directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka...

55
Usulan Penelitian ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN PROFIT MARGIN PADA PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH Oleh Dwi Yuni Indah Lestari 04610121 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Transcript of directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka...

Page 1: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

Usulan Penelitian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN PROFIT MARGIN PADA PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH

Oleh

Dwi Yuni Indah Lestari

04610121

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MEI 2008

Page 2: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN PROFIT MARGIN PADA PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi konvensional telah menjadikan uang sebagai komoditas, sehingga

keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan dari pada digunakan sebagai alat tukar

dalam perdagangan. Lembaga perbankan konvensional juga menjadikan uang sebagai

komoditas dalam proses pemberian kredit. Instrumen yang digunakan adalah bunga (interest).

Uang yang memakai instrumen bunga telah menjadi lahan spekulasi bagi banyak orang di

muka bumi ini. Kesalahan konsepsi itu berakibat fatal terhadap krisis hebat dalam

perekonomian sepanjang sejarah, khususnya sejak awal abad 20 sampai sekarang. Ekonomi

berbagai negara di belahan bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan ancaman krisis

berikutnya pasti akan terjadi lagi. (www.ruzaqir.multiply.com/journal).

Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar (medium of exchange), bukan

sebagai barang dagangan (komoditas) yang diperjual belikan. Ketentuan ini telah banyak

dibahas ulama seperi Ibnu Taymiyah, Al-Ghazali, Al-Maqrizi, Ibnu Khaldun dan lain-lain.

Hal dipertegas lagi Choudhury dalam bukunya “Money in Islam: a Study in Islamic Political

Economy”, bahwa konsep uang tidak diperkenankan untuk diaplikasikan pada komoditi,

sebab dapat merusak kestabilan moneter sebuah negara.

Islam tidak mengenal adanya system money demand for speculation, karena spekulasi

tidak diperbolehkan. Islam menjadikan harta sebagai obyek zakat. Uang adalah milik

masyarakat, sehingga menimbun uang dan tidak menggunakannya untuk kegiatan produktif

adalah dilarang, karena hal itu berarti mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept, oleh karenanya harus selalu berputar

dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian, maka akan semakin

Page 3: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan semakin baik perekonomian.

(www.syariahlife.com)

Bagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan

untuk melakukan investasi dengan prinsip Musyarakah atau Mudharabah, yaitu bisnis

dengan bagi hasil. Bila tidak ingin mengambil resiko karena ber-musyarakah atau ber-

mudharabah, maka Islam sangat menganjurkan untuk melakukan Qard yaitu

meminjamkannya tanpa imbalan apapun karena meminjamkan uang untuk memperoleh

imbalan adalah riba.

Motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money

demand for transaction), bukan untuk spekulasi. Islam juga sangat menganjurkan

penggunaan uang dalam pertukaran, karena Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah

satu bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (bai' al muqayyadah), di mana barang

saling dipertukarkan. Rasulullah Saw juga menyadari akan kesulitan-kesulitan dan kelemahan

- kelemahan akan sistem pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem

pertukaran melalui uang, oleh karena itu beliau menekankan kepada para sahabat untuk

menggunakan uang dalam transaksi-transaksi mereka.

Islam juga tidak mengenal konsep time value of money, tetapi Islam mengenal konsep

economic value of time yang artinya bahwa yang bernilai adalah waktunya itu sendiri. Islam

memperbolehkan pendapatan harga tangguh bayar lebih tinggi dari pada bayar tunai. Yang

lebih menarik adalah dibolehkannya penetapan harga tangguh yang lebih tinggi itu sama

sekali bukan disebabkan time value of money, namun karena semata-mata karena ditahannya

aksi penjualan barang.

Berkat perjuangan panjang yang tak kenal lelah, kehadiran lembaga keuangan

berasaskan syariah Islam mulai mendapatkan tempat di Indonesia sejak sekitar awal tahun

Page 4: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

1990an. Lebih jauh dari itu, perkembangan selanjutnya, secara kelembagaan terjadi variasi

yang disebabkan oleh adanya hambatan ketentuan yuridis formal, sementara gairah dan usaha

mengembangkan ekonomi syariah terutama di kalangan bawah cukup tinggi, maka lahirlah

variasi baru yang lazim dikenal dengan Baitul Maal wa at-Tamwil atau biasa disingkat

dengan BMT.

Terjadinya pertumbuhan kuantitas yang relatif cepat dalam lembaga keuangan Islam

yang berbentuk BMT tidak diimbangi dengan bukti nyata yang mengindikasikan bahwa

jumlah tersebut memang riil, dalam artian bahwa semua BMT yang tercatat tersebut berjalan

dengan baik dan lancar. Sebaliknya justru ada kesan bahwa sebagian besar BMT tersebut

tidak jelas eksistensinya, apalagi kemajuannya.

Keberadaan perbankan syariah di tengah-tengah aktivitas perekonomian sebagai

alternatif dari perbankan konvensional merupakan suatu hal yang cukup positif. Masyarakat

muslim telah mendapatkan solusi atas permasalahan yang terkait dengan fatwa MUI tentang

pengharaman bunga bank. Perbankan syariah juga menjanjikan suatu sistem operasional yang

lebih adil khususnya yang ada pada sistem profit loss sharing (bagi hasil) seperti yang ada

pada sistem Mudharabah dan sistem Musyarakah. Namun di dalam perjalanannya produk

pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah ini masih ter-marginalkan (tersisihkan), dan yang

muncul ke permukaan adalah produk jual beli ‘mark up’ seperti murabahah yang tentunya

masih dikhawatirkan publik sebagai upaya yang belum maksimal yang dijalankan oleh

perbankan syariah.

Pembiayaan murabahah sampai saat ini masih merupakan pembiayaan yang dominan

bagi perbankan syari'ah di dunia, tetapi banyak kritikan dilontarkan pada bank syari'ah dalam

masalah penetapan margin keuntungan. Hal ini dikarenakan produk pembiayaan murabahah

merupakan produk yang mirip dengan produk pembiayaan kredit berbunga flat pada bank

Page 5: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

konvensional.(www.adln.lib.unair.ac.id)

Akad murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga pokok dengan

tambahan keuntungan yang disepakati, akibat transaksi jual beli murabahah menyebabkan

timbulnya piutang murabahah. Karena adanya penangguhan pembayaran ini menimbulkan

kesan bahwa pembiayaan murabahah tidak berbeda dengan pemberian kredit berbunga oleh

bank konvensional. Di dalam debt financing (pembiayaan hutang) bank konvensional ada

beberapa unsur seperti adanya pre fixed interest (bunga) yang ditetapkan di awal

peminjaman, bunga tersebut muncul akibat dari penundaan pembayaran dan wujudnya

spekulasi. Kalau dalam konvensional ada pre-fixed interest, maka di dalam murabahah ada

pre-fixed profit (suatu penetapan tambahan), dan penambahan itu juga disebabkan karena

adanya unsur penundaan pembayaran. Unsur spekulasi terhadap perubahan base landing rate

(suku bunga) telah dihilangkan dengan memakai fixed rate (nilai mark up yang tetap).

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat betapa pentingnya suatu proses penetapan

profit margin pada produk murabahah bank syariah, maka dirasa perlu penulis mengadakan

penelitian dengan mengambil judul ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penetapan Profit Margin pada Produk Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus pada

Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syariah Malang dan BMT Ahmad Yani

Malang)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Apakah faktor Cost of Fund, Overhead Cost dan Risk Cost berpengaruh terhadap

penetapan profit margin produk pembiayaan murabahah pada Koperasi Agro Niaga

Indonesia (KANINDO) Syariah dan BMT Ahmad Yani Malang?

Page 6: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

2. Di antara ketiga faktor di atas, manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap

penetapan profit margin produk pembiayaan murabahah pada Koperasi Agro Niaga

Indonesia (KANINDO) Syariah dan BMT Ahmad Yani Malang?

C. Batasan Penelitian

Penelitian diharapkan tetap dalam lingkup pembahasan dan analisis yang dilakukan

jelas, oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup dan pembahasan dalam

penelitian. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang dianalisis dibatasi pada data laporan keuangan tahun 2005

sampai 2007.

2. Aspek yang dianalisis meliputi Cost of Fund, Overhead Cost, dan Risk Cost.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan profit margin

produk pembiayaan murabahah pada Koperasi Agro Niaga Indonesia

(KANINDO) Syariah dan BMT Ahmad Yani Malang

b. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam penetapan profit

margin produk pembiayaan murabahah pada Koperasi Agro Niaga Indonesia

(KANINDO) Syariah dan BMT Ahmad Yani Malang

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam

mengambil keputusan terkait dengan produk pembiayaan murabahah di masa

yang akan datang.

Page 7: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

b. Bagi nasabah dan calon nasabah

Bagi nasabah berguna untuk mengetahui lebih jauh bagaimana operasional

lembga keuangan syariah dalam menetapkan profit margin pada produk

pembiayaan murabahah-nya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi, tambahan wawasan serta pengetahuan dalam penelitian

selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diambil dari thesis yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat

Indonesia) “ oleh Adi Nugroho. Berdasarkan dari analisis hasil penelitian dan

pembahasan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor biaya

overhead, dan bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) secara signifikan mempengaruhi

margin murabahah, sedangkan volume pembiayaan murabahah dan profit target tidak

berpengaruh terhadap margin pembiayaan murabahah walaupun terdapat korelasi.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama mengangkat topik tentang

penetapan profit margin pada produk pembiayaan murabahah. Perbedaan penelitian

yang sekarang dengan penelitian yang terdahulu terletak pada objek penelitian, jika

peneliti terdahulu pada Bank Muamalat Indonesia, objek peneliti sekarang adalah

Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syariah dan Baitul Maal wa Tamwil

(BMT) Ahmad Yani, serta faktor yang diteliti pada penelitian sekarang yaitu cost of

fund,biaya overhead, dan risk cost sedangkan penelitian terdahulu faktor yang diteliti

adalah biaya overhead, volume pembiayaan murabahah, profit target dan bagi hasil

dana pihak ketiga.

Page 8: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

2. Landasan Teori

a. Baitul Maal wat Tamwil

Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah sebuah lembaga keuangan yang berbadan

hukum koperasi simpan pinjam. Di Indonesia lembaga ini belakangan populer seiring

dengan semangat umat Islam untuk mencari model ekonomi alternatif pasca krisis

ekonomi tahun 1997. Kemunculan BMT merupakan usaha sadar untuk

memberdayakan ekonomi masyarakat. Konsep ini mengacu pada definisi baitul maal

pada masa kejayaan Islam, terutama pada masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M).

Dalam bahasa Arab “bait” berarti rumah, dan "maal" yang berarti harta: rumah untuk

mengumpulkan atau menyimpan harta. Waktu itu dikenal istilah “diwan” yakni

tempat atau kantor yang digunakan oleh para penulis katakanlah sekretaris baitul mal

untuk bekerja dan menyimpan arsip-arsip keuangan.

Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan perdagangan, konsep

baitul mal yang sederhana itu pun berubah, tidak sebatas menerima dan menyalurkan

harta tetapi juga mengelolanya secara lebih produktif untuk memberdayakan

perekonomian masyarakat. Penerimaannya juga tidak terbatas pada zakat, infak dan

shodaqoh, juga tidak mungkin lagi dari berbagai bentuk harta yang diperoleh dari

peperangan. Lagi pula peran pemberdayaan perekonomian tidak hanya dikerjakan

oleh negara. Beberapa organisasi, intansi atau perorangan yang menaruh perhatian

pada sejarah Islam kemudian mengambil konsep baitul mal ini dan memperluasnya

dengan menambah ”baitut tamwil” yang berarti rumah untuk menguangkan uang.

Menjadilah baitul mal wat tamwil (BMT).

b. Bank Syariah

Bank Islam atau dikenal sebagai bank syariah mulai lahir dan dikenal dikalangan

masyarakat Indonesia sekitar tahun 1990-an, yaitu setelah adanya Peraturan

Page 9: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

Pemerintah No.72 Tahun 1992, yang kemudian dipertegas dengan Undang-Undang

No.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang No.7 Tahun

1992 tentang Perbankan, pasal 1 ayat 3, disebutkan bahwa, “Bank Umum adalah

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.”

Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan,

terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer

yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan

pokok antara perbankan Syariah dengan perbankan konvensional adalah adanya

larangan riba(bunga) bagi perbankan syariah. Dengan kata lain, perbedaan pokoknya

menyangkut kontraprestasi yang diberikan oleh kedua belah pihak (pihak bank dan

nasabah).

c. Prinsip Operasional Bank Syariah

Secara garis besar, menurut Muhammad (2002:84) hubungan ekonomi berdasarkan

syariah Islam tersebut ditentukan oleh hubungan akad yang terdiri dari lima konsep

dasar akad.

1) Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)

Merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank Islam untuk memberikan

kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam

bentuk al-Wadi’ah. Fasilitas al-Wadi’ah biasa diberikan untuk tujuan investasi

guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. Dalam

dunia perbankan konvensional al-Wadia’ah identik dengan giro.

2) Bagi Hasil (Syirkah)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha

Page 10: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat

terjadi antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang

berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh lagi,

prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar untuk produk pendanaan

(tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih

banyak untuk pembiayaan.

3) Prinsip Jual-Beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, di mana

bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat

nasabah sebagai agen bank yang melakukan pembelian barang atas nama bank,

kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah

harga beli ditambah keuntungan (margin).

4) Prinsip Sewa (al-Ijarah)

Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni,

seperti halnya pennyewaan traktor dan alat-alat produksi lainnya (operating

lease). Dalam teknis perbankan, Bank dapat membeli dahulu equipment yang

dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu yang telah disepakati

kepada nasabah. (2) Baiat takjiri atau Ijarah at muntahiya bit tamlik merupakan

penggabungan sewa dan beli, di mana si penyewa mempunyai hak untuk

mmemiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease).

5) Prinsip Jasa (al-Ajr walumullah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring,

Inkaso, Jasa Transfer, dll. Secara syariah prinsip ini didasarkan pada konsep al

ajr walumullah.

Page 11: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

d. Penghimpunan Dana Bank Syariah

1) Titipan

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah

dengan menggunakan prinsip titipan (Syafi’i, 2001:148). Adapun akad yang

sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Al-wadi’ah merupakan titipan murni

yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.

Secara umum terdapat dua jenis wadi’ah : wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah

yad adh-dhamanah.

a) Wadi’ah Yad al-Amanah (Trustee Depository)

Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

i) Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan

digunakan oleh penerima titipan.

ii) Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas

dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh

memanfaatkannya.

iii) Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk

membebankan biaya kepada yang menitipkan.

iv) Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan

oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan unuk jenis

ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box.

b) Wadi’ah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository)

Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik berikut ini :

i) Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh

yang menerima titipan.

ii) Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu

Page 12: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan

bagi penerima titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si

penitip.

iii) Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan tabungan.

iv) Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung

berdasarkan persentase yang telah ditetapkan. Adapun pada bank syariah,

pemberian bonus (semacam jasa giro) tidak boleh disebutkan dalam

kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar pemberian

sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank.

v) Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen

bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah

titipan.

vi) Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi’ah karena pada

prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa diambil

setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak dapat ditarik dengan cek atau

alat lain yang dipersamakan.

2) Investasi

Menurut Syafi’i (2001:150) prinsip lain yang digunakan dalam penghimpunan

dana yang dilakukan oleh bank syariah adalah prinsip investasi. Akad yang sesuai

dengan prinsip ini adalah akad mudharabah. Tujuan dari mudharabah adalah

kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib)

dalam hal ini adalah pihak bank.

Secara garis besar, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:

a) Mudharabah Muthlaqah (General Investment) yang memiliki karakteristik:

i) Shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan (restriction) atas dana

Page 13: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

yang diinvestasikannya. Mudharib diberi wewenang penuh untuk

mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan

jenis pelayanannya.

ii) Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini ialah time deposit biasa

b) Mudharabah Muqayyadah, memiliki karakteristik:

i) Shahibul maal memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya.

Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan yang

diberikan oleh shahibul maal. Misalnya, hanya untuk jenis usaha tertentu

saja, waktu tertentu, dan lain-lain.

ii) Aplikasi perbankan yangg sesuai dengan akad ini ialah special investment.

e. Pembiayaan Bank Syariah

Menurut Dahlan (2005:423) bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan

Bank Syariah dalam melaksanakan operasinya secara garis besar dapat dibedakan ke

dalam empat kelompok, yaitu:

1) Prisinp Jual Beli (Bai’)

Dalam penerapan prinsip syariah terdapat tiga jenis prinsip jual beli (bai’) yang

banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan modal

kerja dan produksi, yaitu sebagai berikut:

a) Bai’ al Murabahah

Bai’ al-murabahah pada dasarnya adalah transaksi jual beli barang dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan barang

oleh nasabahnya, bank membeli barang dari supplier sesuai dengan spesifikasi

barang yang dipesan atau dibutuhkan nasabah, kemudian bank menjual

kembali barang tersebut kepada nasabah dengan memperoleh marjin

keuntungan yang disepakati. Nasabah sebagai pembeli dalam hal ini dapat

Page 14: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

memilih jenis transaksi tunai, cicilan, atau tangguhan. Umumnya, nasabah

memilih metode pembayaran secara cicilan.

b) Bai’ as-Salam

Bai’ as-salam adalah pembelian suatu barang yang penyerahannya (delivery)

dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilaksanakan di muka

secara tunai. Bai’ as-salam dalam perbankan biasanya diaplikasikan pada

pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau hasil pertanian

atau industri lainnya. Barang yang dibeli harus diketahui secara jelas jenis,

macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang disepakati harus

dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.

c) Bai’ al-Istishna

Bai’ al-istishna pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli

dan pembuat barang dengan pembayaran di muka, baik dilakukan dengan cara

tunai, cicilan, atau ditangguhkan. Prinsip bai’ al-istishna ini menyerupai bai’

as-salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan dimuka,

dicicil atau ditangguhkan. Sementara dalam bai’ as-salam dilakukan secara

tunai.

2) Prinsip Bagi Hasil

Prinsip kedua dalam penyaluran dana adalah prinsip Bagi Hasil. Bagi hasil atau

profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah terdiri dari al-

Mudharabah dan al-Musyarakah.

a) Al-Mudharabah

Al-mudharabah sebagai suatu perjanjian kerja sama antara dua pihak di mana

pihak pertama (pemilik modal atau shahibul maal) menyediakan seluruh

kebutuhan modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).

Page 15: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

Prinsip al-mudharabah dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu al-

mudharabah muthlaqah dan al-mudharabah muqayyadah.

i) Al-Mudharabah Muthlaqah

Al-mudharabah muthlaqah merupakan bentuk mudharabah antara

shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib, di mana shahibul maal

memberikan hak atau kekuasaan yang sangat besar kepada mudharib untuk

melakukan bisnis.

ii) Al-Mudharabah Muqayyadah

Jenis al-mudharabah muqayyadah ini sangat berbeda dengan al-

mudharabah muthlaqah. Sifat kontrak kerjasama antara shahibul maal dan

mudharib memberikan batasan kepada mudharib dalam melaksanakan

bisnisnya misalnya pembatasan mengenai segmen usaha atau lokasi usaha

yang boleh dilaksanakan dan lain sebagainya, yang diatur dalam akad

perjanjian kerja sama.

iii) Al-Musyarakah

Al-Musyarakah secara singkat namun jelas yaitu akad kerja sama antara dua

pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

3) Prinsip Sewa Menyewa

a) Al-Ijarah

Al-ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu

barang atau jasa dengan membayar sewa untuk jangka waktu tertentu tanpa

diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Bank Indonesia

mendefinisikan ijarah sebagai perjanjian sewa menyewa suatu baranag dalam

Page 16: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

kurun waktu tertentu melalui pembayarann sewa.

b) Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-tamlik

Ijarah Muntahiya Bit-tamlik adalah akad atau perjanjian yang merupakan

kombinasi antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang

Antara bank dengan nasabah di mana nasabah (penyewa) diberi hak untuk

membeli obyek sewa pada akhir akad.

4) Prisip Pinjam Meminjam Berdasarkan Al-Qardh

Prinsip keempat dalam penyaluran dana Bank Syariah yaitu prinsip pinjam

meminjam berdasarkan qardh. Bank Indonesia mendefinisikan Al-Qardh sebagai

penyediaan dana atau tagihan antara Bank Syariah dengan pihak peminjam yang

mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan

dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, qardh berarti meminjamkan tanpa

mengharapkan imbalan.

f. Penyaluran Jasa Bank Syariah

Menurut Syafi’i (2003:120) penyaluran jasa bank syariah dibagi menjadi:

1) Al-Wakalah

Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian

mandat. Al-wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang

lain dalam hal-hal yang diwakilkan.

2) Al-Kafalah

Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada

pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab

seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain

sebagai penjamin.

Page 17: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

3) Al-Hawalah

Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepad orang lain

yang wajib menanggungnya.

4) Ar-Rahn

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn

adalah semacam jaminan utang atau gadai.

5) Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau

diminta kembali, dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan.

g. Pembiayaan Murabahah

1) Pengertian Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah merupakan bentuk pembiayaan berprinsip jual beli yang

pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan (margin) tertentu yang

ditambahkan diatas biaya perolehan, di mana pelunasannya dapat dilakukan

secara tunai maupun angsuran (Yumanita, 2005:27).

Murabahah adalah suatu pembiayaan dengan akad jual beli barang pada harga

asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dimana penjual harus

memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat

keuntungan sebagai tambahannya (Antonio, 2004:101).

Bank-bank Islam mengambil murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka

pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun klien tersebut mungkin

tidak memiliki uang tunai untuk membayar. Murabahah, sebagaimana digunakan

dalam perbankan Islam, ditemukan terutama berdasarkan dua unsur, yaitu yang

Page 18: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

pertama adalah harga beli dan biaya yang terkait, dan yang kedua adalah

kesepakatan berdasarkan mark-up (keuntungan) (Saeed, 2003:138).

Adapun kelebihan kontrak murabahah (pembayaran yang ditunda) menurut

Saeed (2003:139) adalah sebagai berikut :

a) Pembeli mengetahui semua biaya yang semestinya, serta mengetahui harga

pokok barang dan keuntungan (mark-up) yang diartikan sebagai prosentase

harga keseluruhan dan ditambah biaya-biayanya.

b) Subyek penjualan adalah barang atau komoditas.

c) Subyek penjualan hendaknya memiliki penjual dan dimiliki olehnyadan ia

hendaknya mampu mengirimkannya kepada pembeli

d) Pembayaran yang ditunda

Bank-bank Islam pada umumnya menggunakan murabahah sebagai metode

utama pembiayaan, yang merupakan hampir tujuh puluh lima persen dari asetnya.

Beberapa alasan diberikan popularitas murabahah dalam pelaksanaan investasi

perbankan Islam di antaranya :

a) Murabahah adalah mekanisme penanaman modal jangka pendek jika

dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah atau musyarakah

b) Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan dengan cara menjamin bahwa bank

mampu mengembalikan dibandingkan dengan bank-bank yang beroperasi

dengan system bunga, di mana bank-bank Islam sangat kompetitif.

c) Murabahah menghindari ketidakpastian yang dilekatkan dengan perolehan usaha

berdasarkan system profit and loss sharing.

d) Murabahah tidak mengijinkan bank Islam untuk turut campur dalam manajemen

bisnis karena bank bukanlah partner dengan klien tetapi hubungan mereka adalah

hubungan keditur dengan debitur.

Page 19: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

3c. Kirim Barang2. Beli Barang Tunai

Negosiasi dan Persyaratan

3a. Akad Murabahah

BANK3b. Serah Terima Barang

NASABAH

4. Bayar Kewajiban

SUPLIER PENJUAL

Gambar 2

Proses Pembiayaan Murabahah

Sumber : Yumanita (2005:28)

Pembiayaan murabahah merupakan salah satu jenis pembiayaan yang terdapat

pada perbankan syariah yang mempunyai beberapa syarat, antara lain:

a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

c) Kontrak harus bebas dari riba.

d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang

sesudah pembelian.

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,

misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), dan (e) tidak dipenuhi, pembeli

memiliki pilihan :

a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.

b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang

Page 20: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

dijual.

c) Membatalkan kontrak.

Sedangkan ketentuan umum murabahah dalam perbankan syariah dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.59:

a) Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam

murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah

ada pemesanan dari nasabah.

a) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat

nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan

mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila aktiva

murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan

mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka

penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan

mengurangi nilai akad.

a) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu,

dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk

cara pembayaran yang berbeda.

a) Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah:

i) mempercepat pembayaran cicilan; atau

ii) melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.

b) Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli

harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok maka

potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah

akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang

dimuat dalam akad.

Page 21: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

c) Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah,

antara lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank.

d) Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada

saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat. Urbun menjadi bagian

pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi

apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi

dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari

kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah.

e) Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang

diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan

bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu

yang menunda pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir

yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya

denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari

denda diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).

Transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat dan resiko yang harus

diantisipasi sesuai dengan sifat bisnisnya (tijarah). Salah satu manfaatnya

adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan

harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem pembiayaan murabahah sangatlah

sederhana, di mana hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di

bank syariah.

h. Penetapan Harga dan Profit Margin

Harga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan memegang peranan penting

dalam menetapkan profit margin pembiayaan murabahah pada perbankan

syari’ah. Karena Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan

Page 22: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh

penjual dan pembeli. Sehingga tingkat margin keuntungan yang ditetapkan

perusahaan akan berpengaruh pada harga sebuah produk yang ditawarkan kepada

nasabah.

1) Metode-metode Penentuan Harga Jual dan Profit Margin

Menurut Muhammad, ada beberapa metode penentuan profit margin yang dapat

diterapkan dalam pembiayaan di bank syariah di antaranya:

a) Penerapan Mark-up Pricing untuk Pembiayaan Syariah

Jika bank syariah hendak menerapkan metode mark-up pricing, metode ini hanya

tepat jika digunakan untuk pembiayaan yang sumber dananya dari Restricted

Investment Account (RIA) atau Mudharabah Muqayyadah sebab akad

mudharabah muqayyadah adalah akad di mana pemilik dana menuntut adanya

kepastian hasil dari modal yang diinvestasikan. Oleh karena itu, pola yang

diterapkan dengan memperhatikan:

i) Historical Average Cost jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan

dengan on balance sheet

ii) Marginal Cost of Fund jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan

dengan off balance sheet.

iii) Pooled Marginal Cost of Fund jika dana mudharabah muqayyadah

dilakukan dengan on balance sheet.

iv) Weighted Average Projected Cost jika dana mudharabah muqayyadah

dilakukan dengan on balance sheet

b) Penerapan Target Return Pricing untuk Pembiayaan Syariah

Bank syariah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga. Mekanisme

Page 23: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

operasional dalam memperoleh pendapatan dapat dihasilkan berdasarkan

klasifikasi akad, yaitu akad yang menghasilkan keuntungan secara pasti, disebut

natural certainty contract, dan akad yang menghasilkan keuntungan yang tidak

pasti, disebut natural uncertainty contract.

Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract, maka metode

yang digunakan adalah required profit rate (rpr):

r p r = n.v

di mana n: tingkat keuntungan dalam transaksi tunai

v: jumlah transaksi dalam satu periode

Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract, maka

metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr)

epr diperoleh berdasarkan:

i) Tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis

ii) Pertumbuhan ekonomi

iii) Dihitung dari nilai rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan

Perhitungannya:

Nisbah bank = e p r / expected return bisnis yang dibiayai*100%

Actual return bank = nisbah bank + actual return bisnis

2) Penetapan Margin Keuntungan Bank Syariah

Bank syariah menerapkan margin keuntungan terhadap produk-produk pembiayaan

yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis yang

memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount), maupun waktu

Page 24: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

(timing), seperti pembiayaan murabahah, ijarah, salam dan istishna’. Referensi

margin keuntungan pada bank syari’ah adalah margin keuntungan yang ditetapkan

dalam rapat ALCO Bank Syari’ah.

Asset/ Liability Management Committee (ALCO). Organisasi dari fungsi ALCO di

bank yang kecil dapat terdiri dari Direktur Utama dan beberapa manajer kunci yang

aktif dalam keputusan-keputusan kredit, investasi dan pasar uang. Di dalam bank yang

lebih besar, ALCO dapat terdiri dari para manajer pos-pos utama dari neraca, Direktur

Utama, Kepala Bagian Keuangan dan Akunting, Kepala Divisi Kredit, Manajer

Investasi, Kepala Bagian Deposit dan fungsi liabilitas, ekonom dan supervisi

kebijakan kredit. Tanggung jawab ALCO biasanya meliputi pemberian arahan umum

mengenai penguasaan dan pengalokasian dana-dana untuk memaksimumkan

pendapatan, dan memastikan permintaan dan sumber dana.

Dengan demikian ALCO mempunyai akses kepada liabilitas dan strategi pricing atas

pinjaman, membangun praktek penguasaan dana-dana dan pilihan untuk

pengalokasian pinjaman, memantau spread, distribusi asset/ liabilitas, jangka waktu,

bagaimana dealing dengan secondary reserve untuk kegiatan Pasar Uang, me-review

variasi anggaran, dan yang paling penting adalah menyusun action plan berdasarkan

sebab-sebab terjadinya variasi. Secara umum, tanggung jawab ALCO adalah

mengelola posisi dan alokasi dana-dana bank agar tersedia likuiditas yang cukup,

memaksimalkan profitabilitas dan meminimalkan resiko. Penetapan margin

keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari Tim ALCO

Bank Syari’ah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a) Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)

Yang dimaksudkan dengan Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah

Page 25: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syari’ah, atau tingkat margin

keuntungan rata-rata beberapa bank syari’ah yang ditetapkan dalam rapat ALCO

sebagai kelompok competitor langsung, atau tingkat margin keuntungan bank

syari’ah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai Competitor langsung

terdekat.

b) Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)

Yang dimaksud dengan Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat

suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga

beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok

competitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional

tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai competitor tidak langsung

yang terdekat.

c) Expected Competitive Return for Investors (ECRI)

Yang dimaksud Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target

bagi hasil competitive yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.

d) Acquiring Cost

Yang dimaksud Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang

langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

e) Overhead Cost

Yang dimaksud Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang

tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

Overhead Cost = Total biaya (di luar biaya dana x 100% . Total earningassets (total aktiva produktif)

Page 26: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

(Karim, 2004:254).

Penetapan Harga Jual Produk Pembiayaan Syariah

Setelah memperoleh referensi margin keuntungan, bank melakukan penetapan harga

jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/ harga pokok/ harga perolehan bank

dan margin keuntungan.

+ = Harga Jual

Perlu diketahui, bahwa harga jual produk pembiayaan murabahah ini tidak fixed,

tetapi bisa dinegosiasikan dengan debitur yaitu dengan melihat kemampuan dari

debitur itu sendiri.

3) Penetapan Harga Jual Murabahah yang Efisien

Bank-bank syariah pada umumnya pada telah menggunakan murabahah sebagai

model pembiayaan yang utama. Praktik pada bank syariah Indonesia, portofolio

pembiayaan murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di

Indonesia, namun juga terjadi pada bank-bank syariah, seperti di Malaysia dan

Pakistan.

Dengan penetapan margin keuntungan murabahah yang tinggi, secara tidak langsung

akan dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar daripada yang disebabkan oleh

suku bunga. Oleh karena itu, perlu dicari format atau formula yang tepat, agar nilai

DCMR

ICMR

ECRI

Acquiring Cost

Overhead Cost

Referensi Margin Keuntungan

Referensi Margin Keuntungan Harga Beli Bank

Page 27: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

penjualan dengan murabahah tidak mengacu pada sikap mengantisipasi kenaikan

suku bunga selama masa pembayaran cicilan. Karena, mengkaitkan margin

keuntungan murabahah dengan perbankan konvensional, baik di atasnya maupun

dibawahnya, tetaplah bukan cara yang baik.

Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara Rasulullah

ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan

menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk setiap

komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diingankan. Cara yang dilakukan oleh

Rasulullah ini dapat dipakai sebagi salah satu metode bank syariah dalam menetukan

harga jual produk murabahah. Dengan demikian, secara matematis harga jual barang

oleh bank kepada calon nasabah pembiayaan murabahah dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan

Cost Recovery = Proyeksi Biaya Operasi : Target Volume Pembiayaan

Margin dalam persentase = Cost Recovery + Keuntungan X 100%Harga Beli Bank

Setelah angka-angka tersebut didapat, barulah prosentase margin ini dibandingkan

dengan suku bunga. Jadi, suku bunga hanya dijadikan benchmark. Agar pembiayaan

murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil dari bunga

pinjaman. Jika masih lebih besar, maka yang harus dimainkan adalah dengan

memperkecil cost recovery dan keuntungan yang diharapkan.

Page 28: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

F. Kerangka Pikir

Di mana :

L = Profit Margin

X1 = Cost of Fund

X2 = Overhead Cost

X3 = Risk Cost

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bahwa faktor cost of fund, biaya overhead dan risk cost secara simultan berpengaruh

terhadap penetapan profit margin pada produk pembiayaan murabahah Koperasi

Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syariah dan BMT Ahmad Yani Malang

2. Bahwa faktor cost of fund dan biaya overhead berpengaruh secara dominan terhadap

penetapan profit margin pada produk pembiayaan murabahah Koperasi Agro Niaga

Indonesia (KANINDO) Syariah dan BMT Ahmad Yani Malang

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang berusaha memberikan suatu gambaran atau kondisi mengenai suatu

objek penelitian. (Kuncoro: 8)

Laporan keuangan

X1

X2

X3

L = Profit Margin

Page 29: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

2. Jenis dan Sumber Data

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun

suatu informasi (Arikunto, 2002:96). Jenis data dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer biasanya diperoleh dari survey laangan yang menggunakan

semua metode pengumpulan data original. Data ini berupa laporan keuangan

konsolidasi dan catatan-catatan lain yang mendukung. Sumber data dalam penelitian

ini adalah laporan keuangan Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syariah

dan laporan keuangan BMT Ahmad Yani Malang. Menurut Arikunto(2002:107)

yang dimaksud Sumber data adalah ” Subyek dimana data diperoleh”. Sumber data

merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam metode pengumpulan

data.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2002:135), metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa laporan

keuangan dan catatan yang mendukung lainnya.

4. Definisi Operasional Variabel

Variabel yaitu objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Tujuan dari definisi

operasional adalah penjelasan tentang variabel yang digunakan dalam analisis

penelitian ini.

a. Profit Margin adalah selisih antara harga jual bank dengan harga beli. Menurut

Muhammad, margin dalam persentase diperoleh dari : cost recovery ditambah

dengan keuntungan dibagi harga beli bank dikalikan 100%.

Page 30: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

Margin = Cost Recovery + Keuntungan x 100%

Harga beli bank

b. Cost of Fund adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk memberi

imbalan kepada nasabah (bagi hasil yang diberikan oleh bank). Cost of fund

dihitung dengan cara mengalikan equivalent rate yang berlaku dengan reserve

ratio yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.

Rumus Cost of Fund = x Equivalentrate

c. Overhead Cost adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam

rangka proses penghinpunan dana tersebut.

Overhead Cost = Jumlah biaya overhead X 100%

Jumlah Aktiva Produktif

d. Risk Cost

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia PBI No. 5/ 9/ PBI/ 2003 mengenai

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produkti f(PPAP) bagi bank syari’ah tanggal 19

Mei 2003 adalah sebagai berikut:

1) Cadangan Umum

1 % dari seluruh aktiva produktif yang lancar, tidak termasuk sertifikat

wadi’ah Bank Indonesia dan surat hutang pemerintah.

2) 5 % dalam perhatian khusus

15 % kurang lancar

50% diragukan, dan

100% macet.

Page 31: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

3) Khusus untuk piutang Ijarah ditetapkan sebesar 50% dari masing-masing

kewajiban pembentukan penyisihan penghapusan.

5. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik regresi

berganda, yang merupakan perluasan dari regresi linear sederhana yaitu dengan

menambah jumlah variabel bebas. Menurut Umar (2003:174) secara fungsional,

model regresi berganda dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana, Y: Profit Margin

X1: Cost of Fund

X2: Overhead Cost

X3: Risk Cost

b1…b3: Koefisien Regresi dari variabel Independent atau X1…X3

e: Standar error persamaan regresi

a. Estimasi Koefisien Regresi

Untuk mencari koefisien regresi masing-masing variabel dapat dilakukan denga

persamaan:

b0 + b1∑ X1 + b2∑ X2 =∑ y

b0∑X1 + b1∑ X21 + b2∑ X1X2 =∑ X1 y

b0∑X2 + b1∑X1X2 + b2∑X22 =∑ X2 y

b. Standar Error Estimasi

Untuk mengukur penyimpangan dari data dapat dilakukan dengan jalan menghitung

standar error estimasi dengan rumus:

Sy x1 x2 = √ ∑( y – yc )2 n – k

Page 32: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

di mana:

Sy x1 x2 : standar error estimasi

y : nilai data y

yc : nilai y estimasi

n – k : derajat bebas

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yakni suatu nilai yang menggambarkan total variasi dari y

(variabel terikat) dari suatu persamaan regresi. Nilai koefisien determinasi yang besar

menunjukkan bahwa regresi tersebut mampu dijelaskan secara besar pula. Nilai

koefisien determinasi ( R2 ) dalam regresi ganda dapat diperoleh dengan formulasi

sebagai berikut: ( ∑ y )2

R2 = b0 ∑ y + b1 ∑x1 y + b2 ∑ x2 y - n

∑ y2 - ( ∑ y )2

n

d. Asumsi Klasik Ordinary Least Square (OLS) dalam Regresi Ganda

1) Multicollinierity menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang

sempurna. Dalam pendugaan atau estimasi dengan OLS, asumsi ini harus

terpenuhi, bila tidak terpenuhi knsekuensi yang akan diperoleh adalah:

a) koefisien regresi dari variabel bebas (X) tidak bias diestimasi.

b) rentang dari tingkat keyakinan menjadi semakin lebar, sehingga probabilitas

menerima hipotesa padahal hipotesa itu salah semakin besar

c) tidak mungkin dapat dipisahkan antar variable jika antar variabel tersebut

saling berhubungan

Page 33: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

2) Otokorelasi

Dalam model regresi klasik mensyaratkan tidak ada otokorelasi antara ei dan ej.

Jika terjadi otokorelasi maka konsekuensinya adalah estimator tidak efisien,

oleh karena itu interval keyakinan menjadi lebar. Konsekuensi lain jika

otokorelasi dibiarkan maka varian pengganggu menjadi underestimate, yang

pada akhirnya penggunaan uji t dan uji F tidak bias digunakan lagi.

3) Heteroskedastisitas

Asumsi lain yang penting dari model regresi linear klasik adalah kesalahan

pengganggu mempunyai varian sama untuk semua pengamatan. Jika asumsi ini

tidak terpenuhi maka sekalipu sampel diperbesar, standar error tidak lagi

minimum, sehingga estimasi OLS tidak lagi efisien dan pada akhirnya akan

menimbulkan kesimpulan yang tidak tepat.

e. Uji Hipotesis

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya,

disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah di mana H0

diterima.

1) Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji apakah semua

parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0: b1 = b2 = … = bk = 0

Page 34: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak

semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

Ha: b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik F. Nilai statistik F

dihitung dari formula sebagai berikut:

F = MSR = SSR / k

MSE SSE / (n-k)

Di mana SSR = sum of square due to regression = ∑ (Ŷi – y )2 ;

SSE = sum of square error = ∑ (Yi – Ŷi)2 ;

n = jumlah observasi;

k = jumlah parameter (termasuk intersep) dalam model

MSR = mean square due to regression;

MSE = mean of square due to error.

2) Uji t (t-test)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter sama

dengan nol, atau:

H0 : b1 = 0

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter

suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

Page 35: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

Ha : b1 ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen.

Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik t. statistik t dihitung dari

formula sebagai berikut:

t = (b1 – 0 ) / S = b1 / S

di mana S = standar deviasi, yang dihitung dari akar varians. Varians

(variance), atau S2 diperoleh dari SSE dibagi dengan jumlah derajat kebebasan

(degree of freedom). Dengan kata lain:

S2 = SSE

n - k

di mana n = jumlah observasi

k = jumlah parameter dalam model, termasuk intersep

Page 36: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

Daftar Pustaka

Antonie, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah. Jakarta: Gema Insani Press

Antonio, Syafi’i dan kawan. 2003. Bank Syariah. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Yogyakarta: Ekonisia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asnawi, Said Kelana. 2005. Riset Keuangan: Pengujian-pengujian Empiris. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gozali, Ahmad. 2005. Serba-serbi Kredit Syariah. Jangan Ada Bunga diantara Kita. Jakarta: PT. Elex Komputindo.

Husein, Umar.

Ikatan Akuntan Indonesia. 1996. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Karim, Adiwarman, ir, S.E., M.B.A., M.A.E.P. 2004. Bank Islam : Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo.

Kotler, Philip. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid I. Alih Bahasa: Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis. Jakarta: Erlangga.

Monroe, Kent B. 1992. Kebijakan harga. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Muhamad. 2000. Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press.

. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Perwataatmaja, Karnaen, dan Syafi’i Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Saeed, Abdullah. 2003. Bank Islam dan Bunga. Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: LP FE UI

Wiratmo, Masykur. 1992. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: Media Widya Mandala.

www.republika.com Mendorong Realisasi Dual Banking System. ( diakses 8 April 2008).

www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=9911 Baitul Maal wa at Tamwil. (diakses 8 Mei 2008)

http://ruzaqir.multiply.com/journal. Prinsip-prinsip Operasional Bank Islam. (diakses 8 April 2008)

Page 37: directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/revisi_proposal.doc · Web viewBagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi

http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/prinsip-prinsip-operasional-bank-islam/

Yumanita, Diana. 2005. Bank Syariah : Gambaran Umum. Jakarta : PPSK-BI.