Enzim
-
Upload
awaluddin1490 -
Category
Documents
-
view
120 -
download
0
description
Transcript of Enzim
![Page 1: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh kita meruakan laroratorium yang sangat rumit, sebab didalamnya
terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam, penguraian zat – zat yang terdapat
dalam makanan kita, penggunaan hasil penguraian untuk menghasilkan energi,
penggabungan kembali hasil uraian untuk membentuk persediaan makanan dalam
tubuh serta banyak reaksi lain yang membutuhkan keahlian lhusus serta waktu
yang lama, dapat berlangsung dengan baik di dalam tubuh tanpa memerlukan
suhu tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Reaksi atau proses
kimia yang berlangsung dengan baik dalam tubuh kita ini dimungkinkan dengan
adanya suatu katalis yang disebut enzim.
Untuk membedakannya, maka setiap enzim diberi nama secara umum
nama setiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya, dengan penambahan
“ase” dibelakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan bantuan
enzim. Pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang dengan cepat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim mempunyai gugus bukan protein, jadi
termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas
protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein. Gugus bukan protein ini yang
dinamakan kofaktor, ada yang terikat kuat pada protein, ada pula yang tidak
begitu kuat ikatannya.
Peranan enzim sangat strategis dalam semua proses reaksi kimia, ada
banyak peran enzim disamping sebagai katalis. Dilakukannya percobaan kali ini
untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, sehingga
pengetahuan dan pemanfaatan suatu enzim dapat diketahui secara spesifik.
1.2 Tujuan Percobaan
– Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase
– Mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzin amilase
– Mengetahui aktivitas enzim urease
78
![Page 2: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/2.jpg)
1.3 Prinsip Percobaan
– Suhu
Untuk mengenal pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilasedengan
mencampurkan enzim amilase dengan substrat amilum dengan suhu yang
berbeda – beda, dan ditambahkan dengan indikator I2.
– pH
pH pada aktivitas enzim amilase dengan inkubasi suhu ruangan yang
kemudian ditambahkan dengan substrat amilum dengan masing – masing
tabung yang pHnya berbeda – beda, kemudian ditambahkan indiaktor I2 yang
akan mendapatkan warna yang sesuai pada pH 7.
– Aktivitas enzim urease
Untuk mengidentifikasi adanya enzim urease pada ekstrak yang telah
ditambahkan dengan substrat sehingga menghasilkan produk yang
ditunjukkan dengan warna merah lembayung setelah ditambahkan indikator
PP.
79
![Page 3: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim merupakan polimer biologik yang mengkatalis lebih dari satu
proses dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang
ini. Sebagai determinan yang menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai
peristiwa fisiologik, enzim memainkan peranan sentral dalam masalah kesehatan
dan penyakit. Pemecahan makanan untuk memasok energi serta unsur – unsur
kimia pembangun tubuh (building blocks). Perakitan building blocks tersebut
menjadi protein, membran sel serta DNA yang mengkodekan informasi genetic
dan akhirnya menggunakan energi untuk menghasilkan gerakan sel, semua ini
dimungkinkan dengan adanya kerja enzim – enzim yang terkoordinasi secara
cermat. (Harper, 1999).
Enzim memiliki tenaga katalik yang luar biasa, yang biasanya jauh lebih
besar daripada katalisator sintetik. Spesifisitas enzim amat tinggi terhadap
substratnya, enzim mempercepat reaksi kimiawi spesifik tanpa pembentukan
produk samping, dan molekul ini berfungsi dalam larutan encer pada keadaan
suhu dan pH normal. Hanya sedikit katalisator non-biologi yang dilengkapi
dengan sifat – sifat ini (Lehninger, 1982).
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan
urut-urutan yang beratur, enzim mengkatalis makromolekul sel dari prekursor
sederhana. Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein
dan aktivitas kataliknya bergantung pada integritas strukturnya sebagai protein.
Sebagai contoh, jika suatu enzim di didihkan dengan asam kuat atau diinkubasi
dengan tripsin, yaitu perlakuan yang memotong rantai polipeptida, aktivitas
kataliknya biasanya akan hancur. Hal ini memperlihatkan bahwa struktur
kerangka primer protein enzim dibutuhkan untuk aktivitasnya. Selanjutnya jika
kita mengubah berlipatnya rantai protein yang khas dari suatu protein enzim
untuk oleh panas, oleh perlakuan pH yang jauh menyimpang dari keadaan normal,
atau oleh perlakuan senyawa perusak lainnya, aktivitas katalik enzim juga akan
80
![Page 4: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/4.jpg)
lenyap. Jadi, struktur primer, sekunder dan tersier protein enzim penting bagi
aktivitas kataliknya (Lehninger, 1982).
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang
terjadi di dalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108
sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu
juga mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka
enzim dapat menurunkan energi aktivitas suatu reaksi kimia (Poedjiadi, 1994).
Banyak enzim yang mengkatalis proses pemindahan gugus dan reaksi lain
memerlukan, disamping substratnya, sebuah molekul organik sekunder yang
dikenal sebagai koenzim, karena tanpa koenzim, enzim tersebut tidak aktif.
Koenzim akan memperbesar kemampuan katalik sebuah enzim sehingga jauh
melebihi kemampuan yang ditawarkan hanya oleh gugus fungsional asam
aminonya, yang menyusun massa enzim tersebut. Koenzim yang berikatan erat
bersama enzim lewat ikatan kovalen atau gaya non kovalen, pemindahan gugus
serta isomerisasi, dan reaksi yang membentuk ikatan kovalen. Reaksi lisis,
termasuk reaksi hidrolisis, yang dikatalisis oleh enzim – enzim pencernaan, tidak
memerlukan koenzim (Harper, 1999).
Suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada suatu reaksi
saja. Untuk dapat bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau
kontak dengan enzim atau substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih
besar daripada substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat
berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya
terjadi di bagian tertentu saja. Tempat atau bagian aktif mempunyai ruang yang
tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau
konfirmasi lain, maka tidak dapat ditampung dibagian aktif suatu enzim. Dalam
hal ini enzim itu tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Itulah mengapa tiap
enzim mempunyai kekhasan terhadap substrat tertentu. Hubungan atau kontak
antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks enzim – substrat.
Kompleks ini merupakan kompleks enzim yang aktif, yang bersifat sementara dan
akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi (Poedjiadi, 1994).
81
![Page 5: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/5.jpg)
Hampir semua enzim dapat diracuni atau dihambat oleh senyawa kimiawi
tertentu. Penelitian mengenai senyawa penghambat enzim telah diperoleh
informasi yang berguna dalam menjelaskan lintas metabolik di dalam sel. Lebih
lanjut, beberapa obat yang bermanfaat di dalam dunia kedokteran nampaknya
berfungsi karena senyawa ini dapat menghambat enzim – enzim tertentu yang
mengganggu kerja sel. Terdapat dua jenis utama penghambat enzim, yaitu yang
bekerja secara tidak dapat balik (irreversibel) dan dapat balik (reversibel).
Penghambat tak dapat balik adalah golongan yang bereaksi dengan merusakkan
suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas
katalitiknya. Terdapat dua jenis penghantar dapat balik yakni kompetitif berlomba
dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi sekali berikat tidak
dapat diubah oleh enzim tersebut. Penghambat non kompetetif juga bersifat dapat
balik tetapi bukan ileh substrat. Penghambat berikatan pada sisi aktif enzim selain
sisi tempat substrat berikatan pada sisi enzim selain sisi tempat substrat berikatan,
mengubah kornformasi molekul enzim, sehingga mengakibatkan inaktifasi dapat
balik katalik (Lehninger, 1982).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya. Sedangkan masing –
masing enzim diberi nama menurut nama substratnya misalnya urease, arginase
dan lain – lain. Enzim dibagi dalam enam golongan bersar. Penggolongan ini
didasarkan pada reaksi kimia dimana enzim memegang peranan.
Enam golongan tersebut adalah :
1. Oksidoreduksi
2. Transferase
3. Hidrolase
4. Liase
5. Isomerase
6. Ligase (Poedjiadi, 1994)
Enzim – enzim yang berkerja pada hidrolisis lemak dan minyak dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu enzim lipase dan enzim
esterase. Keduanya terlihat baik dalam proses metabolisme lemak maupun
penguraian dan kerusakan lemak. Enzim lipase dan enzim esterase sering sukar
82
![Page 6: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/6.jpg)
dibedakan secara fisiologik, enzim ini penting artinya karena dengan
menghidrolisis lemak dihasilkan asam lemak bebas dan gliserol yang penting
peranannya dalam metabolisme dalam tubuh. Di bidang industri lemak dan
minyak, enzim – enzim ini sangat penting karena dalam peranannya dalam
mengendalikan proses produksi lemak dan minyak, misalnya pada minyak goreng
dan margarine dalam proses produksi menyingkirkan cita rasa dan bau – bauan
yang tidak dikehendaki dapat diatur untuk ditampilkan (Winarno, 1983).
Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul
protein dengan cara hidrolisis disebut enzim proteolitik atau protease. Oleh karena
yang dipecah adalah ikatah pada rantai peptida, maka enzim tersebut dinamakan
juga peptidase. Endopeptidase memecah protein pada tempat – tempat tertentu
dalam molekul protein dan biasanya tidak mempengaruhi gugus yang berbeda
terletak diujung molekul. Sebagai contoh endopeptidase adalah enzim penting
yang terdapat dalam usus halus dan papain, suatu enzim yang terdapat dalam
pepaya. Ekosopeptidase bekerja terhadap kedua ujung molekul protein.
Karboksipeptidase dapat melepaskan asam amino yang memiliki gugus – COOH
bebas pada ujung molekul protein, sedangkan amino peptidase dapat melepaskan
asam amino pada ujung lain yang memiliki gugus –NH2 bebas (Poedjiadi, 1994).
Enzim – enzim yang memerlukan koenzim umumnya, ternyata
mengkatalis reaksi – reaksi pemindahan gugus, dari suatu substrat ke senyawa lain
yang menerima gugus tersebut. Gugus yang dipindahkan gugus tersebut dapat
berupa H atau elektorn dan enzim yang terlibat adalah enzim yang mengkatalisis
reaksi oksidasi – reduksi. Selain itu, gugus yang dipindahkan dapat pula berupa
gugus H, seperti ketal, karboksilat, amina dan lain – lain. Koenzim lain ternyata
diperlukan oleh enzim – enzim pemindah gugus yang bukan H. Koenzim tersebut
adalah asam lipoat, ATP dan nukleotida triposfat lain, biotin, gula fosfat. KoA,
Kobamida, koenzima folat dan pirodoksal fosfat (Sadikin, 2002).
Pemanfaatan enzim dalam industri pangan antara lain amilase dalam
pembentukan roti. Enzim tersebut sangat diperlukan dalam memperbaiki sifat –
sifat fungsional adonan roti. Secara tradisional enzim yang banyak digunakan
adalah enzim amilase dari gandum dan baney, serta gabungan enzim amilase dan
83
![Page 7: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/7.jpg)
protease dari kapang. Berbagai enzim dari bakteri muncul dan mengambil peranan
dalam produksi soda crackers, snack dan pizza. Berbagai sirup dapat dikeruhkan.
Seperti sirup glukosa dan maltosa yang dapat dibuat baik secara enzimatik
maupun non enzimatik. Derajat hidrolisis pati sering disebut dekstrose (glukosa)
dan dinyatakan sebagai prosentase dari bahan kering. Enzim pada sari buah
digunakan untuk penjernihan sari apel, menstabilkan sari jeruk, pengendalian
reaksi pencoklatan pada sayuran dan buah. Serta pengempukan daging
menggunakan enzim protease dan dari mikroba lain, misalnya Bacillus subtilis
dan Aspergillus orizae (Winarno, 1983).
Hambatan tidak bersaing (non Competitive Inhibition) tidak dipengaruhi
oleh besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya disebut
inhibitor tidak bersaing. Dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim
pada suatu bagian enzim di luar bagian aktif. Penggabungan antara inhibitor
dengan enzim terjadi pada enzim bebas (Page, 1989).
Koenzim
Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat
berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor
ini dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Gugus prostetik
2. Koenzim
3. Aktifator
Yang dimaksud dengan gugus prostetik ialah kelompok kofaktor yang
terikat pada enzim dan tidak mudah terlepas dari enzimnya. Sebagai contoh flavin
adenin dinukleotida adalah gugus prostetik yang terikat pada enzim suksinat
dehidrogenase. Suatu koenzim adalah molekul organik kecil, tahan terhadap
panas, yang mudah terdisosiasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya dengan cara
dialisis. Contoh – contoh koenzim ialah NAD, NADP, asam tetra hidrofosfat,
tiamin prosfosfat dan ATP. Aktivator pada umumnya ialah ion – ion logam yang
terikat atau mudah terlepas dari enzim. Contoh aktivator logam ialah K+, Mn++,
Mg++, Cu++ atau Zn++. Dari tiga kelompok kofaktor tersebut, peranan koenzim dan
gugus prostetik serta hubungannya dengan vitamin.
84
![Page 8: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/8.jpg)
Vitamin ialah golongan senyawa kimia yang terdapat dalam jumlah kecil
makanan tetapi mempunyai arti yang penting. Sebagb kekurangan vitamin akan
menimbulkan beberapa jenis penyakit, misalnya beri – beri skorbut, rabun senja
dan lain – lain yang digolongkan ke dalam golong ke dalam penyakit kekurangan
vitamin atau avitaminosis. Beberapa koenzim mempunyai struktur yang mirip
dengan vitamin tertentu. Pada koenzim tertentu, molekul, vitamin menjadi bagian
dari molekul tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tampak pada
contoh berikut ini.
1. Niasin adalah nama vitamin yang berupa molekul nikotinamida atau asam
nikotinoat. Niasin terdapat dalam jaringan hewan maupun tumbuhan. Daging
adalah bahan makanan yang mengandung banyak manis. Molekul
nikotinamida
Terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+ atau NADP+. Kekurangan
niasin mengakibatkan pellagra pada manusia (Winarno, 1992).
85
![Page 9: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
– Beaker gelas
– Tabung reaksi
– Pipet tetes
– Rak tabung reaksi
– Penangas air
– Gelas ukur
3.1.2 Bahan
– Air liur sebagai sumber amilase
– Es batu
– Amilum
– I2
– Larutan pH 1
– Larutan pH 7
– Larutan pH 11
– Ekstrak kedelai sebagai sumper urease
– Urea
– Indikator PP
– Aquadest
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
– Diambil 20 tetes enzim amilase, diencerkan dengan cara menambahkan
aquadest
86
![Page 10: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/10.jpg)
– Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing – masing 20 tetes amilase
hasil pengenceran.
– Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 0oC pada tabung pertama pada
tabung kedua 27oC dan 100oC pada tabung ketiga.
– Ditambah 10 tetes amilum pada tiap – tiap tabung reaksi. Kemudian
diinkubasi lagi selama 10 menit. Pada tabung pertama dengan cara
merendam tabung dalam air es. Tabung kedua dibiarkan pada suhu
ruangan dan pada tabung ketiga diamsukkan ke dalam penangas air
bersuhu 100oC.
– Ditambahkan indikator I2 sebanyak 2 tetes pada tiap – tiap tabung.
– Diamati perubahan warnanya pada tiap tabung.
3.2.2 Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
– Diambil 20 tetes enzim amilase, diencerkan dengan cara menambahkan
aquadest
– Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing – masing 10 tetes amilase
hasil pengenceran.
– Ditambahkan larutan pH pada masing – masing tabung, tabung pertama
pH 1, tabung kedua pH 7 dan tabung ketiga pH 11
– Diinkubasi 10 menit
– Ditambahkan amilum 10 tetes pada masing – masing tabung, diinkubasi
lagi 10 menit.
– Ditambahkan I2 2 tetes, diamati perubahan warnanya.
3.2.3 Pengaruh aktivitas enzim urease
– Diambil 20 tetes enzim urease
– Ditambahkan substrat urea 10 tetes, diinkubasi selama 10 menit di suhu
ruangan.
– Ditambahkan indikator PP 2 tetes
– Dikocok dan diamati perubahan warna.
87
![Page 11: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/11.jpg)
20 tetes air liur
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan bening Larutan bening Larutan bening
Larutan Ungu pekat
LarutanKuning kecoklatan
Larutan Ungu pekat
20 tetes air liur
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan bening Larutan bening Larutan bening
Larutan Ungu pekat
LarutanOrange
Larutan Ungu pekat
3.3 Flow Sheet
3.3.1 Pengaruh suhu
Diinkubasi 0oC Diinkubasi 27oC Diinkubasi 100oC
Di (+) amilum Di (+) amilum Di (+) amilum
Diinkubasi lagi Diinkubasi lagi Diinkubasi lagi
Di (+) I2 Di (+) I2 Di (+) I2
3.3.2 Pengaruh pH
Di (+) pH 1 Di (+) pH 7 Di (+) pH 11
Diinkubasi Diinkubasi Diinkubasi
Di (+) amilum Di (+) amilum Di (+) amilum
Diinkubasi Diinkubasi Diinkubasi
Di (+) I2 Di (+) I2 Di (+) I2
88
![Page 12: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/12.jpg)
20 tetes Ekstrak kedelai
Larutan Putih susu
Larutan Merah Lembayung
3.3.3 Aktivitas Enzim Urease
Di (+) substrat urea
Diinkubasi
Di (+) indikator PP
Dihomogenkan
89
![Page 13: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Perlakuan Uji Pengamatan
1.
2
Uji Suhu
a). 0oC
– 20 tetes enzim dimasukkan ke tabung
reaksi inkubasi di dalam beaker gelas
yang berisi es batu 10 menit + I2 2 tetes
– Dihomogenkan
b). 27oC
– 20 tetes enzim inkubasi 10 menit di
suhu ruangan + 10 tetes amilum inkubasi 10 menit lagi + I2 2 tetes.
– Dihomogenkan
c). 100oC
– 20 tetes enzim inkubasi 10 menit diwaterbatch + 10 tetes amilum inkubasi 10
menit lagi + I2 2 tetes.
– Dihomogenkan
Uji pH
a. pH 1
– 20 tetes enzim + pH 1 10 tetes inkubasi
10 menit + 10 tetes amilum inkubasi 10
menit + I2 2 tetes.
– Dihomogenkan
Warnanya kehitaman
Ungu pekat
Warnanya kuning –
Kecoklatan
Warnanya hitam
Keunguan / ungu pekat
Ungu pekat
90
![Page 14: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/14.jpg)
3
b. pH 7
– 20 tetes enzim + 10 tetes pH 7 inkubasi
10 menit + 10 tetes amilum inkubasi 10
menit + I2 2 tetes.
– Dihomogenkan
c. pH 11
– 20 tetes enzim + 10 tetes pH 11 inkubasi 10 menit + 10 tetes amilum inkubasi 10 menit + I2 2 tetes.
– Dihomogenkan
Uji aktivitas enzim urease
– 20 tetes ekstrak kedelai + 10 tetes
substrat urea inkubasi 10 menit disuhu
ruangan + 2 tetes indikator PP
– Dihomogenkan
Warnanya kuning orange
Ungu pekat
Warnanya merah lembayung
4.2 Pembahasan
Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim konsentrasi ensim, suhu,
pH, produk reaksi, senyawa penghambar (inhibitor).
Konsentrasi enzim. Katalisasi terjadi hanya jika enzim dan substrat
membentuk kompleks sementara. Laju reaksi bergantung pada konsentrasinya.
Jika substrat cukup tersedia, kelipatan dua konsentrasi enzim menyebabkan
peningkatan laju reaksi dua kali lipat. Dengan penambahan lebih banyak lagi
enzim, laju mulai konstan sebab substrat menjadi terbatas.
pH. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh PH medium dengan berbagai cara.
Biasanya terdapat pH optimum bagi suatu enzim untuk berfungsi, dan terjadi
penurunan aktivitas pada nilai pH yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Suhu. Semakin tinggi suhu, semakin naik laju reaksi kimia baik yang
dikatalis maupun yang dikatalis oleh enzim. Yang perlu diingat bahwa enzim
91
![Page 15: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/15.jpg)
adalah protein. Jadi semakin tinggi suhu proses inaktifasi enzim juga meningkat.
Keduanya juga mempengaruhi laju enzimatik secara keseluruhan. Suhu yang
terlalu tinggi dapat mempercepat pemecahan atau perusakan enzim, namun
semakin tinggi suhu (dalam batas tertentu) semakin aktif enzim tersebut. Bila
suhu rendah mendekati titik beku tidak akan merusak enzim, namun enzim tidak
dapat bekerja. Kerja enzim akan maksimum pada suhu optimum. Suhu optimum
adalah suhu dimana enzim memiliki aktivasi maksimum.
Produk reaksi. Laju reaksi enzimatik dapat ditentukan dengan mengukur
kecepatan hilangnya substrat atau kecepatan munculnya produk, atau keduanya.
Dalam beberapa hal produk dapat menghambat kemajuan reaksi dengan cara
bergabung dengan enzim sedemikian rupa sehingga pembentukan kompleks
enzim substrat terhambat.
Senyawa pernghambat (inhibitor). Banyaknya senyawa penghambat dapat
menghalangi efek katalitik enzim. Sebagai senyawa itu anorganik misalnya kation
logam, dan sebagian lagi senyawa organik. Penghambat biasanya mempunyai
struktur serupa dengan substrat sehingga mampu bersaing merebutkan sisi aktif
enzim.
Golongan enzim terbesar adalah :
– Oksidereduktase = melepas dan menambah elektron
– Transferase = memindahkan gugus kimia
– Hidrolase = memutuskan ikatan kimia (misalnya amida, ester,
glikosida) dengan menambahkan unsur air
– Liase = membentuk ikatan ganda dengan menghilangkan
satu gugus kimia
– Isomerase = mentara kembali atom suatu molekul untuk
membentuk struktur isomer.
– Ligase = memasangkan dua molekul dengan hidrolisis ATP
atau nukleotida trifosfat lainnya.
– Polimerase = menghubungkan sub unit (monomer) menjadi
polimer seperti RNA atau DNA.
Enzim disebut katalisator, karena enzim hidup sebagai pengkatalis.
92
![Page 16: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/16.jpg)
Perlakuan pertama adlaah menguji pengaruh suhu terhadap aktivitas
enzim, dengan sampel air liur yang telah diencerkan diamsukkan ke dalam 3
tabung, setelah itu diinkubasi selama 10 menit pada suhu yang berbeda – beda.
Tabung pertama pada suhu 0oC (direndam dalam es batu), tabung kedua 27oC
(suhu ruangan) dan tabung ketiga pada suhu 100oC (dididihkan dalam penangas
air). Dari ketiga tabung perbedaan suhu yang diberikan terhadap enzim amilase
tersebut, diperoleh hasil akhir yang tidak sama yaitu warna tabung pertama ungu
pekat, tabung kedua kuning, tabung ketiga ungu pekat. Maka percobaan ini
berhasil karena pada tabung kedua dengan suhu 27oC mendapatkan hasil yang
sama sesuai dengan teori.
Perlakuan kedua adalah menguji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim,
dengan sampel air liur yang diencerkan diamsukkan dalam 3 tabung, dengan pH
yang berbeda – beda, tabung pertama dimasukkan atau ditambahkan larutan pH 1,
kemudian diinkubasi 10 menit, ditambahkan amilum diinkubasi lagi 10 menit dan
ditambahkan I2 yang berfungsi sebagai indikator yang akan memberikan
perubahan warna menjadi kuning bila enzim bekerja optimum, maka didapatkan
hasil dengan warna ungu pekat, begitupun pada tabung kedua dengan pH 7
dengan hasil kuning orange, maka menunjukkan kerja enzim optimum pada suhu
netral, dan pada tabung ketiga dengan pH 11 dengan warna ungu lembayung,
maka kerja enzim tidak optimum.
Perlakuan ketiga adalah menguji aktivitas enzim urease dengan sampel
ekstrak kedelai lalu ditambahkan substrat urea sehingga menghasilkan produk
setelah diinkubasi 10 menit, dan ditambahkan indikator pp yan gberfungsi untuk
mengidentifikasi adanya enzim urease ditandai warna merah lembayung.
Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang
mentransferkan gugus kimia / elektron dari 1 enzim ke enzim yang lain,
sedangkan kofaktor adalah berupa bahan anorganik.
Apoenzim bagian protein enzim yang terdenaturasi oleh pemanasan atau
enzim yang memerlukan kofaktor, namun tidak terdapat kofaktor yang terikat
dengannya.
93
![Page 17: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/17.jpg)
Holoenzim adalah enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalis
dengan koenzim atau gugus logamnya.
Aplikasi enzim yaitu :
1. Enzim Xilanase
Ex : menjernihkan jus
2. Enzim Selulase
Ex : mengeluarkan kulit dari biji – bijian
3. Enzim Himiselulase
Ex : digunakan dalam daur ulang kertas
4. Enzim Amilase
Ex : digunakan untuk menghilangkan kanji di dalam buah – buahan semasa
pemrosesan jus buah – buahan.
Faktor – faktor kesalahan enzim amilase yang kurang banyak sehingga
terjadi kesalahan di dalam perlakuan suhu & pH, dan enzim urease yang
diletakkan atau disimpan di dalam kulkas, sehingga menghambat kerja enzim.
Adapun reaksi dari amilum + I2 adalah :
Reaksi NH3 + CO2
94
![Page 18: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/18.jpg)
2NH3 + CO2 NH2CONH2 + H2O
Reaksi Urea
Adapun fungsi dari penambahan reagen dan perlakuan percobaan yaitu :
– Amilum sebagai substrat yang akan berikatan dengan enzim amilase untuk
membentuk β-maltosa
– Air liur sebagai sumber enzim amilase yang menghidrolisis amilum untuk
membentuk β-maltosa.
– Indiaktor I2 sebagai indikator yang menunjukkan warna baik sebagai uji positif
atau uji negatif dalam suatu reaksi yang terjadi.
– Larutan pH sebagai larutan yang mempertahankan pada pH yang telah
ditentukan
– Pemanasan dilakukan agar suhu meningkat menjadi 100oC atau agar enzim
mengalami denaturasi.
Pendinginan dilakukan agar suhu larutan menjadi 0oC atau agar enzim
tidak aktif.
Dari percobaan yang telah dilakukan pada uji urease digunakan ekstrak
kacang kedelai sebagai aktivitas enzim urease dimana pengenceran yang
dilakukan terhadap 20 tetes substrat urea dan diinkubasi selama 10 menit
menghasilkan warna putih susu. Perlakuan inkubasi pada sampel untuk
mengetahui apakah terjadi perubahan pada sampel setelah itu ditambahkan
indikator PP, 2 tetes. Penambahan indikator PP berfungsi sebagai penunjukan
adanya basa dalam sampel.
Pada perlakuan aktivitas enzim amilase terhadap suhu menggunakan liur
sebagai sumber amilase. Air liur yang telah dilakukan pengenceran di pipet 30
tetes ke dalam 3 tabung reaksi diinkubasi selama 10 menit dalam suhu yang
berbeda yaitu suhu 0oC, 27oC, dan 100oC. Setelah masa inkubasi tidak
95
![Page 19: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/19.jpg)
menghasilkan perubahan pada sampel dan ditambahkan dengan amilum dan
diinkubasi lagi. Penambahan amilum untuk membentuk suatu produk, setelah
diinkubasi selama 10 menit setiap tabung reaksi ditambahkan I2 2 tetes dan
dikocok. Pada tabung reaksi 1 terjadi perubahan warna menjadi ungu pekat, hal
ini menunjukkan enzim bekerja inaktif (bereaksi terjadi sangat lambat) titik 0oC
menunjukkan suhu optimum, yaitu suhu yang menyebabkan terjadinya reaksi
kimia dengan kecepatan paling besar. Pada tabung 2 pada suhu terjadi perubahan
warna kuning kecoklatan. Pada suhu ruangan ini enzum bereaksi atau bekerja
membentuk suatu produk pada suhu optimal ini, sehingga bekerja aktif. Pada
tabung 3 dengan suhu 100oC terjadi perubahan warna ungu pekat, kenaikan suhu
sebelum terjadinya denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi sehingga suhu
diatas 60oC membuat sebagian enzim menjadi tidak aktif bekerja.
Pada perlakuan aktivitas enzim amilase terhadap pH juga menggunakan air
liur yang telah diencerkan dan dipipet ke dalam 3 tabung reaksi ditambah pH 1,
pH 7 dan pH 11 ke dalam 3 tabung yang berbeda dan diinkubasi selama 10 menit.
Setelah diinkubasi selama 10 menit ditambah 10 tetes amilum pada setiap tabung
reaksi untuk mendeteksi apakah terjadi produk pada setiap tabung. Hasilnya
menunjukkan tidak terjadi perubahan tetap berwarna bening dan diinkubasi lagi
selama 10 menit. Setelah masa inkubasi 10 menit ditambahkan I2 2 tetes pada
setiap tabung. Pada tabung 1 terjadi perubahan warna menjadi ungu pekat ini
menunjukkan adanya enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah.
pH 1 menunjukkan angka asam sehingga H+ dengan asam amino terprotonasi
dimana asam amino yang satu dengan asam amino yang lain semakin jauh
sehingga ikatan lemah maka kuning orange dimana pH 7 merupakan pH enzim di
dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 dan 9,0. Pada
tabung 3 terjadi perubahan warna menjadi ungu lembayung dimana pH 11
menunjukkan adanya denaturasi yang mengakibatkan menurunnya aktivitas
enzim. pH 11 memiliki angka asam. Dimana asam amino yang satu dan yang lain
semakin membesar sehingga terjadi tabrakan dan terjadi denaturasi pada ikatan
peptidanya.
Aplikasi enzim yaitu :
96
![Page 20: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/20.jpg)
Lipase
Ex : - mengurangkan lemak dalam makanan seperti daging
- bertindak balas terhadap lemak susu dalam penyedikan keju
Renin
Ex : - dapat mendidihkan susu
Selulosa
Ex : - melembutkan sayur yang tinggi kandungan serabutnya
- mengeluarkan butiran kulit daripada bijian seperti gandum
- mengasinkan agar-agar daripada rumput lau dengan menguraikan
dinding sel daun rumapi dan membebaskan agar–agar yang terkandung
didalamnya.
Amilase
Ex : - terdapat dalam detergen untuk meningkatkan kotoran seperti coklat,
ikan dan telur daripada pakaian.
- ditambah dalam proses pencairan kanji sebelum penambahan ragi
dalam industri alkohol.
97
![Page 21: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
– Enzim dapat bekerja maksimal pada suhu optimum, yakni pada suhu
kamar dimana kerja enzim paling optimal. Suhu yang tinggi menyebabkan
kerusakan / denaturasi enzim, sedang pada suhu rendah (0o) enzim inaktif.
– Enzim dapat bekerja maksimum pada pH optimal yang umumnya sesuai
dengan pH pada jaringan tempat enzim berada. Umumnya pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah dapat merusak enzim amilase.
– Uji aktivitas enzim urease bersifat positif dengan ditunjukkan merah
lembayung setelah diberi indikator PP.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur percobaan agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
98
![Page 22: Enzim](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062314/55cf8f77550346703b9ca31a/html5/thumbnails/22.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, A.L. 1982. Dasar – Dasar Biokimia I. Erlangga : Jakarta
Murray, R. Dkk. 1999. Biokimia Harper. EGC : Jakarta
Poge, Davids. 1989. Prinsip – Prinsip Biokimia Edisi Kedua. Erlangga : Jakarta
Poedjiadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta
Sadikin, M.H. 2002. Biokimia Enzim. Widya Medika : Jakarta
Winarno, F.G. 1983. Enzim Pangan. Gramedia : Jakarta
99