EMOTIONAL RESPONSE SEBAGAI MEDISI PENGARUH …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Jurnal...
Transcript of EMOTIONAL RESPONSE SEBAGAI MEDISI PENGARUH …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Jurnal...
EMOTIONAL RESPONSE SEBAGAI MEDISI PENGARUH STORE
ENVIRONMENT , LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP IMPULSE
BUYING
(Studi Pada Rita Pasaraya Wonosobo)
Oleh
R. AJ. E. P. Apriliani O. D., SE., MM.1
Abstraksi
Tempat belanja kebutuhan sehari – hari di sekitaran Wonosobo sudah cukup
banyak. Dalam memenuhi kebutuhannya, konsumen pasti akan memilih tempat
belanja yang menyediakan berbagai kebutuhan yang lengkap dengan harga yang
kompetitif. Selain itu, konsumen juga pasti menginginkan kenyamanan dan
pelayanan yang terbaik sehingga puas saat berbelanja. Rita pasaraya Wonosobo
merupakan salah satu tempat belanja yang mengutamakan kenyamanan dan
melayani konsumen dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store environment dan
lingkungan sosial terhadap impulse buying dengan emotional response sebagai
variabel intervening. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang
berbelanja di Rita Pasaraya Wonosobo. Dalam penelitian ini digunakan metode
pengambilan sampel dengan cara convinience sampling adalah pemilihan sampel
kepada konsumen yang mudah ditemui. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 96
orang. Teknik Analisis data menggunakan Path Analisys.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Store environment berpengaruh positif
terhadap impulse buying (H1 diterima). Lingkungan sosial berpengaruh positif
terhadap impulse buying (H2 diterima). Emotional response berpengaruh positif
terhadap impulse buying (H3 diterima). Store environment berpengaruh positif
terhadap impulse buying yang dimediasi oleh emotional response (H4 diterima).
Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying yang dimediasi
oleh emotional response (H5 diterima).
Kata kunci : emotional response, store environment, lingkungan sosial,
impulse buying
PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian kabupaten Wonosobo menunjukkan indikasi
yang semakin baik dapat dilihat dengan semakin banyaknya pusat
perbelanjaan yang ada. Hal ini terjadi seiring dengan jumlah pertumbuhan
penduduk yang semakin banyak. Meningkatnya jumlah penduduk berdampak
1 Dosen Tetap FE UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo
2
pada semakin banyaknya jumlah permintaan barang dan jasa. Dengan
peningkatan tersebut, merupakan peluang yang baik bagi pemasar untuk
memperoleh sebagian pangsa pasar yang ada. Pola hidup masyarakat yang
semakin maju, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat
seiring dengan perkembangan zaman. Pengaruh perkembangan tersebut sangat
nyata, misalnya terciptanya fasilitas-fasilitas yang memudahkan kegiatannya
sejalan dengan perkembangan teknologi tersebut. Berbelanja merupakan
kegiatan yang dilakukan masyarakat ketika mereka melakukan pembelian
produk-produk yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seperti halnya bisnis ritel di kabupaten Wonosobo, pengaruh dari
globalisasi menyebabkan banyak pengusaha ritel dari luar negeri dengan
kemampuan kapital yang luar biasa melakukan aktivitasnya di Indonesia.
Menurut Utami(2006) ada beberapa faktor yang mendorong globalisasi yang
dilakukan para peritel internasional tersebut antara lain karena pasar domestik
yang semakin dewasa/jenuh, sistem dan keahlian, dan hilangnya batas
perdagangan. Tempat belanja kebutuhan sehari – hari di sekitaran Wonosobo
sudah cukup banyak. Dalam memenuhi kebutuhannya, konsumen pasti akan
memilih tempat belanja yang menyediakan berbagai kebutuhan yang lengkap
dengan harga yang kompetitif. Selain itu, konsumen juga pasti menginginkan
kenyamanan dan pelayanan yang terbaik sehingga puas saat berbelanja. Rita
pasaraya Wonosobo merupakan salah satu tempat belanja yang berbentuk
hypermarket yang mengutamakan kenyamanan dan melayani konsumen
dengan baik. Selain berlokasi di Jalan A. Yani yang mudah dijangkau dan
memiliki tempat parkir yang luas, Rita pasaraya Wonosobo menjamin kualitas
pelayanan dan berbagai ketersediaan produknya. Perkembangan bisnis ritel
yang pesat di kabupaten Wonosobo membuat konsumen yang berbelanja ke
Rita pasaraya Wonosobo semakin menurun. Kondisi ini membuat Rita
pasaraya Wonosobo melakukan strategi pemasaran. Stimulus dalam toko yang
diciptakan oleh Rita pasaraya Wonosobo yaitu dengan menambah
kenyamanan konsumen saat berbelanja dengan ruangan yang luas dan
penataan barang yang rapi.
Kondisi pada saat sekarang ini banyak bermunculan toko-toko modern
seperti Trio, indomart, alfamart dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan
persaingan semakin ketat dan Rita harus mampu mempertahankan
pelanggannya dan menjaring pelanggan baru. Strategi pemasaran harus benar-
benar dilakukan oleh Rita pasaraya apabila ingin terus menjadi market leader
dalam pasar modern, karena kondisi yang terjadi saat ini konsumen mulai
jenuh dengan model yang ditawarkan rita dan konsumen banyak yang
berpindah ke pasar modern lainnya.
Menurut Fandy Tjiptono (2005) salah satu faktor fundamental dalam
studi perilaku konsumen adalah premis bahwa “people often buy product not
for what they do, butfor what they mean”. Artinya, konsumen membeli sebuah
produk bukan semata-mata karena mengejar manfaat fungsionalnya, namun
lebih dari itu juga mencari makna tertentu (seperti citra diri, gengsi, bahkan
kepribadian).
3
Oleh karena itu, kajian akan perilaku konsumen perlu dipelajari
sebagai langkah bagi pelaku usaha di dunia ritel modern untuk mengetahui
bagaimana perilaku konsumen di dalam toko ritel modern. Dan selanjutnya
bisa dijadikan referensi untuk membuat strategi pemasaran yang baik. Perilaku
konsumen yang menarik di dalam toko ritel modern yaitu adanya perilaku
impulse buying atau yang biasa disebut pemasar dengan pembelian yang tidak
direncanakan. Impulse buying adalah bagian dari sebuah kondisi yang
dinamakan “unplanned purchase” atau pembelian yang tidak direncanakan
yang kurang lebih adalah pembelanjaan yang terjadi ternyata berbeda dengan
perencanaan pembelanjaan seorang konsumen. Rook dan Fisher (1992)
mendefinisikan impulse buying sebagai kecenderungan konsumen untuk
membeli secara spontan, sesuai dengan suasana hati. Sementara Dune dan
Lusch (2005) mengatakan bahwa impulse buying adalah pengaruh yang timbul
dari stimuli-stimuli yang disebabkan oleh store environment yang konsumen
rasakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2014)
menunjukkan bahwa variabel Store Environment berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Impulse Buying. Semakin kuat pengaruh Store
Environment maka Impulse Buying yang dilakukan konsumen juga semakin
kuat. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggoro (2013) yang
menunjukkan hasil bahwa komponen–komponen yang terdapat dalam store
atmosphere seperti ambience, design, employee, dan crowding berperan
penting dalam membentuk store atmosphere yang dapat mempengaruhi
impulse buying.
Selain Store Environment, lingkungan sosial juga mampu membentuk
impulse buying. Selain stimulus lingkungan toko, faktor lingkungan sosial
juga mempengaruhi terjadinya pembelian impulsif. Saat melakukan
pembelian, konsumen akan mendapatkan atsmosfer toko dan pelayanan yang
telah diwujudkan pada stimulus lingkungan belanja (Fam et al. 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bong, Soesono (2011), suasana toko
yang baik dapat dicapai antara lain dengan mengatur musik yang indah dan
enak didengar, dekorasi interior yang indah dilihat, penampilan pelayan toko
yang ramah dan profesional dan sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yuliartini et. al, (2013) menunjukkan bahwa faktor lingkungan sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Menurut Park et al. (2005) emosi adalah sebuah efek dari mood yang
merupakan faktor penting konsumen dalam keputusan pembelian. Faktor
perasaan/emosi merupakan konstruk yang bersifat temporer karena berkaitan
dengan situasi atau objek tertentu (kenyamanan) dari lingkungan toko
terhadap perilaku pembelian secara impulsif, serta faktor lingkungan sosial
(tingkat kepadatan dan keramahan karyawan) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Hetharie (2011) menyatakan emosi yang dirasakan konsumen yang
terktualisasi dengan sikap positif pelanggan dalam hal sikap yang merasa
senang dan bangga sewaktu berbelanja. Persepsi ini dalam konteks pendapat
pelanggan bahwa berbelanja di toko ritel modern merupakan aktivitas yang
4
menyenangkan dan merupakan kegiatan atau aktivitas favorit bagi individu
sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian impulsive. Penelitian
yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2013) menunjukkan bahwa
emotional response mampu memediasi pengaruh store environment terhadap
impulse buying.
Perumusan Masalah
1. Apakah store environment berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo?
2. Apakah lingkungan sosial berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo?
3. Apakah emotional response berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo?
4. Apakah store environment berpengaruh terhadap impulse buying dengan
emotional response sebagai variabel intervening ?
5. Apakah lingkungan sosial berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo dengan emotional response sebagai variabel
intervening ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh store environment terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo.
3. Untuk mengetahui pengaruh emotional response terhadap impulse buying
di Rita Pasaraya Wonosobo.
4. Untuk mengetahui pengaruh store environment terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo dengan emotional response sebagai variabel
intervening.
5. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo dengan emotional response sebagai variabel
intervening.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
kerangka teoritis tentang perilaku impulse buying yang dilakukan
konsumen serta faktor-faktor penyebabnya dan nantinya dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang
secara potensial dapat menyebabkan konsumen melakukan impulse
buying.
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Impulse Buying
Menurut Rook dan Fisher (2007) impulse buying sebagai
kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba
dan otomatis. Dari definisi ini terlihat bahwa impulse buying merupakan
sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi cepat. Impulse buying terjadi
pada saat konsumen masuk ke toko ritel dan ternyata membeli produk ritel
5
itu tanpa merencanakan sebelumnya. Terjadinya impulse buying pada
konsumen umumnya adalah pertama produk yang memiliki harga yang
rendah sehingga konsumen tidak perlu berfikir untuk menghitung anggaran
yang dikeluarkan. Kedua adalah produk-produk yang memiliki mass
marketing, sehingga ketika berbelanja konsumen ingat bahwa produk
tersebut tersebar pernah diiklankan di televisi. Ketiga adalah produk-produk
dalam ukuran kecil dan mudah disimpan. Biasanya konsumen mengambil
produk ini karena dianggap murah dan tidak terlalu membebani keranjang
atau kereta belanjanya.
Store environment
Store environment adalah sesuatu yang mencerminkan lingkungan
toko yang menyenangkan dapat merangsang konsumen terkait dengan
kemungkinan pengambilan keputusan yang lebih baik dan manifestasi
perilaku pembelian impulsif (Donovan dan Rossiter 1982). Menurut
Donovan dan Rossiter (1982) dalam Virvilaite et al (2011) lingkungan toko
yang menyenangkan dapat merangsang konsumen terkait dengan
kemungkinan pengambilan keputusan yang lebih baik dan manifestasi
perilaku pembelian impulsif. Menurut Leith dan Baumeister (1996) dalam
Virvilaite et al (2011) bahwa perasaan gembira yang dialami oleh konsumen
dapat mengurangi kemungkinan untuk berpikir tentang tindakan yang
mereka ambil.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2014)
menunjukkan bahwa variabel Store Environment berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Impulse Buying. Semakin kuat pengaruh Store
Environment maka Impulse Buying yang dilakukan konsumen juga semakin
kuat. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggoro (2013)
yang menunjukkan hasil bahwa komponen–komponen yang terdapat dalam
store atmosphere seperti ambience, design, employee, dan crowding
berperan penting dalam membentuk store atmosphere yang dapat
mempengaruhi impulse buying. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dihipotesiskan sebagai berikut :
H1 : store environment berpengaruh terhadap impulse buying
Lingkungan sosial.
Toko yang menginginkan tingkat penjualan yang meningkat, juga
perlu didampingi dengan pelayanan karyawan saat banyaknya pengunjung
yang datang ke toko tersebut. Menurut Bell dkk, (2011), keramaian adalah
tata letak barang yang terlihat dan suasana yang disebabkan karena
banyaknya pengunjung yang dating ke toko tersebut. Menurut Utami
(2006:243), pelayanan pelanggan adalah aktivitas dan program yang
dilakukan oleh ritel untuk menciptakan pengalaman berbelanja dan lebih
bersifat memberikan penghargaan kepada pelanggan.
Menurut Stanton dalam Alma (2005), pelayanan diartikan secara
terpisah, diberikan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan memiliki
sifat tidak berwujud. Menurut Engel, et al., (2008) menyatakan bahwa
6
karyawan toko sangat mempunyai peranan yang sangat penting saat
konsumen melakukan pembelian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuliartini et. al, (2013) menunjukkan bahwa faktor lingkungan sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :
H2 : lingkungan sosial berpengaruh terhadap impulse buying
Emotional response
Emosi positif menurut Laros dan Steenkamp (2005),”Emotion is
reaction assessment (positive or negative) of a complex nervous system of a
person towards external or internal stimuli and often conceptualized as a
general dimension, such as the positive and negative influences” .ini
mempunyai arti bahwa Emosi adalah reaksi penilaian (positif atau negatif)
dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan eksternal atau internal dan
sering dikonseptualisasikan sebagai sebuah dimensi yang umum, seperti
yang mempengaruhi positif dan negatif. Impulse buying atau pembelian tak
terencana adalah suatu keputusan pembelian yang tidak direncanakan atau
tanpa direncanakan sebelumnya untuk membeli produk atau layanan.
Hasil penelitian yang dilakukan Sinaga et al. (2010) bahwa emotional
response berpengaruh signifikan terhadap impulse buying. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian diatas adalah :
H3 : emotional response berpengaruh positif terhadap impulse buying
Pengaruh store environment terhadap impulse buying dengan emotional
response sebagai variabel intervening.
Lingkungan fisik dalam hal ini stimulus yang diberikan department
store berpengaruh positif terhadap emosi konsumen dan perilaku pembelian
tidak terencana dalam hal ini adalah emosi positif yang dirasakan konsumen
pada saat berkunjung ke department store. Chang dan Yan (2009)
menyatakan bahwa stimulus yang disebabkan oleh lingkungan toko dan
factor sosial berpengaruh positi terhadap respon emosi positif dari
konsumen. Turley dan Milliman (2000) menyatakan bahwa warna dapat
mempengaruhi waktu yang dihabiskan konsumen di dalam toko,
menimbulkan dorongan dan menciptakan rasa senang yang dialami
konsumen serta mendorong terjadinya pembelian.
Hetharie (2011) menyatakan emosi yang dirasakan konsumen yang
terktualisasi dengan sikap positif pelanggan dalam hal sikap yang merasa
senang dan bangga sewaktu berbelanja di departement store. persepsi ini
dalam konteks pendapat pelanggan bahwa berbelanja di Department Store
merupakan aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kegiatan atau
aktivitas favorit bagi individu sehingga dapat mempengaruhi keputusan
pembelian impulsive. Alwi (2011) menyatakan bahwa perilaku pembelian
tidak terencana dipengaruhi oleh stimulus lingkungan toko dan faktor sosial
toko baik secara langsung maupun secara tidak langsung dimediasi oleh
emosi positif. Sinaga dkk (2011) menyatakan bahwa atsmosfer toko
7
berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian tidak terencana dan emosi
positif sebagai mediatornya. Adelaar et al (2003) menyatakan bahwa format
atau situasi dalam toko berperan menimbulkan respon emosi yang positif
kepada konsumen untuk melakukan pembelian tidak terencana. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :
H4 : store environment berpengaruh terhadap impulse buying dengan
emotional response sebagai variabel intervening.
Pengaruh lingkungan sosial terhadap impulse buying dengan emotional
response sebagai variabel intervening.
Mowen dan Minor (2001) berpendapat faktor sosial ini mengacuh
pada pengaruh orang lain terhadap konsumen dalam suatu kegiatan
konsumen yang berpengaruh kepada perilaku konsumen. Engel, et al (2008)
berpendapat bahwa karyawan toko sangat mempunyai peranan yang sangat
penting. Potensi untuk mempengaruhi konsumen selama berbelanja dapat
besar dapat dilakukan oleh para karyawan toko. Unsur-unsur yang ada pada
karyawan toko ini berupa jumlah dan karekteristik (misalnya: perhatian,
keahlian, keramahan dan cara menyapa). Assael (1992) beranggapan bahwa
store personnel atau karyawan toko menyangkut: kesopanan, keramahan,
dan suka menolong. Menurut Liaw karyawan toko (employee) ini
menyangkut apa yang dirasakan oleh konsumen dari pengaruh yang
ditimbulkan karyawan toko, seperti penampilan karyawan, keramahan,
banyaknya karyawan, kemampuan profesional, dan lain-lain. Karyawan
toko merupakan factor penting yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen dan emosi konsumen (Grewall dan Sharma (1991) dalam Liaw
(2007). environment tampaknya menjadi alasan kuat mengapa konsumen
menghabiskan waktu ekstra di toko-toko tertentu, dan menghabiskan uang
lebih dari awalnya dimaksudkan. Penelitian mereka juga menunjukkan
bahwa kontribusi variabel-variabel emosional terhadap perilaku konsumen
hususnya impulse buying.
Hawkins et al (2000) mendefinisikan emosi sebagai “strong,
relatively uncontrolled feeling hat affect our behaviour” (Perasaan yang
kuat, dan relatif tidak terkendali yang mempengaruhi perilaku kita).
Menurut Solomon (2007), suasana hati (emosi) seseorang atau kondisi
psikologis pada saat pembelian dapat memiliki dampak yang besar pada apa
yang dia beli atau bagaimana ia menilai pembeliannya. Seseorang dapat
menikmati atau tidak menikmati situasi, dan mereka bisa merasakan
distimulasi atau tidak. Suasana hati dapat dipengaruhi oleh desain toko,
cuaca, atau faktor spesifik lainnya bagi konsumen.
Hasil penelitian sinaga et al. (2011) menuunjukkan bahwa social
respon mampu mempengaruhi impulse buying yang dimediasi oleh
emotional respon. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan
sebagai berikut :
H5 : lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying
dengan emotional response sebagai variabel intervening.
8
Kerangka Teoritis
Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari perumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini, selanjutnya dibentuk kerangka pemikiran
teoritis yang akan digunakan sebagai acuan untuk pemecahan masalah.
Kerangka pemikiran teoritis yang dibangun ditampilkan dalam gambar
sebagai berikut.
Gambar 1
Kerangka pemikiran
METODE PENELITIAN
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer.
Yang dimaksud dengan data primer yaitu data yang berasal langsung dari
sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung
dengan permasalahan yang diteliti (Cooper & Emory 1995).
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Rita
Pasaraya Wonosobo. Desain sampel yang digunakan daam penelitian ini
adalah non-probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007). Karena jumlah
populasi belum diketahui maka penentuan jumlah sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus slovin sebagai berikut (Rao Purba 1996) :
n = Z2
4 (moe)2
Keterangan :
n : Jumlah sampel
Z : tingkat keyakinan
Moe : Margin of error atau kesalahan maksimum yang ditolerir
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% atau Z = 1,96 dan moe sebesar
10% maka jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut :
n = 1,962
4 (0,1)2
= 96
H1
H2
H3, H4,
H5
store environment
(X1)
impulse buying
(Y)
emotional
response (I)
Lingkungan sosial
(X2)
H1
9
Jadi jumlah tersebut dibulatkan menjadi 96 sampel atau responden.
Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan sampel dengan cara
convinience sampling adalah pemilihan sampel kepada konsumen yang mudah
ditemui. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 96 orang.
Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini
Variabel Impulse Buying diukur dengan 5 item pertanyaan dengan indikator
perasaan berlebihan, perasaan memiliki, mengabaikan pertimbangan tertentu,
perasaan puas dan menyenangkan dan mengendalikan diri. Setiap pertanyaan
diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert. Variabel store environment
diukur dengan 3 item pertanyaan dengan indikator design factor, ambient
factor dan social factor. Setiap pertanyaan diukur dengan menggunakan 5
poin skala likert. Variabel Lingkungan sosial diukur dengan 2 item pertanyaan
dengan indikator tingkat keramaian dan bantuan karyawan. Setiap pertanyaan
diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert. Variabel Emotional response
diukur dengan 2 item pertanyaan dengan indikator pleasure dan arousal.
Setiap pertanyaan diukur dengan menggunakan 5 poin skala likert.
Teknik Analisis Data yang digunakan adalah uji Uji Kualitas Data
meliputi uji Validitas dan uji Reliabilitas. Uji Asumsi Kalsik meliputi Uji
Normalitas, Multikolinieritas dan Heterokedastisitas. Pengujian Hipotesis
menggunakan Analisis regresi sederhana dan Path Analisys
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada
pelanggan Rita Pasaraya Wonosobo. Data dikumpulkan dengan menggunakan
metode survey yaitu dengan cara mendatangi responden secara langsung dan
peneliti menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner. Dari seluruh
data yang disebar sebanyak 96 kuesioner dan kembali 96 kuesioner. Dari 96
kuesioner semuanya dipakai dalam penelitian ini karena kuesioner yang
disebarkan diisi lengkap oleh responden.
Konsumen yang dijadikan responden terbanyak berjenis kelamin
perempuan sebanyak 61 orang atau 63,5%, responden yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 35 orang atau 36,5%. Responden terbanyak berumur antara
0-45 tahun yaitu sebesar 42 orang responden atau sebesar 43,8% dari
keseluruhan jumlah sampel. Responden yang berumur antara 35 sampai 39
tahun yaitu sebesar 29 orang responden atau sebesar 30,2%. Responden yang
berumur lebih dari 45 tahun yaitu sebesar 15 orang responden atau sebesar
15,6% dan responden yang berumur kurang dari 35 tahun yaitu sebesar 10
orang responden atau sebesar 10,4%. Responden yang terbanyak adalah
wiraswasta sebesar 42 orang atau 43,8%, responden yang bekerja sebagai
pegawai swasta sebesar 30 orang atau 31,3%, responden yang bekerja sebagai
PNS sebesar 11 orang atau 11,5%, responden yang bekerja sebagai TNI/POLRI
sebesar 8 orang atau 8,3% dan responden yang bekerja sebagai pelajar atau
mahasiswa sebesar 5 atau 5,2%.
Uji Kualitas Data
10
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa semua indikator pada
masing-masing variabel nilai r hitungnya lebih besar dari r Tabel yaitu 0,2028
sehingga dapat dikatakan bahwa semua pertanyaan instrumen adalah valid.
Secara keseluruhan uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini telah
menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dari nilai cronbach alpha
yang lebih besar dari nilai batas atas cronbach alpha 0,7. Sehingga seluruh
pertanyaan yang berkaitan dengan variabel store environment, lingkungan
sosial, norma moral, pengetahuan dan pemahaman perpajakan, emotional
response dan impulse buying adalah reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan penelitian didapat bahwa tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan
VIF juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada satupun variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen
dalam model regresi.
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil perhitungan normalitas dengan menggunakan uji
One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test memiliki probabilitas tingkat
signifikansi di atas tingkat α = 0,05 yaitu 0,077. Hal ini berarti dalam model
regresi terdapat variabel residual atau variabel pengganggu yang terdistribusi
secara normal.
Pengujian Hipotesis
Pengujian Pengaruh Store environment, Lingkungan sosial dan
Emotional response Terhadap Impulse buying
Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi linier sederhana
digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel store environment,
lingkungan sosial, dan emotional response terhadap impulse buying
(H1, H2, H3). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Hasil Pengujian Pengaruh Store environment, Lingkungan sosial
dan Emotional response Terhadap Impulse buying
DIRECT AND TOTAL EFFECTS
Coeff s.e. t Sig(two)
b(YX) .6764 .1719 3.9355 .0002
b(YX) .7898 .2369 3.3334 .0012
b(YX) .9705 .1789 5.4247 .0000
Sumber: Data primer diolah, 2015
Pengaruh store environment terhadap impulse buying pegawai
(H1) memiliki koefisien 0,6764 dengan tingkat signifikansi 0,0002
lebih kecil dari 0,05. Sehingga H1 yang menyatakan store
environment mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying
diterima. Pengaruh lingkungan sosial terhadap impulse buying (H2)
11
memiliki koefisien 0,7898 dengan tingkat signifikansi 0,0012 lebih
kecil dari 0,05. Sehingga H2 yang menyatakan lingkungan sosial
mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying diterima.
Pengaruh emotional response terhadap impulse buying (H5) memiliki
koefisien 0,9705 dengan tingkat signifikansi 0,0000 lebih kecil dari
0,05. Sehingga H3 yang menyatakan emotional response mempunyai
pengaruh positif terhadap impulse buying diterima.
Pengujian Pengaruh Store environment, Lingkungan sosial
Terhadap Impulse buying Dengan Emotional response Sebagai
Variabel Intervening (H4, H5)
Pengujian pengaruh store environment, lingkungan sosial,
norma moral dan pengetahuan dan pemahaman perpajakan terhadap
impulse buying dengan emotional response sebagai variabel
intervening (H4, H5) menggunakan sobel test. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Pengujian Pengaruh Store environment, Lingkungan sosial,
Terhadap Impulse buying Dengan Emotional response Sebagai
Variabel Intervening
INDIRECT EFFECT AND SIGNIFICANCE USING NORMAL
DISTRIBUTION
Value s.e. LL95CI UL95CI Z Sig(two)
Effect .2120 .0886 .0384 .3856 2.3940 .0167
Effect .2674 .1211 .0300 .5048 2.2077 .0273
Sumber: Data primer diolah, 2015
Pengaruh variabel store environment terhadap impulse buying
dengan dengan emotional response sebagai variabel intervening
mempunyai nilai indirect effect sebesar 0,2120 dengan tingkat
signifikan 0,0167 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa H4 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif variabel
store environment terhadap impulse buying dengan emotional response
sebagai variabel intervening diterima. Pengaruh variabel lingkungan
sosial terhadap impulse buying dengan emotional response sebagai
variabel intervening mempunyai nilai indirect effect sebesar 0,2674
dengan tingkat signifikan 0,0273 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa H5 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif variabel lingkungan sosial terhadap impulse buying dengan
emotional response sebagai variabel intervening diterima.
Pembahasan
Pengaruh Store environment Terhadap Impulse buying
Hipotesis satu (H1) menyatakan bahwa store environment
berpengaruh positif terhadap impulse buying. Artinya, semakin
nyaman keadaan didalam rita pasaraya, maka akan membuat
konsumen untuk membeli produk yang tidak direncanakan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Putra dan Sukawati (2014)
12
menunjukkan bahwa variabel Store Environment berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Impulse Buying.
Mengoptimalkan rangsangan stimuli dalam toko yang disertai
ketanggapan dan keramahan karyawan dalam melayani konsumen
tentunya akan meningkatkan perilaku pembelian konsumen. Menurut
Harmancioglu (2009), pembelian yang dilakukan tanpa memikirkan
rencana sebelumnya, termasuk itu pembelian impulsif merupakan
pemelian tidak terencana. Menurut Utami (2010), beberapa pembelian
tidak terencana mungkin ditimbulkan oleh rangsangan dalam toko,
sedangkan yang lain mungkin tidak direncanakan sama sekali akan
tetapi dikarenakan perilaku yang terungkap. Sedangkan menurut
Mattila dan Wirtz (2007) upaya program In-store Stimuli menjadi lebih
efektif apabila dilakukan melebihi ekspektasi konsumen. Menurut
Mattila and Wirtz (2008), mengatakan bahwa peningkatan dalam
pembelian dapat diakibatkan karena adanya rangsangan dan situasi
yang menyenangkan dari stimuli lingkungan toko.
Pengaruh Lingkungan sosial Terhadap Impulse buying
Hipotesis dua (H2) menyatakan bahwa lingkungan sosial
berpengaruh positif terhadap impulse buying. Artinya adanya
dukungan orang-orang disekitar toko akan membuat konsumen
membeli produk yang tidak direncanakan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliartini et. al,
(2013) menunjukkan bahwa faktor lingkungan sosial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Saat melakukan pembelian, konsumen akan mendapatkan
atsmosfer toko dan pelayanan yang telah diwujudkan pada stimulus
lingkungan belanja. Suasana toko yang baik dapat dicapai antara lain
dengan mengatur musik yang indah dan enak didengar, dekorasi
interior yang indah dilihat, penampilan pelayan toko yang ramah dan
profesional dan sebagainya. Menurut Bitner dalam Xu, 2007 dalam
penelitian tersebut dijabarkan tiga jenis syarat lingkungan toko, yaitu:
ambien, desain, dan sosial. Syarat ambien berkarakteristik seperti:
musik, suhu, aroma ambien, pencahayaan (penerangan), kebisingan.
Syarat desain berkarakteristik seperti: warna, bahan, arsitektur. Syarat
sosial meliputi, jumlah karyawan, profesionalisme karyawan,
penampilan karyawan dan perilaku karyawan.
Pengaruh Emotional response Terhadap Impulse buying
Hipotesis tiga (H3) menyatakan bahwa emotional response
berpengaruh positif terhadap impulse buying. Artinya, semakin tinggi
emotional response akan meningkatkan impulse buying. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga
et al. (2010) bahwa emotional response berpengaruh signifikan
terhadap impulse buying.
Emosi seseorang atau kondisi psikologis pada saat pembelian
dapat memiliki dampak besar pada apa yang akan dia beli atau
bagaimana ia menilai pembeliannya. Seseorang dapat menikmati atau
13
tidak menikmati sebuah situasi, dan mereka bisa merasakan distimulasi
atau tidak. Suasana hati adalah respon emosional yang dihasilkan oleh
stimulasi eksternal, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan
psikologis dan respon. Jadi, rangsangan lingkungan akan
mempengaruhi perilaku pelanggan membeli melalui emosi positif.
Secara keseluruhan, kesenangan dan gairah mempengaruhi status
konsumen dalam kegembiraan berbelanja di dalam toko, waktu yang
digunakan untuk melihat-lihat dan mendalami apa yang ditawarkan
sebuah toko, keinginan untuk berbicara dengan para pramuniaga,
keinginan untuk membelanjakan lebih banyak lagi uang dari pada yang
direncanakan, dan kecenderungan untuk kembali ke toko tersebut.
Pengaruh Store environment Terhadap Impulse buying Dengan
Emotional response Sebagai Variabel Intervening (H6)
Hipotesis empat (H4) menyatakan bahwa store environment
berpengaruh positif terhadap impulse buying yang dimediasi oleh
emotional response. Artinya kenyamanan dalam toko akan membuat
konsumen mempunyai emosi positif yang berdampak pada pembelian
impulsif. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan temuan Alwi
(2011) yang menunjukkan store environment mempengaruhi impulse
buying yang dimediasi oleh emotional response.
Pelaku ritel harus memberikan perhatian pada kondisi emosional
positif konsumen dan pengalaman hedonis dalam toko (in-store)
mereka karena hal ini dapat memicu perilaku pembelian impulsif, juga
pelaku ritel terus menerus mendorong pembelian impulsive yang
dilakukan oleh konsumen dan juga mendorong terjadinya emosi positif
melalui desain toko, display produk, desain kemasan dan penjualan.
Sementara berbelanja, emosi di dalam toko dapat mempengaruhi niat
membeli dan menghabiskan uang serta mempengaruhi persepsi
kualitas, kepuasan dan value. Hal ini mendukung penemuan awal
bahwa para pembeli dengan impuls (impulse buyer) lebih emosional
daripada para pembeli non-impuls Karena perilaku pembelian tidak
terencana menunjukkan perasaan positif yang lebih besar (misal, rasa
senang, excitement, joy), mereka seringkali menghabiskan lebih
banyak uang ketika berbelanja. Terlebih lagi, pembelian pakaian jadi
yang tidak direncanakan memuaskan kebutuhan emosional yang
berasal dari interaksi sosial yang muncul dalam pengalaman
berbelanja. Oleh karenanya, emosi konsumen bisa menjadi sebuah
penentu penting dalam memprediksikan pembelian impulsif dalam
sebuah toko ritel.
Pengaruh Lingkungan sosial Terhadap Impulse buying Dengan
Emotional response Sebagai Variabel Intervening (H7)
Hipotesis lima (H5) menunjukkan bahwa lingkungan sosial
berpengaruh negatif terhadap impulse buying yang dimediasi oleh
emotional response. Hal ini menunjukkan adanya dukungan sosial
akan menimbulkan emosi positif pada konsumen yang berdampak
pada pembelian impulsif. Hasil penelitian ini konsisten dengan
14
penelitian yang dilakukan oleh sinaga et al. (2011) menuunjukkan
bahwa social respon mampu mempengaruhi impulse buying yang
dimediasi oleh emotional respon.
Keputusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan,
terdapat pembelian yang tidak direncanakan (impulsive buying) akibat
adanya rangsangan lingkungan belanja. Implikasi dari lingkungan
belanja terhadap perilaku pembelian mendukung asumsi bahwa jasa
layanan fisik menyediakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku
konsumen, dihubungkan dengan karakteristik lingkungan konsumsi
fisik. Secara spesifik, dokumentasi mengenai suasana sebuah
lingkungan belanja serta lingkungan retail dapat mengubah emosi
konsumen. Perubahan emosi mengubah suasana hati konsumen yang
mempengaruhi keduanya yaitu perilaku pembelian dan evaluasi tempat
belanja konsumen semula. Toko dapat menawarkan suasana atau
lingkungan yang dapat mempengaruhi pola perilaku keputusan.
konsumen. Lingkungan belanja dan suasana hati dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan pembelian tidak terencana. Psikolog
lingkungan menyatakan individu bereaksi dalam dua perilaku, yaitu;
mendekat dan menghindar (approach and avoidance). Perilaku
mendekat (approach behavior) meliputi semua perilaku positif yang
diarahkan pada tempat tertentu, seperti keinginan untuk tinggal,
menyelidiki, bekerja, dan bergabung, sedangkan perilaku menghindar
(avoidance behavior) mencerminkan kebalikan dari perilaku positif.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Store environment berpengaruh positif terhadap impulse buying (H1
diterima). Artinya, semakin nyaman keadaan didalam rita pasaraya, maka
akan membuat konsumen untuk membeli produk yang tidak direncanakan.
2. Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying (H2
diterima). Artinya adanya dukungan orang-orang disekitar toko akan
membuat konsumen membeli produk yang tidak direncanakan.
3. Emotional response berpengaruh positif terhadap impulse buying (H3
diterima). Artinya, semakin tinggi emotional response akan meningkatkan
impulse buying.
4. Store environment berpengaruh positif terhadap impulse buying yang
dimediasi oleh emotional response (H4 diterima). Artinya kenyamanan
dalam toko akan membuat konsumen mempunyai emosi positif yang
berdampak pada pembelian impulsif.
5. Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying yang
dimediasi oleh emotional response (H5 diterima). Hal ini menunjukkan
adanya dukungan sosial akan menimbulkan emosi positif pada konsumen
yang berdampak pada pembelian impulsif.
15
Saran Setelah mengetahui hasil dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat
di rekomendasikan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan kesimpulan di atas dapat ditarik garis besar bahwa Kebijakan-
kebijakan yang menyangkut Stimulus Lingkungan Toko dan Faktor
Lingkungan Sosial yang telah diterapkan oleh Rita Pasaraya di dalam
pemasarannya, terutama di dalam kebijakan-kebijakan untuk
mempengaruhi perilaku pembelian impulsif hendaknya harus
dipertahankan dan ditingkatkan sehingga niat belanja konsumen juga
semakin meningkat. Selain itu, untuk penelitian-penelitian berikutnya
hendaknya ditambahkan variabel yang dipakai untuk mengukur, sehingga
penelitian menjadi lebih sempurna.
2. Bagi pemasar Rita Pasaraya sebaiknya lebih menambahkan fasilitas
tambahan yang membuat konsumen merasa nyaman, senang dan
menghabiskan waktu mereka lebih lama di Rita Pasaraya.
3. Manajemen Rita Pasaraya adalah hendaknya mempertahankan kinerja
indikatorindikator atmosfer gerai dan pelayanan ritel yang sudah dinilai
baik oleh pelanggan dengan jalan melakukan pengecekan berkala terhadap
lampulampu, audio musik, pendingin udara, pengharum ruangan, dan
eskalator agar tetap berfungsi dengan baik. Manajemen juga perlu
memberikan pelatihan terhadap karyawan terutama para sales promotion
girl (SPG) agar selalu ramah dan kompeten dalam memberikan pelayanan
terhadap pelanggan.
Agenda Penelitian Yang Akan Datang
1. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan memperluas responden dari
kabupaten atau kota lain di Indonesia agar hasil dapat digeneralisasi.
2. Penelitian mendatang perlu adanya perluasan penelitian dengan menambah
variabel independen yang mempengaruhi impulse buying. Selain itu
indikator-indikator penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat
ditambah dengan indikator-indikator lain diluar penelitian ini yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
3. Untuk penelitian mendatang alat analisis yang dilakukan bisa
menggunakan SEM agar masing-masing indikatornya dapat dianalisis
dengan mendalam.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adomi, Esharenana E. 2005. Job rotation in Nigerian university libraries, Library
Review Vol. 55, No. 1. www.emeraldinsight.com/00242535.htm. diakses:
2 Nopember 2010.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Hariandja, Marihot, T. Effendi. 2002.
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) Edisi Revisi V. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
As’ad, Moh. 2008. Psikologi Industri. Edisi ketiga. Liberty, Yogyakarta.
Bernardin, H. Jhon and Joyoe E. A. Russel. 1995. Human Resources
Management. Mc. Graw Hill, Inc, Singapore.
Abidin, Z. (1999). Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Kinerja Unit di distrik Telekomunikasi
Purwokerto. Tesis S2 Purwokerto: UNSOED (tidak diterbitkan)
Augusty Ferdinand, (2005). Structural Equation Modelling Dalam Penelitian
Manajemen. Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Cherrington J. (1994). The Management of Individual and Organizational
Performance, Organizational Behavior. USA : Ally & Bacon.
Cherniss, C. and Adler, M., (2000). “Promoting Emotional Intelligence in
Organizations: make Training in Emotional Intelligence Effective”,
Alexandra, Vol.186
Cooper, D.R. & Emory, C.W. (1995). Metodologi Penelitian Bisnis. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Cooper, R.K. & Sawaf, A. (1999). Executive EQ. Kecerdasan Emosional Dalam
Kepemimpinan dan Organisasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Darufitri Kartikandari (2002). “Pengaruh Motivasi, Iklim Organisasi, EQ dan IQ
Terhadap Impulse buying : Studi Kasus DPU dan Setda Kabupaten
Bantul”. SINERGI, Vol. 4, No.2
Deeter, D.R.,Schmelz, Sojka, J.Z. (2003). „Developing Effective Salespeople :
Exploring The Link Between Emotional Intelligence And Sales
Performance”. The International Journal of Organizational Analysis. Vol.
11. No.3 2003, pp 211 -220.
17
Ferris, G.R, Prati, L.M, Douglas, C., Ammeter, A.P, Buckley, M.R. (2003).
“Emotional Intelligence, Leadership Effectiveness, And Team Outcomes”.
The International Journal of Organizational Analysis, Vol 11, No. 1 2003
Fuad Mas’ud (2004). Survai diagnosis Organisasional. Konsep dan Aplikasi.
Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Goleman, D., (1998). Working With Emotional Intelligence. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Lisa Erlyanie (2003). Analisis Pengaruh Emotional response, Budaya Organisasi
dan Impulse buying Terhadap Impulse buying RSU Daerah Kota
Semarang. Tesis S2, MM UNDIP, Semarang.
Nugraheni, M.D., (2003). Analisis Pengaruh Impulse buying, Kompensasi dan
Emotional response Terhadap Impulse buying. Studi Kasus Pada PT.
APAC Inti Corpora, Bawen Kabupaten Semarang. Tesis S2, MM UNDIP,
Semarang.
Payne, H.J, (2005). “Reconceptualizing Social Skills in Organizations : Exploring
the Relationship Between Communication Competence. Job performance
and supervisory roles”. Journal of Leadership & Organizational Studies,
Vol 11, No. 2
Raharso, S., (2004). “Competence-Based Organization : Penyelenggaraan antara
Kompetensi Individu dengan Core Competence Organisasi”.
USAHAWAN, No.10, Th.XXXIII
Reza Surya dan Santosa Tri Hananto (2004). “Pengaruh Emotional Quotient
Auditor Terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik”. Perspektif,
Vol 9. No.1.
Robbins, S.P. (2001). Organizational Behavior, 9th edition, Prentice-Hall, New
Jersey.
Rosidah (2004). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Impulse
buying PT. Cheil Jedang Jawa Timur. Tesis S2 UNAIR, Surabaya.
Rouhiainen, M., (2005). “The Communication Competence of Leaders in a
Knowledge- Based Organization”, University of Jyvaskyla.
Schrodt, P., (2002). “The Relationship Between Organizational Identification and
Organizational Culture : Employee Perceptions of Culture and
18
Identification in A Retail Sales Organization. Communication Studies”.
West Lafayette, Vol. 53, No.2
Sri Fatmawati (1998). “Penerapan Emotional Quotient (EQ) Dalam Model Seleksi
Karyawan”. Kajian Bisnis, No 14.( Mei-September 1998)
Sri Handayani (2001). “Pengaruh Komputer Mikro Terhadap Kinerja dan
Kepuasan Akuntan Publik”, Tesis S2 UGM, Yogyakarta.
Staw, Barry M. (1991). Psychological dimentions of Organizational Behavior.
MacMillan Publishing Co, New York.
Sugiyono (1999). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung.
Suzy Widyasari, (2003). “Strategi Pengembangan Kompetensi SDM Indonesia
Dalam Memasuki Era Global”, FOKUS EKONOMI, Vol. 2, No.2
Wibowo, B., Soewito, Sugiyanto, FX. (2001). “Analisis Budaya Perusahaan Dan
Pengaruhnya Terhadap Impulse buying di PT. Pura Barutama Kudus”.
Jurnal Bisnis Strategi, Vol 6. No. 4.