Epidemiologi

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, di negara maju telah terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit non-infeksi, tetapi hal ini tidak berarti negara maju telah terbebas dari masalah penyakit menular karena penyakit akut yang timbul sebagian besar disebabkan oleh penyakit menular, misalnya penyakit influenza di Inggris, morbili di Italia, atau penyakit baru seperti AIDS. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular masih merupakan hal yang penting untuk diperhatikan terutama di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit menular di Indonesia merupakan faktor utama penyebab kematian dan morbiditas. B. Tujuan Penulisan untuk mengetahui defenisi epidemiologi untuk mengetahui perkembangan epidemiologi untuk mengetahui peran epidemiologi untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit untuk mengetahui tingkat pencegahan penyakit untuk mengetahui tentang penyakit tidak menular untuk mengetahui tentang penyakit menular untuk mengetahui berbagai jenis pengukuran epidemiologi EPIDEMIOLOGI 1

Transcript of Epidemiologi

Page 1: Epidemiologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, di negara maju telah terjadi pergeseran pola penyakit dari

penyakit menular ke penyakit non-infeksi, tetapi hal ini tidak berarti negara

maju telah terbebas dari masalah penyakit menular karena penyakit akut

yang timbul sebagian besar disebabkan oleh penyakit menular, misalnya

penyakit influenza di Inggris, morbili di Italia, atau penyakit baru seperti

AIDS. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular masih

merupakan hal yang penting untuk diperhatikan terutama di negara

berkembang seperti Indonesia, penyakit menular di Indonesia merupakan

faktor utama penyebab kematian dan morbiditas.

B. Tujuan Penulisan

untuk mengetahui defenisi epidemiologi

untuk mengetahui perkembangan epidemiologi

untuk mengetahui peran epidemiologi

untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit

untuk mengetahui tingkat pencegahan penyakit

untuk mengetahui tentang penyakit tidak menular

untuk mengetahui tentang penyakit menular

untuk mengetahui berbagai jenis pengukuran epidemiologi

untuk mengetahui surveilans epidemiologi

C. Manfaat Penulisan

Dapat digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa dalam mempelajari

tentang konsep-konsep epidemiologi.

EPIDEMIOLOGI 1

Page 2: Epidemiologi

BAB II

ISI

A. Defenisi Epidemiologi

Kata epidemiologi berasal dari bahasa Yunani ;

- Epi = pada, permukaan

- Demos = penduduk, rakyat

- Logos = ilmu

W.H. Welch

Epidemiologi : suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan

pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular.

Mausner & Kramer

Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada

populasi manusia.

Last

Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang

berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk

menanggulangi masalahkesehatan.

Mac Mahon & Pugh

Ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang

menentukan terjadinya penyakit pada manusia.

Omran

Suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan

EPIDEMIOLOGI 2

Page 3: Epidemiologi

perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat

yang terjadi pada kelompok penduduk.

W.H. Frost

Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada

manusia menurut waktu dan tempat.

Azrul azwar

Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah

kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan.

Secara umum

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan

penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting

yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :

1) Frekuensi masalah kesehatan banyaknya masalah kesehatan

(kesakitan, kecelakaan, dll) pada sekelompok manusia.

2) Penyebaran masalah kesehatan pengelompokan masalah kesehatan

menurut keadaan tertentu.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan

faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang

menerangkan frekuensi, penyebarannya maupun penyebab timbulnya

masalah kesehatan.

EPIDEMIOLOGI 3

Page 4: Epidemiologi

B. Perkembangan Epidemiologi

Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan epidemiologi

merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala bahkan

berkembang bersamaan dengan ilmu perubatan/ kedokteran karena saling

berkaitan.

Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat digunakan untuk

pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan atau meramalkan suatu

pengobatan.

Perbedaan antara ilmu kedokteran dan studi epidemiologi terletak

pada cara penanganan masalah kesehatan, dimana ilmu kedokteran lebih

menekankan pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemiologi lebih

menekankan pada kelompok individu.

Oleh karena itu, pada epidemiologi selain membutuhkan ilmu

kedokteran juga membutuhkan disiplin ilmu lain, seperti: demografi,

sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan

statistik.

Para sarjana yang telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih

berlaku sampai sekarang ini, konsep-konsep tersebut adalah:

Pengaruh lingkungan terhadap kejadian penyakit

Penggunaan data kuantitatif dan statistik

Penularan penyakit

Eksperimen pada manusia

C. Peran Epidemiologi

Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai peran ;

EPIDEMIOLOGI 4

Page 5: Epidemiologi

1. mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat serta

perubahan-perubahan yang terjadi akibat intervensi alam atau

manusia,

2. mendeskripsikan pola penyakit pada berbagai kelompok

masyarakat,

3. mendeskripsikan hubungan antara dinamika penduduk dengan

penyebaran penyakit.

D. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)

RAP adalah proses perjalanan suatu penyakit yang alami (tanpa

adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan

terencana) sejak dari keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.

Tujuan memahami riwayat alamiah penyakit adalah untuk mengenali

atau mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan dengan mengenal gejala,

tanda, dan hasil pemeriksaan yang terkait atau mengenal masalah

kesehatan secara umum melalui indikator dari masalah tersebut.

Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :

a. Tahap Pre-Patogenesa

Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit

penyakit. Tetapi interaksi ini masih di luar tubuh manusia, dalam arti

bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam

tubuh pejamu.

Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan

daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.

Keadaan ini disebut sehat.

EPIDEMIOLOGI 5

Page 6: Epidemiologi

b. Tahap Patogenesa

1) Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh

pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak.

Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang

bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2

hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada

juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan

sebagainya.

Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus

yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi

tubuh.

Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul

gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya

gejala penyakit disebut dengan horison klinik.

2) Tahap Penyakit Dini

Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala

penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya

masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan

sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang

datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena

penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.

Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan

masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah,

karena tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan

EPIDEMIOLOGI 6

Page 7: Epidemiologi

mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang

di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.

3) Tahap Penyakit Lanjut

Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam

tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi

melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah

memerlukan perawatan.

4) Tahap Akhir Penyakit

Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya

perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :

1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara

sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan

sebelum menderita penyakit.

2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita

sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena

ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan

cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata,

tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan

cacat sosial.

3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena

gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu

masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika

daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan

karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga

masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan

EPIDEMIOLOGI 7

Page 8: Epidemiologi

4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit

tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak

bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak

menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam

keadaan sakit.

5. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena

sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini

bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.

Konsep dasar terjadinya penyakit

Banyak teori yang dikemukakan para ahli mengenai timbulnya penyakit.

Saat ini dikenal 3 proses terjadinya penyakit, sebagai berikut :

1. Segitiga epidemiologi (The epidemiologic triangle)

Menurut model ini, interaksi ketiga factor (agen, host, dan lingkungan)

harus dipertahankan keadaan keseimbangannya, dan bila terjadi gangguan

keseimbangan antara ketiganya akan menyebabkan timbulnya penyakit

tertentu.

Host/ penjamu

EPIDEMIOLOGI 8

Page 9: Epidemiologi

Yaitu semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat

mempengaruhi dan timbulnya suatu perjalanan penyakit.

Agent

Yaitu suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau

ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau memengaruhi

perjalanan suatu penyakit.

Lingkungan/ environment

Yaitu segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-

pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan

manusia.

2. Jaring-jaring sebab-akibat (The web of causation)

Menurut model ini, suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab

yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian

proses sebab akibat.

Penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di

berbagai faktor.

Contoh :

Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK)

dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan

perkembangan penyakit.

Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL

genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik,

gaya hidup dapat dimanipulasi.

EPIDEMIOLOGI 9

Page 10: Epidemiologi

3. Model roda

Merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara

manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau

manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu

terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu

lingkungan biologi, sosial dan fisik. Besarnya komponen-kompenen dari roda

tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita.

Untuk penyakit-peyakit bawaan inti genetik relatif lebih besar.

Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting

oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling

berperanan.

EPIDEMIOLOGI 10

Page 11: Epidemiologi

Mekanisme penularan penyakit (mode of transmission)

a. Direct transmission

Merupakan perpindahan sejumlah unsur penyebab dari reservoir langsung

ke pejamu potensial melalui portal of entry.

Misalnya :

1. Penularan langsung orang ke orang : sifilis, hepatitis B, AIDS, dll.

2. Penularan langsung dari hewan ke orang : oleh kelompok zoonosis.

3. Penularan langsung dari tumbuhan ke orang : penyakit jamur.

b. Air borne disease

Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak langsung.

Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu).

Misalnya ; TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri, dsb.

c. Vehicle borne disease

Perpindahan melalui benda mati seperti makanan, minuman, susu, alat

dapur, alat bedah, mainan, dsb.

EPIDEMIOLOGI 11

Page 12: Epidemiologi

Water borne disease, misalnya ; cholera, tifus, hepatitis, dll

Food borne disease, misalnya ; salmonellosis, disentri, dll

Milk borne disease, misalnya ; TBC, enteric fever, infant diare, dll

d. Penularan melalui vektor (vektor borne disease)

Vektor : si pembawa (latin), yang merupakan golongan arthropoda

(avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit dari reservoir ke pejamu

potensial.

Misalnya :

1. Mosquito borne disease ; malaria, DBD, yellow fever, virus encephalitis,

dll.

2. Louse borne disease ; epidemic tifus fever.

3. Flea borne dosease ; pes, tifus murin.

4. Mite borne disease ; tsutsugamushi, dll.

5. Tick borne disease ; spotted fever, epidemic relapsing fever.

6. Oleh serangga lain ; sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat

phlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika).

E. Tingkat Pencegahan Penyakit

Pencegahan primer

Merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap

sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

Secara garis besar, upaya pencegahan ini dibagi 2 :

1. Pencegahan umum, dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan

pada masyarakat umum, misalnya pendidikan kesehatan

masyarakat dan kebersihan lingkungan.

EPIDEMIOLOGI 12

Page 13: Epidemiologi

2. Pencegahan khusus, ditujukan pada orang-orang yang mempunyai

resiko dengan melakukan imunisasi.

Pencegahan sekunder

Merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar

sembuh, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.

Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Mendeteksi penyakit secara dini, seperti pemeriksaan darah,

roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan

pengobatan.

2. Pendidikan kesehatan pada masyarakat agar mereka dapat

mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari

pengobatan.

3. Mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat dari setiap jenis

penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan

segera.

Pencegahan tersier

Dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan

rehabilitasi.

Rehabilitasi ini terdiri atas :

a. Rehabilitasi fisik

Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik

semaksimal-maksimalnya.

b. Rehabilitasi mental

Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam

hubungan perorangan dan social secara memuaskan.

c. Rehabilitasi sosial vokasional

Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/ jabatan

dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-

EPIDEMIOLOGI 13

Page 14: Epidemiologi

maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak

mampuannya.

d. Rehabilitasi aesthetis

Usaha ini guna mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-

kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat

dikembalikan.

Misalnya penggunaan mata palsu.

F. Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan

sebutan :

Penyakit kronik

Penyakit non-infeksi

New communicable disease

Penyakit degeneratif

Penyakit kronik → karena PTM biasanya bersifat kronik, tapi ada juga yang

kelangsungannya mendadak, misalnya keracunan.

Penyakit Non-Infeksi → karena penyebab PTM bukan mikroorganisme,

namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya PTM.

Penyakit degeneratif → berhubungan dengan proses degenerasi/ ketuaan.

New comminicable disease → dianggap dapat menular melalui gaya hidup,

gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan

komunikasi global.

EPIDEMIOLOGI 14

Page 15: Epidemiologi

Karakteristik penyakit tidak menular :

Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu

Masa inkubasi yang panjang

Perlangsungan penyakit kronik

Banyak menghadapi kesulitan diagnosis

Mempunyai variasi yang luas

Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun

penanggulangannya

Faktor penyebabnya multikausal, bahkan tidak jelas.

Contoh penyakit tidak menular :

penyakit jantung,

penyakit kanker,

penyakit metabolik,

cedera dan keracunan.

Konsep Hubungan Kausal Dan Penyebab Penyakit Tidak Menular

Jaringan kausal yang rumit → sulit menegakkan penyebab utama atau

penyebab utama atau penyebab langsung dari suatu penyakit, misalnya

terjadinya suatu infark miokard dpt disebabkan oleh banyak faktor.

Jika suatu masalah kesehatan mempunyai beberapa kemungkinan penyebab

maka masalah itu dapat diserang dari berbagai arah.

Hubungan antara faktor kausal dan penyakit dapat mempunyai beberapa

bentuk yaitu :

EPIDEMIOLOGI 15

Page 16: Epidemiologi

Single cause/ single effect model

Multiple cause/ single effect model

Multiple cause/ multiple effect model

Contoh : penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dengan faktor

kausal yang meliputi merokok, hipertensi, peninggian kadar kolesterol,

kurang olah raga, diabetes, stress dan riwayat keluarga.

Tingkat Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Pencegahan tingkat pertama, meliputi :

Promosi kesmas, misal : kampanye kesadaran masyarakat, promosi

kesehatan, pendidikan kesmas.

Pencegahan khusus, misal : pencegahan keterpaparan, pemberian

kemopreventif.

Pencegahan tingkat kedua, meliputi :

Diagnosis dini, misal dengan melakukan screening.

Screening atau penyaringan adalah usaha untuk mendeteksi/mencari

penderita penyakit tertentu tanpa gejala dalam masyarakat atau

kelompok tertentu melalui suatu test/pemeriksaan, yang secara

singkat dan sederhana dapat memisahakan mereka yang

kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya didiagnosa dan

dilanjutkan dengan pengobatan.

Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah.

Pencegahan tingkat ketiga, meliputi :

EPIDEMIOLOGI 16

Page 17: Epidemiologi

Rehabilitasi, misal perawatan rumah jompo, perawatan rumah sakit.

G. Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah

dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun

melalui perantara).

Terjadinya suatu penyakit menular karena interaksi antara penjamu,

agent dan lingkungan, yang meliputi 6 komponen, yaitu :

1. Penyebab penyakit

Ada 6 golongan penyebab penyakit yang bersifat biologis, yaitu :

1)Protozoa

Binatang bersel satu yang data menimbulkan malaria, disentri

amoeba dan sebagainya memerlukan perkembangan di luar tubuh

manusia yang ditularkan melalui vector.

2)Metazoa

Jenis parasit jenis multiseluler yang menyebabkan penyakit

trikinosis, cacing tambang dan sebagainya, memerlukan

perkembangan di luar tubuh manusia, sehingga penularannya terjadi

secara tidak langsung.

3)Bacteria

Merupakan tumbuh-tumbuhan bersel tunggal yang

menyebabkan bermacam-macam penyakit. Berkembang biak di

lingkungan sekitar manusia, dapat ditularkan dari orang ke orang atau

mendapatkannya dari lingkungan orang tersebut.

4)Virus

Penyebab penyakit yang mempunyai ukuran yang sangat kecil,

dapat menimbulkan penyakit cacar, morbili, hepatitis, rabies,

EPIDEMIOLOGI 17

Page 18: Epidemiologi

ensefalitis dan sebagainya. Penyakit tersebut umumnya ditularkan

secara langsung.

5) Fungi

Tumbuhan yang bersifat uniseluler maupun multiseluler yang

dapat menimbulkan penyakit seperti jamur kulit, histoplamosis, dan

sebagainya.

Reservoir dari penyakit jamur adalah tanah dan tidak ditularkan

langsung dari orang ke orang.

6)Riketsia

Parasit yang sifatnya intraseluler dengan ukuran besar berada

diantara bakteri dan virus, sifatnya sama dengan virus, ia

membutuhkan sel hidup untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Reservoir dari penyebab penyakit

Reservoir adalah habitat normal bagi agent penyebab penyakit di

mana ia hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Habitat

tersebut dapat berupa :

1)Manusia

2)Binatang

3)Lingkungan

3. Cara keluarnya penyakit-penyakit tersebut dari penjamu (portal of exit)

Yang dimaksudkan disini adalah cara keluarnya dari reservoir manusia

dan binatang, dapat melalui :

1) Saluran pernapasan, seperti penyakit TBC, pilek atau influenza, dsb.

2) Saluran pencernaan, seperti penyakit tifus abdominalis, kolera,

disentri, hepatitis, dsb.

3) Saluran perkemihan, seperti penyakit gonore, sifilis, leptospirosis,

dsb.

EPIDEMIOLOGI 18

Page 19: Epidemiologi

4) Melalui kulit, seperti cacar, hepatitis serum melaui suntikan, gigitan

anthropoda seperti demam berdarah.

4. Cara transmisi penyebab penyakit kepada penjamu baru

Penularan penyakit dapat terjadi melalui 2 cara :

1) Secara langsung

Kontak langsung seperti penyakit kelamin, hepatitis,

penyakit kulit.

Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit-

penyakit saluran napas melalui percakapan.

2) Secara tidak langsung

Dapat melalui vector (binatang), seperti nyamuk yang dapat

menularkan penyakit demam berdarah, malaria, filarisis, dsb.

5. Tempat masuknya penyebab penyakit tersebut ke penjamu yang baru

Tempat masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia sama

dengan tempat keluarnya bibit penyakit apakah melalui saluran

pernapasan , saluran pencernaan, saluran perkemihan, dsb.

6. Kerentanan penjamu

Kerentanan atau kepekaan penjamu terhadap penyakit sangat

tergantung pada :

1) Faktor genetiK (keturunan)

2) Daya tahan tubuh penjamu terhadap penyakit

3) Keadaan gizi

4) Pola hidup

H. Pengukuran Epidemiologi

EPIDEMIOLOGI 19

Page 20: Epidemiologi

Angka kesakitan (morbiditas)

1. Insiden gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit

yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di sekelompok manusia.

Jumlah penderitaAngka insiden = x 1OOO

Populasi yang mempunyai resiko pada pertengahan tahun

a. Angka insiden adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang

ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun)

dibandingan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena

penyakit baru tersebut pada pertengahan tahun jangka waktu yang

bersangkutan dalam persen atau permil.

b. Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang

ditemukan pada satu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk

yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama

dalam persen atau permil.

c. Angka serangan sekunder adalah jumlah penderita baru suatu

penyakit yang terjangkit pada seranga kedua dibandingkan dengan

jumlah penduduk dikurangi yang telah pernah terkena pada

serangan pertama dalam persen atau permil.

2. Prevalensi gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru

yang ditemukan pada jangka waktu tertentu di sekelompok

masyarakat tertentu.

a. Angka prevalensi periode adalah jumlah penderita lama dan baru

suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu jangka waktu

tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka

waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.

Jumlah penderita lama dan baruAngka prevalensi peride = x 1OOO Jumlah penduduk pertengahan tahun

EPIDEMIOLOGI 20

Page 21: Epidemiologi

b. Angka prevalensi poin adalah jumlah penderita lama dan baru pada

satu saat, dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam

persen atau permil.

Jumlah penderita lama dan baru pada saat ituAngka prevalensi poin = x 1OOO Jumlah penduduk pada saat itu

Angka kematian (mortality)

1. Angka kematian kasar

Yaitu jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu

(satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan

waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.

Jumlah kematian penduduk disuatu daerah dalam 1 tahunAKK = x 1OOO

Jumlah penduduk pertengahan tahun

2. Angka kematian bayi

Yaitu jumlah seluruh kematian bayi (umur di bawah 1 tahun) pada satu

jangka waktu (satu tahun) dibagi dengan jumlah seluruh kelahiran

hidup dalam persen atau permil.

Jumlah kematian bayi umur O – 1 tahun dalam 1 tahunAKB = x 1OOO

Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

3. Angka kematian penyebab khusus

Yaitu jumlah seluruh kematian karena suatu penyebab dalam satu

jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin

terkena penyakit tersebut dalam persen atau permil.

Jumlah kematian karena penyakit tertentuAKPK = x 1OOO

Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tertentu pada pertengahan tahun

4. Angka kasus fatal

EPIDEMIOLOGI 21

Page 22: Epidemiologi

Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam jangka

waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh penderita pada waktu

yang sama dalam persen atau permil.

Jumlah kematian karena penyakit tertentuAKF = x 1OOO

Jumlah seluruh penderita penyakit tertentu

5. Angka kematian neonatal

Yaitu jumlah angka kematian bayi usia di bawah usia 28 hari pada

jangka waktu (satu) tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pada jangka

waktu tahun yang sama dalam persen atau permil.

Jumlah kematian bayi umur <28 hariAKN = x 1OOO

Jumlah bayi lahir hidup pada tahun yang sama

6. Angka kematian perinatal

Yaitu jumlah kematian bayi satu minggu dalam satu tahun di bagi

dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dalam persen

atau permil.

Jumlah kematian bayi usia 1 minggu dalam 1 tahun

AKP = x 1OOO Jumlah bayi lahir hidup pada tahun yang sama

7. Angka kematian ibu

Yaitu jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas

dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun

yang sama dengan persen atau permil.

Jml. Kematian ibu karena hamil, persalinan & nifas dlm 1 tahunAKI = x 1OOO

Jml. Lahir hidup pada tahun yang sama

Angka kesuburan (fertility rate)

EPIDEMIOLOGI 22

Page 23: Epidemiologi

1. Angka kelahiran kasar (Crude Fertility Rate) adalah jumlah kelahiran

hidup per tahun dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun

dalam persen atau permil.

Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahunCBR = x 1OOO Jumlah penduduk pada pertengahan tahun

2. Angka kelahiran umum (General Fertility Rate) adalah jumlah lahir

hidup per tahun dibagi dengan jumlah wanita usia subur per tahun

dalam persen atau permil.

Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahunGFR = x 1OOO Jumlah penduduk wanita usia subur pada pertengahan tahun

3. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate) adalah

banyaknya kelahiran dari wanita pada suatu kelompok umur pada

suatu tahun tertentu per seribu wanita pada kelompok umur dan

pertengahan tahun yang sama.

jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur i pada tahun tertentu

ASFRi = x 1OOO jmh penduduk wanita kelompok umur i pd pertengahan tahun yg sama

I. Surveilans Epidemiologi

Defenisi surveilans :

Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan

interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan

penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan

tindakan.

Menurut CDC (Center of Disease Control) : pengumpulan, analisis dan

interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang

diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya

EPIDEMIOLOGI 23

Page 24: Epidemiologi

kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data secara

tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.

Pengamatan epidemiologis secara garis besar dapat dilakukan dengan

2 cara :

1. Surveilans pasif

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan sarana

pelayanan di daerah.

Ciri surveilans pasif :

Unit surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan

diri pada klinik/ rumah sakit/ unit pelayanan yang berfungsi

sebagai unit-unit surveilans terdepan dalam pengumpulan data

surveilans.

Unit surveilans epidemiologi membiarkan klinik/ rumah sakit/

unit pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan

data surveilans yang ada di tempatnya.

2. Surveilans aktif

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk

mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relative singkat dan

dilakukan oleh petugas kesehatan secara teratur seminggu sekali atau

2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya kasus baru

penyakit tertentu.

Ciri surveilans aktif :

EPIDEMIOLOGI 24

Page 25: Epidemiologi

Unit surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah,

sehingga tidak ada satupun kasus yang lepas dari pendataan.

Unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk

meminta data surveilans epidemiologi yang dibutuhkan sehingga

tidak ada satupun sumber data yang tidak terekam datanya.

Untuk mengatasi kelemahan dan memperbesar kelengkapan data

kegiatan yang dilakukan :

1. Surveilans yang sederhana

2. Pemanfaatan data yag besar di tingkat operasional

3. Umpan balik yang efisien

4. Supervisi dan pertemuan berkala untuk asistensi dan validasi data

5. Dukungan politik, dana, dan sarana

6. Perbaikan data terus-menerus

Tujuan surveilans :

1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak)

2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan

pengendalian penyakit

3. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,

perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.

4. Monitoring kecenderungan (Tren) penyakit endemis dan mengestimasi

dampak penyakit di masa mendatang.

5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

EPIDEMIOLOGI 25

Page 26: Epidemiologi

Contoh tujuan surveilans dalam menganalisis masalah kesehatan yang

ditelitinya :

1. Deteksi kejadian luar biasa (KLB), letusan (outbreak), wabah (epidemi)

2. Memantau kecederungan penyakit endemik

3. Evaluasi intervensi

4. Memantau kemajuan pengendalian

5. Memantau kinerja program

6. Prediksi KLB, letusan (outbreak), wabah (epidemi)

7. Memperkirakan dampak masa datang dari penyakit

Kegunaan hasil kegiatan surveilans epidemiologi :

1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu

penyakit

2. Menentukan penyakit mana yang diprioritaskan untuk diobati/

diberantas

3. Untuk meramalkan terjadinya wabah

Wabah adalah kejadian penyakit melebihi dari normal/ kejadian yang

biasa terjadi

4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan

penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya, seperti

program mengatasi kecelakaan, program kesehatan gizi, program gizi,

dll

5. Mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan

EPIDEMIOLOGI 26

Page 27: Epidemiologi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan

penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.

Perkembangan epidemiologi yang sedemikian pesat merupakan

tantangan yang sangat berat bagi tenaga kesehatan karena keadaan

tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan perbaikan sanitasi dan perbaikan

ekonomi, tetapi merupakan masalah yang sangat kompleks yang melibatkan

berbagai disiplin ilmu dan berbagai instansi atau intitusi.

B. Saran

Diharapkan bagi mahasiswa dapat menambah referensi tertentu dan

bisa mengembangkan isi makalah tentang “epidemiologi”.

EPIDEMIOLOGI 27

Page 28: Epidemiologi

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko dan Dewi Angggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :

EGC

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Citra Aditya

Bakti

http://ajago.blogspot.com/2007/11/dasar-e-p-i-d-e-m-i-o-l-o-g-i.html

http://epidemiologidkn.blogspot.com/

http://redzuannorazlan.blogspot.com/2010/06/pengenalan-epidemiologi-dan-

konsep.html

http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/12/ikm2-epidemiologi1.pdf

http://usupress.usu.ac.id/files/Kimia%20Dasar%20-%20Final_bab%201.pdf

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-menular-dan-tidak-

menular.html

http://www.jevuska.com/2010/06/20/epidemiologi-penyakit-menular-definisi-

faktor-mekanisme

LDFE UI, Dasar-dasar Demografi, Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, UI,

Jakarta

Noor, Nur Nasry, MPH. 2000. Pengantar Epidemiologi : Penyakit Menular.

Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S.2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta :

PT.Rineka Cipta

Rajab, Wahyudin (2009) Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta : EGC

EPIDEMIOLOGI 28