endokarditis

54
BAB I PENDAHULUAN Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf. Salah satu penyakit yang menggagu pergerakan otot jantung atau kemampuan jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh adalah Endokarditis, yaitu penyakit Page | 1

description

tinjauan teori endokarditis

Transcript of endokarditis

Page 1: endokarditis

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses

pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari

organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri

yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju

jantung.

Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan

2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke

berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran

sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus

oleh suatu selaput yang disebut perikardium.

Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan

bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan

sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus

menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan

kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot

jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.

Salah satu penyakit yang menggagu pergerakan otot jantung atau

kemampuan jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh adalah Endokarditis,

yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau

katub jantung. Infeksi endokard biasanya terjadi pada jantung yang telah

mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya

berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu

Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut

endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja,

tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-

lain.

Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah

mengalami kerusakan, tetapi juga pada endokar dan katub yang sehat, misalnya

penyalahgunaan narkotik perintravena atau penyakit kronik. Perjalanan penyakit

ini bisa; akut, sub akut, dan kronik, tergantung pada virulensi mikroorganisme dan

Page | 1

Page 2: endokarditis

daya tahan penderita. Infeksi subakut hampir selalu berakibat fatal, sedangkan

hiperakut/akut secara klinis tidak pernah ada, karena penderita meninggal terlebih

dahulu yang disebabkan karena sepsis.

A. Identifikasi Masalah

Masalah yang diangkat dalam laporan ini adalah bagaimana aplikasi

asuhan keperawatan perioperatif yang meliputi asuhan keperawatan

preoperatif, intraoperatif dan postoperatif pada klien dengan endokarditis di

instalasi kamar operasi RSPAD Gatot Soebroto.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan perioperatif

pada klien dengan endokarditis di instalasi kamar operasi RSPAD Gatot

Soebroto.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah

keperawatan perioperatif, menetapkan diagnosa keperawatan

perioperatif pada pasien dengan endokarditis di instalasi kamar operasi

RSPAD Gatot Soebroto.

b. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan perioperatif pada

klien dengan endocarditis di instalasi kamar operasi RSPAD Gatot

Soebroto.

c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan

perioperatif yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah

ditegakkan.

d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

Page | 2

Page 3: endokarditis

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Laporan ini berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman

untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan,

khususnya tentang endokarditis.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan laporan ini berguna dalam pengembangan teori pelayanan

asuhan keperawatan pada klien dengan endokarditis.

3. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan laporan ini berguna dalam pengembangan pelayanan asuhan

keperawatan di instansi terkait, pada klien dengan endokarditis.

D. Ruang Lingkup

Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian, analisa data,

masalah keperawatan, diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan

yang dilakukan pada pasien dengan endokarditis.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini:

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses

keperawatan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang

digunakan adalah data primer yang diperoleh dari klien sedangkan data

sekunder yaitu data yang penulis peroleh dari tenaga kesehatan,

dokumentasi catatan keperawatan dan medical record klien.

2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber yang

berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien

dengan endokarditis.

F. Sistematika Penulisan

1. Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,

manfaat, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

2. Bab II : Tinjauan teori tentang anatomi dan fisiologi sistem indera

pendengaran.

Page | 3

Page 4: endokarditis

3. Bab III: Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi.

4. Bab IV : Pembahasan yaitu membandingkan dan menganalisa antara

kasus dan teori, termasuk faktor-faktor pendukung dan penghambat

serta penyelesaiannya mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

5. Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

Page | 4

Page 5: endokarditis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

1. Ukuran, posisi dan letak Jantung

Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Ukuran jantung

manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran

panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm). Jantung

terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum

diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian

atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung

berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri

dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-

5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.

2. Lapisan pembungkus Jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan

perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan

yaitu :

Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung

yang melindungi jantung ketika jantung mengalami

overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan

bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum

rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk

penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar

Page | 5

Page 6: endokarditis

yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava,

aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal).

Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan

fibrosa

Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan

dengan lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.

Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral

terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau

yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi

untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung

berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara

15 – 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena akan

mempengaruhi fungsi kerja jantung.

3. Lapisan otot Jantung

Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :

a. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium

visceral

b. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung

jawab atas kemampuan kontraksi jantung.

c. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau

lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan

Page | 6

Page 7: endokarditis

darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya

pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya.

4. Katup Jantung

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang

menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup

atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi

sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.

Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang

menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup

atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara

atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral

atau bicuspid.

Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang

menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup

semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara

ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta. Katup

berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya

sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau

diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea

sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk

keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri

berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris.

Page | 7

Page 8: endokarditis

5. Ruang, Dinding dan Pembuluh Darah Besar Jantung

Jantung dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :

1. Atrium (serambi)

2. Ventrikel (bilik)

Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek,

yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan

dengan otot ventrikel.

Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri.

Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu

ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Kedua atrium memiliki bagian luar

organ masing-masing yaitu auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan

dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah apabila kedua

atrium memiliki kelebihan volume.

Page | 8

Page 9: endokarditis

Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian

septal atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa

ovalis, yaitu bagian septal atrium yang mengalami depresi disebabkan

karena penutupan foramen ovale saat kita lahir.

Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu

anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :

Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang

terdapat diruang atrium kanan yang menghubungkan vena

cava superior dengan atrium kanan.

Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang

terdapat di atrium kanan yang menghubungkan vena cava

inferior dengan atrium kanan.

Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau

lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan

sistem vena jantung dengan atrium kanan.

Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang

terdapat di atrium kiri yang menghubungkan antara vena

pulmonalis dengan atrium kiri yang mempunyai 4 muara.

Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik

ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang

mana bagian lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh

sel endotelium yang kontak langsung dengan darah. Bagian otot

jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang

tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel

dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga membentuk

katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah

anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan

dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.

Tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan

jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah

sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh

Page | 9

Page 10: endokarditis

sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung

kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja,

sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri

lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.

Pembuluh Darah Besar Jantung

Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:

1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari

bagian atas diafragma menuju atrium kanan.

2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari

bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah

kotor dari jantung sendiri.

4. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah

kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis

5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.

6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.

7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah

bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang

bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.

8. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan

bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

Page | 10

Page 11: endokarditis

B. Endokarditis

1. Definisi

Endokarditis dibagi menjadi dua, yaitu endokarditis infektif dan

endokarditis non infektif. Endokarditis infektif (EI) merupakan penyakit

yang disebabkan oleh infeksi mikroba pada endokardium jantung atau

pada endotel pembuluh darah besar, yang ditandai oleh adanya vegetasi.

Sedangkan endokarditis non infektif disebabkan oleh faktor thrombosis

yang disertai dengan vegetasi. Endokarditis non infektif biasanya sering

didapatkan pada pasien stadium akhir penyakit keganasan. (Hersunarti,

2003; Alwi, 2007).

Infeksi biasanya terjadi pada katup jantung, namun dapat juga

terjadi pada lokasi defek septal, atau korda tendinea atau endokardium

mural (Alwi, 2007).

2. Klasifikasi

Berdasarkan gambaran klinisnya, dibedakan menjadi 2 yaitu (Hersunarti,

2003):

Page | 11

Page 12: endokarditis

Endokarditis bacterial subakut, timbul dalam beberapa minggu

atau bulan, disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas seperti

Streptococcus viridans.

Endokarditis bacterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai

minggu, tanda klinis lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri

yang ganas seperti Staphylococcus aureus.

Berdasarkan jenis katup dan patogenesis terjadinya infeksi, endokarditis

juga dibedakan menjadi tiga yaitu (Hersunarti, 2003):

1. Native valve endocarditis, pada katup jantung alami.

2. Prosthetic valve endocarditis, pada katup jantung buatan.

3. Endokarditis pada penyalahguna narkoba intravena (intravenous

drug abuse)

3. Etiologi

Walaupun banyak spesies bakteri dan fungi kadang dapat

menyebabkan endokarditis, hanya sedikit spesies bakteri yang menjadi

penyebab dari sebagian besar kasus endokarditis. Berbagai jenis bakteri

yang berbeda menimbulkan gejala klinis yang sedikit bervariasi pada

endokarditis. Hal ini dikarenakan jalur masuk masing-masing bakteri juga

berbeda. Rongga mulut, kulit, dan saluran pernapasan atas adalah jalur

masuk primer bagi Streptococcus viridans, Staphylococcus, dan organisme

HACEK (Haemophyllus, Actinobacillus, Cardiobacterium, Eikenella, dan

Kingella) yang menyebabkan native valve endocarditis yang didapatkan

dari lingkungan. Streptococcus bovis berasal dari saluran cerna, dan

entreroccus memasuki aliran darah lewat traktus urogenital. Native valve

endocarditis nosokomial merupakan akibat bakteremia dari infeksi kateter

intravascular, luka nosokomial dan infeksi traktus urinarius, serta prosedur

invasif kronis seperti hemodialisis. Pada bakteremia Staphylococcus

aureus akibat kateter, 6-25% mengalami komplikasi menjadi endokarditis

(Fauci et al., 2008).

Endokarditis katup buatan yang muncul dalam 2 bulan setelah

pembedahan katup umumnya merupakan akibat dari kontaminasi Page | 12

Page 13: endokarditis

intraoperatif dari katup buatannya atau komplikasi bakteremia

postoperatif. Infeksi nosokomial terlihat dari bakteri primer yang menjadi

penyebabnya: Staphylococcus koagulase-negatif (CoNS), Staphylococcus

aureus, basil gram negative fakultatif, diphteroid, dan fungi. Jika lebih dari

12 bulan setelah pembedahan muncul endokarditis, maka jalur masuk dan

mikroba penyebabnya sama dengan endokarditis katup asli yang

infeksinya didapat dari lingkungan. Jika timbul antara 2-12 bulan, sering

disebabkan karena infeksi nosokomial yang onsetnya lambat. Kurang lebih

sebanyak 85% dari strain CoNS yang menyebabkan endokarditis katup

buatan dalam 12 bulan setelah pembedahan resisten terhadap methicillin;

angka resistensi methicilline turun menjadi 25% diantara strain CoNS

yang timbul lebih dari satu tahun setelah pembedahan katup (Fauci et al.,

2008).

Endokarditis yang terjadi pada pemakai narkoba intravena,

khususnya pada infeksi katup tricuspid, umumnya disebabkan oleh S.

aureus, yang banyak diantaranya resisten terhadap methicillin. Infeksi

jantung sebelah kiri pada pecandu narkoba disebabkan oleh etiologi yang

lebih bervariasi dan melibatkan katup yang abnormal, yang seringkali

telah rusak akibat endokarditis yang telah terjadi sebelumnya. Sebagian

kasus tersebut disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Candida,

dan jarang disebabkan oleh Bacillus, Lactobacillus, dan Corynebacterium.

Endokarditis akibat berbagai macam mikroba lebih umum terjadi pada

pecandu narkoba intravena daripada pasien yang yang tidak

menyalahgunakan obat intravena (Fauci et al., 2008).

Sebanyak 5% hingga 15% pasien endokarditis mempunyai kultur

darah negatif; pada sepertiga hingga setengah kasus, kultur negatif karena

telah diberikan antibiotik. Sisanya, pasien terinfeksi oleh organisme

selektif, seperti Granulocatella, Abiotrophia, organisme HACEK, dan

Bartonella. Beberapa organisme selektif tersebut juga menyebabkan hal

serupa pada epidemiologi khusus (misalnya Coxiella burnetti di Eropa,

Brucella di Timur Tengah). Tropheryma whipplei menyebabkan kultur

negatif, dan bentuk endokarditis yang lambat serta tidak umum (Fauci et

al., 2008).Page | 13

Page 14: endokarditis

4. Epidemiologi dan Faktor Predisposisi

Sekitar 36-75% pasien EI katup asli mempunyai faktor

predisposisi: penyakit jantung reumatik, penyakit jantung congenital,

prolaps katup mitral, katup yang floppy pada sindroma Marfan, tindakan

bedah gigi atau orofaring yang baru, tindakan atau pembedahan pada

traktus urogenital atau saluran pernapasan, luka bakar, hemodialisis,

penggunaan kateter vena sentral, pemberian nutrisi parenteral yang lama,

penyakit jantung degeneratif, hipertrofi septal asimetrik, atau

penyalahguna narkoba intravena (PNIV). Sekitar 7-25% kasus melibatkan

katup prostetik. Faktor predisposisi tidak teridentifikasi pada sekitar 25-

47% pasien (Alwi, 2007; Hersunarti, 2003).

5. Patogenesis

Mikrotrombi steril menempel pada endokardium yang rusak,

diduga menjadi nodus primer untuk adhesi bakteri. Faktor hemodinamik

(stress mekanik) dan proses imunologis berperan penting dalam kerusakan

endokard. Selanjutnya, kerusakan endotel menyebabkan deposisi fibrin

dan agregasi trombosit, sehingga terbentuk lesi nonbacterial thrombotic

endocardial (NBTE). Jika terjadi infeksi mikrorganisme yang masuk

sirkulasi, maka endokarditis nonbakterial akan menjadi EI. Setelah bakteri

melekat pada plak thrombus-trombosit, bakteri kemudian berproliferasi

lokal dengan penyebaran hematogen (Alwi, 2007).

6. Patologi Endokarditis

Patologi katup asli dapat lokal (kardiak) mencakup valvular

dan perivalvular atau distal (non kardiak) karena perlekatan

vegetasi septic dengan emboli, infeksi metastatic dan septicemia.

Vegetasi biasanya melekat pada aspek atrial katup atrioventrikular

dan sisi ventricular katup semilunar, predominan pada garis

penutupan katup (Alwi, 2007). Pada katup prostetik, lokasi infeksi

adalah perivalvular dan komplikasi yang biasa adalah

periprosthetic leaks dan dehiscence, abses cincin dan fistula, Page | 14

Page 15: endokarditis

disrupsi system konduksi dan perikarditis purulenta. Pada katup

bioprotese, elemen yang bergerak berasal dari jaringan, mungkin

menjadi lokasi infeksi dan perforasi katup serta vegetasi (Alwi,

2007).

7. Patofisiologi (Alwi, 2007)

Efek destruksi lokal akibat infeksi intrakardiak mengakibatkan

kerusakan dan kebocoran katup, terbentuk abses atau perluasan

vegetasi ke perivalvular.

Vegetasi fragmen septic yang terlepas mengakibatkan

tromboemboli (pada sisi kanan atau kiri), mulai dari emboli

paru sampai emboli otak.

Vegetasi melepas bakteri terus menerus kedalam sirkulasi,

mengakibatkan gejala konstitusional seperti demam, malaise,

tidak nafsu makan, penurunan berat badan dan sebagainya.

Respon antibody humoral dan seluler terhadap infeksi dengan

kerusakan jaringan akibat kompleks imun atau interaksi

komplemen-antibodi dengan antigen yang menetap dalam

jaringan.

8. Gejala Klinis

Endokarditis subakut

Setelah 2 minggu inkubasi, keluhan seperti infeksi umum

(panas tidak terlalu tinggi, sakit kepala, nafsu makan kurang,

lemas, berat badan turun). Timbulnya gejala komplikasi seperti

gagal jantung, gejala emboli pada organ, misalnya gejala

neurologis, sakit dada, sakit perut kiri atas, hematuria, tanda

iskemia di ekstremitas, dan sebagainya (Hersunarti, 2003).

Endokarditis akut

Gejala timbul lebih berat dalam waktu singkat. Pasien

kelihatan sakit, biasanya anemis, kurus dan pucat. Panas tidak Page | 15

Page 16: endokarditis

spesifik merupakan gejala paling umum. Ditemukan bising

jantung, tetapi jika tidak ada bising belum tentu endokarditis

negatif. Tanda karena kelainan vaskuler seperti petekie, splinter

haemorrhage (bercak kemerahan dibawah kulit), osler node

(nodulus kemerahan, menonjol dan sakit pada kulit tangan atau

kaki terutama pada ujung jari) dan janeway lesions (bercak

kemerahan pada tangan atau kaki). Tanda pada mata berupa

petekie konjungtiva, perdarahan retina, kebutaan, tanda

endoftalmitis, panoftalmitis. Jari tabuh, splenomegali. Semua tanda

yang disebutkan diatas tidak selalu ada pada penderita endokarditis

(Hersunarti, 2003).

Elektrokardiogram dan gambaran radiologis tergantung

kelainan dasar jantung. Gangguan konduksi menunjukkan

kemungkinan terjadinya abses atau endokarditis. Bila ada gagal

jantung akan ditemukan pembesaran jantung dan tanda terdengar di

paru (Hersunarti, 2003).

9. Diagnosis

Investigasi diagnosis harus dilakukan jika pasien demam

disertai satu atau lebih gejala kardinal; ada predisposisi lesi jantung

atau pola lingkungan, bakteremia, fenomena emboli dan bukti

proses endokard aktif, serta pasien dengan katup prostetik (Alwi,

2007). Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit adanya panas

pada penderita dengan lesi jantung, ditunjang pemeriksaan fisik

dan laboratorium yang mendukung, dan diperkuat dengan

terlihatnya vegetasi pada pemeriksaan ekokardiografi (Hersunarti,

2003).

Pada anamnesis, keluhan tersering yang muncul adalah

demam, kemudian keluhan lainnya yang muncul seperti menggigil,

sesak napas, batuk, nyeri dada, mual, muntah, penurunan berat

badan dan nyeri otot atau sendi (Alwi, 2007).

Page | 16

Page 17: endokarditis

Pada pemeriksaan fisik yang cukup penting adalah

ditemukannya murmur pada katup yang terlibat. Murmur yang

khas adalah blowing holosistolik pada garis sternal kiri bawah dan

terdengar lebih jelas saat inspirasi. Tanda EI pada pemeriksaan

fisik yang lain adalah tanda-tanda kelainan pada kulit yang telah

disebutkan diatas (Alwi, 2007).

Pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan

hemoglobin rendah, lekositosis, laju endap darah (LED)

meningkat, analisis urin menunjukkan hematuria dengan

proteinuria. Pemeriksaan kultur darah untuk kuman baik aerob

maupun anaerob (Hersunarti, 2003).

10. Komplikasi

Komplikasi dapat berupa gagal jantung (tersering, 55%),

emboli, gejala-gejala neurologis (dapat berupa stroke, kejang-

kejang, gejala-gejala psikiatri, dan sebagainya) dan aneurisma

mikotik (bila ada kerusakan dinding pembuluh darah karena proses

peradangan). Aneurisma mikotik paling sering terjadi pada aorta,

pembuluh darah daerah abdomen, pembuluh darah daerah

ekstremitas dan pembuluh darah pada otak (Hersunarti, 2003).

11. Penatalaksanaan

Prinsip dasarnya adalah membasmi kuman penyebab

secepat mungkin, tindakan operasi pada saat yang tepat bila

diperlukan, dan mengobati komplikasi yang terjadi (Hersunarti,

2003).

Pada endokarditis bacterial subakut kondisi stabil, pemberian

antibiotika sebaiknya menunggu hasil kultur tes resistensi. Bila

kondisinya tidak stabil, atau pada endokarditis akut, perlu

pemberian antibiotika secepat mungkin sesuai dengan standar

antibiotika secara empiris, sesuai dengan gambaran klinisnya

(Hersunarti, 2003).

Page | 17

Page 18: endokarditis

Pencegahan

Pemberian profilaksin antibiotika diberikan secara empiric pada

pencabutan gigi atau pembedahan, untuk mencegah bakteremia pada

pasien dengan lesi jantung, disesuaikan dengan kondisi pasien (Hersunarti,

2003).

Page | 18

Page 19: endokarditis

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny

Usia : 23 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Dx medis : Endokarditis MI,AI

Tindakan : double valve replacment pro ganti katup

Alamat :

B. KELUHAN UTAMA

C. ANAMNESA

Riwayat Penyakit Sekarang:

Klien mengalami Hb rendah dan saat dirawat pada april 2012 klien

mendapat transfusi

Riwayat Penyakit Dahulu:

Klien mengalami abortus 2 kali

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak terkaji

Riwayat Alergi: Tidak terdapat riwayat alergi

E. Asuhan Keperawatan Perioperatif pada

Pemeriksaan fisik

1. Tanda vital

TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,5 C

Nadi : 92 x/mnt Resp. Rate : 20 x/mnt

Berat badan : 48 kg Tinggi badan : 162 cm

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala-leher

Kepala: tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.

b. Hidung : bersih, tidak ada nyeri, tidak ada polip

Page | 19

Page 20: endokarditis

c. Mulut: besih, bentuk normal, tidak ada masalah

d. Telinga :

- Telinga kiri bentuk normal ditemukannya adanya kelainan

- Telinga kanan tidak ditemukannya adanya kelainan.

e. Mata: sklera ananemis, pupil isochor

f. Thorax-cardiovaskular

Cor : S1/S2 tunggal-iregular, murmur (+) gallop (+)

Pulmo : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)

Dada : simetris +/+

g. Abdomen-pelvic-inguinal

Inspeksi : distensi (-)

Auskultas : BU (+) Normal

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen

Uro-genital

h. Anal-perianal

Inspeksi : tidak terlihat benjolan,

Palpasi : Permukaan rata, tidak berbenjol-benjol

i. Extremitas atas:

- Pada jari tangan kanan terdapat 5 jari (normal)

- Pada jari kiri terdapat 5 jari (normal)

j. Extremitas bawah: normal

2. Tingkat kesadaran : Compos Mentis

3. Informed consent : Telah ditanda tangani oleh pasien

4. Makan terakhir : Jam 02.00

5. Pernafasan : spontan

6. Alergi obat : Tidak ada

7. Protese (Gigi palsu, Cat kuku) : Tidak ada

8. Perhiasan: tidak ada

9. Persiapan kulit/ cukur: Ya (cukur rambut di ketiak dan vagina)

10. Huknah, kateter : tida ada

11. Pernah dioperasi :

Page | 20

Page 21: endokarditis

12. Riwayat obserti: G2P0A2

13. Pendidikan kesehtan yang telah diberikan : nafas dalam

14. Klien mengatakan sedikit cemas dan takut, serta mudah-mudahan

operasinya berjalan lancar.

15. Hasil observasi perawat, klien bicara seperlunya, lebih banyak menarik

nafas.

16. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium terakhir (18, Januari 2013)

Jenis Pemeriksaan Saat Ini Nilai Rujukan

KIMIA KLINIK

Protein Total 6 6-8.5 g/dL

Albumin 5 3.5-50 g/dL

Ureum 20 20-50 mg/dL

Natrium (Na) 140 135-147 mmol/L

Kalium (K) 3.5 3.5-5.0 mmol/L

HEMATOLOGI

Hematologi rutin

Hemoglobin 10,8* 12-16 g/dL

Hematokrit 33* 37-47 %

Eritrosit 3,9* 4.3-47%

Leukosit 8800 4800-10800 /μL

Page | 21

Page 22: endokarditis

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Analisa data dan masalah keperawatan

Data Masalah keperawatan Etiologi

DO:

Klien bicara seperlunya

Sesekali memejamkan

mata dan menarik nafas

panjang

Keadaan umum : baik

TD 110/70 mmHg, N 90

x/menit, RR 20x/menit,

Suhu 36 C

DS:

Klien mengatakan sedikit

cemas dan takut

Klien mengatakan mudah-

mudahan operasinya

berjaan lancar

Cemas Prosedur operasi

b. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa keperawatan:

Cemas berhubungan dengan prosedur operasi

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Cemas berhubungan

dengan prosedur operasi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 30

menit cemas teratasi

Kriteria hasil:

- Ekspresi wajah tenang,

pasien mengatakan tidak

takut,

1. Tanyakan pada pasien

penyebab takut

2. Tanyakan pada pasien

mengenai hal apa saja

yang diketahui tentang

pembedahan

3. Beri kesempatan pasien

untuk bertanya

Page | 22

Page 23: endokarditis

- Nadi <100 x/menit 4. Kenalkan pasien

trehadap lingkungan

kamar operasi

(Perawat, dr. Bedah,

dr. Anestesi)

5. Anjurkan pasien untuk

berdoa

6. Ajarkan pasien untuk

menurunkan cemas

dengan cara distraksi

seperti menarik nafas

dalam

7. Diskusikan pasien

tentang: tujuan

pembedahan, prosedur

pembiusan, prosedur

anestesi

c. Implementasi dan evaluasi

Implementasi Evaluasi

1. menanyakan pada pasien penyebab

klien diam saja

2. menanyakan pada pasien mengenai

hal apa saja yang diketahui tentang

pembedahan

3. memberi kesempatan pasien untuk

bertanya

4. mengenalkan pasien trehadap

lingkungan kamar operasi (Perawat,

dr. Bedah, dr. Anestesi)

S: klien mengatakan rasa takutnya sudah

mulai berkurang

O:

klien berdoa dipimpin oleh perawat

klien menutup matanya

TD 110/70 x/menit, N 81 x/ menit,

RR 20 x/menit, Suhu 36,5 %

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan tindakan

- Anjurkan klien untuk berdoa

Page | 23

Page 24: endokarditis

5. menganjurkan pasien untuk berdoa

6. mengajarkan pasien untuk

menurunkan cemas dengan cara

distraksi seperti menarik nafas dalam

7. mendiskusikan pasien tentang: tujuan

pembedahan, prosedur pembiusan,

prosedur anestesi

- Dampingi klien sampai dilakukan

pembiusan

- Mengantas pasien ke ruang pembedahan

2. Intra Operatif

a. Pengkajian

1) Pasien puasa sejak pukul 02.00 WIB pagi, dan operasi di mulai pukul 09.30

sampai pukul 17.00 WIB

2) Pada monitor tampak

- TD: 108/66 mmHg

- RR: terpasang ETT

- HR: 77 x/menit

- Capiler reffil > 3 detik

- Ronchi (+)

3) Berat badan : 48 kg

4) Anestesi : GA/Umum

5) Posisi operasi : terlentang, dengan posisi kepala sedikit ditinggikan

6) Pemasangan kateter : ya

7) Pemasangan ETT : ya (pada mulut bagian kanan)

8) Pemasangan infuse : ya (RL, sebanyak 500 cc,) infus terpasang pada pukul

8.45 WIB

9) Intake dan output

- Output :

Urin: 1000 cc

Perdarahan: 1000cc

- Input Cairan:   

Page | 24

Page 25: endokarditis

-  Infus       = 2000 cc

- Tranfusi WB =   300 cc

- Tranfusi plasma= 200 cc

- Obat injeksi =    100 cc

10) Aseptik kulit : betadin 7,5 % : 50 cc

11) betadin 10 % : 50 cc

12) alkohol 70 %: 50 cc

13) Kassa yang dipakai sebelum operasi : 40 buah

14) Kassa yang dipakai setelah operasi 40 buah

15) Pisau operasi: no. 15

16) Alat pemotong tulang rusuk

17) Irigasi luka : ya

18) Instrumen lengkap : Ya

19) Infus: midazolam 2,5 mg, fentanyl 50 mg, propofol 50 mg, Amiodarone

20) Tranfusi darah PRC gol O 2 kantong, plasma darah 8 kantong

Analisa data

Page | 25

Data fokus Masalah keperawatan Etiologi

DO:

Pada monitor tampak

- TD: 108/66 mmHg

- RR: terpasang ETT

- HR: 77 x/menit

- Capiler reffil > 3 detik

- Ronchi (+)

- Kebutuhan cairan perhari:

1680cc/24 jm

- Kebutuhan cairan perjam:

50 cc/jm

Urin: 1000 ccPerdarahan: 1000ccInput Cairan:    Infus       = 2000 ccTranfusi WB =   300 ccTranfusi plasma= 200 cc

DS:-

Resiko devisit volume

cairan

Pembatasan cairan

Page 26: endokarditis

Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Resiko devisit volume

cairan b.d pembatasan

cairan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x 60 menit.

Kriteria Hasil:

- TTV dalam batas normal

- Intake = output

- Tidak terdapat tanda-tanda

dehidrasi

- Akral hangat

- Balance cairan dapat

dipertahankan

1. Pertahankan

keseimbangan cairan

2. Kaji sejak awal tanda

syok

3. Pantau tanda-tanda vital

4. Kolaborasi pemberian

cairan tambahan jika

diperlukan

5. Hitung balance cairan

Implementasi dan Evaluasi

Implementasi Evaluasi

1. mempertahankan keseimbangan cairan

2. mengkaji sejak awal tanda syok

3. memantau tanda-tanda vital

4. menghitung balance cairan

5. Kolaborasi memberian cairan tambahan

jika diperlukan

S:-

O:

- TTV:

TD: 100/80

N: 85x.mnt

Nadi teraba lemah

- Tanda-tanda syok tidak ada

- Balance cairan :

A: tujuan tercapai

Page | 26

Page 27: endokarditis

P: lanjutkan tindakan

- Pantau balance cairan

- Pantau TTV

- Pantau tanda-tanda syok

3. Post Operatif

a. Pengkajian

Pasin langsung dibawa keruang ICU. Pukul 17:00

Keadaan umum :

Pernafasan : Terpasang ETT

Turgor kulit : Elastis

Kesadaran : sopor koma

Mukosa Mulut : kering, pucat

Ekstremitas : atas dingin(+/+), bawah dingin (+/+)

Posisi : terlentang, dengan posisi kepala sedikit ditinggikan 15 derajat

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi 80xmenit

RR: 21x/menit

Suhu klien : 35,5oC

Capiler reffil > 3 detik

Ronchi (+)

b. Analisa data dan masalah keperawatan

Data fokus Masalah keperawatan Etiologi

DO:

Pada monitor tampak

TD: 110/70 mmHg

RR: 21x/menit

HR: 80 x/menit

Resiko ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

Efek anestesi

Page | 27

Page 28: endokarditis

Capiler reffil > 3 detik

Ronchi (+)

Terdapat penumpukan

sekret

Pasien sudah diekstubasi

DS:

DO:

- Tekanan darah : 110/70

mmHg

- Nadi 80xmenit

- RR: 21x/menit

- Suhu klien : 35,5oC

- Akral teraba dingin

Warna kulit pucat

Hipotermi lingkungan OK, efek

anestesi

c. Diagnosa keperawatan

1) Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek anestesi

2) Hipotermi lingkungan OK, efek anestesi

d. Rencana tindakan keperawatan

1) Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek anestesi

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Risiko

ketidakefektifan

bersihan jalan

nafas b.d efek

anestesi

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x60 menit tidak

terjadi resiko

ketidakefektifan jalan

nafas

1. Monitor Tanda-Tanda Vital tiap

5 menit

2. Pantau tanda distres pernafasan

3. Auskultasi suara nafas

4. mengecek data fisik termasuk

penyakit pernafasan

5. Lakukan suction

Page | 28

Page 29: endokarditis

Kriteria hasil:

a.TTV dalam batas

normal

b. Tidak terdapat sekret

c.Tidak terdapat sianosis

d. Saturasi O2 dalam

batas normal

6. Kolaborasi pemberian O2

2) Hipotermi berhubungan dengan lingkungan OK

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi

Hipotermi

berhubungan

dengan lingkungan

OK, efek anestesi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

30menit hipotermi tidak ada

Kriteri Hasil:

-suhu: 36,5 – 37.5C

- Pasien tidak menggigil

- akral hangat

1. ukur suhu tiap 15

menit

2. beri selimut tebal

3. pasang pemanas

e. Implementasi dan evaluasi

1) Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek anestesi

Implementasi Evaluasi

1. memonitor Tanda-Tanda Vital tiap 5

menit

H TD: 100/80mmHg

N : 70x/menit

2. Pantau tanda distres pernafasan

S: -

O:

TTV

TD: 100/80mmHg

N : 70x/menit

Page | 29

Page 30: endokarditis

H Tidak terdapat sianosis, saturasi

O2: 98%

3. Mengobseravasi Auskultasi suara

nafas

H terdapat suara nafas tambahan

(ronchi), tampak sekret di mulut

4. mengecek data fisik termasuk penyakit

pernafasan

H tidak terdapat riwayat penyakit

pernafasan

5. Dilakukan suction

H terdapat sekret di bronkus dan di

mulut

6. Kolaborasi pemberian O2

H pemberian melalui ETT dengan

rebriting mask

- Tidak terdapat sianosis

- Tidak terdapat suara nafas tambahan

setelah dilakukan suction

Tidak terdapat sekret :

A: masalah teratasi

P: lanjutkan tidakan

Monitor Tanda-Tanda Vital tiap 5

menit

Monitor suara nafas tambahan

(adanya sekret)

Pantau tanda distres pernafasan

Pertahankan kepatenan nasal kanul

2) Hipotermi berhubungan dengan lingkungan OK, efek anestesi

Implementasi Evaluasi

1. mengukur suhu

2. memberi selimut tebal

3. memasang pemanas bila perlu

4. kolaborasi dengan dokter

S: -

O:

- pasien tidak tampak menggigil

- akral hangat

- suhu 36,5 C

A: masalah teratasi

P: lanjutkan tindakan

- monitor suhu tiap 15 menit

- pertahankan lingkungan tetap hangat

Obat-obatan yang digunakan saat operasi

Page | 30

Page 31: endokarditis

1) Fentanyl 50 mg

Komposisi: fentanyl

Indikasi: suplemen analgesic narkotik pada anestesi regional atau generi

Kontra indikasi:.depresi nafas, cederea kepala, alkoholisme akut, serangan asma akut

2) Midazolam 2,5 mg

Komposisi: midazolam

Indikasi: untuk persiapan anestesi sebelum pembedahan, mengurangi kecemasan dan

mencegah memori tentang operasi.

Kontra indikasi:. Alergi terhadap midazolam.

Efek samping : nausea, fomitting, ruam kemerahan, agitasi, mudah lelah, tremor, agresif,

irama jantung lemah dan tidak teratur.

3) Propofol

Komposisi : propofol

Indikasi : obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai dalam waktu 30

detik. Obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter recovery anestesi yang

cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Profofol merupakan cairan emulsi minyak-air yang

berwarna putih yang bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml=10 mg) dan mudah larut

dalam lemak. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse. Dosis

sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse.

4) Tracrium

Komposisi: tracrium

Indikasi : obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru yang mempunyai struktur

benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice leontopetaltum. Kemasan dibuat dalam

1 ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg atracurium besilat. Dosis intubasi : 0,5 – 0,6

mg/kgBB/iv. Dosis relaksasi otot : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv. Dosis pemeliharaan : 0,1 – 0,2

mg/kgBB/ iv5

Mula dan lama kerja atracurium bergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya mulai

kerja atracurium pada dosis intubasi adalah 2-3 menit, sedang lama kerja atracurium dengan

dosis relaksasi 15-35 menit. Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah

lama kerja obat berakhir) atau dibantu dengan pemberian antikolinesterase.

Page | 31

Page 32: endokarditis

5) Tramadol

Komposisi : Tramadol

Indikasi: Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca

pembedahan

Dosis umum: Dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri,

apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30-60 menit.

Dosis maksimum: 400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang

diderita.

Efek samping: Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala,

pruritus, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah. Dispepsia dan obstipasi.

6) Amiodarone HCl

Indikasi: Gangguan ritme atrium (perubahan fibrilasi atau fluter). Gangguan ritme nodal,

ventrikel (takikardi ventrikel, kontraksi prematur, fibrilasi ventrikel). Gangguan ritme yang

berhubungan dengan Wolf-Parkinson-White. Ampul : gangguan ritme sinus supraventrikular.

Takikardia yang berhungan dengan sindroma Wolf-Parkinson-White. Gangguan ritme

ventrikel.

Pemeliharaan : 100-400 mg/hari, 5 hari dalam 1 minggu. Ampul : 5 mg/kg berat badan

dengan infus IV selama 20 menit-2 jam. Infus dapat diulangi 2-3 kali/hari. Pemeliharaan 10-

20 mg/kg berat badan/24 jam secara infus IV. Pemberian Obat: Diberikan secara konsisten

dengan mempertimbangkan waktu makan. Berikan bersama makanan jika digunakan dosis

tinggi atau untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada saluran cerna. Kontra Indikasi: Sinus

bradikardi, blok SA, blok AV, hamil, laktasi, gangguan sinus, intoleransi yodium, hipotensi

atrial berat, kolaps KV, insufisiensi jantung akut, distiroidisme. Perhatian: Hipertensi atrial,

insufisiensi pernafasan, miokardiopati, gagal jantung berat, terpapar sinar matahari, monitor

TD dan fungsi tiroid teratur.

Efek Samping: Fotosensitisasi dan pigmentasi, hipotiroidisme, hipertiroidisme, mikroeposit

kornea, pneumopati interstisial difus reversibel. Interaksi Obat: Antiaritmia kelas I, β-bloker,

anestesi umum, diltiazem, verapamil, fenoksedil, lidoflasin, prenilamin, vinkamin, laksatif,

hipokalemik. Meningkatkan kadar serum dari digoksin, kuinidin, fenotoin, prokainamid,

flekainid, siklosporin. Kemasan: Ampul 150 mg/3 mL x 6

Page | 32

Page 33: endokarditis

Page | 33

Page 34: endokarditis

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Ny. U (23 tahun) mengalami kelainan pada katup jantung atau adanya penykit

infeksi pada katup jantung yang disebut endokarditis. Endokarditis adalah penyakit

infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh invasi langsung

bakteri atau organism lain yang menyebabkan bilah katup. Endokarditis dibagi menjadi

dua, yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif. Endokarditis infektif (EI)

merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroba pada endokardium jantung

atau pada endotel pembuluh darah besar, yang ditandai oleh adanya vegetasi. Sedangkan

endokarditis non infektif disebabkan oleh faktor thrombosis yang disertai dengan

vegetasi. Endokarditis non infektif biasanya sering didapatkan pada pasien stadium akhir

penyakit keganasan. (Hersunarti, 2003; Alwi, 2007).

Pengkajian yang dilakukan pada Ny. U dilakukan dari kepala hingga kaki

terfokuskan pada pemeriksaan kardiovaskular. Pada pemeriksaan rontgen thorak

didapatkan hasil kardiomegali dan edema paru, sesuai dengan yang ada pada teori

manifestasi klinis endokarditis adalah pembesaran jantung, adanya suara bising jantung

yang mengindikasikan kerusakan jantung (murmur +) (Boughman, 2001).

B. Diagnosa keperawatan

Menurut Potter & Pery (2002) diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada

perioperatif adalah saat preoperative dapat berupa ansietas, saat intra operatif dapat

berupa diagnose resiko kekuranan volume cairan, diagnosa keperawatan yang muncul

pada saat post operative adalah resiko ketidak efektifan jalan nafas dan hipotermi.

Diagnose yang muncul pada Ny. U adalah pada fase preoperative cemas berhubungan

dengan prosedur operasi, cemas atau ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau

kekhawatiran yang samar disertai respon autonom atau perasaan takut yang disebabkan

Page | 34

Page 35: endokarditis

oleh antisipasi terhadap bahaya, perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang

memperingatkan bahaya yang akan terjadi (NANDA 2012-2014). Pada fase intraoperatif

diagnose yang yang muncul adalah resiko defisit volume cairan b.d pembatasan cairan,

resiko defisit volume cairan adalah kondisi individu yang beresiko mengalami dehidrasi

vascular, selular,atau intraselular.

Menurut Carpenito (2007) Kekurangan volume cairan merupakan suatu keadaan

dimana ketidakseimbangan antara intake cairan dengan output. Diagnose yang muncul

pada fase postoperative adalah risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d efek

anestesi dan hipotermi berhubungan dengan lingkungan OK. Resiko ketidakefektifan

bersihan jalan nafas merupakan resiko ketidakmampuan individu untuk membersihkan

secret atau obstruksi saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih

(NANDA 2012-2014). Diagnose hipotermi merupakan suhu tubuh dibawah rentang

normal (suhu 36,5 – 37,5).

C. Intervensi

Klien yang menjalani operasi diikut sertakan dalam pembuatan rencana

perawatan, dengan melibatkan klien dalam asuhan keperawatan maka resiko pembedahan

dan komplikasi pascaoperatif dapat diminimalkan. Rencana keperawatan perioperatif

dibuat sesuai dengan diagnose yang muncul pada individu. Intervensi keperawatan yang

kami lakukan pada Ny. U dilakukan dengan mengacu pada ketentuan baku sumber

pustaka yang kami gunakan.

D. Evaluasi

Evaluasi preoperative dengan diagnose keperawatan cemas berhubungan dengan

prosedur operasi, dilakukan pengkajian tanda-tanda vital, ekspresi wajah klien.

Pengkajian pada diagnose cemas berhubungan dengan prosedur operasi bertujuan untuk

mengurangi rasa cemas pada pasien dalam jangka waktu 30 menit sebelum pasien

memulai operasi. Setelah dilakukan intervensi selama 30 menit kami mengevaluasi

bahwa Ny. U merasakan ketakutannya sudah mulai berkurang , tanda-tanda vital dalam

batas normal TD 110/70 x/menit, N 81 x/ menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5. Evaluasi

Page | 35

Page 36: endokarditis

pada fase intraoperatif dengan diagnosa resiko defisit volume cairan b.d pembatasan

cairan. Pada fase ini kami mengkaji intake output cairan pada pasien, pemantauan tanda-

tanda vital. Diagnose ini teratasi sebagian karena tidak adanya tanda-tanda syok, tanda-

tanda vital dalam batas normal dan balance cairan terkontrol.

Evaluasi postoperative dengan diagnose keperawatan ketidakefektifan jalan nafas

berhubungan dengan efek anestesi tidak terdapat sianosis, tidak terdapat suara nafas

tambahan setelah dilakukan suction, dan tidak terdapat secret masalah keperawatan

teratasi. Pada diagnose hipotermi berhubungan dengan lingkungan kamar operasi dan

efek anestesi pasien tidak tampak menggigil, suhu tubuh 36,5 dan akral hangat pada

semua ektremitas masalah keperawatan teratasi

Page | 36

Page 37: endokarditis

BAB V

Kesimpulan

a. Kesimpulan

Endokarditis merupakan suatu peradangan pada endokardium jantung atau pada endotel pembuluh darah besar. Diagnosa perioperatif yang muncul pada kasus endokarditis secara garis besar dapat disimpulkan bersinergis dengan tinjauan kepustakaan. Diagnosa yang muncul pada asuhan keperawatan perioperatif adalah

1. Preoperatif

Diagnosa keperawatan yang muncul pada saat pre eoperatif adalah cemas berhubungan dengan prosedur operasi.

2. Intraoperatif

Diagnosa keperawatan yang muncul pada saat intraoperatif adalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake.

3. Postoperatif

Diagnosa keperawatan yang muncul pada saat postoperatif adalah resiko ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan efek anestesi, hipotermi berhubungan dengan efek anestesi.

Page | 37

Page 38: endokarditis

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Idrus. 2007. Endokarditis dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus.

Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Corwin,Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E.Moorhouse, Mary Frances. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Fauci, A.S. Braunwald, E. Kasper, D.L. Hauser, S.L. Longo, D.L. 2008. Harrison's: Principles

of Internal Medicine 17th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies.

Ganong, Mcphee, J Stephen. Patofisiologi Penyakit ed 5. EGC, Jakarta: 2010

Hersunarti, N.B. 2003. Endokarditis dalam Rilantono, Lily Ismudiati. Baraas, Faisal. Karo,

Santoso Karo. Roebiono, Poppy Surwianti. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI.

Kumar, dkk. Dasar Patologi Penyakit. EGC, Jakarta: 2009

Rilantono, I Lily, dkk. Buku Ajar Kardiologi. FKUI, Jakarta: 1996

Smeltzer C suzanne, Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.

Page | 38