directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/REVISI_SEMINAR_1_22-05... · Web viewPerum...

52
ANALISIS PEMBERIAN KREDIT PRODUK KCA (Kredit Cepat Aman) Pada PERUM PEGADAIAN CABANG KLAMPIS BANGKALAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ferdiansyah Effendy (02610445)

Transcript of directory.umm.ac.iddirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/REVISI_SEMINAR_1_22-05... · Web viewPerum...

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT PRODUK KCA (Kredit Cepat Aman) Pada PERUM PEGADAIAN CABANG KLAMPIS BANGKALAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ferdiansyah Effendy(02610445)

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2007

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

Kita tidak dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan kita hadapi

besok, segalanya serba transparan, akan tetapi kondisi ini tidak bisa dihindari.

Apa yang terjadi hari ini belum tentu merupakan rentetan atau sambungan

peristiwa kemarin, dan mungkin tidak akan menjadi bagian dari hari esok.

Kondisi ini dipicu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat

disertai kemajuan teknologi dan sistem informasi yang juga begitu cepat.

Kemajuan ini mendorong arus informasi menjadi suatu barang yang

murah, mudah didapat, didengar, dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Organisasi tidak mudah untuk menutup-nutupi suatu masalah atau peristiwa

yang dianggap tabu didengar oleh karyawan. Mudahnya mengakses suatu

informasi membawa konsekuensi pada organisasi dan individu, bahwa seorang

manajer bukan lagi seseorang yang serba tahu dibanding stafnya.

Oleh sebab itu, mengingat tingkat persaingan didunia usaha ini

semakin ketat, maka setiap perusahaan harus benar-benar menyusun tujuan

dalam strategi yang akan dijalankan. Dalam hal ini tujuan strategi seperti

apapun tidak akan berhasil apabila kurang mendapat dukungan dari dalam

perusahan itu sendiri apakah pada sektor usaha jasa seperti perkreditan,

perbankan atau lainnya yang saat ini menjamur di seluruh daerah dan pelosok

tanah air.

Sebagai suatu lembaga perkreditan kecil yang memiliki fungsi

membantu masyarakat, hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP.39/MK/6/1/1971 pasal 2 (dua)

ditetapkan bahwa Pegadaian memiliki tugas membina perekonomian rakyat

kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar gadai kepada para petani, nelayan,

pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif, kaum buruh/Pegawai

Negeri yang ekonominya lemah yang bersifat konsumtif. Ikut serta mencegah

adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon, pegadaian gelap dan

praktek riba lainnya dalam menyalurkan kredit, maupun usaha-usaha lainnya

yang bermanfaat terutama bagi pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Kepres No. 51 tahun 1981 pasal 2 (dua) Pegadaian

memiliki tugas melaksanakan penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum

gadai dan fiducia berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan dalam Pasal 3 disebutkan bahwa untuk menyelenggarakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 (dua) Pegadaian memiliki tugas

membina penyaluran kredit atas dasar hukum gadai dan fiducia. Mencegah

adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon, gadai gelap dan praktek

riba. Membina pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fiducia yang

bersifat produktif. Membina dan mengawasi pelaksanaan operasi perusahaan

Pegadaian (www.pegadaian.co.id).

Pegadaian mempunyai peranan yang sangat signifikan bagi

perekonomian Negara. Hal ini dapat dilihat dari fungsinya, yaitu penyalur dana

kepada pihak yang membutuhkan dengan mengumpulkan dana dari pihak yang

memilikinya. Motivasi PERUM Pegadaian adalah memperoleh laba, maka

PERUM Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang dapat dikatagorikan

sebagai lembaga pembiayaan (www.pegadaian.co.id).

Sasaran pelayanan PERUM Pegadaian sesuai dengan ketetapan

Pemerintah sebagai pemegang sahamnya adalah masyarakat golongan

menengah ke bawah. Melalui pelayanan tersebut, diharapkan masyarakat

golongan tersebut dapat melepaskan diri dari jasa gadai gelap, riba, dan jasa-

jasa informal lainnya, yang mengenakan beban yang tidak wajar

(www.pegadaian.co.id)

PERUM Pegadaian mempunyai pelayanan yang dapat dikatagorikan

sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM). PERUM Pegadaian merupakan

LKM terbesar di Indonesia, kerena asetnya paling besar, sedangkan jaringan

pelayanannya paling luas. Perum Pegadaian pada tahun 2004 mempunyai

aktiva tetap Rp 3.167.910 juta. Sampai tahun 2006 jumlah cabang Perum

Pegadaian yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia adalah 826 unit (Hasil

wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang

Perum Pegadaian Cabang Klampis)

Perum Pegadaian mempunyai potensi yang sangat besar, sebenarnya

sangat menarik investor untuk memasuki bisnis ini. Hal tersebut tidak mungkin

dilakukan kerena Perum Pegadaian adalah BUMN yang memiliki hak

monopoli penyelenggaraan jasa gadai di Indonesia. PERUM Pegadaian

merupakan perusahaan yang memiliki hak monopoli berdasarkan undang-

undang. Pemerintah mempunyai pertimbangan yang positif dengan

memberikan hak monopoli kepada Perum Pegadaian. Salah satu alasannya

adalah menjaga kepastian keamanan barang-barang yang umumnya sangat

berarti bagi pemiliknya (www.pegadaian.co.id)

Pertimbangan lain yang menjadi alasan pemerintah memberikan hak

monopoli adalah jasa gadai yang mempunyai prinsip sederhana dibanding jasa

perbankan atau jasa pembiayaan lainnya, maka bila tidak ada pembatasan

hukum akan sangat banyak perusahaan yang akan memasuki jasa gadai.

Di satu sisi hal ini akan sangat memperkecil pangsa pasar Perum

Pegadaian, sehingga skala usaha yang efisien tidak akan tercapai. Hal ini bisa

terjadi apabila integrasi vertikal usaha keuangan oleh perbankan, karena

mereka memiliki sumber dana yang besar, yang juga merupakan sumber dana

utama Perum Pegadaian. Integrasi vertikal di sektor keuangan secara teoritis

sangat berbahaya, kerena dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar.

Pihak-pihak yang melakukan integrasi vertikal di sektor keuangan cenderung

melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kecurangan-kecurangan

Kinerja Perum Pegadaian di Indonesia secara umum sangat baik. Hal

ini bisa dilihat pada status pada tahun 1990 dari Perusahaan Jawatan

(PERJAN) menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Sejak perubahan status

tersebut PERUM Pegadaian mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Perubahan yang paling signifikan terjadi pada jumlah pinjaman yang

disalurkan. Perum Pegadaian memperolah penghargaan di tahun ke-4 (pertama

2002), yang berlangsung di Auditarium TVRI Senayan Jakarta pada tanggal 26

Agustus 2005. Perusahaan gadai ini berhasil menyabet tiga gelar prestisius

sekaligus, yaitu:

1. BUMN Terbaik I 2005

2. CEO BUMN Terbaik I 2005

3. BUMN Terbaik I 2005 Kategori Jasa Keuangan (Hasil wawancara pada

survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum

Pegadaian Cabang Klampis)

PERUM Pegadaian yang mempunyai motto “Mengatasi Masalah

Tanpa Masalah” dengan tidak menuntut prosedur yang tidak bermacam-

macam dan syarat-syarat administratif, yaitu dengan menyerahkan barang

sebagai jaminan yang disertai keterangan-keterangan singkat mengenai

identitas nasabah dan tujuan menggunakan kredit, maka dengan mudah

nasabah akan memperoleh kredit. Kepraktisan dan kesederhanaan prosedur

itulah yang menyebabkan Pegadaian selama ini dekat dengan kehidupan

ekonomi masyarakat yang digunakan sebagai alternatif dalam sistem kreditnya

(Hasil wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala

Cabang Perum Pegadaian Cabang Klampis).

Tujuan utama dari pengelolaan kredit adalah untuk mengurangi tingkat

kerugian yang mungkin terjadi pada saat penyaluran kredit. Nasabah selalu

menerima uang pinjaman dibawah nilai pasar dari barang yang digadaikan.

Hal ini dilakukan bila nasabah tidak menebus barang tersebut pada saat jatuh

tempo, maka Perum Pegadaian tidak akan mengalami kerugian jika dilakukan

pelelangan. Jika penetapan nilai taksiran sebesar nilai pasar dan ternyata pada

saat pelelangan nilai barang tersebut merosot, maka Perum Pegadaian akan

mengalami kerugian. Perlu dilakukan pengelolaan kredit yang tepat untuk

meminimalisir tingkat kerugian yang mungkin terjadi.

Kebutuhan gadai pada saat ini masih sangat dibutuhkan oleh golongan

ekonomi menengah kebawah. Karena dengan sedikitnya prosedur yang

diberikan akan memudahkan para nasabah untuk memperoleh pinjaman kredit

yang dilakukan dengan cara gadai untuk kebutuhan konsumtifnya.

Selain kemudahan prosedur yang diberikan dan cepat, para nasabah

dapat memperoleh barang yang diinginkan pada waktu pelaksanaan lelang

dengan harga yang relatif mudah dijangkau dan sesuai dengan penghasilan

yang didapat, sehingga tidak menutup kemungkinan dari tahun ketahun

nasabah dari Pegadaian tersebut akan mengalami peningkatan seiring dengan

meningkatnya kebutuhan ekonomi.

Beberapa produk yang terdapat dalam Pegadaian adalah Kredit Cepat

Aman (KCA), KreditAngsuran Sistem Gadai (KRASIDA), Kredit Angsuran

Fidusia (KREASI) yang kesemuanya itu dapat diperoleh masyarakat dengan

system dan administrasi yang tidak menyulitkan, mudah dan proses cepat,

tidak memerlukan jaminan (anggunan) seperti BPKB kendaraan, sertifikat dan

Surat Keterangan Penghasilan (SKP), Surat Kuasa Pemotogan Gaji (SKPG)

bagi pegawai negeri dan lain sebagainya (Hasil wawancara pada survey awal

tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum Pegadaian Cabang

Klampis)

Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan

prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini,

Pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam

perbankan. Dengan demikian, kalangan tersebut terhindar dari praktek

pemberian uang pinjaman yang tidak wajar. Pemberian kredit jangka pendek

dengan pemberian pinjaman mulai dari Rp. 20.000,- sampai dengan

Rp. 200.000.000,-.

Jaminannya berupa benda bergerak, baik berupa barang perhiasan

emas dan berlian, elektronik, kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya.

Jangka waktu kredit maksimum 4 bulan atau 12 hari dan dapat diperpanjang

dengan cara hanya membayar sewa modalnya saja. Kelebihan dari produk

KCA (Kredit Cepat Aman) adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan

prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini,

Pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam

perbankan (www.pegadaian.co.id).

Hasil pengamatan peneliti dilapangan, bahwa produk Pegadaian yang

banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah jenis Kredit Cepat Aman (KCA),

sebab proses pencairan dana mudah dan cepat disamping nasabah tidak perlu

menunggu lama. Beberapa persyaratan yang harus dilengkapi saat pengajuan

kredit gadai di Pegadaian hanya melampirkan fotocopy Kartu Tanda

Penduduk (KTP), mengisi blangko permohonan kredit dan jumlah nominal

yang diinginkan, kemudian analis dari Pegadaian akan melakukan taksiran

terhadap jenis barang yang akan digadai.lihat tabel 1 berikut tentang

perhitungan pada Kredit cepat Aman yang terdapat di Perum Pegadaian :

Tabel 1

Perhitungan Sewa Modal pada Produk KCA Perum. Pegadaian     

RUBRIK KETERANGAN UP-MINIMAL UP-MAKSIMALSEWA

MODAL (%)

AKN A-Kain 20,000 150,000 1.000AKT A-Kantong 22,222 150,000 1.000AGD A-Gudang 22,222 150,000 1.000BGD B-Gudang 151,000 500,000 1.450BKT B-Kantong 151,000 500,000 1.450CGD C-Gudang 505,000 20,000,000 1.450CKT C-Kantong 505,000 20,000,000 1.450CMT C-Motor 505,000 20,000,000 1.450CMB C-Mobil 505,000 20,000,000 1.450DGD D-Gudang 20,050,000 200,000,000 1.000DKT D-Kantong 20,050,000 200,000,000 1.000Sumber: www.pegadaian.co.id Berlaku Mulai : 2007-01-01

Setelah itu, nasabah kemudian akan dipanggil untuk menandatangani resi

penerimaan gadai sejumlah nominal yang diinginkan. Terakhir kasir akan

memanggil dan merealisasikan permohonan. Dan sistem pelunasan dilakukan

oleh nasabah dengan ketentuan bahwa, Uang Pinjaman ditambah Sewa Modal

Maksimal. Pelunasan dapat dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, yaitu 120

hari atau 4 bulan. Jika sampai tanggal jatuh tempo barang tersebut tidak

ditebus, maka akan dilakukan pelelangan. Pelunasan harus lebih besar dari

pada pelelangan (Hasil wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007

dengan Kepala Cabang Perum Pegadaian Cabang Klampis)

Berbeda halnya dengan sistem kredit yang terdapat dibeberapa

lembaga keuangan ataupun perbankan. Proses pengajuan kredit pada

perbankan harus melengkapi beberapa persyaratan khusus seperti KTP, Slip

Gaji, Foto copy rekening tabungan 3 bulan terakhir, Kartu Keluarga (KK),

Rekening Listrik, jenis anggunan yang akan digadai oleh bank/lembaga

keuangan dan sebagainya. Proses terakhir sebelum direalisasi adalah survey

untuk menentukan karakter konsumen. Setelah proses tersebut selesai, pihak

bank/lembaga keuangan akan melakukan proses wawancara untuk

menentukan jumlah nominal uang yang akan dicairkan.

Beberapa proses, sistem administrasi dan prosedur di atas

menunjukkan bahwa selain, pelayanan, fasilitas dan sarana-prasarana,

kemudahan birokrasi menjadi keunggulan bagi Pegadaian dalam menarik

simpati masyarakat untuk melakukan kredit gadai di Pegadaian.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang mempunyai judul: “Analisis pemberian Kredit Produk

KCA (Kredit Cepat Aman) pada Perum Pegadaian Cabang Klampis

Bangkalan”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: Bagaimana pengelolaan kredit gadai produk KCA (Kredit Cepat

Aman) pada Perum Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan?

C. Batasan Penelitian

Pembatasan masalah perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok

permasalahan yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan,

atau dengan kata lain agar penelitian terfokus pada tujuan yang diteliti,

peneliti dalam hal ini membatasi masalah sebagai berikut:

1. Menitikberatkan pada upaya yang dilakukan oleh PERUM Pegadaian

dalam proses penyaluran kredit pada produk KCA, pelunasan, dan

pelelangan yang dilakukan antara periode 2004 sampai dengan 2006

2. Kredit yang diteliti hanya pada 1 produk yaitu, Kredit Cepat Aman

(KCA), karena Kredit Cepat Aman (KCA) merupakan kredit yang lebih

mudah diterima oleh kalangan masyarakat luas dan lebih banyak dipilih

oleh para nasabah PERUM Pegadaian disamping itu juga memperoleh

prosedur yang mudah dan sederhana.

3. Barang yang diteliti terbatas pada agunan berupa: perhiasan, elektronik

dan sepeda motor karena barang-barang tersebut mempunyai

kemungkinan resiko yang lebih besar dibandingkan dengan barang yang

lain.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

1. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengelolan

kredit gadai produk KCA (Kredit Cepat Aman) pada Perum Pegadaian

Cabang Klampis.

2. Kegunaan penelitian

a. Bagi manajer Cabang PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai

sumbangan pemikiran dalam rangka untuk mengembangkan

pengambilan keputusan yang lebih baik lagi dalam menyelesaikan

masalah terutama dalam pengelolaan kredit gadai.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian

lebih lanjut, terutama penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan

kredit gadai, dan juga sebagai referensi dalam meneliti dan mengkaji

lebih dalam lagi untuk permasalahan yang sama.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini seperti telah dilakukan oleh Agustina pada tahun 2003,

dengan judul “Analisis Pengelolaan Kredit Gadai Guna Mengurangi Tingkat

Kerugian (studi kasus pada Perum Pegadaian Cabang Lumajang”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa tingkat kerugian kredit gadai

yang mungkin bisa terjadi pada Perum Pegadaian Cabang Lumajang sampai

dengan pelaksanaaan lelang pada periode 2000-2003.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kinerja Perum. Pegadaian

Cabang Lumajang sepanjang tahun 2000 hingga 2003 masih belum maksimal

namun demikian tidak menyebabkan tingkat kerugian yang begitu berarti

sebab penyaluran kredit pada tahun 2000 hingga 2003 tetap mengalami

kenaikan akan tetapi jika dilihat dari jumlah pelanggannya mengalami

penurunan. Kenaikan penyaluran kredit pada Perum. Pegadaian Cabang

Lumajang mengalami kenaikan sebesar 10% dari tahun sebelumnya.

Kondisi tersebut membuktikan bahwa pada tahun 2000 hingga 2003

Perum. Pegadaian Cabang Lumajang telah mengalami peningkatan

perkembangan usaha dengan minimnya tingkat kerugian yang dialaminya

sebab masih dapat ditangani dengan adanya peningkatan penyaluran kredit

kepada nasabahnya.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agustina

pada tahun 2000-2003 ada beberapa kesamaan dengan penelitian yang

sekarang, yakni sama-sama meneliti tentang analisis pemberian kredit pada

produk Kredit Cepat Aman (KCA) disatu sisi lokasi penelitian yang obyek

permasalahan yang diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada

penelitian kali ini lebih difokuskan pada prosedur dan mekanisme pemberian

kredit KCA serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam

pengelolaan kredit KCA pada PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan

B. Landasan teori

1. Keputusan pemberian kredit

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan

perkataan yang asing bagi masyarakat Indonesia. Perkataan kredit tidak

saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi juga sampai di

desa-desa. Kata kredit tersebut sudah sangat popular. Istilah kredit berasal

dari bahasa Yunani, yaitu credere yang berarti kepercayaan (truth atau

faith). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

atau suatu badan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit

di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah

dijanjikan (Suyatno, 2003:12)

Keputusan pengambilan kredit hanya dapat dilakukan oleh Pejabat

Pemutus Kredit atau pimpinan kantor cabang. Sebelum memberikan

putusan kredit pimpinan kantor cabang harus memeriksa dan meneliti

kelengkapan kredit. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan bisnis yang

dimilikinya, pimpinan kantor cabang dengan melihat analisis dan evaluasi

yang dibuat oleh penaksir akan mampu memberikan putusan kredit secara

akurat. Putusan kredit tersebut harus memuat antara lain: strukur dan tipe

kredit, syarat dan ketentuan kredit.

Putusan kredit yang telah disetujui oleh pimpinan kantor cabang,

selanjutnya diserahkan ke bagian administrasi untuk dipesiapkan hal-hal

sebagai berikut:

a. Memberikan surat penawaran putusan kredit kepada nasabah yang

memuat struktur dan tipe kredit serta syarat-syarat dan ketentuan kredit

yang harus dipenuhi oleh nasabah. Surat penawaran tersebut harus

mencantumkan jatuh tempo kepada pemohon untuk memberikan

persetujuan atau penolakan. Apabila dalam jangka waktu yang telah

ditentukan nasabah tidak menebus barang jaminannya, maka akan

dilakukan pelelangan.

b. Mempersiapkan dokumen perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok.

Perjanjian kredit dapat dibuat sesuai resiko kredit menurut pimpinan

kantor cabang dengan cara notariil maupun dibawah tangan. Semua

perjanjian kredit harus memuat secara lengkap unsur-unsur yang

dikehendaki seperti yang tertuang dalam putusan kredit dan memuat

agunan-agunan yang diberikan pengikatannya

c. Mempersiapkan dokumen perjanjian perikatan agunan, yaitu perjanjian

yang dibuat berdasarkan perjanjian kredit yang bersangkutan.

2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian kredit

Agar tidak terjadi resiko yang besar, dalam pemberian kredit, maka

perlu memahami prinsip 5C yang dituangkan dalam perhitungan baik

dalam perhitungan baik berupa non materiil maupun material.

a. Untuk non material seperti Caracter (sifat) dan Condition (kondisi)

b. Untuk material seperti Capasity (kemampuan), Capital (modal)

dan Collateral (barang jaminan)

Dari dua hal tersebut harus dijadikan data kwantitatif sehingga

akan mudah diukur sejauh mana perhitungan resiko yang akan

dihadapi

Dalam analisis ini yang paling sulit adalah menilai karakter dan

kondisi, sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati, cermat dan teliti.

(Buku praktis mengenal dan mengenalkan produk KCA, KREASI,

KRASIDA)

Suatu kredit harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit behwa prestasi

yang diberikan akan benar-benar diterimanya kembali dalam

jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang

akan datang.

c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapai sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di

kemudian hari.

d. Prestasi, yaitu suatu bentuk obyek kredit yang tidak saja diberikan

dalam bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk uang atau jasa

(Suyatno, 2003:14)

Tujuan kredit secara umum

a. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan.

b. Meningkatkan aktifitas perusahan agar dapat menjalankan

fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin,

dan dapat memperluas usahanya (Suyatno, 2003: 14-15)

Kegunaan.kredit secara umum :

a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau

menbangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasionalnya (Kasmir, 1998:99)

3. Analisis Kelayakan kredit

Menurut Susilo (2000: 185-187) dalam melakukan analisis

terhadap kelayakan kredit maka kriteria penilaian kinerja PERUM

Pegadaian adalah sebagai berikut:

a. Pemberian pinjaman

Nilai taksiran atas barang yang akan digadaikan tidak sama

dengan besarnya pinjaman yang diberikan. Setelah nilai taksiran

ditentukan, maka petugas menentukan jumlah uang pijaman yang

dapat diberikan. Penentuan jumlah uang pinjaman ini juga

berdasarkan prosentase tertentu dalam nilai taksiran, dan

prosentase ini juga telah ditentukan oleh Perum Pegadaian

berdasarkan golongan yang besarnya berkisar antara 80 hingga

90%.

Pinjaman kemudian digolongkan atas dasar jumlahnya untuk

menentukan syarat-syarat pijaman seperti besarnya sewa modal,

jangka waktu pelunasan, jadwal dan waktu pelelangan.

Berdasarkan penjelasan diatas, nilai uang pinjaman yang

diberiakan lebih kecil dari pada nilai pasar dari barang yang

digadaikan. Perum Pegadaian secara sengaja mengambil kebijakan

ini untuk mencegah kerugian. Apabila ternyata nasabah pada saat

jatuh tempo tidak mampu atau tidak bersedia menebus barang yang

digadaikan, maka Perum Pegadaian akan menjual barang tersebut

melalui pelelangan.

b. Pelunasan

Sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan .pada waktu

pemberian pinjaman, nasabah mempunyai kewajiban melakukan

pelunasan pemberian yang telah diterima. Pada dasarnya, nasabah

dapat melunasi kewajibannya setiap saat tanpa herus menunggu

jatuh tempo. Pelunasan pinjaman beserta sewa modalnya (bunga)

dibayarkan langsung ke kasir disertai surat surat gadai. Setelah

adanya pelunasan atau penebusan yang disertai pemenuhan

kewajiban nasabah yang lain, nasabah dapat mengambil kembali

barang yang digadaikan.

c. Pelelangan

Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan

akan dilakukan oleh Perum Pegadaian pada saat yang telah

ditentukan di muka apabila hal-hal berikut ini terjadi:

1) Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak

bisa menebus barang yang digadaikan dan membayar

kewajiban lainnya kerena berbagai alasan.

2) Pada masa saat pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak

memperpanjang batas waktu pinjamannya kerena berbagai

alasan.

Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan

untuk melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada Perum

Pegadaian yang terdiri dari:

1) Pokok pinjaman

2) Sewa modal atau bunga

3) Biaya lelang

Apabila barang yang digadaikan tidak laku dilelang atau terjual

dengan harga yang lebih rendah daripada nilai taksiran yang telah

dilakukan pada awal pemberian pinjaman kepada nasabah yang

bersangkutan, maka barang yang tidak laku dilelang tersebut dibeli

oleh negara dan kerugian yang timbul ditanggung oleh Perum

Pegadaian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum pihak

pemberi kredit memberikan kredit ada beberapa faktor yang

diperhatikan yaitu tujuan dan arah pemberian kredit harus

dipertimbangkan terlebih dahulu sebelun menilai faktor yang lain.

Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan

kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk

menanggung pembayaran kembali suatu utang. Kegunaan barang

jaminan adalah:

a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada PERUM Pegadaian

untuk mendapatkan pelunasan barang-barang jaminan tersebut,

apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar

kembali utangnya pada waktu yang telah ditentukan dalam

perjanjian.

b. Menjamin agar nasabah berperan serta didalam transaksi untuk

membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk

meninggalkan usahanya atau proyeknya dengan merugikan diri

sendiri, dapat dicegah atau kemungkinan untuk berbuat

demikian dapat diperkecil.

c. Memberi dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian

kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai

dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar tidak kehilangan

barangnya yang telah dijaminkan kepada pegadaian. (Suyatno,

2003:88)

Gadai yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu

barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang

berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan

kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil

pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-

orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk lelang

barang tersebut dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan

setelah barang tersebut digadaikan, biaya-biaya mana yang harus

didahulukan .

Kredit KCA (Kredit Cepat Aman) adalah pinjaman

berdasarkan hukum gadai dengan prosedur pelayanan yang mudah,

aman dan cepat. Dengan usaha ini, Pemerintah melindungi rakyat

kecil yang tidak memiliki akses kedalam perbankan

(www.pegadaian.co.id)..

Dengan demikian, kalangan tersebut terhindar dari praktek

pemberian uang pinjaman yang tidak wajar. Pemberian kredit

jangka pendek dengan pemberian pinjaman mulai dari Rp. 20.000,-

sampai dengan Rp. 200.000.000,-. Jaminannya berupa benda

bergerak, baik berupa barang perhiasan emas dan berlian,

elektronik, kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya. Jangka

waktu kredit maksimum 4 bulan atau 120 hari dan dapat

diperpanjang dengan cara hanya membayar sewa modalnya saja

(www.pegadaian.co.id).

Barang bergerak diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh

seseorang yang mempunyai utang. Seseorang yang berpiutang

tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk

menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk

melunasi apabila pihak yang berpiutang tidak memenuhi

kewajibannya pada saat jatuh tempo. (Susilo, dkk, 2000: 179)

Dari pengertian yang terkandung diatas terdapat unsur-unsur di

dalam gadai, yaitu:

a. Hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak

b. Benda bergerak tersebut diserahkan debitur kepada kreditur.

c. Penyerahan benda bergerak yang dijadikan jaminan utang.

d. Kreditur mempunyai hak dalam pelunasan piutangnya dengan

kekuasaan melelang barang jaminan tersebut kreditur tidak

dapat melunasi atau membayar utangnya.

e. Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya

f. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan dilunasi

terlebih dahulu dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.

Gadai mempunyai sifat sebagai berikut:

Gadai bersifat asesoir, yaitu sebagai dari perjanjian pokok

hutang piutang. Gadai tergantung pada adanya perjanjian pokok

hutang piutang, tanpa hal itu gadai tidak akan terlaksana (Soedewi,

1999:97)

Hak dan kewajiban pemegang gadai:

a. Hak pemegang gadai adalah sebagai berikut:

1) Menahan barang yang dijaminkan sampai waktu utang

dilunasi, baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga.

2) Mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang tersebut,

apabila orang yang berutang tidak menepati kewajibannya.

Penjualan barang ini dapat dilakukan sendiri atau minta

perantaraan hakim.

3) Berhak meminta ganti biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkan barang tanggungan itu.

4) Berhak menggadaikan lagi jaminan itu

b. Kewajiban pemegang gadai adalah sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab terhadap hilangnya/kemunduran harga

barang jaminan, jika hal itu disebabkan kelalaiannya.

2) Harus memberi tahu kepada orang yang berutang apabila ia

hendak menjual barang jaminan.

3) Harus memberikan perhitungan tentang pendapatan

penjualan barang itu dan setelah ia mengambil pelunasan

utangnya, maka ia harus menyerahkan kelebihannya kepada

si berutang. (Suyatno, 2003: 93)

c. Macam-macam hak gadai:

Menurut Hak gadai dapat dibedakan menjadi dua:

1) Taksah, yaitu hak gadai atas segala benda yang dibiarkan

tetap dalam kekuasaan pemberi gadai, ataupun hak yang

kembali atas kemampuan penerima gadai.

2) Hak gadai hapus

a) Apabila barang gadai tersebut keluar dari kekuasaan si

penerima gadai

b) Apabila barang tersebut hilang dari tangan si penerima

gadai ini atau di curi, maka ia berhak menuntut

kembali, sedangkan apabila barang tersebut didapatkan

kembali, maka hak gadainya itu dianggap tidak pernah

hilang. (Subekti,1986:271)

Tolok ukur yang digunakan PERUM Pegadaian dalam

kelayakan penggunaan kredit yaitu meliputi:

a. Tidak melanggar hukum atau peraturan pemerintah.

b. Tidak dipergunakan untuk spekulasi.

c. Tidak menyimpang dari kebijakan kredit.

d. Untuk menanganinya tidak membutuhkan keahlian khusus

e. Tidak menyimpang dari standar umum penggunaan kredit

(Sutojo, 2000:53)

Dalam pemberian kredit PERUM Pegadaian menetapkan

standar dalam kebijakan kelayakan kreditur, yaitu meliputi:

a. Kredit hanya diserahkan kepada debitur yang jujur, bahan

usahanya dikelola secara professional (untuk debitur koperasi),

mempunyai kemampuan melunasi kredit dari sumber dana

yang normal, prospek pada masa depan usahanya cerah dan

dalam hal ini di dukung oleh jaminan yang cukup.

b. Setiap rekomendasi persetujuan kredit harus didukung oleh

jadwal pelunasan kredit yang disetujui oleh nasabah.

c. Selama perjanjian kredit berjalan, harus mendapat kepastian

bahwa nasabah mempunyai kemampuan untuk melunasinya

C. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban duga yang dianggap besar kemungkinan

untuk menjadi jawaban yang benar. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti

mengambil hipotesis yaitu pengelolaan kredit gadai pada PERUM Pegadaian

Cabang Klampis dapat dikatakan baik.

KRASIDAKCA

Tidak BaikBaik

Gadai Tidak Terbayar

KREASI

PEGADAIAN

Gadai Terbayar

Prosedur Pemberian KreditNasabah

Kasir

Penaksir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan pada Perum Pegadaian Cabang Klampis Jl. Raya

Klampis 121 Klampis, Bangkalan

B. Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian studi kasus yang berarti mengadakan

suatu penelitian secara intensif, terperinci dan mendalam yaitu Perum

Pegadaian Cabang Klampis, Bangkalan

C. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis ini termasuk bersifat terapan yaitu

penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah-masalah praktis dan

diarahkan untuk menjawab pertanyaan spesifik dala rangka pemenuhan

kebijakan, tindakan, atau kinerja tertentu.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional menurut pendapat (Indriantoro 2002:69)

menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam

mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkiakan bagi peneliti

yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara pengukuran

construct yang lebih baik. Berdasarkan konsep yang ada maka variabel-

variabel yang perlu di teliti adalah:

1. Kredit merupakan penyerahan kekuatan membeli dalam bentuk

peminjaman yang tidak segera meminta balas jasa atau kontrapestasi pada

waktu penjualan dilakukan

2. Kredit Cepat Aman (KCA) merupakan salah satu produk yang dimiliki

oleh Perum. Pegadaian dimana sistem pemberian kreditnya didasarkan

atas pinjaman si nasabah dengan cara menggadaikan/menjaminkan barang

yang dimilikinya kepada manajemen Perum.

3. Pegadaian adalah suatu lembaga perkreditan kecil yang memiliki fungsi

membantu masyarakat dalam menyalurkan kredit atas dasar gadai kepada

para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif,

kaum buruh/Pegawai Negeri yang ekonominya lemah yang bersifat

konsumtif. Perum. Pegadaian yang dimaksud adalah Perum. Pegadaian

Cabang Klampis Bangkalan

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah data dokumenter yaitu

jenis data penelitian yang antara lain berupa : faktur, jurnal, surat-surat,

notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program

(Indriantoro 2002:146). Sumber data dalam hal ini adalah data-data

dokumentasi yang diberikan oleh pihak manajemen Perum Pegadaian

Cabang Klampis seperti :

1. Data kredit gadai tahun 2004 - 2006

2. Laporan perkembangan usaha.

3. Data perincian berdasarkan profesi.

2. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh

dari instansi, ataupun referensi-refensi dan sebagainya yang terkait dengan

penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang penulis akan lakukan adalah

field research, yaitu dengan mengadakan peninjauan langsung ke obyek

penelitian dengan cara:

1. Wawancara, yaitu memperoleh data dengan mengadakan wawancara

langsung dengan responden yang berwenang.

2. Dokumentasi, yaitu cara memperoleh data dengan jalan mendapatkan data

historis, SK dan contoh lain yang ada hubungannya dengan penelitian

skripsi yang berupa laporan yang telah diterbitkan oleh Perum Pegadaian

Cabang Klampis.

G. Langkah Analisis Deskriptif.

Langkah-langkah analisis deskriptif pengelolaan kredit gadai untuk

melihat besar kecilnya tingkat kerugian: melakukan perhitungan jumlah kredit

gadai yang telah dibayar pada tiap-tiap periode (perbulan/pertahun) secara

berkala. Langkah selanjutnya menghitung prosentase tingkat kerugian (kredit

yang tidak dibayar/macet) dan membandingkan prosentase tingkat kerugian

tiap periode (perbulan/pertahun)

H. Uji Hipotesis.

Berdasarkan hipotesis yang ada maka dapat dilakukan tolok ukur dalam

pengelolaan gadai Perum Pegadaian cabang Klampis, yaitu sebagai berikut:

1. Apabila pengelolaan gadai mengalami peningkatan ≥ 10% setiap tahun

maka dianggap baik.

2. Apabila pengelolaan gadai mengalami peningkatan <10% setiap tahun

maka dianggap tidak baik.

I. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang dipergunakan adalah metode deskriptif

kuantitatif, dimana hasil perhitungan terhadap pemberian kredit produk KCA

pada Pegadaian Cabang Klampis yang telah dihitung secara statistik guna

mengetahui tingkat prosentase pemberian kredit kemudian di uraikan secara

deskriptif.

Setelah diketahui perhitungan prosentase kredit gadai produk KCA

tersebut, kemudian peneliti juga melakukan perhitungan analisis pengelolaan

gadai yaitu dengan menghitung besarnya kredit proses penyaluran gadai,

pelunasan, lelang, dan bunga.

1. Barang kantong emas.

STL= (100% - SSBP) × HPP

Keterangan:

STL : Standart Taksiran Logam

SSBP : Surat Setoran Bukan Pajak

Yaitu : 2,7% => 1% Bea untuk penjual

=> 1% Bea untuk pembeli

=> 0,7% Dana sosial

HPP : Harga Pasar Pusat.

Menurut Surat Edaran (SE) kantor pusat harga emas sekarang adalah Rp

134.000,00/gram, sedangkan kantor wilayah Rp. 140.000,00/gram

Faktor yang mempengaruhi penetapan Harga Pasar Pusat (HPP) kantor

pusat adalah:

a. Kurs Dollar.

b. Harga emas dunia

2. Barang gudang (elektronik, sepeda motor)

Perhitungan untuk menentukan taksiran barang gudang adalah

berdasarkan Harga Pasar Setempat (HPS) dari setiap wilayah di setiap

daerah setempat. Sebuah kantor wilayah terdiri dari beberapa kantor

cabang. Di dalam menentukan HPS, Kanwil mengutus setiap cabang untuk

melakukan pemantauan terhadap harga pasar yang berlaku setiap 3 bulan

sekali. Setiap cabang menyerahkan laporan hasil pengamatannya kepada

Kanwil untuk pengambilan keputusan dala penentuan HPS. Kanwil berhak

mengesahkan HPS setelah dilakukan survey oleh kantor cabang.

Plafon taksiran:

a. Elektronik = 65% × HPS

b. Sepeda Motor = 75% × HPS

Keterangan:

HPS : Harga Pasar Setempat

Dari hasil plafon taksiran dilakukan perhitungan menurut golongan

yang disebut taksiran. Untuk menghitung jumlah uang bersih yang

diterima oleh nasabah, yaitu mengurangi taksiran dengan biaya

administrasi sebesar 1%.

3. Menghitung fluktuasi jumlah nasabah dan jumlah gadai berdasarkan

profesi

a. Prosentase kenaikan nasabah

b. Fluktuasi penyaluran gadai

4. Menghitung gadai yang tidak dibayar

a. Gadai yang tidak dibayar

Penyaluran gadai – (Pelunasan + Lelang)

b. Prosentase tingkat kerugian

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1999. Pedoman Operasional Kantor Cabang. Jakarta

Asmen. Buku Praktis Mengenal dan Mengenalkan Produk KCA, KREASI,

KRASIDA. KANWIL Perum Pegadaian Surabaya. Surabaya.

Firdaus, R dan Ariyanti, Maya. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum.

Cetakan Pertama. Alfabeta, Anggota IKAPI. Bandung.

Hidayat, Wahyu. 2004. Buku Pedoman Karya Penulisan Skripsi dan Tugas

Akhir. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Ed.1) Cetakan Kedua.

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nur,Indriantoro dan Bambang, Supomo. 2002. Metoda Penelitian Bisnis. Edisi

kedua. BPFE. Yogyakarta.

Pegadaian.ProdukKCA.(Online).(http//www.pegadaian.co.id/

produk_kca.php.htm. diakses 18 Februari 2007)

Subekti, R. 1986. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita.

Jakarta.

Subagyo, dkk. 1997. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Bagian Penerbitan

STIE YKPN. Cetakan ke 3. Yogyakarta.

Susilo, Sri. Y, dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan pertama. Yogyakarta.Suyatno, T, dkk. 1997. Dasar-Dasar Perkreditan. (Ed VI). STIE Perbanas dan

PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sutojo, Siswanto. 2000. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum. PT.

Damarmulia Pustaka, Jakarta.

Widayat dan Amirullah. 2992. Riset Bisnis. Cetakan Pertama, Cahaya Press.

Malang.