Elvipson Sinaga

download Elvipson Sinaga

of 10

Transcript of Elvipson Sinaga

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    1/10

    HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN

    ABORTUS DI PUSKESMAS JORLANG HULUAN KECAMATAN

    PEMATANG SIDAMANIK KAUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

    Elvipson Sinaga

    Dosen Akademi Kebidanan Audi Husada, Medan

    ABSTRACT

    Incidence of abortion in the health center district Jorlang Huluan Pematang

    Sidamanik Simalungun District in 2012 by 7.3%. The most influential factor present in

    the mother's own as the occurrence or duration of pregnancy.

    This study aimed to determine the relationship karakteriktik pregnant women(age, illness, pregnancy interval) and the incidence of abortion in the health center

    district Jorlang Huluan Pematang Sidamanik Simalungun District in 2012. This

    research is a survey that is correlative with the cross-sectional design. The population

    in this study were all pregnant women in sub-district health centers Pematang Jorlang

    Huluan Sidamanik Simalungun District in 2012, amounting to 232 people and a sample

    size of 68 people. The data for this study were obtained throught questionnaire-based

    interviews and statistically analyzed throught bivariate chi-square at = 5%.

    The results showed there is a correlation with the incidence of abortion at age

    Jorlang Huluan subdistrict health center districts Pamatang Sidamanik Simalungun In

    2012, there is a correlation with the incidence of pregnancy complications of abortion

    in health centers Pamatang Jorlang Huluan District district Sidamanik Simalungun

    year 2011 and there is a relationship with the incidence of abortion pregnancy interval

    in Puskesmas Jorlang Huluan district Pamatang Sidamanik Simalungun district in

    2012.

    Mothers are expected to know the characteristics of pregnant women with the

    incidence of abortion, women should know the description of the incidence of abortion

    and consider the condition of pregnancy to prevent abortion and for health workers at

    the health center district Jorlang Huluan Pamatang Sidamanik Simalungun district

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    2/10

    expected the need to improve information about the characteristics of women with

    abortion, in order to increase knowledge mothers through counseling about abortion.

    Keywords:MotherCharacteristics,Abortion

    1. PENDAHULUAN

    Pemeriksaan kehamilan merupakan

    salah satu tahapan penting yang harus

    dilakukan oleh ibu hamil menuju

    kehamilan yang sehat. Pemeriksaan

    kehamilan dapat dilakukan melalui

    dokter kandungan atau bidan dengan

    minimal pemeriksaan 4 kali selama

    kehamilan yaitu pada usia kehamilan

    trimester pertama, trimester kedua dan

    pada kehamilan trimester ke tiga, itupun

    jika kehamilan normal. Namun ada

    baiknya pemeriksaan kehamilan

    dilakukan sebulan sekali hingga usia 6bulan, sebulan dua kali pada usia 7-8

    bulan dan seminggu sekali ketika usia

    kandungan menginjak 9 bulan.

    Pemeriksaan kehamilan begitu penting

    dilakukan oleh para ibu hamil, karena

    kehamilan dimonitoring secara

    menyeluruh untuk mengetahui kondisi

    ibu maupun janin yang sedang

    dikandungnya (Saifuddin, 2006). Ibu

    hamil perlu diperhatikan kesehatannya

    demi kelangsungan kehamilan agar

    terhindar dari kejadian abortus. Abortus

    perlu dihindari oleh karena dapat

    menyebabkan kematian pada bayi.

    Menurut Muchtar (2010), abortus dapat

    disebabkan oleh faktor intrinsik yaitu

    umur, tingkat pendidikan, paritas,

    interval kehamilan, penyakit dan

    kelainan uterus dan ekstrinsik yaitu

    status pekerjaan dan ekonomi. Abortus

    atau keguguran merupakan suatu proses

    terhentinya kehamilan sebelum janin

    mampu hidup diluar kandungan ibunya

    dengan atau tanpa alat bantu. Sering

    sekali kajadian abortus tidak dapat

    diketahui dengan pasti karena ketidak

    mengertian seorang wanita untuk

    mengidentifikasi secara pasti (Sibuea,

    2008). Abortus atau keguguran dapat

    terjadi apabila mengalami pendarahan

    pada kehamilan muda dan perdarahan

    antepartum. Pendarahan antepartum

    merupakan pendarahan yang terjadi

    setelah kehamilan 28 minggu dan

    merupakan pendarahan dari traktus

    genitalis yang terjadi antara kehamilan

    minggu ke 28 awal partus. Perdarahan

    biasanya lebih banyak dan memerlukan

    penanganan yang berbeda (Sarwono,

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    3/10

    2005). Kasus perdarahan sebagai sebab

    utama kematian maternal dapat terjadi

    pada masa kehamilan, persalinan dan

    masa nifas. Perdarahan pada kehamilan

    harus selalu dianggap sebagai kelaianan

    yang berbahaya. Perdarahan pada masa

    hamil muda disebut dengan keguguran

    atau abortus, sedangkan pada kehamilan

    tua disebut sebagai perdahan

    antepartum. Batas teoritis antara

    kehamilan muda dan keamilan tua

    adalah 28 minggu, mengingatkemungkinan hgidup janin di luar

    uterus. Penyebab perdarahan

    antepartum antara lain plasenta previa,

    solusio plasenta, dan perdarahan yang

    belum jelas sumbernya (Winkjosastro,

    2009). Abortus spontan 60-80% terjadi

    pada trimester pertama, yakni

    disebabkan kelainan kromosom 50%,

    gangguan fungsi endokrin 23%,

    kelainan rahim 15% dan gangguan pada

    perkembangan embrio 12%. Resiko

    abortus spontan meningkat didukung

    oleh karena paritas yang banyak, umur

    ibu dan umur ayah dan jarak kehamilan

    terlalu dekat (Winkjosastro, 2009).

    Angka kejadian ibu hamil yang

    mengalami abortus lebih cenderung

    terjadi pada multipara dibandingkan

    primipara. Hal ini disebabkan karena

    pada multipara uterus sudah terlalu

    sering dibuahi sehingga keadaan uterus

    melemah. Hasil penelitian Juliana

    menyatakan paritas yang mengalami

    abortus yaitu nullipara 13,6%,

    primipara 27,2%, secundipara 33,6%

    dan multipara 25,6%. Wanita yang

    telah mengalami keguguran 2 kali

    bahkan sampai 3 kali berturut-turut,

    mempunyai kemungkinan untuk

    kembali keguguran menjadi lebih besar

    (Sarwono, 2008). Beberapa penyakit

    apabila terjadi pada wanita hamil dapatmenyebabkan abortus dan biasanya

    kehamilan dapat berlangsung lebih lama

    sampai lebih dari 13 minggu baru

    terjadi abortus. Meskipun bukti korelasi

    dari berbagai penyakit tidak dapat

    dibuktikan secara menyakinkan, akan

    tetapi ada beberapa penyakit yang

    diduga dapat menyebabkan abortus.

    Penyakit infeksi kronis dapat

    menyebabkan abortus, infeksi listeria

    monosifogenis menyebabkan kehamilan

    anembrionik, demikian juga infeksi

    toksoplasma gondii. Penyakit yang

    disebabkan oleh gangguan hormonal

    juga apabila tidak berhasil dikendalikan

    dengan baik dapat meningkatkan

    kejadian abortus seperti pada penyakit

    diabetes melitus, tiroidtoksikosis,

    defisiensi korpus luteumdan hipotiroid.

    Abortus spontan juga dapat terjadi bila

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    4/10

    produksi progesteron tidak mencukupi

    atau terjadi disfungsi kelenjar gondok

    (Krisnadi, 2003). Kelainan pada uterus

    dapat juga sebagian penyebab lain dari

    abortus, ada dua kategori kelainan

    uterus, pertama yaitu kelainan yang

    diperoleh dikemudian hari seperti

    mioma dan sinekia. Mioma yang

    terbanyak menyebabkan abortus ialah

    mioma submukosa. Sinekia adalah

    pertautan bagian dinding dalam rahim

    yang saling berhadapan. Keadaan inibisa terjadi sebagai akibat kerokan yang

    terlalu dalam pada evaluasi missed

    abortionatau akibat infeksi kronis pada

    endometrium sehingga sebagian

    endometrium musnah dan terjadilah

    perlengketan atau sinekia. Pada keadaan

    yang demikian dapat terjadi abortus

    berulang karena tidak cukup banyak

    endometrium yang tersisa untuk

    mendukung implementasi blastokista.

    Kedua, yaitu kelainan yang diperoleh

    sejak lahir. Kategori ini dibagi dua yaitu

    spontan dan terjadi atas pengaruh. Yang

    spontan misalnya uterus bikornis dan

    uterus septus. Yang terjadi atas

    pengaruh misalnya kelainan struktural

    dan fungsional pada rahim akibat

    dietilstil bistrol (DES) terhadap

    pertumbuhan dan perkembangan uterus.

    Servik yang tidak utuh menjadi sebab

    lain dari abortus (Chalik, 2006). Untuk

    itu perlu diketahui bagaimana hubungan

    karakteristik (umur, penyakit yang

    diderita dan interval kehamilan) dengan

    kejadian abortus, agar dapat membantu

    pelayanan kesehatan khususnya

    pelayanan preventif terhadap kejadian

    abortus dan penanggulangannya sesuai

    dengan karakteristik ibu yang tentu saja

    sangat berguna untuk tindakan dimasa

    yang akan datang (Sarwono, 2005).

    Data yang diperoleh dari PuskesmasJorlang Huluan di Kecamatan Pematang

    Sidamanik Kabupaten Simalungun,

    diketahui bahwa kasus abortus pada

    tahun 2009 sebanyak 16 penderita

    (7,01%) dengan jumlah K1 sebesar 76%

    dan K4 sebesar 72%, pada tahun 2010

    kasus abortus sebanyak 20 penderita

    (8,6%) dengan jumlah K1 sebesar 74%

    dan K4 sebesar 70% dan pada tahun

    2012 kasus abortus sebanyak 17

    penderita (7,3%) dengan jumlah K1

    sebesar 79 % dan K4 sebesar 77%,

    sehingga telah diperoleh ibu hamil

    dengan abortus selama 3 tahun

    sebanyak 53 penderita dengan berbagai

    jenis abortus yakni abortus imminens

    sebanyak 12 kasus (22,6%), abortus

    insipiens sebanyak 9 kasus (16,9%),

    abortus inkomplet sebanyak 10 kasus

    (18,8%), abortus komplet sebanyak 19

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    5/10

    kasus (35,8%) dan missed abortion

    sebanyak 3 kasus (5,6%). Banyak faktor

    yang mempengaruhi kejadian abortus

    seperti umur, tingkat pendidikan, status

    pekerjaan, paritas, ekonomi, interval

    kehamilan, penyakit dan kelainan uterus

    (komplikasi kehamilan). Faktor yang

    paling berpengaruh terdapat pada si ibu

    sendiri sebagai tempat terjadinya atau

    berlangsungnya kehamilan.

    Berdasarkan uraian diatas perlu

    dilakukan penelitian tentang hubungankarakteristik ibu hamil dengan kejadian

    abortus di Puskesmas Jorlang

    HuluanKecamatan Pematang Sidamanik

    Kabupaten Simalungun tahun 2012.

    MANFAAT PENELITIAN

    Mengetahui hubungan faktor instrinsik

    ibu (umur, penyakit yang diderita,

    interval kehamilan) dengan kejadian

    abortus.

    1.Memberikan gambaran insidensi

    abortus di Puskesmas Jorlang Huluan

    Kecamatan Pematang Sidamanik

    Kabupaten Simalungun tahun 2012.

    2.Hasil penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan konstribusi terhadap

    kemajuan ilmu pengetahuan teknologi

    informasi yang dapat menambah

    wawasan serta dapat dimanfaatkan

    sebagai referensi bagi lembaga

    penelitian maupun peneliti-peneliti

    lainnya yang tertarik untuk meneliti

    masalah ini dimasa yang akan datang.

    3.Bagi peneliti selajutnya sebagai

    referensi pengembangan ilmu kesehatan

    masyarakat, khususnya yang terkait

    dengan kenyamanan ibu pra persalinan.

    KERANGKA KONSEP

    Gambar Kerangka Konsep Penelitian

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Hubungan Umur Dengan Kejadian

    Abortus di Puskesmas Jorlang

    Huluan Kecamatan Pamatang

    Sidamanik Kabupaten Simalungun

    Tahun 2012.

    Umur ibu hamil dengan kejadian

    abortus terdapat mayoritas dengan umur

    > 35 tahun sebanyak 3 orang (4,4%),

    umur < 20 tahun sebanyak 2

    orang(2,9%) dan minoritas dengan

    umur 20-35 tahun sebanyak 1 orang

    (1,5% dengan tidak abortus sebanyak

    49 orang (72,1%) dan minoritas dengan

    abortus sebanyak 1 orang (1,5%). Dari 8

    yang ber umur < 20 tahun terdapat 2

    orang (2,9%) yang abortus dan 6 orang

    (8,8%) yang tidak abortus. Dari 22

    orang yang ber umur 20-35 tahun

    terdapat 1 orang (1,5%) yang

    Karakteristik Ibu

    - Umur

    - Komplikasi

    Kehamilan

    KejadianAbortus

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    6/10

    mengalami abortus dan terdapat 49

    orang (72,1%) yang tidak abortus.

    Kemudian dari 24 orang yang berumur

    > 35 tahun terdapat 3 orang (4,4,%)

    yang mengalami abortus dan terdapat 7

    orang (10,3%) yang tidak abortus.

    Berdasarkan hasil penelitian terdapat

    hubungan umur dengan kejadian

    abortus di Puskesmas Jorlang Huluan

    Kecamatan Pamatang Sidamanik

    Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

    Hal ini sesuai menurut Draper (2005)bahwa faktor umur ibu mempunyai

    pengaruh terhadap kehamilan dan

    persalinan, ibu yang berumur dibawah

    20 tahun atau diatas 35 tahun sangat

    beresiko untuk abortus. Kehamilan ibu

    dengan usia dibawah 20 tahun

    berpengaruh kepada kematangan fisik

    dan mental dalam menghadapi masa

    kehamilan. Usia hamil yang ideal bagi

    seorang wanita adalah antara umur 20-

    35 tahun, karena pada usia tersebut

    rahim sudah siap menerima kehamilan,

    mental juga sudah matang dan sudah

    mampu merawat sendiri bayi dan

    dirinya. Hal ini sesuai dengan penelitian

    Megawati (2010), di Rumah Sakit Haji

    Medan Periode Januari 2008 - April

    2010 bahwa umur ibu berhubungan

    dengan kejadian abortus pada ibu yang

    dirawat di Rumah Sakit Haji Medan

    Periode Januari 2008 - April 2010.

    Beberapa faktor yang merupakan

    predisposisi terjadinya abortus misalnya

    faktor paritas dan usia ibu. Resiko

    abortus semakin tinggi dengan

    bertambahnya paritas dan semakin

    bertambahnya usia ibu. Menurut

    asumsi peneliti umur ibu hamil akan

    mempengaruhi kejadian Abortus.

    Semakin tinggi umur ibu hamil maka

    akan semakin besar kemungkinan

    terjadinya kejadian Abortus. Padapenelitian ini Ibu masih banyak yang

    memiliki umur yang > 35 tahun oleh

    karena itu diharapkan kepada ibu untuk

    tidak mengalami kehamilan lagi dan

    mengikuti program KB untuk menjaga

    keselamatan ibu.

    2. Hubungan Komplikasi Kehamilan

    Dengan Kejadian Abortus diPuskesmas Jorlang Huluan

    Kecamatan Pamatang Sidamanik

    Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

    Komplikasi kehamilan mayoritas tidak

    komplikasi sebanyak 54 orang (79,4%)

    dan minoritas ada komplikasi kehamilan

    sebanyak 14 orang (20,6%) dengan

    tidak abortus sebanyak 62 orang

    (91,2%) dan abortus sebanyak 6 orang

    (8,8%). Dari 14 orang yang mengalami

    komplikasi kehamilan terdapat 6 orang

    (8,8%) yang abortus dan 8 orang

    (11,8%) yang tidak abortus. Kemudian

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    7/10

    dari 54 orang yang tidak mengalami

    komplikasi kehamilan semuanya

    terdapat tidak terjadi abortus yaitu 54

    orang (79,4%). Berdasarkan hasil

    penelitian terdapat hubungan

    komplikasi kehamilan dengan kejadian

    abortus di Puskesmas Jorlang Huluan

    Kecamatan Pamatang Sidamanik

    Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

    Hal ini sesuai dengan pendapat

    Chalik (2009) bahwa komplikasi

    kehamilan misalnya penyakit infeksikronis dapat menyebabkan abortus,

    infeksi listeria monosifogenis

    menyebabkan kehamilan anembrionik,

    demikian juga endokinfeksi

    toksoplasma gondii, ureaplasma,

    mikoplasma hominis. simpleks,

    sitomegali, campak, variola, hepatitis,

    varisella, polio, vaksinia, koksakki dan

    ensefalomielitis. Hal ini sesuai dengan

    penelitian Admin (2007) bahwa faktor

    ibu dengan kejadian abortus di RS Ibu

    dan Anak Annimah Kecamatan

    Wangon Kabupaten Bayumas 2007

    bahwa salah satu faktor yang

    berhubungan dengan abortus spontan

    yaitu faktor riwayat komplikasi

    kehamilan yang diderita itu. Menurut

    asumsi peneliti komplikasi kehamilan

    yang dialami ibu selama kehamilan

    misalnya : pendarahan, pre eklamsia

    dan infeksi, akan sangat berpengaruh

    terhadap kejadian abortus. Untuk itu

    diharapkan apabila ibu hamil

    mengalami komplikasi dalam

    kehamilan agar segera memeriksakan

    kehamilannya untuk mencegah hal

    buruk yang dapat terjadi akibat

    komplikasi kehamilan

    3. Hubungan Interval Kehamilan

    Dengan Kejadian Abortus di

    Puskesmas Jorlang Huluan

    Kecamatan Pamatang Sidamanik

    Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

    Interval kehamilan mayoritas 2 tahun

    sebanyak 56 orang (82,4%) dan

    minoritas < 2 tahun sebanyak 12 orang

    (17,6%) tidak abortus sebanyak 62

    orang (91,2%) dan abortus sebanyak 6

    orang (8,8%). Dari 12 orang yang

    interval kehamilan < 2 tahun terdapat 6

    orang (8,8%) yang Abortus dan 6 orang

    (8,8%) yang tidak abortus. Kemudian

    dari 56 orang yang interval

    kehamilannya 2 tahun tidak terdapat 0

    orang yang Abortus dan 56 orang

    (82,4%) yang tidak Abortus.

    Berdasarkan hasil penelitian terdapat

    hubungan interval kehamilan dengan

    kejadian Abortus di Puskesmas Jorlang

    Huluan Kecamatan Pamatang

    Sidamanik Kabupaten Simalungun

    Tahun 2012. Hal ini sesuai menurut

    Sarwono (2008) bahwa kehamilan

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    8/10

    sebelum 2 tahun sering mengalami

    komplikasi dalam kehamilan. Kesehatan

    fisik dan rahim ibu masih butuh cukup

    istirahat. Ada kemungkinan ibu masih

    menyusui. Selain itu anak tersebut

    masih butuh asuhan dan perhatian orang

    tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi

    bagi ibu antara lain : pendarahan setelah

    bayi lahir karena kondisi ibu masih

    lemah, bayi prematur/lahir belum cukup

    bulan sebelum 37 minggu, bayi dengan

    berat badan lahir rendah/BBLR < 2500gram. Hal ini sesuai menurut penelitian

    Budi Santoso (2002) di Rumah Sakit dr.

    Hasan Sadikin Bandung Januari 1998 -

    Desember 2002 bahwa terdapat

    pengaruh interval kehamilan dengan

    terjadinya abortus dan semakin

    renggang jarak kehamilan maka

    semakin kecil kemungkinan untuk

    menjadi abortus, dan secara statistik

    hubungan tersebut bermakna. Selain itu

    hal ini sesuai dengan suatu penelitian

    yang dilakukan oleh Abu-Heija AT

    (1999) yang mendapatkan hasil ada

    hubungan yang bermakna antara

    interval kehamilan dengan terjadinya

    abortus. Menurut asumsi peneliti

    interval kehamilan akan mempengaruhi

    kejadian Abortus. Untuk itu diharapkan

    ibu hamil agar memperhatikan interval

    kehamilan agar sesuai dengan

    reproduksi sehat yaitu 2 tahun untuk

    mencegah terjadinya abortus pada

    kehamilan berikutnya.

    KESIMPULAN

    1. Terdapat hubungan umur

    dengan kejadian abortus di Puskesmas

    Jorlang Huluan Kecamatan Pamatang

    Sidamanik kabupaten Simalungun

    Tahun 2012.

    2.

    Terdapat hubungan komplikasi

    kehamilan dengan kejadian abortus diPuskesmas Jorlang Huluan Kecamatan

    Pamatang Sidamanik kabupaten

    Simalungun Tahun 2012.

    3.

    Terdapat hubungan interval

    kehamilan dengan kejadian abortus di

    Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan

    Pamatang Sidamanik kabupaten

    Simalungun Tahun 2012.

    SARAN

    1. Diharapkan ibu mengetahui

    karakteristik ibu hamil dengan

    kejadian abortus.

    2.

    Sebaiknya ibu mengetahui

    gambaran kejadian abortus dan

    memperhatikan kondisi

    kehamilannya untuk mencegah

    terjadinya abortus.

    3. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas

    Jorlang Huluan Kecamatan

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    9/10

    Pamatang Sidamanik kabupaten

    Simalungun diharapkan perlunya

    meningkatkan informasi tentang

    karakteristik ibu dengan abortus,

    guna meningkatkan pengetahuan ibu

    melalui penyuluhan tentang abortus.

    4.

    Bagi peneliti selanjutnya diharapkan

    untuk lebih meneliti variabel lain

    yang lebih luas tentang abortus.

    DAFTAR PUSTAKA

    Admin, 2007, Hubungan Beberapa FaktorIbu Dengan Kejadian Abortus

    Spontan di RS Ibu dan Anak

    Annimah Kecamatan WangonKabupaten Bayumas Tahun 2007,

    Karya Tulis Ilmiah

    Budiarto Eko, 2002, Biostatistik Untuk

    Kedokteran dan Kesehatan

    Masyarakat, EGC, Jakarta.

    Budi Santoso, 2002, Hubungan Antara

    Umur Ibu, Paritas, Jarak Kehamilan

    dan Riwayat Obstetri DenganTerjadinya Abortus di Rumah Sakit

    dr. Hasan Sadikin Bandung Januari1998 - Desember 2002, Skripsi.

    Hidayat Alimul A, 2010, Metode Penelitian

    & Teknik Analisis Data, Salemba

    Medika, Jakarta

    Chalik, 2006, Konsep Kebidanan, Jakarta

    Draper, 2009, Asuhan Kehamilan, JakartaHanafi Wiknjosastro, 2009, Ilmu

    Kebidanan, EGC, Jakarta

    Krisnadi, 2003, Gizi dalam Reproduksi,Jaskarta

    Lieweellyn, 2001, Asuhan Kebidanan,

    Jakarta

    Manuaba I.B. G. 2006. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungan

    dan KBuntuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakart

    a.______________, 2008. Ilmu Kebidanan,

    Penyakit Kandungan dan KB

    untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

    Mansjoer, 2006, Asuhan Kehamilan, EGC,Jakarta

    Megawati, 2010, Hubungan Karakteristik

    Ibu dengan Abortus Inkompletus di

    Rumah Sakit Haji Medan PeriodeJanuari 2008 April 2010.

    Prawiroharjo Sarwono, 2009, IlmuKebidanan, EGC, Jakarta

    Riyanto Agus, 2010, Pengolahan dan

    Analisis Data Kesehatan, MuliaMedika, Yogjakarta.

    Rustam Mochtar, 2002, Obstetri danGinekologi, Sinopsis I, Jakarta

    Saifudin, 2006, Buku Acuan PelayananKesehatan Maternal dan Neonatal,

    Yayasan Bina Pustaka PustakaSarwono Prawirohardjo, Yogyakarta

    Sarwono, S. 2005. Ilmu Kebidanan,

    EGC, JakartaS. Sibuea, 2008. Hubungan Pemanfaatan

    Bidan dengan Cakupan Program,

    Jakarta

    Notoatmodjo Soekidjo, 2002, Metode

    Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,Jakarta

    -----------------------------, 2010, Metode

    Penelitian Untuk Kedokteran dan

    Kesehatan, JakartaWiknjosastro Hanafi, 2005, Ilmu

    Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,YogyakartA

    ________________, 2009, IlmuKebidanan, Yayasan Bina Pustaka

    Yogyakart

  • 8/10/2019 Elvipson Sinaga

    10/10

    10