Elvipson Sinaga
-
Upload
risky-novita -
Category
Documents
-
view
224 -
download
1
Transcript of Elvipson Sinaga
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
1/10
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN
ABORTUS DI PUSKESMAS JORLANG HULUAN KECAMATAN
PEMATANG SIDAMANIK KAUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012
Elvipson Sinaga
Dosen Akademi Kebidanan Audi Husada, Medan
ABSTRACT
Incidence of abortion in the health center district Jorlang Huluan Pematang
Sidamanik Simalungun District in 2012 by 7.3%. The most influential factor present in
the mother's own as the occurrence or duration of pregnancy.
This study aimed to determine the relationship karakteriktik pregnant women(age, illness, pregnancy interval) and the incidence of abortion in the health center
district Jorlang Huluan Pematang Sidamanik Simalungun District in 2012. This
research is a survey that is correlative with the cross-sectional design. The population
in this study were all pregnant women in sub-district health centers Pematang Jorlang
Huluan Sidamanik Simalungun District in 2012, amounting to 232 people and a sample
size of 68 people. The data for this study were obtained throught questionnaire-based
interviews and statistically analyzed throught bivariate chi-square at = 5%.
The results showed there is a correlation with the incidence of abortion at age
Jorlang Huluan subdistrict health center districts Pamatang Sidamanik Simalungun In
2012, there is a correlation with the incidence of pregnancy complications of abortion
in health centers Pamatang Jorlang Huluan District district Sidamanik Simalungun
year 2011 and there is a relationship with the incidence of abortion pregnancy interval
in Puskesmas Jorlang Huluan district Pamatang Sidamanik Simalungun district in
2012.
Mothers are expected to know the characteristics of pregnant women with the
incidence of abortion, women should know the description of the incidence of abortion
and consider the condition of pregnancy to prevent abortion and for health workers at
the health center district Jorlang Huluan Pamatang Sidamanik Simalungun district
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
2/10
expected the need to improve information about the characteristics of women with
abortion, in order to increase knowledge mothers through counseling about abortion.
Keywords:MotherCharacteristics,Abortion
1. PENDAHULUAN
Pemeriksaan kehamilan merupakan
salah satu tahapan penting yang harus
dilakukan oleh ibu hamil menuju
kehamilan yang sehat. Pemeriksaan
kehamilan dapat dilakukan melalui
dokter kandungan atau bidan dengan
minimal pemeriksaan 4 kali selama
kehamilan yaitu pada usia kehamilan
trimester pertama, trimester kedua dan
pada kehamilan trimester ke tiga, itupun
jika kehamilan normal. Namun ada
baiknya pemeriksaan kehamilan
dilakukan sebulan sekali hingga usia 6bulan, sebulan dua kali pada usia 7-8
bulan dan seminggu sekali ketika usia
kandungan menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan begitu penting
dilakukan oleh para ibu hamil, karena
kehamilan dimonitoring secara
menyeluruh untuk mengetahui kondisi
ibu maupun janin yang sedang
dikandungnya (Saifuddin, 2006). Ibu
hamil perlu diperhatikan kesehatannya
demi kelangsungan kehamilan agar
terhindar dari kejadian abortus. Abortus
perlu dihindari oleh karena dapat
menyebabkan kematian pada bayi.
Menurut Muchtar (2010), abortus dapat
disebabkan oleh faktor intrinsik yaitu
umur, tingkat pendidikan, paritas,
interval kehamilan, penyakit dan
kelainan uterus dan ekstrinsik yaitu
status pekerjaan dan ekonomi. Abortus
atau keguguran merupakan suatu proses
terhentinya kehamilan sebelum janin
mampu hidup diluar kandungan ibunya
dengan atau tanpa alat bantu. Sering
sekali kajadian abortus tidak dapat
diketahui dengan pasti karena ketidak
mengertian seorang wanita untuk
mengidentifikasi secara pasti (Sibuea,
2008). Abortus atau keguguran dapat
terjadi apabila mengalami pendarahan
pada kehamilan muda dan perdarahan
antepartum. Pendarahan antepartum
merupakan pendarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu dan
merupakan pendarahan dari traktus
genitalis yang terjadi antara kehamilan
minggu ke 28 awal partus. Perdarahan
biasanya lebih banyak dan memerlukan
penanganan yang berbeda (Sarwono,
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
3/10
2005). Kasus perdarahan sebagai sebab
utama kematian maternal dapat terjadi
pada masa kehamilan, persalinan dan
masa nifas. Perdarahan pada kehamilan
harus selalu dianggap sebagai kelaianan
yang berbahaya. Perdarahan pada masa
hamil muda disebut dengan keguguran
atau abortus, sedangkan pada kehamilan
tua disebut sebagai perdahan
antepartum. Batas teoritis antara
kehamilan muda dan keamilan tua
adalah 28 minggu, mengingatkemungkinan hgidup janin di luar
uterus. Penyebab perdarahan
antepartum antara lain plasenta previa,
solusio plasenta, dan perdarahan yang
belum jelas sumbernya (Winkjosastro,
2009). Abortus spontan 60-80% terjadi
pada trimester pertama, yakni
disebabkan kelainan kromosom 50%,
gangguan fungsi endokrin 23%,
kelainan rahim 15% dan gangguan pada
perkembangan embrio 12%. Resiko
abortus spontan meningkat didukung
oleh karena paritas yang banyak, umur
ibu dan umur ayah dan jarak kehamilan
terlalu dekat (Winkjosastro, 2009).
Angka kejadian ibu hamil yang
mengalami abortus lebih cenderung
terjadi pada multipara dibandingkan
primipara. Hal ini disebabkan karena
pada multipara uterus sudah terlalu
sering dibuahi sehingga keadaan uterus
melemah. Hasil penelitian Juliana
menyatakan paritas yang mengalami
abortus yaitu nullipara 13,6%,
primipara 27,2%, secundipara 33,6%
dan multipara 25,6%. Wanita yang
telah mengalami keguguran 2 kali
bahkan sampai 3 kali berturut-turut,
mempunyai kemungkinan untuk
kembali keguguran menjadi lebih besar
(Sarwono, 2008). Beberapa penyakit
apabila terjadi pada wanita hamil dapatmenyebabkan abortus dan biasanya
kehamilan dapat berlangsung lebih lama
sampai lebih dari 13 minggu baru
terjadi abortus. Meskipun bukti korelasi
dari berbagai penyakit tidak dapat
dibuktikan secara menyakinkan, akan
tetapi ada beberapa penyakit yang
diduga dapat menyebabkan abortus.
Penyakit infeksi kronis dapat
menyebabkan abortus, infeksi listeria
monosifogenis menyebabkan kehamilan
anembrionik, demikian juga infeksi
toksoplasma gondii. Penyakit yang
disebabkan oleh gangguan hormonal
juga apabila tidak berhasil dikendalikan
dengan baik dapat meningkatkan
kejadian abortus seperti pada penyakit
diabetes melitus, tiroidtoksikosis,
defisiensi korpus luteumdan hipotiroid.
Abortus spontan juga dapat terjadi bila
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
4/10
produksi progesteron tidak mencukupi
atau terjadi disfungsi kelenjar gondok
(Krisnadi, 2003). Kelainan pada uterus
dapat juga sebagian penyebab lain dari
abortus, ada dua kategori kelainan
uterus, pertama yaitu kelainan yang
diperoleh dikemudian hari seperti
mioma dan sinekia. Mioma yang
terbanyak menyebabkan abortus ialah
mioma submukosa. Sinekia adalah
pertautan bagian dinding dalam rahim
yang saling berhadapan. Keadaan inibisa terjadi sebagai akibat kerokan yang
terlalu dalam pada evaluasi missed
abortionatau akibat infeksi kronis pada
endometrium sehingga sebagian
endometrium musnah dan terjadilah
perlengketan atau sinekia. Pada keadaan
yang demikian dapat terjadi abortus
berulang karena tidak cukup banyak
endometrium yang tersisa untuk
mendukung implementasi blastokista.
Kedua, yaitu kelainan yang diperoleh
sejak lahir. Kategori ini dibagi dua yaitu
spontan dan terjadi atas pengaruh. Yang
spontan misalnya uterus bikornis dan
uterus septus. Yang terjadi atas
pengaruh misalnya kelainan struktural
dan fungsional pada rahim akibat
dietilstil bistrol (DES) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan uterus.
Servik yang tidak utuh menjadi sebab
lain dari abortus (Chalik, 2006). Untuk
itu perlu diketahui bagaimana hubungan
karakteristik (umur, penyakit yang
diderita dan interval kehamilan) dengan
kejadian abortus, agar dapat membantu
pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan preventif terhadap kejadian
abortus dan penanggulangannya sesuai
dengan karakteristik ibu yang tentu saja
sangat berguna untuk tindakan dimasa
yang akan datang (Sarwono, 2005).
Data yang diperoleh dari PuskesmasJorlang Huluan di Kecamatan Pematang
Sidamanik Kabupaten Simalungun,
diketahui bahwa kasus abortus pada
tahun 2009 sebanyak 16 penderita
(7,01%) dengan jumlah K1 sebesar 76%
dan K4 sebesar 72%, pada tahun 2010
kasus abortus sebanyak 20 penderita
(8,6%) dengan jumlah K1 sebesar 74%
dan K4 sebesar 70% dan pada tahun
2012 kasus abortus sebanyak 17
penderita (7,3%) dengan jumlah K1
sebesar 79 % dan K4 sebesar 77%,
sehingga telah diperoleh ibu hamil
dengan abortus selama 3 tahun
sebanyak 53 penderita dengan berbagai
jenis abortus yakni abortus imminens
sebanyak 12 kasus (22,6%), abortus
insipiens sebanyak 9 kasus (16,9%),
abortus inkomplet sebanyak 10 kasus
(18,8%), abortus komplet sebanyak 19
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
5/10
kasus (35,8%) dan missed abortion
sebanyak 3 kasus (5,6%). Banyak faktor
yang mempengaruhi kejadian abortus
seperti umur, tingkat pendidikan, status
pekerjaan, paritas, ekonomi, interval
kehamilan, penyakit dan kelainan uterus
(komplikasi kehamilan). Faktor yang
paling berpengaruh terdapat pada si ibu
sendiri sebagai tempat terjadinya atau
berlangsungnya kehamilan.
Berdasarkan uraian diatas perlu
dilakukan penelitian tentang hubungankarakteristik ibu hamil dengan kejadian
abortus di Puskesmas Jorlang
HuluanKecamatan Pematang Sidamanik
Kabupaten Simalungun tahun 2012.
MANFAAT PENELITIAN
Mengetahui hubungan faktor instrinsik
ibu (umur, penyakit yang diderita,
interval kehamilan) dengan kejadian
abortus.
1.Memberikan gambaran insidensi
abortus di Puskesmas Jorlang Huluan
Kecamatan Pematang Sidamanik
Kabupaten Simalungun tahun 2012.
2.Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan konstribusi terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan teknologi
informasi yang dapat menambah
wawasan serta dapat dimanfaatkan
sebagai referensi bagi lembaga
penelitian maupun peneliti-peneliti
lainnya yang tertarik untuk meneliti
masalah ini dimasa yang akan datang.
3.Bagi peneliti selajutnya sebagai
referensi pengembangan ilmu kesehatan
masyarakat, khususnya yang terkait
dengan kenyamanan ibu pra persalinan.
KERANGKA KONSEP
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hubungan Umur Dengan Kejadian
Abortus di Puskesmas Jorlang
Huluan Kecamatan Pamatang
Sidamanik Kabupaten Simalungun
Tahun 2012.
Umur ibu hamil dengan kejadian
abortus terdapat mayoritas dengan umur
> 35 tahun sebanyak 3 orang (4,4%),
umur < 20 tahun sebanyak 2
orang(2,9%) dan minoritas dengan
umur 20-35 tahun sebanyak 1 orang
(1,5% dengan tidak abortus sebanyak
49 orang (72,1%) dan minoritas dengan
abortus sebanyak 1 orang (1,5%). Dari 8
yang ber umur < 20 tahun terdapat 2
orang (2,9%) yang abortus dan 6 orang
(8,8%) yang tidak abortus. Dari 22
orang yang ber umur 20-35 tahun
terdapat 1 orang (1,5%) yang
Karakteristik Ibu
- Umur
- Komplikasi
Kehamilan
KejadianAbortus
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
6/10
mengalami abortus dan terdapat 49
orang (72,1%) yang tidak abortus.
Kemudian dari 24 orang yang berumur
> 35 tahun terdapat 3 orang (4,4,%)
yang mengalami abortus dan terdapat 7
orang (10,3%) yang tidak abortus.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat
hubungan umur dengan kejadian
abortus di Puskesmas Jorlang Huluan
Kecamatan Pamatang Sidamanik
Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
Hal ini sesuai menurut Draper (2005)bahwa faktor umur ibu mempunyai
pengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan, ibu yang berumur dibawah
20 tahun atau diatas 35 tahun sangat
beresiko untuk abortus. Kehamilan ibu
dengan usia dibawah 20 tahun
berpengaruh kepada kematangan fisik
dan mental dalam menghadapi masa
kehamilan. Usia hamil yang ideal bagi
seorang wanita adalah antara umur 20-
35 tahun, karena pada usia tersebut
rahim sudah siap menerima kehamilan,
mental juga sudah matang dan sudah
mampu merawat sendiri bayi dan
dirinya. Hal ini sesuai dengan penelitian
Megawati (2010), di Rumah Sakit Haji
Medan Periode Januari 2008 - April
2010 bahwa umur ibu berhubungan
dengan kejadian abortus pada ibu yang
dirawat di Rumah Sakit Haji Medan
Periode Januari 2008 - April 2010.
Beberapa faktor yang merupakan
predisposisi terjadinya abortus misalnya
faktor paritas dan usia ibu. Resiko
abortus semakin tinggi dengan
bertambahnya paritas dan semakin
bertambahnya usia ibu. Menurut
asumsi peneliti umur ibu hamil akan
mempengaruhi kejadian Abortus.
Semakin tinggi umur ibu hamil maka
akan semakin besar kemungkinan
terjadinya kejadian Abortus. Padapenelitian ini Ibu masih banyak yang
memiliki umur yang > 35 tahun oleh
karena itu diharapkan kepada ibu untuk
tidak mengalami kehamilan lagi dan
mengikuti program KB untuk menjaga
keselamatan ibu.
2. Hubungan Komplikasi Kehamilan
Dengan Kejadian Abortus diPuskesmas Jorlang Huluan
Kecamatan Pamatang Sidamanik
Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
Komplikasi kehamilan mayoritas tidak
komplikasi sebanyak 54 orang (79,4%)
dan minoritas ada komplikasi kehamilan
sebanyak 14 orang (20,6%) dengan
tidak abortus sebanyak 62 orang
(91,2%) dan abortus sebanyak 6 orang
(8,8%). Dari 14 orang yang mengalami
komplikasi kehamilan terdapat 6 orang
(8,8%) yang abortus dan 8 orang
(11,8%) yang tidak abortus. Kemudian
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
7/10
dari 54 orang yang tidak mengalami
komplikasi kehamilan semuanya
terdapat tidak terjadi abortus yaitu 54
orang (79,4%). Berdasarkan hasil
penelitian terdapat hubungan
komplikasi kehamilan dengan kejadian
abortus di Puskesmas Jorlang Huluan
Kecamatan Pamatang Sidamanik
Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Chalik (2009) bahwa komplikasi
kehamilan misalnya penyakit infeksikronis dapat menyebabkan abortus,
infeksi listeria monosifogenis
menyebabkan kehamilan anembrionik,
demikian juga endokinfeksi
toksoplasma gondii, ureaplasma,
mikoplasma hominis. simpleks,
sitomegali, campak, variola, hepatitis,
varisella, polio, vaksinia, koksakki dan
ensefalomielitis. Hal ini sesuai dengan
penelitian Admin (2007) bahwa faktor
ibu dengan kejadian abortus di RS Ibu
dan Anak Annimah Kecamatan
Wangon Kabupaten Bayumas 2007
bahwa salah satu faktor yang
berhubungan dengan abortus spontan
yaitu faktor riwayat komplikasi
kehamilan yang diderita itu. Menurut
asumsi peneliti komplikasi kehamilan
yang dialami ibu selama kehamilan
misalnya : pendarahan, pre eklamsia
dan infeksi, akan sangat berpengaruh
terhadap kejadian abortus. Untuk itu
diharapkan apabila ibu hamil
mengalami komplikasi dalam
kehamilan agar segera memeriksakan
kehamilannya untuk mencegah hal
buruk yang dapat terjadi akibat
komplikasi kehamilan
3. Hubungan Interval Kehamilan
Dengan Kejadian Abortus di
Puskesmas Jorlang Huluan
Kecamatan Pamatang Sidamanik
Kabupaten Simalungun Tahun 2012.
Interval kehamilan mayoritas 2 tahun
sebanyak 56 orang (82,4%) dan
minoritas < 2 tahun sebanyak 12 orang
(17,6%) tidak abortus sebanyak 62
orang (91,2%) dan abortus sebanyak 6
orang (8,8%). Dari 12 orang yang
interval kehamilan < 2 tahun terdapat 6
orang (8,8%) yang Abortus dan 6 orang
(8,8%) yang tidak abortus. Kemudian
dari 56 orang yang interval
kehamilannya 2 tahun tidak terdapat 0
orang yang Abortus dan 56 orang
(82,4%) yang tidak Abortus.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat
hubungan interval kehamilan dengan
kejadian Abortus di Puskesmas Jorlang
Huluan Kecamatan Pamatang
Sidamanik Kabupaten Simalungun
Tahun 2012. Hal ini sesuai menurut
Sarwono (2008) bahwa kehamilan
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
8/10
sebelum 2 tahun sering mengalami
komplikasi dalam kehamilan. Kesehatan
fisik dan rahim ibu masih butuh cukup
istirahat. Ada kemungkinan ibu masih
menyusui. Selain itu anak tersebut
masih butuh asuhan dan perhatian orang
tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi
bagi ibu antara lain : pendarahan setelah
bayi lahir karena kondisi ibu masih
lemah, bayi prematur/lahir belum cukup
bulan sebelum 37 minggu, bayi dengan
berat badan lahir rendah/BBLR < 2500gram. Hal ini sesuai menurut penelitian
Budi Santoso (2002) di Rumah Sakit dr.
Hasan Sadikin Bandung Januari 1998 -
Desember 2002 bahwa terdapat
pengaruh interval kehamilan dengan
terjadinya abortus dan semakin
renggang jarak kehamilan maka
semakin kecil kemungkinan untuk
menjadi abortus, dan secara statistik
hubungan tersebut bermakna. Selain itu
hal ini sesuai dengan suatu penelitian
yang dilakukan oleh Abu-Heija AT
(1999) yang mendapatkan hasil ada
hubungan yang bermakna antara
interval kehamilan dengan terjadinya
abortus. Menurut asumsi peneliti
interval kehamilan akan mempengaruhi
kejadian Abortus. Untuk itu diharapkan
ibu hamil agar memperhatikan interval
kehamilan agar sesuai dengan
reproduksi sehat yaitu 2 tahun untuk
mencegah terjadinya abortus pada
kehamilan berikutnya.
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan umur
dengan kejadian abortus di Puskesmas
Jorlang Huluan Kecamatan Pamatang
Sidamanik kabupaten Simalungun
Tahun 2012.
2.
Terdapat hubungan komplikasi
kehamilan dengan kejadian abortus diPuskesmas Jorlang Huluan Kecamatan
Pamatang Sidamanik kabupaten
Simalungun Tahun 2012.
3.
Terdapat hubungan interval
kehamilan dengan kejadian abortus di
Puskesmas Jorlang Huluan Kecamatan
Pamatang Sidamanik kabupaten
Simalungun Tahun 2012.
SARAN
1. Diharapkan ibu mengetahui
karakteristik ibu hamil dengan
kejadian abortus.
2.
Sebaiknya ibu mengetahui
gambaran kejadian abortus dan
memperhatikan kondisi
kehamilannya untuk mencegah
terjadinya abortus.
3. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas
Jorlang Huluan Kecamatan
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
9/10
Pamatang Sidamanik kabupaten
Simalungun diharapkan perlunya
meningkatkan informasi tentang
karakteristik ibu dengan abortus,
guna meningkatkan pengetahuan ibu
melalui penyuluhan tentang abortus.
4.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
untuk lebih meneliti variabel lain
yang lebih luas tentang abortus.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2007, Hubungan Beberapa FaktorIbu Dengan Kejadian Abortus
Spontan di RS Ibu dan Anak
Annimah Kecamatan WangonKabupaten Bayumas Tahun 2007,
Karya Tulis Ilmiah
Budiarto Eko, 2002, Biostatistik Untuk
Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat, EGC, Jakarta.
Budi Santoso, 2002, Hubungan Antara
Umur Ibu, Paritas, Jarak Kehamilan
dan Riwayat Obstetri DenganTerjadinya Abortus di Rumah Sakit
dr. Hasan Sadikin Bandung Januari1998 - Desember 2002, Skripsi.
Hidayat Alimul A, 2010, Metode Penelitian
& Teknik Analisis Data, Salemba
Medika, Jakarta
Chalik, 2006, Konsep Kebidanan, Jakarta
Draper, 2009, Asuhan Kehamilan, JakartaHanafi Wiknjosastro, 2009, Ilmu
Kebidanan, EGC, Jakarta
Krisnadi, 2003, Gizi dalam Reproduksi,Jaskarta
Lieweellyn, 2001, Asuhan Kebidanan,
Jakarta
Manuaba I.B. G. 2006. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungan
dan KBuntuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakart
a.______________, 2008. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Mansjoer, 2006, Asuhan Kehamilan, EGC,Jakarta
Megawati, 2010, Hubungan Karakteristik
Ibu dengan Abortus Inkompletus di
Rumah Sakit Haji Medan PeriodeJanuari 2008 April 2010.
Prawiroharjo Sarwono, 2009, IlmuKebidanan, EGC, Jakarta
Riyanto Agus, 2010, Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan, MuliaMedika, Yogjakarta.
Rustam Mochtar, 2002, Obstetri danGinekologi, Sinopsis I, Jakarta
Saifudin, 2006, Buku Acuan PelayananKesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka PustakaSarwono Prawirohardjo, Yogyakarta
Sarwono, S. 2005. Ilmu Kebidanan,
EGC, JakartaS. Sibuea, 2008. Hubungan Pemanfaatan
Bidan dengan Cakupan Program,
Jakarta
Notoatmodjo Soekidjo, 2002, Metode
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,Jakarta
-----------------------------, 2010, Metode
Penelitian Untuk Kedokteran dan
Kesehatan, JakartaWiknjosastro Hanafi, 2005, Ilmu
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,YogyakartA
________________, 2009, IlmuKebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Yogyakart
-
8/10/2019 Elvipson Sinaga
10/10
10