endokarditis
-
Upload
ina-kanita-r -
Category
Documents
-
view
76 -
download
0
description
Transcript of endokarditis
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri
yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju
jantung.
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan
2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke
berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran
sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus
oleh suatu selaput yang disebut perikardium.
Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan
bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan
sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus
menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan
kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot
jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Salah satu penyakit yang menggagu pergerakan otot jantung atau
kemampuan jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh adalah Endokarditis,
yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau
katub jantung. Infeksi endokard biasanya terjadi pada jantung yang telah
mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya
berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu
Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut
endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja,
tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-
lain.
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah
mengalami kerusakan, tetapi juga pada endokar dan katub yang sehat, misalnya
penyalahgunaan narkotik perintravena atau penyakit kronik. Perjalanan penyakit
ini bisa; akut, sub akut, dan kronik, tergantung pada virulensi mikroorganisme dan
Page | 1
daya tahan penderita. Infeksi subakut hampir selalu berakibat fatal, sedangkan
hiperakut/akut secara klinis tidak pernah ada, karena penderita meninggal terlebih
dahulu yang disebabkan karena sepsis.
A. Identifikasi Masalah
Masalah yang diangkat dalam laporan ini adalah bagaimana aplikasi
asuhan keperawatan perioperatif yang meliputi asuhan keperawatan
preoperatif, intraoperatif dan postoperatif pada klien dengan endokarditis di
instalasi kamar operasi RSPAD Gatot Soebroto.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan perioperatif
pada klien dengan endokarditis di instalasi kamar operasi RSPAD Gatot
Soebroto.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah
keperawatan perioperatif, menetapkan diagnosa keperawatan
perioperatif pada pasien dengan endokarditis di instalasi kamar operasi
RSPAD Gatot Soebroto.
b. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan perioperatif pada
klien dengan endocarditis di instalasi kamar operasi RSPAD Gatot
Soebroto.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
perioperatif yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
Page | 2
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Laporan ini berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman
untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan,
khususnya tentang endokarditis.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan laporan ini berguna dalam pengembangan teori pelayanan
asuhan keperawatan pada klien dengan endokarditis.
3. Bagi Instansi Terkait
Diharapkan laporan ini berguna dalam pengembangan pelayanan asuhan
keperawatan di instansi terkait, pada klien dengan endokarditis.
D. Ruang Lingkup
Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian, analisa data,
masalah keperawatan, diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien dengan endokarditis.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini:
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses
keperawatan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh dari klien sedangkan data
sekunder yaitu data yang penulis peroleh dari tenaga kesehatan,
dokumentasi catatan keperawatan dan medical record klien.
2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan endokarditis.
F. Sistematika Penulisan
1. Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II : Tinjauan teori tentang anatomi dan fisiologi sistem indera
pendengaran.
Page | 3
3. Bab III: Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
4. Bab IV : Pembahasan yaitu membandingkan dan menganalisa antara
kasus dan teori, termasuk faktor-faktor pendukung dan penghambat
serta penyelesaiannya mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
5. Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
Page | 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
1. Ukuran, posisi dan letak Jantung
Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Ukuran jantung
manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran
panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm). Jantung
terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum
diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian
atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung
berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri
dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-
5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.
2. Lapisan pembungkus Jantung
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan
yaitu :
Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung
yang melindungi jantung ketika jantung mengalami
overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan
bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum
rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk
penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar
Page | 5
yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava,
aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal).
Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan
fibrosa
Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan
dengan lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral
terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau
yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi
untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung
berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara
15 – 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena akan
mempengaruhi fungsi kerja jantung.
3. Lapisan otot Jantung
Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium
visceral
b. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung
jawab atas kemampuan kontraksi jantung.
c. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau
lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan
Page | 6
darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya
pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya.
4. Katup Jantung
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup
atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara
atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral
atau bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara
ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta. Katup
berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya
sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau
diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea
sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk
keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri
berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris.
Page | 7
5. Ruang, Dinding dan Pembuluh Darah Besar Jantung
Jantung dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :
1. Atrium (serambi)
2. Ventrikel (bilik)
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek,
yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan
dengan otot ventrikel.
Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri.
Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu
ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Kedua atrium memiliki bagian luar
organ masing-masing yaitu auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan
dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah apabila kedua
atrium memiliki kelebihan volume.
Page | 8
Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian
septal atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa
ovalis, yaitu bagian septal atrium yang mengalami depresi disebabkan
karena penutupan foramen ovale saat kita lahir.
Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu
anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :
Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang
terdapat diruang atrium kanan yang menghubungkan vena
cava superior dengan atrium kanan.
Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang
terdapat di atrium kanan yang menghubungkan vena cava
inferior dengan atrium kanan.
Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau
lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan
sistem vena jantung dengan atrium kanan.
Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang
terdapat di atrium kiri yang menghubungkan antara vena
pulmonalis dengan atrium kiri yang mempunyai 4 muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik
ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang
mana bagian lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh
sel endotelium yang kontak langsung dengan darah. Bagian otot
jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang
tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel
dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga membentuk
katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah
anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan
dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.
Tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan
jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah
sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh
Page | 9
sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung
kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja,
sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri
lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.
Pembuluh Darah Besar Jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah
kotor dari jantung sendiri.
4. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
8. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
Page | 10
B. Endokarditis
1. Definisi
Endokarditis dibagi menjadi dua, yaitu endokarditis infektif dan
endokarditis non infektif. Endokarditis infektif (EI) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi mikroba pada endokardium jantung atau
pada endotel pembuluh darah besar, yang ditandai oleh adanya vegetasi.
Sedangkan endokarditis non infektif disebabkan oleh faktor thrombosis
yang disertai dengan vegetasi. Endokarditis non infektif biasanya sering
didapatkan pada pasien stadium akhir penyakit keganasan. (Hersunarti,
2003; Alwi, 2007).
Infeksi biasanya terjadi pada katup jantung, namun dapat juga
terjadi pada lokasi defek septal, atau korda tendinea atau endokardium
mural (Alwi, 2007).
2. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran klinisnya, dibedakan menjadi 2 yaitu (Hersunarti,
2003):
Page | 11
Endokarditis bacterial subakut, timbul dalam beberapa minggu
atau bulan, disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas seperti
Streptococcus viridans.
Endokarditis bacterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai
minggu, tanda klinis lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri
yang ganas seperti Staphylococcus aureus.
Berdasarkan jenis katup dan patogenesis terjadinya infeksi, endokarditis
juga dibedakan menjadi tiga yaitu (Hersunarti, 2003):
1. Native valve endocarditis, pada katup jantung alami.
2. Prosthetic valve endocarditis, pada katup jantung buatan.
3. Endokarditis pada penyalahguna narkoba intravena (intravenous
drug abuse)
3. Etiologi
Walaupun banyak spesies bakteri dan fungi kadang dapat
menyebabkan endokarditis, hanya sedikit spesies bakteri yang menjadi
penyebab dari sebagian besar kasus endokarditis. Berbagai jenis bakteri
yang berbeda menimbulkan gejala klinis yang sedikit bervariasi pada
endokarditis. Hal ini dikarenakan jalur masuk masing-masing bakteri juga
berbeda. Rongga mulut, kulit, dan saluran pernapasan atas adalah jalur
masuk primer bagi Streptococcus viridans, Staphylococcus, dan organisme
HACEK (Haemophyllus, Actinobacillus, Cardiobacterium, Eikenella, dan
Kingella) yang menyebabkan native valve endocarditis yang didapatkan
dari lingkungan. Streptococcus bovis berasal dari saluran cerna, dan
entreroccus memasuki aliran darah lewat traktus urogenital. Native valve
endocarditis nosokomial merupakan akibat bakteremia dari infeksi kateter
intravascular, luka nosokomial dan infeksi traktus urinarius, serta prosedur
invasif kronis seperti hemodialisis. Pada bakteremia Staphylococcus
aureus akibat kateter, 6-25% mengalami komplikasi menjadi endokarditis
(Fauci et al., 2008).
Endokarditis katup buatan yang muncul dalam 2 bulan setelah
pembedahan katup umumnya merupakan akibat dari kontaminasi Page | 12
intraoperatif dari katup buatannya atau komplikasi bakteremia
postoperatif. Infeksi nosokomial terlihat dari bakteri primer yang menjadi
penyebabnya: Staphylococcus koagulase-negatif (CoNS), Staphylococcus
aureus, basil gram negative fakultatif, diphteroid, dan fungi. Jika lebih dari
12 bulan setelah pembedahan muncul endokarditis, maka jalur masuk dan
mikroba penyebabnya sama dengan endokarditis katup asli yang
infeksinya didapat dari lingkungan. Jika timbul antara 2-12 bulan, sering
disebabkan karena infeksi nosokomial yang onsetnya lambat. Kurang lebih
sebanyak 85% dari strain CoNS yang menyebabkan endokarditis katup
buatan dalam 12 bulan setelah pembedahan resisten terhadap methicillin;
angka resistensi methicilline turun menjadi 25% diantara strain CoNS
yang timbul lebih dari satu tahun setelah pembedahan katup (Fauci et al.,
2008).
Endokarditis yang terjadi pada pemakai narkoba intravena,
khususnya pada infeksi katup tricuspid, umumnya disebabkan oleh S.
aureus, yang banyak diantaranya resisten terhadap methicillin. Infeksi
jantung sebelah kiri pada pecandu narkoba disebabkan oleh etiologi yang
lebih bervariasi dan melibatkan katup yang abnormal, yang seringkali
telah rusak akibat endokarditis yang telah terjadi sebelumnya. Sebagian
kasus tersebut disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Candida,
dan jarang disebabkan oleh Bacillus, Lactobacillus, dan Corynebacterium.
Endokarditis akibat berbagai macam mikroba lebih umum terjadi pada
pecandu narkoba intravena daripada pasien yang yang tidak
menyalahgunakan obat intravena (Fauci et al., 2008).
Sebanyak 5% hingga 15% pasien endokarditis mempunyai kultur
darah negatif; pada sepertiga hingga setengah kasus, kultur negatif karena
telah diberikan antibiotik. Sisanya, pasien terinfeksi oleh organisme
selektif, seperti Granulocatella, Abiotrophia, organisme HACEK, dan
Bartonella. Beberapa organisme selektif tersebut juga menyebabkan hal
serupa pada epidemiologi khusus (misalnya Coxiella burnetti di Eropa,
Brucella di Timur Tengah). Tropheryma whipplei menyebabkan kultur
negatif, dan bentuk endokarditis yang lambat serta tidak umum (Fauci et
al., 2008).Page | 13
4. Epidemiologi dan Faktor Predisposisi
Sekitar 36-75% pasien EI katup asli mempunyai faktor
predisposisi: penyakit jantung reumatik, penyakit jantung congenital,
prolaps katup mitral, katup yang floppy pada sindroma Marfan, tindakan
bedah gigi atau orofaring yang baru, tindakan atau pembedahan pada
traktus urogenital atau saluran pernapasan, luka bakar, hemodialisis,
penggunaan kateter vena sentral, pemberian nutrisi parenteral yang lama,
penyakit jantung degeneratif, hipertrofi septal asimetrik, atau
penyalahguna narkoba intravena (PNIV). Sekitar 7-25% kasus melibatkan
katup prostetik. Faktor predisposisi tidak teridentifikasi pada sekitar 25-
47% pasien (Alwi, 2007; Hersunarti, 2003).
5. Patogenesis
Mikrotrombi steril menempel pada endokardium yang rusak,
diduga menjadi nodus primer untuk adhesi bakteri. Faktor hemodinamik
(stress mekanik) dan proses imunologis berperan penting dalam kerusakan
endokard. Selanjutnya, kerusakan endotel menyebabkan deposisi fibrin
dan agregasi trombosit, sehingga terbentuk lesi nonbacterial thrombotic
endocardial (NBTE). Jika terjadi infeksi mikrorganisme yang masuk
sirkulasi, maka endokarditis nonbakterial akan menjadi EI. Setelah bakteri
melekat pada plak thrombus-trombosit, bakteri kemudian berproliferasi
lokal dengan penyebaran hematogen (Alwi, 2007).
6. Patologi Endokarditis
Patologi katup asli dapat lokal (kardiak) mencakup valvular
dan perivalvular atau distal (non kardiak) karena perlekatan
vegetasi septic dengan emboli, infeksi metastatic dan septicemia.
Vegetasi biasanya melekat pada aspek atrial katup atrioventrikular
dan sisi ventricular katup semilunar, predominan pada garis
penutupan katup (Alwi, 2007). Pada katup prostetik, lokasi infeksi
adalah perivalvular dan komplikasi yang biasa adalah
periprosthetic leaks dan dehiscence, abses cincin dan fistula, Page | 14
disrupsi system konduksi dan perikarditis purulenta. Pada katup
bioprotese, elemen yang bergerak berasal dari jaringan, mungkin
menjadi lokasi infeksi dan perforasi katup serta vegetasi (Alwi,
2007).
7. Patofisiologi (Alwi, 2007)
Efek destruksi lokal akibat infeksi intrakardiak mengakibatkan
kerusakan dan kebocoran katup, terbentuk abses atau perluasan
vegetasi ke perivalvular.
Vegetasi fragmen septic yang terlepas mengakibatkan
tromboemboli (pada sisi kanan atau kiri), mulai dari emboli
paru sampai emboli otak.
Vegetasi melepas bakteri terus menerus kedalam sirkulasi,
mengakibatkan gejala konstitusional seperti demam, malaise,
tidak nafsu makan, penurunan berat badan dan sebagainya.
Respon antibody humoral dan seluler terhadap infeksi dengan
kerusakan jaringan akibat kompleks imun atau interaksi
komplemen-antibodi dengan antigen yang menetap dalam
jaringan.
8. Gejala Klinis
Endokarditis subakut
Setelah 2 minggu inkubasi, keluhan seperti infeksi umum
(panas tidak terlalu tinggi, sakit kepala, nafsu makan kurang,
lemas, berat badan turun). Timbulnya gejala komplikasi seperti
gagal jantung, gejala emboli pada organ, misalnya gejala
neurologis, sakit dada, sakit perut kiri atas, hematuria, tanda
iskemia di ekstremitas, dan sebagainya (Hersunarti, 2003).
Endokarditis akut
Gejala timbul lebih berat dalam waktu singkat. Pasien
kelihatan sakit, biasanya anemis, kurus dan pucat. Panas tidak Page | 15
spesifik merupakan gejala paling umum. Ditemukan bising
jantung, tetapi jika tidak ada bising belum tentu endokarditis
negatif. Tanda karena kelainan vaskuler seperti petekie, splinter
haemorrhage (bercak kemerahan dibawah kulit), osler node
(nodulus kemerahan, menonjol dan sakit pada kulit tangan atau
kaki terutama pada ujung jari) dan janeway lesions (bercak
kemerahan pada tangan atau kaki). Tanda pada mata berupa
petekie konjungtiva, perdarahan retina, kebutaan, tanda
endoftalmitis, panoftalmitis. Jari tabuh, splenomegali. Semua tanda
yang disebutkan diatas tidak selalu ada pada penderita endokarditis
(Hersunarti, 2003).
Elektrokardiogram dan gambaran radiologis tergantung
kelainan dasar jantung. Gangguan konduksi menunjukkan
kemungkinan terjadinya abses atau endokarditis. Bila ada gagal
jantung akan ditemukan pembesaran jantung dan tanda terdengar di
paru (Hersunarti, 2003).
9. Diagnosis
Investigasi diagnosis harus dilakukan jika pasien demam
disertai satu atau lebih gejala kardinal; ada predisposisi lesi jantung
atau pola lingkungan, bakteremia, fenomena emboli dan bukti
proses endokard aktif, serta pasien dengan katup prostetik (Alwi,
2007). Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit adanya panas
pada penderita dengan lesi jantung, ditunjang pemeriksaan fisik
dan laboratorium yang mendukung, dan diperkuat dengan
terlihatnya vegetasi pada pemeriksaan ekokardiografi (Hersunarti,
2003).
Pada anamnesis, keluhan tersering yang muncul adalah
demam, kemudian keluhan lainnya yang muncul seperti menggigil,
sesak napas, batuk, nyeri dada, mual, muntah, penurunan berat
badan dan nyeri otot atau sendi (Alwi, 2007).
Page | 16
Pada pemeriksaan fisik yang cukup penting adalah
ditemukannya murmur pada katup yang terlibat. Murmur yang
khas adalah blowing holosistolik pada garis sternal kiri bawah dan
terdengar lebih jelas saat inspirasi. Tanda EI pada pemeriksaan
fisik yang lain adalah tanda-tanda kelainan pada kulit yang telah
disebutkan diatas (Alwi, 2007).
Pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan
hemoglobin rendah, lekositosis, laju endap darah (LED)
meningkat, analisis urin menunjukkan hematuria dengan
proteinuria. Pemeriksaan kultur darah untuk kuman baik aerob
maupun anaerob (Hersunarti, 2003).
10. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa gagal jantung (tersering, 55%),
emboli, gejala-gejala neurologis (dapat berupa stroke, kejang-
kejang, gejala-gejala psikiatri, dan sebagainya) dan aneurisma
mikotik (bila ada kerusakan dinding pembuluh darah karena proses
peradangan). Aneurisma mikotik paling sering terjadi pada aorta,
pembuluh darah daerah abdomen, pembuluh darah daerah
ekstremitas dan pembuluh darah pada otak (Hersunarti, 2003).
11. Penatalaksanaan
Prinsip dasarnya adalah membasmi kuman penyebab
secepat mungkin, tindakan operasi pada saat yang tepat bila
diperlukan, dan mengobati komplikasi yang terjadi (Hersunarti,
2003).
Pada endokarditis bacterial subakut kondisi stabil, pemberian
antibiotika sebaiknya menunggu hasil kultur tes resistensi. Bila
kondisinya tidak stabil, atau pada endokarditis akut, perlu
pemberian antibiotika secepat mungkin sesuai dengan standar
antibiotika secara empiris, sesuai dengan gambaran klinisnya
(Hersunarti, 2003).
Page | 17
Pencegahan
Pemberian profilaksin antibiotika diberikan secara empiric pada
pencabutan gigi atau pembedahan, untuk mencegah bakteremia pada
pasien dengan lesi jantung, disesuaikan dengan kondisi pasien (Hersunarti,
2003).
Page | 18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny
Usia : 23 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Dx medis : Endokarditis MI,AI
Tindakan : double valve replacment pro ganti katup
Alamat :
B. KELUHAN UTAMA
C. ANAMNESA
Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengalami Hb rendah dan saat dirawat pada april 2012 klien
mendapat transfusi
Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien mengalami abortus 2 kali
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak terkaji
Riwayat Alergi: Tidak terdapat riwayat alergi
E. Asuhan Keperawatan Perioperatif pada
Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,5 C
Nadi : 92 x/mnt Resp. Rate : 20 x/mnt
Berat badan : 48 kg Tinggi badan : 162 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala-leher
Kepala: tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.
b. Hidung : bersih, tidak ada nyeri, tidak ada polip
Page | 19
c. Mulut: besih, bentuk normal, tidak ada masalah
d. Telinga :
- Telinga kiri bentuk normal ditemukannya adanya kelainan
- Telinga kanan tidak ditemukannya adanya kelainan.
e. Mata: sklera ananemis, pupil isochor
f. Thorax-cardiovaskular
Cor : S1/S2 tunggal-iregular, murmur (+) gallop (+)
Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Dada : simetris +/+
g. Abdomen-pelvic-inguinal
Inspeksi : distensi (-)
Auskultas : BU (+) Normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen
Uro-genital
h. Anal-perianal
Inspeksi : tidak terlihat benjolan,
Palpasi : Permukaan rata, tidak berbenjol-benjol
i. Extremitas atas:
- Pada jari tangan kanan terdapat 5 jari (normal)
- Pada jari kiri terdapat 5 jari (normal)
j. Extremitas bawah: normal
2. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
3. Informed consent : Telah ditanda tangani oleh pasien
4. Makan terakhir : Jam 02.00
5. Pernafasan : spontan
6. Alergi obat : Tidak ada
7. Protese (Gigi palsu, Cat kuku) : Tidak ada
8. Perhiasan: tidak ada
9. Persiapan kulit/ cukur: Ya (cukur rambut di ketiak dan vagina)
10. Huknah, kateter : tida ada
11. Pernah dioperasi :
Page | 20
12. Riwayat obserti: G2P0A2
13. Pendidikan kesehtan yang telah diberikan : nafas dalam
14. Klien mengatakan sedikit cemas dan takut, serta mudah-mudahan
operasinya berjalan lancar.
15. Hasil observasi perawat, klien bicara seperlunya, lebih banyak menarik
nafas.
16. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium terakhir (18, Januari 2013)
Jenis Pemeriksaan Saat Ini Nilai Rujukan
KIMIA KLINIK
Protein Total 6 6-8.5 g/dL
Albumin 5 3.5-50 g/dL
Ureum 20 20-50 mg/dL
Natrium (Na) 140 135-147 mmol/L
Kalium (K) 3.5 3.5-5.0 mmol/L
HEMATOLOGI
Hematologi rutin
Hemoglobin 10,8* 12-16 g/dL
Hematokrit 33* 37-47 %
Eritrosit 3,9* 4.3-47%
Leukosit 8800 4800-10800 /μL
Page | 21
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Analisa data dan masalah keperawatan
Data Masalah keperawatan Etiologi
DO:
Klien bicara seperlunya
Sesekali memejamkan
mata dan menarik nafas
panjang
Keadaan umum : baik
TD 110/70 mmHg, N 90
x/menit, RR 20x/menit,
Suhu 36 C
DS:
Klien mengatakan sedikit
cemas dan takut
Klien mengatakan mudah-
mudahan operasinya
berjaan lancar
Cemas Prosedur operasi
b. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa keperawatan:
Cemas berhubungan dengan prosedur operasi
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Cemas berhubungan
dengan prosedur operasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 30
menit cemas teratasi
Kriteria hasil:
- Ekspresi wajah tenang,
pasien mengatakan tidak
takut,
1. Tanyakan pada pasien
penyebab takut
2. Tanyakan pada pasien
mengenai hal apa saja
yang diketahui tentang
pembedahan
3. Beri kesempatan pasien
untuk bertanya
Page | 22
- Nadi <100 x/menit 4. Kenalkan pasien
trehadap lingkungan
kamar operasi
(Perawat, dr. Bedah,
dr. Anestesi)
5. Anjurkan pasien untuk
berdoa
6. Ajarkan pasien untuk
menurunkan cemas
dengan cara distraksi
seperti menarik nafas
dalam
7. Diskusikan pasien
tentang: tujuan
pembedahan, prosedur
pembiusan, prosedur
anestesi
c. Implementasi dan evaluasi
Implementasi Evaluasi
1. menanyakan pada pasien penyebab
klien diam saja
2. menanyakan pada pasien mengenai
hal apa saja yang diketahui tentang
pembedahan
3. memberi kesempatan pasien untuk
bertanya
4. mengenalkan pasien trehadap
lingkungan kamar operasi (Perawat,
dr. Bedah, dr. Anestesi)
S: klien mengatakan rasa takutnya sudah
mulai berkurang
O:
klien berdoa dipimpin oleh perawat
klien menutup matanya
TD 110/70 x/menit, N 81 x/ menit,
RR 20 x/menit, Suhu 36,5 %
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan tindakan
- Anjurkan klien untuk berdoa
Page | 23
5. menganjurkan pasien untuk berdoa
6. mengajarkan pasien untuk
menurunkan cemas dengan cara
distraksi seperti menarik nafas dalam
7. mendiskusikan pasien tentang: tujuan
pembedahan, prosedur pembiusan,
prosedur anestesi
- Dampingi klien sampai dilakukan
pembiusan
- Mengantas pasien ke ruang pembedahan
2. Intra Operatif
a. Pengkajian
1) Pasien puasa sejak pukul 02.00 WIB pagi, dan operasi di mulai pukul 09.30
sampai pukul 17.00 WIB
2) Pada monitor tampak
- TD: 108/66 mmHg
- RR: terpasang ETT
- HR: 77 x/menit
- Capiler reffil > 3 detik
- Ronchi (+)
3) Berat badan : 48 kg
4) Anestesi : GA/Umum
5) Posisi operasi : terlentang, dengan posisi kepala sedikit ditinggikan
6) Pemasangan kateter : ya
7) Pemasangan ETT : ya (pada mulut bagian kanan)
8) Pemasangan infuse : ya (RL, sebanyak 500 cc,) infus terpasang pada pukul
8.45 WIB
9) Intake dan output
- Output :
Urin: 1000 cc
Perdarahan: 1000cc
- Input Cairan:
Page | 24
- Infus = 2000 cc
- Tranfusi WB = 300 cc
- Tranfusi plasma= 200 cc
- Obat injeksi = 100 cc
10) Aseptik kulit : betadin 7,5 % : 50 cc
11) betadin 10 % : 50 cc
12) alkohol 70 %: 50 cc
13) Kassa yang dipakai sebelum operasi : 40 buah
14) Kassa yang dipakai setelah operasi 40 buah
15) Pisau operasi: no. 15
16) Alat pemotong tulang rusuk
17) Irigasi luka : ya
18) Instrumen lengkap : Ya
19) Infus: midazolam 2,5 mg, fentanyl 50 mg, propofol 50 mg, Amiodarone
20) Tranfusi darah PRC gol O 2 kantong, plasma darah 8 kantong
Analisa data
Page | 25
Data fokus Masalah keperawatan Etiologi
DO:
Pada monitor tampak
- TD: 108/66 mmHg
- RR: terpasang ETT
- HR: 77 x/menit
- Capiler reffil > 3 detik
- Ronchi (+)
- Kebutuhan cairan perhari:
1680cc/24 jm
- Kebutuhan cairan perjam:
50 cc/jm
Urin: 1000 ccPerdarahan: 1000ccInput Cairan: Infus = 2000 ccTranfusi WB = 300 ccTranfusi plasma= 200 cc
DS:-
Resiko devisit volume
cairan
Pembatasan cairan
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko devisit volume
cairan b.d pembatasan
cairan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 60 menit.
Kriteria Hasil:
- TTV dalam batas normal
- Intake = output
- Tidak terdapat tanda-tanda
dehidrasi
- Akral hangat
- Balance cairan dapat
dipertahankan
1. Pertahankan
keseimbangan cairan
2. Kaji sejak awal tanda
syok
3. Pantau tanda-tanda vital
4. Kolaborasi pemberian
cairan tambahan jika
diperlukan
5. Hitung balance cairan
Implementasi dan Evaluasi
Implementasi Evaluasi
1. mempertahankan keseimbangan cairan
2. mengkaji sejak awal tanda syok
3. memantau tanda-tanda vital
4. menghitung balance cairan
5. Kolaborasi memberian cairan tambahan
jika diperlukan
S:-
O:
- TTV:
TD: 100/80
N: 85x.mnt
Nadi teraba lemah
- Tanda-tanda syok tidak ada
- Balance cairan :
A: tujuan tercapai
Page | 26
P: lanjutkan tindakan
- Pantau balance cairan
- Pantau TTV
- Pantau tanda-tanda syok
3. Post Operatif
a. Pengkajian
Pasin langsung dibawa keruang ICU. Pukul 17:00
Keadaan umum :
Pernafasan : Terpasang ETT
Turgor kulit : Elastis
Kesadaran : sopor koma
Mukosa Mulut : kering, pucat
Ekstremitas : atas dingin(+/+), bawah dingin (+/+)
Posisi : terlentang, dengan posisi kepala sedikit ditinggikan 15 derajat
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi 80xmenit
RR: 21x/menit
Suhu klien : 35,5oC
Capiler reffil > 3 detik
Ronchi (+)
b. Analisa data dan masalah keperawatan
Data fokus Masalah keperawatan Etiologi
DO:
Pada monitor tampak
TD: 110/70 mmHg
RR: 21x/menit
HR: 80 x/menit
Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Efek anestesi
Page | 27
Capiler reffil > 3 detik
Ronchi (+)
Terdapat penumpukan
sekret
Pasien sudah diekstubasi
DS:
DO:
- Tekanan darah : 110/70
mmHg
- Nadi 80xmenit
- RR: 21x/menit
- Suhu klien : 35,5oC
- Akral teraba dingin
Warna kulit pucat
Hipotermi lingkungan OK, efek
anestesi
c. Diagnosa keperawatan
1) Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek anestesi
2) Hipotermi lingkungan OK, efek anestesi
d. Rencana tindakan keperawatan
1) Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek anestesi
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Risiko
ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas b.d efek
anestesi
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x60 menit tidak
terjadi resiko
ketidakefektifan jalan
nafas
1. Monitor Tanda-Tanda Vital tiap
5 menit
2. Pantau tanda distres pernafasan
3. Auskultasi suara nafas
4. mengecek data fisik termasuk
penyakit pernafasan
5. Lakukan suction
Page | 28
Kriteria hasil:
a.TTV dalam batas
normal
b. Tidak terdapat sekret
c.Tidak terdapat sianosis
d. Saturasi O2 dalam
batas normal
6. Kolaborasi pemberian O2
2) Hipotermi berhubungan dengan lingkungan OK
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi
Hipotermi
berhubungan
dengan lingkungan
OK, efek anestesi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
30menit hipotermi tidak ada
Kriteri Hasil:
-suhu: 36,5 – 37.5C
- Pasien tidak menggigil
- akral hangat
1. ukur suhu tiap 15
menit
2. beri selimut tebal
3. pasang pemanas
e. Implementasi dan evaluasi
1) Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek anestesi
Implementasi Evaluasi
1. memonitor Tanda-Tanda Vital tiap 5
menit
H TD: 100/80mmHg
N : 70x/menit
2. Pantau tanda distres pernafasan
S: -
O:
TTV
TD: 100/80mmHg
N : 70x/menit
Page | 29
H Tidak terdapat sianosis, saturasi
O2: 98%
3. Mengobseravasi Auskultasi suara
nafas
H terdapat suara nafas tambahan
(ronchi), tampak sekret di mulut
4. mengecek data fisik termasuk penyakit
pernafasan
H tidak terdapat riwayat penyakit
pernafasan
5. Dilakukan suction
H terdapat sekret di bronkus dan di
mulut
6. Kolaborasi pemberian O2
H pemberian melalui ETT dengan
rebriting mask
- Tidak terdapat sianosis
- Tidak terdapat suara nafas tambahan
setelah dilakukan suction
Tidak terdapat sekret :
A: masalah teratasi
P: lanjutkan tidakan
Monitor Tanda-Tanda Vital tiap 5
menit
Monitor suara nafas tambahan
(adanya sekret)
Pantau tanda distres pernafasan
Pertahankan kepatenan nasal kanul
2) Hipotermi berhubungan dengan lingkungan OK, efek anestesi
Implementasi Evaluasi
1. mengukur suhu
2. memberi selimut tebal
3. memasang pemanas bila perlu
4. kolaborasi dengan dokter
S: -
O:
- pasien tidak tampak menggigil
- akral hangat
- suhu 36,5 C
A: masalah teratasi
P: lanjutkan tindakan
- monitor suhu tiap 15 menit
- pertahankan lingkungan tetap hangat
Obat-obatan yang digunakan saat operasi
Page | 30
1) Fentanyl 50 mg
Komposisi: fentanyl
Indikasi: suplemen analgesic narkotik pada anestesi regional atau generi
Kontra indikasi:.depresi nafas, cederea kepala, alkoholisme akut, serangan asma akut
2) Midazolam 2,5 mg
Komposisi: midazolam
Indikasi: untuk persiapan anestesi sebelum pembedahan, mengurangi kecemasan dan
mencegah memori tentang operasi.
Kontra indikasi:. Alergi terhadap midazolam.
Efek samping : nausea, fomitting, ruam kemerahan, agitasi, mudah lelah, tremor, agresif,
irama jantung lemah dan tidak teratur.
3) Propofol
Komposisi : propofol
Indikasi : obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai dalam waktu 30
detik. Obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter recovery anestesi yang
cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Profofol merupakan cairan emulsi minyak-air yang
berwarna putih yang bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml=10 mg) dan mudah larut
dalam lemak. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse. Dosis
sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse.
4) Tracrium
Komposisi: tracrium
Indikasi : obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru yang mempunyai struktur
benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice leontopetaltum. Kemasan dibuat dalam
1 ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg atracurium besilat. Dosis intubasi : 0,5 – 0,6
mg/kgBB/iv. Dosis relaksasi otot : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv. Dosis pemeliharaan : 0,1 – 0,2
mg/kgBB/ iv5
Mula dan lama kerja atracurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya mulai
kerja atracurium pada dosis intubasi adalah 2-3 menit, sedang lama kerja atracurium dengan
dosis relaksasi 15-35 menit. Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah
lama kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian antikolinesterase.
Page | 31
5) Tramadol
Komposisi : Tramadol
Indikasi: Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca
pembedahan
Dosis umum: Dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri,
apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30-60 menit.
Dosis maksimum: 400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang
diderita.
Efek samping: Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala,
pruritus, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah. Dispepsia dan obstipasi.
6) Amiodarone HCl
Indikasi: Gangguan ritme atrium (perubahan fibrilasi atau fluter). Gangguan ritme nodal,
ventrikel (takikardi ventrikel, kontraksi prematur, fibrilasi ventrikel). Gangguan ritme yang
berhubungan dengan Wolf-Parkinson-White. Ampul : gangguan ritme sinus supraventrikular.
Takikardia yang berhungan dengan sindroma Wolf-Parkinson-White. Gangguan ritme
ventrikel.
Pemeliharaan : 100-400 mg/hari, 5 hari dalam 1 minggu. Ampul : 5 mg/kg berat badan
dengan infus IV selama 20 menit-2 jam. Infus dapat diulangi 2-3 kali/hari. Pemeliharaan 10-
20 mg/kg berat badan/24 jam secara infus IV. Pemberian Obat: Diberikan secara konsisten
dengan mempertimbangkan waktu makan. Berikan bersama makanan jika digunakan dosis
tinggi atau untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada saluran cerna. Kontra Indikasi: Sinus
bradikardi, blok SA, blok AV, hamil, laktasi, gangguan sinus, intoleransi yodium, hipotensi
atrial berat, kolaps KV, insufisiensi jantung akut, distiroidisme. Perhatian: Hipertensi atrial,
insufisiensi pernafasan, miokardiopati, gagal jantung berat, terpapar sinar matahari, monitor
TD dan fungsi tiroid teratur.
Efek Samping: Fotosensitisasi dan pigmentasi, hipotiroidisme, hipertiroidisme, mikroeposit
kornea, pneumopati interstisial difus reversibel. Interaksi Obat: Antiaritmia kelas I, β-bloker,
anestesi umum, diltiazem, verapamil, fenoksedil, lidoflasin, prenilamin, vinkamin, laksatif,
hipokalemik. Meningkatkan kadar serum dari digoksin, kuinidin, fenotoin, prokainamid,
flekainid, siklosporin. Kemasan: Ampul 150 mg/3 mL x 6
Page | 32
Page | 33
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Ny. U (23 tahun) mengalami kelainan pada katup jantung atau adanya penykit
infeksi pada katup jantung yang disebut endokarditis. Endokarditis adalah penyakit
infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh invasi langsung
bakteri atau organism lain yang menyebabkan bilah katup. Endokarditis dibagi menjadi
dua, yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif. Endokarditis infektif (EI)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroba pada endokardium jantung
atau pada endotel pembuluh darah besar, yang ditandai oleh adanya vegetasi. Sedangkan
endokarditis non infektif disebabkan oleh faktor thrombosis yang disertai dengan
vegetasi. Endokarditis non infektif biasanya sering didapatkan pada pasien stadium akhir
penyakit keganasan. (Hersunarti, 2003; Alwi, 2007).
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. U dilakukan dari kepala hingga kaki
terfokuskan pada pemeriksaan kardiovaskular. Pada pemeriksaan rontgen thorak
didapatkan hasil kardiomegali dan edema paru, sesuai dengan yang ada pada teori
manifestasi klinis endokarditis adalah pembesaran jantung, adanya suara bising jantung
yang mengindikasikan kerusakan jantung (murmur +) (Boughman, 2001).
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Potter & Pery (2002) diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada
perioperatif adalah saat preoperative dapat berupa ansietas, saat intra operatif dapat
berupa diagnose resiko kekuranan volume cairan, diagnosa keperawatan yang muncul
pada saat post operative adalah resiko ketidak efektifan jalan nafas dan hipotermi.
Diagnose yang muncul pada Ny. U adalah pada fase preoperative cemas berhubungan
dengan prosedur operasi, cemas atau ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respon autonom atau perasaan takut yang disebabkan
Page | 34
oleh antisipasi terhadap bahaya, perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan bahaya yang akan terjadi (NANDA 2012-2014). Pada fase intraoperatif
diagnose yang yang muncul adalah resiko defisit volume cairan b.d pembatasan cairan,
resiko defisit volume cairan adalah kondisi individu yang beresiko mengalami dehidrasi
vascular, selular,atau intraselular.
Menurut Carpenito (2007) Kekurangan volume cairan merupakan suatu keadaan
dimana ketidakseimbangan antara intake cairan dengan output. Diagnose yang muncul
pada fase postoperative adalah risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek
anestesi dan hipotermi berhubungan dengan lingkungan OK. Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas merupakan resiko ketidakmampuan individu untuk membersihkan
secret atau obstruksi saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih
(NANDA 2012-2014). Diagnose hipotermi merupakan suhu tubuh dibawah rentang
normal (suhu 36,5 – 37,5).
C. Intervensi
Klien yang menjalani operasi diikut sertakan dalam pembuatan rencana
perawatan, dengan melibatkan klien dalam asuhan keperawatan maka resiko pembedahan
dan komplikasi pascaoperatif dapat diminimalkan. Rencana keperawatan perioperatif
dibuat sesuai dengan diagnose yang muncul pada individu. Intervensi keperawatan yang
kami lakukan pada Ny. U dilakukan dengan mengacu pada ketentuan baku sumber
pustaka yang kami gunakan.
D. Evaluasi
Evaluasi preoperative dengan diagnose keperawatan cemas berhubungan dengan
prosedur operasi, dilakukan pengkajian tanda-tanda vital, ekspresi wajah klien.
Pengkajian pada diagnose cemas berhubungan dengan prosedur operasi bertujuan untuk
mengurangi rasa cemas pada pasien dalam jangka waktu 30 menit sebelum pasien
memulai operasi. Setelah dilakukan intervensi selama 30 menit kami mengevaluasi
bahwa Ny. U merasakan ketakutannya sudah mulai berkurang , tanda-tanda vital dalam
batas normal TD 110/70 x/menit, N 81 x/ menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5. Evaluasi
Page | 35
pada fase intraoperatif dengan diagnosa resiko defisit volume cairan b.d pembatasan
cairan. Pada fase ini kami mengkaji intake output cairan pada pasien, pemantauan tanda-
tanda vital. Diagnose ini teratasi sebagian karena tidak adanya tanda-tanda syok, tanda-
tanda vital dalam batas normal dan balance cairan terkontrol.
Evaluasi postoperative dengan diagnose keperawatan ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan efek anestesi tidak terdapat sianosis, tidak terdapat suara nafas
tambahan setelah dilakukan suction, dan tidak terdapat secret masalah keperawatan
teratasi. Pada diagnose hipotermi berhubungan dengan lingkungan kamar operasi dan
efek anestesi pasien tidak tampak menggigil, suhu tubuh 36,5 dan akral hangat pada
semua ektremitas masalah keperawatan teratasi
Page | 36
BAB V
Kesimpulan
a. Kesimpulan
Endokarditis merupakan suatu peradangan pada endokardium jantung atau pada endotel pembuluh darah besar. Diagnosa perioperatif yang muncul pada kasus endokarditis secara garis besar dapat disimpulkan bersinergis dengan tinjauan kepustakaan. Diagnosa yang muncul pada asuhan keperawatan perioperatif adalah
1. Preoperatif
Diagnosa keperawatan yang muncul pada saat pre eoperatif adalah cemas berhubungan dengan prosedur operasi.
2. Intraoperatif
Diagnosa keperawatan yang muncul pada saat intraoperatif adalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake.
3. Postoperatif
Diagnosa keperawatan yang muncul pada saat postoperatif adalah resiko ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan efek anestesi, hipotermi berhubungan dengan efek anestesi.
Page | 37
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. 2007. Endokarditis dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus.
Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Corwin,Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E.Moorhouse, Mary Frances. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Fauci, A.S. Braunwald, E. Kasper, D.L. Hauser, S.L. Longo, D.L. 2008. Harrison's: Principles
of Internal Medicine 17th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies.
Ganong, Mcphee, J Stephen. Patofisiologi Penyakit ed 5. EGC, Jakarta: 2010
Hersunarti, N.B. 2003. Endokarditis dalam Rilantono, Lily Ismudiati. Baraas, Faisal. Karo,
Santoso Karo. Roebiono, Poppy Surwianti. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI.
Kumar, dkk. Dasar Patologi Penyakit. EGC, Jakarta: 2009
Rilantono, I Lily, dkk. Buku Ajar Kardiologi. FKUI, Jakarta: 1996
Smeltzer C suzanne, Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Page | 38