FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...

99
1 KONSEP AL-BIRR DALAM AL-QUR'AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 177 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 ( S1) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun oleh : Ali Ihwan NIM : 3101095 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Transcript of FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...

Page 1: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

1

KONSEP AL-BIRR DALAM AL-QUR'AN SURAT

AL-BAQARAH AYAT 177 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 ( S1)

Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Disusun oleh : Ali Ihwan

NIM : 3101095

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2008

Page 2: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

2

ABSTRAK

Ali Ihwan (NIM: 3101095). “Nilai-nilai Pendidikan keimanan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177”. Skripsi. Semarang : Program strata I jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo 2008. Rumusan Masalah: 1) Bagaimana kandungan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177. 2) Bagaimana nilai-nilai pendidikan keimanan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177. Penelitian ini untuk mengetahui: 1) untuk mengetahui Kandungan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177. 2) untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan keimanan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177. Jenis penelitian ini adalah Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif degnan Fokus dan ruang lingkup penelitian kualitatif ini, yaitu tentang Nilai-nilai pendidikan Iman dalam QS Al-Baqarah ayat 177. Metode Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan library research, yaitu suatu riset kepustakaan, sedangkan metode pembahasan menggunakan 1) Metode Tahlily (analitis) yaitu suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur'an dari seluruh aspeknya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam tafsir ini, 2) Metode Komparasi yaitu membandingkan pendapat para mufassir terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang menjadi landasan dan memiliki persamaan atau kemiripan redaksi. 3) Metode Kontekstual yaitu Metode keterhubungan antara yang sentral dan yang perifier, studi secara kontekstual adalah mendudukan nash al-Qur'an dan hadits sebagai sentral, dan terapan masa lampau, kini dan mendatang sebagai perifiernya. Yang sentral adalah studi tentang ayat-ayat Qur'aniyah, dan yang perifier adalah studi tentang ayat-ayat Kauniyah (bukti-bukti dalam kehidupan manusia dan alam). Sedangkan metode analisis yang dipakai adalah metode tafsir maudhu’i yaitu jalan yang menghimpun seluruh dan sebagian ayat-ayat dari beberapa surat yang berbicara tentang topik tersebut, untuk kemudian dikaitkan satu dengan yang lainnya. Sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan Al Qur’an, maksudnya, ayat-ayat dipandang memiliki keterkaitan dengan topik yang akan dibahas dikumpulkan terlebih dahulu, selanjutnya ayat-ayat tersebut disusun sebagai rupa sehingga dihasilkan kesatuan pandangan sesuai dengan topiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Surat al-Baqarah ayat 177 ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bidang aspek sebagaimana yang sudah dibahas di atas diantaranya: aspek iman dan amal shaleh, yang kemudian dapat dijabarkan menjadi aspek aqidah, ibadah, akhlak, sosial bahkan aspek sosial politik. kendungan ayat ini menjadi tiga kelompok besar, yaitu: aspek keimanan meliputi beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, dengan meyakinan bahwa dia yang

Page 3: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

3

memberi manfaat dan menimpakan mudharat kepada seseorang. Beriman kepada Hari Akhir yaitu hari pembalasan dan perhitungan segala isi, hari kesenangan atau kecelakaan abadi. Beriman kepada Malaikat yang masing-masing memiliki tugas dari Allah. Beriman kepada Nabi, tanpa membedakan diantara mereka. Beriman kepada kitab-kitab dengan meyakini semuanya, aspek amal perbuatan (ibadah) Yang meliputi mendirikan shalat sebaik mungkin dengan memperhatikan segala syarat dan rukunnya. Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya kepada yang berhak menerimannya. Memberikan harta yang dicintainya, maksudnya memberikan harta yang ia cintai dan memberikan harta karena cinta kepada Allah dan terakhir Aspek Akhlak meliputi aspek amanah dan sabar. 2) Nilai-nilai pendidikan iman yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 177 adalah bahwa nilai-nilai keimanan seseorang yang tersebut pertama kali dalam surat Al-Baqarah ayat 117 adalah merupakan tahap awal menuju tercapainya kualitas takwa seorang muslim. Dengan keimanan yang baik akan berimbas pada kualitas amal ibadah dan akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Islam, enam rukun iman dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya kondisi mental yang sehat. Mental sehat yang dimaksud bukan terbatas pada makna kesehatan mental yang bersifat psikologis, tetapi juga meliputi seluruh dimensi manusia baik fisik, psikis maupun spiritual.. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan.

Page 4: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

4

MOTTO

ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من آمن بالله كتاب والنبيني وآتى المال على حبه ذوي القربى واليوم الآخر والملائكة وال

واليتامى والمساكني وابن السبيل والسائلني وفي الرقاب وأقام الصلاة وآتى البأساء والضراء وحني الزكاة والموفون بعهدهم إذا عاهدوا والصابرين في

)177: البقر ة (البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) hanba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imanya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al Baqarah: 177) 1

2

1 Soenarjo, dkk., al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1989),

hlm. 43 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro,

2003)

Page 5: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

5

Page 6: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama dari sudut

pandangan masyarakat, dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi

pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi

tua ke generasi muda agar hidup masyarakat berkelanjutan. Atau dengan kata

lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari

generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara.

Sedang bila dilihat dari kaca mata individu pendidikan berarti pengembangan

potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan

dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak nampak.

Ia masih berada di dasar laut. Ia perlu dipancing dan digali supaya menjadi

makanan dan perhiasan bagi manusia.1

Manusia yang diciptakan sempurna dalam kehidupannya selalu

dihadapkan pada berbagai permasalahan. Dan tiada manusia yang hidup di

dunia ini yang lepas dari permasalahan tersebut. Manusia yang

memperhatikan hidup secara sungguh-sungguh akan menemukan bahwa

dirinya berhadapan dengan masalah yang sangat asasi, yaitu tentang dirinya,

tentang alam dan tentang Tuhan.2

Dalam undang-undang RI No 20 Tahun 2003 pasal 3 di sebutkan

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,

1Hasan Langgulung, Asas – asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al – Husna, 1992),

hlm. 3. 2Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, Cet. IV, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 276.

Page 7: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

2

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3

Persoalan besar yang muncul di tengah-tengah umat manusia sekarang

ini adalah keringnya aspek rohani. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

yang didominasi rasionalisme, empirisme, dan positivisme, ternyata membawa

manusia kepada kehidupan modern yang bermental sekularis. Mereka menjadi

terasingkan dari aspek spiritual yang merupakan kebutuhan rohaninya. Oleh

karena itu keadaan kehidupan manusia modern tersebut,

Untuk itu perlu di tanamkan keimanan kepada seseorang upaya mereka

dapat menjalani kehidupan ini dengan baik, terutama bagi anak yang sedang

dalam proses pembelajaran perlu sekali di tanamkan nilai-nilai ketauhidan

agar mereka tetap berjalan dan menghadapi kehidupan ini sesuai dengan

tuntutan agama

Iman adalah prinsip dasar agama Islam yang tidak boleh dicampur

dengan keraguan. Iman merupakan landasan bagi pelaksanaan perbuatan

manusia yang baik. Perbuatan yang didasari oleh iman dan dijiwai oleh

syari’at Islam akan menimbulkan perbuatan yang terarah, terencana dan

terkendali, sehingga terjaga dari perbuatan yang merugikan dirinya sendiri

maupun orang lain. Firman Allah Swt. dalam surat As-Shaf ayat 2-3.

كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما لا .يا أيها الذين آمنوا لم تقولون ما لا تفعلون )3- 2: الصف (تفعلون

“Hai orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”4

Ada beberapa hal yang dilakukan untuk membuktikan keimanan

seseorang:

1. Membenarkan yang ditetapkan dalam hati berdasarkan ilmu

3 Undang-undang RI No 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

(Semarang: Aneka Ilmu, 2002), hlm. 2. 4 Soenarjo dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro,

2003), hlm. 928

Page 8: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

3

2. Beramal di dalam hati dengan cara berdzikir dan bertafakur, terutama

memahami akan ayat-ayat kauniyah dan qur’aniyah yang mengandung

janji dan ancamannya.

3. Mengucapkan melalui lidah dengan cara banyak berdzikir, mengucapkan

kebenaran, berdakwah dijalan Allah memerintahkan kebaikan, melarang

kemungkaran belajar dan mengajar ilmu, berwasiat dengan kebenaran dan

sabar

4. Beramal melalui badan dengan cara melaksanakan rukun islam jihad

dijalan Allah melalui harta dan jiwa.5

Dari pengertian iman di atas, maka yang dimaksud pendidikan iman

ialah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, membiasakannya sejak mulai

paham melaksanakan rukun Islam, dan mengajarinya sejak mumayyis dasar-

dasar syariat Islam yang agung.

Yang dimaksud dengan dasar-dasar iman ialah setiap hakikat

keimanan dan persoalan gaib yang secara mantap datang melalui berita yang

benar dan yang dimaksud dengan dasar-dasar iman ialah setiap hakikat

keimanan dan persoalannya gaib yang secara mantap datang melalui berita

yang benar dan yang dimaksud rukun Islam adalah setiap ibadah yang

berhubungan dengan sistem Rabbani dan ajaran-ajaran Islam.

Dengan demikian tugas dan kewajiban pendidik ialah

menumbuhbesarkan seorang anak sejak pertumbuhannya atas dasar konsep

pendidikan iman dan atas dasar-dasar ajaran Islam. Sehingga mereka terikat

oleh akidah dan ibadah Islam dan berkomunikasi dengan-Nya lewat sistem

dan peraturan Islam.6

Pada hakekatnya Unsur terpenting, yang membantu pertumbuhan

dan perkembangan kejiwaan manusia adalah iman yang direalisasikan

dalam bentuk ajaran agama. Maka dalam Islam, prinsip pokok yang

5 Abdullah Al-Wazaf, Ahmad Salamah, dkk, Pokok-pokok Keimanan, (Bandung: PT

Trigenda Karya, 1994), hlm.3 6 Abdullah Nasikhulwan, Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Terjemahan Khalilullah

Ahmas Masjkur Hakim, Judul Asli, Tarbiyatul-A’aafi’l Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hlm. 134.

Page 9: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

4

menjadi sumbu kehidupan manusia adalah iman, karena iman itu yang

menjadi pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan.7

Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman.8

Betapapun kuat dan sehatnya tubuh manusia, disertai dengan akal dan

ilmu pengetahuan serta teknologi yang membawa perubahan hidup, namun

manusia tidak pernah puas, bahkan sulit merasakan kebahagiaan bila dimensi

iman tidak tumbuh dan berkembang di dalam kepribadiannya.

Tidak diragukan lagi bahwa Islam dan kitab sucinya al-Qur'an

di dalamnya terdapat pengajaran tentang memelihara nilai-nilai

keutamaan. Keutamaan yang diberikan bukanlah karena bangsanya, bukan

juga karena warna kulit, kecantikan, harta, pangkat, derajat, jenis profesi dan

kasta sosial atau ekonominya. Akan tetapi semata-mata karena iman,

taqwa, akhlak, ketinggian ilmu dan akalnya, juga karena kesediaan untuk

menimba ilmu pengetahuan yang beragam.9

Ayat-ayat yang berisi perintah untuk bertaqwa kepada Allah SWT

jumlahnya cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa taqwa merupakan

unsur ajaran Islam yang paling asasi dan fundamental. Di antara firman Allah

yang berkenaan dengan taqwa ini adalah Surat al-Baqarah ayat 3 - 4 yang

berbunyi:

والذين يؤمنون بما .الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون )4- 3: البقرة . (أنزل إليك وما أنزل من قبلك وبالآخرة هم يوقنون

“Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab dalam (al-Qur'an) yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. (QS. Al-Baqarah: 3-4). 10

7 Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1995), hlm. 11 8 Ibid, hlm 65 9 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan

Langgulung, Falsafatul Tarbiyah Al-Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, t.th), hlm. 107. 10 Soenarjo, op. cit, hlm. 5

Page 10: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

5

Dalam ayat yang lain al-Qur'an menjelaskan lebih lanjut ciri-ciri orang

yang bertaqwa, yaitu:

فقون في السني الذين اللهاس ون النع افنيالعظ ويالغ الكاظمنياء ورالضاء ور سننيحالم حبوا .يفرغتفاس وا اللهذكر مهفسوا أنظلم ة أولوا فاحشإذا فع الذينو

: البقرة . ( الله ولم يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون لذنوبهم ومن يغفر الذنوب إلا134 -135(

“Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (QS. Ali Imran: 134-135). 11

Berdasarkan kedua Surat di atas, tampaklah bahwa ketaqwaan itu

merupakan keseluruhan sikap yang terdiri dari aspek keimanan yaitu beriman

kepada yang ghaib, kitab-kitab Allah dan hari akhirat. Aspek ritual, yaitu

shalat. Aspek sosial yaitu zakat dan infaq. Aspek emosional yaitu menahan

amarah dan memberi maaf, dan adanya sikap sadar akan dosa. Dengan

demikian taqwa merupakan akumulasi dari hubungan dengan Allah, sesama

manusia dan hubungan dengan diri sendiri. Dalam kerangka ini, fungsi iman

dan ketaqwaan perlu ditumbuhkan sejak kecil yang dimulai dari

pendidikan dalam keluarga, karena keluarga merupakan pendidikan pertama

bagi seorang anak dimana ia berinteraksi secara timbal balik antara orang

tua dan anak, yang nantinya diharapkan mampu berinteraksi dengan

orang lain dan hubungannya dengan Tuhan. Dengan demikian anak akan

menemukan unsur-unsur dan ciri-ciri dasar kepribadiannya dalam dirinya

(akhlak, nilai-nilai, kebiasaan dan emosi).12

11 Ibid, hlm. 165 12 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan,

(Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986), hlm. 348.

Page 11: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

6

Pendidikan Islam merupakan suatu sarana dalam menanamkan nilai-

nilai keimanan kepada manusia. Kemudian dalam membentuk iman

seharusnya mulai ditanamkan sejak dalam kandungan sejalan dengan

pertumbuhan kepribadian, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap

kesehatan jiwa si janin di kemudian hari.13 Di samping itu pendidikan Islam

sebagai suatu aktivitas / usaha pendidik terhadap anak didik harus diarahkan

kepada terbentuknya kepribadian muslim yang beriman, bertaqwa

dan berakhlak mulia, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai ketiga aspek

tersebut dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai suatu aktivitas atau kegiatan yang terencana, pendidikan Islam

memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Demikian pentingnya tujuan

tersebut tidak mengherankan jika dijumpai kajian yang sungguh-sungguh

di kalangan para ahli mengenai tujuan tersebut. Berbagai buku yang

mengkaji masalah pendidikan Islam senantiasa merumuskan tujuan baik

secara umum maupun secara khusus. Hal ini bisa dimengerti karena tujuan

pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting.

Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam tidak terlepas

dari tujuan yang bersumber pada wahyu Allah SWT yang mengandung

prinsip-prinsip pendidikan dan petunjuk bagi manusia agar beriman, bertaqwa

dan berakhlak mulia. Kemudian dengan adanya nilai-nilai ketiga aspek

tersebut akan dapat meningkatkan ketaatan beribadah, moralitas yang tinggi,

dan kepedulian sosial yang tinggi. Di samping itu juga dapat

membimbing masyarakat menuju kebaikan dan kesempurnaan lahir batin,

dunia dan akhirat.

Berdasarkan atas pemikiran di atas tersebut, maka penulis bermaksud

menganalisis lebih mendalam mengenai kandungan surat Al-Baqarah ayat 177

untuk menemukan konsep al-Qur’an tentang nilai-nilai pendidikan iman.

13 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhana,

1995), hlm. 55.

Page 12: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

7

B. Penegasan Istilah

Dengan judul skripsi Nilai-nilai pendidikan keimanan dalam surat Al-

Baqarah ayat 177, maka perlu ditegaskan penggunaan istilah kata-kata

tersebut sebagai berikut:

1. Nilai-nilai

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan

benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang

menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang

dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.14 2. Pendidikan Keimanan

Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang artinya memelihara

dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran dan perbuatan.15

Sedangkan Iman (bahasa Arab) adalah bentuk masdar dari kata

kerja (fi’il) ) إيمان-أمن يؤمن ( Dalam bahasa Indonesia kata iman biasanya

diartikan dengan kepercayaan atau keyakinan. Sidi Ghazalba berpendapat

bahwa kata iman lebih tepat diartikan ke dalam bahasa Indonesia

dengan keyakinan.16

Jadi pendidikan Keimanan ialah mengikat anak dengan dasar-dasar

iman, membiasakannya sejak mulai paham melaksanakan rukun Islam, dan

mengajarinya sejak mumayyis dasar-dasar syariat Islam yang agung.

3. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 177

Al-Qur'an adalah kalam (diktum) Allah SWT yang diturunkan

oleh-Nya dengan perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah

Muhammad bin Abdullah dengan lafadz bahasa Arab dengan makna yang

benar, agar menjadi hujjah dalam pengakuannya sebagai Rasulullah, juga

14 Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: (Pustaka Pelajar, 1996),

hlm 61 15WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1991),

hlm. 40. 16 Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Raja Grafika Persada, 2002), hlm. 41

Page 13: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

8

sebagai undang-undang yang dijadikan pedoman umat manusia sebagai

amal ibadah bila dibacanya.17

Jika diamati, dalam al-Qur'an Surat al-Baqarah ayat 177 ini

memberi rincian tentang nilai-nilai ketaqwaan yang sebenarnya, antara

lain; tingkat keimanan yang tinggi, ketaatan beribadah, moralitas yang

tinggi, dan kepedulian sosial yang tinggi.

Dengan demikian dari penjelasan judul “Nilai-nilai Pendidikan

keimanan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177” maksudnya adalah

mengkaji dengan seksama untuk memahami dan mengerti akan kandungan

Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177 tentang nilai-nilai pendidikan keimanan.

C. Rumusan Masalah

Agar pembahasan yang terdapat dalam skripsi tidak meluas pada

masalah lain, maka permasalahan penulis merumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kandungan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177?

2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan keimanan dalam Al-Qur'an surat Al-

Baqarah ayat 177 ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Kandungan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat

177

2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan keimanan dalam Al-Qur'an surat

Al-Baqarah ayat 177.

E. Kajian Pustaka

Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang

membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku

atau kitab dan dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka penulis akan

memaparkan beberapa buku dan skripsi yang sudah ada. Hasil temuan tersebut

akan penulis jadikan sebagai sandaran teori dan bandingan dalam mengupas

permasalahan tersebut sehingga diharapkan akan muncul penemuan baru.

17Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta Rajawali Press, 1976),

hlm. 22.

Page 14: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

9

Pertama, kajian tentang "Beberapa Perspektif Al-Qur'an tentang

Pembentukan Insan Taqwa (Suatu Studi Analisis)" ditulis oleh Zaenal

Muharram, NIM 4195033, lulus tahun 2000, membahas hal-hal sebagai

berikut. Pertama, ciri-ciri insan taqwa yang meliputi pengertian taqwa, pokok

kepribadian manusia taqwa, ayat-ayat taqwa dan terjemahnya, dan ciri-ciri

insan taqwa. Kedua, perspektif al-Qur'an dalam pembentukan insan taqwa

yang meliputi pendekatan dalam pembentukan insan taqwa dan prinsip-

prinsip taqwa. Ketiga, aplikasi pembentukan insan taqwa dalam pendidikan .

Dalam skripsi mi lebih difokuskan pada pembentukan insan taqwa.18

Kedua, ditulis oleh Fatihatun Ni'mah Hasan, NIM 3198125, lulusan

tahun 2002, skripsi yang berjudul "Kajian tentang Nilai-nilai Keimanan dalam

Surat Al-Mukminun Ayat 1-5 dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam" ini

menjelaskan tentang mengetahui nilai-nilai keimanan, gambaran umum

tentang pendidikan Islam, dan implikasi nilai-nilai keimanan dalam Surat al-

Mukminun ayat 1-5 terhadap pendidikan Islam yang meliputi pembinaan

nilai-nilai keimanan dalam pendidikan Islam, dan implikasi nilai-nilai

keimanan Surat al-Mukminun ayat 1-5 dalam pendidikan Islam di lingkungan

keluarga. Skripsi ini menitikberatkan tentang implikasi nilai-nilai taqwa pada

anak terhadap kehidupan sehari-hari.19

Ketiga, skripsi yang berjudul "Aktualisasi Nilai-nilai Taqwa dalam

Pendidikan Islam (Analisis Terhadap Surat Al-Baqarah Ayat 2-5)", ditulis

oleh Moh. Nur Wahidin, NIM 3197023, lulusan tahun 2002, menjelaskan

tentang gambaran umum pendidikan Islam, mengetahui tentang nilai-nilai

taqwa dalam Surat al-Baqarah ayat 2-5, dan aktualisasi nilai-nilai taqwa dalam

pendidikan Islam yang meliputi pembinaan ketaqwaan dalam pendidikan

Islam dan penerapan nilai-nilai taqwa Surat al-Baqarah ayat 2-5 dalam

pendidikan Islam di lingkungan sekolah. Skripsi ini memfokuskan pada

18 Zaenal Muharram, "Beberapa Perspektif Al-Qur'an tentang Pembentukan Insan Taqwa

(Suatu Studi Analisis)", Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Strata Satu IAIN Walisongo Semarang, 2000).

19 Fatihatun Ni'mah Hasan, "Kajian tentang Nilai-nilai Keimanan dalam Surat Al-Mukminun Ayat 1-5 dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam", Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Strata Satu IAIN Walisongo Semarang, 2002).

Page 15: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

10

penerapan nilai-nilai taqwa bagi peserta didik dalam aktifitas sehari-hari baik di

lingkungan sekolah, maupun di masyarakat.20

Abdul Fatah Jalal dalam kitabnya Minal Ushulit Tarbawiyyah Fil Islam

menjelaskan bahwa pada setiap pekerjaan atau perkataan yang dilakukan

manusia dapat menjadi ibadah. Dengan demikian, seluruh perkara manusia

adalah ibadah. Menurut ajaran islam ibadah itu merupakan tujuan hidup

manusia di bumi. Ibadah dalam arti ini patut dijadikan tujuan pendidikan,

sehingga ia dapat memperbaiki dirinya, mempersiapkan dirinya untuk

beramal, mengendalikan kehidupannya ke arah kebajikan, memperbaikinya

bersama orang lain.. Ini semua dilaksanakan dalam rangka taqwa kepada

Allah SWT, dan memohon ridha-Nya.21

Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam Keluarga dan

Sekolah menjelaskan tentang prinsip-prinsip penting dalam pendidikan yang

memiliki kesamaan alur dengan Surat al-Baqarah ayat 177 ini, yaitu

pendidikan iman, akhlak dan sosial. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan

tidak dapat dipisahkan. Aspek tersebut dapat dijelaskan bahwa keimanan yang

diajarkan agama Islam sangat penting artinya bagi kesehatan mental dan

kebahagiaan hidup. Karena keimanan itu memupuk dan mengembangkan

fungsi-fungsi jiwa dan memelihara keseimbangannya serta menjamin

ketentraman batin. Kemudian keimanan yang dipegang tidak cukup sebagai

hafalan saja, akan tetapi perlu diamalkan dan diwujudkan dalam bentuk amal

saleh, yaitu aspek akhlak yang memiliki peran dan fungsi sebagai pengontrol

dari sifat-sifat yang buruk dan jahat. Dan aspek sosial-kemasyarakatan, yaitu

untuk membentuk manusia muslim yang bertumbuh secara sosial dan

menjadikan hamba yang saleh dengan menanamkan keutamaan sosial di

dalam dirinya dan melatihnya dalam pergaulan kemasyarakatan.22

20 Muh. Nur Wahidin, "Aktualisasi Nilai-nilai Taqwa dalam Pendidikan Islam (Analisis

Terhadap Surat Al-Baqarah Ayat 2-5)", Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Strata Satu LAIN Walisongo Semarang, 2002).

21 Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali dari judul asal, Minal Ushulit Tarbawiyyah Fil Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), him. 139.

22 Zakiah Daradjat, op.cit., hlm.35

Page 16: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

11

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif.

1. Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian

Fokus dan ruang lingkup penelitian kualitatif ini, yaitu tentang

Nilai-nilai pendidikan Iman dalam QS Al-Baqarah ayat 177

كن البر من آمن بالله ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولواليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيني وآتى المال على حبه ذوي القربى

وآتى واليتامى والمساكني وابن السبيل والسائلني وفي الرقاب وأقام الصلاة حنياء ورالضاء وأسفي الب ابرينالصوا وداهإذا ع دهمهوفون بعالمكاة والز

)177: البقرة ( البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu adalah kebaktian orang beriman kepada Allah, hari kemudian , malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang di cintainya kepada kerabatnya, anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan)hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menempati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 177) 23

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini,

penulis menggunakan library research, yaitu suatu riset kepustakaan,24 atau

penelitian kepustakaan murni. Dalam hal ini penulis melakukan pengkajian

terhadap pokok permasalahan tentang nilai-nilai taqwa dalam Surat al-Baqarah

ayat 177 beserta tafsirnya sebagai sumber utama, serta kitab-kitab atau buku-

buku yang menunjang sebagai sumber tambahannya.

3. Metode Pembahasan

a. Metode Tahlily (analitis)

23 Soenarjo op., hlm 43 24 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas

Psikologi UGM, 1990), him. 9

Page 17: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

12

Metode tahlily adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur'an dari seluruh aspeknya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam tafsir ini, menurut al-Farmawi adalah sebagai berikut: 1) Memperhatikan urutan-urutan ayat dalam mushaf 2) Menafsirkan kosa kata dari ayat-ayat yang hendak ditafsirkan 3) Menjelaskan asbab al-nuzul ayat 4) Menjelaskan munasabah ayat tersebut 5) Menjelaskan seluruh aspek dari semua penafsiran dan penjelasan

itu, dan kemudian memberikan penjelasan final mengenai isi dan

maksud ayat tersebut.25

b. Metode Komparasi

Metode komparasi yaitu membandingkan pendapat para

mufassir terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang menjadi landasan dan

memiliki persamaan atau kemiripan redaksi.26

c. Metode Kontekstual

Metode kontekstual adalah keterhubungan antara yang sentral dan

yang purifier, studi secara kontekstual adalah mendudukkan nash al-

Qur'an dan hadits sebagai sentral, dan terapan masa lampau, kini dan

mendatang sebagai perifiernya. Yang sentral adalah studi tentang

ayat-ayat Qur'aniyah, dan yang purifier adalah studi tentang ayat-ayat

Kauniyah (bukti-bukti dalam kehidupan manusia dan alam).27

4. Metode Analisa Data

Adapun metode dalam menganalisis pokok bahasan dengan

menggunakan tafsir maudhu’iy tematik. Sebagaimana dinyatakan oleh

Quraish Shihab bahwa metode tafsir maudhu’iy yaitu jalan yang

menghimpun seluruh dan sebagian ayat-ayat dari beberapa surat yang

berbicara tentang topik tersebut, untuk kemudian dikaitkan satu dengan

25 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1989), him. 96. 26 Ibid, hlm. 118. 27 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Reka Sarasin, 1996), Cet.

VH, hlm. 178.

Page 18: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

13

yang lainnnya. Sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh

tentang masalah tersebut menurut pandangan Al Qur’an.28

Maksudnya, ayat-ayat dipandang memiliki keterkaitan dengan topik

yang akan dibahas dikumpulkan terlebih dahulu, selanjutnya ayat-ayat

tersebut disusun sebagai rupa sehingga dihasilkan kesatuan pandangan

sesuai dengan topiknya.

28Quraish Shihab, op. cit, hlm. 144.

Page 19: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

14

BAB II

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEIMANAN

A. NILAI

1. Pengertian Nilai

Nilai merupakan tema baru dalam filsafat: aksiologi, cabang

filsafat yang mempelajarinya, muncul yang pertama kalinya pada paroh

kedua abad ke-19.1 Nilai adalah ukuran untuk menentukan makna

keutamaan “ harga” atau keabsaan sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa

gagasan atau tindakan. Nilai menentukan bentuk, alat atau tindakan.2

Menurut Langeveld, dalam bahasa sehari-hari kata kita “barang

sesuatu mempunyai nilai”. Barang sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat

disebut barang nilai. Dengan demikian, mempunyai nilai itu adalah soal

penghargaan, maka nilai adalah dihargai.3 Sejalan dengan itu, Juhaya

S.Praja dengan singkat mengatakan, nilai artinya harga. Sesuatu

mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi dirinya. Pada

umumnya orang mengatakan bahwa nilai sesuatu benda melekat dan

bukan di luar benda. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa nilai ada di

luar benda.4

Nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem

kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti

(yakni manusia yang meyakini). Sedangkan pengertian nilai menurut J.R.

Fraenkel sebagaimana dikutif Chabib Toha5 adalah a value is an idea a

concept about what some one thinks is important in life.

1 Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 1. 2Jalaludin Rahmad, Membuka Tirai Kegaiban Renungan-Renungan Sufistik, (Bandung:

Mizan, 1997), hlm 99. 3 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),

hlm. 26 4 Juhaya S. Praja, Aliran–aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm.

59. 5 Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),

hlm. 60

Page 20: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

15

Pengertian ini menunjukkan bahwa hubungan antara subjek dengan

objek memiliki arti penting dalam kehidupan objek. Sebagai contoh

segenggam garam lebih berarti bagi masyarakat Dayak di pedalaman dari

pada segenggam emas. Sebab garam lebih berarti untuk mempertahankan

kehidupan atau mati, sedangkan emas semata-mata untuk perhiasan.

Sedangkan bagi masyarakat kota, sekarung garam tidak berarti

dibandingkan dengan segenggam emas, sebab emas lebih penting bagi

orang kota.

Sidi Gazalba sebagaimana dikutip Chabib Toha, mengartikan nilai

sebagai berikut:

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.6

Pengertian tersebut menunjukkan adanya hubungan antar subjek

penilaian dengan objek, sehingga adanya perbedaan nilai antara garam

dengan emas. Tuhan itu tidak bernilai bila tidak ada subjek yang memberi

nilai, Tuhan menjadi berarti setelah ada makhluk yang membutuhkan.

Ketika Tuhan sendirian, maka ia hanya berarti bagi diri-Nya sendiri.

Garam menjadi berarti seolah ada manusia yang membutuhkan rasa asin.

Emas menjadi berarti setelah ada manusia yang mencari perhiasan.

2. Macam-macam Nilai

Nilai-nilai tidak semata-mata terletak kepada subjek pemberi nilai,

tetapi di dalam sesuatu tersebut mengandung hal yang bersifat esensial

yang menjadikan sesuatu itu bernilai. Tuhan mengandung semata sifat

kesempurnaan yang tiada taranya dari segenap makhluk apapun di jagat

raya ini; garam mengandung zat asin yang dibutuhkan manusia; dan emas

mengandung sesuatu yang tidak akan berkarat. Apabila unsur yang bersifat

esensial ini tidak ada, maka manusia juga tidak akan memberikan harga

terhadap sesuatu tersebut.

6 Ibid., hlm. 61.

Page 21: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

16

Menurut Louis O. Kattsof nilai diartikan sebagai berikut: a. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi

kita dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti yang terletak pada esensi objek itu.

b. Nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang berada dalam kenyataan maupun pikiran dapat memperoleh nilai jika suatu ketika berhubungan dengan subjek-subjek yang memiliki kepentingan. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian antara garam dan emas tersebut di atas.

c. Sesuai dengan pendapat Dewey, nilai adalah sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan.

d. Nilai sebagai esensi nilai adalah hasil ciptaan yang tahu, nilai sudah ada sejak semula, terdapat dalam setiap kenyataan namun tidak bereksistensi, nilai itu bersifat objektif dan tetap.7

Dari pengertian tersebut, menurut Chabib Toha, nilai merupakan

esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan

manusia. Esensi belum berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi

tidak berarti adanya esensi karena adanya manusia yang membutuhkan.

Hanya saja kebermaknaan esensi tersebut semakin meningkat sesuai

dengan peningkatan daya tangkap dan pemaknaan manusia sendiri.

Hakekat kehidupan sosial kemasyarakatan adalah untuk

perdamaian, perdamaian hidup merupakan esensi kehidupan manusia.

Esensi itu tidak hilang walaupun kenyataannya banyak bangsa yang

berperang. Nilai perdamaian semakin tinggi selama manusia mampu

memberikan makna terhadap perdamaian, dan nilai perdamaian juga

berkembang sesuai dengan daya tangkap manusia tentang hakekat

perdamaian.

Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai, antara lain: a. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham

Maslaw dapat dikelompokkan menjadi: 1) Nilai biologis, 2) Nilai keamanan. 3) Nilai cinta kasih

7 Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1986), hlm.333.

Page 22: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

17

4) Nilai harga diri 5) Nilai jati diri.8

Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan. Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni kebutuhan

akan tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri dan yang

terakhir kebutuhan jati diri.

Apabila kebutuhan dikaitkan dengan tata-nilai, akan

menimbulkan penafsiran yang keliru. Apakah untuk menemukan jati

diri sebagai orang muslim dan mukmin yang baik itu baru dapat

terwujud setelah kebutuhan yang lebih rendah tercukupi lebih dahulu?

Misalnya makan cukup, tidak ada yang merongrong dalam berusaha,

dicintai dan dihormati kemudian orang itu baru dapat beriman dengan

baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak tergantung

pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak terpengaruh oleh

dimensi ruang dan waktu.

b. Dilihat dari Kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan

mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi, dan psikomotor.

2) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi

berafiliasi, motivasi berkuasa. 9

c. Pendekatan proses budaya sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah Sigit, nilai dapat dikelompokkan dalam tujuh jenis yakni: 1) Nilai ilmu pengetahuan 2) Nilai ekonomi 3) Nilai keindahan 4) Nilai politik 5) Nilai keadilan 6) Nilai kekeluargaan dan 7) Nilai kejasmanian.10

8 Chabib Toha, op. cit., hlm, 62-63. 9 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990),

hlm.133 10 Ibid.

Page 23: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

18

Pembagian nilai-nilai ini dari segi ruang lingkup hidup manusia

sudah memadai sebab mencakup hubungan manusia dengan Tuhan,

hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan

dirinya sendiri, karena itu nilai ini juga mencakup nilai-nilai ilahiyah

(ke-Tuhanan) dan nilai-nilai insaniyah (kemanusiaan).

d. Pembagian nilai didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi ke dalam

(1) nilai-nilai subjektif, (2) nilai-nilai objektif rasional, dan (3) nilai-

nilai objektif metafisik11 Nilai subjektif adalah nilai yang merupakan

reaksi subjek terhadap objek, hal ini sangat tergantung kepada masing-

masing pengalaman subjek tersebut. Nilai subjektif rasional (logis)

yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang

dapat diketahui melalui akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan, setiap

orang memiliki hak untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai keselamatan

badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya. Sedangkan nilai

yang bersifat objektif metafisik yakni nilai-nilai yang ternyata mampu

menyusun kenyataan objektif, seperti nilai-nilai .

e. Nilai bila dilihat dari sumbernya terdapat (1) nilai ilahiyah (ubudiyah

dan muamalah), (2) nilai insaniyah. Nilai ilahiyah adalah nilai yang

bersumber dari (wahyu Allah), sedangkan nilai insaniyah adalah nilai

yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh

manusia pula.

f. Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya nilai dapat dibagi

menjadi (1) nilai-nilai universal dan (2) nilai-nilai lokal.12 Tidak tentu

semua nilai-nilai itu universal, demikian pula ada nilai-nilai insaniyah

yang bersifat universal. Dari segi keberlakuan masanya dapat dibagi

menjadi (1) nilai-nilai abadi, (2) nilai pasang surut dan (3) nilai

temporal. 13

11 Louis Kattsof, op.cit, hlm. 331. 12 Noeng Muhadjir, op. cit., hlm. 34 13 Ibid.

Page 24: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

19

g. Ditinjau dari segi hakekatnya nilai dapat dibagi menjadi (1) nilai

hakiki (root values) dan (2) nilai instrumental.14 Nilai-nilai yang hakiki

itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental

dapat bersifat lokal, pasang-surut, dan temporal.

B. PENDIDIKAN kEIMANAN

1. Pengertian Pendidikan Keimanan

Iman menurut bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan

hati atau keteguhan hati.15

Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amana-yu’minu-

imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia

artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu, memang

benar atau nyata adanya.

Menurut Ibrahim keimanan ialah membenarkan secara sungguh-

sungguh segala sesuatu yang diketahui sebagai berita yang dibawa Nabi

Saw. Al-Qardhawi mengartikan istilah iman sebagai kepercayaan yang

meresap syak dan ragu serta memberi keyakinan bagi pandangan hidup,

tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.16

Ada yang menyamakan istilah iman dengan akidah, dan ada yang

membedakannya. Bagi yang membedakan, akidah hanyalah bagian dalam

(aspek hati) dari iman, sebab iman mencakup aspek dalam dan aspek

luar. Aspek dalam berupa keyakinan dan aspek luarnya berupa

pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Sumber akidah Islam adalah

al-Qur'an dan as-Sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah

dalam al-Qur'an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib diimani.17

Akidah Islam merupakan asas ajaran Islam. Ia menyangkut pokok-

pokok kepercayaan yang harus di imani oleh setiap muslim. Pokok-pokok

iman tersebut tercakup dalam rukun iman, yaitu:

14 Ibid. 15 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2000), hlm. 18. 16 Al-Qardhawi. Iman dan kehidupan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 3 17 Ilyas, Yunahar, Kuliah Akidah Islam. (Yogyakarta: LPPI UMY, 1993), hlm. 4

Page 25: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

20

a. Iman kepada Allah;

b. Iman kepada Malaikat;

c. Iman kepada Kitab-kitab suci/wahyu;

d. Iman kepada para Rasul;

e. Iman kepada akhirat; dan

f. Iman kepada takdir. 18

Rangkaian butir keimanan inilah baik secara legal formalistik

maupun (idealnya) secara filosofis yang mesti diupayakan dipakukan kuat-

kuat dalam jiwa setiap insan muslim, guna memperoleh rasa “aman”

dalam arti yang sesungguhnya. Dengan kata lain orang yang telah

dirasuki iman yang enam itu, seyogyanya secara optimis bersemi pula rasa

aman tentram dan optimis yang meluap-luap dalam dirinya. 19

Meski esensi iman itu tasdiq sebagimana tersebut diatas, namun

ternyata tidaklah cukup demikian, Iman menuntut lebih dari itu yaitu

pengucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati dan perilaku konkret

sebagai realisasi. Jadi Iman bisa dikatakan kesatuan dari tiga dimensi,

yakni pembenaran, pengucapan dan pengamalan. Ketiga unsur ini harus

berjalan serasi dan tidak boleh timpang antara satu dengan yang lainnya.

Apa yang dipercaya hendaknya secara nyata dibuktikan dengan ikrar lisan,

disesuaikan dengan perbuatan, bukan sebaliknya lain dimulut lain pula

di hati dan lain pula yang dilakukannya. Bila perbuatan tidak sesuai

dengan apa yang diucapkan, hal itu bukanlah perbuatan yang muncul dari

iman, karena iman seharusnya menampilkan hal-hal positif yang seirama

dengan detik hati dan ucapan lidah.

Sedangkan Pendidikan berasal dari kata “didik”. Dengan di beri

awalan “pen” dan akhirnya “kan” ia mengandung arti “ perbuatan, hal,

cara, dan sebagainya.”.

18 I.M, Thoyib dan Sugianto,. Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 42 19 Arsyad, Natsir, Seputar Rukun Islam Dan Rukun Iman, (Bandung: Al-Bayan,

1992), hlm.9

Page 26: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

21

Dalam bahasa inggris dikenal dengan “education” yang berasal dari

bahasa latin “educare, educati”. Kata dalam bahasa inggris berarti proses

menghasilkan dan mengembangkan, mengacu kepada yang bersifat fisik

dan materiil.

Dalam Islam pada mulanya pendidikan di sebut dengan kata ta’dib.

Adapun kata ta’dib mengacu pada pengertian yang lebih tinggi dan

mencakup unsur – unsur pengetahuan (“ilm”), pengajaran (“ta’lim”), dan

pengasuhan yang baik (“tarbiyah”). Kata ta’dib untuk pengertian

pendidikan terus dipakai sepanjang masa semenjak zaman nabi sampai

masa kejayaan Islam , hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan

manusia disebut “ta’dib”. Kemudian ketika para ulama’ menjurus kepada

bidang spesialisasi dalam ilmu pengetahuan, maka kata adab menyempit, ia

hanya dipakai untuk merujuk kepada kesusastraan dan etiket,

konsekuensinya “ta’dib” sebagai istilah pendidikan hilang dari

peredaranya, dan tidak dikenal lagi, sehingga ketika para ahli didik Islam

bertemu dengan istilah “education” pada abad modern, mereka langsung

menterjemahkannya dengan “tarbiyah”. Dalam tarbiyah terdiri dari empat

unsur

Pertama : menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh

Kedua : mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-

macam

Ketiga : mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kepada

kebaikan dan kesempurnaan yang bermacam – macam

Keempat : proses ini dilakukan bertahap20

Sedangkan pengertian pendidikan yang dikemukakan tokoh – tokoh

pendidikan antara lain :

Prof. Dr. Hasan Lagulung

Dilihat dari kaca mata individu pendidikan adalah pengembangan

potensi – potensi yang terpendam21.

20Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj Drs.

Hery Noor Ali, (Bandung: CV, Diponegoro, 1992), hlm. 32.

Page 27: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

22

Menurut Frederick Y. Mc. Donald dalam bukunya Educational

Psychology mengatakan: Education is a process or an activity which is

directed at producing desirable changes into the behavior of human beings.

Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang menunjukkan perubahan

yang layak pada tingkah laku manusia.22

Menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid

pendidikan adalah:

دائما المعرفة وليست ,التلميذ فيحصلها المدرس يقدمها التى المعرفة فمحدود التعليم أما 23.وسلوكه فيحياته الفرد منها واستفاد فعال إستخدمت إذا قوة هي وإنما قوة

“Adapun pembelajaran itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada pengetahuan normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya”

Dari penjelasan diatas maka dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan pendidikan keimanan adalah mengikat anak dengan

dasar-dasar iman, membiasakannya sejak mulai paham melaksanakan

rukun Islam, dan mengajarinya sejak mumayyis dasar-dasar syariat Islam

yang agung. Jadi pendidikan keimanan banyak berhubungan dengan aspek

kejiwaan dan perasaan, nilai pembentukan yang diutamakan dalam

mengajarkan keimanan adalah keaktifan fungsi-fungsi jiwa. Anak diajarkan

supaya menjadi orang yang beriman. Hal ini sebagai dasar bagi

pengetahuan agamanya pada masa yang akan datang.

21Hasan Lagulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992), hlm. 3.

22Frederick Y. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD, 1959), hlm. 4.

23 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61

Page 28: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

23

2. Dasar Pendidikan Keimanan

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok keimanan

seperti Allah SWT telah menjelaskan diantaranya dalam surat Al-

Baqarah ayat 3-4:

والذين . الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون : البقرة (يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك وبالآخرة هم يوقنون

3 -4( “Mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizqinya yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akherat.”

b. Al-Hadits

بينما حنن جلوس عند رسول اهللا صلى : عن عمر رضي اهللا عنه أيضاقال رجل شديد بياض الثياب شديد سوادااهللا عليه وسلم ذات يوم إذطلع علين

فر واليعرفه مناأحد حىت جلس إىل النيب صلى اهللا الشعر اليرى عليه أثر السبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال ياحممد عليه وسلم فأسند ركبتيه إىل رك

االسالم أن وسالماهللا عليه رسول اهللا صلى فقال. السالم ا عنأخربىنالزكاة قيم الصالة وتوتى اهللا وان حممدا رسول اهللا وتالإله إال تشهد أن

صدقت فعجبنا له :قال. ج البيت إن استطعت إليه سبيالوتصوم رمضان وحتان تؤمن باهللا ومألكته وكتبه : االميان قالربىن عنقال فأخ. يسأله ويصدقه

ورسله واليوم االخر وتؤمن بالقدر خريه وشره قال صدقت فاخربىن عن: قال. أن تعبداهللا كانك تراه فإن مل تكن تره فإنه يراك: قال . االحسان

االمة ربتها وأن ترى احلفاة العراة العالة أن تلد: قال. فاخربىن عن أمارا

Page 29: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

24

ياعمر : ىلمث قال. الشاء يتطا ولون ىف البنيان مث انطلق فلبثت مليارعاءيل أتاكم يعلمكم فإنه جرب: قال.لت اهللا ورسوله أعلمأتدرى من السائل ؟ ق

)رواه مسلم(دينكم

Dari Umar ra berkata: Suatu ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya, tidak melihat padanya tanda-tanda safar (bepergian) dan tidak satupun diantara kita mengenalnya. Kemudian d ia duduk di dekat Nabi saw, ia sandarkan lututnya pada lutut nabi, ia letakkan dua telapak tangannya pada paha Nabi seraya berkata: Hai Muhammad beritahu saya tentang Islam. Rasulullah menjawab: Islam adalah (hendaklah engkau) bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan Haji ke Baitullah jika mampu. Ia berkata: Engkau benar, Maka kami heran (karena) bertanya lantas membenarkannya. Kemudian ia berkata: beritahu saya tentang Iman. Rasulullah menjawab: (hendaklah engkau) beriman kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir serta beriman kepada Qadar baik dan buruk. Ia berkata: engkau benar … kemudian ia berkata: beritahu saya tentang ihsan. Rasul menjawab; (Hendaklah engkau) beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Allah melihat engkau … ia berkata: beritahu saya tentang sa’ah (hari kiamat). Rasulullah menjawab: orang yang ditanya tentang hal itu tidak lebih tahu dari orang-orang yang tanya … ia berkata: beritahu saya tentang tanda-tandanya, Rasulullah menjawab: Manakala hamba melahirkan tuannya dan ketika engkau melihat orang-orang papa, berbaju compang-camping dan miskin sebagai pengembala kambing bermegah-megahan bangunan . . . kemudian orang-orang yang tadi pergi dan aku diam sejenak, lantas Rasulullah bersabda: Hai Umar tahukah engkau siapa penanya (tadi) ? saya menjawab Allah dan rasulnya lebih tahu. Beliau bersabda: ia adalah Jibril, ia datang kepadamu untuk memberi pelajaran padamu tentang agamamu. (H.R. Muslim)24

3. Tujuan Pendidikan Keimanan

Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan keimanan

terlebih dahulu dijelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut.

24 Imam Nawawi, Muhtashor Riyadussholihin, terj Abu Khodjijah Ibnu Abdurrahi, (Bandung: Irsyad Baitussalam, 2006), hlm. 29-30

Page 30: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

25

secara etimologi tujuan adalah “ arah, maksud, atau haluan”. Dalam

bahasa Arab tujuan diistilahkan dengan “ghayat, ahdaf, atau muqoshid”.

Sementara dalam bahasa inggris di istilahkan dengan “goal, purpose,

obyektif, atau aim”. Secara terminologi tujuan adalah suatu yang

diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.25

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan berarti apa-

apa. Ibarat seseorang yang bepergian tidak tentu arah. Pendidikan

merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan.

Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tidak kehilangan arah dan

pijakan.

Dalam undang-undang RI No 20 tahun 2003 pasal 3 di sebutkan

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab.26

Secara umum tujuan pendidikan ialah terjadinya perubahan tingkah

laku sikap, dan kepribadian peserta didik setelah mengalami proses

pendidikan dan pada akhirnya potensi dapat berkembang menuju manusia

dewasa, potensi disini ialah potensi fisik, emosi, sosial, moral,

pengetahuan, dan ketrampilan.

Sedangkan lebih spesifik lagi pendidikan keimanan tujuannya

bukanlah menghafal rukun iman dan mengaji yang wajib, yang mustahil

dan yang jaiz pada akal, melainkan untuk menimbulkan perasaan keimanan

25Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,, 2002), hlm. 15.

26Undang-undang RI No 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 2.

Page 31: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

26

kepada Allah dalam hati kanak-kanak, serta cinta kepadanya, sehingga ia

mempunyai iman yang teguh dan kepercayaan yang kokoh kepada Allah

dan mencintai-Nya lebih dari ibu-bapak dan guru. Sebab itu tujuan

pelajaran keimanan adalah sebagai berikut:

1. Supaya teguh keimanan kepada Allah, Rasul-Rasul, malaikat, hari

kemudian dan sebagainya.

2. Supaya keimanan itu berdasarkan kesadaran dan ilmu pengetahuan,

bukan taqlid buta semata-mata.

3. Supaya jangan mudah dirusakkan dan diragu-ragukan keimanan itu

oleh orang-orang yang tidak beriman.27

4. Unsur-unsur pendidikan keimanan

Unsur-unsur dalam pendidikan keimanan juga disebut sebagai

rukun Iman dan rukun Iman itu ada enam yaitu: Iman kepada Allah,

malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, hari kiamat

dan takdir baik buruk itu dari Allah.

a. Iman Kepada Allah

Yang dimaksud Iman kepada Allah SWT adalah membenarkan

adanya Allah SWT, dengan cara menyakini dan mengetahui bahwa

Allah SWT wajib adanya karena Zatnya sendiri (Wajib Al-wujud li

Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan

berdiri sendiri, yang Qodim dan Azali untuk selamanya. Dia Maha

Mengetahui dan Maha kuasa terhadap segala sesuatu, berbuat apa

yang Ia kehendaki, menentukan apa yang Ia inginkan, tiada sesuatupun

yang sama dengan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui.28

Jadi Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai adanya

Allah SWT beserta seluruh keAgungan Allah SWT dengan bukti-

27 Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

1983), cet. 11, hlm. 23. 28 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din,

Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, A. Bayan, 1998), hlm. 113.

Page 32: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

27

bukti yang nyata kita lihat yaitu dengan diciptakannya dunia ini

beserta isinya.

b. Iman Kepada Para Malaikat

Iman kepada para malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu

makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah membangkang perintah-

Nya, juga makhluk gaib yang menjadi perantara-perantara Allah

SWT dengan para Rasul.

Kita percaya bahwa malaikat merupakan makhluk pilihan

Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan kepada-Nya,

pekerjaannya semata-mata menjunjung tinggi tugas yang diberikan

kepada mereka masing-masing.29

c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT ialah meyakini bahwa

kitab-kitab tersebut datang dari sisi Allah SWT yang diturunkan kepada

sebagian Rasulnya. Dan bahwasanya kitab-kitab itu merupakan firman

Allah SWT yang Qadim, dan segala yang termuat didalamnya

merupakan kebenaran.30 Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan

kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat yang diturunkan pada

Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan Al-

Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

d. Iman Kepada Para Rasul

Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT

telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk

kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada 25 orang

yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Ibrahim, Shaleh, Luth, Ismail, Ishaq,

Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Su’aib, Harun, Musa, Ilyassa, Dzulkifli

Daud, Sulaiman, Ishak, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad

SAW sebagai Nabi terakhir.

e. Iman Kepada Hari Akhir

29 Kaelany HD, op.cit., hlm. 76. 30 Ibid., hlm. 82.

Page 33: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

28

Hari akhir ialah Hari Kiamat, termasuk kebangkitan (al-ba’ts),

yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup,

sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti

dulu kala ada di dunia.31

f. Iman Kepada Takdir (Qodha dan Qodhar)

Iman kepada Qodha dan Qodhar adalah percaya bahwa segala

hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah SWT yang berlaku pada

makhluknya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu

berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah SWT. 32

Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa

segala sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT jadi

berserah dirilah kepada Allah SWT, dengan cara berusaha, berdoa dan

berikhtiyar kepada Allah. Karena Allah SWT memberi cobaan itu

pasti sesuai dengan porsi kita masing-masing, tidak ada yang kurang

atau lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan sesungguhnya

Allah SWT yang akan menentukan.

Jadi dalam pendidikan keimanan harus dapt memberikan

pemahaman kepada peserta didik sebagai seorang mu’min kita wajib

percaya kepada rukun Iman yang akan menjadi benteng yang kokoh

dalam kehidupan kita di dunia. Dan kita memang harus yakin bahwa

Allah SWT lah Tuhan kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai

Rasul, al-Qur’an sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang

teguh kepada agama Islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan

Allah SWT.

Selain itu dalam pendidikan keimanan peserta didik juga harus

diajarkan tentang mempercayai atau berikan kepada mahluk gaib lainnya

karena Selain Malaikat Allah juga menciptakan makhluk yang dinamakan

Iblis, Setan dan Jin. Mengenai materi penciptaan Malaikat dan Jin terdapat

31 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, op. cit., hlm. 201. 32 Ibid, hlm. 203.

Page 34: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

29

perbedaan: Allah menciptakan Malaikat dari Nur sedangkan Jin diciptakan

dari api yang panas, sebagaimana firman Allah:

)27: احلجر . (والجان خلقناه من قبل من نار السموم

“Dan kami telah menciptakan Jin (sebelum Adam) dari api yang sangat panas”. (QS. Al-Hijr:27) 33

5. Metode Pembelajaran Pendidikan Keimanan

Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengajaran atau

pembelajaran adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa

secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Disamping

masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru

agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dan upaya

peningkatan mutu pengajaran secara baik.

Metode pembelajaran menurut Sudjana adalah cara yang

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu peranan metode

pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar-mengajar .

dengan metode in diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa

sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain tercipta

interaksi edukatif.34

Metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai cara yang

dugunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik

pada saat berlangsung pembelajaran, dan penyampaian itu berlangsung

dalam interaksi edukatif.35

Proses pembelajaran yang baik hendaknya mempergunakan

berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu

membahu satu sama lain tidak terkecuali dalam pembelajaran pendidikan

keimanan .

33 Soenarjo, op.cit, hlm 435 34 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, cet V,, 2000), hlm. 76. 35 Depad RI, metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 2002), hlm. 88.

Page 35: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

30

Pada dasarnya metode pendidikan keimanan tidak berbeda dengan

metode yang dikembangkan dalam pendidikan islam, karena pendidikan

keimanan adalah bagian dari pendidikan Islam Berikut beberapa variasi

metode yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar:

a. Metode ceramah, yaitu: guru memberikan penjelasan kepada sejumlah

murid pada waktu tertentu dan tempat tertentu pula.36

b. Metode tanya jawab, yaitu: penyampaian pelajaran dengan jalan guru

mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.37

c. Metode diskusi, yaitu: suatu metode didalam mempelajari bahan atau

menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya.38

d. Metode demonstrasi, yaitu: metode yang mengajar yang menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk

memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.39

e. Metode tugas belajar dan resitasi:, yaitu: suatu cara dalam proses

belajar mengajar dengan cara guru memberikan tugas tertentu kepada

murid.

f. Metode kerja kelompok, yaitu: suatu metode dengan cara guru

membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk

memecahkan suatu masalah

g. Metode sosiodrama (role playing), yaitu: suatu metode dengan drama

atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang untuk memainkan

suatu cerita yang telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari

sebelum memainkan

h. Metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu: suatu metode

mengajar dengan menggunakan metode berfikir, sebab dalam problem

solving murid dituntut memecahkan sebuah masalah

36 Zakiyah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

1995), hlm. 227 37 M. Zein, Metodelogi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,

1995) hlm. 178 38 Ibid, hlm. 175 39 Zakiyah Darajat, op, cit, hlm. 232-233

Page 36: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

31

i. Metode sistem regu (team teaching), yaitu: metode mengajar dua

orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa.

Jadi kelas dihadapi oleh beberapa guru

j. Metode karya wisata (field-trip), yaitu: kunjungan keluar kelas dalam

rangka mengajar

k. Metode manusia sumber (resource person), yaitu: orang luar (bukan

guru) atau orang-orang PPL memberikan pelajaran kepada siswa

l. Metode simulasi, yaitu: cara untuk menjelaskan suatu pelajaran

melalui perbuatan yang bersifat pura-pura

m. Metode latihan (drill), metode ini digunakan untuk memperoleh suatu

ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.

n. Metode latihan kepekaan (dinamika kelompok).40

Dari beberapa metode diatas, masing-masing metode mempunyai

kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri, kendatipun demikian, tugas guru

adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses

belajar mengajar, ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat

bergantung pada tujuan, isi, proses belajar mengajar, dan kegiatan belajar

mengajar.

Ditinjau dari segi peranannya metode-metode mengajar ada yang

tepat digunakan untuk peserta didik dalam jumlah besar dan ada yang tepat

digunakan untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan

di dalam kelas dan diluar kelas.

C. NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEIMANAN

Teologi-teologi Islam adalah membahas ajaran-ajaran dasar dalam

agama Islam. Oleh karena itu setiap orang Islam yang ingin mempelajari Islam

secara mendalam, supaya dapat memantapkan kepercayaan agama yang

dianutnya dengan menghilangkan keragu-raguan yang melekat di hatinya, atau

sengaja dilekatkan oleh orang-orang yang tidak senang terhadap agama yang

dipeluknya.

40 Nana Sudjana, op, cit, hlm. 81-90

Page 37: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

32

Dengan adanya iman itu akan membentuk jiwa dan watak manusia

menjadi kuat dan positif, yang akan mengejawantahkan dan diwujudkan dalam

bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakrah manusia sehari-hari adalah

didasari, diwarnai oleh apa yang dipercayainya.41

Keimanan adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati dan

keteguhan hati. Inti dari keimanan adalah tauhid, yang secara harfiah berarti

mengesakan yaitu meyakini keesaan Allah SWT. Atas dasar tauhid ini

memancar semua prinsip dan doktrin Islam, ibadah maupun muamalah. Dan

ikrar formal tentang tauhid ini adalah Laailaaha illal Allah, yang kemudian

sebagai kelengkapan dan konsekuensi dari tauhid, adalah ikrar tentang

kenabian dan kerasulan Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam,

dengan ungkapan Muhammadur Rasulullah. Dalam syariat Islam, kedua ikrar

itu dinamakan syahadat, yang merupakan Arkanul Islam yang pertama.

Dengan demikian keimanan merupakan konsekuensi logis bagi

seseorang menjadi muslim sejati, dan dia akan mendapatkan ketenangan yang

berupa terbebas dari belenggu, ketakutan dan kesesatan. Karena pada

hakikatnya semua penderitaan manusia bersumber pada dua hal tersebut.

Seperti yang difirmankan Allah SWT, yang berbunyi :

و نآم نفم ذريننمو رينشبإلا م لنيسرسل المرا نمو فوفلا خ لحأص

)48: األنعام . (عليهم ولا هم يحزنون

“Dan tidaklah kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-An’am : 48)42

41 Bakir Yusuf Barmawi, Konsep Iman dan Kufur dalam Teologi Islam, (Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1988), hlm 36. 42 Soenarjo, op.cit, hlm 621

Page 38: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

33

Menurut Ibnu Taimiah keimanan itu ada tingkatannya. Tingkat

pertama: yaitu iman-imanan (asal beriman), kedua : iman ibadah, yaitu iman

yang diikuti dengan ibadah sholat, puasa, zakat, haji dan ucapan-ucapan atau

kalimat-kalimat keagamaan (dzikir), ketiga : iman Al-Birru atau taqwa, yaitu

iman yang diikuti dengan ibadat dan mencampurkan diri ke dalam masyarakat,

membantu karib kerabat, anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil dan lain-lain.

Ke-empat : iman Al-Ihsan yaitu iman yang diikuti dengan perasaan cinta yang

medalam kepada Allah SWT. Dimatanya Allah selalu terbayang-bayang,

dimana dia berada selalu mengingat Allah. Ataupun jika dia tidak mampu

melihatnya, dia merasa yakin bahwa Allah SWT melihatnya.43

Selain itu dalam menanamkan nilai-nilai Pendidikan keimanan atau

tauhid, bukan sekedar menghafalkan nama-nama Tuhan, malaikat, nabi atau

rasul, hari kiamat dan qodo’ qodar. Inti pendidikan keagamaan (keimanan)

ialah penyadaran diri tentang hidup dan kematian, bagi tumbuhnya kesadaran

ketuhanan. Dari kesadaran seperti ini bisa dibangun komitmen ritualitas,

ibadah, hubungan sosial berdasar harmonis dan ahklak sosial yang karimah.

Diantara nilai-nilai keimanan yang dapat ditanamkan dalam

pendidikan Islam adalah wujud kepercayaan dari rukun iman itu akan

nampak dalam tindakan. Hal ini merupakan realisasi iman dalam kehidupan,

bentuk nilai-nilai keimanan dalam pendidikan yaitu :

1. Nilai-nilai wujud iman kepada Allah

a. Orang yang beriman itu memiliki pandangan yang luas sebelum

bertindak dipertimbangkan terlebih dahulu manfaat dan madharatnya.

b. Melahirkan rasa bangga dan harga diri pada manusia, tidak

menghambakan diri pada sesama makhluk, mengemis dan tidak gentar

karena kecongkakan dan kebesaran seseorang.

c. Menumbuhkan rasa rendah hati pada diri manusia, mensyukuri nikmat

dan Allah juga kuasa mencabutnya lagi apabila ia menghendaki.

43 Halimuddin, Kembali kepada Aqidah Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 1. 1990), hlm.

86 – 87.

Page 39: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

34

d. Mengetahui dengan penuh keyakinan, bahwa tidak ada jalan antara

mencapai keselamatan dan keberuntungan kecuali dengan kesucian jiwa

dan amal saleh.

e. Tidak mudah dihinggapi rasa putus asa dan hilang harapan dalam

keadaan bagaimanapun.

f. Mendidik manusia di atas suatu kekuatan yang besar dalam kebulatan

tekad, keberanian, kesabaran, ketabahan dan tawakal di kala

menghadapi masalah.

g. Mengangkat derajat manusia dan menumbuhkan pada dirinya sifat-sifat

yang menjauhkan dari segala perbuatan yang rendah.

h. Menjadi manusia terikat pada undang-undang Allah dan patuh kepada-

Nya.44

2. Nilai-nilai wujud iman kepada malaikat

Iman kepada malaikat mempunyai faedah atau nilai-nilai

diantaranya :

a. Membersihkan akidah tauhid dari noda-noda syirik, kotoran-kotoran

dan bahaya-bahayanya.45

b. Membentuk manusia yang jujur dan dapat dipercaya.

3. Wujud iman kepada kitab-kitab

Dengan meyakini kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah akan

menjadikan hidup lurus karena sesuai dengan tuntunan Allah.

4. Wujud iman kepada rasul

Rasul adalah manusia yang dipilih oleh Allah SWT dari keturunan

yang mulia yang diberi berbagai keistimewaan, baik akal pikiran maupun

kesucian rohani.46

Dalam diri nabi terdapat suri tauladan yang baik yang dapat

menjadi tuntunan untuk mencapai kebahagiaan dunia akherat.

44Abul A’la Al Maududi, Prinsip-prinsip Islam (Principles of Islam), Abdullah Suhalili,

(Bandung: Al-Ma'arif, 1975), hlm. 77-78. 45Ibid, hlm. 84. 46Atang Abd. Hakim, dan Jaih Mubarok, “Metodologi Studi Islam”, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999), hlm. 121.

Page 40: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

35

5. Wujud iman kepada hari akhir

Manusia yang yakin kepada hari akhir akan bersungguh-sungguh

beramal soleh karena mempunyai harapan kebahagiaan di hari akhir.

Sedangkan manusia yang ingkar atau ragu-ragu mengerjakan perintah

Allah dan menjauhi larangan-Nya tidak ada gunanya.

6. Wujud iman kepada qadha’ dan qadar

Maksud beriman kepada qadha’ dan qadar ialah kita wajib

mempunyai i’tikad atau kepercayaan yang sebenar-benarnya juga yakin

yang semantap-mantapnya bahwa segala baik yang disengaja maupun

yang tidak disengaja seluruhnya terjadi atas kehendak Allah. Hal ini bukan

berarti apa yang terjadi diterima dengan pasrah.

Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa

segala sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT jadi

berserah dirilah kepada Allah SWT, dengan cara berusaha, berdoa dan

berikhtiyar kepada Allah. Karena Allah SWT memberi cobaan itu pasti

sesuai dengan porsi kita masing-masing, tidak ada yang kurang atau

lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan sesungguhnya Allah

SWT yang akan menentukan47

Nilai-nilai Pendidikan keimanan diatas bertujuan untuk mengarahkan

peserta didik dapat menjadi muslim sejati dan konsisten dengan tuntunan

tauhid yang berprinsip doktrin Islam, ibadah, dan muamalah, untuk diamalkan

dalam hidupnya dan dapat membina, mengembangkan serta mampu

merefleksasikan potensi ke-TuhanNya dalam kehidupan sehari-hari.

47 Abul A’la Al Maududi, op. cit, hlm. 94-95.

Page 41: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

36

BAB III

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 177

A. Teks Ayat dan Terjemahannya

ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من آمن بالله آتو نيبيالناب والكتلائكة والمم الآخر وواليى وبه ذوي القربلى حال عى الم

واليتامى والمساكني وابن السبيل والسائلني وفي الرقاب وأقام الصلاة وآتى اء ورالضاء وأسفي الب ابرينالصوا وداهإذا ع دهمهوفون بعالمكاة والز حني

)177: البقر ة (البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون Artinya: ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu

suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) hanba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imanya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al Baqarah: 177)

B. Arti Kata-Kata (Mufradat)

Al-birr: secara bahasa berarti memperbanyak kebaikan. Asal katanya

asalah al-barr (daratan), dan lawan katanya adalah al barr (laut). Menurut

istilah syari’at adalah setiap sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk

taqarrub kepada Alla; yakni iman, amal saleh dan akhlak mulia.

ل المربقبغالمرق وش : mengarah kepada dua arah tersebut.

.memberikan harta benda : وآتى المال

اكنيسالم : tetap diam, sebab kebutuhan perjalanan jauh.

.orang yang sedang mengadakan perjalanan jauh : وابن السبيل

Page 42: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

37

orang yang meminta-minta kepada orang lain : السائل

karena terdesakkebutuhan hidup.

قابالر : membebaskan budak (hamba sahaya).

mendirikan shalat sebaik mungkin : أقام الصلاة

دهالع : janji atau suatu ikatan yang dipegang teguh oleh

seseorang terhadap orang lain.

fakir atau sangat miskin : البأساء

setiap sesuatu yang membahayakan manusia : الضراء

benar-benar mengaku beriman : صدقوا

Mencegah agar jangan sampai Allah murka : التقوى

kepadanya dengan cara menjauhi perbuatan dosa

dan larangan-larangan-Nya.1

C. Pengertian Secara Umum

Secara umum dapat dijelaskan bahwa ketika Allah memerintahkan

untuk pindah kiblat dalam sembahyang dari Baitul-Maqdis di Palestina ke

ka’bah di Mekah Al Mukaromah, maka terjadilah pertengkaran dan

perdebatan terus menerus antara Ahli Kitab dan orang-orang Islam.

Pertengkaran itu semakin sengir dan memuncak, sampai-sampai oranh-orang

Ahli Kitab mengatakan bahwa orang yang sembahyang dengan tidak

menghadap ke baitul Maqdis tidak sah sembayangnya dan tidak akan diterima

Allah; dan orang itu tidak termasuk pengikut para Nabi-nabi. Sedang dari

1 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, تفسير المراغى, Juz I (Libanon-Bairut: Darul Fikri,t.th)., hlm. 98

Page 43: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

38

pihak orang Islam mengatakan pula, bahwa sembahyang yang akan diterika

Allah ialah dengan menghadap ke Masjidil Haram, Kiblat Nabi Ibrahim as

bapak dari segala Nabi.

Maka ayat ini menegaskan bahwa yang pokok bukanlah

menghadapkan muka ke kiblat dan menghadap muka itu bukanlah suatu

kebaktian yang dimaksud dalam agama, akan tetapi yang terpenting adalah

mengabdikan diri kepada Allah SWT.2

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa menghadap wajah kearah barat

dan timur bukanlah sebenarnya, yang terpenting adalah ketaqwaaan,

kebajikan dan keimanan kepada Allah SWT.

D. Asbabun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 177

Asbabun Nuzul Surat al-Baqarah ayat 177 ini, menurut Ahmad

Musthafa al Maraghi ialah orang –orang Nasrani menghadap kea rah timur.

Masing-masing golongan mengatakan golongannyalah yang benar dan oleh

karenanya golongannyalah yang berbakti dan berbuat kebajikan. Sedangkan

golongan lain adalah salah dan tidak diangapnya berbakti atau berbuat

kebajikan, maka turunlah ayat ini untuk membantah pendapat mereka.3

Menurut riwayat ar-Robi dan Qatadah, sebab turunya ayat ini karena

terjadi percecokan antar orang Nasrani yang sembahyangnya menghadap ke

timur dan orang yahudi yang ke barat. Masing-masing mereka menganggap,

bahwa merekalah yang benar sedang yang lainnya salah dan ibadahnya tidak

diterima.4 Maka turunlah ayat ini untuk membantah pendapat dan persangkaan

mereka.

Diketengahkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dari Abul Aliyah,

mengatakan bahwa kebajikan itu bukan hanya memalingkan muka ke arah

timur dan barat, tetapi berbakti pada kekatnya ialah beriman kepada Allah

dengan hati, dan membenarkan bahwa Allah SWT Maha Esa dan Maha Kuasa.

2 Ibid. 3 Ibid, hlm. 54 4 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain berikut

Asbabun Nuzul, Jilid I, Terj. Bahrun Abu bakar, (Bandung: Sinar Barual-Gensindo, 1997), hlm.193.

Page 44: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

39

Konkrit ceritanya dapat dilihat padatafsir Ibnu Katsier misalnya, disitu dapat

diceritakan bahwa sesungguhnya Nabi saw ditanya, ”Apakah iman itu?” Maka

beliau membaca ayat ini, ”Kebajikan itu bukanlah dengan menghadap

wajahmu ke arah timur dan barat”. Kemudian Rasulullah ditanya lagi. Maka

beliau membaca ayat ini juga. Kemudian beliau ditanya lagi. Maka beliau

bersabda imana ialah jika kamu melakukan kebaikan yang disukai oleh hatimu

dan jika kamu melakukan keburukan yang dibenci oleh hatimu.5

Maksud ayat ini adalah setelah Allah menyuruh kaum mukmin

menghadap ke Baitul Maqdis, Allah mengalihkan kiblat mereka ke ka’bah,

maka hal itu membuat ragu segolongan ahli kitab, dan sebagian kaum muslim.

Lalu Allah menurunkan ayat yang menjelaskan tentang hikmah pengalihan itu.

Tujuan pengalihan itu ialah untuk melihat siapa yang taat kepada Allah,

menjalankan segala perintah-Nya, menghadap kemana pun mereka disuruh,

dan mengikuti apa yang disyariatkan-Nya. Hal ini merupakan kebajikan,

ketakwaan, dan keimanan yang sempurna.

Kemudian dilihat dari urutan rentetan ayat di dalam musaf yakni ayat-

ayat sebelumnya, lalu ayat-ayat 174, 175, dan 176, maka yang paling sesuai

ialah bahwa ayat ini diturunkan mula-mula terhadap Ahli Kitab (Yahudi dan

Nasrani), karena pembicaraan masih berkisar disekitar mencerca dan

membantah perbuatan dan tingkah laku yang tidak baik dan wajar.

E. Munasabah Surat Al-Baqarah Ayat 177

1. Munasabah Surat Al-Baqarah dengan surat Sebelum dan sesudahnya

a. Dengan surat sebelumnya (Surat Al-Fatihah)

Surat Al-Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan

diperinci dalam Surat al-Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya. Dan

di bagian akhir Surat al-Fatihah disebutkan permohonan hamba, supaya

diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus,sedang surat al-Baqarah

dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur'an adalah kitab

yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu.

5 Al-Imam al-Fida’i Ismail Ibnu Katsir ad-Damasqyy,تفسر ابن كتثري., (Beirut: darul Kutub,

tth), hlm. 275

Page 45: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

40

Jadi, jelasnya dlihat dari isi dan kandungan kedua surat tersebut

memiliki korelasi yang erat dan jelas.

b. Dengan Surat sesudahnya (Surat Ali Imran)

Dalam Surat Al-Baqarah disebutkan nabi Adam as langsung

diciptakan Allah SWT, sedang dalam surat Ali Imran disebutkan tentang

kelahiran tentang Nabi Isa as yang kedua-duannya menyimpang dari

kebiasaan. Di samping itu di dalam surat Ali Imran menyebutkan

tentang orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang

mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk menfitnah orang-orang

mukmin.6 Jadi, jelaslah bahwa surat Al-Baqarah dengan surat Ali Imran

ada hubungan yang jelas.

Dari uraian di atas tampaklah ada munasabah antara surat

sebelumnya (Surat Al-Fatihah) dan sesudahnya (Surat Ali Imran) dengan

surat Al-Baqarah. Kalau surat Al-Fatihah menerangkan tentang agar

dberi petunjuk oleh Allah ke jalanyg lurus. Sedangkan dalam surat Ali

Imran menerangkan orang yang tidak mau mengikuti perintah Allah

kejalan yang lurus, malah menyimpang dari ajaran-Nya dan memusuhi

orang-orang mukmin. Dan surat Al-Baqarah memerintahkan untuk

menuju jelan yang lurus, yatu berpegang teguh pada Al-Qur'an. Dengan

demikian dapat dilihat antara kedua surat tersebut terdapat korelasi.

2. Munasabah Ayat Surat Al-Baqaraha Ayat 177

Al-Baqarah ayat 177mempunyai kesesuaian atau hubungan dengan

surat al-Baqarah ayat 189, keduanya menerangkan tentang kebajikan dan

ketaqwaan. Pada ayat 177 ini Allah menegaskan bahwa kebajikan bukanlah

pada persoalan menghadapkan wajah ke barat atau timur, melainkan

kebajikan itu pada ketaatan menjalankan perintah-Nya. Dan pada ayat 189

Allah menegaskan bahwa kebajikan itu bukanlah pada langkah masuk

rumah lewat pintu belakang,melainkanbahwakebajikan terwujud dalam

ketaqwaan.

6 M. Sonhaji, dkk, Al Qur'an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1990),

hlm. 49

Page 46: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

41

Dariuraiandi atas nampaklah bahwa kedua ayat tersebut memiliki

kaitan yang jelas, yaitu menerangkan kebajikan dengan taqwa.

F. Tafsir Surat al-Baqarah ayat 177

Dalam menafsirkan terhadap ayat di ats penulsi akan menggunakan

beberapa pendapat dari para musafir, sebagaimana diuraikan berikut ini.

1. Hamka

Hamka dalam TafsirAl-Azhar7 menjelaskan bahwa keimanan atau

kepercaaan hati bukanlah semata-mata hafalan mulut tapi pendirian hati.

Dia membekas kepada perbuatan sehingga segala gerak langkah di dalam

hidup tidak lain, melainkan sebagai akibat atau dorongan dari iman

seumpama apabila kita merasai dan mengunyah-ngunyah semacam daun

kayu, kita mengenal rasanya dan mengetahui bahwa rasa yang ada pada

daun itu, rasanya yang demikian jugalah yang akan terdapat pada uratnya,

kulit batangnya, dahan rantingnya, apakah lagi pada buahnya, sebab dari

pada batang barang tidajklah akan hasil bauah delima, dan dari ilalang

tidaklah keluar padi .

Kemudian menurut Hamka, keimanan tersebut harus disertai dengan

amal perbuatan yang nyata dengan memberikan harta yang dicintai kepada

anak-anak yatim, orang usafir yang membutuhkan, orang-orang yang

terpaksa meminta-minta, dan memberikan harta untuk memerdekakan

hamba sahaya. Di samping itu sabar baik dalam taat kepada Allah dan

Rasul-Ny, maupun ketika dalam peperangan.

Dari tafsirnya ayat ini dapat penulis pahami bahwa kebajikan itu

bukanlah semata-mata telah mengerjakan shalat, zakat dan sebagainnya.

Tetapi kebajikan adalah apa yang telah berurat berakat di dalam hatimu,

dari rasa taat kepada Allah.

7 Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (Hamka), Tafsir al-Azhar, Juz II

(Jakarta: Panji Masyarakat, 1982), hlm. 97

Page 47: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

42

2. Sayyid Qutb

Sayyid Qutb dalam tafsir fi Dzilalil Qur’an8 menjabarkan bahwa

kebajikan yang dimaksud dalam ayat ini pada hakekatnya adalah iman

yang diserai dengan amal shaleh. Menurutnya iman yang dimaksud adalah

tanda kebajikan yang mengyangkut dengan sikap batiniah, akan tetapi

kebajikan itu tidak hanya dengan sikap batin saja, melainkan harus

dilahirkan dengan tindakan nyata yang dapatdilihat yaitu dengan

memberikan bantuan harta yang dicinyai baik pada keluarga dan kerabat,

anak yatim, fakir miskin, paramusafir, dan memberikan harta untuk

memerdekakan hamba sahaya. Di samping itu perlu disempurnakan lagi

dengan amal shaleh, diantarannya adalah mendirikan shalat, mengeluarkan

zakat, menepati janji, dan sabar dalam penderitaan, kesulitan serta ketika

dimedan jihad.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwasannya kebajikan dalam

aqidah itu tidak cukup, akan tetapi harus diaplikasikan dalam kehidupan

serta perilaku sehari-hari.

3. Ahmad Mustafa al-Maraghi

Ahmad Mustafa Al Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi

mengungkapkan bahwa menghadap ke timut atau barat itu tidak

mengandung unsur kebajikan. Pekerjaan itu pada hakkekatnya tidak

merupakan suatu kebajikan. Tetapi yang dinamakan kebajikan yang

sesungguhnya adalah iman, yang dibuktikan dengan amal perbuatan dan

tingkah laku yang mencerminkan keimanan tersebut.

Amal perbuatan yang dimaksud dalam ayat ini adalah mengeluarkan

harta kepada orang-orang yang membutuhkan yaitu: sanak famili yang

membutuhkan, anak-anak yatim, kaum fakir, ibnu sabil, orang-orang yang

minta-minta, hamba sahaya, termasuk didalamnya menebus tawanan

perang, sehingga ia mendapatkan kemerdekaan dirinya.

8 Sayyi Qutb, تفسر ىف ظالل القرأن, (Beirut: Ihya’i At-Thiraan Al-Araby, 1391), hlm. 283-

287

Page 48: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

43

4. Muhammad Al-Razi

Muhammad al-Razi dalam kitab Tafsir Al Kabir menyebutkan

beberapa hal tentang kebajikan yaitu:

a. Kebajikan itu bukanlah engkau menghadapkan wajahmu ke arah barat

atau timur, melainkan kebajikan itu adalah engkau mengumpulkan

segala aspek yang diuraikan dalam ayat ini.

b. Kesempurnaan kebajikan adengkau menggunakan pekerti yang terpuji,

salah satunya menghadap kiblat

c. Kebajikan itu buknalah menghadapkan wajahmu ke arah barat dan

timur, tetapi kebajkan itu adalah menghindari perbuatan dosa dam

perbuatan tercela.

d. Menghadap kiblat buknalah suatu kebajikan jikalau engkau tidak

mengenal Allah, namun kebajikan itu adalah iman kepada Allah.9

5. M. Quraish Shihab

M. Quraish shihab dalam tafsir al-misbah, menjelaskan bahwa ayat

ini bermaksud menegaskan bahwa menghadapkan wajah (shalat) kearah

timur dan barat itu bukanlah kebajikan yang sempurna, atau bukan satu-

satunya kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan sempurna itu adalah

orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan sebenar-

benarnya iaman sehingga meresap kedalam jiwa dan kmembuahkan anak

saleh, percaya juga kepada malaikat-malaikat, kitab-kita suc, para nabi

sebagai manusia pilihan tuhan, itulah sisi kebajikan keimanan yang

abstrak(tidak tampak), sedangkan contoh-contoh kebajikan dari sisi lahir

adalah kesediaan mengortbankan kepentingan pribadi demi orang lain,

memberikan harta secara tulus demi meraih cintanya, kepada kerabat, anak

yatim, orang meminta-minta, musyafir, orang miskin, hamba sahaya, salat,

9 Imam Fakhrudin Muhammad bin Umar bin Husain bin Hasan bin Ali al-Tamimi al-

Bakri ar-Razi as-Syafi’i, تفسريالكبري, Jilid VII-VIII (Bairut-Libanon: Darul al-Kutub al-Alamiyah, 1990), hlm 98

Page 49: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

44

zakat, dan orang yang menepati janji apabila berjanji, orang-orang yang

sabar dan benar imannya.10

6. M Nawawi Al-Jawi

املشرق واملغرب بل الربال حيصل االعند ان صفة الرب ال حتصل مبجر دا ستقبال جمموع أمور أحدهااال ميان با اهللا فأهل الكتاب أخلو ابذلك فان اليهودقلوا بالتجسم وو صفوااهللا تعاىل بالبخل وقالوا عزير ابن اهللا وان النصارى قال

املسيح ابن اهللا وصنيها االميان باليوم االخر فاليهود اخلوا ذا االميان حيث ولن متسنا النر االأيام معدودة والنصار أنكروا املعاد اجلسمان وثالثها االميان قال

باملال ئكة فاليهود اخلوا بذلك حيث أظهروا عداوة جربيل عليه السالم ورابعها االميان بكتب اهللا فاليهود والنصارى قد أخلوا بذلك حيث مل يقبلوا القران

لوا بذلك حيث قتلوا االنبياء وطعنوا ىف وخامسها االميان بالنبيني واليهود أخنبوة حممد صلى اهللا عليه وسلم وسادسها بذل االموال على وفق امر اهللا تعاىل

واليهود أخلوا بذلك ألم يلقون الشبهات لطلب املال القليل وسابعها اقامة الصلوات والزكوات فاليهود كانوا مينعون الناس منهما وثامنها الوفاء بالعهد

.واليهود نقضوا العهد “Perkataan ليس الرب adalah ini jamak (isim nama untuk mengumpulkan atau mengelompokkan segala kebaikan (keta’atan). Lalu perkataan ولكن الرب adalah isim fa’il (nama pelaku/subyek) dari asal hak برر dengan dibaca kasrah ra’ yang pertama ketika ra’ diidghamkan maka ba’nya dibaca kasroh menjadi بر menjadi masdar mengandung arti اسم العاعر (nama pelaku yang berarti dibaca juga dengan البار sebagai nama qiro’ah syadzah menjadi perdebatan para ahli tafsir siapa sebenarnya yang diajak bicara oleh Allah dengan ayat ini. Sebagian ulama mengetahui bahwa yang diajak bicara adalah kaum Yahudi berkaitan dengan pembangkangannya pun tetap

menghadap ke Baitul Maqdis (Palestina), kemudian Allah berfirman ليس Tidaklah yang disebut kebaikan itu“ الربهزه الطريعة ولكن الرب من امن باهللا

adalah jalan ini, tetapi kebaikan itu adalah beriman kepada Allah”.

10 M. Quraish Shihab, Tafasir Al-Misba, Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur'an,

(Yakarta: Lentera Hati, 2002), hlm, 390

Page 50: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

45

Sebagian ulama mengadakan bahwa yang diajak bicara Allah itu adalah orang-orang mukmin karena mereka menyangka telah memperoleh tujuan ke arah ka’bah karena mereka mencintainya maka mereka menjawab dengan perkataan ini. Ka’bah ulama yang lain lagi mengatakan bahwa yang menjadi tujuan ayat ini adalah semuanya baik orang-orang Yahudi atau orang-orang beriman karena Allah. Beriman yang menjadi sifat kebaikan (الرب) tidak akan tercapai hanya karena menghadap ke timur atau ke barat, akan tetapi kebaikan itu tercapai adalah dengan cara mengumpulkan salah satu dari iman pada Allah, sedangkan Ahlul kitab menganggap itu tidak ada karena orang-orang Yahudi itu menganggap bahwa Allah itu memiliki wujud fisik bisa dilihat dengan mata kepala dhahir menyikapinya dengan sifat berakhlak dan menyatakan bahwa Uzain itu anak Allah dan orang-orang Nasrani mengklaim Isa a.s itu anak Allah. Kemudian yang kedua adalah iman kepada hari akhir, orang-orang Yahudi lebih mengakui ini, mereka mengatakan api itu tidak bisa menyentuh mereka kecuali pada akhir tertentu, orang-orang Nasrani mengingkari akan siksa mereka. Yang ketiga iman kepada malaikat, orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka tidak menerima al-Qur'an. Yang kelima iman kepada para nabi, orang-orang Yahudi mengingkari membunuh para Nabi dan mengklaim kenabiannya Muhammad saw. Keenam menyerahkan harta untuk memenuhi perintah Allah orang-orang Yahudi menolaknya.Yang ketujuh menjalankan shalat dan zakat orang-orang yahudi menolaknya Yang kedelapan menepati janji orang-orang Yahudi merusaknya.11

Dari penjelasan di atas penulis dapat memahami bahwa kebajikan

yang dimaksud adalah iman dan amal shaleh, yaiut mewujudkan iman dan

amal perbuatan yang sebenar-benarnya. Dengan kata lain, dapat

menerangkan segala aspek yang disebutkan dalam ayat ini baik dalam segi

aqidah, ibadah, sosial, maupun akhlak.12

Dari beberapa uraian tafsir di atas dapat dipahami bahwa antara tokoh

tafsir klasih dan tokoh tafsir modern tidak ada perbedaab yang lebih prinsip.

Artinya,banyak kesamaan pandangan dalam memahami surat al-Baqarah ayat

177 ini, yang berbeda hanyalah dalam segi redaksi dan segi klasifikasi atau

penggolongan aspek/bidang yang tertera dalam ayat ini.

11 Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, التفسري املنري ملعامل الترتيل, Juz I (Bairut-Libanon:

Darul Fikri, t.th), hlm. 45 12 Muhammad al-Rozi, Tafsir Al-Kabir, (Beirut: Darul Fikr, 445-406 H), hlm. 37

Page 51: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

46

G. Pengolompokan isi Surat al-Baqarah ayat 177

Surat al-Baqarah ayat 177 ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa

bidang aspek sebagaimana yang sudah dibahas di atas diantaranya: aspek iman

dan amal shaleh, yang kemudian dapat dijabarkan menjadi aspek aqidah,

ibdah, akhlak, sosial bahkan aspek sosial politik.

Dari beberapa pembagian aspek tersebut di atas, Muhammad Husain

At-Thabataba’i13 dalam Tafsir Mizan didukungoleh Mahmud Syaltut

menyimpulkan kendungan ayat ini menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Aspek Keimanan

Dalam surat al-baqarah ayat 177 ayat petikan surat yang berisi

tentang keimanan adalah

ائكة والكتاب والنبينيمن آمن بالله واليوم الآخر والمل

Aspek keimanan meliputi beriman kepada Allah dengan

sesungguhnya, dengan meyakinan bahwa dia yang memberi manfaat dan

menimpakan mudharat kepada seseorang. Beriman kepada Hari Akhir yaitu

hari pembalasan dan perhitungan segala isi, hari kesenangan atau

kecelakaan abadi. Beriman kepada Malaikat yang masing-masing memiliki

tugas dari Allah. Beriman kepada Nabi, tanpa membedakan diantara

mereka. Beriman kepada kitab-kitab dengan meyakini semuannya.

Iman itu cukup hanya di simpan dalam hati. Iman harus dilahirkan

atau diaktualisasikan dalam bentuk perbuatan yang nyata dan dalam

bentuk amal shaleh atau perilaku yang baik. Kalau sudah demikian,

barulah dikatakan iman itu sempurna.

Orang yang beriman berkisar sekitar empat hal, yaitu: (1) Iman

harus benar dan ikhlas, (2) Orang yang beriman harus menunjukkan

perbuatan baik dan kedermawanan kepada manusia, (3) orang yang

beriman harus menjadi warga masyarakat yang baik dan berpartisipasi

terhadap kegiatan lembaga-lembaga sosial-kemasyarakatan atau organisasi

13 Muhammad Husain al-Thabatha’i, ر القرأنالتفسي . Beirut: Muasanah Al- ‘Alami) , , فىن املزاlil Matbuah, 1369), hlm. 409

Page 52: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

47

sosial, (4) dan harus tetap tabah dan tidak goyah dalam keadaan bagaimana

pun juga.14

Kekhasan kata al-birr yang lain adalah adanya koneksi (hubungan)

yang sangat eksplisit dengan kata taqwa. Dalam ayat 177 surat al-Baqarah

ini hubungan al-birr dan al-iman sangatlah jelas dan keduannya tidak dapat

dipisahkan karena jika dicermati al-birr merupakan wujud konkret iman.

Al-birr menjadi simbol orang-orang yang benar imannya.15

Beberapa buah dan pengaruh keimanan bagi kehidupan sehari-hari

bagi manusia diantaranya:

1) Menjadikan orang lebih percaya diri

2) Memberi ketenangan

3) Memberi rasa aman

4) Memberi kebahagiaan

5) Menjadikan orang beriman hidup optimis dan pasti

Selain itu menurut Daradjat seseorang yang keimanannya telah

menguasainya, walau apapun yang terjadi tidak akan mengganggu atau

mempengaruhinya.Ia yakin bahwa keimanannya itu akan membawanya

kepada ketentraman batin. Maka sesuatu yang diimani itu hendaknya

selalu ada dan terpelihara baik. Kemudian masih seseorang yang memiliki

keimanan dan ketakwaan yang tinggi, apabila ia menghadapi suatu

problemmatika hidup, ia akan menghadapinya dengan sabar dan tidak

mudah putus asa, karena sebenarnya dalam diri manusia yang beriman,

tidak terjadi putus asa atau “reaksi-reaksi putus asa” dan “mekanisme

pertahanan diri” yang sifatnya merugikan.16

Dalam kitab Ihya Ulumuddin17, Imam Al-Ghazali menganjurkan

tentang asas pendidikan keimanan ini agar diberikan kepada anak-anak

sejak dini. Menurutnya, Mendidik anak tentang keimanan pada awal

14 Thoyib I, M dan Sugiono, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 47 15 Ibid 16 Zakiyah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

1995), hlm. 40-41 17 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum A Din III, (Dar al Ihya’i Al-Kutubi Al-Arabiyah), hlm. 89.

Page 53: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

48

pertumbuhannya merupakan keharusan, yang dimulai menghafal,

memahami, kemudian beri'tikad, mempercayai dan membenarkan. Jadi,

jelaslah bahwa asas pendidikan keimanan, terutama akidah atau iman

kepada Allah harus diutamakan, karena akan hadir secara sempurna dalam

jiwa anak perasaan keTuhanan yang berperan sebagai fundamen dalam

berbagai aspek kehidupannya”. Keimanan yang tertanam kokoh dalam

jiwa anak, maka ia akan mewarnai kehidupanya sehari-hari. Jadi,

penanaman akidah atau iman adalah masalah pendidikan perasaan dan

jiwa, bukan akal pikiran sedangkan jiwa telah ada dan melekat pada anak

sejak kelahirannya, maka sejak mula pertumbuhannya harus ditanamkan

rasa keimanan dan akidah tauhid sebaik-baiknya.

Al-Ghazali mengaturkan cara berangsur-angsur mulai membaca,

menghafal, memahami mempercayai dan membenarkan, kemudian

tertanam sangat kuatnya pada jiwanya setelah ia dewasa, sehingga akan

mempengaruhi segala perilakunya yang menyangkut pola pikir, pola sikap

dan pola tindak lahir dan pandangan hidupnya. 18

Kemudian, Al-Ghazali memandang pada keyakinan yang

berdasarkan taklid (ikut-ikutan dengan dasar pengetahuan atau bahkan

tidak sama sekali) semata-mata itu mengandung kelemahan, dalam artian

mungkin hilang apabila datang lawan (sesuatu yang menantang

keyakinannya). Oleh karena itu harus diteguhkan dalam jiwa anak-anak

dan orang awam, sehingga imannya kuat, kokoh dan tidak tergoyahkan

lagi .19

b. Aspek Amal Perbuatan (ibadah)

Dalam surat al-baqarah ayat 177 ayat petikan surat yang berisi

tentang amal perbuatan (ibadah) adalah

وآتى المال على حبه ذوي القربى واليتامى والمساكني وابن السبيل والسائلني وفي الرقاب وأقام الصلاة وآتى الزكاة

18 Ibid 19 Ibid, hlm. 90.

Page 54: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

49

Yang meliputi mendirikan shalat sebaik mungkin dengan

memperhatikan segala syarat dan rukunnya. Menunaikan zakat sebagai

perintah membersihkan hartanya kepada yang berhak menerimannya.

Memberikan harta yang dicintainya,maksudnya memberikan harta yang ia

cintai dan memberikan harta karena cinta kepada Allah. Harta yang

dimaksudkan diberikan kepada karibkerabatnya yang masih dekat,anak-

anak yatim yang ditinggal mati ayahnya pada saat masih kecil, orang-orang

miskinyg tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, orang yang peminta-minta

yang tidak mampu lagi mencari kehidupan hidupnya dan sangat terpaksa,

ibnu sabil yang jauh dari keluarga dan harta yang meliputi penuntut ilmu,

penemu untuk kemanfaatan masyarakat, mubalig dan ahli silaturrahmi,

hamba sahaya yang tidak mampu membebaskan dirinya.

Menurut bahasa kata “ibadah” berarti patuh (al- tha’ah), tunduk

(al- khuduk) ubudiyah artinya tunduk (al-khuduk) dan merendahkan diri

(al- tazallu). Dalam pengertian khusus ibadah adalah perilaku manusia

yang dilakukan atas perintah Allah SWT seperti shalat, zakat, puasa dan

lain-lain.20

Dasar pelaksanaan ibadah bagi seseorang dalam agama Islam

merupakan cara untuk mensucikan diri bagi jiwa manusia atau pun

kehidupan sehari-hari.

Abdul Fatah Jalal engatakan bahwa beribadah itu tidak terbatas

hanya pada tata cara peribadatan yang telah ditentukan, melainkan

mempunyai makna yang lebih menyeluruh dan luas sekali, meliputi

seluruh aktivitas dan bidang kehidupan dan mencakup seluruh perbuatan,

karsa dan rasa. 21

Tujuan Ibadah dalam Islam bagi seseorang adalah:

1) Untuk memperkuat keyakinan dan pengabdian kepada Allah SWT.

20 Charles Schafer, Bagaimana Mempengaruhi Anak (Semarang: Dhahara Prize, 1994),

hlm. 16 21 Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali, Minal Ushul

Tarbiyah Fil Islam, (Bandung: Diponegoro, 1988), hlm. 139

Page 55: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

50

2) Untuk memperkuat tali persaudaraan dan tali kasih sayang seorang

Muslim.

3) Disamping untuk latihan spiritual ibadah juga dapat merupakan latihan

moral.22

Dari ayat diatas yang berkaitan dengan amal perbuatan atau ibadah

pada dasarnya mengisayaratkan bahwa ibadah itu di bagi menjadi du

macam yaitu :

1) Ibadah Mahdhah

Yaitu hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya,

yang cara, acara, dan upacaranya telah diatur secara terinci

dalam al-Qur’an dan sunnah Rasul.

Dalam fiqih Islam, pembahasan bagian ibadah ini

biasanya, meliputi: thaharah, shalat, zakat, shaum, dan hal-hal

yang secara langsung berhubungan dengan kelimanya.

2) Ibadah Ghairu Mahdah

Yaitu segala amal perbuatan yang titik tolaknya ikhlas,

tujuannya mencari ridha Allah dan garis amalnya amal shaleh.23

Menurut Jalaluddin Rakhmat, “ibadah yang pertama bersifat

ritual, sedang ibadah yang kedua bersifat sosial. Untuk tidak

mengacaukan orang awam (juga para ahli), para fuqaha menyebut

ibadah pertama adalah ibadah mahdhah dan ibadah kedua lazim

disebut mua’malah”.24

Keutamaan ibadah dalam Islam:

1) Bebas dari segala perantara

Islam telah melepaskan ibadah dari ikatan perantara yang

menghubungkan manusia dengan Sang Maha Pencipta. Para

ulama bukan perantara yang menghubungkan manusia dengan

22 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta, Bulan Bintang,

1985), hal. 40 23 Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 85-

86. 24Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1986), hlm. 138.

Page 56: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

51

Tuhan, atau mereka juga tidak memiliki hak untuk menerima

ataupun menolak peribadatan yang ditujukan kepada Tuhan. Di

dalam pandangan Islam, para ulama tersebut hanyalah manusia

yang memiliki fungsi tambahan untuk menuntun mereka yang

tidak berpengetahuan. Dalam Islam, kewajiban tersebut

merupakan kewajiban bagi mereka yang memiliki kelebihan

ilmu. Dengan kata lain Islam tidak membenarkan adanya

dominasi ulama terhadap kehidupan para pemeluknya.

2) Tidak ditujukan untuk wilayah tertentu

Islam tidak saja membebaskan peribadatan manusia dari

belenggu perantara, tetapi ia juga membebaskan dari keterikatan

terhadap tempat tertentu. Islam memandang seluruh tempat

bahkan di punggung hewan sekalipun, dan tentu saja masjid

yang sengaja dibangun untuk melaksanakan ibadah, merupakan

tempat yang layak untuk beribadah. Di mana saja seorang

manusia akan selalu dapat menghadapkan wajahnya kepada

Tuhannya.

3) Melingkupi segala

Ibadah dalam Islam tidak hanya terpaku pada bentuk-

bentuk doa atau pujian tertentu yang harus diucapkan atau

dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja. Islam

berpandangan bahwa segala perbuatan baik yang dilaksanakan

dengan tulus serta kesadaran bahwa yang dilaksanakan karena

perintah Tuhan serta semata-mata untuk mencari keridhaan-Nya,

maka hal tersebut merupakan ibadah dan untuk itu ia akan

mendapatkan pahala dari-Nya.25

c. Aspek Akhlak

Dalam surat al-baqarah ayat 177 ayat petikan surat yang berisi

tentang amal akhlak adalah

25 Khurshid Ahmad, dkk., Prinsip-Prinsip Pokok Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1989),

hlm. 47-48.

Page 57: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

52

حنياء ورالضاء وأسفي الب ابرينالصوا وداهإذا ع دهمهوفون بعالمو البأس

Dalam aspek ini Yang meliputi

1. Amanah

Dalam ayat diatas yang termasuk dalam amanh adalah menepati

janji apabila ada akad janji, baik janji kepada Allah maupun kepada

manusia dan sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam

peperangan.

Bentuk perjanjian itu ada tiga

a. Janji Hamba dengan Khaliqnya

Manusia ketika masih di alam rahim (alam ruh) telah

mengadakan perjanjian dengan Tuhannya, perjanjian tentang

pengakuan akan adanya Allah sebagai Tuhan yang harus disembah,

diibadahi, ditaati. Perjanjian ini jelas dalam QS. al-Qur'an surat al-

A’raf: 172

كبذ رإذ أخلى وع مهدهأشو مهتيذر ورهمظه من مني آدب من أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا

ذا غافلنيه ن172﴿ع﴾ “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, “betul” (Engkau Tuhan kami) Engkau menjadi saksi” (kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat) kamu tidak mengatakan sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lupa.”26

Kehidupan ini seluruhnya diikat dengan janji, mengakui

hamba Allah artinya menepati janji dengan Allah bersaksi bahwa

Muhammad utusan Allah, mematuhi perintah dan larangannya.27

26 Soenarjo, dkk., al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004),

hlm. 232 27 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II, (Jakarta: Panji Masyarakat, 1982), hlm. 108

Page 58: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

53

b. Janji Manusia dengan Manusia

Seluruh hidup kita sesama manusia adalah ikatan janji

belaka, mendirikan negara adalah suatu janji bersama akan hidup

dengan rukun, kepentingan pribadi dikesampingkan manakala telah

bergabung dengan kepentingan bersama. Akad nikah juga

merupakan ikat janji, khalifah dengan rakyat lebih dulu berjanji

dengan yang mengangkatnya, yaitu rakyat yang disebut dengan baiat.

Dalam dunia perdagangan, penjual dan pembeli terikat dengan janji,

peminjam dengan yang dipinjami terikat dengan janji akan

mengembalikan uangnya sehingga harus dicatat agar di kemudian

hari tidak terjadi pengingkaran. Firman Allah QS. Al-Baqarah: 282.

وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدوا إذا تنآم ا الذينها أيي… ﴿282﴾

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”28

c. Janji Negara dengan Negara

Suatu negara tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya

pengakuan dari negara lain, kemerdekaan suatu bangsa sangat

bergantung dengan pengakuan suatu negara diwilayah itu, negara

merupakan alat untuk mempersatukan rakyat dan melindunginya

agar bisa berhubungan dengan negara-negara lain, meningkatkan

hubungan dalam rangka meningkatkan ekonomi, politik, sosial,

budaya dan etika-etika lain yang disepakati bersama. Hal ini bisa

dilihat dalam al-Qur'an surat al-Hujarat: 13.

يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا ه أتقاكم إن الله عليم خبري وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الل

﴿13﴾

28 Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 282

Page 59: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

54

“Wahai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya kamu saling kenal mengenal, sungguh yang paling mulai diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”29

Maka seluruh kehidupan di dunia ini adalah mata rantai

belaka dari ikatan janji, baik janji kepada Tuhan, janji dengan sesama

makhluk. Maka orang beriman belumlah mencapai kebaikan kalau

tidak teguh memegang janji itu. Orang yang mengingkari janji

dengan manusia sebenarnya berarti ingkar janji juga dengan

Tuhannya.30

Dari tiga kandungan dasar diatas akhir dari perjalanan itu adalah

terciptanya orang orang uyang taqwa yaitu orang-orang yang sesuai sikap,

perbuatannya, itulah orang-orang yang bertakwa.31

Mereka itulah orang-orang yang benar-benar imannya dan mereka

itulah orang-orang yang takwa demikian itulah penutup ”Al-Bir” mereka

itulah yang benar-benar imannya, benar mal perbuatannya benar dalam

moralnya, maka mereka yang benar mendapat gelar taqwa, yang taqwa

secara mutalak, yang bekerja untuk segala yang dapart membawa kebaikan

bagi diri sendiridan masnusia, serta menjauhkan diri dari yang membawa

madharat atas dirinya dan orang lain.32

2. Sabar

Dari sekian banyak keterangna tentang aspek akhlak, yang

menjadi kunci pokok dari kajian ini menurut peneliti adalah sabar,

karena degnan kesabaran akan menjadikan kita berhati hati dalam

menjalkani hidup dan mendekatkan diri degnan Allah.

Menurut kaca mata Islam orang yangperkasa bukanlah seorang

yang mempunyai fisik dan otot yang kuat, mampu menaklukkan dan

29 Ibid.,hlm. 745 30 Hamka, op. cit.,hlm. 109 31 Quraish Shihab, op. Cit, hlm 391 32 Mahmud Saltut, op. cit, hlm. 175-176.

Page 60: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

55

mengaahkan lawan-lawannya,. Tetapi orang yang perkasa adalah yang

dapat bertindak penuh pertimbangan dan sabar, serta mampu

mengendalikan nafsunya ketika marah.33

Secara khusus, sabar juga mengandung arti sikap konsisten

untuk senantiasa menentukan pilihan maju (progression choise) dan

senantiasa menghindarkan diri dari pilihan-pilihan mundur (regression

choise)34

Secara umum sabar ditujukan kepada segenap makhluk jenis

manusia dan secara khusus sasarannya adalah orang-orang yang

beriman. Orang-orang yang beriman akan menghadapi tantangan,

gangguan ujian, cobaan, Yang menuntut pengorbanan harta benda

dan jiwa yang berharga bagi mereka.35

Telah menjadi sunnatullah, manusia selalu berhadapan dengan

lawan yang selalu melakukan tipu daya, merencanakan kejahatan

dan mencuri kesempatan untuk menimbulkan kerugian dan bencana.

Hal ini dapat dilihat secara historis perjalanan Nabi-Nabi utusan

Allah dalam menyampaikan ayat-ayat-Nya (kebenaran) di muka bumi

ini. Allah menciptakan Iblis bagi Nabi Adam, Raja Namruz bagi Nabi

Ibrahim, Fir’aun bagi Nabi Musa, Abu Jahal dan kawan-kawannya

bagi Nabi Muhammad SAW36. Sinyalemen ini dapat dilihat dalam

salah satu Firman Allah SWT,

ذلك جعلنا لكل نبي عدوا من المجرمني وكفى بربك هاديا وك ونصريا

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi musuh dari orang-orang yang berdosa.” (Q.S. Al Furqan: 31) 37

33 Muhammad Ali Hasyimi, Syahsiyah Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm.

53 34 Hasyim Muhammad , Dialog Tasawwuf dan Psikologi : Telaah Atas Pemikiran

Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Pustaka pelajar offset, Cet. I, 2002), hlm. 122

35 Yusuf Qordhowi, Al Qur’an Menyuruh Kita Sabar, Terj.H.A. Aziz Salaim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani Press, Cet.II, 2003), hlm. 20

36 Yusuf Qordhowi, op. cit, hlm 20 37 Soenarjo, dkk, op. Cit, hlm. 236

Page 61: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

56

Dalam Hadit nabi bersabda :

روى الشيانخع ب انعى سالدي يرذخض راهللاي ع نن أهن ا ماسأل اننارص لأسوا رساهللالو ى اهللال صل عهيو لسأ فمطعاهثم ملأ سوأ فاهطعاهمح ىت فندا ع مندلالق فه هخم ينع فنل كقش بئي هديم كا يمن نخ عري ى دن ربصت ينم و اهللاهنغ ينغتس ينم و اهللاهفع يففعتس ينم ومكن عهرخد أنلفيبصراهللاه و ا أمطعاي حداءط عخ يرأا ووسمع نالص رب

Bukhari Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudry bahwa sejumlah orang Anshar pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW lalu beliau memberinya. Mereka lalu meminta untuk kedua kalinya dan beliau pun memberinya, sehingga beliau tak lagi memiliki sesuatu yang beliau berikan. Saat memberikan yang beliau miliki itu, beliau bersabda: “Tidak ada sedikit hartapun yang kusimpan untuk tidak kuberikan kepada kalian. Barang siapa yang bertekad keras untuk menjaga kesucian diri, maka Allah akan menjaga kesuciannya, barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberinya kecukupan, barang siapa yang mau melatih diri untuk bersabar, maka Allah akan memberikan kemampuan untuk bersabar. Tiada karunia yang diberikan Allah kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”38

Sehingga sabar bukanlah sekedar kebajikan tambahan atau

pelengkap tetapi sesuatu keharusan yang sangat dibutuhkan manusia

dalam meningkatkan aspek material maupun spiritulnya. Al Qur’ran

sendiri sangat memperhatikan sabar, karena ini merupakan sikap hidup

yang harus dimiliki bagi setiap mukmin untuk menunjukkan eksistensi

dan ketahanan diri dalam menghadapi cobaan. Bahkan Ibnul Jauzy

menganggap sabar sebagai sebuah kewajiban yang harus dimiliki setiap

muslim.39

38 Syaikh Yusuf An-Nabhani, Ringkasan Riyadhus Shalihin, Terj. Abu Khodijah Ibnu

Abdurrohim, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 156 39 Ibnul Jauzy, Shaidul Khatir Bisikan Hati Inbul Jauzy, Terj. Ibnu Ibarahim, (Jakarta:

Pustaka Azam, 1998, hlm. 144

Page 62: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

57

Sabar sering juga dipahami sebagai tetap dan teguhnya

dorongan. Dorongan keagamaan dalam menghadapi dorongan hawa

nafsu.40 keagamaan adalah sesuatu yang kepadanya manusia

ditunjukkan berupa ma’rifat (pengetahuan atau pengenalan) terhadap

Allah dan Rasul-Nya dan ma’rifat terhadap semua kemaslahatan yang

berkaitan dengan akibat yang baik (di akhirat nanti). Yakni suatu sifat

yang membedakan antara manusia dan binatang dalam mematahkan

syahwat-syahwatnya.

Maka barang siapa tetap teguh memegangi dorongan

keagamaan, sehingga dapat menguasainya dan terus menerus

memerangi dorongan-dorongan syahwatnya ia termasuk dalam

golongan orang-orang yang sabar. Sedangkan bila ia merasa kalah

dan lemah, sehingga tidak berdaya oleh syahwatnya, sementara ia

pun tidak sabar dan menolak mengusirnya, maka ia termasuk dalam

golongan pengikut syaitan.41

Menurut al Gazali sabar itu merupakan suatu maqam

(tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dari suatu kedudukan orang-

orang yang berjalan menuju kepada Allah SWT (orang-orang salihin).

ihwal dan amal perbuatan. Ma’rifat merupakan pokok atau dasar

yang akan mewariskan hal-ihwal. Dan hal-ihwal itu akan

membuahkan amal perbuatan.42

Ma’rifat itu ibarat pohon. Hal-ihwal itu adalah seperti rantingnya

dan amal perbuatan itu Dan ini terdapat pada semua kedudukan (tempat)

orang-seperti buahnya. orang yang berjalan kepada Allah. Maka

sabar pada hakekatnya adalah ibarat dari ma’rifat itu dan amal

perbuatan adalah seperti buah yang keluar dari ma’rifat. Bila dicermati

40 Syeikh Muhammad Djamaluddin Al Qasimy Ad Dimsyaqi, Bimbingan Orang-orang

Mukmin, Terj. Abu Ridha, (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993), hlm. 698 41 Ibid, 42 Al Ghazali, Ihya’ulumuddin, Terj. Rof. Tk.H. Ismail Yakub SH, (Jakarta: CV. Faizan,

Jilid VI, Cet.II, 1982). hlm.273

Page 63: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

58

dengan seksama, ternyata sabar hanyalah karakter yang hanya dimiliki

manusia.

Hewan atau binatang hanya dikuasai oleh dorongan-dorongan

nafsu birahi, sedangkan para malaikat tidaklah dikuasai oleh hawa nafsu.

Mereka semata-mata diarahkan pada kerinduan untuk menelusuri

keindahan hadirat ketuhanan dan dorongan kearah derajat kedekatan

kepada-Nya. Mereka bertashbih mensucikan Allah SWT sepanjang

siang dan malam tiada henti. Pada diri mereka (malaikat) tidak ada

dorongan-dorongan nafsu yang mengarah pada kemaksiatan dan

pendurhakaan terhadap kehendak Tuhannya.43

Sementara pada diri manusia cenderung dikendalikan

oleh dua kekuatan (potensi) yang saling mempengaruhi (menyerang)

dan berebut untuk menguasainya. Yang pertama, adalah potensi yang

berasal dari Allah dan Malaikat-Nya yang berupa akal pikiran

berikut seluruh instrumennya. Yang kedua adalah potensi yang

mengarah pada pengingkaran serta kontra dengan potensi yang

pertama. Potensi ini merupakan pengaruh dari syetan yang berupa

hawa nafsu dan seluruh instrumennya.

Potensi ketuhanan yang berupa unsur pendorong agama dan

akal selalu memerangi pasukan syetan dengan berbagai daya

upaya menjerumuskan manusia ke lembah kemaksiatan dan

kehinaan. Jika dorongan agama lebih kuat dalam menghadapi

pendorong hawa nafsu hingga dapat mengalahkannya, maka berarti

telah mencapai tingkatan (maqam) sabar.

Dari tiga kandungan dasar diatas akhir dari perjalanan itu adalah

terciptanya orang orang yang taqwa yaitu orang-orang yang sesuai sikap,

perbuatannya, itulah orang-orang yang bertakwa.

أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون

43 Imam Al-Ghazali, Teosofia Al-Qur’an, (Surabaya: Risalah Gusti, 1988). hlm. 236

Page 64: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

59

Mereka itulah orang-orang yang benar-benar imannya dan

mereka itulah orang-orang yang takwa demikian itulah penutup ”Al-Bir”

mereka itulah yang benar-benar imannya, benar mal perbuatannya benar

dalam moralnya, maka mereka yang benar mendapat gelar taqwa, yang

taqwa secara mutalak, yang bekerja untuk segala yang dapart membawa

kebaikan bagi diri sendiridan masnusia, serta menjauhkan diri dari yang

membawa madharat atas dirinya dan orang lain.44

H. Nilai-Nilai Keimanan Sebagai Manifestasi Ketakwaan Dalam Surat Al-

Baqarah Ayat 177

Dari akhir ayat ini menjelaskan tentang ketaqwaan yang menyeluruh.

Ketaqwaan itu bukan saja masalah keduniaan tetapi juga, masalah keahiratan.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa pengertian tentang essensi taqwa itu sendiri

dari para mufasir.

Di dalam Tafsir Al-Maraghi, Ahmad Musthafa Al-Maraghy

menjelaskan bahwa takwa adalah mencegah agar supaya Allah jangan sampai

murka terhadap-Nya dengan ejlan menjauhi pernuatan dosa dan larangan-

larangan-Nya.45

Di dalam Tafsir Mizan dijelaskan bahwa takwa adalah berbakti kepada

Allah dan takut akan siksaan-Nya, dengan cara meninggalkan segala larangan-

Nya dan menjauhkan diri dari segala perbuatan yang menimbulkan dosa

terhadap-Nya.46

Sedangkan menurut Tafsir Al Azhar dikemukakan bahwa takwa adalah

pemeliharaan. Orang yang bertakwa berarti orang yang selalu memlihara

hubungannya dengan Allah.47

Keimanan yang tersebut pertama kali dalam surat Al-Baqarah ayat 117

adalah merupakan tahap awal menuju tercapainya kualitas takwa seorang

44 Mahmud Saltut, hlm. 175-176. 45 Ahmad Mustafa al-Margay, op. cit., hlm. 107 46 Muh. Husain, At-Thabathaba’i, op.cit, hlm. 430 47 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz II, (Jakarta: PT.Pustaka Panjimas,1984), hlm. 78.

Page 65: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

60

muslim. Degnan keimanan yang baik akan berimbas pada kualitas amal ibadah

dan akhlakul yangm sesuai dengan ajaran Islam.

Keimanan iman kepada Allah SWT. akan menimbulkan antara lain;

1. Iman kepada Allah membebaskan diri dari penguasaan orang lain,

membesarkan hati, menentramkan jiwa, menumbuhkan harapan dan

optimisme.

2. Iman kepada Malaikat akan membangkitkan semangat mukmin untuk

mengabdikan diri kepada Allah SWT, mensucikan hati dan membersihkan

diri kepada sifat-sifat yang tidak disukai Allah.

3. Iman kepada kitab-kitab Allah mengandung hikmah antara lain;

menumbuhkan gairah untuk membacanya, memberi inspirasi, memahami

isinya dengan kesiapan mental untuk menjalankan dan mengikuti serta

meninggalkan apa yang dilarangnya kemudian disampaikan kepada orang

lain.

4. Iman kepada para nabi/rasul akan menumbuhkan keyakinan akan

kesempurnaan Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya meneladani jejaknya dengan mengamalkan sunnahnya baik

berupa ucapan, sikap, tingkah laku dan sebagainya.

5. Iman kepada hari akhir akan mendorong setiap mukmin memilih

perbuatan-perbuatan baik ketimbang perbuatan buruk yang tidak ada

nilainya di hadirat Tuhan, bahkan hanya mengurangi berat timbangan

amal baik di hari perhitungan kelak.

6. Iman kepada takdir akan menimbulkan keberanian, melahirkan

kepahlawanan dan menumbuhkan kesanggupan menghadapi berbagai

situasi. Apabila seseorang telah mengerti bahwa ia berada di pihak Tuhan,

ia akan mundur. 48

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa enam rukun iman dapat

memberikan kontribusi bagi terciptanya kondisi mental yang sehat. Mental

sehat yang dimaksud bukan terbatas pada makna kesehatan mental yang

48 Hawari, Dadang. Al-Qur’an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

(Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 2002), hlm 429.

Page 66: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

61

bersifat psikilogis, tetapi juga meliputi seluruh dimensi manusia baik fisik,

psikis maupun spiritual.

Islam membagi dua garis besar sebagai dasar wujud muslim sempurna,

bagian pertama adalah konsep atau teori atau yang lazim sekali disebut

sebagai Arkanul Iman (Rukun-rukun Iman), bagian yang kedua adalah praktek

sebagai suatu amalan-amalan ibadah yang mencakup segala apa yang harus

dikerjakan oleh seorang muslim, yang lazim sebagai Arkaanul Islam (Rukun

Islam) dan ditunjang dengan amalan-amalan ibadah sunah lainnya.

Iman dengan amal, bak mata uang atau bak dua sayap burung yang

tidak bisa dipisah-pisahkan, dimana amal merupakan manivestasi dari iman.

Dengan demikian amalpun harus berpedoman pada dasar-dasar hukum agama

Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

Maka jelaslah pengertian dasar iman dalam Al-Qur’an yang memberi

pengertian iman dengan membenarkan (At-Tashdiiq) dan iman dengan

pengertian amal (Iltizaam). Amal yang dikehendaki adalah amal iman, yakni

segala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah

digariskan oleh syara’.49

Rasulullah SAW menegaskan bahwa semua amalan dalam Islam

sebagai iman, mulai dari syahadat sampai amal yang paling kecil yaitu

membuang duri (sesuatu yang membahayakan orang lain) di jalan, dan malu

adalah salah satu cabang iman.

Hubungan iman dengan amal adalah hubungan budi dengan perangai,

hubungan antara makhluk dengan kholiknya, artinya seseorang yang percaya

dan memantapkan di hatinya bahwa Allah ‘Azza wa Jalla adalah Tuhannya,

taat kepada Rasul-Nya maka akan terdorong untuk mengerjakan perbuatan-

perbuatan yang diridhoi Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan harapan kelak

mendapat ridho dan kepercayaan yang tiada keragu-raguan, bahwa kelak akan

berjumpa dengan Rabbnya.

49 Zakiah Daradjat, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Universitas Terbuka, 1995), hlm. 158.

Page 67: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

60

BAB IV

IMPLEMENTASI KONSEP AL- BIRR DALAM SURAT AL-BAQARAH

AYAT 177 PADA PENDIDIKAN ISLAM

A. Konsep Al-Birr Dalam QS. Al-Baqarah 177

Sebagaimana telah penulis bahas pada bab sebelumnya, bahwa dalam

surat al Baqarah ayat 177 dapat dikelompokkan menjadi dalam beberapa

aspek yaitu:

a. Aspek Keimanan / Aqidah

Aspek keimanan meliputi imam kepada Allah, iman kepada Malaikat,

iman kepada Kitab-kitab, iman kepada Rasul-rasul, iman kepada Hari

Kiamat, dan iman kepada Takdir.

1. Iman Kepada Allah

Yang dimaksud Iman kepada Allah SWT adalah membenarkan

adanya Allah SWT, dengan cara menyakini dan mengetahui bahwa

Allah SWT wajib adanya karena Zatnya sendiri (Wajib Al-wujud li

Dzathi), Tunggal dan Esa, Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan

berdiri sendiri, yang Qodim dan Azali untuk selamanya. Dia Maha

Mengetahui dan Maha kuasa terhadap segala sesuatu, berbuat apa

yang Ia kehendaki, menentukan apa yang Ia inginkan, tiada sesuatupun

yang sama dengan-Nya, dan Dia Maha Mengetahui.1

Jadi Iman kepada Allah SWT adalah mempercayai adanya

Allah SWT beserta seluruh keAgungan Allah SWT dengan bukti-

bukti yang nyata kita lihat yaitu dengan diciptakannya dunia ini

beserta isinya.

2. Iman Kepada Para Malaikat

Iman kepada para malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu

makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah membangkang perintah-

1 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, A. Bayan, 1998), hlm. 113.

Page 68: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

63

Nya, juga makhluk gaib yang menjadi perantara-perantara Allah

SWT dengan para Rasul.

Kita percaya bahwa malaikat merupakan makhluk pilihan

Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan kepada-Nya,

pekerjaannya semata-mata menjunjung tinggi tugas yang diberikan

kepada mereka masing-masing.2

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT ialah meyakini bahwa

kitab-kitab tersebut datang dari sisi Allah SWT yang diturunkan kepada

sebagian Rasulnya. Dan bahwasanya kitab-kitab itu merupakan firman

Allah SWT yang Qadim, dan segala yang termuat didalamnya

merupakan kebenaran.3 Dan kita tahu kitab-kitab yang diturunkan

kepada Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat yang diturunkan pada

Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan Al-

Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

4. Iman Kepada Para Rasul

Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT

telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk

kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada 25 orang

yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Ibrahim, Shaleh, Luth, Ismail, Ishaq,

Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Su’aib, Harun, Musa, Ilyassa, Dzulkifli

Daud, Sulaiman, Ishak, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad

SAW sebagai Nabi terakhir.

5. Iman Kepada Hari Akhir

Hari akhir ialah Hari Kiamat, termasuk kebangkitan (al-ba’ts),

yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup,

sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti

dulu kala ada di dunia.4

6. Iman Kepada Takdir (Qodha dan Qodhar) 2 Kaelany HD, op.cit., hlm. 76. 3 Ibid., hlm. 82.

4 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, op. cit., hlm. 201.

Page 69: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

64

Iman kepada Qodha dan Qodhar adalah percaya bahwa segala

hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah SWT yang berlaku pada

makhluknya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu

berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah

SWT.5

Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa

segala sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT jadi

berserah dirilah kepada Allah SWT, dengan cara berusaha, berdoa dan

berikhtiyar kepada Allah. Karena Allah SWT memberi cobaan itu

pasti sesuai dengan porsi kita masing-masing, tidak ada yang kurang

atau lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan sesungguhnya

Allah SWT yang akan menentukan.

Jadi dalam pendidikan keimanan harus dapat memberikan

pemahaman kepada peserta didik sebagai seorang mu’min kita wajib

percaya kepada rukun Iman yang akan menjadi benteng yang kokoh

dalam kehidupan kita di dunia. Dan kita memang harus yakin bahwa

Allah SWT lah Tuhan kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai

Rasul, al-Qur’an sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang

teguh kepada agama Islam, beriman kepada semua yang telah

diciptakan Allah SWT.

Selain itu dalam pendidikan keimanan peserta didik juga harus

diajarkan tentang mempercayai atau berikan kepada mahluk gaib

lainnya karena Selain Malaikat Allah juga menciptakan makhluk yang

dinamakan Iblis, Setan dan Jin. Mengenai materi penciptaan Malaikat

dan Jin terdapat perbedaan: Allah menciptakan Malaikat dari Nur

sedangkan Jin diciptakan dari api yang panas, sebagaimana firman

Allah:

)27: احلجر . (والجان خلقناه من قبل من نار السموم

5 Ibid, hlm. 203.

Page 70: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

65

“Dan kami telah menciptakan Jin (sebelum Adam) dari api yang sangat panas”. (QS. Al-Hijr:27) 6

b. Aspek Ibadah

Dalam surat al-baqarah ayat 177 ayat petikan surat yang berisi

tentang amal perbuatan (ibadah) adalah

وآتى المال على حبه ذوي القربى واليتامى والمساكني وابن السبيل لاة والص أقامقاب وفي الرو ائلنيالسكاةوى الزآت

Yang meliputi mendirikan shalat sebaik mungkin dengan

memperhatikan segala syarat dan rukunnya. Menunaikan zakat sebagai

perintah membersihkan hartanya kepada yang berhak menerimannya.

Memberikan harta yang dicintainya,maksudnya memberikan harta yang ia

cintai dan memberikan harta karena cinta kepada Allah. Harta yang

dimaksudkan diberikan kepada karibkerabatnya yang masih dekat,anak-

anak yatim yang ditinggal mati ayahnya pada saat masih kecil, orang-orang

miskinyg tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, orang yang peminta-minta

yang tidak mampu lagi mencari kehidupan hidupnya dan sangat terpaksa,

ibnu sabil yang jauh dari keluarga dan harta yang meliputi penuntut ilmu,

penemu untuk kemanfaatan masyarakat, mubalig dan ahli silaturrahmi,

hamba sahaya yang tidak mampu membebaskan dirinya.

Dasar pelaksanaan ibadah bagi seseorang dalam agama Islam

merupakan cara untuk mensucikan diri bagi jiwa manusia atau pun

kehidupan sehari-hari.

Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa beribadah itu tidak terbatas

hanya pada tata cara peribadatan yang telah ditentukan, melainkan

mempunyai makna yang lebih menyeluruh dan luas sekali, meliputi

6 Soenarjo, op.cit, hlm 435

Page 71: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

66

seluruh aktivitas dan bidang kehidupan dan mencakup seluruh perbuatan,

karsa dan rasa. 7

Dari ayat diatas yang berkaitan dengan amal perbuatan atau ibadah

pada dasarnya mengisayaratkan bahwa ibadah itu di bagi menjadi du

macam yaitu :

1. Ibadah Mahdhah

Yaitu hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya,

yang cara, acara, dan upacaranya telah diatur secara terinci dalam

al-Qur’an dan sunnah Rasul.

Dalam implementasinya pada pendidkan Islam ibadah

maghdah ini terangkum pada mata pelajaran Fiqih, pembahasan

bagian ibadah ini biasanya, meliputi: thaharah, shalat, zakat,

shaum, dan hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan

kelimanya.

2. Ibadah Ghairu Mahdah

Yaitu segala amal perbuatan yang titik tolaknya ikhlas,

tujuannya mencari ridha Allah dan garis amalnya amal shaleh.8

Hal ini dapat diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan

ekstrakulikuler seperti Kepramukaan, Palang Merah Remaja

(PMR), Kegiatan Bakti Sosial dan sebagainya.

Menurut Jalaluddin Rakhmat, “ibadah yang pertama

bersifat ritual, sedang ibadah yang kedua bersifat sosial. Untuk

tidak mengacaukan orang awam (juga para ahli), para fuqaha

menyebut ibadah pertama adalah ibadah mahdhah dan ibadah

kedua lazim disebut mua’malah”.9

c. Aspek Akhlak

Dalam surat al-baqarah ayat 177 ayat petikan surat yang berisi

tentang amal akhlak adalah

7 Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali, Minal Ushul

Tarbiyah Fil Islam, (Bandung: Diponegoro, 1988), hlm. 139 8 Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 85-86. 9Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1986), hlm. 138.

Page 72: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

67

حنياء ورالضاء وأسفي الب ابرينالصوا وداهإذا ع دهمهوفون بعالمو البأس

Dalam aspek ini Yang meliputi

1. Amanah

Dalam ayat diatas yang termasuk dalam amanh adalah

menepati janji apabila ada akad janji, baik janji kepada Allah

maupun kepada manusia dan sabar dalam kesempitan, penderitaan

dan dalam peperangan.

Bentuk perjanjian itu ada tiga

a. Janji Hamba dengan Khaliqnya

Manusia ketika masih di alam rahim (alam ruh) telah

mengadakan perjanjian dengan Tuhannya, perjanjian tentang

pengakuan akan adanya Allah sebagai Tuhan yang harus disembah,

diibadahi, ditaati. Perjanjian ini jelas dalam QS. al-Qur'an surat al-

A’raf: 172

خذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على وإذ أأنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا

ذا غافلنيه ن172﴿ع﴾ “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, “betul” (Engkau Tuhan kami) Engkau menjadi saksi” (kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat) kamu tidak mengatakan sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lupa.”10

Kehidupan ini seluruhnya diikat dengan janji, mengakui

hamba Allah artinya menepati janji dengan Allah bersaksi bahwa

Muhammad utusan Allah, mematuhi perintah dan larangannya.11

10 Soenarjo, dkk., al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004),

hlm. 232 11 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II, (Jakarta: Panji Masyarakat, 1982), hlm. 108

Page 73: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

68

Dalam Pendidikan Islam implementasi bentuk perjanjian

hamba dengan Khaliknya dapat dilihat adanmya pelaksanaan

ibadah-ibadah wajib seperti Sholat, Zakat, Puasa, dan lain-lain.

b. Janji Manusia dengan Manusia

Seluruh hidup kita sesama manusia adalah ikatan janji

belaka, mendirikan negara adalah suatu janji bersama akan hidup

dengan rukun, kepentingan pribadi dikesampingkan manakala telah

bergabung dengan kepentingan bersama. Akad nikah juga

merupakan ikat janji, khalifah dengan rakyat lebih dulu berjanji

dengan yang mengangkatnya, yaitu rakyat yang disebut dengan baiat.

Dalam dunia perdagangan, penjual dan pembeli terikat dengan janji,

peminjam dengan yang dipinjami terikat dengan janji akan

mengembalikan uangnya sehingga harus dicatat agar di kemudian

hari tidak terjadi pengingkaran. Firman Allah QS. Al-Baqarah: 282.

وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدوا إذا تنآم ا الذينها أيي… ﴿282﴾

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”12

Implementasi bentuk perjanjian ini dapat dilaksanakan melalui adanya ketaatan dan kepatuhan peserta didik pada peraturan dan tata tertib sekolah.

Maka seluruh kehidupan di dunia ini adalah mata rantai

belaka dari ikatan janji, baik janji kepada Tuhan, janji dengan

sesama makhluk. Maka orang beriman belumlah mencapai kebaikan

kalau tidak teguh memegang janji itu. Orang yang mengingkari janji

12 Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 282

Page 74: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

69

dengan manusia sebenarnya berarti ingkar janji juga dengan

Tuhannya.13

Dari dua kandungan dasar diatas akhirnya tercipta output yang

bertaqwa yaitu peserta didik yang sikap dan perbuatannya sesuai dengan

ilmu yang telah diperolah pada proses pembelajaran.14

Mereka itulah orang-orang yang benar-benar imannya dan

mereka itulah orang-orang yang takwa demikian itulah penutup ”Al-

Bir” mereka itulah yang benar-benar imannya, benar amal

perbuatannya benar dalam moralnya, maka mereka yang benar

mendapat gelar taqwa, yang taqwa secara mutlak, yang bekerja untuk

segala yang dapart membawa kebaikan bagi diri sendiridan masnusia,

serta menjauhkan diri dari yang membawa madharat atas dirinya dan

orang lain.15

2. Sabar

Dari sekian banyak keterangna tentang aspek akhlak, yang

menjadi kunci pokok dari kajian ini menurut peneliti adalah sabar,

karena degnan kesabaran akan menjadikan kita berhati hati dalam

menjalkani hidup dan mendekatkan diri degnan Allah.

Menurut kaca mata Islam orang yangperkasa bukanlah seorang

yang mempunyai fisik dan otot yang kuat, mampu menaklukkan dan

mengaahkan lawan-lawannya,. Tetapi orang yang perkasa adalah yang

dapat bertindak penuh pertimbangan dan sabar, serta mampu

mengendalikan nafsunya ketika marah.16

Secara khusus, sabar juga mengandung arti sikap konsisten

untuk senantiasa menentukan pilihan maju (progression choise) dan

13 Hamka, op. cit.,hlm. 109 14 Quraish Shihab, op. Cit, hlm 391 15 Mahmud Saltut, op. cit, hlm. 175-176. 16 Muhammad Ali Hasyimi, Syahsiyah Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm.

53

Page 75: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

70

senantiasa menghindarkan diri dari pilihan-pilihan mundur (regression

choise)17

Secara umum sabar ditujukan kepada segenap makhluk jenis

manusia dan secara khusus sasarannya adalah orang-orang yang

beriman. Orang-orang yang beriman akan menghadapi tantangan,

gangguan ujian, cobaan, Yang menuntut pengorbanan harta benda

dan jiwa yang berharga bagi mereka.18

Telah menjadi sunnatullah, manusia selalu berhadapan dengan

lawan yang selalu melakukan tipu daya, merencanakan kejahatan

dan mencuri kesempatan untuk menimbulkan kerugian dan bencana.

Hal ini dapat dilihat secara historis perjalanan Nabi-Nabi utusan

Allah dalam menyampaikan ayat-ayat-Nya (kebenaran) di muka bumi

ini. Allah menciptakan Iblis bagi Nabi Adam, Raja Namruz bagi Nabi

Ibrahim, Fir’aun bagi Nabi Musa, Abu Jahal dan kawan-kawannya

bagi Nabi Muhammad SAW19. Sinyalemen ini dapat dilihat dalam

salah satu Firman Allah SWT,

وكذلك جعلنا لكل نبي عدوا من المجرمني وكفى بربك هاديا ونصريا

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi musuh dari orang-orang yang berdosa.” (Q.S. Al Furqan: 31) 20 Dalam Hadit nabi bersabda :

روى الشيخان عن ابى سعيد الخذري رضي اهللا عنه أن ناسا من األنصار لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسا رألوس ىتح مطاهفأع اهألوس ثم مطاهفأع

17 Hasyim Muhammad , Dialog Tasawwuf dan Psikologi : Telaah Atas Pemikiran

Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Pustaka pelajar offset, Cet. I, 2002), hlm. 122

18 Yusuf Qordhowi, Al Qur’an Menyuruh Kita Sabar, Terj.H.A. Aziz Salaim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani Press, Cet.II, 2003), hlm. 20

19 Yusuf Qordhowi, op. cit, hlm 20 20 Soenarjo, dkk, op. Cit, hlm. 236

Page 76: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

71

نفد ما عنده فقال لهم خين عنفق كل شيئ بيده ما يكن من خير عندى نه اهللا وغن يغتسي نماهللا و عفهي ففعتسي نمو كمنع هخرأد فلن ربصتي نم

يصبره اهللا وما أعطي احد عطاء خيرا وأوسع من الصبر

Bukhari Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudry bahwa sejumlah orang Anshar pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW lalu beliau memberinya. Mereka lalu meminta untuk kedua kalinya dan beliau pun memberinya, sehingga beliau tak lagi memiliki sesuatu yang beliau berikan. Saat memberikan yang beliau miliki itu, beliau bersabda: “Tidak ada sedikit hartapun yang kusimpan untuk tidak kuberikan kepada kalian. Barang siapa yang bertekad keras untuk menjaga kesucian diri, maka Allah akan menjaga kesuciannya, barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan memberinya kecukupan, barang siapa yang mau melatih diri untuk bersabar, maka Allah akan memberikan kemampuan untuk bersabar. Tiada karunia yang diberikan Allah kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”21

Sehingga sabar bukanlah sekedar kebajikan tambahan atau

pelengkap tetapi sesuatu keharusan yang sangat dibutuhkan manusia

dalam meningkatkan aspek material maupun spiritulnya. Al Qur’ran

sendiri sangat memperhatikan sabar, karena ini merupakan sikap hidup

yang harus dimiliki bagi setiap mukmin untuk menunjukkan eksistensi

dan ketahanan diri dalam menghadapi cobaan. Bahkan Ibnul Jauzy

menganggap sabar sebagai sebuah kewajiban yang harus dimiliki setiap

muslim.22

Sabar sering juga dipahami sebagai tetap dan teguhnya

dorongan. Dorongan keagamaan dalam menghadapi dorongan hawa

nafsu.23 keagamaan adalah sesuatu yang kepadanya manusia

ditunjukkan berupa ma’rifat (pengetahuan atau pengenalan) terhadap

21 Syaikh Yusuf An-Nabhani, Ringkasan Riyadhus Shalihin, Terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 156

22 Ibnul Jauzy, Shaidul Khatir Bisikan Hati Inbul Jauzy, Terj. Ibnu Ibarahim, (Jakarta: Pustaka Azam, 1998, hlm. 144

23 Syeikh Muhammad Djamaluddin Al Qasimy Ad Dimsyaqi, Bimbingan Orang-orang Mukmin, Terj. Abu Ridha, (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993), hlm. 698

Page 77: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

72

Allah dan Rasul-Nya dan ma’rifat terhadap semua kemaslahatan yang

berkaitan dengan akibat yang baik (di akhirat nanti). Yakni suatu sifat

yang membedakan antara manusia dan binatang dalam mematahkan

syahwat-syahwatnya.

Maka barang siapa tetap teguh memegangi dorongan

keagamaan, sehingga dapat menguasainya dan terus menerus

memerangi dorongan-dorongan syahwatnya ia termasuk dalam

golongan orang-orang yang sabar. Sedangkan bila ia merasa kalah

dan lemah, sehingga tidak berdaya oleh syahwatnya, sementara ia

pun tidak sabar dan menolak mengusirnya, maka ia termasuk dalam

golongan pengikut syaitan.24

Menurut al Gazali sabar itu merupakan suatu maqam

(tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dari suatu kedudukan orang-

orang yang berjalan menuju kepada Allah SWT (orang-orang salihin).

ihwal dan amal perbuatan. Ma’rifat merupakan pokok atau dasar

yang akan mewariskan hal-ihwal. Dan hal-ihwal itu akan

membuahkan amal perbuatan.25

Ma’rifat itu ibarat pohon. Hal-ihwal itu adalah seperti rantingnya

dan amal perbuatan itu Dan ini terdapat pada semua kedudukan (tempat)

orang-seperti buahnya. orang yang berjalan kepada Allah. Maka

sabar pada hakekatnya adalah ibarat dari ma’rifat itu dan amal

perbuatan adalah seperti buah yang keluar dari ma’rifat. Bila dicermati

dengan seksama, ternyata sabar hanyalah karakter yang hanya dimiliki

manusia.

Hewan atau binatang hanya dikuasai oleh dorongan-dorongan

nafsu birahi, sedangkan para malaikat tidaklah dikuasai oleh hawa nafsu.

Mereka semata-mata diarahkan pada kerinduan untuk menelusuri

keindahan hadirat ketuhanan dan dorongan kearah derajat kedekatan

kepada-Nya. Mereka bertashbih mensucikan Allah SWT sepanjang

24 Ibid, 25 Al Ghazali, Ihya’ulumuddin, Terj. Rof. Tk.H. Ismail Yakub SH, (Jakarta: CV. Faizan,

Jilid VI, Cet.II, 1982). hlm.273

Page 78: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

73

siang dan malam tiada henti. Pada diri mereka (malaikat) tidak ada

dorongan-dorongan nafsu yang mengarah pada kemaksiatan dan

pendurhakaan terhadap kehendak Tuhannya.26

Sementara pada diri manusia cenderung dikendalikan

oleh dua kekuatan (potensi) yang saling mempengaruhi (menyerang)

dan berebut untuk menguasainya. Yang pertama, adalah potensi yang

berasal dari Allah dan Malaikat-Nya yang berupa akal pikiran

berikut seluruh instrumennya. Yang kedua adalah potensi yang

mengarah pada pengingkaran serta kontra dengan potensi yang

pertama. Potensi ini merupakan pengaruh dari syetan yang berupa

hawa nafsu dan seluruh instrumennya.

Potensi ketuhanan yang berupa unsur pendorong agama dan

akal selalu memerangi pasukan syetan dengan berbagai daya

upaya menjerumuskan manusia ke lembah kemaksiatan dan

kehinaan. Jika dorongan agama lebih kuat dalam menghadapi

pendorong hawa nafsu hingga dapat mengalahkannya, maka berarti

telah mencapai tingkatan (maqam) sabar. Dari tiga kandungan dasar diatas akhir dari perjalanan itu adalah

terciptanya orang orang yang taqwa yaitu orang-orang yang sesuai sikap,

perbuatannya, itulah orang-orang yang bertakwa.

أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون

Mereka itulah orang-orang yang benar-benar imannya dan

mereka itulah orang-orang yang takwa demikian itulah penutup ”Al-Bir”

mereka itulah yang benar-benar imannya, benar mal perbuatannya benar

dalam moralnya, maka mereka yang benar mendapat gelar taqwa, yang

taqwa secara mutalak, yang bekerja untuk segala yang dapart membawa

26 Imam Al-Ghazali, Teosofia Al-Qur’an, (Surabaya: Risalah Gusti, 1988). hlm. 236

Page 79: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

74

kebaikan bagi diri sendiridan masnusia, serta menjauhkan diri dari yang

membawa madharat atas dirinya dan orang lain.27

B. Implementasi Konsep Al-Birr pada Pendidikan Islam.

Berbicara tentang kepribadian muslim sebetulnya mengacu kepada

kecenderungan tertentu memahami kepribadian manusia dari sudut pandangan

teori kepribadian Islami baik dalam kapasitasnya sebagai individu maupun

kelompok masyarakat (ummah). Pembicaraan ini tidak dapat terlepas dari Al-

Quran dan Hadis sebagai sumber pokok utama untuk menyusun sebuah konsep

kepribadian yang Islami tersebut.

Secara individu, seorang muslim mempunyai ciri khasnya masing-masing

meliputi sikap dan tingkah laku, serta kemampuan intelektual. Namun sebagai

Ummah kepribadian muslim merupakan kepribadian yang satu, tidak terpecah,

melainkan terintegrasi dalam satu pola kepribadian yang sama. Sebagaimana

Firman Allah SWT:

)92: األنبيأ (إن هذه أمتكم أمة واحدة وأنا ربكم فاعبدون

”Sesungguhnya Ummatmu ini adalah ummat yang satu, dan Akulah Tuhan kalian, Maka sembahlah Aku.” (Q.S. Al Anbiya’ : 92)28

Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari peralatan fisik dan psikis

(jasmani dan rohani) dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik

dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya.29 Kepribadian manusia satu dengan

lainnya berbeda-beda. Hal itu dikarenakan perbedaan faktor yang

mempengaruhinya. Sebagaimana bayi yang dilahirkan ke dunia bukan hanya

semisal kertas kosong, yang akan terbentuk kepribadiannya oleh gambar tulisan

dan percikan pengaruh yang digoreskan oleh lingkungannya.

27 Mahmud Saltut, hlm. 175-176. 28 Soenarjo, dkk., Al- Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1987),

hlm. 298. 29 Muhammad Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi’ Usmani,

(Bandung: Pustaka, 1997), hlm. 240.

Page 80: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

75

Manusia dalam Islam dilahirkan dalam keadaan fitrah (membawa potensi-

potensi bawaan), yang mana dalam kehidupan mendatang akan dikembangkan

melalui bimbingan dan latihan (pendidikan).

Sabda Rasulullah saw, sebagai berikut:

: قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم: عن ايب هريرة رضي اهللا عنه قالأوميجسانه . يولد على فطرة فابوه يهدينه اوينصرنهما من مولود اال

مث يقول , كما تنتج البهيمة يمة مجعاء هل حتسون فيها من جدعاءفطرة اهللا اليت فطر الناس عليها ال تبديل : (أبو هريرة رضي اهللا عنه 30)رواه البخارى). (خللق اهللا ذلك الدين القيم

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasululloh Saw. pernah

bersabda “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah ( keimanan terhadap tauhid [tidak mempersekutukan Allah] ) tetapi orang tuanyalah menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung? “Kemudian Abu Hurairah membacakan ayat – ayat suci ini : ( Tetaplah atas ) fitrah manusia menurut fitrah itu. ( Hukum – hukum ) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tetapi sebagian manusia tidak mengetahui.” (H.R. Bukhori )31

Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan beban dan tanggung

jawab manusia kepada Allah. Kemungkinan pengembangan-pengembangan

potensi itu mempunyai arti bahwa manusia mungkin dididik, sekaligus mungkin

pula suatu saat akan mendidik.3 Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa

pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia dan secara kodrati manusia

merupakan makhluk pedagogik.

Manusia diciptakan Allah dalam struktur jasmani dan rohani yang mana

dalam struktur tersebut terdapat unsur ruh, akal dan badan yang membentuk

30 Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif Azzubaidi, Mukhtashar Shakhikhul Bukhari,

(Beirut: Darul Kutb Al-Alamiyah, t.t.), hlm.154. 31Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif Azzubaidi, Terj. Cecep Samsul Hari, Terjemah

Shoheh Al-Bukhari, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 272-273.

Page 81: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

76

kepribadian seseorang. Untuk menjadikan pribadi yang berkepribadian muslim

diperlukan pendidikan Islam dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan tersebut

kepadanya. Nilai-nilai pendidikan tersebut merupakan landasan dan pedoman

dalam bertingkah laku, baik tingkah laku luar maupun dalam.32

Di antara nilai-nilai yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian

muslim terdapat dalam Surat Al-Baqarah Ayat 177 yaitu nilai-nilai keimanan

yang mengajak kepada manusia memperbanyak kebaikan. Dari nilai-nilai

keimanan itu efek yang mengikuti adalah aspek ibadah dan akhlakul karimah.

Kunci dari Surat Al-Baqarah Ayat 177 pada kata Al-birr yang secara

bahasa secara bahasa berarti memperbanyak kebaikan. Asal katanya asalah al-

barr (daratan), dan lawan katanya adalah al barr (laut). Menurut istilah syari’at

adalah setiap sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk taqarrub kepada Alla;

yakni iman, amal saleh dan akhlak mulia, sehingga nantinya terbentuk insan yang

bertaqwa.

Dalam pandangan beberapa mufassir seperti HAMKA, Sayid Qutub

maupun Quraisy Shihab dalam ayat ini pada hakekatnya adalah iman yang diserai

dengan amal shaleh. Menurutnya iman yang dimaksud adalah tanda kebajikan

yang mengyangkut dengan sikap batiniah, akan tetapi kebajikan itu tidak hanya

dengan sikap batin saja, melainkan harus dilahirkan dengan tindakan nyata yang

dapatdilihat yaitu dengan memberikan bantuan harta yang dicintai baik pada

keluarga dan kerabat, anak yatim, fakir miskin, paramusafir, dan memberikan

harta untuk memerdekakan hamba sahaya. Di samping itu perlu disempurnakan

lagi dengan amal shaleh, diantarannya adalah mendirikan shalat, mengeluarkan

zakat, menepati janji, dan sabar dalam penderitaan, kesulitan serta ketika dimedan

jihad. Ini mengidentifikasikan bahwa untuk membentuk pribadi yang baik pada

anak didik maka diperlukan aktualisasi nilai-nilai keimanan yang terdiri dari tiga

aspek yaitu aspek iman, aspek ubudiyah dan aspek akhlak sehingga terealisasi

kehidupan yang seimbang antara iman dan amal.

1. Implementasi Aspek Keimanan Pada Pendidikan Islam

32 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 17.

Page 82: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

77

Keimanan yang tersebut pertama kali dalam surat Al-Baqarah ayat

117 adalah merupakan tahap awal menuju tercapainya kualitas takwa seorang

muslim. Dengan keimanan yang baik akan berimbas pada kualitas amal

ibadah dan akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Islam.

Keimanan kepada Allah SWT. akan menimbulkan antara lain;

membebaskan diri dari penguasaan orang lain, membesarkan hati,

menentramkan jiwa, menumbuhkan harapan dan optimisme. Kedua, iman

kepada Malaikat akan membangkitkan semangat mukmin untuk

mengabdikan diri kepada Allah SWT, mensucikan hati dan membersihkan

diri kepada sifat-sifat yang tidak disukai Allah. Ketiga, iman kepada kitab-

kitab Allah mengandung hikmah antara lain; menumbuhkan gairah untuk

membacanya, memberi inspirasi, memahami isinya dengan kesiapan mental

untuk menjalankan dan mengikuti serta meninggalkan apa yang dilarangnya

kemudian disampaikan kepada orang lain. Keempat, iman kepada para

nabi/rasul akan menumbuhkan keyakinan akan kesempurnaan Islam

yang dibawa nabi Muhammad SAW. Selanjutnya meneladani

jejaknya dengan mengamalkan sunnahnya baik berupa ucapan, sikap,

tingkah laku dan sebagainya. Kelima, iman kepada hari akhir akan

mendorong setiap mukmin memilih perbuatan-perbuatan baik ketimbang

perbuatan buruk yang tidak ada nilainya di hadirat Tuhan, bahkan hanya

mengurangi berat timbangan amal baik di hari perhitungan kelak. Keenam,

iman kepada takdir akan menimbulkan keberanian, melahirkan

kepahlawanan dan menumbuhkan kesanggupan menghadapi berbagai situasi.

Apabila seseorang telah mengerti bahwa ia berada di pihak Tuhan, ia tidak

akan mundur dari problem yang dihadapinya. 33

2. Implementasi Aspek Ibadah Pada Pendidikan Islam

Ruhani merupakan non fisik yang mempunyai tiga daya yaitu daya

pikir yang disebut akal, daya rasa yang disebut qalbu, daya kemauan yang

disebut nafsu. Masing-masing daya mempunyai fungsi yaitu akal merupakan

33 Hawari, Dadang. Al-Qur’an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

(Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 2002), hlm 429.

Page 83: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

78

daya pikir atau potensi inteligensi, qalbu merupakan suara hati yang memberi

arah pada manusia untuk bertindak, sedangkan nafsu merupakan pemberi

instruksi pada jasmani untuk bertindak. Selain itu ruhani merupakan pusat

eksistensi manusia dan penuntun kepada kebenaran dengan kata lain

penghubung manusia dengan sang Khaliq, dan pusat kekuatan ruhaniah

terletak pada hati. Hati yang bersih akan membimbing dan mengarahkan jiwa

agar selalu ingat dan beribadah kepada Allah dengan ikhlas. Di sinilah peran

pendidikan ruhaniah untuk membimbing dan mengembangkan potensi-

potensi yang dimiliki oleh jiwa dan akal manusia.

Pada dasarnya seorang muslim yang baik adalah Seorang muslim

yang memiliki sifat-sifat tersebut di atas dan tertanam dalam jiwanya, maka

hidupnya akan selalu dalam perlindungan Allah SWT (diridhai oleh Allah

SWT) dan mempunyai kekuatan untuk menanamkan sahamnya dalam

membangun masyarakat yang sesuai dengan petunjuk Islam baik di

kehidupan dunia maupun di kehidupan akhirat. Mereka juga mendapatkan

ampunan dan kemuliaan di surga nanti.. Adapun Implikasi Surat Al-Baqarah

Ayat 177 bagi pembentukan kepribadian anak didik adalah timbulnya sifat

sebagai berikut:

1. Beriman dengan benar

Yang dimaksud dengan Iman adalah membenarkan semua apa-apa

yang datang dari Allah swt. Nabi Saw bersabda :

وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال : قال عنه اهللا رضى اخلطاب بن عمر عن وشره خريه بالقدر وتؤمن االخر واليوم ورسله وكتبه ومالئكته باهللا تؤمن ان: )مسلم رواه(

“Dari Umar bin Khothab R.A berkata : Rasulullah Saw bersabda: Iman yaitu percaya kepada Allah, malaikat-Nya, rasul-Nya, hari kemudian dan percaya kepada takdir baik dan buruk dari Allah SWT”. (H.R Muslim).34

34 Imam Nawawi al-Bantani, Arba,i Nawawi, (Makkah: tt, tt), hlm 3

Page 84: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

79

Antara iman dan Islam ini saling memperkokoh antara satu dengan

yang lainnya, kalau Islam saja tanpa iman maka ia tidak akan

menghasilkan buah di akhirat nanti. Jadi antara iman dan Islam harus

berjalan seiring dan saling memperkokoh satu sama lain.

2. Mengamalkan Islam dengan kesungguhan

Islam merupakan menyerahkan diri dan menyucikan-Nya dengan

mengikuti dan patuh pada petunjuk-Nya (perintah-peritah-Nya). Nabi Saw

bersabda:

وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال : قال عنه اهللا رضى اخلطاب بن عمر عن وتؤيت الصالة وتقيم اهللا رسول احممد وأن االاهللا الالهن ا شهدأن ت ماالسال:

)مسلم رواه( سبيال اليه استطعت ان البيت وحتج رمضان وتصوم الزكاة Dari Umar bin Khottab R A. berkata: Rasulullah Saw bersabda: Islam yaitu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah, mengerjakan sembahyang (sholat), mengeluarkan zakat, berpuasa dalam bulan Ramadhan dan mengerjakan haji ke-Baitullah jika mampu dijalannya. ( H.R. Muslim).35

Dari hadits di atas, menunjukkan bahwa seorang muslim adalah orang

yang pasrah dan mematuhi segala perintah Allah Swt dan Rasul-Nya.

3. Bershadaqah dengan Ikhlas

Shodaqah merupakan memberikan sesuatu pemberian kepada orang

yang berhajat dengan benar-benar menghadapi keridhaan semata-mata.

عليهم إن صلاتك سكن لهم خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها وصل ليمع ميعس الله103:التوبة(و(

35 Imam Abi Zarkiya Yahya bin Syarif Annawawi, Riyadushshalihin, (Libanon: Beirut,

t.th), hlm. 26

Page 85: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

80

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoa’kan untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-Taubat: 103)

Dengan shodaqoh, harta yang telah dimiliki oleh Seorang

Muslim akan bersih dari kotoran (hak-haknya orang yang berhak

menerimanya), dan akan mensucikan jiwanya.

4. Menjalankan Puasa

Puasa merupakan menahan diri dari perbuatan, makan, minum,

ucapan dan kelakuan. Dengan puasa dapat menahan kadar sahwat yang ada

pada diri seseorang, jika mau membersihkan harta maka dengan zakat, kalau

membersihkan diri dari kotoran dengan puasa.

3. Implementasi Aspek Akhlak Pada Pendidikan Islam

Akhlak yang mulia mengandung konotasi pengaturan hubungan yang

baik antar hamba dengan Allah, dengan sesamanya dan dengan makhluk

lainnya.

Akan tetapi Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara

berangsur-angsur, bukan hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang

berkembang. Oleh karena itu pembentukan kepribadian merupakan suatu

proses

Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai

yang diserap oleh anak, terutama pada masa perkembangannya. Apabila

nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian

seseorang, maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan

dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Disinilah letak pentingnya pengalaman

Page 86: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

81

dan pendidikan agama pada masa pertumbuhan dan perkembangan.36

Diantaranya menumbuhkan sikap-sikap sebagai berikut :

1. Sabar

Sabar merupakan sikap jiwa yang ditampilkan dalam penerimaan

terhadap sesuatu, baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam bentuk

suruhan dan larangan maupun penerimaan terhadap perlakuan orang lain,

serta sikap menghadapi suatu musibah.

)10:امل(واصبر على ما يقولون واهجرهم هجرا جميلا “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik”. (Al-Muzamil:10)37 Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang dianjurkan

untuk selalu sabar dalam menghadapi semua persoalan yang dihadapinya.

Hendaknya seorang muslim itu berlaku sabar dalam hal perintah Allah,

larangan Allah, perbuatan orang (musuh), dan menerima musibah.

Pada hakekatnya sabar adalah menahan nafsu yang ada pada

diri setiap orang. Nafsu yang terkendali akan melahirkan perilaku dan

sikap yang mantap, optimis dan patuh Dzat yang mencapai keridhaan

Allah.38

2. Ashshidqu (jujur)

Jujur adalah memberikan kabar yang hak pada kenyataannya, tidak

berbohong dan bersikap apadanya. Mengakui bersalah kalau bersalah

mempertahankan suatu pendirian yang dianggap benar. Walau pun

berbagai ragam hal yang akan diderita.

3. Menjaga kemaluan

Agama Islam tidak melarang umat manusia menikmati kesenangan

seksual, malahan Islam sangat mencela orang-orang tetap

36 Zakiah Daradjat, Op. Cit., hal. 62-63. 37 Seonarjo, Op.Cit., hlm. 989 38 Muslim Nurdin dkk., Op.Cit., hlm. 244

Page 87: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

82

mempertahankan hidup membujang. Akan tetapi Islam memberi jalan

mulia untuk menuju kearah kesenangan ini yaitu dengan jalan menikah.39

Apabila sifat-sifat tersebut terkumpul dalam jiwa Seorang Muslim,

hal itu menunjukkan sikap kepribadian Islam, dan selanjutnya disebut

dengan kepribadian yang sempurna.

Dari tiga sifat diatas tertuang dalam surat al-baqarah ayat 177 dengan

tiga aspeknya. M. Ustman Najati, mengungkapkan seperangkat sifat-sifat

orang-orang yang beriman dalam sembilan bidang perilaku yang pokok, yaitu:

1. Sifat-sifat yang berkenaan dengan aqidah. 2. Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah. 3. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial. 4. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan. 5. Sifat-sifat moral. 6. Sifat-sifat emosional dan sensual. 7. Sifat-sifat intelektual dan kognitif. 8. Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan profesional. 9. Sifat-sifat fisik.40

Tampak jelas bagaimana eratnya hubungan antara keimanan seseorang

dengan tekunnya beribadah dan ketinggian akhlaknya. Dalam memberikan

analisanya tentang akhlak yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian,

DR. Ramayulis mengutip dari Dr. Mohd. Abdullah Darraz mengemukakan

bahwa “Pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai Islam.”41

Dengan adanya nilai-nilai Islam itu dalam diri seseorang atau ummah akan

terbentuk pulalah kepribadiannya sebagai kepribadian muslim.

Oleh karena Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan

mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah dan

bertujuan membentuk kepribadian yang bulat yaitu berakhlak mulia, serta

menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya dengan landasan yang

kuat menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi.

39 Mohammad Rifai, Pembinaan Pribadi Muslim, (Semarang: C V. Wijaksana, 1993),

hlm. 9 40 M. Ustman Najati, Op. Cit., Hlm. 258 41 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm.195

Page 88: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

83

Pada hakekatnya tujuan akhir pendidikan Islam adalah pembentukan

pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran

Allah dan Rasul-Nya. Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina

kecuali dengan pengajaran dan pendidikan. Pendidikan tersebut merupakan

suatu cara untuk mengembangkan potensi pada diri anak dan hal itu tidak lepas

dari adanya nilai-nilai pendidikan sebagai landasan berpijak.

Tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai yang

bersifat fundamental seperti : nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai

agama. Di sini kiranya kurang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan

kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan

hidup dan dapat memberikan informasi yang paling berharga mengenai

pegangan hidup masa depan di dunia, serta membantu anak didik dalam

mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan.42

Telah diuraikan sebelumnya ada empat nilai-nilai pendidikan dalam

Surat Al-Baqarah Ayat 177 yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang

yang berkepribadian muslim. Dan hendaknya ketiga aspek tersebut diterapkan

dalam jiwa anak yang merupakan objek dari pendidikan.

Proses pembentukan kepribadian anak didik melalui pendidikan Islam

dapat dilakukan sebagai berikut: 43

1. Pranatal Education (Tarbiyah Qabl Al-Wiladah).

Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung (in-direct).

Kemudian dilanjutkan dengan sikap dan perilaku orang tua yang Islami, disaat

bayi sedang berada dalam kandungan, ditambah lagi dengan pemberian

makanan dan minuman yang halal dan baik (thayyib), serta dilengkapi dengan

sikap penerimaan yang baik dari kedua orang tua atas kehadiran bayi tersebut.

2. Education by Another (Tarbiyah Ma’a ghairih)

Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara langsung oleh orang lain

(orang tua di rumah tangga, guru di sekolah dan pemimpin di dalam

42Zuhairini, et.al. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hal. 160 43 Ibid, hlm. 195-199

Page 89: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

84

masyarakat dan para ulama). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui

sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan di luar dirinya.

Firman Allah SWT:

وألقوا إلى الله يومئذ السلم وضل عنهم ما كانوا يفترون

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati.” (QS. An-Nahl 78).44

Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia

mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya. Dan sekaligus bantuan orang

lain juga diperlukan agar ia dapat melakukan kegiatan belajar sendiri. Proses

ini dimulai semenjak anak dilahirkan sampai anak mencapai kedewasaan baik

jasmani maupun rohani.

3. Self Education (Tarbiyah al-Nafs)

Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang

lain seperti membaca buku-buku, majalah, koran dan sebagainya, atau melalui

penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Self education timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang ingin

mengetahui (couriosity). Ia merupakan kecenderungan anugerah Tuhan.

Dalam ajaran Islam yang menyebabkan adanya dorongan tersebut adalah

hidayah Allah.

Firman Allah:

قال ربنا الذي أعطى كل شيء خلقه ثم هدى

“Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya kemudian memberinya petunjuk.” (Q.S. Thoha: 50).45

44 Soenarjo, dkk, Op. Cit., Hlm.413 45 Ibid., hlm. 481

Page 90: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

85

Sedangkan pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah dilakukan

secara bertahap sesuai dengan ruang lingkup yang menjadi lingkungan

masing-masing. Hal ini sebagaimana menurut Abdullah al-Darraz membagi

kegiatan pembentukan itu menjadi empat tahap, meliputi: (1) Pembentukan

nilai-nilai Islam dalam keluarga, (2) Pembentukan nilai-nilai Islam dalam

hubungan sosial, (3) Membina nilai-nilai Islam dalam hubungan dalam

kehidupan bernegara dan (4) Membina nilai-nilai Islam dalam hubungan

dengan Tuhan.46 Sehingga dapat dikatakan bahwa pembentukan kepribadian

muslim sebagai ummah dimulai dari keluarga, masyarakat dan negara. Dan

yang terpenting adalah dari individu itu sendiri.

Satu hal yang pasti bahwa pembentukan kepribadian muslim sebagai

individu, keluarga, masyarakat , maupun ummah pada hakikatnya berjalan

seiring dan menuju ke tujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna

merealisasi diri, baik secara pribadi (individu) maupun secara komunitas

(ummah) untuk menjadi pengabdi Allah yang setia. Tunduk dan patuh

terhadap ketentuan-ketentuan yang diberlakukan Allah.

46 Ibid, hlm. 101-104

Page 91: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

73

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah jelasakan pada bab selanjutnya, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Surat al-Baqarah ayat 177 ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa

bidang aspek sebagaimana yang sudah dibahas di atas diantaranya: aspek

iman dan amal shaleh, yang kemudian dapat dijabarkan menjadi aspek

aqidah, ibdah, akhlak, sosial bahkan aspek sosial politik. kendungan ayat ini

menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Aspek Keimanan

Aspek keimanan meliputi beriman kepada Allah dengan

sesungguhnya, dengan meyakinan bahwa dia yang memberi manfaat

dan menimpakan mudharat kepada seseorang. Beriman kepada Hari

Akhir yaitu hari pembalasan dan perhitungan segala isi, hari kesenangan

atau kecelakaan abadi. Beriman kepada Malaikat yang masing-masing

memiliki tugas dari Allah. Beriman kepada Nabi, tanpa membedakan

diantara mereka. Beriman kepada kitab-kitab dengan meyakini

semuannya.

b. Aspek Amal Perbuatan (ibadah)

Yang meliputi mendirikan shalat sebaik mungkin dengan

memperhatikan segala syarat dan rukunnya. Menunaikan zakat sebagai

perintah membersihkan hartanya kepada yang berhak menerimannya.

Memberikan harta yang dicintainya,maksudnya memberikan harta

yang ia cintai dan memberikan harta karena cinta kepada Allah.

c. Aspek Akhlak

amal akhlak , Yang meliputi aspek

1) Amanah

2) Sabar

Page 92: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

74

2. Nilai-nilai pendidikan iman yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 177

adalah bahwa nilai-nilai keimanan seseorang yang tersebut pertama kali

dalam surat Al-Baqarah ayat 117 adalah merupakan tahap awal menuju

tercapainya kualitas takwa seorang muslim. Degnan keimanan yang baik

akan berimbas pada kualitas amal ibadah dan akhlakul karimah yang sesuai

dengan ajaran Islam, enam rukun iman dapat memberikan kontribusi bagi

terciptanya kondisi mental yang sehat. Mental sehat yang dimaksud bukan

terbatas pada makna kesehatan mental yang bersifat psikilogis, tetapi

juga meliputi seluruh dimensi manusia baik fisik, psikis maupun spiritual.

B. Saran-saran

1. Bagi para pendidik (orang tua, guru dan masyarakat) hendaknya

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik,

intelektual, maupun mental. Sehingga anak akan tumbuh dan

berkembang dengan sempurna, menjadi generasi yang kuat dan tangguh

serta mampu menghadapi problematika kehidupan yang semakin

kompleks dan jauh dari segala hal-hal yang bersifat negatif yang bisa

merugikan diri anak dan masyarakat luas.

Pendidik seharusnya selalu memberikan nilai-nilai pendidikan

keimanan kepada peserta didik sebagai fondasi kehidupannya karena

dengan keimanan yang kuat nantinya akan mejadikan mereka rajin ibadah

dan baik akhlaknya, sehingga terciptalah peserta didik yang bertaqwa.

2. Bagi anak hendaklah memperhatikan konsep dirinya sebagai individu yang

beriman, bertaqwa dan mempunyai kepribadian yang baik yang nantinya

dapat dijadikan sebagai pedoman hidup agar tidak cepat putus asa,

bersikap pesimis, tidak sombong, penuh percaya diri dan selalu

menghargai orang lain serta menerima kegagalan sebagai suatu pelajaran

yang akan membawa kesuksesan.

3. Kepada masyarakat pada umumnya hendaklah menanamkan etika atau

moral yang mulia kepada pribadi anak sedini mungkin. Dan apabila

Page 93: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

75

menjumpai anak yang melakukan hal-hal yang bersifat negatif, maka harus

menegur dan mengarahkan dengan penuh cinta dan kasih sayang.

C. Penutup

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya limpahan rahmat dan

hidayah-Nya penulisan skripsi ini akhirnya terselesaikan. Namun penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, di

karenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu saran yang

bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan

dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mohon maaf atas segala khilaf dan semoga Allah

SWT meridloi penulisan ini sehingga membawa manfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis khususnya.

Page 94: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdul Aziz, Syekh , Syekh Baiz Abdul Qadir Qhozawi, Jawahir Shahih Al-Bukhari, Sarah Imam Ibnu Hijr al-'Asqolani, Beirut: Daar Ihyaa' al'uluum, tt.

Abdul Azis, Sholeh dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., Mesir: Darul Ma’arif, 1979.

Ad Dimsyaqi, Syeikh Muhammad Djamaluddin Al Qasimy, Bimbingan Orang-orang Mukmin, Terj. Abu Ridha, Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993.

Ad-Damasqyy, Al-Imam al-Fida’i Ismail Ibnu Katsir,تفسر ابن آتثير., Beirut: darul Kutub, tth.

Affandy, Sayyid Husain, Al-Jisr At-Tathabilisy, Al-Lisanul Hamidiyah Lil Muhafadhah Al-Aqaid Al-Islamiyah, Terj. KH. Abdullah Zaki Al-Khaaf, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Ahmad, H.A. Malik, Akidah, Al-Hidayah, Jakarta, Pustaka Pelajar 1980.

Ahmad, Khurshid, dkk., Prinsip-Prinsip Pokok Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1989.

Ahmad, Zainuddin bin Abdul Latif Azzubaidi, Terj. Cecep Samsul Hari, Terjemah Shoheh Al-Bukhari, Bandung: Mizan, 2001.

Al Ghazali, Ihya’ulumuddin, Terj. Rof. Tk.H. Ismail Yakub SH, Jakarta: CV. Faizan, Jilid VI, Cet.II, 1982.

Al Maududi, Abul A’la, Prinsip-prinsip Islam (Principles of Islam), Abdullah Suhalili, Bandung: Al-Ma'arif, 1975.

_______, Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985.

Al-Fannawy, Abd. Al-Hayy, Metode Tafsir Maudhui Suatu Pengantar, Terj. A. Jamrah, Al-BidayahfiAl-TafsirAl-Mauduiyah, Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada, 1996.

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum A Din III, Dar al Ihya’i Al-Kutubi Al-Arabiyah.

_______, Imam, Teosofia Al-Qur’an, Surabaya: Risalah Gusti, 1988.

Al-Hasyimi, Muhammad Ali, Jati Diri Muslim, Terj. M. Abdul Ghoffar E.M. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Page 95: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

Al-Hijasi, Hasan bin Ali Hasan, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001.

Al-Jaw, Syaikh Muhammad Nawawi , التفسير المنير لمعالم التنزيل, Juz I Bairut-Libanon: Darul Fikri, t.th.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, تفسير المراغى, Juz I Libanon-Bairut: Darul Fikri,t.th.

Al-Qardhawi. Iman dan kehidupan, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Al-Rozi, Muhammad, Tafsir Al-Kabir, Beirut: Darul Fikr, 445-406 H.

Al-Syaibany, Oemar Muhammad Al-Toumy , Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Falsafatul Tarbiyah Al-Islamiyah, Jakarta: Bulan Bintang, t.th.

Al-Thabatha’i, Muhammad Husain, المزان فى.التفسي القرأنر , Beirut: Muasanah Al- ‘Alami lil Matbuah, 1369.

Amrulla, Haji Abdul Malik Abdul Karim (Hamka), Tafsir al-Azhar, Juz III Jakarta: Panji Masyarakat, 1982.

An-Nabhani, Syaikh Yusuf, Ringkasan Riyadhus Shalihin, Terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006.

An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj Drs. Hery Noor Ali, Bandung: CV, Diponegoro, 1992.

Anshari, Endang Saifuddin, Kuliah al-Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1992.

Armai, Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,, 2002.

Arsyad, Natsir, Seputar Rukun Islam Dan Rukun Iman, Bandung: Al-Bayan, 1992.

Asmaran, As,. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafika Persada, 2002.

Assukandari, Ibnu Athoillah, Pembersihan Jiwa, terj. Al-Haawaa Litahdziibin Nufus, Surabaya: Putra Pelajar, Cet.I,2001.

Asy-Syahwi, Majdi Muhammad, Pengobatan robbani: mengusir Gangguan Jin, Setan, dan Sihir, Bandung: Pustaka Hidayah, 2001.

Azzubaidi, Zainuddin Ahmad bin Abdul Latif, Mukhtashar Shakhikhul Bukhari, Beirut: Darul Kutb Al-Alamiyah, t.t.

Page 96: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

Barmawi, Bakir Yusuf, Konsep Iman dan Kufur dalam Teologi Islam, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1988.

Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.

_______, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka, 1995.

_______, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

_______, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995.

Depad RI, metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: 2002.

Dewan Redaksi/Penyusun, Al Qur'an dan Tafsirnya, Jilid I, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur'an Depag RI, 1993/1994.

Frondizi, Riseri, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1990.

Hakim, Atang Abd., dan Jaih Mubarok, “Metodologi Studi Islam”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Halimuddin, Kembali kepada Aqidah Islam, Rineka Cipta, Jakarta, Cet. 1. 1990.

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II, Jakarta: Panji Masyarakat, 1982.

Hasan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997.

Hawari, Dadang. Al-Qur’an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 2002.

Ilyas, Asnelly, Mendambakan Anak Saleh, Bandung: Al Bayan, 1998.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul, Jilid I, Terj. Bahrun Abu bakar, Bandung: Sinar Barual-Gensindo, 1997.

Imam Nawawi al-Bantani, Arba,i Nawawi, Makkah: tt, tt.

Jabir, Jabir Abdul Hamid, Ilmu Tafsirut Tarbawi, Mesir: Darul Nahdlatul Arabiyah, 1977.

Page 97: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

Jalal, Abdul Fatah, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali dari judul asal, Minal Ushulit Tarbawiyyah Fil Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1988.

Jauzy, Ibnul, Shaidul Khatir Bisikan Hati Inbul Jauzy, Terj. Ibnu Ibarahim, Jakarta: Pustaka Azam, 1998.

Kattsof, Louis, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986.

Khallaf, Abdul Wahab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta Rajawali Press, 1976.

Lagulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992.

Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, Jakarta: PT. Pembangunan, tth

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.

Ludjito, H.A., Keimanan dan Ketaqwaan sebagai Landasan Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya, Laporan Penelitian Individual, IAIN Walisongo, 1995/1996.

M. Quraish Shihab, Tafasir Al-Misba, Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Mahjudin, Pendidikan Hati: Kajian Tasawuf Amali, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Mc. Donald, Frederick Y., Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publication LTD, 1959.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990.

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: PSAPM, 2003.

Muhammad, Hasyim,. Dialog Tasawwuf dan Psikologi : Telaah Atas Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Yogyakarta: Pustaka pelajar offset, Cet. I, 2002.

Muhammad, Imam Fakhrudin bin Umar bin Husain bin Hasan bin Ali al-Tamimi al-Bakri ar-Razi as-Syafi’i, تفسيرالكبير, Jilid VII-VIII Bairut-Libanon: Darul al-Kutub al-Alamiyah, 990.

Najati, Muhammad Usman, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, terj. Ahmad Rofi’ Usmani, Bandung: Pustaka, 1997.

Page 98: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

Nasikhulwan, Abdullah, Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Terjemahan Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Judul Asli, Tarbiyatul-A’aafi’l Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, Bulan Bintang, 1985.

Nurdin, Muslim dan Ishak Abdullah dkk., Moral dan Kongnisi Islam (Buku Teks Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum), Bandung : C V. Al-Fabeta, 1993.

Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1991.

Praja, Juhaya S., Aliran–aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Qordhowi, Yusuf, Al Qur’an Menyuruh Kita Sabar, Terj.H.A. Aziz Salaim Basyarahil, Jakarta: Gema Insani Press, Cet.II, 2003.

Qutb, Sayyi, تفسر فى ظالل القرأن, Beirut: Ihya’i At-Thiraan Al-Araby, 1391.

Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, Bandung: Mizan, 1986.

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1990.

Rifai, Mohammad, Pembinaan Pribadi Muslim, Semarang: C V. Wijaksana, 1993.

Sauri, Sofyan, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian PAI, Bandung: Al-Fabeta, 2004.

Schafer, Charles, Bagaimana Mempengaruhi Anak, Semarang: Dhahara Prize, 1994.

Shihab, M. Qurais, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1989.

_______, Tafsir Al Amanah, Jakarta: Pustaka Kartini, 1992.

Soenarjo dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2003.

Soenarjo, dkk., al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2004.

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet V, 2000.

Suryadipura, Paryana, Alam Pikiran, Cet. IV, Jakarta : Bumi Aksara, 1993.

Page 99: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... · Menunaikan zakat sebagai perintah membersihkan hartanya ... manusia

Thoyib I, M dan Sugiono, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Toha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Undang-undang RI No 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang: Aneka Ilmu, 1992.

Usman, Ali, Makhluk-Makhluk Halus Menurut Al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Wahid, Abdurrahman, dkk, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta Selatan: Yayasam Wakaf Paramedia, 1995.

Yahya, Imam Abi Zarkiya bin Syarif Annawawi, Riyadushshalihin, Libanon: Beirut, t.th.

Yunus, Mahmud, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), cet. 11.

Zain, Habib bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, A. Bayan, 1998.

Zaini, Syahminah, Mengapa Manusia harus beribadah, Surabaya: Al-Ikhlas, t.th.

Zein, M., Metodelogi Pengajaran Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, 1995.

Zuhairini, et.al. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.