ENDOKRIN

30

Click here to load reader

description

penyakit

Transcript of ENDOKRIN

BAB 1PENDAHULUANA. Latar BelakangFeokromositoma adalah kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal dari sel-sel (tumor) yang secara normal nonkanker pada salah satu atau kedua kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal adalah sepasang kelenjar yang masing-masing terletah pada puncak ginjal. Masing-masing kelenjar adrenal memiliki lapisan medulla di sebelah dalam dan korteks di sebelah luar. Medulla menghasilkan suatu hormon, yang dikenal sebagai adrenalin. Korteks menghasilkan hormon-hormon steroid, seperti kortisol dan aldosteron, dan sejumlah kecil hormon-hormon seks. Pada feokromositoma, satu atau lebih tumor tumbuh di daman medulla kelenjar adrenal, menyebabkan produksi berlebihan dari adrenalin, suatu hormon yang mengendalikan tekanan darah, denyut jantung dan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, penderita kondisi ini menunjukkan gejala, seperti tekanan darah tinggi, keringat berlebihan, jantung berdebar dan bahkan nyeri dada. Meskipun tumor dapat terjadi pada segala usia, tumor ini terjadi lebih sering pada orang-orang usia paruh baya. Penangnaan, biasanya melalui pengangkatan tumor secara bedah, diperlukan untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa, seperti gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :1. Bagaimana anatomi fisiologi dari Kelenjar Adrenal ?2. Apa definisi dari Feokromositoma ?3. Bagaimana epidemiologi dari Feokromositoma?4. Bagaimana etiologi dari Feokromositoma ?5. Bagaimana patofisiologi dari Feokromositoma ?6. Apa tanda dan gejala dari Feokromositoma ?7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Feokromositoma ?8. Bagaimana penatalaksanaan dari Feokromositoma ?9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Feokromositoma ?

C. Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu :1. Mengetahui anatomi fisiologi dari Kelenjar Adrenal.2. Mengetahui definisi dari Feokromositoma.3. Mengetahui epidemiologi dari Feokromositoma.4. Mengetahui etiologi dari Feokromositoma.5. Mengetahui patofisiologi dari Feokromositoma.6. Mengetahui tanda dan gejala dari Feokromositoma.7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Feokromositoma.8. Mengetahui penatalaksanaan dari Feokromositoma.9. Mengetahui asuhan keperawatan dari Feokromositoma

BAB 2TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Kelenjar AdrenalKelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal, kelenjar adrenal terletak di kutub superior kedua ginjal. Kelenjar ini beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal, bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan androgen.

Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, dekat atau di + renes, ginjal). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon adrenalin. Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis.Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian medula merupakan sumber penghasil katekolamin hormon adrenalin epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan bagian korteks menghasilkan kortisol. Sel penghasil kortisol dapat pula menghasilkan hormon androgen seperti testosteron. Kelenjar adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone), yang merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius.

Di dalam kelenjar adrenal, terdapat kelenjar medula adrenal yang menghasilkan hormone penting. Bagian dalam dari kelenjar adrenal (medula) melepaskan hormon adrenalin (epinefrin) yang mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung, berkeringat dan aktivitas lainnya juga diatur oleh sistem saraf simpatis. Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari sistem saraf otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolik untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi. Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah. Kelenjar adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling berkaitan.

Hipotalamusmenghasilkan CRH(corticotropin-releasing hormone) yang merangsangkelenjar hipofisa utnuk melepaskankortikotropin, yang mengatur pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius. Di dalam kelenjar adrenal, terdapat kelenjar medula adrenal yang menghasilkan hormone penting. Bagian dalam dari kelenjar adrenal (medula) melepaskan hormonadrenalin(epinefrin) yang mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung, berkeringat dan aktivitas lainnya juga diatur olehsistem saraf simpatis. Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari sistem saraf otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolik untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.

B. Definisi FeokromositomaSecara etimologi Feokromositoma berasal dari bahasa Yunani. Phios berarti kehitaman, chroma berarti warna dan cytoma berarti tumor. Hal ini mengacu pada warna sel tumor ketika diwarnai dengan garam kromium. Pheochromocytoma adalah tumor kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin dan norepinefrin. Hormon ini memiliki banyak fungsi, beberapa diantaranya seperti mengatur tekanan darah dan detak jantung.Feokromositoma merupakan tumor yang biasanya bersifat jinak dan berasal dari sel-sel kromofin medula adrenal, dimana dapat terjadi pada segala usia, tetapi insiden puncaknya terletak pada usia antara 25 dan 50 tahun ( whalen, Althausen dan Daniels, 1992 ).Feokromositoma adalah suatu tumor yang berasal dari sel-sel kromafin kelenjar adrenal, menyebabkan pembentukan katekolamin yang berlebihan. Pheochromocytoma adalah tumor jinak yang berkembang dalam inti kelenjar adrenal.Feokromositoma merupakan tumor yang biasanya bersifat jinak dan berasal dari sel-sel kromafin medula adrenal. Pada 80% hingga 90 % pasien, tumor tersebut timbul dalam medula kelenjar adrenal sedangkan pada pasien lain terjadi dalam jaringan kromafin extra adrenal yang berada di dalam atau dekat aorta, ovarium, limpa, atau organ lainnya.

C. EpidemiologiFeokromositom dapat terjadi pada segala usia, tetapi insidens puncaknya terletak pada usia antara 25 dan 50 tahun (Whalen, Althausen & Daniels, 1992). Penyakit ini menyerang laki-laki dan wanita dengan insiden yang sama. Karena insiden feokromositoma yang tinggi diantara anggota keluarga, maka keluarga harus waspada dan menjalani skrining untuk mendeteksi tumor ini. 10 % feokromositoma terjadi secara bilateral, dan 10% ganas.Feokromositoma merupakan penyebab tekanan darah tinggi pada 0,1 % hingga 0,5 % penderita hipertensi (Bravo, 1991). Meskipun jarang terjadi, feokromositoma merupakan salah satu bentuk hipertensi yang biasanya disembuhkan melalui pembedahan ; tanpa deteksi dan terapi dini, penyakit ini biasanya berakibat fatal.

D. EtiologiPenyebab pheochromocytoma belum diketahui secara pasti.Pheochromocytoma lazimnya berawal dari sel sel khusus yang disebut sel chromaffin yang ditemukan di inti kelenjar adrenal.Faktor risiko :Beberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma endokrin multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar endokrin. Feokromositoma juga bisa terjadi pada penderita penyakit von Hippel-Lindau, dimana pembuluh darah tumbuh secara abnormal dan membentuk tumor jinak (hemangioma). Pada penderita penyakit von Recklinghausen ( neurofinromatosis, pertumbuhan tumor berdaging pada saraf ).

E. Patofisiologi Feokromositoma, suatu penyebab hipertensi sekunder yang jarang, merupakan tumor medullar adrenal atau tumor rantai simpatis (paraganglioma) yang melepaskan katekolamin dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan dopamine)secara terus-menerus atau dengan jangka waktu. Feokromositoma menyerang 0.1% hingga 0.5% penderita hipertensi dan dapat menyebabkan akibat yang fatal bila tidak terdiagnosis atau diobati. Feokromositoma dapat menyerang laki-laki dan perempuan dalam perbandingan yang sama dan mempunyai insiden puncak antara usia 30 dan 50 tahun. Sekitar 90% tumor ini berasal dari sel kromafin medulla adrenalis, dan 10% sisanya dari ekstraadrenal yang terletak di area retroperitoneal (organ Zuckerkandl), ganglion mesenterika dan seliaka, dan kandung kemih. Pasien dengan neoplasia endokrin multiple (MEN II), telah meningkatkan sekresi katekolamin dengan manifestasi klinis feokromositoma akibat hyperplasia medulla adrenal bilateral.Didalam tubuh, glikogen dipecah menjadi glukosa dan lemak diubah menjadi asam lemak. Tetapi karena pelepasan katekolamin secara terus menerus dan peningkatan glykogenolisis dan lipolisis. Menyebabkan aktivitas metabolik meningkat (BB menurun) dan darah menjadi kental. Aliran darah ke otak lambat menyebabkan lemas dan mengantukBeberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma endokrin multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar endokrin (misalnya kelenjar tiroid, paratiroid dan adrenal). Feokromositoma juga bisa terjadi pada penderita penyakit von Hippel-Lindau, dimana pembuluh darah tumbuh secara abnormal dan membentuk tumor jinak (hemangioma); dan pada penderita penyakit von Recklinghausen (neurofibromatosis, pertumbuhan tumor berdaging pada saraf). Feokromositoma biasanya jinak (pada 95% kasus), namun dapat bersifat ganas dengan metastasis yang jauh.

F. Tanda dan GejalaTrias gejalanya yang paling khas mencakup sakit kepala, diaforesis dan palpitasi. Gejala yang paling menonjol adalah tekanan darah tinggi, yang bisa sangat berat. Pada sekitar 50% penderita, tekanan darah tinggi ini bersifat menetap. Pada 50% lainnya, tekanan darah tinggi dan gejala lainnya hilang-timbul, kadang dipicu oleh penekanan pada tumor, pemijatan, pengobatan (terutama obat bius dan beta bloker) dan trauma emosional.Sifat dan intesitas gejala pada tumor fungsional medula adrenal tergantung pada proporsi relatif sekresi epinefrin dan norefinefrin. Trias gejalanya yang khas mencakup sakit kepala, diaforesis dan palpitasi. Hipertensi dan gangguan kardivaskuler lainnya sering terjadi. Gejala lainnya dapat mencakup tremor, sakit kepala, kemerahan, dan ansietas. Hiperglikemia dapat terjadi akibat konversi glikogen menjadi glukosa dalam hati dan otot yang disebabkan oleh sekresi epinefrin; insulin diperlukan untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang normal.Gambaran klinik bentuk paroksismal feokromositoma biasanya ditandai oleh serangan akut dan tidak terduga sebelumnya yang berlangsung selama beberapa detik atau beberapa jam. Selama serangan ini, pasien tampak sangat gemetar, cemas, dan lemah. Pasien dapat mengalami sakit kepala, vertigo, penglihatan yang kabur, tinitus, terengah-engah dan sesak napas atau dispnu. Gejala lainnya mencakup poliuri, mual, muntah, diare, nyeri abdomen dan perasaan menjelang ajal.Gejala lainnya adalah:a) Jantung berdebar-debar dan berdenyut lebih cepat.b) Berkeringat berlebihan.c) Pusing jika berdiri.d) Pernafasan cepat.e) Muka kemerahan.f) Kulit dingin dan lembab.g) Sakit kepala hebat.h) Nyeri dada dan perut.i) Mual dan muntah.j) Gangguan penglihatan.k) Jari tangan kesemutan.l) Sembelit.

G. Pemeriksaan PenunjangKemungkinan feokromositoma harus dicurigai jika terdapat tanda-tanda aktivitas sistem saraf simpati yang berlebihan, disertai kenaikan tekanan darah yang mencolok. Meskipun demikian, pengukuran kadar katekolamin dalam urin dan plasma merupakan pemeriksaan yang lebih bersifat langsung dan menyeluruh dalam memastikan aktivitas medula adrenal yang berlebihan.a) Total katekolamin plasma Diukur kadarnya pada saat pasien berbaring telentang serta beristirahat selama 30 menit. Untuk mencegah kenaikan kadar katekolamin akibat stress yang terjadi pada saat penusukan jarum ke dalam pembuluh vena, maka wing needle, jarum vena kepala atau kateter vena dipasang 30 menit sebelum pengambilan spesimen darah.

b) Pengukuran metabolit katekolamin urin dan asam vanilimandelat atau katekolamin bebas Merupakan test standart yang digunakan dalam penegakan diagnosis feokromositoma. Spesimen urin 24 jam dapat dikumpulkan untuk menentukan katekolamin bebas, MN, VMA; penggunaan kombinasi test tersebut akan meningkatkan akurasi diagnostik.c) Test provokatifSebagian besar tes ini jarang digunakan dalam evaluasi diagnostik karena timbulnya hasil test false-positif serta false-negatife dan karena adanya risiko hipertensi serta hipotensi yang bisa terjadi.d) Tes supresi klonidin Dapat dilakukan jika hasil pemeriksaan urin dan plasma tidak dapat menegakkan diagnosis. Klonidin merupakan obat antiadrenergik yang kerjanya sentral dengan menekan pelepasan katekolamin yang diperantarai secara neurologis. Tes supresi tersebut didasarkan pada prinsip bahwa kadar katekolamin secara normal akan meningkat melalui aktivitas sistem saraf simpatik; pada feokromositoma, peningkatan katekolamin terjadi akibat difusi katekolamin yang berlebihan ke dalam sirkulasi darah dengan memintas penyimpanan yang normal dan mekanisme pelepasan. Karena itu, klonidin pada katekolamin pada feokromositoma tidak akan menekan pelepasan katekolamin.Hasil tes tersebut dianggap normal jika 2 hingga 3 jam setelah pemberian dosis tunggal klonidin per oral, terjadi penurunan kadar total katekolamin plasma sedikitnya sebesar 40% dari hasil pemeriksaan dasar dan nilai absolutnya turun hingga di bawah 500 pq/ml.e) Pemeriksaan pencitraanSeperti pemindai CT scan, MRI dan USG juga dapat dilakukan untuk menentukan lokasi feokromositoma serta jumlah tumor yang ada. MIBG skintigraf menggunakan senyawa 131I- metaiodobenzilguanidin (MIBG) untuk menentukan lokasi feokromositoma dan mendeteksi lokasi metastatik di luar kelenjar adrenal.a. Dilakukan pemeriksaan air kemih untuk mengetahui kadar katekolamin tertentu.b. CT Scan, dapat melokalisir 90-95% tumor yang diameternya lebih dari 1 cm.c. MRI bisa membantu menentukan lokasi feokromositoma. Pada MRI, feokromositoma memperlihatkan intensitas bersinyal tinggi pada pencitraan dengan T2. Pencitraan nuklear dengan 131I-metaiodobenzilguanidin (MIBG), tersedia dalam fasilitas penelitian, secara selektif ditumpuk dalam jaringan kromafin, sangat sensitif.

H. Penatalaksanaan MedisBiasanya pengobatan terbaik adalah pengangkatan feokromositoma. Pembedahan seringkali ditunda sampai pelepasan katekolamin dapat dikendalikan dengan pemberian obat-obatan, karena kadar katekolamin yang tinggi bisa membahayakan proses pembedahan.Biasanya fenoksibenzamin danpropanolol diberikan secara bersamaan; metirosin atau obat lainnya seringkali perlu diberikan untuk mengendalikan tekanan darah. Jika feokromositoma merupakan suatu kanker yang belum menyebar, maka untuk membantu memperlambat pertumbuhannya bisa diberikan kemoterapi berupa siklofosamid, vinkristindan dakarbazin. Efek bahaya akibat katekolamin yang berlebihan bisa dihambat dengan melanjutkan pemakaian fenoksibenzamin danpropanolola) FarmakoterapiPasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan intensif agar dapat dilakukan pemantauan yang ketat terhadap perubahan EKG dan pemberian preparat penyekat alfa-adrenergik seperti pentolamin atau preparat relaksan otot polos yang dilakukan secara hati-hati guna menurunkan tekanan darah dengan cepat.b) PembedahanTindakan pembedahan untuk mengangkat tumor yang biasanya dilakukan dengan adrenalektomi. Persiapan pendahuluan prabedah berupa pengendalikan tekanan dan volume darah yang efektif. Persiapan dilakukan selama 10 hari sampai 2 minggu. Pasien harus telah mendapatkan terapi hidrasi yang baik pada saat sebelum, selama dan sesudah pembedahan untuk mencegah hipotensi.Manipulasi tumor pada saat melakukan eksisi dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang tersimpan dalam jaringan tumor tersebut sehingga terjadi peningkatan yang mencolok pada tekanan darah dan perubahan frekuensi jantung. Eksplorasi bagian yang mungkin merupakan lokasi tumor biasanya dikerjakan untuk memastikan pengangkatan keseluruhan tumor. Sebagian konskuensinya, pasien dapat mengalami stress dan efek samping dari tindakan bedah yang lama, yang meningkatkan resiko hipertensi pascaopertatif.c) Terapi Penggantian KortikostreoidDiperlukan jika harus dilakukan adrenalektomi bilateral. Kortikostreoid juga harus diberikan selama beberapa hari atau minggu pertama setelah pengangkatan satu kelenjar adrenal. Penyuntikan intravena kortikostreoid sodium suksinat dapat dimulai pada malam hari sebelum pembedahan dilakukan dan kemudian dilanjutkan selama awal periode praoperatif untuk mencegah insufisiensi adrenal.

I. Asuhan Keperawatan1. PengkajianPengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien (data primer) dari keluarga (data sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien feokromositoma adalah sebagai berikut :

a. Identitas klienIndentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nama ruangan dan diagnosa medis.

b. Riwayat Kesehatan1) Keluhan saat didataKeluhan yang paling dirasakan adalah lemah, pucat, muntah, sakit kepala, sesak, nafas cepat, nadi meningkat dan tekanan darah meningkat.2) Riwayat kesehatan masa laluMempunyai riwayat penyakit von Hippel-Lindau, dimana pembuluh darah tumbuh secara abnormal dan membentuk tumor jinak (hemangioma) dan pada penderita penyakitvon Recklinghausen (neurofinromatosis, pertumbuhan tumor berdaging).3) Riwayat kesehatan keluargaBeberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma endokrin multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar endokrin .

c. Data biologis1) Nutrisi : Kehilangan berat badan dan anorexia (kehilangan nafsu makan)2) Istirahat : Penderita kurang tidur akibat penyakit yang diderita.3) Eliminasi : Pola eliminasi tidak teratur. 4) Personal hygnies : Keadaan kulit klien dingin, lembab dan pucat. 5) Pola aktifitas : Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita.

d. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umum klien : Keadaan umum penderita lemah dan pucat.2) Kesadaran klien : Kesadaraan penderita apatis.3) Observasi TTVN: 87x/menitRR: 28x/menitS: 37 CTD: 140/80 Mm/Hg 4) Tinggi badan dan berat badan : Berat badan menurun.5) Neurosensori : Mengeluh pusing,sakit kepala, gangguan pada penglihatan, penurunan kekuatan genggaman tangan.6) Pernapasan : Kerja pernapasan meningkat.7) Kardiovaskuler : Vasokonstriksi menyebabkan konstraksi jantung meningkat dan tekanan darah meningkat.

2. Diagnosa KeperawatanSebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari hasil pengkajian keperawatan.Diagnosa keperawatan pada klien dengan Feokromositoma adalah :a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi.b. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen .c. Nyeri yang berhubungan dengan efek patologis.d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen.

3. Intervensi Keperawatana. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi.Tujuan : Untuk melaporkan jantung klien tidak berdebar- debar, klien tidak mengeluh sakit dada, kulit dan akral klien hangat, nadi dalam batas normal 60- 80 x/ menit.a) Pantau frekuensi dan irama jantung.b) Auskultasi bunyi jantung.c) Anjurkan tirah baring dalam posisi semi fowler.d) Kolaborasi pemberian obat hidralazin, minoksidil, loniren.

b. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen.Tujuan : Untuk melaporkan sirkulasi jaringan perifer adekuat, kulit klien tidak tampak pucat.a) Observasi keadaan umum. b) Mengobservasi tanda-tanda vital dan Capilary Refill.c) Lakukan latihan ROM.

c. Nyeri yang berhubungan dengan efek patologis.Tujuan : Untuk melaporkan klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 1- 3.a) Observasi keluhan nyeri, pantau skla nyeri menggunakan angka 0 10.b) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologi yang tepat yaitu teknik relaksasi atau distraksi.c) Beri informasi tentang berbagai strategi untuk menambah penurunan rasa nyeri.d) Kolaborasi pemberian obat- obatan analgetik.

d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen.Tujuan : Untuk melaporkan klien tidak mengeluh letih pada saat setelah beraktivitas, klien tidak terlihat pucat, klien tampak rileks, klien tidak terlihat lemah.a) Ajarkan kepada pasien cara menghemat energy ketika melakukan aktivitas hidup sehari-hari.b) Instruksikan dan bantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat.c) Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat berarti baginya.d) Diskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktivitas.

4. ImplementasiMenurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dipunyai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor.Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan feokromositoma yang harus diperhatikan adalah system kardiovaskuler dan pernafasan klien serta melakukan pendidikan kesehatan pada klien.

5. EvaluasiMenurut Doengoes, 2000 evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.Adapun evaluasi dari diagnosa keperawatan feokromositoma secara teoritis apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit feokromositoma.

BAB 3PENUTUPA. KesimpulanPhaeochromocytomas adalah tumor fungsional berasal dari sel-sel chromaffin dari medula adrenal dan paraganglions. Sel Chromaffin adalah sel-sel yang mensekresi katekolamin yang mempunyai karakteristik pewarnaan coklat dengan dikromat karena kehadiran butiran sitoplasma katekolamin. Presentasi klinis klasik adalah dengan serangan paroksismal hipertensi disertai sakit kepala, berkeringat, kecemasan palpitasi dan tremor.Feokromositom dapat terjadi pada segala usia, tetapi insidens puncaknya terletak pada usia antara 25 dan 50 tahun. Pheochromocytoma lazimnya berawal dari sel sel khusus yang disebut sel chromaffin yang ditemukan di inti kelenjar adrenal.Trias gejalanya yang paling khas mencakup sakit kepala, diaforesis dan palpitasi. Gejala yang paling menonjol adalah tekanan darah tinggi, yang bisa sangat berat. Pada sekitar 50% penderita, tekanan darah tinggi ini bersifat menetap. Pada 50% lainnya, tekanan darah tinggi dan gejala lainnya hilang-timbul, kadang dipicu oleh penekanan pada tumor, pemijatan, pengobatan (terutama obat bius dan beta bloker) dan trauma emosional.Biasanya pengobatan terbaik adalah pengangkatan/ pembedahan feokromositoma. Pembedahan seringkali ditunda sampai pelepasan katekolamin dapat dikendalikan dengan pemberian obat-obatan, karena kadar katekolamin yang tinggi bisa membahayakan proses pembedahan.

B. SaranSebaiknya kita perlu mengetahui tentang penyakit feokromositoma agar kita dapat mencegah hal itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.Taylor, Cynthia. 2013. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta : EGC.

20