Emulsi Fix

download Emulsi Fix

of 17

description

laporan farfis

Transcript of Emulsi Fix

  • PERCOBAAN IV

    EMULSIFIKASI

    A. Tujuan

    1. Untuk menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan

    dalam pembuatan emulsi.

    2. Untuk membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan

    surfaktan.

    3. Untuk mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

    4. Untuk menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan

    emulsi.

    B. Dasar Teori

    Emulsi adalah suatu sistem dispersi dua zat cair yang tidak tercampur.

    Cairan yang satu terdispersi menjadi globul-globul kecil dalam cairan yang

    lain. Jika sistem dispersi ini tidak stabil, maka globul-globul ini akan

    bergabung satu sama lain membentuk lapisan terpisah. Ketidakstabilan emulsi

    ini akan semakin tinggi jika ukuran globul yang terdispersi besar dan

    distribusi ukuran partikel tidak seragam (Doddy, 2010).

    Emulsi dibuat untuk mendapatkan preparat atau sediaan yang stabil dan

    merata atau homogen dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa

    bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah:

    1. Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umumnya tipe

    emulsitipe O/W

    2. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O,

    tergantung pada banyak faktor, misalnya sifat atau efek terapi yang

    dikehendaki.

    Tipe emulsi ada dua, yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam

    air (M/A), dan water in oil (W/O). Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A

    (minyak dalam air) adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang

    tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air

  • sebagai fase eksternal. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau M/A (air dalam

    minyak), adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar atau

    terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai

    fase eksternal. Terdapat dua macam komponen emulsi:

    1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di

    dalamemulsi, terdiri atas:

    a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase

    dalam,yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam

    zat cair lain.

    b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair

    dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung)

    emulsi tersebut.

    c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk

    menstabilkan emulsi.

    2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahakan

    kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya

    corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan

    antioksidan.

    (Syamsuni, 2007)

    HLB merupakan nilai yang ditentukan dari perbandingan antara rantai

    hidrofilik dan lipofilik suatu molekul surfaktan. Semakin panjang rantai

    hidrofilik maka semakin tinggi nilai HLB. Sebaliknya semakin panjang rantai

    lipofilik maka semakin rendah nilai HLB. Surfaktan mempunyai dua aksi

    yang berbeda yaitu membantu pembentukan suatu sistem emulsi dan

    menentukan suatu jenis emulsi yang terbentuk apakah bentuk minyak dalam

    air (o/w) atau air dalam minyak (w/o). Penentuan suatu jenis emulsi ini

    berhubungan erat dengan nilai HLB. Surfaktan dengan nilai HLB rendah larut

    dalam minyak dan dapat meningkatkan emulsi air dalam minyak (w/o).

    Sebaliknya surfaktan dengan nilai HLB tinggi larut dalam air dan dapat

    meningkatkan emulsi minyak dalam air (o/w). Nilai HLB berkisar 1 hingga 20

    (Adisalamun, 2012).

  • Untuk mencegah penggabungan atau setidaknya mengurangi kecepatan

    penggabungan hingga tingkat yang dapat diabaikan, bahan pengemulsi yang

    akan membentuk suatu selaput di sekeliling globul terdispersi perlu

    digunakan. Bahan pengemulsi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, sebagai

    berikut:

    1. Bahan aktif permukaan (surface-active agent) (surfactant), yang

    diadsorbsi pada antar muka minyak-air untuk membentuk lapisan

    monomolekul dan mengurangi tegangan antarmuka.

    2. Koloid hidrofilik, yang membentuk selaput multimolekul disekeliling

    tetesan-tetesan minyak yang terdispersi dalam emulsi m/a.

    3. Partikel padat yang terbagi dengan halus, yang diadsorpsi pada antar muka

    dua fase cair tak tercampurkan dan membentuk suatu lapisan partikel di

    sekitar globul terdispersi.

    Faktor umum untuk ketiga kelompok bahan pengemulsi ini adalah

    pembentukkan lapisan/film, baik monomolekul, multimolekul, atau partikulat.

    (Sinko, 2011)

    Dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran surfaktan mana

    yang paling baik (ideal). Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan:

    1. Flokulasi dan creaming

    Creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis

    cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispers yang

    berbeda. Nama cream berasal dari peristiwa pemisahan sari susu dari susu

    (milk). Sari susu tersebut dapat dibuat casein, keju, dan sebagainya.

    2. Koalesen dan pecahnya emulsi (cracking atau breaking)

    Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda

    dengan proses cracking (pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat

    kembali. Pada creaming, flokul fase dispers mudah didispersi kembali dan

    terjadi campuran homogen bila digojok perlahan-lahan. Sedangkan pada

    cracking, penggojokan sederhana akan gagal untuk mengemulsi kembali

    butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.

  • 3. Inversi

    Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi

    M/A ke tipeA/M atau sebaliknya.

    (Anief, 2010)

    Uraian bahan:

    1. Parafin cair

    Parafin cair merupakan senyawa tidak berwarna, tidak berasa, tidak

    berbau (saat dingin), berbentuk minyak cair kental. Parafin cair larut

    dalam aseton, benzen, kloroform, karbon disulfida, ester dan petroleum

    eter. Tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak padat, praktis

    tidak larut dalam etanol 95 %, gliserin dan air. Parafin cair memiliki titik

    lebur 47oC. Parafin cair akan mengalami oksidasi ketika dipanaskan dan

    saat terkena cahaya (Depkes RI, 1995).

    2. Span 80

    Sorbitan monooleat merupakan nama resmi dari span 80. Span 80

    memiliki rumus molekul C3O6H27Cl17. Span 80 merupakan senyawa

    larutan minyak, tidak berwarna, dan memiliki bau berkarakteristik dari

    asam lemak. Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan dapat

    bercampur dengan alkohol sedikit larut dalam minyak biji kapas. Span 80

    digunakan sebagai emulgator dalam fase minyak. Memiliki HLB butuh

    4,3. Span 80 akan lebih baik jika disimpan dalam wadah tertutup rapat

    (Depkes RI, 1995).

    3. Tween 80

    Tween 80 atau polisorbat 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan

    anhidrat yang berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena

    oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrat sorbitol. Polisorbat 80

    merupakan cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga

    coklat muda, berbau khas lemah serta memiliki rasa pahit dan hangat. Sifat

    kelarutannya sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan

    praktis tidak berwarna. Larut dalam etanol, dam etil asetat dan tidak larut

  • dalam minyak mineral. Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat

    (Depkes RI, 1995).

  • C. Alat dan Bahan

    1. Alat

    a. Batang pengaduk

    b. Cawan porselin

    c. Gelas kimia 50 mL

    d. Gelas ukur 25 mL

    e. Penangas air

    f. Penjepit tabung

    g. Pipet tetes

    h. Timbangan digital

    2. Bahan

    a. Aquadest

    b. Parafin cair

    c. Span 80

    d. Tween 80

    D. Prosedur Kerja

    1. Penentuan HLB butuh parafin cair dengan jarak HLB lebar

    a. Dihitung jumlah Tween 80 dan Span 80 yang diperlukan untuk

    setiap nilai HLB butuh.

    b. Ditimbang masing-masing parafin cair, air, Tween 80, dan Span 80

    sejumlah yang diperlukan.

    c. Dicampurkan parafin cair dengan Span 80 dan Tween 80 dengan air,

    dipanaskan keduanya di atas penangas air hingga suhu 60.

    d. Ditambahkan campuran fase minyak ke dalam campuran fase air

    dan segera diaduk menggunakan pengaduk selama lima menit.

    e. Dimasukkan emulsi ke dalam gelas ukur/tabung sedimentasi dan

    diberi etiket sesuai dengan nilai HLB masing-masing.

    f. Diusahakan sama antara tinggi emulsi satu dengan yang lain dalam

    tabung dan dicatat waktu mulai memasukkan emulsi ke dalam

    tabung.

  • g. Diamati jenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi setiap hari selama

    enam hari dan diukur tinggi emulsi yang membentuk cream, bila

    terjadi creaming.

    h. Ditentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling

    stabil.

    2. Penentuan HLB butuh parafin cair dengan jarak HLB sempit

    a. Dihitung jumlah Tween 80 dan Span 80 yang diperlukan untuk

    setiap nilai HLB butuh yang telah didapat dari HLB lebar.

    b. Ditimbang masing-masing parafin cair, air, Tween 80, dan Span 80

    sejumlah yang diperlukan.

    c. Dicampurkan parafin cair dengan Span 80 dan Tween 80 dengan air,

    dipanaskan keduanya di atas penangas air hingga suhu 60.

    d. Ditambahkan campuran fase minyak ke dalam campuran fase air

    dan segera diaduk menggunakan pengaduk selama lima menit.

    e. Dimasukkan emulsi ke dalam gelas ukur/tabung sedimentasi dan

    diberi etiket sesuai dengan nilai HLB masing-masing.

    f. Diusahakan sama antara tinggi emulsi satu dengan yang lain dalam

    tabung dan dicatat waktu mulai memasukkan emulsi ke dalam

    tabung.

    g. Diamati jenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi setiap hari selama

    enam hari dan diukur tinggi emulsi yang membentuk cream, bila

    terjadi creaming.

    h. Ditentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling

    stabil.

  • E. Hasil Pengamatan

    1. Tabel hasil pengamatan

    a. HLB Lebar

    b. H

    L

    B

    s

    e

    m

    p

    i

    t

    b. HLB Sempit

    Emulgator

    (% b/b) Parafin

    cair

    (% b/b)

    HLB

    butuh

    Hv/ Ho Hari ke

    Tween

    80

    Span

    80 0 1 2 3 4 5

    014 1,1 12 5,5 1 0,76 0,76 0,71 0,71 0,71

    0,16 1,08 12 5,75 1 0,775 0,77 0,75 0,725 0,72

    0,19 1,05 12 6 1 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68

    0,22 1,02 12 6,25 1 0,83 0,77 0,77 0,75 0,72

    0,25 0,99 12 6,5 1 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75

    c. Perhitungan

    Penentuan HLB butuh parafin cair dengan jarak HLB sempit

    a. Perhitungan Span 80 dan Tween 80

    HLB Span 80 = 4,3

    Emulgator

    (% b/b) Parafin

    cair

    (% b/b)

    HLB

    butuh

    Hv/ Ho Hari ke

    Tween

    80

    Span

    80 0 1 2 3 4

    20 4 1 0,772 0,772 0,772 0.722

    20 5 1 0,720 0,720 0,720 0,720

    20 6 1 0,795 0,795 0,795 0.795

    0,315 0,934 20 7 1 0,75 0,75 0,75 0,7

    0,432 0,817 20 8 1 0,731 0,737 0.731 0,731

    20 9 1 0,744 0,744 0,744 0,744

    20 10 1 0,744 0,767 0,767 0,767

    20 11 1 0,75 0,75 0,75 0,75

    20 12 1 0,770 0,770 0,770 0,645

    0,016 0,233 20 13 1 0,75 0,733 0,733 0,733

  • HLB Tween 80 = 15

    R/ Emulgator = 5 %

    Parafin cair = 4 gram

    Air suling ad 100 % (25 gram)

    ml m l o

    m

    a) HLB butuh 5,5

    Tween 80 (15) 1,2

    5,5

    Span 80 (4,3) 9,5

    10,7

    n n m n

    m

    m

    p n n m n

    m

    m

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,14 gram dan Span 80

    adalah 1,10 gram

    b) HLB butuh 5,75

    Tween 80 (15) 1,45

    5,75

    Span 80 (4,3) 9,25

    10,7

    n n m n

    m

    m

    p n n m n

    m

    m

    +

    +

  • Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,16 gram dan Span 80

    adalah 1,08 gram

    c) HLB butuh 6

    Tween 80 (15) 1,7

    6

    Span 80 (4,3) 9

    10,7

    n n m n

    m

    m

    p n n m n

    m

    m

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,19 gram dan Span 80

    adalah 1,05 gram

    d) HLB butuh 6,25

    Tween 80 (15) 1,95

    6,25

    Span 80 (4,3) 8,75

    10,7

    n n m n

    m

    m

    p n n m n

    m

    m

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,22 gram dan Span 80

    adalah 1,022 gram

    e) HLB butuh 6,5

    Tween 80 (15) 2,2

    6,5

    Span 80 (4,3) 8,5

    +

    +

    +

  • 10,7

    n n m n

    m

    m

    p n n m n

    m

    m

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,25 gram dan Span 80

    adalah 0,99 gram

    b. Volume Emulsi

    1) Hari Pertama

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    2) Hari Kedua

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    3) Hari Ketiga

  • o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    4) Hari Keempat

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    5) Hari Kelima

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

    o m

    m

  • F. Pembahasan

    Emulsi adalah suatu sistem dispersi dua zat cair yang tidak tercampur.

    Cairan yang satu terdispersi menjadi globul-globul kecil dalam cairan yang

    lain. Jika sistem dispersi ini tidak stabil, maka globul-globul ini akan

    bergabung satu sama lain membentuk lapisan terpisah. Ketidakstabilan

    emulsi ini akan semakin tinggi jika ukuran globul yang terdispersi besar dan

    distribusi ukuran partikel tidak seragam. Berdasarkan fase terdispersinya

    dikenal dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase

    minyak terdispersi di dalam fase air dan emulsi air dalam minyak, yaitu bila

    fase air terdispersi di dalam fase minyak. Tujuan pemakaian emulsi yaitu

    untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral, umumnya tipe

    emulsitipe O/W dan untuk dipergunakan sebagai obat luar, bisa tipe O/W

    maupun W/O, tergantung pada banyak faktor, misalnya sifat atau efek terapi

    yang dikehendaki.

    Sistem emulsi dapat stabil dengan penambahan suatu zat pengemulsi

    atau emulgator. Contoh emulgator yaitu surfaktan yang merupakan bahan

    aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus hidrofilik dan gugus

    hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan

    minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.

    Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan

    bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik). Bagian polar

    molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap

    ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air,

    minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus

    hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak

    dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian

    non polar (hidrofobik) adalah merupakan r n lk l n p nj n ko

    sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil dan

    n mp k s k p l s f k n.

    Percobaan ini mengenai penentuan HLB butuh paraffin cair dengan jarak

    yang sempit. Percobaan ini merupakan kelanjutan dari percobaan penentuan

  • HLB butuh paraffin cair dengan jarak HLB lebar. Emulgator yang digunakan

    pada percobaan ini adalah Tween 80 dan Span 80. Mula-mula dihitung

    jumlah paraffin cair, Tween 80, Span 80, dan aquades dengan HLB yang

    berbeda yaitu 5,5; 5,75; 6; 6,25; 6,5. Kisaran nilai HLB jarak sempit didapat

    dari data HLB jarak lebar dimana HLB butuh paraffin cair yang stabil pada

    HLB jarak lebar yaitu 6. Dicampur Tween dan air serta Span dan paraffin

    cair, kemudian dipanaskan pada suhu 60C. Setelah itu dicampur fase minyak

    (paraffin cair dan Span) ke dalam fase air (aquades dan Tween) ke dalam

    mortir panas kemudian digerus cepat. Mortir panas berfungsi untuk menjaga

    suhu agar tidak turun secara drastis. Kemudian ke-5 sediaan emulsi dengan

    HLB berbeda dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dilakukan pengamatan

    selama 5 hari dengan mengukur tinggi emulsi. Berdasarkan hasil pengamatan,

    nilai Hv/Ho untuk HLB 5,5 dari hari pertama sampai hari kelima yaitu 0,76;

    0,76; 0,71; 0,71; 0,71. Nilai Hv/Ho untuk HLB 5,75 dari hari pertama sampai

    hari kelima yaitu 0,775; 0,77; 0,75; 0,725; 0,725. Nilai Hv/Ho untuk HLB 6

    dari hari pertama sampai hari kelima yaitu 0,68; 0, 68; 0, 68; 0, 68; 0, 68.

    Nilai Hv/Ho untuk HLB 6,25 dari hari pertama sampai hari kelima yaitu 0,83;

    0,77; 0,77; 0,75; 0,72. Nilai Hv/Ho untuk HLB 6,5 dari hari pertama sampai

    hari kelima yaitu 0,75; 0,75; 0,75; 0,75; 0,75. Berdasarkan data yang didapat

    maka HLB butuh paraffin cair yang stabil adalah HLB 6,5 karena nilainya

    yang konstan dari hari pertama hingga kelima dan nilai Hv/Ho yang

    mendekati 1.

    G. Kesimpulan

  • Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    HLB sempit parafin cair yang stabil adalah 6,5.

    DAFTAR PUSTAKA

  • Adisalamun, dkk. 2012. Optimasi Proses Produksi Surfaktan (APG) dengan

    Metode Permukaan Respons. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 22

    No. 1.

    Anief, Moh. 2010.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta : Gadjah Mada University

    Press

    Doddy, Putu dkk. 2010. Studi Penggunaan Membran Berslot untuk Memproduksi

    Emulsi Minyak/Air. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 9 No.1.

    Sinko, Patrick J. 2011. Farmasi Fisik dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi 5. EGC:

    Jakarta.

    Syamsuni .2007.Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV .

    Jakarta: Depkes RI.