Epidemiologi
-
Upload
dhepy-anggraini -
Category
Documents
-
view
77 -
download
0
Transcript of Epidemiologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, di negara maju telah terjadi pergeseran pola penyakit dari
penyakit menular ke penyakit non-infeksi, tetapi hal ini tidak berarti negara
maju telah terbebas dari masalah penyakit menular karena penyakit akut
yang timbul sebagian besar disebabkan oleh penyakit menular, misalnya
penyakit influenza di Inggris, morbili di Italia, atau penyakit baru seperti
AIDS. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular masih
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan terutama di negara
berkembang seperti Indonesia, penyakit menular di Indonesia merupakan
faktor utama penyebab kematian dan morbiditas.
B. Tujuan Penulisan
untuk mengetahui defenisi epidemiologi
untuk mengetahui perkembangan epidemiologi
untuk mengetahui peran epidemiologi
untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit
untuk mengetahui tingkat pencegahan penyakit
untuk mengetahui tentang penyakit tidak menular
untuk mengetahui tentang penyakit menular
untuk mengetahui berbagai jenis pengukuran epidemiologi
untuk mengetahui surveilans epidemiologi
C. Manfaat Penulisan
Dapat digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa dalam mempelajari
tentang konsep-konsep epidemiologi.
EPIDEMIOLOGI 1
BAB II
ISI
A. Defenisi Epidemiologi
Kata epidemiologi berasal dari bahasa Yunani ;
- Epi = pada, permukaan
- Demos = penduduk, rakyat
- Logos = ilmu
W.H. Welch
Epidemiologi : suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan
pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular.
Mausner & Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada
populasi manusia.
Last
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang
berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk
menanggulangi masalahkesehatan.
Mac Mahon & Pugh
Ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang
menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
Omran
Suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan
EPIDEMIOLOGI 2
perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat
yang terjadi pada kelompok penduduk.
W.H. Frost
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada
manusia menurut waktu dan tempat.
Azrul azwar
Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan.
Secara umum
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting
yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan banyaknya masalah kesehatan
(kesakitan, kecelakaan, dll) pada sekelompok manusia.
2) Penyebaran masalah kesehatan pengelompokan masalah kesehatan
menurut keadaan tertentu.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang
menerangkan frekuensi, penyebarannya maupun penyebab timbulnya
masalah kesehatan.
EPIDEMIOLOGI 3
B. Perkembangan Epidemiologi
Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan epidemiologi
merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala bahkan
berkembang bersamaan dengan ilmu perubatan/ kedokteran karena saling
berkaitan.
Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat digunakan untuk
pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan atau meramalkan suatu
pengobatan.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dan studi epidemiologi terletak
pada cara penanganan masalah kesehatan, dimana ilmu kedokteran lebih
menekankan pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemiologi lebih
menekankan pada kelompok individu.
Oleh karena itu, pada epidemiologi selain membutuhkan ilmu
kedokteran juga membutuhkan disiplin ilmu lain, seperti: demografi,
sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan
statistik.
Para sarjana yang telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih
berlaku sampai sekarang ini, konsep-konsep tersebut adalah:
Pengaruh lingkungan terhadap kejadian penyakit
Penggunaan data kuantitatif dan statistik
Penularan penyakit
Eksperimen pada manusia
C. Peran Epidemiologi
Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai peran ;
EPIDEMIOLOGI 4
1. mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat serta
perubahan-perubahan yang terjadi akibat intervensi alam atau
manusia,
2. mendeskripsikan pola penyakit pada berbagai kelompok
masyarakat,
3. mendeskripsikan hubungan antara dinamika penduduk dengan
penyebaran penyakit.
D. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)
RAP adalah proses perjalanan suatu penyakit yang alami (tanpa
adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan
terencana) sejak dari keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.
Tujuan memahami riwayat alamiah penyakit adalah untuk mengenali
atau mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan dengan mengenal gejala,
tanda, dan hasil pemeriksaan yang terkait atau mengenal masalah
kesehatan secara umum melalui indikator dari masalah tersebut.
Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :
a. Tahap Pre-Patogenesa
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit
penyakit. Tetapi interaksi ini masih di luar tubuh manusia, dalam arti
bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam
tubuh pejamu.
Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan
daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.
Keadaan ini disebut sehat.
EPIDEMIOLOGI 5
b. Tahap Patogenesa
1) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh
pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak.
Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang
bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2
hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada
juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan
sebagainya.
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus
yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi
tubuh.
Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul
gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya
gejala penyakit disebut dengan horison klinik.
2) Tahap Penyakit Dini
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala
penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya
masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan
sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang
datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena
penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.
Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah,
karena tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan
EPIDEMIOLOGI 6
mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang
di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.
3) Tahap Penyakit Lanjut
Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam
tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi
melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah
memerlukan perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya
perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara
sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan
sebelum menderita penyakit.
2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita
sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena
ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan
cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata,
tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan
cacat sosial.
3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena
gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu
masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika
daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan
karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga
masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan
EPIDEMIOLOGI 7
4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit
tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak
bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak
menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam
keadaan sakit.
5. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena
sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini
bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.
Konsep dasar terjadinya penyakit
Banyak teori yang dikemukakan para ahli mengenai timbulnya penyakit.
Saat ini dikenal 3 proses terjadinya penyakit, sebagai berikut :
1. Segitiga epidemiologi (The epidemiologic triangle)
Menurut model ini, interaksi ketiga factor (agen, host, dan lingkungan)
harus dipertahankan keadaan keseimbangannya, dan bila terjadi gangguan
keseimbangan antara ketiganya akan menyebabkan timbulnya penyakit
tertentu.
Host/ penjamu
EPIDEMIOLOGI 8
Yaitu semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi dan timbulnya suatu perjalanan penyakit.
Agent
Yaitu suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau memengaruhi
perjalanan suatu penyakit.
Lingkungan/ environment
Yaitu segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
manusia.
2. Jaring-jaring sebab-akibat (The web of causation)
Menurut model ini, suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab
yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian
proses sebab akibat.
Penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di
berbagai faktor.
Contoh :
Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK)
dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan
perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL
genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik,
gaya hidup dapat dimanipulasi.
EPIDEMIOLOGI 9
3. Model roda
Merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara
manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau
manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu
terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu
lingkungan biologi, sosial dan fisik. Besarnya komponen-kompenen dari roda
tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita.
Untuk penyakit-peyakit bawaan inti genetik relatif lebih besar.
Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting
oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling
berperanan.
EPIDEMIOLOGI 10
Mekanisme penularan penyakit (mode of transmission)
a. Direct transmission
Merupakan perpindahan sejumlah unsur penyebab dari reservoir langsung
ke pejamu potensial melalui portal of entry.
Misalnya :
1. Penularan langsung orang ke orang : sifilis, hepatitis B, AIDS, dll.
2. Penularan langsung dari hewan ke orang : oleh kelompok zoonosis.
3. Penularan langsung dari tumbuhan ke orang : penyakit jamur.
b. Air borne disease
Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak langsung.
Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu).
Misalnya ; TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri, dsb.
c. Vehicle borne disease
Perpindahan melalui benda mati seperti makanan, minuman, susu, alat
dapur, alat bedah, mainan, dsb.
EPIDEMIOLOGI 11
Water borne disease, misalnya ; cholera, tifus, hepatitis, dll
Food borne disease, misalnya ; salmonellosis, disentri, dll
Milk borne disease, misalnya ; TBC, enteric fever, infant diare, dll
d. Penularan melalui vektor (vektor borne disease)
Vektor : si pembawa (latin), yang merupakan golongan arthropoda
(avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit dari reservoir ke pejamu
potensial.
Misalnya :
1. Mosquito borne disease ; malaria, DBD, yellow fever, virus encephalitis,
dll.
2. Louse borne disease ; epidemic tifus fever.
3. Flea borne dosease ; pes, tifus murin.
4. Mite borne disease ; tsutsugamushi, dll.
5. Tick borne disease ; spotted fever, epidemic relapsing fever.
6. Oleh serangga lain ; sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat
phlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika).
E. Tingkat Pencegahan Penyakit
Pencegahan primer
Merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap
sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Secara garis besar, upaya pencegahan ini dibagi 2 :
1. Pencegahan umum, dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan
pada masyarakat umum, misalnya pendidikan kesehatan
masyarakat dan kebersihan lingkungan.
EPIDEMIOLOGI 12
2. Pencegahan khusus, ditujukan pada orang-orang yang mempunyai
resiko dengan melakukan imunisasi.
Pencegahan sekunder
Merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar
sembuh, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Mendeteksi penyakit secara dini, seperti pemeriksaan darah,
roentgent paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan.
2. Pendidikan kesehatan pada masyarakat agar mereka dapat
mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari
pengobatan.
3. Mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan
segera.
Pencegahan tersier
Dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimal-maksimalnya.
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan social secara memuaskan.
c. Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/ jabatan
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-
EPIDEMIOLOGI 13
maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak
mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthetis
Usaha ini guna mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-
kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan.
Misalnya penggunaan mata palsu.
F. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan
sebutan :
Penyakit kronik
Penyakit non-infeksi
New communicable disease
Penyakit degeneratif
Penyakit kronik → karena PTM biasanya bersifat kronik, tapi ada juga yang
kelangsungannya mendadak, misalnya keracunan.
Penyakit Non-Infeksi → karena penyebab PTM bukan mikroorganisme,
namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya PTM.
Penyakit degeneratif → berhubungan dengan proses degenerasi/ ketuaan.
New comminicable disease → dianggap dapat menular melalui gaya hidup,
gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan
komunikasi global.
EPIDEMIOLOGI 14
Karakteristik penyakit tidak menular :
Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
Masa inkubasi yang panjang
Perlangsungan penyakit kronik
Banyak menghadapi kesulitan diagnosis
Mempunyai variasi yang luas
Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun
penanggulangannya
Faktor penyebabnya multikausal, bahkan tidak jelas.
Contoh penyakit tidak menular :
penyakit jantung,
penyakit kanker,
penyakit metabolik,
cedera dan keracunan.
Konsep Hubungan Kausal Dan Penyebab Penyakit Tidak Menular
Jaringan kausal yang rumit → sulit menegakkan penyebab utama atau
penyebab utama atau penyebab langsung dari suatu penyakit, misalnya
terjadinya suatu infark miokard dpt disebabkan oleh banyak faktor.
Jika suatu masalah kesehatan mempunyai beberapa kemungkinan penyebab
maka masalah itu dapat diserang dari berbagai arah.
Hubungan antara faktor kausal dan penyakit dapat mempunyai beberapa
bentuk yaitu :
EPIDEMIOLOGI 15
Single cause/ single effect model
Multiple cause/ single effect model
Multiple cause/ multiple effect model
Contoh : penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dengan faktor
kausal yang meliputi merokok, hipertensi, peninggian kadar kolesterol,
kurang olah raga, diabetes, stress dan riwayat keluarga.
Tingkat Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Pencegahan tingkat pertama, meliputi :
Promosi kesmas, misal : kampanye kesadaran masyarakat, promosi
kesehatan, pendidikan kesmas.
Pencegahan khusus, misal : pencegahan keterpaparan, pemberian
kemopreventif.
Pencegahan tingkat kedua, meliputi :
Diagnosis dini, misal dengan melakukan screening.
Screening atau penyaringan adalah usaha untuk mendeteksi/mencari
penderita penyakit tertentu tanpa gejala dalam masyarakat atau
kelompok tertentu melalui suatu test/pemeriksaan, yang secara
singkat dan sederhana dapat memisahakan mereka yang
kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya didiagnosa dan
dilanjutkan dengan pengobatan.
Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah.
Pencegahan tingkat ketiga, meliputi :
EPIDEMIOLOGI 16
Rehabilitasi, misal perawatan rumah jompo, perawatan rumah sakit.
G. Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah
dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun
melalui perantara).
Terjadinya suatu penyakit menular karena interaksi antara penjamu,
agent dan lingkungan, yang meliputi 6 komponen, yaitu :
1. Penyebab penyakit
Ada 6 golongan penyebab penyakit yang bersifat biologis, yaitu :
1)Protozoa
Binatang bersel satu yang data menimbulkan malaria, disentri
amoeba dan sebagainya memerlukan perkembangan di luar tubuh
manusia yang ditularkan melalui vector.
2)Metazoa
Jenis parasit jenis multiseluler yang menyebabkan penyakit
trikinosis, cacing tambang dan sebagainya, memerlukan
perkembangan di luar tubuh manusia, sehingga penularannya terjadi
secara tidak langsung.
3)Bacteria
Merupakan tumbuh-tumbuhan bersel tunggal yang
menyebabkan bermacam-macam penyakit. Berkembang biak di
lingkungan sekitar manusia, dapat ditularkan dari orang ke orang atau
mendapatkannya dari lingkungan orang tersebut.
4)Virus
Penyebab penyakit yang mempunyai ukuran yang sangat kecil,
dapat menimbulkan penyakit cacar, morbili, hepatitis, rabies,
EPIDEMIOLOGI 17
ensefalitis dan sebagainya. Penyakit tersebut umumnya ditularkan
secara langsung.
5) Fungi
Tumbuhan yang bersifat uniseluler maupun multiseluler yang
dapat menimbulkan penyakit seperti jamur kulit, histoplamosis, dan
sebagainya.
Reservoir dari penyakit jamur adalah tanah dan tidak ditularkan
langsung dari orang ke orang.
6)Riketsia
Parasit yang sifatnya intraseluler dengan ukuran besar berada
diantara bakteri dan virus, sifatnya sama dengan virus, ia
membutuhkan sel hidup untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Reservoir dari penyebab penyakit
Reservoir adalah habitat normal bagi agent penyebab penyakit di
mana ia hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Habitat
tersebut dapat berupa :
1)Manusia
2)Binatang
3)Lingkungan
3. Cara keluarnya penyakit-penyakit tersebut dari penjamu (portal of exit)
Yang dimaksudkan disini adalah cara keluarnya dari reservoir manusia
dan binatang, dapat melalui :
1) Saluran pernapasan, seperti penyakit TBC, pilek atau influenza, dsb.
2) Saluran pencernaan, seperti penyakit tifus abdominalis, kolera,
disentri, hepatitis, dsb.
3) Saluran perkemihan, seperti penyakit gonore, sifilis, leptospirosis,
dsb.
EPIDEMIOLOGI 18
4) Melalui kulit, seperti cacar, hepatitis serum melaui suntikan, gigitan
anthropoda seperti demam berdarah.
4. Cara transmisi penyebab penyakit kepada penjamu baru
Penularan penyakit dapat terjadi melalui 2 cara :
1) Secara langsung
Kontak langsung seperti penyakit kelamin, hepatitis,
penyakit kulit.
Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit-
penyakit saluran napas melalui percakapan.
2) Secara tidak langsung
Dapat melalui vector (binatang), seperti nyamuk yang dapat
menularkan penyakit demam berdarah, malaria, filarisis, dsb.
5. Tempat masuknya penyebab penyakit tersebut ke penjamu yang baru
Tempat masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia sama
dengan tempat keluarnya bibit penyakit apakah melalui saluran
pernapasan , saluran pencernaan, saluran perkemihan, dsb.
6. Kerentanan penjamu
Kerentanan atau kepekaan penjamu terhadap penyakit sangat
tergantung pada :
1) Faktor genetiK (keturunan)
2) Daya tahan tubuh penjamu terhadap penyakit
3) Keadaan gizi
4) Pola hidup
H. Pengukuran Epidemiologi
EPIDEMIOLOGI 19
Angka kesakitan (morbiditas)
1. Insiden gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di sekelompok manusia.
Jumlah penderitaAngka insiden = x 1OOO
Populasi yang mempunyai resiko pada pertengahan tahun
a. Angka insiden adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun)
dibandingan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit baru tersebut pada pertengahan tahun jangka waktu yang
bersangkutan dalam persen atau permil.
b. Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada satu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama
dalam persen atau permil.
c. Angka serangan sekunder adalah jumlah penderita baru suatu
penyakit yang terjangkit pada seranga kedua dibandingkan dengan
jumlah penduduk dikurangi yang telah pernah terkena pada
serangan pertama dalam persen atau permil.
2. Prevalensi gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru
yang ditemukan pada jangka waktu tertentu di sekelompok
masyarakat tertentu.
a. Angka prevalensi periode adalah jumlah penderita lama dan baru
suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu jangka waktu
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Jumlah penderita lama dan baruAngka prevalensi peride = x 1OOO Jumlah penduduk pertengahan tahun
EPIDEMIOLOGI 20
b. Angka prevalensi poin adalah jumlah penderita lama dan baru pada
satu saat, dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam
persen atau permil.
Jumlah penderita lama dan baru pada saat ituAngka prevalensi poin = x 1OOO Jumlah penduduk pada saat itu
Angka kematian (mortality)
1. Angka kematian kasar
Yaitu jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu
(satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan
waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Jumlah kematian penduduk disuatu daerah dalam 1 tahunAKK = x 1OOO
Jumlah penduduk pertengahan tahun
2. Angka kematian bayi
Yaitu jumlah seluruh kematian bayi (umur di bawah 1 tahun) pada satu
jangka waktu (satu tahun) dibagi dengan jumlah seluruh kelahiran
hidup dalam persen atau permil.
Jumlah kematian bayi umur O – 1 tahun dalam 1 tahunAKB = x 1OOO
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
3. Angka kematian penyebab khusus
Yaitu jumlah seluruh kematian karena suatu penyebab dalam satu
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut dalam persen atau permil.
Jumlah kematian karena penyakit tertentuAKPK = x 1OOO
Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tertentu pada pertengahan tahun
4. Angka kasus fatal
EPIDEMIOLOGI 21
Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam jangka
waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh penderita pada waktu
yang sama dalam persen atau permil.
Jumlah kematian karena penyakit tertentuAKF = x 1OOO
Jumlah seluruh penderita penyakit tertentu
5. Angka kematian neonatal
Yaitu jumlah angka kematian bayi usia di bawah usia 28 hari pada
jangka waktu (satu) tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pada jangka
waktu tahun yang sama dalam persen atau permil.
Jumlah kematian bayi umur <28 hariAKN = x 1OOO
Jumlah bayi lahir hidup pada tahun yang sama
6. Angka kematian perinatal
Yaitu jumlah kematian bayi satu minggu dalam satu tahun di bagi
dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dalam persen
atau permil.
Jumlah kematian bayi usia 1 minggu dalam 1 tahun
AKP = x 1OOO Jumlah bayi lahir hidup pada tahun yang sama
7. Angka kematian ibu
Yaitu jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, dan nifas
dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun
yang sama dengan persen atau permil.
Jml. Kematian ibu karena hamil, persalinan & nifas dlm 1 tahunAKI = x 1OOO
Jml. Lahir hidup pada tahun yang sama
Angka kesuburan (fertility rate)
EPIDEMIOLOGI 22
1. Angka kelahiran kasar (Crude Fertility Rate) adalah jumlah kelahiran
hidup per tahun dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun
dalam persen atau permil.
Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahunCBR = x 1OOO Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
2. Angka kelahiran umum (General Fertility Rate) adalah jumlah lahir
hidup per tahun dibagi dengan jumlah wanita usia subur per tahun
dalam persen atau permil.
Jumlah kelahiran hidup selama 1 tahunGFR = x 1OOO Jumlah penduduk wanita usia subur pada pertengahan tahun
3. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate) adalah
banyaknya kelahiran dari wanita pada suatu kelompok umur pada
suatu tahun tertentu per seribu wanita pada kelompok umur dan
pertengahan tahun yang sama.
jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur i pada tahun tertentu
ASFRi = x 1OOO jmh penduduk wanita kelompok umur i pd pertengahan tahun yg sama
I. Surveilans Epidemiologi
Defenisi surveilans :
Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan
penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan
tindakan.
Menurut CDC (Center of Disease Control) : pengumpulan, analisis dan
interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang
diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya
EPIDEMIOLOGI 23
kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data secara
tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya.
Pengamatan epidemiologis secara garis besar dapat dilakukan dengan
2 cara :
1. Surveilans pasif
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan sarana
pelayanan di daerah.
Ciri surveilans pasif :
Unit surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan
diri pada klinik/ rumah sakit/ unit pelayanan yang berfungsi
sebagai unit-unit surveilans terdepan dalam pengumpulan data
surveilans.
Unit surveilans epidemiologi membiarkan klinik/ rumah sakit/
unit pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan
data surveilans yang ada di tempatnya.
2. Surveilans aktif
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk
mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relative singkat dan
dilakukan oleh petugas kesehatan secara teratur seminggu sekali atau
2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya kasus baru
penyakit tertentu.
Ciri surveilans aktif :
EPIDEMIOLOGI 24
Unit surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah,
sehingga tidak ada satupun kasus yang lepas dari pendataan.
Unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk
meminta data surveilans epidemiologi yang dibutuhkan sehingga
tidak ada satupun sumber data yang tidak terekam datanya.
Untuk mengatasi kelemahan dan memperbesar kelengkapan data
kegiatan yang dilakukan :
1. Surveilans yang sederhana
2. Pemanfaatan data yag besar di tingkat operasional
3. Umpan balik yang efisien
4. Supervisi dan pertemuan berkala untuk asistensi dan validasi data
5. Dukungan politik, dana, dan sarana
6. Perbaikan data terus-menerus
Tujuan surveilans :
1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak)
2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan
pengendalian penyakit
3. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
4. Monitoring kecenderungan (Tren) penyakit endemis dan mengestimasi
dampak penyakit di masa mendatang.
5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.
EPIDEMIOLOGI 25
Contoh tujuan surveilans dalam menganalisis masalah kesehatan yang
ditelitinya :
1. Deteksi kejadian luar biasa (KLB), letusan (outbreak), wabah (epidemi)
2. Memantau kecederungan penyakit endemik
3. Evaluasi intervensi
4. Memantau kemajuan pengendalian
5. Memantau kinerja program
6. Prediksi KLB, letusan (outbreak), wabah (epidemi)
7. Memperkirakan dampak masa datang dari penyakit
Kegunaan hasil kegiatan surveilans epidemiologi :
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu
penyakit
2. Menentukan penyakit mana yang diprioritaskan untuk diobati/
diberantas
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah
Wabah adalah kejadian penyakit melebihi dari normal/ kejadian yang
biasa terjadi
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan
penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya, seperti
program mengatasi kecelakaan, program kesehatan gizi, program gizi,
dll
5. Mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan
EPIDEMIOLOGI 26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Perkembangan epidemiologi yang sedemikian pesat merupakan
tantangan yang sangat berat bagi tenaga kesehatan karena keadaan
tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan perbaikan sanitasi dan perbaikan
ekonomi, tetapi merupakan masalah yang sangat kompleks yang melibatkan
berbagai disiplin ilmu dan berbagai instansi atau intitusi.
B. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa dapat menambah referensi tertentu dan
bisa mengembangkan isi makalah tentang “epidemiologi”.
EPIDEMIOLOGI 27
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Angggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :
EGC
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Citra Aditya
Bakti
http://ajago.blogspot.com/2007/11/dasar-e-p-i-d-e-m-i-o-l-o-g-i.html
http://epidemiologidkn.blogspot.com/
http://redzuannorazlan.blogspot.com/2010/06/pengenalan-epidemiologi-dan-
konsep.html
http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/12/ikm2-epidemiologi1.pdf
http://usupress.usu.ac.id/files/Kimia%20Dasar%20-%20Final_bab%201.pdf
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-menular-dan-tidak-
menular.html
http://www.jevuska.com/2010/06/20/epidemiologi-penyakit-menular-definisi-
faktor-mekanisme
LDFE UI, Dasar-dasar Demografi, Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, UI,
Jakarta
Noor, Nur Nasry, MPH. 2000. Pengantar Epidemiologi : Penyakit Menular.
Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S.2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta :
PT.Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin (2009) Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta : EGC
EPIDEMIOLOGI 28