English School

7
English School merupakan sebuah aliran pemahaman atau ideologi yang lahir di Inggris pada masa perang dingin. Aliran ini memiliki pemahaman dan perspektif yang berbeda dari aliran atau ideologi lainnya dalam memandang studi hubungan internasional yaitu penolakan mereka pada tantangan kaum behavioralis dan menekankan pendekatan tradisional yang berdasarkan pada pemahaman, penilaian, norma-norma, dan sejarah manusia.Selain itu, English School dapat menggambarkan perpaduan antara pendekatan moralis dan rasionalis. Dalam kata lain, English School merupakan sebuah aliran yang fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan moral, politik, sosial dan aturan sistem internasional, serta menunjukkan bagaimana mereka saling mendesak kepentingan negara serta tindakannya Mereka juga menolak setiap perspektif yang berbeda antara pandangan kaum realis semata dengan pandangan kaum liberal tentang hubungan internasional. English school juga memiliki istilah atau nama lain yaitu ‘Rasionalisme’. Menurut pandangan ini, Hubungan Internasional secara keseluruhan merupakan bidang yang mencakup hubungan antar manusia, oleh karena itu selalu mengandung nilai. Tidak pernah ada jawaban ilmiah yang bebas nilai dalam kehidupan manusia karena setiap jawaban akan dipengaruhi oleh situasi dan dengan demikian pada dasarnya akan selalu bercirikan sejarah. Berikut ini Asumsi Pandangan English School tentang studi hubungan internasional : (1) Bahwa hubungan internasional adalah cabang dari hubungan manusia yang pada intinya merupakan nilai-nilai dasar seperti kemerdekaan, keamanan, ketertiban dan keadilan (2) Pendekatan yang digunakan berfokus pada manusia : penstudi HI diminta menginterpretasikan pemikiran-pemikiran dan aksi- aksi dari masyarakat yang timbul dalam hubungan internasional (3) Penerimaan premis anarki internasional Dalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas mengenai konsep-konsep kunci dari English School dan bagaimana English School memaknai konsep konsep tersebut,serta manfaat potensial dari konsep-konsep tersebut.

Transcript of English School

English Schoolmerupakan sebuah aliran pemahaman atau ideologi yang lahir di Inggris pada masa perang dingin. Aliran ini memiliki pemahaman dan perspektif yang berbeda dari aliran atau ideologi lainnya dalam memandang studi hubungan internasional yaitu penolakan mereka pada tantangan kaum behavioralis dan menekankan pendekatan tradisional yang berdasarkan pada pemahaman, penilaian, norma-norma, dan sejarah manusia.Selain itu, English School dapat menggambarkan perpaduan antara pendekatan moralis dan rasionalis. Dalam kata lain, English School merupakan sebuah aliran yang fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan moral, politik, sosial dan aturan sistem internasional, serta menunjukkan bagaimana mereka saling mendesak kepentingan negara serta tindakannya Mereka juga menolak setiap perspektif yang berbeda antara pandangan kaum realis semata dengan pandangan kaum liberal tentang hubungan internasional. English school juga memiliki istilah atau nama lain yaitu Rasionalisme.Menurut pandangan ini, Hubungan Internasional secara keseluruhan merupakan bidang yang mencakup hubungan antar manusia, oleh karena itu selalu mengandung nilai. Tidak pernah ada jawaban ilmiah yang bebas nilai dalam kehidupan manusia karena setiap jawaban akan dipengaruhi oleh situasi dan dengan demikian pada dasarnya akan selalu bercirikan sejarah. Berikut ini Asumsi Pandangan English School tentang studi hubungan internasional :(1) Bahwa hubungan internasional adalah cabang dari hubungan manusia yang pada intinya merupakan nilai-nilai dasar seperti kemerdekaan, keamanan, ketertiban dan keadilan(2) Pendekatan yang digunakan berfokus pada manusia: penstudi HI diminta menginterpretasikan pemikiran-pemikiran dan aksi-aksi dari masyarakat yang timbul dalam hubungan internasional(3) Penerimaan premis anarki internasionalDalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas mengenaikonsep-konsep kunci dari English School dan bagaimana English School memaknai konsep konsep tersebut,serta manfaat potensial dari konsep-konsep tersebut.Konsep konsep kunci dari English school(1) English school, dalam terminologi Martin Wight salah seorang tokoh utamanya, merupakanvia mediaantara realisme dan liberalisme. Perspektif ini berada di tengah-tengah antara kedua perspektif teoretis tersebut. Teori ini berusaha merangkai dan membuat teorinya sendiri dengan mengambil dan memasukkan unsur-unsur yang positif dari realisme dan liberalisme. Menurut mereka jika ada konflik pasti juga ada kerjasama, ada negara juga ada individu, ada kekuatan ada hukum dan unsur-unsur ini tidak bisa dipisahkan dan disederhanakan kedalam suatu teori tunggal yang hanya menekankan salah satu elemen. Posisi ini tidak menggambarkan English school sebagai sebuah perspektif teoretis yang berusaha untuk mengkombinasikan realisme dan liberalisme, melainkan menggambarkan semata-mata bahwa English school memiliki elemen-elemen penting dari kedua perspektif teoretis yang berbeda tersebut. Seperti halnya realisme, English school mengakui adanya anarkhi dalam hubungan internasional dan bahwa setiap negara harus mengupayakan sendiri sendiri keamanan dan kelangsungan hidupnya dan mengakui bahwa gagasan moralitas universal terus memeriksa egoisme kedaulatan negara. Oleh karenanya konflik atau kompetision seringkali terjadi di antara negara-negara yang sama-sama mengejar kepentingan mereka. Tetapi, English school tidak mengidentikkan kondisi anarkhi dengan kondisi perang. meskipun rasionalisme memiliki kesamaan dengan realisme berkenaan dengan kondisi anarki, namun keduanya tetap memiliki perbedaan dalam hal bagaimana suatu negara mengatur pencarian kekuasaan dalam kondisi anarki. Jika dalam realisme menaruh perhatian pada bagaimana negara-negara berbuat segala cara agar national interest-nya dapat tercapai (yaitu dengan saling mengalahkan antara negara satu dengan negara lain), maka dalam rasionalisme lebih menaruh perhatian pada bagaimana suatu negara memperoleh dan menggunakan seni ketelitian dari akomodasi serta tidak berkompromi.Disamping itu, para pendukung English school menekankan perlunya reformasi global sehingga memungkinkan tercapainya keadilan sosial internasional dan perlindungan hak azasi manusia. Adapun pandangan yang ditolak teoriEnglish Schooladalah optimisme kaum liberal klasik tentang hubungan internasional sebagai komunitas dunia yang berkembang dan kondusif bagi kemajuan manusia dan perdamaian abadi yang tidak terbatas. Mereka mengakui adanya organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, perusahaan multinasional, organisasi antarpemerintah dan lainnya namun menurut mereka semua organisasi itu berada di bawah kedaulatan negara dan merupakan bentuk pinggiran daripada bentuk utama politik dunia.Dengan demikian menurut mereka ketertiban dunia ini dapat dicapai bila disandarkan pada keseimbangan norma-norma universal, terutama budaya dan kepentingan. Namun yang perlu dicatat dari perspektifEnglish Schoolini adalah aturan dan norma yang berlaku tidak mutlak dan tidak dapat dengan sendirinya menjamin harmoni dan kerjasama internasional.(2)Aspek normatif hubungan internasionalSeperti yang tertera jelas dalam sejarah, mengabaikan aspek ini berarti gagal memahami karakter manusia dimana negara diumpamakan seperti manusia. Inti pendekatan yang dipakai oleh perspektif ini adalah menganalogikan negara sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat Internasional dan hubungan internasional merupakan interaksi antara masyarakat negara-negara berdaulat. Lebih lanjut lagi seperti yang dikatakan Wight tentang konsep masyarakat negara (society of state). Sebuah masyarakat negara ada ketika sekelompok negara, sadar akan adanya kepentingan dan nilai-nilai umum tertentu, membentuk suatu masyarakat dalam artian bahwa mereka menempatkan diri mereka sendiri sehingga terikat oleh serangkaian peraturan umum dalam hubungan mereka dengan yang lain, dan bekerja bersama-sama dalam lembaga-lembaga umum.Menurut paham Rasionalisme negara seperti halnya manusia harus memfokuskan diri pada bagaimana negara mempelajari seni mengakomodasikan kepentingannya kepada yang lain dan menciptakan tatanan sipil bahkan dalam kondisi anarkis. Tatanan tersebut tergantung dari keseimbangan norma-norma universal dan kultur serta kepentingan tertentu masing-masing bangsa. Tatanan antar bangsa sifatnya tidak absolut, karena tatanan sesuai dengan sifat dasar manusia dan selalu berubah seiring dengan perubahan iklim politik dunia(3)Keteraturan dan Keadilan (Order and Justice)Hadley Bull membedakan tiga macam ketertiban dalam politik dunia (Bull:3-21). Pertama adalah ketertiban dalam kehidupan sosial, yang merupakan elemen dasar hubungan manusia selain dari bentuk yang diambil; kedua adalah ketertiban internasional yang merupakan tatanan antara negara-negara dalam sistem atau masyarakat negara dan yang terakhir adalah ketertiban dunia yang merupakan tatanan antara manusia secara keseluruhan.Selanjutnya Bull juga membedakan tiga tingkatan keadilan dalam politik dunia: keadilan internasional atau antarnegara, yang pada dasarnya melibatkan pemikiran tentang kedaulatan negara yang sama; keadilan individu atau manusia, yang pada dasarnya melibatkan pemikiran hak asasi manusiingka; dan keadilan kosmopolitan atau dunia, yang pada dasarnya melibatkan apa yang benar atau baik bagi seluruh dunia, jelasnya sebagai contoh, dalam standar lingkungan global. Secara historis tingkat antarnegara biasanya telah berjalan dalam politik dunia.Bull mengakhiri bahasannya tentang ketertiban dan keadilan dengan mempertimbangkan bobot relatif dari kedua nilai ini dalam politik dunia. Dalam perbandingan tersebut, ketertiban terlihat lebih fundamental: ketertiban merupakan kondisi bagi perwujudan nilai-nilai lain (Bull 1995:93). Ketertiban lebih dahulu dari keadilan . Dengan demikian Bull membuat pernyataan bahwa ketertiban merupakan pernyataan umum, tetapi dalam hal tertentu keadilan mungkin menjadi yang pertama. Inti pernyataan Bull adalah politik dunia menimbulkan berbagai permasalahan tentang ketertiban ataupun keadilan, dan bahwa politik dunia tidak cukup dapat dipahami hanya dengan memusatkan pada salah satu nilai dan mengabaikan yang lain.(4)Tatanan InternasionalSecara garis besar, dapat dikatakan bahwa rasionalisme secara khusus tertarik untuk menjelaskan tatanan internasional. Dan berkenaan dengan perihal tersebut, proyek kaum rasionalis adalah menjelaskan tingkat tatanan yang sangat tinggi di antara kesatuan-kesatuan politik yang menolak untuk tunduk kepada otoritas politik yang lebih tinggi. Tetapi pertanyaannya adalah apakah mungkin membuat suatu tatanan internasional dan menjadikan satu kesatuan peradaban yang sama mengingat pluralitas bangsa yang ada di dunia? Memang jika membentuk tatanan dengan peradaban yang sama adalah suatu hal yang sulit, namun jika menciptakan sebuah tatanan internasional atas dasar perbedaan tersebut, maka jawaban kaum rasionalis adalah bisa. Hal ini seperti yang telah dijelaskan oleh Wight yang menyatakan bahwa kesadaran yang besar akan perbedaan budaya dari orang-orang yang menurut dugaan semi-berperadaban dan barbar, memudahkan sistem politik berkomunikasi untuk membedakan hak serta kewajiban yang kemudian akan menghubungkan mereka bersama-sama dalam sebuah masyarakat internasional.(5)Masyarakat InternasionalHedley Bull dalam salah satu karyanya menyebutkan bahwa masyarakat internasional (international society) muncul ketika sekelompok negara sadar akan kepentingan dan nilai bersama tertentu, membentuk suatu masyarakat dalam artian bahwa mereka meyakini dirinya sendiri dipersatukan oleh seperangkat aturan bersama dalam hubungannya antara satu dengan yang lain. Disamping itu, mereka juga saling berbagi dalam menjalankan institusi bersama. Menurut Bull, elemen suatu masyarakat itu selalu hadir dalam sistem internasional modern.Masyarakat internasional pada dasarnya tidak berbeda dari masyarakat domestik karena keduanya merupakan sarana untuk memenuhi tujuan-tujuan umat manusia. Yang membedakan masyarakat domestik dan internasional hanyalah ketiadaan otoritas sentral dalam masyarakat internasional. Sementara masyarakat domestik bersifat hierarkhis, sedangkan masyarakat internasional bersifat anarchis. Keduanya berjalan dengan aturan-aturan dasar yang menentukan bagaimana anggota-anggotanya harus bertindak dan berperilaku ataupun aturan-aturan yang menentukan bagaimana aturan-aturan dasar tersebut dibuat dan dijalankan. Dengan kata lain, sebagaimana dalam masyarakat domestik, tatanan dalammasyarakatinternasional muncul karena komunitas-komunitas politik yang menjadi anggota-anggotanya bersedia mengendalikan diri dalam penggunaan kekerasan dan mengedepankan cara-cara yang beradab dalam hubungan mereka.English school menempatkan masyarakat internasional bukan hanya sebagai sebuah kategori yang berbeda, dengan sistem internasional, tetapi juga lebih ideal yang memungkinkan terpenuhinya keadilan bagi setiap individu. Lebih konkritnya, English school sangat menaruh perhatian pada upaya-upaya untuk mengubah sistem internasional ke arah masyarakat internasional: bagaimana norma-norma dan institusi-institusi dikembangkan untuk mencegah kecenderungan penggunaan power yang terkendali.Dalam kaitannya dengan transformasi ke arah masyarakat internasional, tatanan (order) dan keadilan (justice) merupakan dua tujuan yang sangat mengemuka yang seringkali sulit untuk dikombinasikan. Sejarah memberikan banyak contoh bagaimana prinsip keadilan yang menuntut semua negara diperlakukan sederajad dikorbankan demi tercapainya keseimbangan kekuatan (balance of power). Konflik antara keinginan untuk mencapai tatanan dan keadilan tetap berlangsung sampai sekarang seperti ditunjukkan oleh regim non proliferasi nuklir. Rejim didasarkan pada Non-Prolifetarian Treaty, yang melarang pengembangan senjata nuklir diluar kelima Negara yang telah memiliki senjata nuklir. Kesenjangan antara hak Negara Negara yang telah memiliki senjata nuklir untuk tetap memiliki senjata pemusnah tersebut dan kewajiban Negara Negara lain yang tidak memiliki senjata nuklir untuk tidak mengembangkannya cenderung mengurangi legitimasi rezim tersebut dan menimbulkan perlawanan dari Negara Negara yang merasa diperlakukan tidak adil, sepeti yang dilakukan oleh Korea Utara dan Iran.Konflik antara keinginan untuk membangun order dan mencapai keadilan juga muncul dalam kaitannya dengan perbedaan gagasan mengenai keadilan. Dalam artian ini, upaya untuk memaksakan sebuah konsepsi keadilan kepada anggota masyarakat yang lain cenderung memperlemah upaya untuk membangun masyarakat internasional. Oleh karenanya, posisi English school cenderung pada menolak dua prinsip yang saling bertentangan: universalisme dan relativisme. Sementara yang pertama menggambarkan pemikiran mengenai kesatuan nilai, yang kedua menggambarkan partikularisme nilai. English school menekankan penghargaan kepada pluralitas tanpa terjebak pada relativitas nilai dan menekankan pentingnya nilai dominan untuk memahami dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.