4+4|4+4+4+4+ RF ++/++ RP -/Sensoris : hipestesi setinggi dermatom Th8 Otonom : BAB (-) Th/ Simvastatin 1x1, Captopril 2x12,5; Methycobal 3x1, Laxansia 3xCI, Ranitidin 2x1, Dexamethason 4x1. Follow up : (21/7) Motoris : ekstremitas bawah 3333|3333 RF ++/++ RP -/Sensoris : hipestesi setinggi dermatom Th6

CEA 5,93 ng/ml (