enterotomi

19
Tanggal Praktikum : 21 Mei 2015 Jam Praktikum : 13.00-16.00 Dosen Pembimbing : Prof.Drh. Deni, PhD Kelompok Praktikum: 3 LAPORAN OPERASI MATA KULIAH ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER 1 ENTEROTOMI Anggota Kelompok: 1. Nadia Tuscany (B04120120) Asisten Anestesi 2. Kodrat Zulfikar B (B04120121) Asisten Jantung 3. Nur Hana Safitri (B04120122) Asisten Respirasi 4. Jannatul Azilah (B04120124) Asisten Umum 5. Kanti Rahmi F (B04120125) Operator 6. Sarah Minarni T (B04120126) Asisten Operator

description

Enterotomi pada Kucing

Transcript of enterotomi

Tanggal Praktikum : 21 Mei 2015

Jam Praktikum : 13.00-16.00

Dosen Pembimbing : Prof.Drh. Deni, PhD

Kelompok Praktikum: 3

LAPORAN OPERASI

MATA KULIAH ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER 1

ENTEROTOMI

Anggota Kelompok:

1. Nadia Tuscany (B04120120) Asisten Anestesi

2. Kodrat Zulfikar B (B04120121) Asisten Jantung

3. Nur Hana Safitri (B04120122) Asisten Respirasi

4. Jannatul Azilah (B04120124) Asisten Umum

5. Kanti Rahmi F (B04120125) Operator

6. Sarah Minarni T (B04120126) Asisten Operator

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

PENDAHULUANLatar Belakang

Pada usus halus terjadi proses penyerapan yang terjadi karena adanya kontraksi dari otot polos pada dinding usus dan dari mucosa muscularis. Ingesta di dorong dan dicampur dengan cairan pencernaan oleh gerakan reflek usus halus yang akan membuat sirkulasi darah limfe. Gerakan peristaltik yang dipermudah dengan gerakan ritmik dari usus halus akan mendorong ingesta ke arah anus, ketika feces terdorong ke arah rectum timbul reflek untuk defekasi (Yulianto 2000). Fungsi utama usus halus yaitu untuk penyerapan sari-sari makanan yang diperlukan oleh tubuh dan membantu proses pencernaan. Fungsi usus besar adalah sebagai organ penyerap air, penampung dan pengeluaran bahan-bahan feces (Aiache 1983).

Namun kerja usus dapat terganggu bila terdapat benda asing (corpus alineum) di dalam usus. Hal ini dapat mengganggu proses penyerapan pada usus dan intussusception, serta mengakibatkan usus robek (jika benda tersebut terlalu besar). Terdapatnya corpus alineum di dalam usus menjadi salah satu indikasi dilakukannya enterotomy. Enterotomy adalah suatu tindakan penyayatan pada usus baik usus halus maupun usus besar yang mengalami gangguan (penyumbatan) atau karena adanya benda asing (tulang yang keras, kaca, kawat, besi, seng dan rambut) atau kemungkinan adanya gangren pada usus (Yusuf 1995).

Pemeliharaan kucing yang semi intensif bisa saja menyebabkan adanya benda asing atau corpus allineum masuk kedalam usus hewan tersebut, menyebabkan obtruksi pada saluran cerna dan menyebabkan gangguan pada saluran cerna. Untuk mengeluarkan benda asing tersebut maka dilakukanlah prosedur bedah yang disebut enterotomi yaitu penyayatan pada bagian usus mulai dari serosa sampai pada bagian lumen mukosa (Noviana 2009). Prosedur dilakukannya tindakan bedah ini didahului dengan melakukan laparotomi medianus untuk mengetahui letak dan susunan dari sistem pencernaan yang akan diobservasi.

Benda asing di dalam saluran usus tidak semuanya mengakibatkan obstruksi, hal ini tergantung dari lama benda asing berada pada saluran pencernaan, besarnya atau lama pergerakan benda asing di dalam saluran pencernaan. Diagnosa terhadap benda asing dapat dilakukan melakukan palpasi pada daerah abdomen. Selain itu, diagnosa juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologi, terlihat bentukan radio opaque yang tidak tembus sinar x-ray karena benda asing bersifat padat.

Tujuan Mempelajari tahapan operasi enterotomi, sebagai terapi karena adanya

benda asing atau corpus alineum di dalam saluran pencernaa, dan meningktkan keterampilan mahasiswa dalam persiapa operasi, operasi, dan sampai dengan perawatan post operasi.

MATERI DAN METODE

Waktu dan TempatKegiatan operasi ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Mei 2015 di

Ruang Praktikum Hewan Besar/Kecil, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pukul 13.00-16.00 WIB.

Alat dan BahanPeralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan,

termometer, stetoskop, pinset, penunjuk waktu (stop watch/jam tangan), spoit 1 ml, spoit 3 ml, spoit 30 ml, spoit 60 ml, kapas, tali pengikat (sumbu kompor), duk, perlengkapan operator dan asisten (sarung tangan/glove, baju operasi, handuk kecil, sikat tangan, tutup kepala, dan masker), peralatan operasi bedah minor (towel clamp, needle holder, tang arteri lurus cyrorgis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri lurus anatomis, gunting, ganggang scalpel dan blade, pinset anatomis dan cyrorgis), tampon, jarum penampang segitiga, jarum berpenampang bulat, benang cromic 3/0, benang cromic 4/0, benang silk, perban, kasa dan gurita.

Bahan-bahan yang digunakan yaitu kucing, desinfektan (alkohol 70% dan iodium tinctur 3%), preanastesi (atropin sulfat 0,25 mg/ml dosis 0,025 mg/kg BB), sedativa (xylazin HCl 2% dosis 2 mg/kg BB), anastetik (ketamin 10% dosis 10 mg/kg BB), amoxicillin 125 mg/5 cc, penicillin, dan cairan infus.

Prosedur Operasi Sterilisasi Peralatan Operasi

Sterilisasi peralatan operasi, baju operasi, masker, penutup kepala, sarung tangan, sikat dan handuk yang telah dicuci bersih serta dikeringkan dibungkus dengan kain muslin atau non woven setelah dilipat terlebih dahulu dan ditata sesuai dengan urutannya masing-masing. Peralatan yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam oven untuk disterilisasi dengan suhu 60oC selama 15-30 menit. Perlengkapan yang telah disterilisasi digunakan pada saat operasi oleh operator dan asisten I.

Peralatan bedah yang akan digunakan dikumpulkan dalam suatu wadah dan direndam dengan larutan sabun hingga seluruh bagiannya terendam. Setelah direndam, peralatan dicuci bersih dengan menggunakan sikat hingga bersih. Instrumen dicuci mulai dari bagian yang bersentuhan dengan tubuh pasien yaitu bagian ujung hingga bagian yang paling jauh dan jarang bersentuhan dengan tubuh pasien yaitu bagian pangkal. Instrumen-instrumen tersebut kemudian dibilas dengan air bersih mulai dari bagian ujung hingga pangkal sebanyak 10-15 kali. Peralatan bedah minor yang telah dicuci bersih kemudian dikeringkan terlebih dahulu baru setelah itu ditata rapi di dalam kotak peralatan sesuai dengan urutan penggunaannya. Kotak peralatan tersebut kemudian dibungkus dengan kain muslin atau non woven dan disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 1210C selama 60 menit. Peralatan yang telah disterilisasi digunakan pada saat operasi.

Preparasi Ruang OperasiRuangan dan meja operasi dibersihkan lebih dahulu. Ruangan

didisenfeksi dan difumigasi dengan formalin 10% & KMnO4 5% dengan perbandingan 1:2 selama 15-24 jam.

Persiapan PeralatanPeralatan yang digunakan terdiri dari satu set peralatan bedah minor

yang terdiri dari : 4 towl klaim, 1 pinset anatomis, 1 pinset cyrhorgis, 1 gagang skalpel dan blade, 3 gunting, 4 tang arteri lurus anatomis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 2 tang arteri lurus cyrhorgis, 1 needle holder. Peralatan-peralatan ini disusun sesuai dengan urutan pada meja peralatan yang dilakukan oleh asisten 1. Peralatan digunakan operator sesuai dengan fungsinya.

Persiapan dan Preparasi HewanPemeriksaan fisik berupa signalement dan keadaan umum hewan.

Parameter signalement yang dicatat antara lain nama kucing, ras, jenis kelamin, usia, warna rambut dan kulit, serta bobot badan. Keadaan umum kucing yang dicatat yaitu, habitus, gizi, sikap berdiri, cara berjalan, adaptasi lingkungan, turgor kulit, kelenjar pertahanan, refleks pupil, frekuensi dan ritme napas, temperatur, CRT, dan warna mukosa.

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, kucing diinjeksikan dengan premedikasi atropin. Dosis sulfat atropin yang digunakan adalah 0,025 mg/kgBB. Setelah 10 menit, kucing diinjeksikan dengan ketamine-xylazine. Dosis ketamine-xylazine yang digunakan adalah 10mg/kgBB dan 2 mg/kgBB. Daerah abdomen hewan kemudian dicukur dan dioleskan iodine tincture setelah hewan terbius. Kucing diletakkan di meja operasi yang telah dialasi handuk yang kering dan tidak ternodai. Ketika berada di atas meja operasi, posisi hewan disesuaikan dengan keadaan. Keempat kaki diikat keujung-ujung meja menggunakan sumbu kompor dengan simpul Tomfool. Kemudian hewan ditutup dengan duk, disesuaikan, dan difiksir dengan towelclamp. Setelah itu, operasi siap dilakukan.

PembiusanPembiusan yang dilakukan pada kucing adalah anasthetik umum

secara intra muscular, yaitu pada daerah otot M. Semimembranosus atau M. Semitendinosus. Penyuntikan sulfat atropin premedikasi untuk mengurangi efek hipersalivasi dan muntah. Apabila kucing menunjukkan respon sadar saat operasi diberikan pula dosis tambahan obat bius (maintenance) sebesar setengah dari dosis awal ketamine yang diberikan tunggal.

Persiapan Operator dan AsistenLangkah-langkah yang harus dilakukan oleh operator dan asisten I

adalah mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kain yang membungkus peralatan steril. Kemudian menggunakan tutup kepala dan masker, mencuci kedua tangan dengan sabun dan menyikatnya dengan sikat pada air yang mengalir. Pencucian dimulai dari ujung jari yang paling steril kemudian dibilas dengan arah dari ujung jari ke lengan yang dilakukan sebanyak 10-15 kali. Setelah selesai mencuci tangan dan membilasnya, keran ditutup dengan siku untuk mencegah kontaminasi. Kemudian tangan

dikeringkan dengan handuk dan glove dipakai. Setelah semua langkah dilakukan, operasi siap dilakukan.

Prosedur BedahHewan diberi atropine sebagai per medikasi, ditunggu 10 hingga 15

menit, kemudian diinjeksi dengan xylazine sebagai sedative, dan ketamine sebagai anastetik. Setelah kucing teranestesi, keempat kakinya difiksir ke meja operasi dengan posisi ventrodorsal dan simetris dengan menggunakan simpul tomful pada besi pengait dibawah meja operasi. Selanjutnya, kain penutup dipasang pada hewan sehingga yang tampak hanyalah titik orientasi operasi.

Pada operasi enterotomy, metode penyayatan yang digunakan adalah laparotomi medianus posterior dengan penyayatan yang dilakukan sepanjang linea alba posterior. Penyayatan dilakukan dari umbilicalis ke caudocranial sepanjang kurang lebih 4-5 cm. Proses penyayatan dilakukan dengan tegas dan tidak terputus, lalu lapisan dibawahnya dipotong dengan gunting. Pengguntingan dilakukan dengan bagian tumpul gunting berada di bawah. Urutan penyayatan, yaitu kulit, lemak subkutis, dan linea alba. Setelah linea alba disayat dan dipreparir, usus dikeluarkan. Bagian kiri dan kanan dari usus yang akan disayat dikelilingi dengan kain kasa agar cairan tidak masuk ke dalam peritoneum.

Bagian kiri dan kanan dari usus yang akan disayat diikat dengan kain kasa kemudian kain kasa tersebut diklem. Sebelum disayat, usus diurut ke caudal agar ketika disayat tidak keluar isinya. Permukaan usus disayat dan diusahakan agar usus tetap dalam keadaan fisiologis dengan cara membilas menggunakan NaCl Fisiologis. Usus disayat pada bagian permukaan yang tidak mengandung banyak pembuluh darah. Setelah disayat, bagian usus dijahit kembali dengan pola sederhana menggunakan cutgut chromic 4/0. Selanjutnya usus dan omentum dimasukkan kembali ke rongga abdomen, kemudian linea alba dijahit dengan menggunakan benang cutgat kromik. Lapisan kulit selanjutnya dijahit dengan pola  sederhana menggunakan benang silk. Sebelum penjahitan, pada setiap lapis ditetesi dengan antibiotik (penicillin) untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder. Setelah proses penjahitan selesai, permukaan bekas jahitan diberi iodine kemudian ditutupi dengan kasa dan perban serta dipakaikan gurita dari kain untuk mengurangi beban tubuh kucing pada bagian jahitan dan agar bekas jahitan cepat menutup.

Hal-hal yang harus dikontrol pada waktu operasi, yaitu denyut jantung, frekuensi nafas, frekuensi denyut jantung, diameter pupil, temperatur, tekanan darah, warna membran mukosa, pendarahan, dan rasa nyeri.

Post OperasiSetelah operasi dilakukan perawatan terhadap kucing. Perawatan

tersebut meliputi pemberian Amoxicillin secara peroral dengan dosis 3 ml/kgBB/hari. Pemberian antibiotik dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan siang. Kucing diberikan pakan dan minum yang cukup dan layak tidak kurang maupun lebih. Kucing dirawat dengan pemberian

cairan NaCl fisiologis 2 kali dalam sehari selama 2-3 hari. Lalu diakukan perawatan pada luka bekas sayatan dengan betadine dan ditutup dengan kassa. Kassa dan gurita diganti setiap 2 hari sekali dan jahitan dibuka pada hari ke-7. Dilakukan pengamatan post operasi selama 7 hari, berupa frekuensi napas, frekuensi nadi, suhu tubuh, makan dan minum, feses dan urin, serta luka jahitan. Monitoring kesehatan kucing, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, defekasi, urinasi, makan, dan minum.

Tim BedahTerdiri dari 6 orang yaitu operator (Kanti Rahmi) yang melaksanakan

operasi; asisten 1 (Sarah Minarni) yang membantu langsung operator dan menangani peralatan; asisten Anastesi (Nadia Tuscany) yang menangani obat-obatan & memonitor pembiusan; asisten Jantung (Kodrat Zulfikar) yang memonitor denyut jantung; asisten Respirasi (Nur Hana S) yang memonitor pernapasan; dan asisten Umum (Jannatul A) yang menjaga kebersihan urin, feces, dan lainnya seperti dokumendasi, dan memonitor suhu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Hewan Pre Operasi

a. SinyalementNama hewan : MicanJenis hewan : KucingWarna kulit : Putih mix hitam-coklatRas : DomestikJenis kelamin : BetinaUmur : +- 1,5 tahunBerat badan : 4,7 kgKepemilikan : -

b. Keadaan UmumSuhu tubuh : 37,90CFrekuensi nafas : 44 kali/menitFrekuensi jantung : 152 kali/menitTurgor kulit : <3 detikSelaput mukosa : Rose

c. Pemberian Obat1. Preanaestesi

AtropinDosis x BBKonsentrasi

= 0 ,025x 4,70 ,25

= 0,47 mL/kgBB

2. Sedatif

XylazineDosis x BBKonsentrasi

= 2x 4,720

= 0,47 mL/kgBB

3. Anaestetik

KetamineDosis x BBKonsentrasi

= 10x 4,7100

= 0,47 mL/kgBB

Xylazine dan Ketamine dicampur dalam satu syring.Diberikan pada jam 13.26 WIB. Onset jam 13.31 (5 menit)

4. Obat pasca operasi

AmoxillinDosis x BBKonsentrasi

= 25x 4,725

= 4,7 mL/kgBB

Diberikan peroral 2x sehari selama 7 hari.5. Obat topical setelah pembedahan:

Penicillin dengan dosis 50.000 IU (topical)Dosis yang terpakai 1,5 mL

6. Dosis infus post operasi Infus = Dosis x BB = 15 x 4,7 = 70,5 ml/kgBBDiberikan selama 2-3 hari pada pagi dan sore hari

d. Pengamatan OperasiMonitoring Selama Operasi

Parameter OperasiWaktu 0 15 30 45 60Suhu Tubuh (0C) 37,9 38,3 37,9 37,3 37,3Frek. Jantung (x/menit) 152 132 120 112 88Frek. Nafas (x/menit) 44 24 32 28 24Mukosa Rose Rose Pucat Pucat PucatPupil:- Diameter- Refleks

<2 cm

>2 cm-

>2 cm-

>2 cm-

>2 cm-

Refleks digit - - - -

0' 15' 30' 45' 60'05

101520253035404550

Grafik 1. Monitoring Frekuensi Nafas

Waktu (menit)Fre

kuen

si n

afas

(ka

li/m

enit

)

0' 15' 30' 45' 60'0

102030405060708090

100

Grafik 2. Monitoring Frekuensi Jantung

Waktu (menit)Fre

kuen

si ja

ntu

ng

(ka

li/m

enit

)

0' 15' 30' 45' 60'33

34

35

36

37

38

39

Grafik 3. Monitoring Suhu

Waktu (menit)

Su

hu

(oC

)

Temuan saat OperasiPada saat mencari usus kucing dapat ditemukan beberapa organ lain yaitu

vesica urinaria, ginjal, hati, omentum serta dapat teraba tulang yang kemungkinan merupakan tulang belakang. Selain itu, diketahui bahwa kucing yang dioperasi pernah mendapatkan perlakuan operasi sebelumnya. Hal ini diketahui setelah rambut kucing dicukur pada bagian abdomen dan terlihat adanya bekas jahitan pada kulit. Diperkirakan bahwa kucing tersebut mendapatkan perlakuan ovariohisterektomi karena bobot kucing yang termasuk diatas rata-rata yaitu 4,7 kg serta ditemukan banyaknya omentum.

Kondisi Post OperasiPemeriksaan 22/05/15 23/05/15 24/05/15 25/05/15Suhu Tubuh (0C) Pagi 38,7 38,5 37,8 38,1

Sore 39,0 38,3 38,2 37,3Frek. Jantung (x/menit) Pagi 80 100 100 128

Sore 96 92 120 132Frek. Nafas (x/menit) Pagi 44 28 60 36

Sore 60 36 40 36Mukosa Pagi Rose Rose Rose Rose

Sore Rose Rose Rose RosePupil:- Diameter Pagi 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm

Sore 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm- Refleks Pagi

Sore Refleks digit Pagi

Sore

PembahasanPada praktikum ini dilakukan operasi enterotomi menggunakan kucing

yang d bernama Mican, berjenis kelamin betina, serta berwarna putih, hitam, dan

coklat. Hasil pemeriksaan fisik Mican sebelum dioperasi menunjukkan bahwa kondisi kucing tersebut sehat. Hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa suhu 37,90C, frekuensi pulsus 152 kali/menit, frekuensi nafas 44 kali/menit, mukosa berwarna rose, CRT < 3 detik, serta terdapat reflek pupil dan digit. Suhu normal pada kucing adalah 37.8-39.2oC, frekuensi pulsus normal kucing adalah 110-130 kali/menit, serta frekuensi nafas normal kucing adalah 20-30 kali/menit (Primovic 2009). Berdasarkan literatur maka dapat dinyatakan bahwa fisik Mican sebelum dioperasi dalam keadaan normal. Selama operasi berlangsung akan dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Mican 15 menit sekali dan dilakukan oleh asisten umum, asisten respirasi, serta asisten jantung. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan menentukan tindakan yang akan dilakukan ketika hewan kritis atau mulai sadar kembali.

Sebelum dilakukan operasi hewan diberikan obat bius terlebih dahulu yang dilakukan oleh asisten anestesi. Premedikasi yang diberikan adalah atropin sulfat dengan rute subcutan, dengan dosis 0,47 mL. Pemberian obat anastesi dilakukan 10 menit setelah pemberian premedikasi. Menurut Ganiswara (1995), premedikasi bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari anestesi seperti mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradycardia, muntah sebelum dan sesudah operasi, kecemasan, memperlancar induksi, dan mengurangi keadaan gawat anestesi.

Anastesi yang diberikan adalah kombinasi ketamin dan xylazine dengan rute intramuscular, dengan dosis ketamin dan xylazine yang diberikan masing-masing adalah 0,47 mL dan 0,47 mL. Ketamin dapat menimbulkan efek yang membahayakan, yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada tempat penyuntikan, dan bila berlebihan dosis akan menyebabkan pemulihan berjalan lamban dan bahkan membahanyakan (Jones et al. 1997). Penggunaan xylazine dapat mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan ketamin (Warren 1983). Kedua obat ini merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi ketamin memberikan efek analgesik sedangkan xylazine menyebabkan relaksasi otot yang baik (Walter 1985).

Dilakukan tindakan pencukuran rambut pada hewan yang sudah mulai hilang kesadaran pencukuran rambut di daerah yang akan dilakukan laparotomi. Lokasi pencukuran kurang lebih 8x10 cm pada abdomen. Setelah dilakukan pencukuran rambut pada bagian abdomen diketahui bahwa kucing tersebut pernah mendapat perlakuan operasi sebelumnya, hal ini dapat terlihat dari adanya bekas jahitan pada daerah abdomen. Selanjutnya dilakukan persiapan operasi, hewan diletakkan diatas meja operasi dengan posisi terlentang. Bedah enterotomi dilakukan penyayatan medianus dengan 2 cm di atas dan di bawah umbilical. Penyayatan yang pertama yaitu kulit selanjutnya ditemukan lapisan sub kutis dan linea alba. Pada bagian sub kutis ditemukan lemak yang cukup tebal sehingga mempersulit pencarian linea alba. Setelah linea alba ditemukan kemudian dipreparir dan omentum dikeluarkan serta dilakukan pencarian usus halus. Pada saat pengeluaran usus halus operator mengalami sedikit kesulitan dikarenakan omentum yang banyak serta vesica urinaria yang penuh oleh urin. Karena hal tersebut maka dilakukan pengeluaran urin dengan cara menekan

vesica urinaria dan sebelumnya meja operasi dimiringkan agar urin yang keluar langsung dibuang ke tempat pembuangan yang telah disediakan.

Usus halus yang telah ditemukan dikeluarkan dan ditutupi dengan kasa steril yang telah dibasahi dengan NaCl fisilogis, hal ini bertujuan agar cairan usus tidak masuk ke dalam peritoneum. Bagian kiri dan kanan dari usus yang akan disayat diikat dengan kain kasa kemudian kain kasa tersebut diklem dengan doyeen forcep. Permukaan usus disayat dan diusahakan agar usus tetap dalam keadaan fisiologis dengan cara membilas menggunakan NaCl Fisiologis. Penyayatan pada usus sepanjang 1 cm yang tidak sampai menembus lumen. Selanjutnya usus dijahit dengan jarum berpenampang bulat serta catgut 4/0 jarak antara jahitan 2-3 mm. Terdapat dua jahitan pada usus dengan penjahitan sederhana. Sebelum usus akan direposisi semprotkan penisilin secukupnya pada permukaan usus, kemudian usus serta omentum direposisi kembali ke peritoneum.

Bagian linea alba ditutup kembali dengan penjahitan aponeurose di m.obliqous abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik jahitan sederhana dan benang cutgut cromic 3/0. Pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya dan sebelum melakukan penjahitan selalu diberi antibiotik terlebih dahulu. Dikarenakan lemak pada kucing cukup tebal maka dilakukan penjahitan pada lemak dengan teknik simple continous suture menggunakan benang cutgut. Terdapat 11 jahitan pada kulit dengan menggunakan benang silik dengan teknik jahitan sederhana. Ketika penjahitan telah selesai dilakukan, bekas sayatan dioleskan iodine tincture 3% untuk mencegah infeksi dan mempercepat pengeringan luka. Setelah itu sayatan ditutup dengan tampon segi empat dan plester serta dipasangkan gurita.

Selama operasi suhu Mican mengalami penurunan sampai 37,30C, sehingga diambil tindakan pemberian kompres air panas yang diletakkan di sekitar leher dan ekstremitas. Frekuensi nafas dan jantung mengalami penurunan selama operasi. Diberikan tindakan pemberian maintenance yang diberikan sekali selama operasi yaitu ketamine dengan dosis sebanyak 0,17 mL atau ½ dari dosis awal. Selebihnya operasi berjalan lancer dan operasi berjalan selama kurang lebih 60 menit.

Pada persembuhan post operasi, parameter fisiologis terus dipantau, antara lain frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan temperatur, serta memperhatikan kondisi urinasi, defekasi, dan nafsu makan. Pada awal kesadaran, hanya bisa terdiam dikarenakan rasa sakit yang masih dirasa dan keseimbangan masih belum normal karena efek dari obat bius. Sehari setelah operasi keadaan Mican masih tergolong lemah dilihat dari parameter frekuensi jantung yang berada dibawah normal yaitu 80 kali/menit. Selama 2 hari dilakukan pemberian infus secara subcutan dengan dosis 70,5 mL pada pagi dan sore hari. Pakan basah atau lunak baru diberikan setelah 24 jam operasi, namun pada saat pemberian pakan Mican belum ada nafsu makan. Pada pemeriksaan fisiologi hari pertama Mican menunjukkan adanya urinasi. Saat pemeriksaan fisiologis hari kedua Mican mulai ada nafus makan tetapi belum menunjukkan adanya defekasi. Pemberian amoxilin sebanyak 3,4 mL pada pagi dan sore hari selama 5

hari berturut-turut. Dilakukan pengantian perban dan menjaga kebersihan kandang agar mencegah terjadinya kontaminasi pada luka jahitan.

PENUTUPKesimpulan

Operasi Enterotomi dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan benda asing yang ada di saluran pencernaan tepatnya didalam usus, enterotomi dilakukan dengan cara meyanyat bagian dorsal usus dimana hanya terdapat sedikit pembuluh darah yang menyuplai darah ke usus.

SaranSaat operasi selanjutnya, perlu ditingkatkan kerjasama antar operator dan

asisten serta dilakukan koordinasi yang searah. Di samping itu, persiapan hewan sangat diperlukan untuk menghindari kecelakan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Aiache, MJ dan AM Guyot-Herman. 1993. Bioformasi. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press. Ganiswara, G., S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.Jones, L. M., N. H, Booth, and L. E. McDonald. 1997. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. Oxford and IBH Pub. Co. New Delhi. Pp292-365.Noviana Deni, M Esrawati, G Soedjono. 2009. Pengaruh Anastesi Terhadap Sanuturasi Oksigen (SpO2) selama Enterotomi pada Kucing Lokal (Felis domestica). Hemera Zoa. 1 (1): 1-6. Primovic Debra. 2009. Umbilical Hernia in Cats. [terhubung berkala]: http://www.petplace.com. [23 Mei 2015].Walter H Hsu. 1985. Effect of Yohimbine and Xylazine-Induced Central Nervous Sistem Depression in Dogs. JAVMA. 182 (7) : 698-699.Warren RG. 1983. Small Animal Anaesthesia. USA: Mosby Co. Yulianto H. 2000. Penanganan Coprostasis Pada Kucing dengan Enteretomi. Case Report Koasistensi Ilmu Bedah dan Radiologi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yusuf I. 1995. Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Aceh: Universitas Syiah Kuala.

LAMPIRAN

Gambar 1. Kucing siap di operasi Gambar 2. Usus yang telah disayat

Gambar 3. Usus yang telah dijahit dengan Gambar 4. Penjahitan pada kulitcutgut cromic 4/0

Gambar 6. Tim bedah enterotomi