Entre_Analisis Pengaruh Modal Sosial Terhadap Nilai-nilai Kewirausahaan_Zainal Arifin, Lisandri,...

download Entre_Analisis Pengaruh Modal Sosial Terhadap Nilai-nilai Kewirausahaan_Zainal Arifin, Lisandri, Jumirin.pdf

of 14

Transcript of Entre_Analisis Pengaruh Modal Sosial Terhadap Nilai-nilai Kewirausahaan_Zainal Arifin, Lisandri,...

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    1

    ANALISIS PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DI PASAR TRADISIONAL TERAPUNG DI BANJARMASIN

    Oleh :

    Zainal Arifin Lisandri

    Jumirin Asyikin - LPPM STIE Indonesia Banjarmasin

    ABSTRAK

    Fungsi pasar sekarang ini tidak hanya sebagai tempat transaksi jual beli tetapi juga

    berperan sebagai tempat bersosialisasi dan bisa juga sebagai tempat wisata. Antara ketiganya membentuk profitabilitas dan afiliasi sosial, dan perhatian orang datang akan membentuk kegiatan usaha (entrepreneurship) dan pada akhirnya menjadi penunjang pemenuhan kebutuhan hidup dan berkontribusi meningkatkan perekenomian masyarakat setempat.

    Pasar Terapung di Kuin Banjarmasin merupakan salah satu pasar tradisional rakyat terunik yang ada di Indonesia.Pasar ini tidak seperti pasar rakyat umumnya yang berada di darat, sesuai namanya, terapung pasar ini terletak di atas sungai, para penjual nya menjajakan dagangan dengan menggunakan jukung (perahu kecil). Yang uniknya lagi, proses transaksi jual beli yang terjadi di pasar ini bukan hanya menggunakan uang namun juga bisa dengan barter diantara para pedagang itu sendiri. Sebagai pasar milik rakyat jumlah pedagang di pasar Terapung kian menurun.Berdasar data dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora), pada 2008, jumlah jukung rombong ada 10 buah. Tahun 2010 hanya tersisa sembilan, hilang satu karena dicuri.Sedangkan jukung biasa, pada 2008 berjumlah 125 buah, hingga kini hanya tersisa 75.Hanya jukung beratap, baik yang bermesin ataupun tidak yang masih tetap, yaitu 25 buah, jumlah ini jauh merosot dibanding tahun tahun sebelumnya.

    Penelitian ini dilakukan pada para pedagang pasar terapung sebanyak 40 orang yang dipilih secara acak untuk menguji hubungan antara modal sosial berupa jejaring sosial, kepercayaan, dan norma terhadap nilai-nilai kewirausahaan dalam bentuk inovatif dan kreatif, oreintasi pada hasil, pengambilan resiko, kepercayaan, dan bekerja keras. Hasil menunjukkan terdapat hubungan secara signifikan antara modal sosial berupa jejaring sosial, kepercayaan, dan norma terhadap nilai-nilai kewirausahaan dalam bentuk inovatif dan kreatif, sifat-sifat kepemimpinan, oreintasi pada hasil, pengambilan resiko, kepercayaan, dan bekerja keras, baik secara parsial maupun secara keseluruhan. Walaupun modal sosial secara keseluruhan cukup baik namun ketidaktahuan para pedagang terhadap cara berinovasi dan kreatif serta mengembangkan sifat-sifat kepemimpinan mengakibatkan pengembangan pasar terapung tidak terlalu maksimal. Sementara generasi muda yang diharapkan memiliki kemampuan tersebut karena memiliki latar belakang pendidikan yang lebih baik, kurang tertarik berdagang di pasar terapung karena kurang memiliki jaringan sosial, kepercaryaan dan kemampuan membuat norma.

    Kata Kunci : Pasar Tradisional. Modal Sosial, Nilai Kewirausahaan

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    2

    PENDAHULUAN Pasar tradisional terutama berupa perdagangan dalam negeri, sebagian besar dijalankan

    dalam bentuk relasi-relasi nonformal antar pelakunya.Pasar secara umum bekerja dalam bentuk pasar yang tidak sempurna (imperfect markets).Ketidaksempurnaan tersebut diindikasikan oleh lemahnya kelembagaan pasar (poor market institutions) secara struktural dan kultural, biaya transaksi yang besar (high search costs) sehingga menjadi tidak efisien, dan struktur informasi yang tidak sempurna dan seimbang (imperfect and asymmetric information).Menghadapi kondisi seperti ini, maka modal sosial menjadi semakin penting.Dalam kondisi pasar yang tidak sempurna (imperfect market), modal sosial tumbuh dengan subur dan menjadi tulang punggung yang menjalankan keseluruhan sistem perdagangan tersebut.

    Kewirausahaan dalam usaha kecil sulit bersaing dengan usaha besar karena perbedaan potensi yang dimiliki oleh keduanya, namun usaha kecil akan mampu bersaing ketika mampu memanfaatkan dan memperkuat peranan modal sosial. Coleman (1988) dalam Suandi (2007) mendefinisikan modal sosial sebagai keseluruhan dari sejumlah aspek struktur sosial yang berfungsi memperlancar tindakan-tindakan individual tertentu. Bentuk-bentuk modal sosial tersebut dapat berupa kewajiban, pengharapan (expectancy), dan struktur rasa kepercayaan, saluran informasi, serta norma dan sanksi yang efektif. Modal sosial juga merupakan sumberdaya yang dapat memberi kontribusi terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat seperti halnya sumberdaya lain (alam, ekonomi, dan sumberdaya manusia). Lebih lanjut Coleman (2000) dalam Sari (2010) menjelaskan bahwa tanpa rasa kepercayaan yang tinggi, jejaring yang luas, dan kepatuhan terhadap norma yang kuat di antara para anggota kelompok, kelembagaan tidak dapat hadir, atau dengan kata lain tidak memiliki modal sosial. Berkaitan dengan hal tersebut, hubungan antar individu maupun kelompok dalam usaha kecil lebih erat sehingga diharapkan akan menciptakan produktivitas yang tinggi dan kerjasama yang lebih erat dalam membentuk sikap kewirausahaan masyarakat.

    Sebagaimana relasi sosial (relasi antar manusia) pada umumnya, selalu melibatkan modal sosial (social capital).Schiff (2000) menyebutkan bahwa di era modern ini, dimana terjadi perdagagan bebas (free trade) dan migrasi bebas (free migration), namun keduanya membutuhkan modal sosial.Selaras dengan itu, Brata (2004) mengatakan bahwa modal sosial merupakan isu menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji belakangan ini.

    Modal sosial sesungguhnya memiliki kontribusi penting dalam pembangunan, khususnya agar tercapainya pembangunan berkelanjutan.Secara umum, menurut Tonkiss (2000) modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan, mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi. Modal sosial perlu dipahami secara baik karena mampu mengurangi dampak ketidaksempurnaan (imperfect) kelembagaan pasar yang umum dijumpai pada pasar tradisional.

    Kewirausahaan sering diartikan sebagai seseorang yang mengerti dan dapat membaca peluang lalu memanfaatkannya untuk kepentingan mereka. Banjarmasin dikenal maasyarakat dengan sebutan kota seribu sungai karena banyak memiliki sungai baik besar maupun kecil, sehingga banyak masyarakatnya tinggal dipinggiran sungai. Oleh masyarakat sungai pada awalnya hanya dimanfaatkan untuk keperluan mandi, cuci, kakus, dan transportasi untuk menghubungkan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Dengan semakin bertambahnya

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    3

    kebutuhan hidup seperti mencari pembeli untuk hasil pertanian atau sungai, maka sebagian masyakatnya membaca peluang untuk memanfaatkan sungai sebagai tempat transaksi yang mudah berpindah atau bergerak (mobile), sehingga terciptalah pasar terapung. Bertahan dan berkembangnya pasar terapung tidak lepas dari nilai-nilai yang dibutuhkan pasar yakni adanya jejaring sosial antara pedagang dengan pembeli atau pelanggan, antara pedagang dengan pemasok yakni petani dan nelayan, dan antar para pedagang itu sendiri dengan sistem barter. Hubungan antar komponen masyarakat tersebut tidak bisa lepas dari kepercayaan yang ada diantara mereka dalam melakukan transaksi untuk tidak ada penipuan atau kecurangan, baik dalam bentuk jual beli maupun pinjaman atau hutang antara pedagang dengan pedagang yang lain, dan antara pedagang dengan petani atau nelayan untuk menutupi kekurangan modal usaha. Sementara untuk mencuptakan kepastian suasana bisnis yang kondusiftersebut dibentuk norma kesepakatan secara sadar namun tidak tertulis seperti apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, misalnya lama pinjaman, keaslian barang dagangan, kesopanan dalam berkata, dan lain sebagainya. Sehingga modal sosial tersebut merupakan bagian penting untuk mempertahankan perilaku kewirausahaam para pedagang pasar terapung.

    Pasar Terapung di Kuin Banjarmasin merupakan salah satu pasar tradisional rakyat terunik yang ada di Indonesia.Pasar ini tidak seperti pasar rakyat umumnya yang berada di darat, sesuai namanya, terapung pasar ini terletak di atas sungai, para penjual nya menjajakan dagangan dengan menggunakan jukung (perahu kecil). Yang uniknya lagi, proses transaksi jual beli yang terjadi di pasar ini bukan hanya menggunakan uang namun juga bisa dengan barter diantara para pedagang itu sendiri.

    Gambar 1 Aktivitas Pasar Terapung Kuin Namun sungguh disayangkan menurut data terakhir, jumlah pedagang di pasar Terapung

    kian menurun.Berdasar data dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora), pada 2008, jumlah jukung rombong ada 10 buah. Tahun 2010 hanya tersisa sembilan, hilang satu karena dicuri.Sedangkan jukung biasa, pada 2008 berjumlah 125 buah, hingga kini hanya tersisa 75.Hanya jukung beratap, baik yang bermesin ataupun tidak yang masih tetap, yaitu 25 buah, jumlah ini jauh merosot dibanding tahun tahun sebelumnya.

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    4

    Selain itu fungsi utama pasar ini yang awalnya sebagai tempat transaksi berubah menjadi area wisata, dan pada umumnya para wisatawan hanya datang untuk menikmati keunikan dan keindahan pasar ini tanpa membantu berputarnya roda jual beli di pasar terapung. PERUMUSAN MASALAH Sehingga berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan dalam model penelitian untuk menjawab pertanyaan ; 1. Apakah modal sosial berupa jejaring sosial berpengaruh secara signifikan terhadap

    pembentukan nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin ? 2. Apakah modal sosial berupa kepercayaan berpengaruh secara signifikan terhadap

    pembentukan nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin ? 3, Apakah modal sosial berupa norma berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan

    nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin ? TINJAUAN PUSTAKA Social Capital (Modal Sosial)

    Modal sosial dapat diterapkan untuk berbagai kebutuhan, namun yang paling banyak adalah untuk upaya pemberdayaan masyarakat. World Bank memberi perhatian yang tinggi dengan mengkaji peranan dan implementasi modal sosial khususnya untuk pengentasan kemiskinan di negara-negara berkembang. Paham yang dikembangkan oleh World Bank dengan menggunakan modal sosial didasari oleh asumsi berikut yaitu (World Bank, 1998): (1) Modal sosial berada dalam seluruh keterkaitan ekonomi, sosial, dan politik; dan meyakini bahwa hubungan sosial (social relationships) mempengaruhi bagaimana pasar dan negara bekerja. Sebaliknya, pasar dan negara juga akan membentuk bagaimana modal sosial di masyarakat bersangkutan. (2) Hubungan yang stabil antar aktor dapat mendorong keefektifan dan efisiensi baik perilaku kolektif maupun individual. (3) Modal sosial dalam satu masyarakat dapat diperkuat, namun membutuhkan dukungan sumber daya tertentu untuk memperkuatnya. (4) Agar tercipta hubungan-hubungan sosial dan kelembagaan yang baik, maka anggota masyarakat mesti mendukungnya.

    Menurut World Bank (1998), social capital adalah a society includes the institutions, the relationships, the attitudes and values that govern interactions among people and contribute to economic and social development. Jadi, modal sosial menjadi semacam perekat yang mengikat semua orang dalam masyarakat. Dalam modal sosial dibutuhkan adanya nilai saling berbagi (shared values) serta pengorganisasian peran-peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan-hubungan personal (personal relationships), kepercayaan (trust), dan common sense tentang tanggung jawab bersama; sehingga masyarakat menjadi tidak lebih dari sekedar kumpulan individu belaka.

    Dalam hal trust, kehidupan ekonomi sangat bergantung kepada ikatan moral kepercayaan sosial yang memperlancar transaksi, memberdayakan kreatifitas perorangan, dan menjadi alasan kepada perlunya aksi kolektif. Ia merupakan ikatan tidak terucap dan tidak tertulis. Masyarakat dengan modal sosial tinggi terlihat dengan rendahnya angka kriminal dan sedikitnya jumlah kebijakan formal. Namun jika modal sosial rendah, dimana social norms-nya sedikit, maka kerjasama antar orang hanya dapat berlangsung di bawah sistem hukum dan regulasi yang formal.

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    5

    Agar beroperasi, modal sosial menuntut partisipasi dalam jaringan, resiprositas, trust, social norm, sifat keumuman pemilikan (the common), dan sikap warga yang proaktif. Modal sosial hanya akan tercipta bila ada sikap resiprositas yang tinggi. Artinya, interaksi bukan suatu accounted exchange sebagaimana dalam kontrak bisnis, tapi kombinasi antara sifat altruis jangka pendek dengan harapan keuntungan dalam jangka panjang. Artinya, suatu kebaikan saat ini dipercaya akan dibalas pada waktu yang tak diduga nanti dalam bentuk yang lain. Secara umum, ada delapan elemen yang berbeda yang harus ada untuk mewudukan modal sosial, yaitu partisipasi pada komunitas lokal, proaktif dalam konteks sosial, perasaan trust dan safety, hubungan ketetanggaan (neighborhood connection), hubungan kekeluargaan dan pertemanan (family and friends connection), toleransi terhadap perbedaan (tolerance of diversity), berkembangnya nilai-nilai kehidupan (value of life), dan adanya ikatan-ikatan pekerjaan (work connection).

    Banyak penelitian mengkaitkan antara dunia bisnis dengan social capital. Davidsson, Per and Honig, Benson (2003) melakukan penelitian untuk menguji proses wirausaha yang baru lahir dengan membandingkan individu yang terlibat sebanyak 380 individu selama 18 bulan dengan melihat aspek modal sosial mereka. Berkenaan dengan hasil seperti penjualan pertama atau menunjukkan keuntungan, hanya satu aspek dari modal sosial, yaitu menjadi anggota jaringan bisnis, memiliki dampak positif yang signifikan secara statistik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa variable modal sosial masih dianggap lemah untuk keberhasilan para wirausaha.

    Karakteristik kepribadian atau faktor-faktor subyektif lainnya tidak menjanjikan untuk bekerjasama antar pelaku usaha. Perbedaan kritis kewirausahaan sosial terletak dalam sesuatu yang nyata - proposisi nilai itu sendiri. Setiap model bisnis yang menjanjikan untuk sosial perusahaan harus, dalam terang analisis sebelumnya, memenuhi diperlukan ini (jika belum cukup) kondisi:1. itu harus didorong oleh misi sosial (yaitu, menjauhkan diri dari mendapatkan laba) 2. harus menghasilkan untuk eksternalitas positif (spillovers) bagi masyarakat 3. harus mengakui sentralitas fungsi kewirausahaandan 4. harus mencapai daya saing di pasar melalui perencanaan yang efektif dan manajemen (Wolfgang Grassl, 2012)

    Penelitian Fafchamps dan Minten (2007) memperoleh kesimpulan bahwa akumulasi modal sosial terbukti memberikan peran yang sangat nyata dalam bisnis (kewiraushaan). Dengan kata lain, returns to social capital dalam usaha perdagangan cukup besar. Fafchamps dand Minten menyatakan: Hence, we conclude that a large part of the effect of business experience on performance seems to come from the accumulation of social capital over time and less from the development of other types of expertise. Pengukuran modal sosial memperlihatkan tumbuhnya nilai tambah (margins or value added) secara signifikan di atas kepemilikan sarana, kapital tenaga kerja (labor capital), human capital, dan keterampilan manajemen. Dua hal yang penting adalah jumlah pedagang lain yang dikenal dan jumlah orang yang siap membantu jika menghadapi permasalahan. Selain itu, hubungan bukan keluarga (non-family networks) terbukti lebih berperan dibandingkan hubungan keluarga (family networks).

    Walaupun sama-sama meneliti social capital dilandasi usaha bisnis, perbedaan peneliti tersebut dengan rencana penelitian ini adalah karakteristik objek penelitian, dimana dalam penelitian tersebut adalah pedagang besar yang dilakukan pada pasar modern yang memiliki kemampuan investasi termasuk investasi pada social capital secara vertical

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    6

    hubungan sosial antara pihak manajemen dengan karyawan, antara sementara pedagang besar dengan pemasok pedagang kecil, sementara karakteristik objek penelitian yang diusulkan adalah pedagang kecil yang tidak ada keterikatan formal dan tidak ada investasi khusus social capital, serta tanpa di dahului investegasi usaha karena usaha yang ada sudah layak,

    Penelitian Brata (2004) di Yogyakarta menemukan bahwa dalam hal bagi seorang pedagang angkringan (pedagang makanan), jaringan sosial memainkan peranan dengan mengamati beberapa aspek, yaitu informasi peluang usaha, informasi tentang lokasi, mengatasi kebutuhan dana untuk usaha, menambah modal sosial. Modal sosial berupa jaringan sekampung halaman telah membuka jalan untuk jaringan sosial yang ada dan bermanfaat dalam memperoleh bantuan atau pinjaman yang bersifat informal, ketika bantuan formal seperti dari pemerintah sangat terbatas. Hubungan sosial kekerabatan turut menentukan proses menjadi pedagang angkringan, dimana pengalaman teman ataupun kerabat dekat yang telah menjadi pedagang angkringan merupakan faktor penting sehingga seseorang akhirnya menjadi pedagang angkringan. Artinya, modal sosial yang mereka miliki telah menciptakan nilai ekonomi baginya. Keadaan ini sejalan dengan apa yang ditemukan oleh Bastelaers (2000), bahwa anggota masyarakat yang paling miskin ketika tidak memiliki akses terhadap fasilitas mikro-kredit, menjadikan jaringan-jaringan sosial sebagai elemen penting untuk memenuhi permodalannya.

    Walaupun sama-sama meneliti social capital pada usaha mikro kecil, namun penelitian tersebut menekankan hubungan antar pedagang dalam pembentukan modal dengan usaha yang telah ada karena usaha yang ada sudah layak,Namun dalam penelitian ini hubungan antar pelaku atau pedagang berdasarkan keunikan di lapangan yang menekankan pada hubungan saling memenuhi kebutuhan produk dimana pedagang sekaligus berperan sebagai pembeli terhadap pedagang lainnya sebagai suatu kebutuhan sehingga memungkinkan bisnis melalui barter barang tetapi yang relevan untuk saat ini.

    Modal sosial juga mampu membangkitkan kemitraan, sebagai salah satu bentuk relasi yang diidealkan dalam kegiatan ekonomi. Penelitian Kolopaking (2002) mendapatkan bahwa modal sosial berperan mulai dari kegiatan tahap awal dalam aksi ad-hoc tingkat komunitas, dilanjutkan dengan memproduksi usaha kecil dan gurem dari komunitas ke organisasi desa, dan akhirnya menjadi unsur pengelolaan kolaborasi serta memelihara jejaring kolaborasi. Meskipun proses ini berhasil karena ada pihak luar yang menjadi fasilitator, namun keberadaan modal sosial dalam masyarakat sangat berperan dalam membentuk kesamaan opini di antara stakeholders. Nilai Kewirausahaan

    Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda. Menurut Sutanto (2002), kewirausahaan sering diartikan sebagai seseorang yang mengerti dan dapat membedakan antara peluang lalu memanfaatkannya untuk kepentingan mereka. Secara lebih luas, kewirausahaan didefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul risiko finansial, psikologi, dan sosial yang menyertainya serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    7

    Lebih lanjut kewirausahaan dapat diartikan pula sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa, dan karsa serta karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras, dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal sehingga dapat memberikan nilai tambah maksimal terhadap jasa, barang, maupun pelayanan yang dihasilkan dengan memperhatikan sendi-sendi kehidupan masyarakat.

    Menurut Soesarsono (2002), kewirausahaan merupakan suatu profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dengan seni yang hanya dapat diperoleh dari suatu rangkaian kerja yang diberikan dalam praktek. Sedangkan Widodo (2005) mendefinisikan kewirausahaan sebagai sifat atau sikap usaha yang ditampilkan oleh wirausahawan. Kewirausahaan tidak hanya mementingkan sisi kecerdasan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) tetapi lebih penting lagi sikap dan tabiat (afektif) yang membangun attitude seseorang.

    Lebih lanjut Muhandri (2009) menterjemahkan wirausaha sebagai orang yang melakukan koordinasi, organisasi dan pengawasan. Seorang wirausaha merupakan orang yang penting dalam masalah pengelolaan produksi. Ia harus memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan-keputusan serta penentuan dalam mengelola usahanya, mengelola sejumlah modal dan menghadapi ketidakpastian terhadap keuntungan.

    Josep Schumpeter dalam Husaini (2004) memberikan batasan kewirausahaan sebagai Entrepreneurship is prime creative socioeconomic force in society, sedangkan wirausaha sebagai Entrepreneur is innovator, carrying put new combination.

    Clelland (1987) dalam Tawardi (1999) menyebutkan ciri yang dimiliki sikap kewirausahaan adalah mempunyai kemiripan dengan orang yang mempunyai motif berprestasi (need of achievement) yaitu senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari apa yang telah diperoleh, berani mengambil resiko pada taraf rata-rata, mempunyai tanggung jawab pribadi, dan senantiasa menginginkan umpan balik hasil pekerjaannya untuk mengevaluasi dan memperbaiki tindakannya di masa depan. McClelland (1987) dalam Husaini (2004) mengajukan konsep N-Ach yang merupakan singkatan dari need for achievement (N-Ach) diartikan sebagai virus kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin selalu berbuat baik dan memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil resiko yang benar-benar telah diperhitungkan. Hipotesa

    Berdasarkan tinjauan teoritis tersebut maka, hipotesa yang diajukan ; Hipotesa 1bahwa faktor modal sosial berupa jejaring sosial berpengaruh secara signifikan

    terhadap pembentukan nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin

    Hipotesa 2 bahwa faktor modal sosial berupa kepercayaan berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin

    Hipotesa 3 bahwa faktor modal sosial berupa norma berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    8

    METODE PENELITIAN Penelitian ini di desain sebagai penelitian survai dengan tipe explanatory research.

    Penelitian explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan antar variabel melalui uji hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan.Lokasi penelitian ini dilaksanakan di pasar terapun Kelurahan Kuin Selatan Kotamadya Banjarmasin.

    M. Singarimbun dan S. Effendi (1982) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi penelitian adalah para pedagang yang masih aktif berjualan menggunakan perahu kecil (jukung) sebanyak 75 orang pedagang. Sampel adalah bagian dari populasi atau bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan sebagai populasi, untuk itu sampel harus representatif/mewakili (Sugiyono, 1999). Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak sebanyak 40 orang atau 53,33 %.

    Sesuai dengan jenis data yang ada, data penelitian ini merupakan data ordinal yang diintervalkan, sehingga dalam analisisnya dapat digunakan pendekatan statistik parametrik. Sehingga model analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan penulis, dipergunakan model Analisis Regresi Berganda (multiple regression analysis) dengan model persamaan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana: Y = Nilai kewirausahaan X1 = Jejaring X2 = Kepercayaan X3 = Norma b1,b2,b3 : koefisien regresi parsial. a = konstanta (intersep), nilai Y yang tidak dipengaruhi oleh faktor variabel bebas (X). e = Faktor pengganggu.

    Alasan digunakannya model analisis regresi linier berganda adalah bahwa dengan analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (Mendenhall & Reinmuth, 1998, Gujarati, 1997).

    Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai variabel-variabel penelitian dengan menggunakan tabel statistik deskriptif yang menunjukkan angka kisaran dan sesungguhnya, rata-rata serta standar deviasi. Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan kuesioner penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas (Hair et al. 1998; Ghozali, 2001). Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    9

    Sedangkan uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas (kekonsistenan) dan validitas (keakurasian) data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen, yaitu (1) uji reliabilitas dengan uji statistik Cronbachs Alfa, dan (2) uji validitas dengan uji homogenitas data dengan uji korelasional antara skor masing-masing butir dengan skor total.

    Analisis Data Sebuah item dikatakan valid apabila tingkat signifikasi < 0,05, maka dikatakan valid.

    Adapun hasil uji validitas dari variable penelitian terhadap 40 orang responden tentang modal sosial dan nilai kewirausahaan

    Tabel 1 Correlations

    Jejaring Kepercayaan Norma Kewirausahaan Jejaring Pearson Correlation 1 .706** .727** .907**

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 40 40 40 40

    Kepercayaan Pearson Correlation .706** 1 .354* .799**

    Sig. (2-tailed) .000 .025 .000 N 40 40 40 40

    Norma Pearson Correlation .727** .354* 1 .691**

    Sig. (2-tailed) .000 .025 .000 N 40 40 40 40

    Kewirausahaan Pearson Correlation .907** .799** .691** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 40 40 40 40

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

    Dari table 1 diatas dapat dikatakan bahwa jawaban responden terhadap varibel modal sosial dan nilai kewirausahaan cukup signifikan karena signikasinya 0,000

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    10

    Berdasarkan hasil uji relaibilitas di atas dapat diketahui bahwa variable modal social dan nilai kewirausahaan mempunyai koefisien Cronbach's Alpha positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variable tersebut reliable.

    Tabel 3 Reliability Statistics

    Cronbach's Alpha N of Items

    .903 4

    Begitu juga hasil uji relaibilitas di atas pada variable kemajuan usaha, dukungan bahan baku, dan distribusi mempunyai koefisien Cronbach's Alpha positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variable tersebut reliable

    Setelah dilakukan uji validitas dan releabilitas semua layak untuk dianalisis lebih lanjut selanjutnya di lakukan uji hipotesa, dalam hal ini untuk dilakukan regresi. Hasil uji regresi pada variable jejaring, kepercayaan, norma, dan nilai kewirausahaan sebagai berikut ;

    Tabel 4 Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) -.141 .363 -.387 .701 Jejaring .412 .093 .499 4.416 .000

    Kepercayaan .415 .091 .378 4.557 .000

    Norma .228 .100 .194 2.271 .029 a. Dependent Variable: Kewiraushaan

    Dari hasil pengelohan data di atas, dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut ; Y1 = - 0,141 + 0,499X1.1 + 0,378X1.2 + 0,194x1.3

    Hasil pengujian hipotesis dari hasil uji t dengan melalui langkah-langkah yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya Hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa ;

    1. b1 = 0,499, artinya faktor jejaring social berpengaruh secara signifikan terhadap nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin

    2. b2 = 0,378, artinya faktor kepercayaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin

    3. b3 = 0,194, artinya faktor norma berpengaruh secara signifikan terhadap nilai-nilai kewirausahaan pedagang pasar terapung di Banjarmasin

    Diagram 1 Hubungan Antara Modal Sosial Terhadap Nilai Kewirausahaan

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    11

    Pada diagram 1 dapat dilihat bahwa hubungan antara modal sosial dengan nilai kewirausahaan cukup linear, dan dipredeksi pertumbuhannya juga linear. Artinya semakin banyak dan kuat jejaring sosial yang dimiliki pedagang maka akan semakin baik pula praktek kewirausahaanya. Begitu juga semakin baik kepercayaan antar pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan maka semakin baik pula praktek kewirausahaanya. Demikian juga semakin baik norma aturan yang diciptakan bersama antar pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan maka semakin baik pula praktek kewirausahaanya.

    Ringkasan hasil pengujian pengaruh variabel independen secara serentak terhadap nilai-nilai kewirausahaan disajikan pada tabel 5 sebagai berikut

    Tabel 5 ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 16.869 3 5.623 96.123 .000a

    Residual 2.106 36 .058 Total 18.975 39

    a. Predictors: (Constant), Norma, Kepercayaan, Jejaring b. Dependent Variable: Kewirausahaan

    Dari hasil olah data dengan menggunakan program SPSS didapat nilai signifikan 0,000 lebih kecil daripada tingkat signifikan = 0,05, sedangkan F hitung sebesar 96.123.Hal ini berarti seluruh variable modal sosial berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap nilai-nilai kewirausahaan.Besarnya pengaruh modal sosial secara keseluruhan terhadap nilai-nilai kewirausahaan sebagaimana ditunjukkan tabel 6 cukup besar yakni 94,3 %, berarti sisanya sebagian kecil yakni 5,7 % dipengaruhi faktor lain.

    Tabel 6 Model Summary

    Model R R Square Adjusted R

    Square Std. Error of the

    Estimate

    1 .943a .889 .880 .24186

    a. Predictors: (Constant), Norma, Kepercayaan, Jejaring

    DISKUSI

    Jejaring sosial bentuk hubungan antar anggota masyarakat, bagi pedagang pasar terapung hubungan tersebut diperlukan baik kepada pemasok, para pedagang pasar terapung lainnya, maupun dengan pembeli.Dengan gambaran deskripsi nilai kewirausahaan berupa inovasi dan kreatif banyak tidak diketahui para pedagang maka hal ini dapat menyebabkan bentuk hubungan baik kepada pemasok, para pedagang lain, dan pembeli dari dulu sampai sekarang tidak ada variasi seperti kontrak hubungan, dan penggunaan teknologi komunikasi.Hal ini dapat dimaklumi karena semua pedagang memiliki latar belakang pendidikan yang masih rendah.

    Rendahnya nilai kepemimpinan dalam kaitannya dengan jejaring social menunjukkan hubungan dengan pemasok, antar para pedagang pasar terapung, dan pembeli cenderung horizontal, dimana hubungan mereka setara dan tidak ada keinginan untuk menguasai antara pihak satu dengan pihak lainnya. Hal ini karena hubungan mereka murni kepentingan social

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    12

    tidak politik serta menunjukkan kepolosan dan keharmonisan sikap masih ada di masyarakat pedagang pasar terapung, tetapi hal ini pula yang menyebabkan kemampuan pedagang itu sendiri untuk berkembang mengalami kesulitan.

    Bentuk jejaring sosial memiliki hubungan baik dengan nilai oreintasi hasil menunjukkan bahwa para pedagang pasar terapung lebih menekankan pada hasil, artinya mereka tidak mau berhubungan dengan pemasok, para pedagang, dan pembeli jika tidak menguntungkan mereka.Hal ini juga yang menyebabkan mereka kadang menjual produk dagangannya lebih mahal kepada pembeli daripada harga yang didapatkan pembeli jika berbelanja di daratan, dalam hal ini para pedagang pasar terapung berupaya untuk memaksimalkan keuntungan.Tetapi dalam hal ini secara kurang disadari menyebabkan pengunjung lebih banyak hanya melihat aktivitas kegiatan jual beli di pasar terapung atau lalu lintas perahu kecil (jukung) dari pada membeli, terutama bagi pengunjung yang telah mengetahui harga sesungguhnya.

    Dampak jejaring sosial berupa resiko kerugian bukan tanpa disadari para pedagang pasar terapung baik karena hubungan dengan pemasok, antar para pedagang maupun dengan pembeli.Hal ini yang menyebabkan para pedagang pasar terapung dapat lebih bertahan dan terus berdagang.Dampak resiko hubungan dengan pemasok seperti kemungkinan harga telah dijual pemasok lebih tinggi telah diterima pedagang pasar terapung, sehingga mereka tetap melakukan pembelian kepada pemasok, termasuk kemungkinan jika dagangan tidak laku tanpa jaminan barang kembali kepada pemasok. Begitu juga dengan banyaknya para pedagang pasar terapung lainnya tidak dianggap para pedagang sebagai suatu saingan yang berpotensi merebut pelanggan yang sama. Namun sama dengan memaksimalkan orientasi hasil maka resiko kemungkinan pembeli batal membeli karena harga lebih mahal telah disadari para pedagang pasar terapung.

    Jejaring social dibentuk dengan usaha keras dan percaya diri para pedagang pasar terapung baik dengan pemasok, para pedagang, maupun dengan pembeli.Hal ini menunjukkan para pedagang pasar terapung telah menyadari pentingnya jaringan sosial untuk membantu menciptakan transaksi jual beli.

    Rendahnya kepercayaan terhadap inovasi dan kreatif untuk mengembangkan usaha para pedagang pasar terapung disebabkan mereka tidak tahu bagaimana mengembangkan usaha. Hal ini juga disebabkan mereka masih kuat kepercayaan terhadap cara berdagang selama ini masih menguntungkan. Sebagian besar pedagang wanita yang pekerjaannya hanya sebagai penopang atau melengkapi pekerjaan suami dalam mencari penghasilan, menyebabkan mereka kurang termotivasi untuk berpikir lebih kreatif. Kepercayaan terhadap usaha yang ada sudah cukup menguntungkan menyebabkan pula para pedagang pasar terapung kurang berminat untuk mengembangkan sifat kepemimpinan.Karena mereka percaya usaha dagang seperti di lakukan di pasar terapung tidak memerlukan sifat kepemimpinan.

    Kepercayaan terhadap orientasi usaha yang tinggi menyebabkan para pedagang pasar terapung memiliki usaha yang focus.Sehingga tidak ada pedagang pasar terapung memiliki pekerjaan sampingan.Kepercayaan terhadap para pemasok menyebabkan mereka secara terus menerus melakukan pembelian kepada pemasok.

    Kepercayaan terhadap pada pedagang pasar terapung yang lain menyebabkan mereka percaya untuk menitipkan barang dagangan terhadap sesama pedagang, sehingga para pedagang merasa lebih aman ketika berada diantara para pedagang pasar terapung lainnya.

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    13

    Percaya diri bahwa keuntungan akan mereka dapatkan jika mereka bekerja keras menyebabkan mereka mampu bekerja dari malam untuk mencari barang dagangan, kemudian dilanjutkan subuh dan pagi hari untuk berdagang merupakan hal yang sulit ditemui di genarasi para pemuda sekarang.

    Pembentukan norma untuk melindungi akibat hubungan bisnis membawa para pedagang secara lisan memiliki kesepakatan yang tidak tertulis, seperti dengan pemasok untuk menyediakan barang baik menyebabkan transaksi pembelian berulang kali. Norma terutama dibentuk diantara para pedagang itu sendiri seperti tidak melakukan persaingan tidak sehat dengan mengambil pembeli yang telah dimiliki pedagang lainnya.Bahkan terlihat diantara para pedagang bisa menjual harga lebih murah asal pembelinya juga merupakan pedagang pasar terapung seperti penjualan makanan yang sebenarnya dijual lebih mahal jika kepada pembeli.Norma lainnya yang telah terbentuk antara pedagang dan pembeli dimana mereka menghindari berkomunikasi yang tidak sopan atau tidak pantas, sekalipun kadang terjadi perbedaan pendapat atau tidak ada kesepakatan harga jual beli. KESIMPULAN DAN SARAN

    Praktek kewirausahaan perdagangan yang dilakukan para pedagang pasar terapung di Banjarmasinmenggunakan modal sosial sebagai proses untuk mempertahankan aktivitas perdagangan yang ada pada para pelaku bisnis disana, berupa jejaring sosial yakni banyaknya dan keeratan hubungan antar pelaku bisnis yakni antara pedagang dengan pelanggan, antara pedagang dengan pemasok, dan antara pedagang dengan pedagang, kepercayaan antar pelaku bisnis tersebut, dan norma yang dibuat dan ditaati bersama oleh para pelaku bisnis tersebut.

    Makin berkurangnya jumlah para pedagang pasar terapung di Banjarmasin selama ini menunjukkan bahwa modal sosial berupa jejaring sosial, kepercayaan,dan ketaatan terhadap norma masyarakat juga semakin menurun pada masyarakat dipinggiran sungai dekat pasar terapung.

    Dalam rangka upaya mempertahankan dan meningkatkan minat masyarakat terhadap kegiatan kewirausahaan mandiri seperti ererdagang, maka pada generasi muda perlu dimotivasi untuk meningkatkan pergaulan atau menambah pertemanan, meningkatkan kepercayaan atau berpikir dan berperilaku positif terhadap orang lain, menunjukkan perilaku yang membuat orang lain percaya, dan keterlibatan dalam kegiatan kemasyarakatan dalam pembentukan nilai nilai norma bersama.

  • Konferensi Nasional Riset Manajemen VIII Denpasar 10 12 Oktober 2014 ISSN : 2086 - 0390

    14

    DAFTAR PUSTAKA Banjarnasin Pos (2010), Pedagang Terus Berkurang,

    http:// banjarmasinpost. wordpress. com/ tag/bpost/

    Brata, Aloysius G. 2004. Nilai Ekonomis Modal Sosial pada Sektor Informal Perkotaan. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya.

    Busse, S. 2001. Strategis of Daily Life: Social Capital and the Informal Economy in Russia.University of Chicago Departement of Sociology

    Davidsson, Per and Honig, Benson (2003) The role of social and human capital among nascent entrepreneurs. Journal of Business Venturing 18(3):pp. 301-331.

    Fafchamps, Marcel. Global Poverty Research Group. 2007. Trade and social capital. http://www.gprg.org/themes/t4-soccap-pub-socsafe/sc-uses/trade-sc.htm, 20 Agustus 2007

    Fred Luthans, Kyle W. Luthans, Brett C. Luthans (2004), Positive psychological capital: Beyond human and social capital, Journal of Business Horizons 47/1 January-February 2004 (45-50)

    Kolopaking, Lala M. 2002. Pola-Pola Kemitraan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil/Gurem.Lokakarya Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Sinergitas Pengembangan Kawasan.Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

    Mifflin Houghton Harcourt , 2010, The American Heritage Dictionary of Business Terms Copyright Published by Publishing Company. All rights reserved.

    Purwanto, 2003, Materi Pelatihan Structural Eqution Modeling, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

    Wolfgang Grassl (2012), Business Models of Social Enterprise: A Design Approach to Hybridity, ACRN Journal of Entrepreneurship Perspectives Vol. 1, Issue 1, p. 37 60, Feb. 2012 ISSN 2224-9729

    World Bank.1998.The Initiative on Defining, monitoring and Measuring Social Capital: Text of Proposal Approved for Funding. Social Capital Initiative Working Paper No. 2. The World Bank, Social Development Family, Environmentally and Socially Sustainable Development Network.

    World Bank. 2000. World Development Report 1999/2000: Entering the 21st Century. New York: Oxford University Press.

    World Bank, 2006. Social Capital in Economics, Trade and Migrationhttp://www1.worldbank.org/prem/poverty/scapital/topic/econ1.html.