EPIDEMIOLOGI INFEKSI VHC

2
EPIDEMIOLOGI INFEKSI VHC Infeksi VHC didapatkan di seluruh dunia. Prevalensi VHC berbeda-beda di seluruh dunia. Di Indonesia belum ada data resmi mengenai infeksi VHC tetapi dari laporan lembaga transfuse darah didapatkan lebih kurang 2 % positif terinfeksi oleh VHC. Pada studi populasi umum di Jakarta prevalensi VHC lebih kurang 4 %. Umumnya transmisi terbanyak berhubungan dengan transfusi darah. Infeksi ini juga didapatkan secara sporadic atau tidak diketahui asal infeksinya. Hal ini dihubungkan dengan social ekonomi rendah, pendidikan kurang, dan perilaku seksual yang beresiko tinggi. Infeksi dari ibu ke anak juga dilaporkan, namun sangat jarang terjadi, biasanya dihubungkan dengan ibu yang menderita HIV karena jumlah VHC di kalangan ibu yang menderita HIV tinggi. VHC dapat bertransmisi melalui luka tusukan jarum, namun diketahui resikonya relative lebih kecil daripada VHB namun lebih besar daripada VHC. Genotype yang ditemukan di Indonesia adalah genotype 1 (60-70%) diikuti oleh genotype 2 dan genotype 3. Prevalensi yang tinggi didapatkan pada beberapa kelompok pasien seperti pengguna jarum suntik (>80%) dan pasien hemodialysis (70%). VHC didapatkan pada saliva pasien tetapi infeksi VHC melalui saliva dan kontak-kontak lain dalam rumah tangga diketahui sangat tidak efisien untuk terjadinya infeksi dan transmisi VHC sehingga amat jarang ditemukan adanya transmisi VHC melalui hubungan dalam rumah tangga. Sel limfosit B melalui reseptor yang mungkin serupa dengan CD81 yang terdapat dalam sel hati maupun limfosit B atau reseptor LDL (LDLR). Setelah berada dalam sitoplasma sel hati, VHC akan melepaskan selubung virusnya dan RNA virus siap untuk melakukan translasi protein dan kemudian replikasi RNA. Struktur gen virus ini adalah rantai tunggal, sepanjang 10.000 pasang basa dengan daerah open reading frame (ORF) diapit oleh susunan nukleotida yang tidak ditranslasikan(untranslated region atau UTR) pada masing-masing ujung 3’ dan 5’. Kedua ujung gen yang tidak ditranslasikan ini diketahui sangat terpelihara (conserved) sehingga saat ini dipakai untuk identifikasi adanya infeksi VHC, terutama pada ujung

Transcript of EPIDEMIOLOGI INFEKSI VHC

Page 1: EPIDEMIOLOGI INFEKSI VHC

EPIDEMIOLOGI INFEKSI VHC

Infeksi VHC didapatkan di seluruh dunia. Prevalensi VHC berbeda-beda di seluruh dunia. Di Indonesia belum ada data resmi mengenai infeksi VHC tetapi dari laporan lembaga transfuse darah didapatkan lebih kurang 2 % positif terinfeksi oleh VHC. Pada studi populasi umum di Jakarta prevalensi VHC lebih kurang 4 %. Umumnya transmisi terbanyak berhubungan dengan transfusi darah. Infeksi ini juga didapatkan secara sporadic atau tidak diketahui asal infeksinya. Hal ini dihubungkan dengan social ekonomi rendah, pendidikan kurang, dan perilaku seksual yang beresiko tinggi. Infeksi dari ibu ke anak juga dilaporkan, namun sangat jarang terjadi, biasanya dihubungkan dengan ibu yang menderita HIV karena jumlah VHC di kalangan ibu yang menderita HIV tinggi. VHC dapat bertransmisi melalui luka tusukan jarum, namun diketahui resikonya relative lebih kecil daripada VHB namun lebih besar daripada VHC.

Genotype yang ditemukan di Indonesia adalah genotype 1 (60-70%) diikuti oleh genotype 2 dan genotype 3. Prevalensi yang tinggi didapatkan pada beberapa kelompok pasien seperti pengguna jarum suntik (>80%) dan pasien hemodialysis (70%). VHC didapatkan pada saliva pasien tetapi infeksi VHC melalui saliva dan kontak-kontak lain dalam rumah tangga diketahui sangat tidak efisien untuk terjadinya infeksi dan transmisi VHC sehingga amat jarang ditemukan adanya transmisi VHC melalui hubungan dalam rumah tangga. Sel limfosit B melalui reseptor yang mungkin serupa dengan CD81 yang terdapat dalam sel hati maupun limfosit B atau reseptor LDL (LDLR).

Setelah berada dalam sitoplasma sel hati, VHC akan melepaskan selubung virusnya dan RNA virus siap untuk melakukan translasi protein dan kemudian replikasi RNA. Struktur gen virus ini adalah rantai tunggal, sepanjang 10.000 pasang basa dengan daerah open reading frame (ORF) diapit oleh susunan nukleotida yang tidak ditranslasikan(untranslated region atau UTR) pada masing-masing ujung 3’ dan 5’. Kedua ujung gen yang tidak ditranslasikan ini diketahui sangat terpelihara (conserved) sehingga saat ini dipakai untuk identifikasi adanya infeksi VHC, terutama pada ujung 5’. Region ini juga sedang diteliti untuk digunakan dalam terapi hepatitis C karena berperan dalam replikasi virus ini.

Translasi protein VHC dilakukan oleh ribosom sel hati yang akan mulai membaca RNA VHC dari satu bagian spesifik (internal ribosom entry site atau IRES) yang terdapat di region 5’ UTR.

Daerah ORF akan menghasilkan satu lipoprotein yang terdiri dari 3011 asam amino. Asam amino yang dihasilkan ORF ini akan diproses oleh peptidase sel hati untuk protein-protein structural VHC (dari core dan envelope region) dan protease-protease yang dikode oleh VHC untuk protein-protein regulator dari regio non structural (NS region). Sampai saat ini telah dikenal 3 macam protein structural (core, E1, dan E2) maupun 7 protein non-struktural (regulator) yaitu : NS2,NS3,p7, NS4b, NS5a, dan NS5b.

VIROLOGI MOLEKULAR VHC

Page 2: EPIDEMIOLOGI INFEKSI VHC

VHC adalah virus RNA yang digolongkan dalam flavivirus. Virus ini umumnya masuk ke dalam darah melalui transfuse atau melalui kegiatan yang memungkinkan virus langsung terpapar dengan sirkulasi darah. Target utama VHC adalah sel-sel hati dan munghkin juga