Endoskopi Dan Kolonoskopi

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat yang menyerupai endoskopi untuk pertama kalinya dilakukan pada abad ke-18. Pada saat itu pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintip melalui suatu tabung yang dimasukkan ke dalam rektum penderita dengan penerangan lilin untuk dapat melihat keadaan didalam rektum. Cara ini kemudian berkembang dengan pemakaian alat dari logam yang pemakaiannya masih memberikan penderitaan bagi pasien. Baru pada tahun 1932, diperkenalkan suatu gastroskop setengah lentur yang mempunyai lapang pandang yang lebih luas, lebih praktis dan aman. Alat ini kemudian dilengkapi dengan kamera dan forsep untuk biopsi. Endoskopi menjadi lebih baik saat prinsip-prinsip optik serat (fiber optic) diterapkan pada alat endokopi. Endoskopi Gastrointestinal (EGI) adalah suatu tehnik dalam bidang Ilmu Gastro-enterologi- Hepatologi untuk melihat secara langsung keadaan didalam saluran cerna bagian atas (SCBA), disebut Esofagogastroduodenokopi (EGD) dan saluran cerna bagian bawah (SCBB) disebut kolonoskopi, 1

Transcript of Endoskopi Dan Kolonoskopi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat yang

menyerupai endoskopi untuk pertama kalinya dilakukan pada abad

ke-18. Pada saat itu pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintip

melalui suatu tabung yang dimasukkan ke dalam rektum penderita

dengan penerangan lilin untuk dapat melihat keadaan didalam

rektum. Cara ini kemudian berkembang dengan pemakaian alat dari

logam yang pemakaiannya masih memberikan penderitaan bagi

pasien. Baru pada tahun 1932, diperkenalkan suatu gastroskop

setengah lentur yang mempunyai lapang pandang yang lebih luas,

lebih praktis dan aman. Alat ini kemudian dilengkapi dengan kamera

dan forsep untuk biopsi. Endoskopi menjadi lebih baik saat prinsip-

prinsip optik serat (fiber optic) diterapkan pada alat endokopi.

Endoskopi Gastrointestinal (EGI) adalah suatu tehnik dalam

bidang Ilmu Gastro-enterologi- Hepatologi untuk melihat secara

langsung keadaan didalam saluran cerna bagian atas (SCBA),

disebut Esofagogastroduodenokopi (EGD) dan saluran cerna

bagian bawah (SCBB) disebut kolonoskopi, serta saluran organ

padat pankreohepatobilier disebut ERCP (Endoskopic Retrograde

Cholangio Pancreatography) dengan menggunakan alat endoskopi .

(Syafruddin AR. Lelosutan, 2004)

Dewasa ini dokter telah menjadikan alat endoskopi sebagai

alat diagnostik dan terapeutik yang handal, sehingga mampu

menyederhanakan beberapa tindakan terapi operatif. Hampir setiap

Rumah Sakit besar memiliki dan menjadikan alat endoskopi

sebagi sarana penunjang yang menjanjikan pada pasien yang

akan menjalankan pemeriksaan kolonoskopi. Kemudahan yang

didapat dengan tindakan endoskopi menjadikan diagnosis berbagai

1

penyakit saluran cerna dapat ditegakkan dengan lebih akurat serta,

memudahkan pengobatan dan mempercepat masa penyembuhan

pasien.

Pada tahun 2008 jumlah pasien yang dilakukan kolonoskopi di

Ruang Tindakan Rawat Jalan C RSPAD Gatot Soebroto Jakarta

sebanyak 182 pasien dengan klasifikasi kasus yaitu, haemorroid

sebanyak 33 pasien(18,1%), colitis infektif 59 pasien (32,4%), pasien

dengan normal kolon 27 pasien (14,8%), pasien dengan tumor kolon

41 pasien (22,5%), pasien dengan polip kolon kurang baik sebanyak 8

pasien (4,3%). (Register ruang tindakan,2008) .Pada tahun 2010 data

pasien yang menjalankan pemeriksaan kolonoskopi berjumlah 211

pasien.

1.2 Tujuan Penulisan

Memberi wawasan kompleksitas dari konsep pemeriksaan

diagnostic endoskopi dan kolonoskopi menjadi dasar perawat dalam

memberi asuhan keperawatan kepada pasien yang akan melakukan

pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap ilmu keperawatan

medical bedah dan kesehatan masyarakat pada system

gastrointestinal

2. Sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pembaca

2

BAB 2

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 ENDOSKOPI

2.1.1 DEFINISI

Tindakan endoskopi adalah untuk mengamati struktur anatomi dan

fisiologi saluran pencernaaan (traktus digestivus) secara langsung dengan

bantuan alat endoskopi beserta asesorisnya. Pengamatan endoskopi

pada saluran cerna bagian atas dikenal dengan istilah esofago-gastro-

duodenoskopi (EGD), sedangkan endoskopi pada saluran cerna bagian

bawah dikenal dengan nama kolonoskopi.

Esofago-gastro-duodenoskopi (EGD) merupakan pemeriksaan di

dalam saluran kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari dengan

menggunakan endoskop serat optic atau EVIS (Elektronik Video

Information System). Tujuan dari pemeriksaan EGD adalah identifikasi

kelainan selaput lendir di dalam saluran kerongkongan, lambung, dan

usus 12 jari. Ketepatan diagnostic EGD berkisar 80-90%, bahkan bias

mencapai 100% bila dilakukan oleh tenaga yang sudah berpengalaman.

Alat endoskopi EGD umumnya dengan skop frontview (lensa

kamera berada di ujung depan skop). Sedangkan endoskop dengan skop

sideview digunakan untuk ERCP (Endoskopic Retrogade Cholangio

Pancreatography) atau bila harus melihat dan melakukan biopsy

(mengambil jaringan dengan menggunakan jarum) pada kelainan yang

terletak di sisi luar saluran (misalnya kecurigaan tumor, dll).

3

Prinsip dasar dari Endoscop fibre-optic ialah merupakan kumpulan

serat fibre-optic yang berdiameter 2-3 mm dan berisi sekitar 20.000 -

40.000 fibre-glass yang halus dengan diameter 10 micro meter. Sinar

yang berasal dari sumber cahaya ditransmisikan melalui refleksi internal

secara sempurna sampai kebagian distal sampai ke obyek yang akan

dilihat. Masing-masing fibre-optic masih diliputi lapisan glass dengan

optical density yang lebih rendah sehingga dapat menghindari kerusakan

akibat sinar yang melewati bagian dalam fibre tapi lapisan ini tidak

menghantarkan sinar disamping itu masih ada ruang antar fibre yang

memberikan bayangan gelap yang menyerupai jala kecil-kecil yang biasa

muncul pada gambar. Hal ini agak berbeda dengan bayangan dari lensa

yang rigid.

Suatu keuntungan fibreoptic ini adalah sangat fleksible walaupun

alat dalam keadaan membelok maksimal tanpa mengurangi kualitas

gambar. Pada instrumen modern lensa bagian distal yang terfokus pada

obyek betul-betul terfixasi. Kedalaman fokus obyek yang dapat diamati

ialah 3mm sampai dengan 10-15cm. Bayangan gambar ini direkonstruksi

pada ujung distal alat dan diteruskan kemata melalui suatu lensa yang

dapat diatur menyesuaikan individu masing-masing.

2.1.2 JENIS ENDOSKOPI

Endoskopi kaku (rigidscope)

Endoskopi lentur (fiberscope)

Video endoscope (evis scope)

Endoskop kapsul (capsul endoscope)

Endoskopi lentur (fiberscope)

4

Video endoscope (evis scope)

Endoskop kapsul (capsul endoscope)

2.1.3 JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI

Diagnostic

ð Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsy

ð Jejunoskopi dan biopsy

ð Enteroskopi dan biopsy

ð Kapsul endoskopi

Terapeutik

ð Skleroterapi dan ligasi varises esophagus

ð Skleroterapi histoacryl varises esophagus

ð Hemostatik endoskopi perdarahan non varises : adrenalin +

aethoxysclerol, electric coagulation, bipolar probe, dll

ð Polipektomi polip esophagus-gaster-duodenum

ð Endoscopic mucosal resection (EMR)

ð Terapi laser utnuk tumor, perdarahan, dll

ð Dilatasi esophagus : dengah Busi Hurst atau Svary-Guillard

ð Pemasangan stent esophagus

5

ð Pemasangan percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG)

ð Pemasangan selang makanan/NGT-flocar perendoskopi

2.1.4 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

Indikasi

Untuk menerangkan perubahan-perubahan radiologis yang

meragukan atau tidak jelas, atau untuk menentukan dengan lebih

pasti atau tepat kelainan radiologis yang didapatkan pada

esophagus, gaster, atau duodenum

Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri epigastrium,

muntah-muntah) yang pada pemeriksaan radiologis tidak

didapatkan kelainan

Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan atau dicurigai suatu

kelainan, misalnya tukak, keganasan atau obstruksi pada

esophagus, indikasi endoskopi yaitu memastikan lebih lanjut lesi

tersebut dan untuk membuat pemeriksaan fotografi, biopsy, atau

sitologi

Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan

pemeriksaan endoskopi secepatnya dalam waktu 24 jam untuk

mendapatkan diagnosis sumber perdarahan yang paling tepat

Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang diperlukan untuk

memantau penyembuhan tukak yang jinak pada pasien-pasien

dengan tukak yang dicurgai kemungkinan adanya keganasan

(deteksi dini karsinoma lambung)

Pada pasien –pasien pasca gastrektomi dengan gejala atau

keluhan-keluhan saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan

endoskopi karena intepretasi radiologis biasanya sulit. Iregularitas

dari lambung dapat dievaluasi langsung melalui endoskopi

Kasus sindrom dyspepsia dengan usia lebih dari 45 tahun atau di

bawah 45 tahun dengan tanda bahaya (muntah-muntah hebat,

denanm hematemesis, anemia, ikterus, dan penurunan berat

6

badan), pemakaian obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan

riwayat kanker pada keluarga

Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan selang

makanan, dilatasi pada stenosis esophagus atau akalasia, dll.

Kontraindikasi

Kontraindikasi Absolut

- Pasien tidak kooperatif atau menolak prosedur pemeriksaan

tersebut setelah indikasinya dijelaskan secara penuh

- Renjatan berat karena perdarahan, dll

- Oklusi koroner akut

- Gagal jantung berat

- Koma

- Emfisema dan penyakit paru obstruktif berat

Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus

ditunda dulu hingga keadaan penyakitnya membaik.

Kontraindikasi Relatif

- Luka korodif akut pada esophagus, aneurisma aorta, aritmia

jantung berat

- Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osteofit bear pada

tulang servikal, struma besar. Pada keadaan tersebut

pemeriksaan endoskopi harus dilakukan dengan hati-hati

- Pasien gagal jantung

- Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis, kolesistitis)

- Pasien anemia berat misalnya karena perdarahan, harus diberi

transfuse darah terlebih dahulu hingga Hb minimal 10g/dl

- Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai infeksi berat

atau kejang-kejang

- Pasien pasca bedah abdomen yang baru

- Gangguan kesadaran

- Tumor mediastinum

7

Pemeriksaan Endoskopi Kapsul

Indikasi

Perdarahan saluran cerna bagian atas dan bawah yang disebabkan

kelainan usus halus

Diare kronik yang disebabkan kelainan usus halus

Kontraindikasi

Obstruksi saluran cerna

Stenosis atau striktur saluran cerna

2.1.5 PERSIAPAN PASIEN SEBELUM ENDOSKOPI

Puasa selama 10 jam sebelum pemeriksaan. Bila ada gejala

disfagia/sulit menelan, puasa minimal 12 jam. Dalam hal ini jika ada

makanan di perut, makanan akan menghalangi pandangan melului

endoskopi dan bisa menyebabkan muntah. Untuk anak-anak dan

bayi puasa selama 4-6 jam.

Bila direncanakan tindakan seperti skleroterapi (STE), ligase atau

polipektomi, pasien harus dirawat untuk observasi setelah tindakan

Menandatangani informed consent

Gigi palsu atau kaca mata harus dilepas

Tanda-tanda vital diperiksa (harus dalam batas normal)

Beritahu pasien cara menelan dan menarik nafas panjang

(diperagakan) agar memudahkan masuknya ujung skop ke dalam

esophagus

Pasien berbaring dengan posisi miring ke kiri. Tangan kiri di bawah

bantal dan tangan kanan di atas paha kanan

Dipasang slang oksigen melalui hidung

Dipasang pulse oxymetri pada jari pasien untuk memonitor saturasi

oksigen dan nadi pasien

8

2.1.6 PROSEDUR PEMERIKSAAN ENDOSKOPI

Prosedur endoskopi biasanya berlangsung antara 5 sampai 10

menit. Pertama lakukan cuci tangan kemudian gunakan APD seperti

handscoon, masker, dan scord. Lakukan instruksi dokter dengan

menyemprotkan anastesi local (xylokain) spray ke daerah orofaring.

Kemudian pasang mouthpiece ke mulut pasien untuk memfiksasi mulut

agar tidak menggigit skop endoskopi. Berikan suntikan premedikasi sesuai

dengan order dari dokter. Jika diindikasikan untuk melakukan biopsy

siapkan botol yang berisi cairan formalin 10% untuk menempatkan

jaringan yang telah diambil oleh dokter. Selama prosedur lakukan

monitoring terhadap TTV pasien.

Prosedur endoskopi dilakukan dengan bantuan endoskop.

Endoskop adalah tabung fleksibel dengan system pengiriman cahaya

yang menerangi sluran tersebut. Lebih lanjut memiliki system lensa yang

menyampaikan gambar dari fiberscope dan menampilkan gambar di TV

warna. Endoskop ini diturunkan dari kerongkongan, ke perut dank e dalam

usus. Endoskopi yang gagal dapat mengganggu pernapasan. Selama

prosedur pasien disarankan untuk menarik nafas panjang.

Endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi dimana pasien

menelan kamera berbentuk kapsul yang merekam gambar ketika kapsul

bergerak melalui saluran pencernaan. Selanjutnya kapsul akan keluar

melalui gerakan usus. Endoskopi biasanya digunakan bersama layar

monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak hanya dilihat

sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar

yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi

atau evaluasi lebih lanjut.

2.1.7 KOMPLIKASI

Penyulit atau komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan tindakan

endoskopi meliputi adanya :

reaksi terhadap obat-obatan (misalnya koma karena diazepam,

gangguan pernapasan)

9

pneumonia aspirasi

perforasi

perdarahan

gangguan kardiopulmoner

penularan infeksi

instrument impaction

2.1.8 PERAWATAN ALAT ENDOSKOPI

Alat Endoscop merupakan alat yang canggih dengan harga yang

cukup mahal. Perawatan Endoscop beserta kelengkapannya merupakan

salah satu faktor penting didalam menunjang keberhasilan tindakan

Endoscopi dan mempertahankan alat tetap awet dan tidak mudah rusak.

Konsep pemeliharaan alat meliputi hal berikut :

Handling Alat

Alat harus diperlakukan dengan halus dan penuh kasih sayang.

Tahapan yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh untuk

mencegah kerusakan alat dimulai dari cara mengambil alat dari lemari

penyimpanannya, membawa alat ke tempat pemeriksaan, meletakkan alat

pada sandaran Endoscop atau meja pemeriksaan, memasang alat pada

sumber cahaya, saat memulai tindakan, waktu manuver, observasi dan

waktu menarik alat dari pasien, melepas alat dari sumber cahaya,

membersihkan alat, mengeringkan serta mengembalikannya lagi ke lemari

penyimpanan.

Peyimpanan

Tempat penyimpanan alat harus mempunyai suhu konstan di

bawah 20ºC. Kelembaban diusahakan stabil dengan memelihara silica gel

yang harus selalu diganti, bebas jamur dan bakteri. Lemari penyimpanan

Endoscop didesain sesuai kebutuhan, sandaran dibuat dengan

kemiringan 60º dengan dilapisi peredam untuk melindungi dari benturan

sewaktu mengambil dan meletakkan Endoscop.

10

Pembersihan

Pembersihan alat endoscop melalui 3 tahapan yaitu: pembersihan,

desinfektan dan steril. Hati-hati terjadi kontaminasi infeksi yang sering

terjadi pada paska skleroterapi. Oleh karena itu perlu tindakan

pembersihan yang baik. Kelalaian pada proses ini dapat mengakibatkan

terjadinya infeksi paska tindakan.

2.1.9 STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN ENDOSKOPI FLEKSIBEL

Shumway dan Broussard (2003) menyebutkan komponen

endoskop fleksibel terbagi atas komponen eksternal dan komponen

internal. Komponen eksternal endoskop fleksibel terdiri atas light guide

plug, umbilical cord, control section, dan insertion tube (scope) sedangkan

komponen internal terdiri atas angulation system, air and water system,

image system, dan electrical system.

11

Light Guide Plug merupakan bagian ujung umbilical cord yang

berfungsi sebagai penghubung endoskop dengan sumber cahaya, air, dan

udara. Bagian ini memiliki terminal yang tidak tahan terhadap air sehingga

harus ditutup saat dibersihkan. Light guide plug dihubungkan dengan

control section melalui umbilical cable/umbilical cord. Umbilical cord

merupakan sekumpulan serabut inkoheren yang mentransmisikan cahaya

dari light guide plug ke control section. Bagian ini meneruskan udara dan

air dari air and water container ke control section. Control section

merupakan bagian endoskop yang berfungsi mengatur pergerakan

insertion tube dan fungsi-fungsi lainnya. Pada bagian ini, terdapat

angulation control knobs dan breaking lever yang berfungsi memanipulasi

ujung insertion tube serta air and water valve yang berfungsi mengatur

insuflasi air dan udara. Control section juga dilengkapi dengan operating

channel sebagai pintu untuk memasukan peralatan tambahan seperti

biopsy forceps, aspiration needle, dan lain lain. Di bagian atas control

section terdapat eyepiece yang dapat dihubungkan dengan monitor untuk

menampilkan gambar organ yang diamati. Insertion tube merupakan

bagian endoskop yang dimasukan ke dalam tubuh hewan. Pada ujung

distal insertion tube terdapat distal tip yang menjadi ujung dari endoskop.

Distal tip memiliki microelectronic charge coupled device (CCD) yang

berfungsi menangkap dan mentransmisikan gambar serta pintu gerbang

dari air and water nozzle, objective lense, iluminating lenses, dan

operating channel (Barthel et al. 2005).

Endoskop/ distal tip melalui angulation control knobs pada control

section. Sistem ini terdiri atas control mechanism, coil pipes, dan bending

section. Control mechanism berupa kawat yang berjalan di sepanjang

insertion tube yang menghubungkan distal tip dengan angulation control

knobs, sehingga memungkinkan menggerakan distal tip ketika angulation

control knobs diputar. Control mechanism juga memiliki sistem pengunci

sehingga dapat memfiksir insertion tube agar tidak bergerak lagi. Coil

pipes merupakan pegas yang menempel pada dinding dalam insertion

tube yang melindungi dari gesekan kawat control mechanism, sedangkan

12

bending section merupakan serangkaian metal yang menjadi engsel pada

distal tip. Dengan adanya bending section, distal tip dapat membelok

mengikuti arah angulation control knobs (Shumway dan Broussard 2003).

Air and water system merupakan sistem yang mengatur insuflasi

udara dan air dari pompa ke light guide plug menuju distal tip. Ketika air

and water valve setengah ditutup udara masuk ke dalam tubuh akan tetapi

apabila katup tersebut ditutup penuh air yang akan masuk ke dalam

tubuh. Imaging system endoskop merupakan sistem yang mengatur

pengambilan gambar organ tubuh yang diamati. Sistem ini terdiri atas

sistem pencahayaan, sistem lensa, dan sistem pengambil gambar baik

melalui serabut optik ataupun CCD. Electronical system terdiri atas

automatic brightness system dan switches yang berperan mengatur

tingkat pencahayaan gambar secara otomatis serta mengatur fungsi

tambahan dari endoskop (Shumway dan Broussard 2003).

13

14

2.2 KOLONOSKOPI

2.2.1 DEFINISI

Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar) mulai

dari anus, rectum, sigmoid, kolon desendens, kolon transversum, kolon

asendens, sampai dengan sekum dan ileum terminale. Selama

kolonoskopi dilakukan, tube kamera teleskop fleksibel yang halus

dimasukkan melalui anus dan masuk ke dalam menuju rektum dan kolom.

Kolonoskopi biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin

untuk kanker kolorektum atau pada pasien yang memiliki riwayat

kolorektal polip. Ini juga dilakukan untuk mengevaluasi gejala masalah

usus seperti perubahan kebiasaan buang air besar atau pendarahan.

Tujuan pemeriksaan bagian dalam usus besar ini adalah bertujuan

untuk menegakkan diagnosa pemeriksaan sebelumnya. Meneliti suatu

penyakit pada mukosa kolon, rectum, polip di usus besar, atau follow up

operasi atau evaluasi kanker pada usus besar, menilai keganasan atau

evaluasi polipektomi. Untuk mengevaluasi adanya kelainan pada saluran

cerna bagian bawah dan untuk pemeriksaan lebih lanjut adanya

perdarahan yang cukup lama dari anus.

2.2.2 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi

Menyelidiki darah dalam tinja

Nyeri perut

Diare atau adanya perubahan kebiasaan BAB

Adanya suatu kelainan yang ditemukan pada sinar – x kolon atau

tomografi terkomputerisasi ( CT-SCAN )

Pasien dengan riwayat polip atau kanker usus besar

Riwayat keluarga dengan beberapa jenis masalah kolon yang

mungkin terkait dengan kanker usus besar ( seperti ulcerative

colitis dan polip kolon )

15

Terapeutik seperti polipektomi, pengambilan benda asing

Kontraindikasi

Infark jantung dan kardiopulmoner berat

Penyakit anal atau perianal

Aneurisma aorta abdominal atau aneurisma iliakal

Nyeri perut demam, distensi perut dan adanya penurunan tekanan

darah sewaktu pembersihan kolon

Kehamilan trimester I, penyakit radang panggul

2.2.3 PERSIAPAN

Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

mendiagnosa kelainan-kelainan yang terjadi pada kolon. Persiapan yang

dilakukan untuk tindakan kolonoskopi adalah kolon harus bersih dari feses

sehingga visualisai mukosa kolon dapat dilakukan dengan baik dan

menjadi hal yang harus diperhatikan karena dengan persiapan yang baik

akan menentukan kualitas kolonoskopi yang dilakukan. Persiapan kolon

yang kurang baik dapat menyebabkan hasil pemeriksaan yang kurang

baik juga, terjadinya pembatalan tindakan, waktu tindakan yang lebih

lama, serta meningkatkan angka terjadinya komplikasi. Persiapan kolon

yang ideal adalah pembersihan kolon dari materi feses dengan cepat,

mudah tanpa menyebabkan perubahan makroskopis dan mikroskopis

mukosa kolon, dapat dikonsumsi dan dievaluasi dalam waktu singkat,

nyaman dan tidak menyebabkan gangguan elektrolit (Simadibrata, 2011)

Secara umum klien diminta untuk diet rendah serat selama 1-2 hari

sebelum pemeriksaan, istilah yang sering digunakan adalah makan bubur

kecap, malam sebelum tindakan klien diberi obat laksan dan diberikan

enema 1-2 jam sebelum tindakan kolonoskopi.

Malam hari sebelum tindakan, makan malam terakhir jam 19.00

WIB (6 - 8 jam sebelum tindakan dilakukan)

Jam 24.00 WIB minum Dulcolax 4 tablet

16

Pasien puasa, pada pagi hari sebelum tindakan, hanya boleh

minum air putih saja atau air manis

Tidak diperbolehkan minum air susu

Pagi hari buang air besar terlebih dahulu sebelum datang ke

ruangan pemeriksaan

Sesuai jam perjanjian pasien datang ke Unit Endoskopi untuk

minum cairan PEG sebanyak 1 liter untuk membersihkan sisa

kotoran yang masih ada di usus besar

Setelah minum cairan PEG pasien akan buang air besar, tunggu

sampai 2 jam atau sampai cairan feses berwarna sama dengan

cairan PEG yang diminum. Untuk menunjukkan daerah usus sudah

bersih dari sisa-sisa kotoran

2.2.4 PROSEDUR

Pada saat tindakan, dokter biasanya memberikan obat suntikan

untuk relaksasi untuk mengurangi rasa sakit tidak menyenangkan selama

tindakan, yang kadang-kadang hanya berupa rasa kembung, tekanan di

perut atau kram perut ringan. Pasien diinstruksikan untuk berbaring

terlentang atau menghadap kesamping. Kemudian lensa serat optic akan

dimasukan perlahan-lahan kedalam usus besar melalui anus ( dubur )

yang sebelumnya diberi jelly bagian luar scope.

17

Bagian dalam saluran usus besar akan terpantau secara jelas dan

cermat oleh kamera pada ujung serat optic, yang akan menyalurkan

gambar hasil pemeriksaan ke layar monitor untuk dianalisa oleh dokter

dan gambar daapat direkam dalam rekaman video tape. Prosedur ini

biasanya memakan waktu sekitar 20 menit atau bias lebih dilanjutkan

dengan tindakan pengangkatan polip. Bila dalam pemeriksaan ditemukan

adanya polip atau bagian usus besar yang harus diperiksa lebih detail,

dokter akan melakukan pengambilan [olip atau contoh jaringan pada

bagian yang dicurigai adanya kelainan tersebut, dengan menggunakan

alat yang sama. Contoh jaringan, selanjutnya akan diperiksa di

laboratorium patologi-anatomi untuk menentukan ada tidaknya sel-sel

ganas.

Setelah tindakan Pasien diistirahatkan/ berbaring ± 1 jam utk

m’hilangkan pengaruh obat penenang yg diberikan. Kemudian dokter

akan menerangkan Hasil pemeriksaan scr jelas dg menggunakan foto

atau hasil rekaman Video Tape. Dianjurkan pasien waktu pulang tidak

sendiri (ditemani anggota keluarga atau orang lain), terutama jangan

mengemudikan kendaraan bermotor dlm waktu 4 jam setelah tindakan

Kolonoskopi. Setelah 2 jam kemudian pasien bisa segera makan. Selain

itu aktifitas & diet diatur, bila saat dilaksanakan tindakan Kolonoskopi

dilakukan juga pengangkatan jaringan atau Polip (Polipektomi).

2.2.5 KELAINAN YANG DIDAPATKAN SAAT KOLONOSKOPI

Divertikel kolon

- Protusi dinding kolon

- Berbentuk kantong dengan leher sempit

- Besarnya beberapa mm samapai 2 mm

- Divertikel sejati

Kantong terdiri dari semua / seluruh lapisan dinding kolon

- Divertikel palsu

Kantong hanya terdiri dari lapisan mukosa dan submukosa

18

Polyposis Kolon

- Herediter

- Polip majemuk

- Potensial ganas ( 60% kasus )

- Insiden pria = wanita

- Diagnose ditegakan berdasarkan riwayat polip keluarga, foto barium,

endoskopi

- Pencegahan dengan pemeriksaan berkala pada keluarga yang

beresiko

Karsinoma kolon kanan

- Nyeri tumpul

- Teraba massa pada 1/3 kasus

- Anemia

- Sering diare

- Sifat tumor fungating dan besar ulseri rapuh

Karsinoma kolon kiri

- Keluhan tersering adalah konstipasi kadang juga dapat diare

- Keluhan keliber feses mengecil

- Keluhan obstruksi

- Sifat tumor tumbuh anuler dan konstrikting sehingga menyebabkan

obstruksi

Karsinoma rectum

- Berak darah dan lendir

- Tanesmus

- Sering didiagnosa sebagai hemoroid

- Tumor bersifat ulseratif, vegetative, infiltrative

- Diagnose colok dubur, proktoskopi 8-10 cm, sigmodoskopi

- Hemoroid ( pelebaran vena pleksus hemoroidalis )

Hemoroid interna

19

- Pelebaran pleksus vena hemoroidalis superior

- Diliputi mukosa

- Posisi kanan depan, kanan belakang dan kiri lateral ( jam 3-7-11 )

- Drenase ke vena hemoroidalis superior selanjutnya ke vena porta

Hemoroid Eksterna

- Pelebaran plektus vena hemoroidalis inferior

- Dibawah garis muko kutan

- Diliputi epitel anus

- Drenase kevena sistemik selanjutnya ke vena cava

Fisura Anus

- Luka epitel pada anal kanal

- Fisura biasanya tunggal pada posterior mid-line

- Edema papilla pada anal kanal ( hipertropik papil )

- Edema pada fisura kulit ( sentinel tag

- Trias fisura anus= ulkus, hipertropik papil, sentinel tag

Abses Anorektal

- Merupakan radang peri rectum akibat infeksi kuman usus

- Infeksi berasal dari kripta rectum

- Abses diberi nama menurut letaknya = pelvio rektal, iskio rektal,

intersfingter, perianal ( paling sering )

Fistel Perianal

- Diakibatka drainase abses anorektum

- Umumnya berasal dari satu muara dikripta anorektum

Prolapse rectum

- Seluruh bagian rectum turun malalui anus

- Penyebabnya karena kelemahan otot dasar panggul, tekanan

abdomen yang meningkat

20

2.2.6 KOMPLIKASI

Gangguan kardiovaskuler dan pernafasan

Perforasi kolon

Perdarahan

Reaksi vasovagal

Distensi pasca kolonoskopi

Phlebitis

Infeksi

Volvulus

21

DAFTAR PUSTAKA

Bartiansyah, Eko. 2008. Panduan Lengkap : Membaca Tes Kesehatan.

Jakarta : Penebar Plus

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa Andy

Hartono dkk. Ed Estu tiar. Jakarta : EGC

Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan

Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan. Alih bahasa Easter

Nurses, Ed Monica Ester. Jakarta : EGC

Priyanto, Agus dan Sri, Lestari. 2008. Endoskopi Gastrointestinal.

Jakarta : Salemba Medika

WebMD. 2011. Colorectal. Diakses pada tanggal 25 Juli 2013. Available at

: http://www.webmd.com/colorectal-cancer/colorectal-cancer-

screening-directory?catid=1006

22