elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp-gdl... · Web viewPergaulan manusia...
Transcript of elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp-gdl... · Web viewPergaulan manusia...
1
I. PENDAHULUAN
Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi dalam
masyarakat. Menurut Schramm (1974), di antara manusia yang saling bergaul, ada yang
saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Demikian
pula menurut Merill dan Lownstein (1971), bahwa dalam pergaulan antarmanusia selalu
terjadi proses penyesuaian pikiran, penciptaan simbol yang mengandung suatu pengertian
bersama. Theodorson (1969) selanjutnya mengemukakan pula bahwa, komunikasi adalah
proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan
simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok lain. Proses pengalihan
informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi
anatara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.
Menurut Devito (1976), komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Sedangkan menurut Tan (1981), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka
antara dua orang lebih. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah
komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti
suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru murid dan sebagainya. Ciri-ciri
komunikasi diadik adalah: pihak-pihakyang berkomunikasi berada dalam jarak yang
dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan
dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Kedekatan hubungan pihak-pihak
yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal
mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat.
Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bebas mengubah topik
pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi bebas mengubah topik pembicaraan,
kenyataannya komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak. Jelas sekali
bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk
orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra tadi untuk mempertinggi
2
daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepadanya. Komunikasi antarpribadi berperan
penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi.
Adapun karakteristik komunikasi antarpribadi:
· Terjadi dimana saja dan kapan saja
· Proses berkesinambungan
· Mempunyai tujuan tertentu
· Menghasilkan hubungan yang timbal balik
· Merupakan sesuatu yang dipelajari
Komunikasi antarpribadi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi
pengambilan keputusan.
Untuk mengetahui dan memahami konteks komunikasi antar pribadi lebih dalam
lagi, kita harus mempelajari terlebih dahulu teori-teori antar pribadi itu sendiri. Pada
dasarnya mempelajari teori-teori komunikasi antar pribadi dapat menjadi semacam
pedoman fundamental untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk lebih mengenal lagi
bidang studi yang didalaminya.
Teori adalah konsep-konsep atau abstraksi, penyederhanaan dari suatu fakta atau
pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri merupakan perspektif panca indera yang bisa jadi
sangat relatif, karena tidak semua orang berlatar belakang sama, entah itu latar belakang
pendidikan, budaya, agama, sehingga bagaimana menanggapi suatu pengetahuan bisa
sangat berbeda antara seseorang dengan yang lain. Seorang yang melihat sebuah rumah
dari depan, akan berbeda perspektif dengan orang yang melihat rumah yang sama dari
samping.
3
II. TEORI ANTAR PRIBADI
2.1 Teori Pengertian dan Pengungkapan diri
2.1.1 Teori Jendela Johari
Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk
melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku,
perasaan, dan motif kita. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry
Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri
kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi. Joseph Luft dan
Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai
perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang
digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4
sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka
maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah
publik,daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari.
Keempat gambar dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.1.1.1 Jendela Johari
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang
lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll.
Area terbuka merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang
diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Bagi orang yang telah
mengenal potensi dan kemampuan dirinya sendiri , kelebihan dan
4
kekurangannya sangatlah mudah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain sehingga orang dengan
Type ini pasti selalu menemui kesuksesan setiap langkahnya, karena orang
lain tahu kemampuannya begitu juga dirinya sendiri. Ketika memulai
sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan
tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus
bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar
open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal
kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup
bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan,
pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi
mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam
berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang
kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat
kepercayaan orang. merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang
diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri.
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi
kita tidak. Pada daerah ini orang lain tidak mengenal kita sementara kita
tahu kemampuan dan potensi kita, bila hal tersebut yang terjadi maka
umpan balik dan komunikasi merupakan cara agar kita lebih dikenal orang
terutama kemampuan kita, hilangkan rasa tidak percaya diri mulailah
terbuka. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya
menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari
orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan
dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam
bekerja tim. merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang
diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain.
5
Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak
mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau
orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku
atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain
selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan
“cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai
mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.
Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat
hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah
yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui
oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami
orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri, sehingga orang ini
seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah
tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri
sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang
menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan
rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang
direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri
maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa
muncul.
Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing
daerah pada seseorang berbeda dengan orang lain. Gambaran kepribadian di
bawah ini dapat memberikan contoh mengenai daerah-daerah dalam Jendela
Johari.
6
Gambar 2.1.1.2 Tahap Jendela Johari
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama
pengungkapan diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan
balik ( Feedback ). Tahap pengungkapan diri, orang memperluas daerah C
(lihat gambar 2), sedangkan untuk memperluas daerah B dibutuhkan umpan
balik dari orang lain (lihat gambar 3). Akhirnya, ia akan mempunyai daerah
publik (A) yang semakin luas (lihat gambar 4).
Tes Jendela Johari dilakukan dengan memberi daftar berisi 55 kata
sifat kepada subyek tes. Dari 55 kata sifat tersebut, subyek tes akan diminta
untuk memilih lima atau enam kata sifat yang paling mencerminkan diri
mereka. Anggota peer dari subyek tes ini kemudian akan diberikan daftar
yang sama dan diminta untuk memilih lima atau enam kata sifat yang
menurut mereka paling menggambarkan pribadi sang subyek tes. Hasil
tersebut akan dicek silang dan dimasukkan dalam kuadran-kuadran yang
tersedia.
Kelima puluh lima kata sifat tersebut adalah: able, accepting,
adaptable, bold, brave, calm, caring, cheerful, clever, complex, confident,
dependable, dignified, energetic, extroverted, friendly, giving, happy,
helpful, idealistic, independent, ingenious, intelligent, introverted, kind,
knowledgeable, logical, loving, mature, modest, nervous, observant,
organized, patient, powerful, proud, quiet, reflective, relaxed, religious,
7
responsive, searching, self-assertive, self-conscious, sensible, sentimental,
shy, silly, spontaneous, sympathetic, tense, dan trustworthy.
Dalam pembahasan model ini, Joseph Luft berpendapat bahwa kita
harus terus meningkatkan self-awareness kita dengan mengurangi ukuran
dari Kuadran 2-area Blind kita. Kuadran 2 merupakan area rapuh yang
berisikan apa yang orang lain ketahui tentang kita, tapi tidak kita ketahui,
atau lebih kita anggap tidak ada dan tidak kita pedulikan. Mengurangi area
Blind kita juga berarti bahwa kita memberbesar Kuadran 1 kita-area Open,
yang dapat berarti bahwa self-awareness serta hubungan interpersonal kita
mungkin akan mengalami peningkatan. Luft menawarkan beberapa saran
untuk meningkatkan self-awareness kita:
1. Threat tends to decrease awareness; mutual trust tends to increase
awareness
2. Forced awareness (exposure) is undesirable and usually ineffective
3. Interpersonal learning means a change has taken place so that Quadrant 1
is larger, and one or more of the other quadrants has grown smaller
4. Sensitivity means appreciating the covert aspects of behavior, in
Quadrants 2, 3, and 4 and respecting the desire of others to keep them so
(Joseph Luft, Of Human Interaction (Palo Alto, CA: Mayfield, 1969)
8
KASUS :
Arena(diketahui diri sendiri dan orang
lain)
tenang, matang
Blind Spot(hanya diketahui oleh orang lain)
mampu, menerima, berani, ceria, cerdas, kompleks, energik, ramah,
bahagia, membantu, idealis, cerdas, introvert, ramah, berpengetahuan,
logis, teliti, terorganisir, sabar, kuat, bangga, tenang, santai, agama,
mencari, masuk akal, sentimental, bodoh, hangat, bijaksana
Façade(yang hanya diketahui diri
sendiri)
responsif, pemalu, spontan
Unknown(dikenal tidak ada)
beradaptasi, berani, peduli, percaya diri, dapat diandalkan, bermartabat, ekstrover, memberi, mandiri, cerdas,
penuh kasih, sederhana, gugup, reflektif, menonjolkan diri, sadar diri,
simpatik, tegang, dapat dipercaya, cerdas
9
Dian, gadis pemalu, ia selalu sulit menjalin pergaulan. Sangat jarang
ia dapat menceritakan perasaan, keinginan, dan fikiran-fikiran yang ada pada
dirinya. Akibatnya, ia kurang dikenal oleh teman sepergaulannya.
Kemungkinan besar, Dian mempunyai daerah publik (A) yang kecil,
sedangkan daerah yang tersembunyi lebih besar (C) atau Siti mempunyai
daerah buta yang lebih besar (B), sebab kelebihan yang merupakan aset bagi
dirinya tidak disadarinya atau dilihat orang lain. Semakin luas daerah A dapat
dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang positif. Ia telah tahu, baik
dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan dan kelemahan dirinya. Orang
semakin bebas untuk menentukan langkahnya, topeng-topeng yang
dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia menjadi pribadi yang
matang, percaya diri, tidak takut menghadapi kegagalan, dan siap
mengahadapi tantangan.
2.1.2 Teori Kongruensi Osgood
Teori Kongruensi merupakan teori khusus dari teori keseimbangan
Heider. Meskipun mirip dengna teori keseimbangan, teori Kongruensi lebih
berkenaan secara khusus dengan sikap orang-orang terhadap sumber-sumber
informasi dan objek-objek pernyataan sumber. Teori kongruensi memiliki
beberapa kelebihan sibandingkan teori keseimbangan, diantaranya
kemampuan untu membuat prediksi tentang arah dan tingkat perubahan
sikap. Model kongruensi beramsumsi bahwa “ keangka rujukan penting
cenerung mengarah pada kelugasan maksimal. Karena penilaian-penilaian
ekstrem lebih mudah dibuat daripada disaring, maka penilaian cenderung
bergerak kea rah ekstrem, atau “tekanan yang terus menerus menuju
10
polarisasi.” Selain maksimalisasi kelugasan ini,ada pula amsumsi bahwa
identitas (kemiripan) adalah tidak begitu kompleks dibandingkan
diskriminasi perbedaan-perbedaan yang halus (either-or thingking dan
kategorisasi). Oleh karena itu, “konsep-konsep” yang berkaitan dievaluasi
dengan cara serupa.
Dalam paradigma kongruensi, seseorang (P) menerima sebuah
pernyataan dari suatu sumber (S), yang tentunya dia mempunyai sikap
terhadapnya,juga mempunyai sikap terhadap objek(O), dalam model
Osgood, seberapa besar P menyukai S dan O akan menentukan apakah
terdapat keadaan kongruensi atau konsistensi.
Menurut teori kongruensi,ketika sebuah perubahan terjadi,pasti
selalu menuju kongruensi yang lebih besar dengnakerangka rujukan yang
berlaku. Osgood menggunakan perbedaan semantiknya untuk menguur
besarnnya kesukaan seseorang terhadap sebuah sumber dan objek
pernyataan. Perbedaan sematik tersebut adakah sebuah metode untuk
mengukur makna konotatif (Osgood, Suci, dan Tannenbaum, 1957)
Intinya, definisi keseimbangan dan kongruensi adalah
sama.inkongruensi ada ketika sikap terhadap sumber dan objek adalah sama
dan asersinya (penilaiannya) adalah negative,atau ketika sikap terhadap
sumber dan objek adalah berbeda dan asersinya positif. Keadaan yang tidak
seimbang mengandung satu atau semua relasi negative.
Percy Tannebaum (Zajonc, 1960) meminta 405 mahasiswa
mengevaluasi tiga sumber - Para pemimpin buruh,Pejabat Chicago dan
Senator Robert Taft – dan tiga objek – perjudian, seni abtrak dan akselerasi
program univesitas. Beberapa waktu kemudian, paramahasiswa itu diberi
klping Koran yang berisi pertanyaan yang ditujukan untuksumber-sumber
objek-objek tersebut. Semua rentang perubahan yang diprediksi didukung
oleh data Tannebaum sebagaimana dirangkum pada Tabel 1.2.1 . Arah
11
perubahan itu ditunjukan oleh data plus atau minus sedangkan banyaknnya
perubahan ditunjukan dengna satu atau dua tanda semacam itu.
Tabel 2.1.2.1 Perubahan SikapTerhadap Sumber dan Objek Ketika Pernyataan
Positif dan Negaif Dibuat oleh Sumber
Sikap Asli
Terhadap
Sumber
Pernyataan Positif tentang
Objek yang Disikapi
Pernyataan Negatif
tentang Objek yang
Disikapi
Positif Negatif Positif Negatif
Perubahan Sikap Terhadap Sumber
Negatif + - - - - +
Positif ++ - - ++
Perubahan Sikap Terhadap Sumber
Negatif + ++ - - -
Positif - - - + ++
Sumber : Dari R.B. Zajonic, “The Concepts of Balance, Congruity and Dissonance.”
Public Opinion Quarterly24 (1960): 280-296. Dicetak ulang dengan izin dari
University of Chicago Press.
Inkongruensi dan media
Sebuah contoh grafik tentanng inkongruensi di dalam dunia media
terjadi ketika Wealter Cronkite dan CBS meliput Konfrensi Nasional
Demokratis di Chikago pada bulan Agustus 1968. CBD News melaporkan
saat-saat yang kemudian oleh Komisi Walker disebut dengan “kerusuhan
polisi” di jalan Chikago. Di dalamsiaran Walker Cronkite berpendapat
bahwa ruang konferensi rasanya berada dibawah kendali “segerombolan
penjahat ganas” setelah Dan Rather “dihantam” ketika sedang “berada di
12
Orang
Sumber Objek
Orang
Sumber Objek
Orang Orang
kamera” saatberusaha mewawancarai para delegasi dari negara bagian
selatan diusir disingkirkan dari lantai koferensi. CBS News (sumber)telah
membuat pernyataan negative tentang objek (Mayor Richard Daley dan
polisi Chikago) yang tampaknya sangat dihargai oleh banyak permirsa
televise. Umpan balik bagi CBS News menunjukan ketidakpuasan yang
cukup besar dipihak pemirsa atas liputan itu. Mungkin sikap mereka
terhadapsumber tersebut,Walter Cronkite dan CBS News, menjadi semakin
negative.
Apabila, dalam sebuah demokrasi,kita tidak dapat memancung
pembawa pesan yang menyampaikan berita-berita tidak menyenangkan
(yang tidak cocok dengna “kerangka rujukan penting”kita),sebagaimana
kasus di Persia kuno, maka teri kongruensi meramalkan bahwa kita menjadi
tidak suka terhadap pembawa informasi yann tidak sesuai dengan
pandangna kita tentang dunia. Kita tekah mencantumkan hal ini ke dalam
pepatah rakyat, “Don’t Confuse me with the facs, I have already madeup my
mind (jangan buat seaya binggung dengna fakta, saya sudah
mengambilkeputusan).
Ingkonruensi tidak selalu menghasilkan perubahan sikap. Ada
beberapa dasar ataskeyakinan bahw banyak materi dimedia yang akan
menghasilkan inkongkuensi pada diri seseorang ternyata tidak demikian
halnya. Dalam proses pemilihan focus perhatian kita, kita bisa menolak
pesan-pesan yang kita curigai tidak akan sesuai dengan konsepkita tentang
dunia- paparan selektif- atau mungki kita hanya perlu memperhatikan
bagian-bagian pasan yang sesuai dengan “keranga rujukan penting” kita-
perhatian selektif.
Gambar 2.1.2.1 Contoh Kongruensi dan Inkongruensi
KONGRUENSI
13
Orang
Sumber Objek
Orang
Sumber Objek
Orang
Sumber Objek
Orang
Sumber Objek
INKONGRUENSI
Garis tegas menggambarkan pernyataan, garis biasa adalah sikap. Garis tegas
padat adalah pernyataan yang mengimplimasikan sikappositif di pihak sumber, dan garis
tegas putus-putus sikap negative. Garis biasa padat menggambarkan sikap positif, dan
garis biasa putus-putus sikap negative.
Sumber : R.B. Zajonc, “The Concepts of Balance, Congruity and Dissonance, “Public
Opinion Quarterly 24 (1960): 280-296. Dicetak kembali atas izin University of Chicago
Press.
Persepsi selektif
14
Apabila kita benar-benar memerima sebuah pesan yang
menyebabkan inkongruensi, kita mungkin salah dalammengartika pesan itu-
persepsi selektif-dengan pendapat kita tentang realita (Lihat Kasus 2.1.2.1).
pelukis dan pemahat Prancis bernama Degas diberitakan pernah berkata,
“seseorang melihat sesuatu seperti yang diinginkannya”.
Kasus 2.1.2.1 In The Eye of The Beholder
Kebenaran, sebagaimana keindahan, sering kali menarik perhatian bagi
jutaan orang di seluruh dunia, foto seorang lelaki sendirian mengjadang tank di
Beijing pada peristiwa 1989 melambangkan keberanian luar biasa dari orang yang
menentang kekuasaan negara. Di Cina, gambar itu juga ditayangkan di TV, tetapi
naratornya menyatakan bahwa gambar itu menunjukan bahwa tentara Cina mampu
menahan diri, dan menambahkan, “Orang yang punya akal sehat tahu bahwa jika
tank itu tetapmaju, maka pembangkang itu tidak akan bisa
menghentikannnya.”(Gordon, 1999).
Sebuah Koran mahasiswa melaporkan bahwa universitas itu berada di
peringkat ke-15 secara nasional pada tahun sebelumnya lagi, dengan 57 dan 56
relawan selama dua tahun. Namun, universitas tersebut mengaku menerima
pendaftran mehasiswa terbanyak di Amerika Serikat. Kita bertanya, lalu dimana
peringkat universitas itu, apakah universitas itu peringkat secara proporsional
berdasarkanjumlah relawan per 1000 pendaftar (Paul, 1999).
Pernytaan Ketua Federal Reserve Board (FRB) selalu diinterpretasikan
secara beragam oleh Media Massa. Mecneil/Lehrer Newshour (21 Juni 1995)
mengakui persepsi selektif itu ketika Elizabeth Farnsworthmengatakan :
Pagi ini Koran-koran besar menurunkan berita yang sangat berbeda
tentang apa yang dikatakan Sang Ketua. Washington Post melaporkan
bahwa Greenspan telah mengisyaratkan penurunan suku bunga, Wall
Street Journal dan New York Times melaporkan hal sebaliknya.
Dalam diskusi selanjutnya, Paul Volcker, mantan Ketua FRB, mengakui
persepsi selektif dari media:
Seorang wartawan dapat mengambil satu sudut pandang dan
mengemukakan interpretasinya sendiri, dan selalu ada tekanan untuk
membuat laporan seringkas dan sepadatmungkin…. Dua editor yang
15
berbeda akan mengajukan 2 tema yang berbeda, dan anda akan
mendapatkan berita yang saling bertentangan (MacNeil/Lehrer, 21 Juni
1995).
O.J Simpson, di akhir percobaan pembunuhannya, mengundang the
Larry King televitions talk show (4 Oktober 1995) dan mengatakan,di
antaranya, bahwa setelah sehari dipengadilan dia akan kembali ke
dalamselnya dan menonton berita-berita televise dan bertanya-tanya apakah
“para pakar” di televise pernah berada di ruang pengadilan yang sama
dengna dia.
Setiap orang memiliki perbedaan dalammelihat sesuatu yang ada
dalam sebuah pesan, mereka juga sering memikirkan sebuah pesan dengna
alas an-alasan yang berbeda. Dua peneliti kepadalebih dari 700orang dewasa
tenatang alas an mereka moenonton acara olah raga di televise (Gantz dan
Wenner, 1991). Mereka mendapati bahwa para pri dewasa menonton
acaraolah raga di televise untuk hiburan,untukmelihat drama atletik, dan
untuk mendapatkan bahan bicara. Para wanita, sebaliknya, lebih suka
menonton kejuaraan dengan mereka yang sama-sama menyukai acara itu.
Kreadibilitas komunikator
Jika kita mampu memahami pesan,kita bisa menyerang kreadibilitas
komunikator. Kreadibilitas adalah aset terpenting dariseorang komunikator.
Seorang komunikator di media berita yang kurang memiliki kreadibilitas
mungkin juga tidak memiliki pemirsa (Lihat Kasus 2.1.2.2)
Kasus 2.1.2.2 Perankingan Universitas
Tiap tahun, berita US News dan World Reports tentang Ranking
universitas diikuti oleh protes keras dari para petugas administrasi akademik dan
mahasiswa yan yakin bahwa mereka dirugikan. Kredibilitas ranking majalah
16
tersebut diserang ketika mereka dituduh terlalu berfokus pada angka/jumlah,
mengabaikan factor-faktor signifikan lain, tidak ilmiah, tidak akurat, subjektif, dan
bias (Marquardt,1999)
Seorang jurnalis mahasiswa (Southan, 1999) di univesitas tempat para
petugas administrasi merasa dirugikan,menulis, “Meskipun mahasiswa adalah
subjek universitas atas beberapa metode penelitian harian yan tanpa arti..para
pejabat menemukan cara-cara untuk mengkritik metode penelitian ini ketika
diaplikasikan kepada mereka.” Kolom itu mencatat bahwa salah satu dekan yang
paling lantang mengeluh telah mengumumkan lompatan universitasnya pada
ranking yang sama empat tahun sebelumnya dan dekan itu disebut “pemfitnah”.
Ketika seorang pejabat legislative negara mengatakan bahwa sebaliknya lebih
sedikit bobot yang diberikan pada tes masuk dan lebih banyak bobot diberikan
pada fakt-faktor individu, dekan tersebut mengatakan bahwa tes masuk tersebut
juga penting untuk….
“…membandingkan satu pendaftar dengan pndaftar-pendaftar
lainnya,”( menyebut tes itu sebagai) “pengukuran seragam terhadap
perbandingan atas semua pendaftar”. Teapi beberapa bulan kemudian,
(dekanitu dengna lantang menyangkal kata-katanya sendiri denga
mengeluh tentang survey US News dan World Report “ karena terlalu
sulit untuk mengukur kualitas pengalaman pendidikan.”
Dekan di fakultas lain di universitas yang sama juga menjelekan metode-
metode yang dipakai oleh US News dan World Report dalam meranking
universitasnya. Namun demikian, serangannya pada kredibilitas ranking tersebut
tidak konsisten dengna iklan-iklan radio yang disiarkan tidak lama setelah
itu.mereka mempromosikan gelar M.S.nya dan mengumumkan bahwa perguruan
tinggi tersebut menduduki ranking kesebelasan tingkat nasional (KUT-FM, 24 Mei
1999).
Langsung setelah skandal Monika Lewinsky terbongkar, Moureen
Dowd (1998) menulis tentang debat di dalamGudeng putih
untukmenghancurkan kreadibilitas Lewinsky. Dowd menambahkan…
…mungkin masalah waktu,kita belum mendengar bahwa Nona
Lewinsky adalah seseorang pesolek dan wanita muharan…orang-orang
Clinton membutuhkan senjata….mereka akan menghancurkan Lewinsky.
17
Bantahan atau ketidak percayaan
Bantahan atau ketidakpercayaan adalah alat lain yang berkenaan
dengan inkongruensi (liha Kasus 2.1.2.3). Komisi kesehatan New York,
ketika berbicara tentang wabah AIDS, berkata,”Cara manusia merespons
krisis ini pada awalnya adalah ketidakpercayaan, kemudian bantahan. Lalu
tahapketiga adalah mobilisasi, dan kita ada dalam cakrawala itu sekarang”.
(New York Times, 14 Februari 1988, hlm 1)
Setiap tahun media berhak mengenang tragisnya terngutnya nyawa
162 orang yang tidak berdosa pada pengeboman Gedung Federal di kota
Oklahoma pada tangal 19 April 1995. Namun demikian, banyak yang telah
mengamati bahwa sedikit sekali yang dikatakan tentang tragisnya jumlah
kematian di Waco, Texas, pada tanggal yang sama du tahun senelumnnya.
Beberapa orang mengatakan bahwa Waco akan dihapus dari kesadaran kita
semua.
Kasus 2.1.2.3 Bantahan Kejahatan
Pada awal 1999, setelah berbulan-bulan berdebat, penerbit Amerika atas
buku Iris Chang, The Rape of Nanking (1997), dan satu penerbit Jepang
membatalkan kontrak mereka unuk menerjemahkan buku itu ke dalam bahasa
Jepang. Penerbit Jepang itu telah mencari catatan-catatan tambahan dan
mengeliminasi foto-foto dalam buku itu. Publikasi asli dalam bahasa Inggris
mendapat sambutan luas (Carjaval, 1999):
“Bantahan”, kata dia (Ms. Chang),”adalah bagian integral kejahatan, dan
ini merupakan bagian alamiah setlah sebuah masyarakat berniat
membangun suatu ras.”
18
“Saya ingin orang-orang Jepang mengetahui kebenaran tentang the Rape
of Nanking “ KataMs. Chang. “ Saya ingi mereka tahu sebuah sisi sejarah
yang tidak diajarkan secara benar di sekolah.”
Pengingatan selektif
Apabila sebuah pesan inkongruen benar-benar sampai pada
seseorang, masih belum ada jaminan akan adanya perubahan sikap.
Pengingatan selektif (selective retention) dapat terjadi, dan kita
dapatmengingat poin-poin yang mendukung “kerangka rujukan penting”
kita (Lihat Kasus 2.1.2.4).
Kasus 2.1.2.4 Perang Amerika-Meksiko
Sebuah documenter PBS, dalam bahasa Inggris dan Spanyol,mengulas
lagi PErang Meksiko-Amerika yang dengna mudah dilupakan orang-orang
Amerika dan sulit dilupakan oleh orang-orang Meksiko. Perang itu digambarkan
sebagai sebuah perang untuk wilayah, kekuasaan, dan identitas nasional.
Dalamsejarah Amerika Serikat perang itu adalah “Perang Meksiko”, sedangkan
bagi MEksiko adalaha “Invasi Amerika Serikat”.
Seorang professor sejarah mengatakan, “Kita menang perang atas
Meksiko, kenapa tidak kita rayakan? Jawaban aneh yang muncul adalah bahwa
kita dipermalukan oleh kemenangan perang itu. Kita tidak ingin memperingati
bagian sejarah yang membuat kita malu dan merasa tidak nyaman” (Associated
Press, 1998).
2.1.3 Teori Pengungkapan Diri
Dalam kehidupan sosial di masyarakat, individu seringkali
dirundung rasa curiga dan tidak percaya diri yang kuat sehingga tidak berani
menyampaikan berbagai gejolak atau pun emosi yang ada di dalam dirinya
kepada orang lain, apalagi jika menyangkut hal-hal yang dianggapnya tidak
19
baik untuk diketahui orang lain. Akibatnya individu tersebut lebih banyak
memendam berbagai persoalan hidup yang akhirnya seringkali terlalu berat
untuk ditanggung sendiri sehingga menimbulkan berbagai masalah
psikologis maupun fisiologis. Dalam ruang konseling di website ini, banyak
pembaca yang mengatakan bahwa mereka sulit sekali mengungkapkan diri
(mengatakan pendapat, perasaan, cita-cita, rasa marah, jengkel, dsb) kepada
orang lain, bahkan tidak pernah berbagi informasi jika tidak diminta /
ditanya. Hal yang menarik adalah mereka mengakui bahwa kondisi tersebut
sangat tidak nyaman dan cenderung membuat mereka dijauhi oleh rekan
atau pun anggota keluarganya sendiri. Meskipun di satu sisi mereka merasa
ragu dan takut untuk mengungkapkan diri, namun di sisi lain mereka merasa
bahwa hal tersebut sangat diperlukan untuk meringankan beban diri sendiri.
Menyikapi permasalahan diatas, maka kita perlu mengetahui
mengapa pengungkapan diri perlu dilakukan dan mengapa, bagi sebagian
individu, hal ini amat sulit untuk dilaksanakan. Pertanyaan mendasar adalah
mengapa kita harus memberitahu orang lain tentang diri kita sendiri. Lalu
bagaimana cara mengungkapkan diri secara tepat sehingga tidak
menimbulkan penyesalan bagi diri sendiri dan menambah beban bagi orang
lain.
Dasar Pemikiran
Pengungkapan diri atau "self disclosure" dapat diartikan sebagai
pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang
diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup,
perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri
haruslah dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan
informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang lain
hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka
sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja.
20
Untuk menjawab pertanyaan mengapa seseorang perlu memberitahu
orang lain tentang dirinya sendiri, maka hal tersebut harus dilihat sebagai
suatu siklus yang melibatkan 3 (tiga) hal yaitu pengungkapan diri, hubungan
persahabatan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
Merupakan suatu hal yang sangat baik jika anda mengatakan kepada
teman atau orang lain yang berinteraksi dengan anda bagaimana mereka
dapat mempengaruhi anda. Dengan mengungkapkan perasaan dan berbagi
pengalaman maka akan dapat semakin mempererat hubungan
persahabatan.
Penerimaan teman atau orang lain akan memudahkan anda untuk dapat
menerima kondisi diri anda sendiri.
Karena anda sudah dapat menerima diri sendiri dan merasa nyaman
dengan kondisi tersebut, maka anda lebih mudah untuk mengungkapkan
diri sehingga hubungan dengan teman anda terasa lebih menyenangkan.
Dengan adanya berbagai masukan dari orang lain, rasa aman yang tinggi,
dan penerimaan terhadap diri, maka anda akan dapat melihat diri sendiri
secara lebih mendalam dan mampu menyelesaikan berbagai masalah
hidup.
Meski diakui bahwa pengungkapan diri sangat penting bagi
perkembangan individu, namun sebagian orang masih enggan untuk
melakukannya. Pada dasarnya keengganan atau kesulitan individu dalam
mengungkapkan diri banyak dilandasi oleh faktor risiko yang akan
diterimanya di kemudian hari, di samping karena belum adanya rasa aman
dan kepercayaan pada diri sendiri. Risiko yang dimaksud dapat berupa
bocornya informasi yang telah diberikan pada seseorang kepada pihak
ketiga padahal informasi tersebut dianggap sangat pribadi oleh si pemberi
informasi, atau bisa juga informasi yang disampaikan justru menyinggung
perasaan orang lain sehingga dapat mengganggu hubungan interpersonal
yang sebelumnya sudah terjalin dengan baik. Selain itu pengungkapan diri
21
pada orang atau kondisi yang tidak tepat justru akan menjadi bumerang bagi
si pemberi informasi. Selain faktor risiko, faktor pola asuh juga berperan
penting. Dalam keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung semangat
keterbukaan dan kebiasaan berbagi informasi maka individu akan sulit untuk
bisa mengungkapkan diri secara tepat. Itulah sebabnya mengapa sebagian
orang amat sulit berbagi informasi dengan orang lain, sekali pun informasi
tersebut sangat positif bagi dirinya dan orang lain.
Meskipun pengungkapan diri mengandung risiko bagi si pelaku
(pemberi informasi) namun para ahli psikologi menganggap bahwa
pengungkapan diri sangatlah penting. Hal ini dasarkan pada pendapat yang
mengatakan bahwa pengungkapan diri (yang dilakukan secara tepat)
merupakan indikasi dari kesehatan mental seseorang. Penelitian
menunjukkan bahwa individu yang mampu mengungkapkan diri secara
tepat terbukti lebih mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya pada
diri sendiri, lebih kompeten, extrovert, dapat diandalkan, lebih mampu
bersikap positif dan percaya terhadap orang lain, lebih obyektif dan terbuka
(David Johnson, 1981; dalam mentalhelp.net). Selain itu para ahli psikologi
juga meyakini bahwa berbagi informasi dengan orang lain dapat
meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah penyakit dan mengurangi masalah-
masalah psikologis yang menyangkut hubungan interpersonal. Dari segi
komunikasi dan pemberian bantuan kepada orang lain, salah satu cara yang
dianggap paling tepat dalam membantu orang lain untuk mengungkapkan
diri adalah dengan mengungkapkan diri kita kepada orang tersebut terlebih
dahulu. Tanpa keberanian untuk mengungkapan diri maka orang lain akan
bertindak yang sama, sehingga tidak tercapai komunikasi yang efektif.
Secara lebih lengkap manfaat-manfaat dari pengungkapan diri dapat
disebutkan sebagai berikut:
Meningkatkan kesadaran diri (self-awareness). Dalam proses pemberian
informasi kepada orang lain, anda akan lebih jelas dalam menilai
22
kebutuhan, perasaan, dan hal psikologis dalam diri anda. Selain itu, orang
lain akan membantu anda dalam memahami diri anda sendiri, melalui
berbagai masukan yang diberikan, terutama jika hal itu dilakukan dengan
penuh empati dan jujur.
Membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam, saling membantu
dan lebih berarti bagi kedua belah pihak. Keterbukaan merupakan suatu
hubungan timbal balik, semakin anda terbuka pada orang lain maka orang
lain akan berbuat hal yang sama. Dari keterbukaan tersebut maka akan
timbul kepercayaan dari kedua pihak sehingga akhirnya akan terjalin
hubungan persahabatan yang sejati.
Mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan
seseorang untuk menginformasikan suatu hal kepada orang lain secara
jelas dan lengkap tentang bagaimana ia memandang suatu situasi,
bagaimana perasaannya tentang hal tersebut, apa yang terjadi, dan apa
yang diharapkan.
Mengurangi rasa malu dan meningkatkan penerimaan diri (self
acceptance). Jika orang lain dapat menerima anda maka kemungkinan
besar anda pun dapat menerima diri anda.
Memecahkan berbagai konflik dan masalah interpersonal. Jika orang lain
mengetahui kebutuhan anda, ketakutan, rasa frustrasi anda, dsb, maka
akan lebih mudah bagi mereka untuk bersimpati atau memberikan bantuan
sehingga sesuai dengan apa yang anda harapkan.
Memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih spontan. Harap diingat
bahwa untuk menyimpan suatu rahasia dibutuhkan energi yang besar dan
dalam kondisi demikian seseorang akan lebih cepat marah, tegang,
pendiam dan tidak riang. Dengan berbagi informasi hal-hal tersebut akan
hilang atau berkurang dengan sendirinya.
Beberapa Kiat
23
Bagi anda yang mengalami masalah dalam mengungkapkan diri
kepada orang lain, ada 4 (empat) langkah yang dapat anda lakukan agar
pengungkapan diri dapat berjalan efektif. Keempat langkah tersebut adalah:
Langkah 1: Tanyakan pada diri sendiri, sejauhmana saya akan
membuka diri? Hal-hal apa yang bisa saya bagi dengan orang lain
dan kepada siapa?
Setiap orang memiliki rahasia pribadi. Hal tersebut sangatlah
normal karena setiap orang tentu ingin menjaga agar hal-hal khusus tidak
perlu diketahui oleh orang lain. Sayangnya banyak rahasia yang
sebenarnya justru tidak perlu dirahasiakan karena tidak membahayakan
diri sendiri dan orang lain, tetapi karena takut orang lain tidak memahami
rahasia tersebut maka rahasia ini disimpan terus-menerus . Hal inilah
yang harus diperhatikan oleh anda jika ingin mengungkapkan diri.
Langkah 2: Lakukan persiapan sebelum membuka diri. Atasi
terlebih dahulu kekhawatiran dan ketakutan anda.
Untuk mengatasi kekuatiran, ketakutan atau ketidakpercayaan
diri, anda dapat memulai pengungkapan diri dengan memilih topik
pembicaraan pada hal-hal yang ringan dan santai. Contohnya: berbagi
cerita tentang acara televisi atau film yang disukai, perawatan
mobil/motor, kegiatan di sekolah atau kantor, dll. Pada awalnya usahakan
untuk tidak mengutarakan berbagai perasaan atau opini pribadi. Jika
tahapan ini sudah anda lalui dan berhasil dengan baik, barulah anda
memilih orang yang dapat anda percayai untuk mengemukakan pendapat
pribadi maupun perasaan anda tentang suatu hal, misalnya utarakan apa
yang anda rasakan dan apa yang anda harapkan dari teman anda. Secara
berangsur-angsur lakukan hal tersebut dengan beberapa yang berbeda.
Dengan cara ini anda akan menjadi mudah untuk memulai komunikasi
dan selanjutnya menjadi terbiasa dalam berbagi informasi.
24
Langkah 3: Tingkatkan terus ketrampilan anda dalam
mengungkapkan diri. Pelajari cara-cara mengungkapkan diri dan
bagaimana memberikan masukan yang bermanfaat.
Pengungkapan diri melibatkan cara-cara penyampaian informasi
yang baik dan jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi
orang yang menerima informasi tersebut. Jika anda ingin berbagi
informasi maka kemukakan hal itu sejelas-jelasnya, hindari
ketidakjujuran, kemukakan dengan bahasa sederhana dan jangan berbelit-
belit. Jangan berasumsi bahwa orang lain akan memahami anda,
mengetahui perasaan dan kebutuhan anda tanpa harus anda katakan.
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membaca pikiran anda.
Jadi andalah yang harus mengatakan dan menjelaskan apa perasaan anda,
apa kebutuhan anda saat ini dan apa yang anda harapkan dari orang lain.
Jika ada hal-hal yang anda rasakan kurang jelas, bertanyalah pada saat ini
dan jangan berasumsi.
Dalam mengungkapkan diri, secara tidak langsung sebenarnya
anda juga memberikan masukan kepada orang lain dan sebaliknya. Oleh
karena itu dalam memberikan berbagai masukan kepada teman (orang
yang diberi informasi) anda perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Masukan yang diberikan tidak boleh bernada ancaman. Fokuskan
pada permasalahan dan bukan pada kepribadian si lawan bicara.
Fokus pada masalah yang sedang dibahas, jangan ngalur-ngidul ke
masalah-masalah lain atau ke masa lalu
Jangan memberi masukan jika tidak diperlukan, tidak mungkin
dilaksanakan atau diterima, atau jika usulan tersebut sudah tidak
berguna. Berikan hanya masukan yang benar-benar masuk akal,
bersifat membangun dan tidak rumit.
25
Langkah 4: Ungkapkan diri anda secara tepat dengan pemilihan
waktu dan situasi yang tepat pula.
Agar dapat mengungkapkan diri secara tepat pada waktu atau
situasi yang tepat, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama-tama anda harus memiliki suatu alasan mengapa anda perlu
membuka diri.
Dengan siapa anda akan berbicara..teman dekat? orangtua? atasan?
kenalan baru? atau siapa?
Sejauhmana pengungkapan diri anda akan membahayakan diri anda
sendiri?
Dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut maka anda akan
dapat mengungkapkan diri secara tepat dan proporsional sehingga akan
bermanfaat bagi diri anda dan orang lain. Bagi anda yang sangat sulit
membuka diri kepada orang lain, maka akan sangat baik jika anda
membuat semacam catatan kecil tentang hal-hal yang telah anda
ungkapkan pada orang lain dan pengaruhnya terhadap perkembangan diri
anda.
Mengingat kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan dengan
melihat berbagai manfaat yang akan diperoleh jika seseorang dapat
mengungkapkan diri secara tepat, maka tidak ada pilihan lain bagi setiap
individu selain belajar untuk dapat mengungkapkan diri. Ketidakmampuan
untuk mengungkapkan diri akan sangat merugikan perkembangan jiwa
individu yang bersangkutan. Meskipun demikian, keputusan untuk
membuka diri dan berbagi informasi dengan orang lain haruslah dilakukan
secara hati-hati dan bijaksana. Dengan melihat beberapa kiat diatas, individu
diharapkan dapat memiliki kepercayaan diri dalam membuka diri bagi orang
lain sehingga dapat tercipta hubungan interpersonal yang sehat. Bahwa
dalam kenyataan pasti ada risiko yang harus ditanggung jika seseorang
26
berani mengungkapkan diri kepada orang lain, misalnya informasi yang
diberikan dimanipulasi oleh si penerima informasi, atau pun dikhianati oleh
orang yang sangat dipercayai, tentu tidak dapat dipungkiri. Namun demikian
dengan cara-cara yang bijak dan perencanaan yang baik maka hal itu pasti
akan dapat dikurangi. Jika diambil persamaan maka pengungkapan diri
sama saja dengan jatuh cinta: ada risiko yang harus ditanggung tetapi amat
sulit untuk ditolak.
2.1.4 Teori Analisis Transaksional
Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne
(1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah
seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis
transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan
dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori
analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi
yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu
hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang
dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis
transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses
transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang
dipertukarkan).
Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki
tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua
(Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan
ego anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap
orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).
Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat ter1ihat dan
terdengar dari tindakan maupun tutur kata ataupun ucapan-ucapannya.
27
Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan
perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong
untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP). Sebaliknya ada
pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum,
berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan sikap yang critical
parent (CP).
Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa.
Sikap orang dewasa umumnya pragmatis dan realitas. Mengambil
kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya,
mencari atau menunjukkan fakta-fakta, bersifat rasional dan tidak
emosional, bersifat objektif dan sebagainya.
Sikap lain yang dimiliki juga adalah sikap anak-anak. Dibedakan
antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu,
berkhayal, kreatif, memberontak. Sebaliknya yang bersifat adapted child
(AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri.
Ketiga sikap itu ibarat rekaman yang selalu diputar-putar bagai
piringan hitam dan terus bernyanyi berulang-ulang di saat dikehendaki dan
dimungkinkan. Karenanya maka sering anda berkata : si Pulan sangat
dewasa; si Iteung kekanak-kanakan; atau si Ucok sok tua,
mengajari/menggurui.
Bagaimana cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang?
Berne mengajukan empat cara, yaitu:
1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya.
Tingkah laku nonverbal tersebut pada umumnya sama namun dapat
dibedakan kode-kode simbolnya pada setiap orang sesuai dengan budaya
yang melingkupinya. Di samping nonverbal juga melalui verbal,
misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku melalui
komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan.
2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang
lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat menggurui
orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal ini critical
28
parent. Si Iteung suka ngambek maka Iteung dikuasai oleh sikap anak.
Si Ucok suka bertanya dan mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu
kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa.
3. Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian
dapat terlihat misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya. Cara berbicara, gerak-gerik nonverbal mengikuti cara yang
dilakukan ayah dan ibunya yang anda kenaI.
4. Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada
konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih
banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun anak-anak sangat menguasai
mempengaruhi seorang.
Berne juga mengemukakan terdapat beberapa faktor yang
menghambat terlaksananya transaksi antarpribadi, atau keseimbangan ego
sebagai sikap yang dimiliki seseorang itu. Terdapat dua hambatan utama
yaitu:
1. Kontaminasi (contamination). Kontaminasi merupakan pengaruh yang
kuat dari salah satu sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga orang
itu “berkurang” keseimbangannya.
2. Eksklusif (exclusive); penguasaan salah satu sikap atau lebih terlalu lama
pada diri seseorang. Misalnya sikap orang tua yang sangat
mempengaruhi seseorang dalam satu waktu yang lama sehingga orang
itu terus menerus memberikan nasihat, melarang perbuatan tertentu,
mendorong dan menghardik.
Berne mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu: transaksi
komplementer, transaksi silang, dan transaksi tersembunyi.
1. Transaksi komplementer; jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik
dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap
pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan
yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi
29
komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa.
Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer.
Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak.
Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi
yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami
pesan yang sama dalam suatu makna.
2. Transaksi silang; terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator
tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari
transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena
kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak
menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman sehingga
kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain
3. Transaksi tersembunyi; jika terjadi campuran beberapa sikap di antara
komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap
menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya
yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima.
Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap
dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi namun
yang diungkapkan hanya sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya ter-
sembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya di-
sembunyikan maka transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi
(angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan
2 sikap dasar disebut dengan dupleks.
Berne juga mengajukan rekomendasinya untuk posisi dasar
seseorang jika berkomunikasi antarpribadi secara efektif dengan orang lain.
Ada empat posisi yaitu :
1. Saya OK, kamu OK (I’m OK., you’re OK)
2. Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK)
3. Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, yo/ire OK)
4. Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK).
30
2.2 Teori Persepsi Antar PribadiPersepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara
yang terjadi di “ luar sana”- dalam getaran udara dan dalam tanda-tanda hitam
diatas sehelai kertas-dengan pesan akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi
di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita. Dan
mempelajari bagaimana dan mengapa pasan-pesan ini berbeda sangat penting
untuk memahami komunikasi. Kita dapat mengillustrasikan bagaimana persepsi
kerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlihat dalam proses ini. Tahap-tahap
ini tidaklah saling terpisah benar;dalam kenyataan ketiganya bersifat kontinyu,
bercampur-baur dan bertumpang tindih satu sama lain.
Seorang ahli lainnya yang berpengaruh dalam pandangan tentang relasi
dalam komunikasi antarpribadi adalah R.D. Laing. Dia menulis sebagian
pendapatnya tentang proses dan persepsi dalam komunikasi.
Asumsi dari teori ini adalah perilaku komunikatif seseorang sebagian besar
terbentuk oleh persepsi (pengalaman) ketika ia berinteraksi dengan komunikator
yang lain. Laing menggunakan pendekatan fenomenologis untuk mempelajari
keberadaan manusia melalui analisis terhadap pengalaman manusia maupun
kenyataan hidup sebagai suatu pengalaman individu.
Laing membedakan antar pengalaman dan perilaku. Perilaku adalah suatu
tindakan terhadap orang lain yang bisa diamati, karena itu perilaku bersifat umum,
ekstrinsik, dan keluar. Sedangkan pengalaman adalah perasaan yang mengiringi
perilaku atau persepsi terhadap perilaku orang lain. Pengalaman terdiri dari
imajinasi, persepsi, dan memori. Perbedaan antara pengalaman dengan perilaku
adalah bahwa pengalaman tidak dapat diamati oleh orang lain.
Perilaku yang ditujukan kepada orang lain merupakan fungsi dari dua
pengalaman yang berkaitan, yaitu pengalaman yang dipelajari dari orang lain dan
pengalaman dalam berelasi.
Tesisnya yang pertama adalah perilaku komunikatif dapat diperluas
bentuknya oleh pengalaman atau persepsi, hanya karena ia berhubungan dengan
seorang komunikan. Jadi seorang komunikator berhubungan dengan komunikan
31
dalam dua tingkat pengalaman dan persepsi komunikan yaitu, perspektif langsung
dan metaperspektif.
Perspektif langsung merupakan persepsi yang aktual tentang perilaku orang
lain atau pengalaman orang tersebut dengan individu yang lain dengan perspektif
yang lain. Sedangkan metaperspektif adalah pengalaman seorang komunikator atau
upayanya untuk menyimpulkan apa yang sedang dirasakan orang lain, yang
diterimanya, atau yang dipikirkannya. Dengan kata lain, metaperspektif adalah hal
membayangkan tentang persepsi orang lain.
Contoh aplikasi Teori Persepsi Antarpribadi:
Parni hidup dalam suasana dan lingkungan budaya Jawa. Kebiasaan
komunikasi tatap muka dilaksanakan tanpa harus saling menatap wajah secara
langsung tetapi hanya melalui jarak fisik yang teratur. Aturan Jawa, mereka yang
berusia lebih muda tidak boleh menatap langsung kepada yang berusia lebih tua
dan volume suara pun harus lebih kecil dan halus, serta bahasa yang digunakan
harus bahasa yang halus untuk strata atas.
Kebalikannya, Tiur, yang dibesarkan dalam budaya suku Batak, harus
terbiasa menggunakan suara yang keras dan tegas. Ketika berkomunikasi tatap
muka, mata harus memandang lawan bicara karena mereka menganggap itulah
sikap sopan. Gerak-gerik fasial sangat dianjurkan untuk menegaskan pesan.
Parni dan Tiur berteman sejak lima tahun yang lalu. Ketika Parni dan Tiur
saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak ditemukan satu kesulitan pun dalam
berinteraksi. Karena satu sama lainnya sudah saling mengenal karakteristik yang
mendasari mereka satu sama lain. Persepsi masing-masing mengenai lawan bicara
mereka sudah terbentuk karena pengalaman interaksi mereka yang sudah cukup
lama.
Laing menjelaskan bahwa tindakan seorang komunikator lebih didasari atas
harapan. Lebih jauh lagi dia berpendapat juga, setiap tindakan komunikator
dikatakan berhasil jika dia berhasil mempersepsi orang lain. Apalagi kalau dia
dapat membayangkan persepsi orang lain terhadap suatu obyek atau kejadian. Jika
32
komunikator dan komunikan dapat menyamakan bentuk persepsi mereka maka itu
merupakan hasil komunikasi antarpribadi.
III. PENUTUP
III.1KesimpulanIII.1.1 Setelah seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan
diri, orang lain akan menyadari siapa saya? Mengenal diri bukanlah
tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana (sarana) untuk mencapai
tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab
pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin
menjadi siapa? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam,
sesuai dengan peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki
kemampuan untuk mengubah atau mengembangkan
33
III.1.2 perilaku komunikatif seseorang sebagian besar terbentuk oleh persepsi
(pengalaman) ketika ia berinteraksi dengan komunikator yang lain.
III.2SaranIII.2.1 Kenalilah diri anda sendiri untuk mengtahui potensi apa yang ada pada
diri anda.
III.2.2 Jadilah seorang komunikator yang baik dalam suatu proses komunikasi,
agar komunikasi yang dilakukan dapat efektif.
III.2.3 Pengungkapan diri merupakan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.
III.2.4 Hindari sesuatu yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi dalam
komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta : Professional Books.
Intizar, Raidah. Jumat, 24 Oktober 2008. Dasar- dasar Teori Komunikasi. Gnothiseauthon.com
Kusumawardhani, Diyah. Jumat, 02 Januari 2009. Komunikasi Antarpribadi. Comunicareinstitute.com
Mulyana, Slamet. 19 Januari, 2009. Analisis Tansaksional (Eric Berne). Just another WordPress.com weblog
34
Papu, Johanes. Jakarta, 07 Desember 2002. Pengungkapan Diri. www.google.com
Rizky. 27 Juni 2008. Jendela Johari Rizky. Aroundme.com Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Jr. 2007. Teori Komunikasi
Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta : Kencana Predana Media Group.
Sutopoh, MM. IR. May 01, 2009. Mengenal potensi Melalui Jendela Johari (Johari Window).www.google.com
Teja, Andry. Februari 12, 2008 / 9:57 am. Johari Window. Just another WordPress.com weblog
Yahya, Elfi Rimayati. Sabtu, 13 Desember 2008. Implikasi Konseling pada Pendekatan Analisis Transaksional. www.google.com
Zulkarnain, Iqbal. October 13th, 2008. Konsep Komunikasi Antar Pribadi. Indoskripsi.com