Emansipasi wanita(new)
-
Upload
fajar-hidayat -
Category
Documents
-
view
3.177 -
download
6
Transcript of Emansipasi wanita(new)
EMANSIPASI WANITA
Kelompok 12
Firmansyah Aditya P. 5109.100.203
Fajar Hidayat 5109.100.205
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
memberikan karunia dan hidayah-Nya hingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Segala upaya telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah
mengenai emansipasi wanita ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
agar memahami lebih lanjut mengenai emansipasi wanita. Agar kita semua dapat
mengetahui arti emansipasi wanita sesungguhnya. Dampak apa saja yang
diakibatkan oleh emansipasi wanita. Serta tindakan apa saja yang semestinya kita
lakukan sebagai muslim sejati.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Khususnya kepada dosen
pembimbing kami Bapak Muchtarom atas bimbingan dan arahannya kami
ucapkan terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena
memang penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan
kekurangan. Untuk itu, saran dan kritikan dari para pembaca sangat kami
butuhkan demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga apa yang
telah dibahas dalam makalah ini member manfaat dan berkah bagi kita semua.
Semoga Allah selalu memberikan berkah dan hidayah-Nya selalu kepada kita,
Amin Allahuma amin ya rabbal aalamin.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ......................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN…...………………………………………….. 4
BAB II PERMASALAHAN …………………………………………… 6
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………… 7
3.1 Hakikat Emansipasi Wanita …..…………………………………….. 7
3.2 Wanita Dalam Islam…………..…………………………………….. 8
3.3 Emansipasi Wanita Dalam Islam …………………………………… 9
3.4 Batasan Emansipasi ……..………………………………………….. 10
3.5 Dampak Negatif Emansipasi Wanita ………………………………. 11
3.6 Solusi Islam Terhadap Emansipai ………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 17
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang bersifat universal. Semua sisi kehidupan
tercangkup dan tertata rapi di dalam Islam. Hal sekecil apapun termasuk tata cara
makan, tidur ataupun ke kamar mandi diatur dalam agama Islam Begitu pula
dalam hal derajat dan hak-hak perempuan telah diterangkan secara jelas adanya.
Wanita sebagai hamba Allah yang lemah, memiliki peran amat besar
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpanya, kehidupan tidak akan
berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi baru. Sekiranya di muka
bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti beribu-
ribu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan diabaikan,
karena dibalik semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, di situ ada wanita.
Kebanyakan wanita saat ini dalam pengertian emansipasi telah sedikit demi
sedikit mengikis agama islam padahal Sesungguhnya Islam menempatkan wanita
di tempat yang sesuai pada tiga bidang:
1. Bidang Kemanusiaan
Islam mengakui haknya sebagai manusia dengan sempurna sama dengan pria.
Umat-umat yang lampau mengingkari permasalahan ini.
2. Bidang Sosial
Telah terbuka lebar bagi mereka (terpisah dari kaum priat) di segala jenjang
pendidikan, di antara mereka menempati jabatan-jabatan penting dan terhormat
dalam masyarakat sesuai dengan tingkatan usianya, masa kanak-kanak sampai
usia lanjut. Bahkan semakin bertambah usianya, semakin bertambah pula hak-hak
mereka, usia kanak-kanak; kemudian sebagai seorang isteri, sampai menjadi seo-
rang ibu yang menginjak lansia, yang lebih membutuhkan cinta, kasih dan
penghormatan.
3. Bidang Hukum
Islam memberikan pada wanita hak memiliki harta dengan sempurna dalam
mempergunakannya tatkala sudah mencapai usia dewasa dan tidak ada seorang
pun yang berkuasa atasnya baik ayah, suami, atau kepala keluarga.
Hak-hak ini semua tidak terdapat dalam faham yang menamakan dirinya “faham
modern”, yang menyerukan ‘Emansipasi Wanita’ itu. (Bahkan sebaliknya) mereka
mengatakan bahwa Islam menghilangkan hak-hak wanita dan memenjarakannya
di dalam rumah.
Apakah karena Islam tidak menjadikan wanita sebagai dagangan murah
yang bisa dinikmati setiap pandangan mata dan pemuas nafsu bejat musuh Islam?
Emansipasi wanita yang seharusnya mengangkat derajat wanita saat ini justru
membuat semakin kacau. Wanita Islam semakin jauh dari ajaran Islam yang
sesungguhnya. Islam mulai digerogoti dari dalam dengan adanya emansipasi.
Bagaimankah emansipasi sesungguhnya?
5
BAB II
PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang perlu dibahas dalam tema emansi wanita
adalah:
1. Apa makna atau hakikat emansipasi wanita sebenarnya?
2. Adakah emansipasi wanita dalam islam?
3. Apakah dampak negatif emansipasi wanita yang salah pengertiannya?
4. Apa sajakah batasan emansipasi wanita agar tidak salah mengartikannya dan tidak kebablasan dalam implementasi emansipasi?
5. Apa saja inti dari emansipasi wanita yang disebarkan oleh bangsa non muslim?
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hakikat Emansipasi Wanita
Emansipasi berasal dari bahasa latin “emancipatio” yang artinya pembebasan
dari tangan kekuasaan. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak
abad ke-14 M dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti
hak kaum laki-laki. Jadi para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para
wanita disejajarkan dengan kaum pria disegala bidang kehidupan, baik dalam
pendidikan, pekerjaan, perekonomian maupun dalam pemerintahan.
Semboyan dan slogan-slogan emansipasi wanita sendiri diusung oleh musuh-
musuh Islam. Dimana targetnya adalah untuk menebarkan kebencian terhadap
agama Islam dengan menampilkan potret yang bukan sebenarnya. Mereka
kesankan bahwa Islam adalah agama yang memasung hak-hak kaum wanita,
membelenggu kebebasannya serta mengubur segala potensinya. Target berikutnya
adalah untuk menjerumuskan kaum wanita ke dalam jurang kenistaan, manakala
terpengaruh dengan syubhat emansipasi tersebut dan melepaskan dirinya dari
rambu-rambu dan bimbingan Islam yang suci.
Demikianlah salah satu gerakan propaganda (usaha untuk memanipulasi
persepsi) yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Sehingga amat tepat bila
gerakan emansipasi disebut dengan GPK (Gerakan Pengacau Keimanan), karena
demikian gencarnya upaya yang mereka tempuh untuk mengacaukan keimanan
umat Islam (terkhusus kaum wanitanya) dengan intrik manipulasi tersebut.
Menyikapi hal ini umat Islam tak perlu kecil hati, karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah berjanji untuk menjaga agama Islam dari rongrongan para musuhnya.
Bahkan Dia akan senantiasa menyempurnakan cahaya agama Islam tersebut dan
memenangkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: “Mereka
berupaya untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-
ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-
orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas semua agama
meskipun orang-orang musyrik benci.” (Ash-Shaff: 8-9)
3.2 Wanita Dalam Islam
Islam benar-benar memperhatikan peran wanita muslimah, karena di balik
peran mereka inilah lahir pahlawan dan pemimpin agung yang mengisi dunia
dengan hikmah dan keadilan. Wanita begitu dijunjung dan dihargai perannya baik
ketika menjadi seorang anak, ibu, istri, kerabat, atau bahkan orang lain.
Saat menjadi anak, kelahiran anak wanita merupakan sebuah kenikmatan
agung, Islam memerintahkan untuk mendidiknya dan akan memberikan balasan
yang besar sebagaimana dalam hadits riwayat `Uqbah bin ‘Amir bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barangsiapa
yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu bersabar menghadapi mereka dan
memberi mereka pakaian dari hasil usahanya maka mereka akan menjadi
penolong baginya dari neraka.” (HR. Ibnu Majah: 3669, Bukhori dalam “Adabul
Mufrod”: 76, dan Ahmad: 4/154 dengan sanad shahih, lihat “Ash-Shahihah: 294).
Ketika menjadi seorang ibu, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepada
ibu, berbuat baik kepadanya, dan dilarang menyakitinya. Bahkan perintah berbuat
baik kepada ibu disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak
tiga kali baru kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan perintah
untuk berbuat baik kepada ayah.
Dari Abu Hurairah berkata,
“Datang seseorang kepada Rasulullah lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
siapa yang paling berhak untuk menerima perbuatan baik dari saya?’ Rasulullah
menjawab, ‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab,
‘Ibumu,’ dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah kembali menjawab, ‘Ibumu,’
lalu dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Bapakmu.’” (HR.
Bukhori: 5971, Muslim: 2548)
Begitu pun ketika menjadi seorang istri, Islam begitu memperhatikan hak-hak
wanita sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisa’ ayat-19 yang artinya:
“…Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik…”
Dan saat wanita menjadi kerabat atau orang lain pun Islam tetap
memerintahkan untuk mengagungkan dan menghormatinya. Banyaknya
pembahasan tentang wanita di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan
8
kemuliaan mereka. Karena sesuatu yang banyak dibahas dan mendapat banyak
perhatian tentunya adalah sesuatu yang penting dan mulia. Syari’at Islam
menempatkan wanita di singgasana kemuliaan. Adapun di zaman sekarang,
kenyataan yang terjadi di masyarakat sungguh jauh dari itu semua. Penyebabnya
tidak lain adalah karena jauhnya umat Islam dari pemahaman yang benar terhadap
agama mereka. Seringkali ada orang yang menjadikan kesalahan orang lain
sebagai hujjah (argumentasi) baginya untuk turut berbuat kesalahan yang sama.
Jadikan Al-Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para shahabat sebagai
petunjuk.
3.3 Emansipasi Wanita dalam Islam
Adakah emansipasi wanita dalam Islam? Wanita muslimah merupakan bagian
terbesar dari komunitas masyarakat secara umum. Apabila mereka baik, niscaya
masyarakat pun akan menjadi baik. sebaliknya, apabila mereka rusak, masyarakat
pun akan rusak. Sungguh, apabila mereka benar-benar memahami agama, hukum
dan syari’at Allah, niscaya mereka akan mampu melahirkan generasi-generasi
baru yang tangguh dan berguna bagi umat seluruhnya.
Di tengah perhelatan dunia Islam sekarang ini, alangkah banyaknya kekuatan
yang hendak menarik, sekaligus mengeluarkan wanita dari agama dan syari’at
Nabi-Nya ke jalan yang amat jauh dari jalan yang diridhai Allah, diantaranya
adalah derasnya suara seruan kebebasan wanita yang mendapatkan sambutan
memuaskan dari kalangan orang-orang yang memang berfikiran tidak karuan.
Para penyeru kebebasan wanita belakangan ini, bertambah gencar dan lancar,
dengan berusaha sekuat tenaga menodai kehormatan dan kedudukan para wanita,
berbagai ucapan dan slogan-sloganpun dengan entengnya keluar dari mulut
mereka. Semua itu pada intinya adalah untuk menyeret wanita agar supaya
mempunyai kedudukan setara dengan kaum laki-laki, agar wanita meninggalkan
serta menanggalkan busana (jilbab) muslimahnya, agar wanita bekerja di sektor-
sektor pekerjaan kaum laki-laki, agar wanita berhias secantik mungkin agar
bertambah ayu, supel, feminim, menawan bagi kaum laki-laki ketika keluar dari
tempat tinggalnya. Dan berbagai seruan-seruan lainnya yang pada lahirnya terlihat
manis dan menggiurkan, namun pada hakekatnya pahit dan menghancurkan.
Langkah-langkah penjerumusan dan penyesatan seperti di atas bertambah deras
9
lajunya dengan terbentangnya berbagai sarana informasi yang tidak lagi mengenal
batasan. Akhirnya, melalui sarana informasi itulah, kaum wanita sangat mudah
diekspose bahkan dikomersialkan. Lihatlah hampir tidak ada satu iklanpun
dimedia elektronik maupun media cetak yang tidak menampilkan wanita, bahkan
sesuatu yang dulunya sangat tabu dibicarakan, kini menjadi tontonan dan sarapan
harian. Jelas, semua ini merupakan bentuk pelecehan bagi wanita. Namun
anehnya, kenapa jarang sekali wanita yang membencinya, bahkan banyak sekali
dukungan dan persetujuan dari para wanita?
Benarlah sabda Nabi Muhammad:
“Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki
daripada fitnah kaum wanita” (Muttafaqun Alaihi)
“Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai kholifah di atasnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Lantaran itu, waspadailah dunia, dan waspadailah wanita, sebab awal fitnah (masalah) di kalangan Bani Isra’il adalah pada wanita”. [HR. Muslim dalam Adz-Dzikr wa As-Du'a' (no.6883)]
Sebenarnya hal semacam ini tidak akan pernah terjadi bilamana para wanita
berpegang teguh dengan jalan yang digariskan Allah sejak ribuan tahun yang lalu
yaitu sebuah solusi yang mencakup seluruh segi kehidupan wanita yang akan
membawa kaum wanita ke tempat terhormat dan terhindar dari berbagai jurang
kehinaan.
3.4 Batasan Emansipasi
Kesalahpahaman wanita Islam dalam memaknai emansipasi tanpa dibarengi
dengan penafsiran Al Quran dan Hadits yang benar dapat berakibat sebaliknya.
Wanita Islam akan semakin terperosot dalam lembah kenistaan. Islam adalah
Agama yang mengajak kepada keadilan, bukan persamaan dalam segala hal. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Akan tetapi para suami mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada istrinya.” (Al-Baqarah: 228).
Oleh karena itu, Islam memerintahkan untuk memberikan hak kepada
masing-masing yang memiliki hak. Inilah yang disebut keadilan. Adil bukanlah
persamaan hak dalam segala hal. Namun adil adalah menempatkan setiap manusia
10
pada tempat yang selayaknya dan semestinya, serta menempatkan segala sesuatu
pada posisinya yang telah diatur dalam syariat-Nya.
Namun bagaimana dengan kenyataan emansipasi? Emansipasi mengajak
wanita untuk mendapatkan kebebasan layaknya laki-laki. Hak untuk berkarir, hak
untuk bercampur baur dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Inilah yang
akhirnya bukan memajukan wanita namun malah membuat wanita semakin
terperosot jauh dari ajaran Islam.
Sangat jelas bahwa antara wanita dan pria sangat berbeda. Agama Islam telah
mengajarkan keadilan. Semua hak dan kewajiban antara wanita dan pria telah
ditentukan dengan kadar yang sesuai dengan kemampuan masing-masing pihak.
Untuk itu marilah kembali kepada Alquran dan Hadist nabi Muhammad SAW dan jangan
mendasarkan semua pada kenikmatan dunia dan hawa nafsu belaka. Semua peraturan
hidup telah ditata rapi dan teratur dalam islam. Janganlah berusaha untuk
mengingkarinya.
3.5 Dampak Negatif Emansipasi Wanita
Musuh-musuh Islam sangat paham bahwa peran wanita muslimah sangat
penting dalam membangun masyarakat Islam. Oleh karena itu, mereka selalu
berusaha menyerang Islam melalui kaum wanitanya. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan menghancurkan wanita muslimah melalui ’emansipasi’. Mereka
menamakan emansipasi sebagai gerakan yang membebaskan wanita dari
kezhaliman dan untuk memenuhi hak-hak mereka secara adil (menurut mereka)
dengan slogan toleransi, kebebasan wanita, serta persamaan gender.
Emansipasi yang diusung oleh musuh-musuh Islam tumbuh dari sistem sekuler
yang memisahkan antara kehidupan dan nilai agama. Emansipasi menginginkan
wanita menjadi pesaing bagi laki-laki dan memperebutkan kedudukan dengan
kaum laki-laki. Wanita dalam konsep emansipasi ibarat barang dagangan yang di-
pajang di etalase, yang siap dijadikan tontonan bagi para hamba syahwat dan men-
jadi budak nafsu. Na`udzubillah, emansipasi berusaha menjauhkan wanita dari hi-
jab dan rumah-rumah mereka, padahal dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari – Muslim dari “Imran bin Hushain Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shal-
lallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
11
“Tidaklah rasa malu itu ada, kecuali selalu mendatangkan kebaikan.”
Demikian juga Imam Hakim dan yang lainnya mengeluarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiallahu anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Perasaan malu dan iman itu selalu berdampingan, bila salah satunya hilang, hilanglah yang lainnya.”
Disamping semua itu, emansipasi juga berusaha mengajak wanita
mengabaikan pengasuhan anak dengan mengatakan bahwa mengasuh anak tidak
mendatangkan materi, membunuh kreatifitas dan menghambat potensi sumber
daya manusia kaum wanita. Betapa menyedihkannya pemikiran tersebut yang
memandang baik buruknya kehidupan dari sudut pandang materi.
Dalam dunia pendidikan, emansipasi menyerukan agar para wanita menuntut
ilmu di bangku-bangku sekolah hingga perguruan tinggi sejajar dengan pria,
sekalipun harus mengorbankan nilai-nilai agamanya. seperti ikhtilath (campur
baur dengan laki-laki), bepergian tanpa mahram, pergaulan bebas tanpa batas,
bersikap toleran terhadap kemungkaran yang ada di depan mata, yang penting bisa
mendapat ijazah yang diidamkan atau berbagai gelar yang dicita-citakan.
Dalam dunia kerja, emansipasi juga menyerukan wanita untuk memasuki
sektor-sektor pekerjan kaum laki-laki, bercampur baur dengan mereka. Dan
tentunya akan membawa dampak negatif antara lain:
1. Timbulnya pengangguran bagi kaum pria, sebab lapangan pekerjaan
telah dibanjiri oleh kebanyakan kaum wanita.
2. Pecahnya keharmonisan rumah tangga, sebab sang ibu lalai dengan
tugas-tugas utamanya dalam rumah, seperti, memasak, mencuci,
membersihkan rumah, melayani suami dan anggota keluarga.
Akibatnya, rumah tanggapun berantakan tak terurus
3. Keadaan perkembangan anak menjadi kurang terkontrol, lantaran ayah
dan ibu sibuk bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya
muncul dengan subur kenakalan anak-anak dan remaja-remaji.
4. Terjadinya percekcokkan dan perseteruan antara suami-istri.
Dikarenakan ketika suami menuntut pelayanan dari sang istri dengan
sebaik-baiknya, si istri merasa capek dan lelah, lantaran seharian
bekerja di luar rumah.
12
5. Terjadinya perselingkuhan. Karena ditempat kerja tersebut, tidak ada
lagi larangan bercampur antar lain jenis, dandanan yang menggoda
lawan jenisnya dan selainnya dari malapetaka yang hanya Allahlah
Maha mengetahuinya.
Allah berfirman:
"Hendaklah kaum wanita (wanita muslimah), tetap di rumahmu dan janganlah
kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang –orang jahiliyah dahulu." (QS.
Al-Ahzab: 33)
Rasulullah bersabda:
“Dan wanita adalah penanggung jawab di dalam rumah suaminya ia akan di
minta pertanggung jawabannya atas tugasnya.” (HR. Buhkari Muslim).
Pada hakekatnya, Allah tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki
Alloh berfirman:
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengancara yang ma’ruf (baik).” (QS. Al-Baqarah: 233)
Dari ayat tersebut tersirat bahwa seorang istri merupakan tanggungan suami, be-
gitu juga seorang putri, tanggungan orang tua. Karenanya, apabila seorang wanita
muslimah memaksakan dirinya untuk bekerja menjadi wanita karir misalnya,
maka pada hakekatnya dia telah merusak citra dirinya sendiri, karena bagaiman-
pun juga, wanita tidak bakalan sanggup menandingi kaum pria dalam segala
pekerjaan lantaran beberapa kelemahan yang ada pada diriwanita, seperti, keku-
atan fisik yang lemah, mengalami haidh, hamil, melahirkan, nifas, menyusui,
mengasuh anak, sehingga mereka tidak punya waktu penuh dan tenaga ekstra kuat
yang mampu mengimbangi kaum laki-laki.
Mayoritas wanita zaman sekarang ini, begitu mudah tergiur dan terbujuk den-
gan slogan emansipasi ini, sehingga mereka beramai-ramai berusaha mencari tam-
bahan pemasukan guna meningkatkan taraf hidup mereka, sekalipun harus
melanggar syari’at, seperti bekerja membungakan uang pinjaman, padahal ini ter-
masuk riba.
13
Alloh berfirman:
"Alloh menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al Baqarah: 275)
Atau bekerja menawarkan produk-produk tertentu dengan menampilkan dan
memamerkan kecantikannya walau harus membuka auratnya.
Padahal Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
"Wanita itu adalah aurat." (HR. Tirmidzi)
Adapun yang di maksud aurat wanita muslimah dalam hadits ini adalah semua
anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan (menurut sebagian
ulama’).
Dalam bidang politik juga terjadi. Hal ini terjadi dengan antusiasnya kaum hawa
untuk terjun dalam arena kancah politik. Padahal anggotanya (yang di pimpinnya)
mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Seperti ini banyak kita saksikan di sekolah-
sekolah, kantor-kantor, lembaga-lembaga, istansi, maupun di berbagai sektor
pekerjaan. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Alloh:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita).” (QS. An Nisa’: 34)
Firman-Nya pula:
“Dan orang laki-laki tidaklah sama seperti orang perempuan.” (QS.Al imron: 36)
Inilah beberapa dalil Al Qur’an dan Sunnah yang menjadi hujjah dan bantahan
atas para penyeru slogan emansipasi kaum wanita, semoga Alloh menjaga kaum
muslimin semuanya dari tipudaya musuh-musuh-Nya, sesungguhnya Alloh Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.
14
3.6 Solusi Islami Terhadap Emansipasi
Menurut informasi samawi, bahwa laki-laki adalah penanggung jawab kehidupan
wanita, dan wanita sebagai pengurus rumah tangga suami, merupakan aksioma
dari Allah swt. Istri sepenuhnya bertanggung jawab kepada suami atas segala
urusan rumah tangga, khususnya tatkala suami tidak berada di rumah. Hal ini
Allah firmankan di dalam al-Qur'an surat an-Nisa' , 4:34.
"Kaum laki-Iaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki- laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri di saat kepergian suaminya oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusah- kannya. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar" .
Secara fitrah, laki-laki dan wanita berbeda, baik fisiologis, psychis, maupun
kesigapannya.Ini adalah kenyataan yang tidak mungkin dimanipulasi. Wanita
secara fisiologis, memang lebih halus, lembut dan lunak, sehingga mampu
mengikuti perilaku anak-anak, dan bersabar mengenda1ikan emosi di dalam
mengasuh dan mendidik mereka.
Adapun laki-laki, secara fisiologis lebih kuat dan lebih gesit, sehingga mampu
lebih cepat melakukan tindakan, mampu melakukan perjuangan dan persaingan
mengatasi kemelut dan kesulitan, serta mampu mempertahankan eksistensi diri
dan keluarganya, menangkis ancaman bahaya dari luar terhadap diri dan
keluarganya.
Laki-laki sebagai penanggung jawab keluarga, sudah selayaknya memperoleh hak
pengawasan atas tingkah laku istri dan keluarganya. Prinsip ini ternyata sesuai
dengan sistem manajemen moderen, baik yang berlaku di dalam perusahaan
maupun dalam pemerintahan.
Bertitik tolak pada prinsip, bahwa laki-laki adalah penanggung jawab terhadap
wanita, hal ini berdasarkan pada dua asas, yaitu: Pertama, laki-laki dijadikan lebih
dari wanita secara kodrati untuk melakukan pekerjaan di luar rumah. Kedua, laki-
laki dibebani kewajiban memberi nafkah kepada keluarganya.
15
Sebagai konsekuensi dari asas pertama di atas, yaitu laki-laki secara kodrati
dijadikan sebagai pihak yang harus bekerja di luar rumah, maka Islam
menetapkan, bahwa kesaksian seorang wanita secara hukum tidak dapat
disamakan dengan kesaksian seorang laki-laki. Dengan maksud agar kesaksian
seorang wanita itu mendapat pengakuan hukum sama dengan kesaksian seorang
laki-laki, Islam menetapkan, dua saksi wanita sama ni1ainya dengan kesaksian
seorang laki-laki. Hal ini dengan tegas dinyatakan oleh Al1ah dalam QS. al-
Baqarah, 2:282.
"Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang lagi mengingatkannya. "
Ayat ini menjelaskan, mengapa seorang wanita dipandang tidak pada tempatnya
memasuki dunia kerja dan kehidupan kaum laki-laki, walaupun secara kebetulan
terjadi suatu keadaan yang memaksa seorang wanita untuk melakukan pekerjaan
seperti itu. Namun realitas kehidupan tetap menjadi saksi, bahwa tidaklah pernah
dapat dibuktikan adanya kesanggupan wanita sama dengan kesanggupan laki-laki.
Oleh sebab itu dalam hal kesaksian, wanita hanya dapat diterima bila dikuatkan
oleh seorang wanita lagi sehingga nilainya sama dengan kesaksian seorang laki-
laki. Ketentuan syari' at yang berpijak pada prinsip tanggung jawab laki-laki untuk
menafkahi keluarganya, yaitu adanya bagian warisan dua kali dari bagian wanita.
Hal ini ditetapkan berdasarkan firman Allah pada QS. an-Nisa', 4:11.
" Allah mensyari 'atkan kepadamu tentang (pembagian harta pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu bagian dari seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. .. "
Apabila kita mengakui, bahwa wanita dapat bekerja berdampingan dengan laki-
laki di dalam semua lapangan kerja, dan berbagai bidang kepegawaian, karena
meniru pola kehidupan Barat, sehingga hal ini kita jadikan sebagai salah satu
sendi dalam membangun masyarakat, berarti kita membatalkan semua ketentuan
syari' at Al-Qur' an, baik yang bersifat pokok maupun substansinya, karena ingin
menyesuaikan dengan kondisi-kondisi baru yang sedang berlangsung.
16
Di samping ini semua, kepemimpinan laki-laki atas wanita tidak berarti, bahwa
secara agama maupun keduniaan, laki-laki mempunyai nilai lebih unggul daripada
wanita. Juga tidak berarti, bahwa Islam telah bersikap diskriminatif berdasarkan
gender, sebagaimana banyak dikritik oleh orang-orang sekuler.
Sesungguhnya Allah swt. telah menyatakan dalam firman-Nya :
" Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki maupun wanita, (karena) sebagian kamu adalah
turunan sebagian yang lain... " (Qs. Ali Imran,3:195).
DAFTAR PUSTAKA
Abizahra. 2009. Solusi Islami Terhadap Emansipasi. http://www.4shared.com/get/74148659/543ec2a6/Solusi_islami_terhadap_emansip.html [edisi online] diakses 14 April 2010.
Al-Quran Ul Karim.
Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah. 2008. Emansipasi,
Propaganda Untuk Meruntuhkan Aqidah. http://akhwat.web.id/muslimah-
salafiyah/aqidah-manhaj/emansipasi-propaganda-untuk-meruntuhkan-aqidah/
[edisi online] di akses 21 Februari 2010.
Al-Ustadz Ruaifi' bin Sulaimi. 2008. Emansipasi Wanita, Propaganda Musuh-
musuh Islam.
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/emansipasi-wanita-
propaganda-musuh-musuh-islam/ [seri online] di akses 21 Februari 2010.
Anonim. 2009. Buletin Dakwah Al Islam edisi 494/Tahun XVII: Nikah Yang Sah
Dipersoalkan Perzinaan Dibiarkan. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia
Hasyim bin Hamid bin 'Ajil Ar Rifa'iy. 2006. Membina Keharmonisan Berumah
Tangga Menurut Al Qur’an dan Sunnah dan Bahaya Emansipasi Wanita.
Malang: Cahaya Tauhid Press.
Majalah Al-Furqon Tahun 6 Edisi 9 Rabiuts Tsani 1428 H. “Keagungan Wanita
Dalam Naungan Islam.”
Yuli Kurniawati, Lisa dkk. 2008. Emansipasi Wanita Dalam Islam. Surabaya:
Makalah tidak diterbitkan.
Yuswaji, Ahmad dkk. 2006. Akhwat Jurnal Muslimah dan Keluarga Sakinah :
Saudariku... Sampai Kapan Kau Terlena edisi 01. versi e-book. Yogyakarta:
Yayasan Darussunnah Al-Islamy.