emulsi

18
1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi,mengidentifikasi, mengobinasi, menganalisis serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasi mempelajari sifat fisika dan kimia suatu sediaan obat. Menganalisis sifat fisika dari sediaan obat dapat dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya yaitu stabilitas obat, rheologi, mikromeritik, dan emulsifikasi. Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi dimana fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (emulgator). Sediaan emulsi hal yang utama yang haru diperhatikan adalah kestabilan sediaan emulsinya agar sediaan tidak membentuk endapan yang mengeras di dasar sediaan. Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan para ahli farmasi dapat membuat suatu

description

emulsi

Transcript of emulsi

Page 1: emulsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,

meracik, memformulasi,mengidentifikasi, mengobinasi, menganalisis serta

menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta

pendistribusian dan penggunaannya secara aman.

Farmasi mempelajari sifat fisika dan kimia suatu sediaan obat.

Menganalisis sifat fisika dari sediaan obat dapat dilakukan dalam beberapa

cara, diantaranya yaitu stabilitas obat, rheologi, mikromeritik, dan

emulsifikasi.

Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase

cairan dalam sistem dispersi dimana fase cairan yang satu terdispersi

sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan

oleh zat pengemulsi (emulgator).

Sediaan emulsi hal yang utama yang haru diperhatikan adalah

kestabilan sediaan emulsinya agar sediaan tidak membentuk endapan yang

mengeras di dasar sediaan.

Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan para ahli

farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran

dua cairan yang tidak bisa saling bercampur. Oleh karena itu,

dilakukannya praktikum emulsifikasi yaitu untuk mengetahui pembuatan

emulsi dan melihat harga HLB butuh minyak yang digunakan untuk

menstabilkan emulsi sehingga tidak akan terjadi koalesensi.

Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki

beberapa keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau

yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar

misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.

Penjelasan diatas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kita

mengetahui cara pembuatan emulsi dan menentukan kestabilan sediaan

dalam kondisi yang dipaksakan (stress condition).

Page 2: emulsi

2

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan yaitu untuk mengetahui dan memahami

cara pembuatan emulsi dan hal-hal yang mempengaruhi kestabilan emulsi.

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menghitung jumlah elmugator golongan surfaktan yang digunakan untuk

membuat elmusi minyak parafin dalam air.

2. Membuat elmusi mengunakan elmugator golongan surfaktan yaitu tween

80 dan span 80.

3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi minyak paraffin dalam air.

4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan

emulsi.

I.3 Prinsip percobaan

Pembuatan emulsi minyak dalam air dengan mengunakan variasi

HLB butuh 5 dan 6 dan penentuan kestabilan yang didasarkan pada

penampakan fisik dari emulsi misalnya perubahan volume, perubahan warna

dan pemisahan fase terdispersi dalam jangka waktu tertentu pada kondisi

yang dipaksakan (stress condition).

Page 3: emulsi

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil,

terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair

lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emuulgator (Ainun, 2008)

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang

mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam

sebagai tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan

penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat

diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak

diinginkan oleh pasien (Jenkins, 1957).

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (Anief,

2005)

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di

dalam fasa air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam

fasa minyak.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan

faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu

emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu

emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan.

Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air

dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa

terdispersinya (Anief,2005).

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah

koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase

tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan

cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan

dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi.

Page 4: emulsi

4

Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan

membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan

juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan

proses emulsifikasi selama pencampuran.

dikenal beberapa peristiwa ketidakstabilan emulsi, yaitu (Anief, 2005):

a)    Flokulasi dan creaming.

Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok

globul yang posisinya tidak beraturan di dalam emulsi. Creaming

adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi

yang berbeda-beda di dalam emulsi. Lapisan dengan konsentrasi paling

pekat akan berada di sebelah atas atau bawah tergantung dari bobot

jenis.

b)    Koalesense dan Demulsifikasi

Peristiwa ini terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh energy bebas

permukaan, tetapi disebabkan pula oleh ketidaksempurnaan lapisan

globul. Koalesen adalah peristiwa penggabungan globul-globul menjadi

lebih besar. Sedangkan Demulsifikasi adalah peristiwa yang disebabkan

oleh terjadinya proses lanjut dari koalesen. Kedua fase akhirnya

terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak dapat bercampur.

Kedua peristiwa semacam ini emulsi tidak dapat diperbaiki kembali

melalui pengocokan.

II.2 Uraian Bahan

1. Air suling (DIRJEN POM, 1979)

Nama resmi : Aqua Destillata

Nama lain : Air suling, Aquadest

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

Rumus Struktur :

Page 5: emulsi

5

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Fase air

2. Minyak Kelapa murni (DIRJEN POM, 1995)

Nama Resmi        : OLEUM COCOS PURUM

Nama lain            : Minyak kelapa murni,VCO

Pemerian             : Cairan jernih, ,kuning pucat, tidak berbau,

atau berbau lemah, rasa khas. Memadat

pada suhu 0℃ dan mempunyai kekentalan

rendah walaupun pada suhu mendekati suhu

beku.

Kelarutan            : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut

dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P

dan dalam eter P.

Peyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya.

Kegunaan            : Sebagai fase minyak

3.  Span (DIRJEN POM 1979 ; DIRJEN POM, 1995)

Nama Resmi        : Sorbotin Monooleat

Nama lain            : Span 60

Rumus molekul : C3O6H27Cl17

Berat molekul : 363

Rumus struktur :

Pemerian             : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau

karakteristik dari asam lemak.

Page 6: emulsi

6

Kelarutan            : Praktis tidak larut, tetapi terdispersi dalam

air, dapat bercampur dengan alkohol,

seidikit larut dalam minyak kapas.

Peyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan            : Sebagai emulgator fase minyak

HLB butuh            : 4,7

4. Tween 80 (DIRJEN POM, 1979 ; DIRJEN POM, 1995)

Nama Resmi        : Polyoxyethyllene sorbitan monooleate

Nama lain            : Tween 20

Rumus molekul : ( C11H23) COO

Berat molekul : 130

Pemerian             : Cairan kentalseperti minyak, jernih kuning,

bau karakteristik dari asam lemak

Kelarutan            : Mudah larut dalam air, dalam etanol 95 %

P, dalam etanol P, sukar larut dalam parafin

cair P dan dalam minyak biji kapas P.

Peyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan            : Sebagai emulgator fase air

HLB butuh          : 15,0

Page 7: emulsi

7

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat Dan Bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan

1. Batang pengaduk

2. Cawan porselin (pyrex)

3. Gelas kima 250 ml (pyrex iwaki)

4. Gelas ukur 100 ml dan 10 ml (pyrex iwaki)

5. Neraca analitik (acis-fuzitsu)

6. Pencatat waktu

7. Ultra turax (KGaA Germany)

8. Water bath (memmert)

III.1.2 Bahan- bahan yang digunakan

1. Almunium foil

2. Aquades

3. Kapas

4. Span 60

5. Tissue

6. Tween 80

III.3 Cara Kerja

1. Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan.

2. Dibersikan alat dengan alkohol 70 %.

3. Tween 80 dan Span 60 ditimbang dalam campuran sesuai perhitungan

untuk membuat emulsi dengan HLB 5 dan 6.

4. Untuk membuat fase air, air suling dicampur dengan Tween 80, lalu

diaduk dan dipanaskan pada penangas air sampai suhu mencapai 70oC.

Dilakukan hal yang sama untuk masing-masing HLB.

5. Untuk membuat fase minyak, paraffin cair dicampur dengan span 60

kemudian dipanaskan diatas penangas air sampai suhu 70oC. Dilakukan

hal yang sama untuk masing-masing HLB.

Page 8: emulsi

8

6. Setelah mencapai suhu 70oC pemanasan dihentikan, dan fase minyak

dimasukan ke dalam fase air sedikit demi sedikit lalu diaduk dengan

mengunakan mixer. Hal yang sama juga dilakukan untuk masing-masing

HLB yang lain.

7. Dimasukan emulsi kedalam gelas ukur 100 ml.

8. Dilakukan pengamatan selama 5 hari dibawah kondisi stress condition

9. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan parameter fase, perubahan

warna dan perubahan volume.

Page 9: emulsi

9

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

IV.2.1 Perhitungan

Diketahui : Minyak (VCO) = 20 %

Tween 80 = 5 %

Span 80 = 5 %

Air = 30 ml

Ditanyakan : HLB 10 ?

Penyelesaian : HLB butuh tween 80 = 15

HLB butuh span 80 = 4,5

Tween 80 = 5,7

10,7 x 5 % = 2,66 %

Span 80 = 5

10,7 x 5 % = 2,33 %

Tween 80 = 2,66100

x 30 ml = 0,798 g

Span 80 = 2,33100

x 30 ml = 0,699 g

Minyak VCO = 20

100 x 30 ml = 6 g

Air = 100 – 20 + 2,66 + 2,33

= 100 – 24,99

= 75,01100

x 30 ml = 22,503 ml

t pemisahan

fase

Volume

awal

Tinggi

busa

Tinggi

pekat

Tinggi

encer

0’ - 35 9 22 -

10’ - 34,5 8 27 -

20’ + 34 8 10 17,5

24 jam + 35 8 - 20

Page 10: emulsi

10

Jadi, Tween 80 yang akan ditimbang adalah 0,798 g, Span 80 0,699 g,

minyak VCO 6 g dan air 22,503 ml.

BAB V

PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri

dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem

ini biasanya distabilkan dengan emuulgator (Ainun, 2008)

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan Emulsifikasi. Emulsifikasi

merupakan sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain

dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi yang digunakan pada praktikum ini

adalah tipe emulsi O/W (Oil in Water), yaitu emulsi yang terdiri atas butiran

minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal

dan air sebagai fase eksternal (Parrot, 1968).

Pada percobaan ini digunakan air dan minyak kelapa. Air dan minyak

kelapa mempunyai perbedaan sifat kepolaran dan perbedaan berat jenis. Air

dengan rumus molekul H2O memiliki sifat polar karena momen dipolnya tinggi,

Minyak kelapa memiliki sifat non polar karena momen dipolnya yang kecil.

Akibat perbedaan kepolaran ini air dan minyak kelapa tidak dapat menyatu.

Pelarut yang bersifat polar akan larut di pelarut yang bersifat polar juga, dan

pelarut yang bersifat non polar akan larut di pelarut yang bersifat non polar juga.

Berat jenis air lebih tinggi dari pada minyak, sehingga ketika dilarutkan air berada

di bawah minyak.

Untuk membuat suatu sediaan emulsi, diperlukan suatu emulgator.

Emulgator ini akan berfungsi untuk membuat partikel minyak menjadi terdispersi

dalam air sehingga air dan minyak dapat menyatu. Emulgator yang paling umum

digunakan adalah surfaktan. Surfaktan (surface active agent) adalah suatu

senyawa yang bersifat amphifil. Senyawa amphifil adalah senyawa yang

mempunyai gugus polar dan gugus non polar. Pada percobaan ini digunakan

surfaktan kombinasi yaitu tween 80 dan span 80 sebagai emulgator.

Page 11: emulsi

11

Dalam percobaan ini yang pertama-tama dilakukan adalah menghitung HLB

butuh yaitu tween 80 dan span 80. Penggunaan kombinasi dua emulgator ini

dengan HLB rendah (Span 60) dan HLB tinggi (Tween 80) akan memberikan

hasil yang baik. Karena dengan menggunakan kombinasi emulgator ini dapat

diperoleh harga HLB yang sama, sehingga emulsi yang terbentuk lebih stabil.

Pada percobaan ini sebagai fase minyak digunakan minyak yang dicampur

dengan Span 80, sedangkan sebagai fase air adalah air suling yang dicampur

dengan Tween 80. Percobaan kali ini tipe emulsi yang dibuat adalah tipe emulsi

O/W atau emulsi minyak dalam air karena

Sebelum dilakukan pencampuran, terlebih dahulu masing-masing emulgator

dicampur ke dalam fasenya (minyak VCO yang dicampur dengan span 80,

sedangkan air suling dicampur dengan tween 80), dipanaskan hingga suhu 70o C,

dilakukan pengadukan. Tujuannya agar emulsi lebih cepat homogen, dan untuk

mencegah terjadinya emulsi yang tidak stabil. Dimana pengadukan secara kontinu

akan mengganggu pembentukan tetesan (Lund, W. 1994)

Untuk membantu memecah fase dalam (minyak) menjadi tetesan-tetesan

digunakan alat pengaduk yang mekanik yaitu Ultra turax. Adapun mekanismenya

adalah setelah terjadi tetesan-tetesan, maka tetesan berikutnya akan mendapatkan

kekuatan tambahan karena turbulensi (arah mikser yang berputar secara tyrbulen)

menyebabkan deformasi tetesan-tetesan tersebut menjadi tetesan yang lebih kecil

sehingga emulsi yang terjadi nantinya akan lebih homogen (Lund, W. 1994).

Setelah dilakukan pengadukan dua fase yang tidak bercampur ini,

hasilnya disimpan dalam gelas ukur dan diamati selama 10 menit 20 menit dan 24

jam berturut-turut dari segi penampakan fisik dari emulsi, baik itu dari perubahan

volume, perubahan warna maupun terjadinya pemisahan fase terdispersi dan fase

pendispersi. Dimana gejala-gejala fisik tersebut menunjukkan ketidakstabilan

emulsi yang dibuat.

Jadi dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa emulsi tidak stabil pada

HLB 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa emulsi tipe O/W yang dibuat adalah

tidak stabil karena adanya sedikit pemisahan. Tetapi sediaan emulsi ini dapat

terdispersi kembali dengan adanya pengocokan.

Page 12: emulsi

12

Page 13: emulsi

13

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam pembuatan emulsi didapatkan HLB10 untuk tween 80 dan

span 80 yaitu 0,799 g dan 0,701 g.

2. Pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator tween 80 dan

span 80 pada HLB10 menghasilkan emulsi yang tidak stabil.

Dimana ditandai dengan adanya pemisahan antara minyak dan air.

3. Dalam pembuatan emulsi mengunakan emulgator tween 80 dan

span 80, menghasilkan emulsi yang tidak stabil.

4. Dalam pembuatan emulsi didapatkan HLB10 butuh minyak 6 g.

VI.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan mampu memahami dan menguasai materi

praktikum sebelum melakukan praktikum. Serta dapat berhati-hati dalam

menggunakan alat yang digunakan saat praktikum.