EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI ...repository.uinjambi.ac.id/1009/1/TB140429 ANIK...
Transcript of EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI ...repository.uinjambi.ac.id/1009/1/TB140429 ANIK...
1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.)
SEBAGAI BIOPESTISIDA HAMA ULAT
PADA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)
SKRIPSI
ANIK SUKRISNI
TB. 140429
PRODI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
2
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.)
SEBAGAI BIOPESTISIDA HAMA ULAT
PADA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Pendidikan Biologi
ANIK SUKRISNI
TB. 140429
PRODI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
3
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
4
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
6
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
7
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang dan Segala puji dan syukur kupersembahkan atas nikmat dan
rahmat yang engkau berikan kepada hambamu. Alhamdulillah maha besar
Allah karenaMu lah yang telah memberikan kesempatan pada diriku untuk
menjalani dan merasakan semua ini.
Untuk kedua orang tuaku tersayang Ayahnda Basiman dan Ibunda
Sukijah, terimaksih atas kasih sayang yang tulus, doa, cinta, serta dukungan,
motivasi dan semua usaha yang engkau berikan kepadaku. Sejakku masih
kecil, mulai belajar sampai saat ini.
Ku telah menjadi seorang sarjana dan setiap cucuran keringat yang
menetes di tubuhmu tak sanggup aku membalasnya, kesabaran dan
ketabahanmu membawa aku pada kesuksesan dan kebahagiaan yang tak
dapat kubalas dengan apapun. Aku hanya bisa berdoa agar Allah membalas
kebaikan ayah dan ibu.
Untuk Adikku yang sangat kusayangi, Selly Nurtiani
beserta keluarga besarku, terimakasih kalian telah mendo’akan dan memberi
dukungan kepadaku untuk terus maju sampai bisa seperti yang bisa
kuharapkan.
Terimakasih kepada dosen-dosen,
khususnya kepada ibuk Dra. Hj. Sartiati, M.Pd, bapak Fery Kurniawan, M.Si,
terimakasih atas bimbingan yang telah bapak dan ibu berikan,
karena telah bersedia mendengarkan kegelisahan saya didetik-detik
mendekati seminar proposal dan sidang skripsi atas nasehat yang
bapak dan ibu berikan sehingga saya dapat lebih fokus untuk
memberikan yang terbaik ketika presentasi skripsi.
Tanpa waktu dan pikiran yang kalian berikan selama pembuatan skripsi ini,
8
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
saya yakin skripsi ini tidak akan membawa saya seperti sekarang ini.
Sahabat-sahabat tercinta
keluarga Ose (Atika Ose, Hesti Ose, Ria Ose, Selvi Ose, Susi Ose dan Wilda
Ose),
dan teman-teman yang lainnya yang tak bisa disebut satu persatu
terimakasih atas semua dukungan, motivasi dan
yang telah membantu sampai selesai skripsi ini, tanpa kalian semua
saya tidak akan bisa melewati semua masalah yang saya hadapi
selama ini.
9
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
MOTTO
روم :٤١ ٱ . ال
Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan merekan, agar mereka kembali (kejalan yang benar)
(Kementrian Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahan, Qs. Ar-Rum: 41, hal.
807, Tahun: 1998).
10
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟alamiin puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha „Alim yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya
hingga skripsi ini dapat dirampungkan. Salawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW,
pembawa risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik
guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini telah banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi
baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan
terimakasih atas penghargaan kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA dan jajarannya beserta WR:1 Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I dan jajarannya sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Sukthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Reny Safita, M.Pd sebagai Ketua Prodi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dra. Hj. Sartiati, M.Pd, Bapak Fery Kurniawan, M.Si, sebagai dosen
pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan bimbingan dan sumbangan
pemikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi yang telah memberikan pengetahuan penulis.
6. Sahabat-sahabat mahasiswa kelas D Pendidikan Biologi Angkatan 2014 yang telah
menjadi patner diskusi dalam penyususnan skripsi ini.
7. Orang tua ku Bapak Basiman dan Ibu Sukijah serta adikku Selly Nurtiani yang telah
memberikan semangat dan do‟a untuk menguatkan sehingga dapat meneyelesaikan
skripsi ini.
11
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
12
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
:
:
:
Anik Sukrisni
Biologi
Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Biopestisida
Hama Ulat Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi ekstrak daun pepaya
(Carica Papaya L.) sebagai biopestisida hama ulat pada tanaman sawi hijau (Brassica
juncea L.). Penelitian ini merupakan penelitian sains dan terapan dengan menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 1 kelas
kontrol yang di ulang sebanyak 3 kali, sedangkan teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan uji ANOVA (analisis of variance). Pada penelitian ini menggunakan
jenis uji lanjut berupa uji BNt (Beda Nyata terkecil). Berdasarkan hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada komposisi ekstrak daun pepaya (Carica
Papaya L.) sebagai biopestisida hama ulat perusak daun (Plutella xylostella) pada
tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.), dengan nilai Fhitung 24,571448 > Ftabel
3,49029482, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada komposisi
ekstrak daun pepaya (Carica Papaya L.) sebagai biopestisida hama ulat perusak daun
(Plutella xylostella) pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.).
Kata kunci : Daun Pepaya (Carica Papaya L.), Biopestisida, Hama Ulat pada
tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.).
13
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
:
:
:
Anik Sukrisni
Biology
Papaya Leaf Extract (Carica papaya L.) As Biopestisida
Caterpillar In Green Sawi Plant (Brassica juncea L.)
This study aims to determine the effect of the composition of papaya leaf extract
(Carica Papaya L.) as a biopesticide of caterpillar pests on green mustard (Brassica
juncea L.). This research is a science and applied research using Completely
Randomized Design (CRD) method which consists of 3 treatments and 1 control class
which is repeated 3 times, while the data analysis technique in this study uses ANOVA
test (analysis of variance). In this study using the type of further test in the form of BNt
test (smallest real difference). Based on the results of the analysis showed that there was
an influence on the composition of papaya leaf extract (Carica Papaya L.) as a
biopesticide of leaf-destroying caterpillar pests (Plutella xylostella) on mustard plants
(Brassica juncea L.), with a Fcount of 24.571448> Ftable 3,49029482 Therefore, it can
be concluded that there is an influence on the composition of papaya leaf extract
(Carica Papaya L.) as a biopesticide of leaf-destroying caterpillar pests (Plutella
xylostella) on green mustard plants (Brassica juncea L.). Based on that, the researcher
gives advice about the need to further disseminate information to the community,
especially to the farmer groups about the benefits and practical ways of using
biopesticides, especially biopesticides of papaya leaf extract so that it is safer to use.
Keywords: Papaya Leaves (Carica Papaya L.), Biopesticides, Caterpillar Pests on
mustard plants (Brassica juncea L.).
14
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………………..
Nota Dinas …………………………………………………………………………
Halaman Pengesahan……………………………………………………………….
Pernyataan Orisinalitas …………………………………………………………….
Persembahan ……………………………………………………………………….
Motto ………………………………………………………………………………
Kata Pengantar …………………………………………………………………….
Abstrak …………………………………………………………………………….
Abstrak …………………………………………………………………………….
Daftar Isi …………………………………………………………………………...
Daftar Tabel …..…………………………………………………………………...
Daftar Gambar……………………………………………………………………...
Daftar Lampiran .…………………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………..
C. Batasan Masalah ……………………………………………………...
D. Rumusan Masalah …………………………………………………….
E. Tujuan Masalah ……………………………………………………….
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ………………………………………………………..
1. Pepaya (Carica papaya L.) …………………………………….....
2. Sawi (Brassica juncea L.) ……………………………………….
3. Pengendalian Hayati (Biopestisida) ………………………………
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ……………………………………….
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ……………………………….……….
B. Alat dan Bahan ………………………………………………………
C. Prosedur Kerja ……………………………………………………….
D. Analisis Data ………………………………….……………………..
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………………………
B. Pembahasan …………………………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
x
xi
xii
xiv
xv
xvi
1
5
5
6
6
6
7
7
19
28
32
35
37
37
37
39
42
45
15
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………….
B. Saran …………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
51
51
16
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Penelitian yang Relevan ……………………………………………..
Denah Percobaan di Lapangan……………………………………….
Sidik Ragam Rancangan Penlitian …………………………………..
Jumlah Rata-rata Hama Ulat Pemakan Daun (Plutella xylostella)
yang Mati Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) ………...
Hasil Uji Analisis One Way Anova Rata-rata Hama Ulat Pemakan Daun
(Plutella xylostella) yang Mati Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica
juncea L.) …………………………………...………………………...
Kotak Uji 0 % (Kontrol) …………………………………...……….
Kotak Uji 30 % …………………………………...…………………
Kotak Uji 70 % …………………………………...…………………
Kotak Uji 100 % …………………………………...……………….
32
38
40
42
44
47
47
48
49
17
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6.
Gambar 2.7.
Gambar 2.8.
Gambar 2.9.
Gambar 2.10.
Gambar 2.11.
Gambar 2.12.
Gambar 4.1.
Batang Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) …………………
Daun Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) …………………….
Bunga Betina Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) ……………
Buah Tanman Pepaya (Carica papaya L.) ……………………
Batang Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) …………………..
Daun Tanaman Sawi (Brassica junceaL.) …………………….
Bunga Tanaman Sawi (Brassica junceaL.) ……………………
Ulat Grayak (Spodopetra litura F) …………………………….
Ulat Tanah (Agrotis sp) ………………………………………..
Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp dan C.orichalcea.
L.)………………………………………………………………...
Ulat Perusak Daun(Plutella xylostella) …………………………
Kerangka Berfikir………………………………………………..
Grafik Rata-Rata Jumlah Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella)
yang mati pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)……….
9
10
11
12
20
20
21
25
26
26
27
36
43
18
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Hitungan Statistik ……………………………………………..
Dokumentasi Penelitian ……………………………………….
55
58
19
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, di tandai dengan adanya dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Dengan adanya dua musim ini
merupakan keunggulan komperatif untuk pengembangan pertanian, karena
sepanjang tahun tanaman dapat diusahakan di Indonesia. Musim penghujan oleh
petani digunakan untuk menanam padi sedangkan untuk musim kemarau digunakan
untuk tanam palawija dan sayuran (Sukino, 2013, hal. 3).
Sayuran merupakan salah satu jenis bahan makanan yang sangat dibutuhkan
di semua kalangan masyarakat, karena sayuran banyak mengandung serat dan
vitamin yang bagus untuk kebutuhan tubuh manusia. Sayuran yang biasa
dibudidayakan dalam bidang pertanian yaitu seperti Col, Bayam, Kangkung, Genjer,
dan Sawi. Sawi termasuk jenis sayuran yang cepat tumbuh, mudah perawatannya
dan cepat panen. Masyarakat di Indonesia pada umumnya sering mengkonsumsi
salah satu jenis sayuran seperti sawi, karena rasanya yang segar dan banyak
mengandung vitamin. Sawi merupakan jenis sayuran yang sering digunakan oleh
sekelomok pedagang sebagai bahan campuran dagangannya, diantaranya seperti mi
ayam, bakso, dan tidak sedikit masyarakat yang menggunakan sawi sebagai olahan
makanan seperti asinan dan olahan-olahan makanan lain. Sawi memiliki beberapa
jenis diantaranya sawi putih, sawi hijau, sawi kriting, sawi huma, caisim , dan masih
banyak lagi.
Sawi merupakan tanaman semusim. Bentuknya hampir menyerupai caisim.
Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Hampir setiap orang
gemar sawi karena rasanya segar (enak) dan banyak mengandung vitamin A,
vitamin B, dan sedikit vitamin C. Namun, daun sawi rasanya agak pahit (Sunarjo,
2005, hal. 78). Sawi mudah ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Namun, sawi lebih banyak ditanam di dataran rendah, terutama di pekarangan
20
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
karena perawatannya lebih mudah. Adapun syarat-syarat penting bertanam sawi
ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), drainasenya baik, dan
PH tanahnya antara 6-7. Waktu tanam yang baik ialah pada akhir musim hujan
(maret). Walaupun demikian, tanaman dapat pula di tanam pada musim kemarau
asalkan tersedia cukup air (Sunarjo, 2005, hal. 80).
Tanaman sawi dapat dipanen umur 35-70 hari setelah tanam, tetapi
tergantung pada kultivar dan musim. Selain umur, kriteria tanaman siap panen dapat
dilihat dari kondisi fisik tanaman, seperti warna, bentuk, dan ukuran daun. Di
samping itu krop sudah berbetuk sempurna, padat dan kompak (Zulkarnain, 2016,
hal. 92). Selain itu, tanaman sawi juga mengandung manfaat diantaranya yaitu sawi
mengandung mineral dan sumber gizi bagi tubuh manusia.
Penelitian dari beberapa ahli menunjukkan bahwa senyawa brassinin yang
dikandung oleh sawi dapat membantu mencegah timbulnya tumor payudara.
Apabila ditambah dengan indoles dan isothiocyanate, sawi dapat bermanfaat
mencegah kanker payudara. Sawi juga bermanfaat untuk menyehatkan mata dan
mengendalikan kadar kolesterol di dalam darah sehingga mengonsumsi sawi dapat
menghindari serangan jantung (Zulkarnain, 2016, hal. 93).
Masyarakat ada yang lebih menyukai menanam tanaman sawi sendiri
disekitar perkarangan rumah ketimbang harus membeli di pasar karena dalam
pembudidayaannya mudah dan dalam jangka waktu 35-70 hari sudah bisa di panen.
Namun, kendala yang sering muncul dalam budidaya tanaman sawi tidak terlepas
dari serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit yang berat dapat
menurunkan produktivitas tanaman, bahkan menyebabkan kegagalan panen. Salah
satu hama yang menyerang tanaman sawi adalah hama ulat, serangan hama ulat
merupakan faktor yang menghambat dalam pembudidayaan tanaman sawi.
Penyebab kerusakan pada tanaman sawi yang paling dominan yaitu hama ulat
perusak daun (Plutella xylostella) yang bersembunyi di balik daun tanaman. Bila
ada merasa bahaya, akan menjatuhkan diri dengan mengeluarkan benang yang
menggantung. Siklus hidup ulat ini terdiri dari empat bentuk, yaitu telur, ulat,
kepompong dan ngengat. Telurnya berbentuk bulat panjang. Ulat yang baru menetas
21
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
warnanya hijau pucat, sedangkan yang lebih dewasa warna kepalanya lebih pucat
dan terdapat bintik-bintik cokelat. Penyebab kerusakan akibat ulat tritip (Plutella
xylostella) yaitu daun tampak seperti berbercak-bercak putih, dimana bercak-bercak
tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah daunnya dimakan, kemudian daun
menjadi berlubang karena kulit ari daun mengering dan sobek. Serangan berat
menyebabkan seluruh daging daun habis termakan sehingga yang tertinggal
hanyalah tulang-tulang daunnya (Anonim, 1996, hal. 30-31). Oleh karena itu, usaha
pengendalian hama harus mendapatkan perhatian yang khusus.
Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengendalian pada tanaman sawi
dengan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari tumbuhan disekitar
pekarangan rumah masyarakat yang tidak dimanfaatkan, diantaranya seperti
tumbuhan sirsak, tembakau, mindi, jahe, melinjo, dan pepaya. Pestisida nabati
adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman yang berkhasiat
mengendalikan serangan hama pada tanaman. Penggunaan pestisida nabati tidak
meninggalkan zat berbahaya baik pada tanaman maupun lingkungan, serta harganya
relatif lebih murah dibanding dengan pestisida kimia. Pestisida nabati dapat dibuat
oleh petani sendiri dengan cara sederhana berupa larutan hasil perasan, ekstrak,
rendaman, dan rebusan bagian tanaman.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, kelompok
tani menjelaskan bahwa penyakit yang sering menyerang tanaman sawi yaitu berupa
pembusukan pada daun. Selain itu, ada juga jenis hama yang sering di jumpai
berupa hama ulat dan wereng. Namun, dalam pengendalian penyakit dan hama yang
dilakukan oleh petani masih menggunakan pestisida kimia dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman berupa peyakit dan jenis hama yang menyerang tanaman
sawi. Dengan asumsi petani bahwa pestisida sintetik (kimia) ini lebih efektif untuk
pengendalian organisme pengganggu tanaman. Selain itu, petani juga menjelaskan
bahwa pestisida kimia lebih mendapatkan hasil panen yang berkualitas dengan harga
yang relatif normal untuk memuaskan konsumen. Padahal jika dilihat dari segi
kesehatan, pestisida kimia mempunyai dampak negatif yang dapat merusak
lingkungan di antaranya hewan, tanah, dan manusia. Selain itu, pestisida sintetik
22
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
(kimia) secara ekonomis meningkatkan modal produksi pertanian yang dikeluarkan
karena biasanya pestisida sintetik (kimia) harganya lebih mahal.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang
relatif mudah dibuat dengan kemampuan terbatas, karena pestisida nabati bersifat
mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi
manuasia, serta ternak. Pestisida nabati berperan sebagai racun kontak dan racun
perut (Anonim, 2007) dalam (Nechiyana, dkk, 2011, hal. 2).
Tanaman papaya (Carica papaya L.) termasuk familia Caricaceae, terdapat
di berbagai daerah di Tanah Air. Daun pepaya mempunyai garir luar helaian
daunnya bulat telur, dengan tulang-tulang yang menjari, tepi daun bercangap
berbagi, berujung yang runcing, pangkal daun berbentuk jantung dengan cuping-
cuping daun yang berlekukan secara tidak beraturan, helai-helai daunnya bergaris
tengah sekitar 25-75 cm, daun berwarna hijau tua sedangkan tulang-tulangnya
berwarna lebih muda atau hijau muda agak keputih-putihan (Kartasapoetra, 1996,
hal. 18-19).
Baskaran, dkk (2012) dalam (Fajri, dkk. 2017, hal. 69-17) mengemukakan
hasil skrining fitokimia pada ekstrak daun pepaya menunjukkan adanya kandungan
alkaloid, karbohidrat, saponin, glikosida, protein dan asam amino, phytosterol,
senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, tanin. Daun pepaya juga mengandung enzim
protease papain dan kimopapain yang merupakan racun bagi serangga pemakan
tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa daun pepaya berpotensi sebagai pestisida
nabati.
Pemanfaatan tanaman pepaya terutama pada bagian daun pepaya sebagai
pengendali hama masih banyak belum dilakukan oleh petani. Sehingga dalam
penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan daun pepaya untuk mengendalikan
hama ulat perusak daun (Putella xylostella) pada tanaman sawi dengan cara
mengekstrak bagian daun pepaya. Hal ini karena, daun pepaya banyak mengandung
senyawa-senyawa kimia yang berpotensi sebagai racun alami bagi hama dan tidak
berbahaya bagi tubuh. Selain itu, tanaman pepaya juga banyak terdapat di
lingkungan masyarat yang tidak dimanfaatakan bagian daunnya, melainkan hanya
23
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
memanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, daun pepaya dapat
dijadikan salah satu alternatif untuk mengendalikan hama ulat atau pestisida nabati.
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Sebagai Biopestisida Hama Ulat Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea
L.)”
B. Identifikasi Masalah
1. Masyarakat pada umumnya masih menggunakan pestsida kimia untuk
mengendalikan hama ulat.
2. Masyarakat belum mengetahui bahwa terdapat banyak tanaman yang bisa
digunakan sebagai pestisida alami untuk mengendalikan hama ulat.
3. Pestisida nabati dapat dibuat oleh masyarakat sendiri dengan cara yang
sederhana dan bahannya mudah didapatkan.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Varietas pepaya yang digunakan adalah varietas pepaya thailand
2. Daun Pepaya (Carica Papaya L.) yang digunakan adalah bagian daun yang
masih berwarna hijau tua dan segar yang diambil dari sekitar Desa
Gerunggung, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi.
3. Ulat yang digunakan pada penelitian ini adalah satu jenis ulat pada tanaman
sawi hijau (Brassica juncea L.), yaitu ulat perusak daun (Putella xylostella).
4. Konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica Papaya L.) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 0% (kontrol), 30%, 70%, dan 100%.
5. Pengaruh ekstrak daun pepaya (Carica Papaya L.) sebagai biopestisida ulat
pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)
24
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
D. Rumusan Masalah
Berapa persen pengaruh komposisi ekstrak daun pepaya (Carica Papaya L.)
sebagai biopestisida hama ulat pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui berapa persen pengaruh komposisi ekstrak daun pepaya
(Carica Papaya L.) sebagai biopestisida hama ulat pada tanaman sawi hijau
(Brassica juncea L.)?
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, yaitu:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Ekstrak Daun Pepaya
(Carica Papaya L.) Sebagai Biopestisida Hama Ulat Pada Tanaman Sawi
Hijau (Brassisca juncea L.)
2. Sebagai sumber informasi dalam dunia pendidikan tentang khasiat Ekstrak
Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Sebagai Biopestisida Hama Ulat Pada
Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
25
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Pepaya (Carica papaya L.)
a. Deskripsi Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya (Carica papay L.) merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada di daerah sekitar
Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa
Portugis di abad ke-16, tanaman ini turut menyebar ke berbagai benua dan
negara, termasuk ke Benua Afrika dan Asia serta negara India. Dari India,
tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis lainnya, termasuk Indonesia
dan pulau-pulau di Lautan Pasifik di abad ke-17 (Kalie, 1998, hal. 1-2).
Buah pepaya tergolong buah yang populer dan digemari oleh hampir
seluruh penduduk penghuni bumi ini. Daging buahnya lunak dengan warna
merah atau kuning. Rasanya manis dan menyegarkan karena mengandung
banyak air. Nilai gizi buah ini cuku tinggi karena mengandung banyak
provitamin A dan vitamin C, juga mineral kalsium. Selain itu, dengan
mengonsumsi buah ini akan memudahkan buang air besar. Oleh karena
teksturnya yang lunak dan nilai gizinya yang tinggi maka buah ini sangat
baik diberikan untuk anak-anak dan orang yang berusia lanjut (Kalie, 1998,
hal. 1-2).
Pemanfaatan tanaman pepaya cukup beragam. Daun pepaya muda,
bunga, dan buah yang masih mentah dapat dibuat sebagai bahan berbagai
ragam sayuran. Dalam pengobatan tradisional, bagian-bagian tanaman
pepaya banyak yang digunakan. Pada masa pendudukan Jepang dulu, ketika
obat sukar diperoleh, penderita penyakit malaria selalu diobati dengan
minuman perasan daun pepaya. Rasanya memang pahit, tetapi demamnya
jadi sembuh. Rasa pahit ini disebabkan oleh tekanan darah dan membunuh
26
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
amuba. Sari akar tanaman pepaya dapat pula digunakan sebagai oat penyakit
kencing batu, penyakit saluran kencing, cacing kremi. Bijinya sering pula
digunakan untuk obat penyakit cacing kremi (Kalie, 1998, hal. 1-2).
Batang, daun, buah pepaya muda mengandung getah berwarna putih.
Getah ini mengandung suatu enzim pemecah protein atau enzim proteolitik
yang disebut papain. Lalap daun papaya muda yang dapat menambah
nafsumakan diduga disebabkan oleh enzim ini. Sebagai enzim proteolitik,
papain banyak digunakan dalam industry, di antaranya industry makanan
dan minuman, farmasi, kosmetik, tekstil, dan penyamak (Kalie, 1998, hal. 1-
2).
b. Taksonomi Pepaya (Carica papaya L.)
Menurut Cahyono (2017, hal. 3) dalam ilmu botani, tanaman pepaya
diklasifikasikan sebgai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dikotyledoneae
Ordo : Violales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya (L)
Pepaya termasuk kelas Dicotyledonae, ordo Cricales, famili
Caricae, genus Caricae dan termasuk tumbuhan herba besar dengan biji
berkeping dua. Tanaman pepaya dapat mencapai tinggi antara 2-10 m
dengan batang bulat dan mempunyai rongga yang berdiameter 10-20 cm
dengan jaringan lunak (Putri, 2016, hal. 12).
27
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Morfologi Pepaya (Carica papaya L.)
Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman pepaya
adalah sebagai berikut:
1) Akar
Tanaman pepaya memiliki sistem perakaran tunggang dan perakaran
serabut (akar cabang). Akar tunggang tanaman dewasa tumbuh ke pusat
bumi hingga kedalaman 1,5 m atau lebih dan bersifat kokoh. Sedangkan akar
cabang dan akar serabut tumbuh mendatar ke semua arah, serta menyebar
pada kedalaman 1 m atau lebih dengan panjang akar dapat mencapai 150 cm
atau lebih dari batang (Cahyono, 2017, hal. 4).
Akar tunggang berfungsi sebagai penopang egaknya tanaman.
Sementara itu, akar cabang dan serabut berfungsi sebagai penguat berdirinya
tanaman dan penyerapan air serta zat-zat makanan (hara) dari tanah. Kondisi
fisik tanah yang gembur sangat baik untuk menunjang pertumbuhan
perakaran tanama dan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan (Cahyono,
2017, hal. 4).
2) Batang
Gambar 2.1: Batang Tanaman Pepaya; Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tanaman pepaya berbatang sejati. Batang sejati tanaman pepaya tidak
berkayu, tetatpi bersifat keras dan memiliki titik tumbuh yang akan
28
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
menghasilkan daun dan bunga. Batang tidak bercabang, namun bila
pucuknya dipangkas akan menumbuhkan cabang sehingga batang menjadi
bercabang. Batang tanaman pepaya berongga, banyak mengandung air dan
getah papain, serta memiliki ertumbuhan yang cepat hingga dapat mencapai
ketingggian lebih dari 10 m. Batang berbentuk bulat lurus dan beruas-ruas.
Batang tanaman berfungsi sebagai tempat jalannya pengankutan air dan zat-
zat makanan (hara) ke daun, serta tempat jalannya pengangkutan zat-zat hasil
asimilasi ke seluruh bagian tubuh tanaman (Cahyono, 2017, hal. 5-6).
3) Daun
Gambar 2.2: Daun Tanaman Pepaya; Sumber: Dokumentasi Pribadi
Daun tanaman pepaya termasuk daun tunggal, berukuran besar,
bercanggap, dan berwarna hijau. Dau memiliki tangkai yang berukuran
panjang dan berongga. Tangkai dau berwarna hijau lebih muda daripada
warna daunnya. Tulang-tulang daun tersusun menjalar (palmineus) dan
permukaan daun bersifat kasar. Daun tumbuh pada ruas-ruas batang yang
tersusun secara berselang-selang melingkar pada ruas-ruas berikutnya
(tersusun pada bidang yang bersilangan) dan daun-daun tersebut
pertumbuhannya tegak berbentuk sudut 45o (Cahyono, 2017, hal. 6).
Daun tanaman merupakan bagian dai organ tubuh yang berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya proses asimilasi yang menghasilkan zat-zat
29
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan vegetative (akar, batang dan
daun) dan pertumbuhan generative (bunga, buah, dan biji) (Cahyono, 2017,
hal. 6).
4) Bunga
Gambar 2.3: Bunga Betina Tanaman Pepaya; Sumber: Dokumentasi Pribadi
Bunga tanaman berbentuk tabung dan cukup besar. Bunga yang masih
kuncup berbentuk menyerupai api lilin. Daun mahkota atau mahkota bunga
berwarna putih, berjumlah 5 helai. Bunga pepaya termasuk bunga majemuk
dan pada bunga terdapat tangkai yang pendek. Kelompok bunga majemuk
(infloresensia) tersebut tersusun pada sebuah tangkai bunga yang
kedudukannya ada pada setiap ketiak daun (Cahyono, 2017, hal. 7).
Berdasarkan tipenya, bunga pepaya dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu bunga berumah satu dan bunga hermafrodit atau bunga sempurna.
Bunga berumah satu, yaitu dalam satu pohon hanya terdapat bunga jantan
atau bunga betina saja (Cahyono, 2017, hal. 7).
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5) Buah
Gambar 2.4: Buah Tanaman Pepaya; Sumber: Dokumentasi Pribadi
Secara keseluruhan, buah pepaya terdiri atas tangkai buah, kulit buah,
daging buah, dan biji. Buah pepaya tergolong buah batu berdaging dan berair
(Cahyono, 2017, hal. 15).
Buah pepaya memiliki bentuk, ukuran, warna daging buah, dan rasa
yang beragam, tergantung pada jenis atau varietasnya. Bentuk buah pepaya
beragam, ada yang bulat, bulat pendek, bulat panjang (lonjong), dan
sebagainya. Begitu juga dengan ukuran, ada yang kecil, sedang, dan besar.
Buah yang berukuran kecil, beratnya kurang dari 1,5 kg. buah yang
berukuran sedang beratnya berkisar 1,5-3 kg. untuk warna daging buah, ada
yang berwarna merah, merah semangka, kuning, jingga kemerahan, dan
kuning pucat. Rasa daging buah beragam, ada yang manis dan ada yang
kurang manis (Cahyono, 2017, hal. 15).
6) Biji
Biji papaya berukuran kecil, bentuknya bulat telur, berwarna hitam,
bersifat keras, dan permukaan biji tampak agak berkeriput. Biji buah dilapisi
kulit berlendir berwarna putih transparan (bening) lunak seperti agar-agar.
31
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jika lapisan kulit berlendir tersebut dipijit, akan pecah dan berair. Secara
keseluruhan, biji papaya terdiri atas kulit biji yang berwarna hitam,
bertekstur kasar bergerigi membentuk alur-alur, dan tampak berkerut; kulit
ari berwarna coklat muda; daging biji (endospermae) berwarna putih; dan
lembaga (Cahyono, 2017, hal. 16).
Biji pepaya terletak di dalam rongga buah yang tersusun dalam larikan.
Dalam satu buah mengandung biji yang berjumlah banyak. Namun, ada
beberapa buah yang mengandung biji sedikit. Pada umumnya, buah yang
mengandung biji sedikit adalah buah yang beronggga besar (Cahyono, 2017,
hal. 16).
Biji-biji papaya mengandung minyak. Dalam minyak biji papaya
mengandung 71,60% asam oleat, 15,13% asam palmitat, 3,60% asam
stearate, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah sedikit (Warismo, 2003
dalam Cahyono, 2017, hal. 16).
d. Manfaat Pepaya (Carica papaya L.)
Tanaman pepaya banyak dimanfaatkan oleh masyarakat luar untuk
berbagai macam keperluan hidup. Selain buahnya, bagian-bagian tanaman
yang lain, mulai dari akar hingga daunnya juga mempunyai manfaat untuk
berbagai macam keperluan. Dengan demikian, tidak ada bagian tanaman
yang terbuang percuma apabila masyarakat mengetahui khasiat dan manfaat
tiap bagian dari tanaman pepaya. Adapun khasiat dan kegunaan tiap bagian
dari tanaman pepaya dipaparkan sebagai berikut:
1) Akar
Akar tanaman pepaya dapat digunakan sebagai obat penyakit ginjal,
saluran kandung kemih, cacingan (cacing kremi), penyakit kencing batu, dan
sebagai obat luar untuk mengobati penyakit reumatik atau asam urat (sendi-
sendi tulang yang sakit) (Cahyono, 2017, hal. 26).
32
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2) Batang
Batang pepaya juga berkhasiat sebagai obat herbal. Parutan batang
pepaya yang telah diperas airnya dan getahnya, bersama-sama dengan gula
pasir atau gula jawa dapat langsung dimakan untuk mengobati rasa mual dan
sakit kembung atau masuk angin. Ramuan tradisional tersebut dapat
membantu mengeluarkan angina dari lambung degan mudah. Dalam bidang
pertanian, batang tanaman pepaya dapat digunakan dalam pembuatan
kompos atau pupuk pertanian. Di bidang peternakan digunakan sebagai
makanan ternak kuda (Cahyono, 2017, hal. 27).
3) Daun
Daun pepaya yang masih muda maupun yang tua dapat dimanfaatkan
sebagai bahan sayuran yang dapat dimasak dan dimakan sebagai lalapan
maupun menjadi berbagai macam masakan, misalnya buntil, pecel atau
gudangan, tumis, dan sebgainya. Sementara itu, air perasaan daun pepaya
yang masih muda dapat digunakan sebagai obat penyakit malaria, kejang
perut, dan beri-beri. Pada daun-daun muda ini banyak mengandung zat
alkaloid carpaine yang memiliki rasa pahit (Cahyono, 2017, hal. 27).
Di bidang peternakan, daun pepaya dapat digunakan sebagai obat
cacingan (cacing kremi, mulas, dan penggumpalan lendir). Selain itu juga
dimanfaatkan sebagai pakan hijauan ternak, seperti sapi, kambing, kerbau,
kelinci, marmot, ayam, dan sebagainya. Sedangkan dalam bidang pertanian,
daun pepaya juga dapat dijadikan sebagai kompos untuk pupuk pertanian
(Cahyono, 2017, hal. 27).
Menurut Muljana (1990, hal. 4) dalam pernyataan dari Prof.
Wichmann ini didukung oleh Greshoff yang mengatakan bahwa daun pepaya
banyak mengandung sejenis alkaloid yang sering disebut sebagai CARPAIN.
Carpain ini mempunyai sifat dapat membuat urat-urat jantung menjadi
kejang.
Berdasarkan penelitian para ahli, daun papaya diketahui
mengandung 35 mg/100mg tocophenol. Daun pepaya muda diketahui juga
33
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
banyak mengandung zat bernama alkaloid dan dan enzim papain. Enzim ini
identik dengan getah berwarna putih kental. Fungsi dari enzim papain adalah
untuk memecah protein (bersifat proteolitik). Sementara itu, senyawa yang
dominan pada daun pepaya yang sudah tua adalah fenolik (Glio, 2017, hal.
30).
Secara umum, daun pepaya mengandung 3 varian enzim, yakni
papain sebanyak 10%, khimoprotein sebanyak 45%, dan juga losozim
sebanyak 20% per 100%. Enzim khimoprotein berfungsi sebagai katalisator
dalam reaksi hidrolisis antara protein dengan poplipetida. Sementara itu,
enzim lisozim berperan sebagai antibakteri dan bekerja dengan memecah
dinding sel pada bakteri (Glio, 2017, hal. 30-31).
Daun papaya juga mengandung berbagai macam zat, di antaranya
vitamin A, B1, kalori, protin, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi, dan
air. Selain itu, lebih dari 50 asam amino yang terkandung dalam getah
pepaya, beberapa di antaranya seperti asam aspartate, treonin, serin, asam
glutamate, prolin, glisin, alanine, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin,
histidin, lysine, arginine, tritophan, dan sistein (Glio, 2017, hal. 32).
4) Bunga
Bunga pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit kuning dan
penambahan nafsu makan. Cara membuatnya cukup mudah. Bunga pepaya
tersebut terlebih dahulu direbus, baru berkhasiat untuk cuci darah
(membersihkan darah dari racun-racun). Bunga pepaya juga dapat dijadikan
bahan masakan, misalnya sayur lodeh, pecel, dan sebagainya. Dalam
kapasitasnya sebagai bahan pangan sayuran, bunga pepaya merupakan
sumber provitamin A (Cahyono, 2017, hal. 28).
5) Buah
Buah pepaya sebagai produk utama tanaman pepaya memiliki beragam
kegunaan. Selain sebagai buah segar, buah pepaya yang telah matang dapat
pula dimafaatkan sebagai bahan masakan, seperti sayur lodeh, oseng-oseng
atau tumis pepaya, lalapan, sayur asam, sayur bening, dan sebagainya. Buah
34
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pepaya muda berkhasiat melancarkan air susu ibu, mengobati radang
kandung kemih, sisah buang air besar (sembelit), jerawat, dan gangguan
pencernaan (Cahyono, 2017, hal. 28).
6) Getah
Batang, daun, dan buah pepaya mudah mengandung getah yang
berwarna putih. Getah pepaya akan keluar jika batang dan daun pepaya
disayat. Sedangkan pada daunnya akan keluar getah apabila disobek atau di
potong. Getah tersebut mengandung enzim proteolitik yang disebut “papain”
yang merupakan enzim pemecah protein (Cahyono, 2017, hal. 29).
Dalam bidang industri makanan, getah papaya atau papain dapat
dimanfaatkan sebagi pelunak daging agar terasa lebih empuk, misalnya saat
proses memasak sate, gule, daging asap, daging goring (empal), sup daging,
daging panggang, dan sebagainya (Cahyono, 2017, hal. 29).
Selain itu, papain juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan,
bahan kosmetik, penjernih dan penambah rasa pada minuman bir, pelunak
ikan, bahan dalam industry tekstil, bahan dalam industry penyamak kulit, dan
sebagainya (Cahyono, 2017, hal. 29).
7) Biji
Biji pepaya dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa macam
penyakit, yaitu obat masuk angina dan cacingan (cacing kremi). Untuk
pengobatan penderita masuk angina, biji pepaya ditumbuk hingga halus dan
menjadi tepung. Kemudian, tepung biji pepaya tersebut dibri sedikit asam
cuka, lalu diminum. Sementara, untuk pengobatan cacingan, penderita cukup
memakan atau menelan biji-biji pepaya karena dapat menggugurkan
kandungan. Bahkan dapat menyebabkan mandul (sulit hamil lagi) akibat
adanya pengeringan Rahim (Cahyono, 2017, hal. 29-30).
e. Jenis-Jenis (Varietas) Buah Pepaya
Varietas pepaya lebih banyak dikenak dari bentuk, ukuran, warna,
rasa, dan tekstur buahnya. Dari parameter tersebut maka dikenal buah
35
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pepaya yang berukuran besar atau kecil, berbentuk bulat atau lonjong,
daging buah berwarna merah atau kuning, keras atau lunak bearair, rasanya
manis atau kurang manis, dan kulit buah licin menarik atau kasar tebal. Berat
buah pepaya berkisar antara 0,5-9 kg (Kalie, 1998. Hal. 23).
Di Indonesia varietas pepaya yang banyak ditanam adalah pepaya
semangka, pepaya jingo, dan pepaya cibinong. Selain itu, dikenal juga
varietas pepaya mas, pepaya item, dan pepaya ijo. Secara umum, konsumen
di Indonesia lebih menyukai pepata dengan daging buah yang berwarna
jingga sampai merah. Pepaya dengan daging buah berwarna kuning kurang
disenangi sehingga varietas pepaya ini kurang berkembang (Kalie, 1998.
Hal. 23).
1. Pepaya Semangka
Pepaya semangka merupakan varietas introduksi Kaledonia Baru
yang masuk ke Indonesia pada tahun 1930. Di tempat asalnya varietas ini
dikenal dengan nama annabone. Pada awalnya, introduksi varietas ini
ditunjukan khusus sebagai buah pepaya untuk diproduksi papainnya. Namun,
dalam perkembagannya varietas ini menjadi buah meja yang sangat popular
dan disukai. Daging buahnya berwarna merah seperti warna buah semangka,
rasanya manis, dan berair banyak. Bila telah masak kulit buahnya berwarna
kuning licin dan terlihat menarik. Bentuk buahnya lonjong berputing dengan
berat buah kerang lebih 1 kg/buah. (Kalie, 1998. Hal. 23).
2. Pepaya Bangkok
Varietas pepaya Bangkok dikenal juga dengan nama pepaya
Thailand. Kulit luarnya mirip pepaya cibinong, yaitu kasar dan tidak rata
atau berbenjol-benjol. Demikian juga cara masaknya yang dimulai dari ujung
buah. Sedikit yang membedakannya adalah pepaya Bangkok ini bentuknya
lebih bulat dan lebih besar dibandigkan pepaya cibinong. Daging buah
berwarna jingga bersemu merah dan keras. Berat buah lebih kurang 3,5 kg
(Kalie, 1998. Hal. 24).
36
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Bauh pepaya Bangkok berbentuk lonjong pendek, berwarna merah,
tebal, beraroma, manis, dan kandungan gulanya sekitar 13%. Tanaman mulai
berbuah bila tingginya telah mencapai 60-80 cm atau kira-kira telah berumur
4-6 bulan. Pertumbuhan tanaman sangat kuat, cepat berbuah, tahan penyakit
virus, produktif, setiap tanaman dapat menghasilkan lebih dari 30 buah,
produksinya stabil, mudah ditanam.
3. Pepaya Kalifornia
Buah pepaya berbentuk agak bulat pendek, sedangkan pohon
hermafrodit menghasilkan buah berbentuk lonjong dengan ujung meruncing,
berat buah sedang, yakni 1,1 kg, buah berwarna merah jingga, tekstur halus,
tebal, rasanya enak dan manis, kadar gulanya sekitar 14%.
4. Pepaya Solo
Kata solo berarti satu atau tunggal, berarti buah cukup untuk
dimakan sendiri. Varieatas ini memiliki banyak strain, di antaranya kapoho,
masumoto solo, sunrise solo, dan Waimanalo (Kalie, 1998. Hal. 28).
Buah pepaya berbentuk bulat berleher seperti buah avokad, kecil,
beratbuah sekitar 0,4-1 kg. Buah berwarna kuning, tebal, enak, beraroma,
dan rasanya manis.
5. Pepaya Jingo
Pepaya jingo mirip dengan varietas pepaya semangka. Daging
buahnya berwarna merah dan berair banyak, tetapi rasanya masih kalah
manis dibandingkan pepaya semangka. Kulit buahnya berwarna kuning
dengan bercak samar berwarna kelabu. Berat buah lebih kurang 1,5 kg/buah
(Kalie, 1998. Hal. 24).
6. Pepaya Cibinong
Bentuk dan ukuran pepaya cibinong jauh berbeda dengan kedua
varietas pepaya yang lain. Bentuk biahnya panjang besar dan lancip pada
bagian ujungnya. Bentuk buah ini membesar dari pangkal ke bagian tengah
buah kemudian melancip di bagian ujung buah. Tangkai buahnya panjang.
Kulit buahnya kasar dan tidak rata. Buah masak dari bagian ujung,
37
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
sedangkan bagian pangkal tetap berwarna hijau dan lama untuk berubah
warna menjadi kunging. Daging buah berwarna merah kekuningan, rasanya
kurang manis, dan teksturnya agak kasar serta lebih keras. Berat varietas
pepaya ini kurang lebih 2,5 kg/buah (Kalie, 1998. Hal. 27).
7. Pepaya Meksiko
Pepaya meksiko merupakan suatu varietas hasil silangan pepaya solo
dan Hawaii. Kemungkinan varietas pepaya ini didatangkan ke Indonesia
melalui meksiko. Bentuk buahnya mirip alpukat, yaitu bulat berleher.
Beratnya kurang lebih 3,5 kg/buah. Daging buahnya berwarna kuning,
beraroma, dan rasanya manis (Kalie, 1998. Hal. 27).
2. Sawi (Brassica juncea L.)
a. Klasifikasi Sawi (Brassica juncea L.)
Menurut Hariyanto, dkk (2003, hal. 9), klasifikasi sawi adalah:
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dycotilyledonae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Family : Crucifera (Brasscaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea
b. Morfologi Sawi (Brassica juncea L.)
Morfologi sawi hijau Menurut Samadi (2017, hal. 9) adalah:
1) Akar
Tanaman ini memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar
yang menyebar dalam tanah hingga kedalaman 40-50 cm. Akar-akar
tanaman sawi hijau berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari
dalam tanah. Di samping itu juga untuk menguatkan berdirinya tanaman.
38
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2) Batang
Gambar 2.5: Batang Tanaman Sawi; Sumber: Dokumentasi Pribadi
Batangnya pendek sekali sehingga hampir tidak kelihatan.
Ukuran panjang batangnya bervariasi, tergantung varietasnya. Batang ini
berfungsi untuk menopang daun.
3) Daun
Gambar 2.6: Daun Tanaman Sawi; Sumber: Dokumentasi Pribadi
Daun tanaman sawi hijau memiliki bentuk yang bervariasi.
Umumnya daun-daunnya bersayap dan bertangkai panjang.
39
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
4) Bunga
Gambar 2.7: Bunga Tanaman Pepaya; Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tanaman sawi pada umumnya mudah berbunga dan berbiji
secara alami, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Struktur
bunga pada tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh
memanjang dan bercabang banyak. Setiap kuntum bunga terdiri dari
empat helai daun kelopak, empat helai benang sari dan satu buah putik.
c. Jenis-Jenis Sawi (Brassica juncea L.)
Menurut Haryanto, dkk (2003, hal.12) Secara umum tanaman sawi
biasanya mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop.
Petani Indonesia di masa lalu hanya mengenal tiga jenis sawi yang biasanya
dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau, dan sawi huma. Saat ini,
konsumen lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain jenis-jenis sawi
tersebut dikenal pula jenis sawi kriting dan sawi monument.
1) Sawi Putih atau Sawi Jabung
Sawi putih atau sawi jabung merupakan jenis sawi yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang paling enak di
antara sawi jenis lainnya. Tanaman ini dapat dibudidayakan di tempat
yang kering. Bila sudah dwasa jenis swi ini memiliki daun yang lebar
40
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dan berwarna hijau tua. Tangkainya panjang, tetapi lemas dan halus.
Batangnya pendek, tatapi tegap dan bersayap.
Beberapa varietas sawi putih di antaranya rugosa roxb dan prain.
Kedua varietas ini berasal dari luar negeri, tetapi cocok untuk di tanam
di Indonesia pada daerah dengan ketinggian 500-1.000 m dpl.
2) Sawi Hijau atau Sawi Asin
Sawi hijau atau sawi asin kurang banyak dikonsumsi sebagai
bahan sayur segar karena rasanya agak pahit. Namun, rasa pahit pada
daun sawi hijau dapat dihilangkan dengan cara pengasinan. Masyarakat
umumnya mengelolanya terlebih dahulu menjadi sawi asin sebelum
digunakan untuk campuran aneka masakan. Sawi asin yang sudah jadi
biasanya berwarna hijau cokelat kebasahan.
Tubuh sawi hijau berukuran sedang, yakni berukuran di antara
sawi huma dan sawi putih. Tinggi tanaman sebelum berbunga ± 30 cm
dan tinggi tanaman setelah berbunga ± 150 cm. Daun-daunnya tersusun
sebagai roset akar. Tangkai daun tidak terlalu lengkuk seperti talang air,
tetapi agak datar. Dalam pertumbuhan normal, tangkai daunnya berwarna
hijau. Helai daunnya berwarna hijau tua dan helai daun berbebtuk bulat
telur terbaik (Samadi, 2017, hal. 12-13).
3) Sawi Huma
Disebut sawi huma kareni jenis sawi ini akan tumbuh baik jika
ditanam di tempat-tempat yang kering, seperti tegalan dan huma.
Tanaman ini biasanya setelah usai musim penghujan karena sifatnya
yang tidak tahan terhadap genangan air.
Sawi huma daunnya sempit, panjang, dan berwarna hijau
keputih-putihan. Tidak seperti sawi putih dan sawi hijau, sawi huma
berbatang kecil, tetapi panjang. Tangkainya berukuran sedang seperti
bersayap.
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Meskipun rasanya tidak seenak sawi putih, jenis ini cukup
banyak diminati dan digemari orang. Dilihat dari segi harga jual, sawi
huma lebih murah jika dibandingkan dengan sawi putih.
4) Caisim atau Sawi Bakso
Caisim atau sawi bakso (ada juga yang menamakan sawi cina)
merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan di kalangan
konsumen.
Tangkai daunnya panjang, langsing, dan berwarna putih
kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau.
Rasanya yang renyah dan segar dengan sedikit sekali rasa pahit,
mmebuat sawi ini banyak diminati. Selain enak ditumis atau dioseng,
caisim banyak dibutuhkan oleh pedagang mi bakso, mi ayam atau
restoran masakan cina. Tak mengherankan jika permintaanya setiap hari
amat tinggi.
5) Sawi Keriting
Sesuai namanya, ciri khas sawi ini adalah daunnya keriting.
Bagian daun yang hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun.
Tangkai daunnya berwarna putih. Selain daunnya yang keriting, jenis
sawi ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih
berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih.
Daunnya berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tergolong tersebar dan
terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya.
d. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
1) Syarat Tumbuh
Setiap jenis tumbuhan tanaman memiliki syarat-syarat tertentu
untuk dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Persyaratan tumbuh ini
sangat penting untuk diketahui agar tanaman yang diusahakan dapat
berproduksi optimal. Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
tanaman adalah iklim dan tanah.
42
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
a) Iklim
Sawi merupakan tanaman sayuran sub tropis, tetapi dengan
kemajuan teknologi tanaman sawi sudah banyak ditanam di daerah
panas (tropis). Kondisi iklim yang cocok untuk tumbuhan tanaman sawi
adalah daerah yang berhawa dingin dengan suhu antara 15oC-20
oC dan
penyinaran matahari antara 10 – 13 jam per hari (Samadi, 2017, hal. 28).
Budidaya tanamn sawi, pada umumnya ditanam di dataran rendah
karena sawi lebih toleran terhadap suhu panas. Tanaman sawi ini lebih
mudah berbunga dan menghasilkan biji sehingga banyak petani yang
menggunakan bijinya untuk penanaman berikutnya (Samadi, 2017, hal.
28).
Pada pertumbuhannya, tanaman sawi sangat membutuhkan sinar
matahari sebagai sumber energy untuk pembentukan gula melalui proses
fotosintesis, perkembangan dan pembungaan. Tanaman yang kurang
mendapatkan sinar matahari, pertumbuhannya akan lambat. Oleh karena
itu, tanaman ini lebih baik ditanam di lahan terbuka terutama untuk
tanaman sawi (Samadi, 2017, hal. 29).
b) Tanah
Tanaman sawi dapat ditanamn pada berbagai jenis tanah, namun
kondisi tanah yang paling cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang
subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organic, dan sistem
irigasi yang baik. Pada tanah yang kurang subur perlu diberikan
penambahan pupuk organic lebih banyak dan penambahan pupuk buatan
yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Pada tanah
liat, pemberian pupuk kadang dapat melonggarkan susunan tanah
sehingga tanah lebih gembur. Dengan demikian akar-akar lebih mudah
masuk ke dalam tanah (Samadi, 2017, hal. 29).
Sifat kimi tanah yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman
(pH) tanah. Tanaman sawi toleran terhadap kisaran Ph optimum: 6,0 –
6,8. Pengukuran pH tanah dapat dilakkan dengan alat pH meter. Apabila
43
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pH tanahnya kurang dari 6,0, maka perlu dilakukan pengapuran
(Samadi, 2017, hal. 29).
e. Hama Ulat Pada Tanaman Sawi
Hama dan patogen yang kerap dijumpai pada tanaman sawi.
Hadirnya berbagai jenis hama dan pathogen di areal pertanaman sawi
merupakan ancaman yang serius dan dapat menurunkan hasil secara
signifikan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui jenis-jenis hama yang
berpotensi menjadi perusak tanaman sawi dan menimbulkan kerugian panen
(Zulkarnain, 2016, hal. 91).
Hama merupakan pengganggu tanaman yang berasal dari
hewan/binatang yang berukuran relatif besar sehingga dapat dilihat dengan
mata telanjang (Phirmantoro, dkk. 1999, hal. 73). Beberapa jenis hama yang
menyerang tanaman sawi adalah sebagai berikut:
1) Ulat Grayak (Spodopetra litura F)
Gambar 2.8: Ulat Grayak; Sumber: Thamrin, dkk. (2013)
Ulat Grayak (Spodopetra litura F) atau dulu dikenal dengan
nama ulat tentara karena menyerangnya secara bersama-sama. Ulat ini
mempunyai nama ilmiah Spodopetra litura F atau Prodenia litura F.
Ulat muda berwarna kehijauan dan mempunyai bintik-bintik hitam.
Sedangkan ulat yang sudah tua berwarna abu-abu gelap atau cokelat, di
44
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
antara ruas keempat dan kesepuluh terdapat lima garis hitam dengan
batas kuning (Anonim, 1996, hal. 18).
2) Ulat Tanah (Agrotis sp)
Gambar 2.9: Ulat Tanah; Sumber: Enceng .S. & Widada .A.S. (2007)
Ulat Tanah (Agrotis sp) yaitu ulat yang berwarna hitam atau
hitam keabu-abuan ini aktif merusak tanaman pada malam hari. Ulat ini
terutama menyerang pada tanaman yang masih kecil dengan cara
menggerek pangkal batang hingga putus. Akibat tanaman mati karena
tidak mempunyai titik tumbuh lagi. Gejala serangan tanaman menjadi
rebah karena dipotong bagian pangkal batangnya. Serangan hebat terjadi
di musim kemarau (Samadi, 2017, hal. 40).
3) Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp dan C.orichalcea. L)
Gambar 2.10: Ulat Jengkal; Sumber: Dokumentasi Pribadi
45
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp dan C.orichalcea. L)
hama ini disebut ulat jengkal karena cara berjalan larvanya yang tampak
seperti menjengkal, tetapi mereka bukanlah ulat jengkal sungguhan
karena masih ada tungkai palsu pada abdomen yang dapat digunakan
utnuk berpegangan sehingga dalam bahasa inggris dikatakan sebagai
semi looper. Ulat jengkal ini dapat merusak tanaman (Harahap, 1994,
hal. 53).
4) Ulat Perusak daun (Plutella xylostella)
Gambar 2.11: Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella) ; Sumber: Enceng
.S. & Widada .A.S. (2007)
Ulat ini berwarna hijau muda dengan panjang tubuhnya berkisar
7–10 cm. pada stadium larva (ulat), merupakan hama yang sering
menyerang sawi, terutama menyerang pucuk tanaman. Lama siklus
hidupnya berkisar 21 hari. Gejala serangan daun berlubang kecil-kecil
dan pada serangan hebat hanya menyisakan tulang-tulang daunnya. Jika
hama ini meneranga keritik tumbuh tunas, maka pertumbuhan akan
terhenti (Samadi, 2017, hal. 41).
f. Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella) Sebagai Hama Utama Daun
Sawi
Ulat perusak daun (Plutella xylostella) merupakan hama pada
tanaman sayuran yang terdapat di daerah seluruh dunia, dan di daerah-
46
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
daerah pertanian Indonesia pada tanaman sejenis kol, petsay, sawi, lobak
(Kartasapoetra, 1990, hal. 66).
Peningkatan perkembangannya terjadi pada musim kemarau.
Kupu-kupu Plutella xylostella yang sepanjang hidupnya (sekitar 4
mingguan) mampu meletakkan sekitar 300 butir telur. Ulat Plutella
xylostella ini rata-rata panjangnya 9 mm, berwarna hijau, ulat ini selalu
berkumpul sebelum melakukan pengrusakan yang pertama. Daun-daun
yang telah dirusak, epidermisnya tampak putih keabu-abuan, selanjutnya
kering. Pengrusakan tanaman oleh ulat-ulat ini dapat berlangsung
sepanjang waktu pertumbuhan tanaman (Kartasapoetra, 1990, hal. 66-
67).
3. Pengendali Hayati (Biopestisida)
Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan
musush-musuh alaminya seperti predator, parasitoid, dan pathogen.
Pengendalian hayati sesungguhnya telah terjadi di alam, tetapi kadang-kadang
berada dalam tingkat yang rendah sehingga diperlukan campur tangan manusia
untuk menginfeksikannya. Pengendalian hama oleh musuh-musuh alami atau
faktor-faktor lain yang berlangsung di alam (tanpa campur tangan manusia)
disebut sebagai pengendaliana alamiah (natural control) (Harahap, 1994, hal.
37).
Biopestisida atau pestisida hayati adalah pestisida yang bahan aktifnya
berasal dari mikroorganisme, seperti cendawan, bakteri, nematode dan virus.
Berbeda dengan pestisida yang mengandung zat racun sehingga berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan, biopestisida dan pestisida nabati lebih ramah
lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Meidiantie, dkk. 2010,
hal.13).
Pestisida nabati merupakan suatu bahan atau campuran bahan alami yang
diproses dan digunakan untuk mengendalikan atau membunuh jasad
47
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pengganggu (hama dan penyakit). Bahan-bahan alami ini didapat dari berbagai
jenis tanaman dan mikroorganisme (Glio, 2017, hal.10).
Selain penyakit, kendala utama dalam budidaya tanaman adalah serangan
hama seperti kumbang pemakan daun, penggerak batang, dan penggorok daun.
Hal ini disebabkan, serangan hama dapat menimbulkan kerugian berupa
kerusakan seluruh areal tanaman (mencapai 100%) (Meidiantie, dkk. 2010,
hal.13-14).
Bio-insektisida merupakan jenis biopestisida yang digunakan unuk
mengendalikan hama, seperti serangga atau tungau. Bahan aktif pada bio-
insektisida adalah mikroorganisme yang dapat menginfeksi hama sehingga hama
tidak lagi menyebabkan kerusakan pada tanaman. Jenis mikroorganisme yang
digunakan sebagai bio-insektisida mempunyai sifat yang spesifik, yaitu hanya
menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak menyerang serangga
lainnya (Meidiantie, dkk. 2010, hal.14-15). Hal ini akan menyebabkan
terjadinya mortalitas, dimana mortalitas menyatakan kematian individu-individu
suatu populasi. Angka kematian ekologik (angka kematian nyata) adalah matinya
individu-individu dalam keadaan tertentu; sedangkan angka kematian minimum
(secara teoritis) menyatakan kematian individu-individu dalam keadaan yang
ideal (Odum, 1971) dalam (Oka, 1995, hal. 48).
a. Kelebihan Pestisida Nabati
Menurut Glio (2017, hal.11-13), pestisida nabati memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya yaitu:
1. Ramah lingkungan karena pestisida nabati memiliki material organik
yang mudah terurai. Dengan begitu, dampak racunnya tidak menetap
dalam waktu yang lama di alam bebas.
2. Residu pestisida nabati bersifat mudah terurai, sehingga tidak
bertahan lama pada tanaman.
3. Tidak beracun bagi manusia.
4. Bahan untuk memproduksi pestisida nabati relative mudah
didapatkan.
48
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5. Proses pembuatan pestisida nabati mudah dilakukan.
6. Mudah diaplikasikan.
7. Tidak mematikan bagi hewan predator hama.
8. Penggunaan pestisida nabati memberikan nilai tambah pada produk
yang dihasilkan.
9. Pembutan pestisida nabati bisa dilakukan sendiri sehingga
menghemat pengeluaran biaya produksi.
10. Penggunaan pestisida nabati yang diintegrasikan dengan konsep
pengendalian hama terpadu tidak akan menyebabkan kekebalan pada
hama.
11. Berefek menghentikan nafsu makan hama, terutama serangga,
walaupun jarang menyebabkan kematian.
12. Daya racun sangat rendah terhadap hewan, manusia, dan lingkungan.
13. Memiliki dampak pengendalian yang luas (racun lambung dan saraf)
dan bersifat selektif.
14. Dapat diandalkan untuk mengatasi organisme pengganggu tanaman
yang kebal pada pestisida kimia.
15. Tidak meracuni dan merusak tanaman.
16. Biaya pembuatannya relative murah dan tidak menguras kantong
petani.
b. Kekurangan Pestisida Nabati
Menurut Glio (2017, hal.14), pestisida nabati memiliki beberapa
kekurangan, diantaranya yaitu:
1. Tidak tahan lama. Pestisida nabati tidak bisa disimpan dalam jangka
waktu yang lama.
2. Bahan baku pestisida nabati tidak tersedia dalam jumlah besar dan
kontinu, sehingga volume produksi belum bisa dilakukan dalam
jumlah besar.
49
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Daya kerja penyemprotan pestisida nabati tidak secepat pestisida
kimia.
4. Mudah menguap karena intensitas matahari tinggi.
5. Mudah terurai karena jatuhnya air hujan.
6. Daya racun rendah, relative tidak langsung mematikan bagi hama
sasaran, tetapi sifatnya melemah.
c. Cara Kerja Pestisida Nabati
Menurut Glio (2017, hal.14-15), pestisida nabati memiliki beberapa
daya kerja terhadap organisme pengganggu tanaman, diantaranya yaitu:
1. Bersifat repellent atau menolak kehadiran serangga. Sifat ini muncul
karena aroma atau bau pestisida nabati cukup menyengat.
2. Bersifat antifeedant Atau menimbulkan rasa yang tidak disukai oleh
serangga, sehingga serangga enggan untuk memakan tanaman.
3. Bekerja mengatasi hama dengan cara merusak perkembangan telur,
larva, dan pupa.
4. Bekerja dengan cara menghambat sistem reproduksi hama serangga
betina.
5. Bersifat sebagai racun saraf.
6. Bekerja dengan cara mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh
serangga.
7. Bersifat attractant, yakni pemikat kehadiran serangga yang dapat
dipakai pada perangkap serangga.
8. Bekerja dengan cara mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri.
9. Bersifat menghambat pergantian kulit serangga.
10. Bersifat mengganggu komunikasi serangga.
50
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian telah dilakukan terkait dengan Ekstrak Daun Pepaya (Carica
Papaya L.) Sebagai Biopestisida Hama Ulat Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica
juncea L.) dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:
1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Laila Fajri, Tuti Heiriyani, dan Hilda
Susanti yang berjudul “Pengendalian Hama Ulat Menggunakan Larutan Daun
Pepaya Dalam Peningkatan Produksi Sawi (Brassica Juncea L.)”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Larutan daun pepaya berpengaruh terhadap
serangan ulat tritip, krop dan ulat grayak dan produksi sawi. Larutan daun
pepaya konsentrasi 100% pada penelitian ini adalah yang terbaik menekan
serangan hama ulat pemakan daun dan produksi sawi. Namun, hasil dan
produksi sawi dalam penelitian ini masih di bawah potensi produksinya.
2. Penelitian yang telah dilakukan oleh M. Thamrin, S. Asikin, dan M. Willis yang
berjudul “Tumbuhan Kirinyu Chromolaena Odorata (L) (Asteraceae:
Asterales) Sebagai Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak
(Spodoptera Litura)”. Hasil penelitian ini menunjukkan Ekstrak daun kirinyu
efektif mengendalikan ulat grayak dengan mortalitas 80-100%, serta menekan
tingkat kerusakan kedelai hingga 55,2%. Pryrrolizidine alkaloids yang
terkandung dalam tumbuhan kirinyu memiliki sifatracun. Selain kirinyu,
sungkai, gelam, cambai, kepayang, dan kalalayu juga berpotensi sebagai bahan
utama insektisida nabati.
3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nechiyana, Agus Sutikno, Desita Salbiah
yang berjudul “Penggunaan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Untuk
Mengendalikan Hama Kutu Daun (Aphis gossypii Glover) Pada Tanaman Cabai
(Capsicum annum L.)” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Konsentrasi
ekstrak daun pepaya 20 g/l air telah mampu mengendalikan kutu daun Aphis
gossypii dengan mortalitas total sebesar 91,99%. Konsentrasi yang mampu
untuk mematikan serangga uji pada LC50 adalah 0,33% dan konsentrasi yang
51
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
tepat untuk mengendalikan untuk mematikan serangga uji pada LC95 adalah
2,70.
Tabel 2.1:
Penelitian yang Relevan
No Judul/Nama Hasil Persamaan Perbedaan
1. Laila Fajri, Tuti
Heiriyani, dan
Hilda Susanti
yang berjudul
“Pengendalian
Hama Ulat
Menggunakan
Larutan Daun
Pepaya Dalam
Peningkatan
Produksi Sawi
(Brassica
Juncea L.)”
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
Larutan daun pepaya
berpengaruh terhadap
serangan ulat tritip, krop
dan ulat grayak dan
produksi sawi. Larutan
daun pepaya konsentrasi
100% pada penelitian ini
adalah yang terbaik
menekan serangan hama
ulat pemakan daun dan
produksi sawi. Namun,
hasil dan produksi sawi
dalam penelitian ini
masih di bawah potensi
produksinya.
Menggunakan
Larutan Daun
Pepaya
Untuk
mengendalik
an serangan
ulat tritip,
krop dan ulat
grayak dan
produksi
sawi.
2. M. Thamrin, S.
Asikin, dan M.
Willis yang
berjudul
“Tumbuhan
Kirinyu
Chromolaena
Hasil penelitian ini
menunjukkan Ekstrak
daun kirinyu efektif
mengendalikan ulat
grayak dengan mortalitas
80-100%, serta menekan
tingkat kerusakan kedelai
Untuk
mengendalikan
ulat tetapi pada
penelitian ini
menggunakan
ulat grayak.
Menggunaka
n ekstrak
daun kirinyu.
Untuk
mengendalik
an ulat
grayak.
52
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Odorata (L)
(Asteraceae:
Asterales)
Sebagai
Insektisida
Nabati Untuk
Mengendalikan
Ulat Grayak
(Spodoptera
Litura)”.
hingga 55,2%.
Pryrrolizidine alkaloids
yang terkandung dalam
tumbuhan kirinyu
memiliki sifatracun.
Selain kirinyu, sungkai,
gelam, cambai,
kepayang, dan kalalayu
juga berpotensi sebagai
bahan utama insektisida
nabati.
3. Nechiyana,
Agus Sutikno,
Desita Salbiah
yang berjudul
“Penggunaan
Ekstrak Daun
Pepaya (Carica
papaya L.)
Untuk
Mengendalikan
Hama Kutu
Daun (Aphis
gossypii Glover)
Pada
Tanaman Cabai
(Capsicum
annum L.)”
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
Konsentrasi ekstrak daun
pepaya 20 g/l air telah
mampu mengendalikan
kutu daun Aphis gossypii
dengan mortalitas total
sebesar 91,99%.
Konsentrasi yang mampu
untuk mematikan
serangga uji pada LC50
adalah 0,33% dan
konsentrasi yang tepat
untuk mengendalikan
untuk mematikan
serangga uji pada LC95
adalah 2,70.
Menggunakan
ekstrak daun
pepaya sebagai
pestisida
alami.
Untuk
mengendalik
an kutu daun
Aphis
gossypii
53
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
C. Kerangka Berfikir
Hama pada tanaman diantaranya terdiri dari mamalia dan serangga. Pada
mamalia seperti babi, kambing, dan tikus, sedangkan pada serangga seperti jangkrik,
wereng, dan ulat. Dalam pengendalian hama ulat terdapat dua jenis pestisida yaitu
kimia dan alami. Namun, pada umumnya masyarakat masih menggunakan petisida
kimia dalam mengendalikan hama ulat pada tanaman sawi. Padahal jika dilihat dari
segi kesehatan pestisida kimia memiliki dampak negatif yang sangat berbahaya bagi
tubuh manusia, selain itu juga berakibat pada hewan dan tanah. Sehingga perlu
dilakukan dalam mengendalikan hama ulat dengan menggunakan tumbuhan yang
berpotensi sebagai pestisida alami, pestisida alami adalah pestisida yang tidak
membahayakan lingkungan. Pestisida alami bisa dibuat sendiri secara sederhana dan
bahan-bahannya mudah didapat serta tidak membutuhkan biaya yang mahal, di alam
banyak terdapat tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida alami untuk
mengendalikan hama seperti daun sirsak, daun melinjo, daun sirih, dan daun pepaya.
Salah satu daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya. Pada
daun pepaya terdapat alkaloid karpin dan proteolitik papain yang berfungsi sebagai
racun bagi hama ulat. Sehingga pengendalian hama ulat pada tanaman sawi yang
dilakukan oleh masyarakat tidak menggunakan pestisida kimia, namun dengan
menggunakan pestisida alami sehingga masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak
meninggalkan zat yang berbahaya bagi tubuh. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada
gambar 2.12 dibawah ini:
54
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Catatan: Bagian dari keseluran
Bagian yang diuji
Gambar 2.12: Kerangka Berfikir
Hama Pada Tumbuhan
Hewan Mamalia Serangga
- Kambing
- Tikus
- Babi
Wereng Ulat Jangkrik
Bio-pestisida Pestisida Kimia
Daun Sirsak
Larutan Ekstrak Daun Pepaya
Hama Ulat Pada
Tanaman Sawi
Daun Sirih Daun Melinjo Daun Pepaya
- Masyarakat mulai menggunakan pestisida alami sebagai
mengendalikan hama.
- Masyarakat menjadi lebih sehat dengan menggunakan pestisida
alami karena tidak meninggalkan zat yang berbahaya bagi tubuh.
55
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gerunggung, Kec. Sekernan. Kab. Muaro
Jambi. Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 20 sampai dengan 26 Juli
2018.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, gelas ukur, baker
glas, hand sprayer, alat tulis, baskom, corong, pisau, timbangan, kamera, toples, dan
penyaring. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Air/Aquades, 200 gram daun pepaya dan ulat tritip (Putella xylostella).
C. Prosedur Kerja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Dalam penelitian eksperimen ternyata terdapat adanya perlakuan
(treatment). Penelitian ini dapat di golongkan kedalaman jenis penelitian murni
(sains). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan yang
mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogeny, sehingga
RAL banyak digunaka untuk percobaan laboratorium, rumah kaca, dan peternakan
(Ajdi, 2000, hal. 53).
Percobaan dalam penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan dengan diulang
sebanyak 3 kali.
56
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 3.1:
Denah Percoaan Dilapangan
K0
(1)
K1
(2)
K2
(3)
K3
(4)
K0
(8)
K1
(7)
K2
(6)
K3
(5)
K0
(9)
K1
(10)
K2
(11)
K3
(12)
Adapun cara atau prosedur kerja dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan menyiapkan semua alat dan bahan yang
diperlukan seperti menyiapkan wadah dan ulat. Ulat yang telah disiapkan kemudian
diseleksi dengan dilakukan pemilihan ulat yang sehat dan tidak cacat. Diambil 5
ekor ulat untuk 1 kontrol dan 3 perlakuan.
2. Tahap Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya
Dalam pembuatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L) yaitu dilakukan
pengambilan daun pepaya sebanyak 200 gram. Daun yang telah diambil kemudian
dicuci dengan air sampai bersih dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
dalam suhu ruangan. Setelah itu, dipotong kecil-kecil dan dilanjutkan dengan
memblender daun pepaya sampai halus. Setelah halus, kemudian ditambahkan
air/aquades sebanyak 1000 ml sebagai pelarut dan diamkan selama 24 jam,
kemudian disaring. Dalam penelitian ini menggunakan larutan uji yang
berkonsentrasi 0% (kontrol), 30%, 70%, dan 100%. Pembuatan konsentrasi ekstrak
daun pepaya sebanyak 0% (kontrol), 30%, 70%, dan 100% dilakukan dengan
mengencerkan larutan eksrak daun pepaya menggunakan air 2 ml. Pada perlakuan
kontrol (konsentrasi 0%) hanya memakai air/akuades.
3. Tahap Aplikasi Ekstrak Daun Pepaya
Dalam pengaplikasian larutan ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi 0%
(kontrol), 30%, 70%, dan 100% yaitu dengan dilakukan penyemprotan
57
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
menggunakan hand sprayer sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan pada
setiap perlakuan yang akan diuji.
4. Parameter Pengamatan
Pengamatan yang diamati adalah jumlah ulat yang mati setelah diberikan
larutan ekstrak daun pepaya.
D. Analisis Data
Analisis varian merupakan uji perhitungan yang diterapkan untuk data yang
dihasilkan oleh eksperimen yang diancang atau pada kasus dimana data dikumpul
pada variable yang terkontrol. Tujuan analisis varian untuk melokasi variable-
variabel yang penting dalam suatu penelitian dan menentukan bagaimana mereka
berinteraksi dan mempengaruhi respons. Model dimana sistimatis ANOVA,
sebagai berikut :
Keterangan:
Xij = hasil pengamatan dari perlakuan ke-I ulangan ke-j
μ = nilai rata-rata (mean)
αi = pengaruh variable ekstrak daun papaya ke-i
∑ij = pengaruh galat pada perlakuan ke-I ulangan ke-j
Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi dalam uji aktifitas ekstrak daun
pepaya sebagai pengendali hama ulat, maka data kuantitatif dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam ANOVA. Bila berpengaruh dilanjutkan dengan uji BNT
pada taraf 5%. Langkah-langkah sidik ragam ANOVA (Adji, 2000, hal.53-57).
1. Menggunakan tabel data pengamatan.
2. Menentukan derajat bebas (DB) untuk perlakuan, galat dan total.
a) Db Total = jumlah seluruh observasi – 1.
b) Db Perlakuan = jumlah perlakuan – 1.
58
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c) Db Galat = db total – db perlakuan.
3. Menghitung jumlah kuadrat (JK)
a) T = jumlah perlakuan, r jumlah ulangan.
b) Faktor korelasi (FK) =
c) JK total = Yij2 – FK
d) JK perlakuan =
- FK
e) JK galat = JK total – JK perlakuan
4. Menghitung kuadrat tengah (JT)
a) KT perlakuan =
b) KT galat =
5. Mencari =
6. Mengamati tabel F taraf signifikasi 5%
7. Mengisi tabel ANOVA dengan nilai-nilai yang diperoleh
Tabel 3.2:
Sidik Ragam Rancangan Penelitian
Sumber
Keterangan
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah (KT)
Fhitung Ftabel
5%
Perlakuan t-1 JKP JK P/(t-1) KTP/KTG
Galat (rt-1) - (t-1) JKG JK G/(RT-1)
Total rt-1 JKP + JKG
Sumber : Adji Sastrosupadi (2018, hal.54)
Uji ANOVA hanya memberikan indikasi tentang ada tidaknya beda antar
rata-rata dari keseluruhan, namun belum memberikan informasi tentang ada
tidaknya perbedaan antar individu perlakuan yang satu dengan individu perlakuan
yang lainnya. Apabila ada 4 perlakuan yang ingin diuji, misalnya perlakuan A, B,
59
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
C, dan D. maka bila uji ANOVA menginformasikan adanya perbedaan yang
signifikan antar rata-rata perlakuan, namun belum tentu perlakuan A berbeda
dengan rata-rata perlakuan B, dan seterusnya. Untuk uji yang lebih mendalam maka
meski dilakukan uji lanjut (Post hoc test). Ada berbagai macam uji lanjut, untuk
menentukan uji lanjutan yang sesuai maka harus diperhatikan apakah uji yang
digunakan adalah uji perbandingan yang bersifat terencana atau tidak.
Perbandingan terencana adalah perbandingan yang memang direncanakan sebelum
data suatu percobaan diperoleh atau sebelum percobaan dilakukan, sedangkan
perbandingan tidak terencana adalah perbandingan setelah data diperoleh.
Pada penelitian ini menggunakan jenis uji lanjut berupa uji BNT (Beda
Nyata Terkecil) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S)
8. Uji BNT
Pada penelitian ini jenis uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) atau
lebih dikenal dengan uji LSD (Least Significance Different) adalah metode
yang dikenalkan oleh Ronald Fisher. Metode ini menjadikan nilai BNT nilai
LSD sebagai acuan dalam menentukan apakah rata-rata dua perlakuan berbeda
secara statistik atau tidak. BNT diturukan dari rumus Uji t yang digunakan
untuk membandingkan atau menguji dua nilai tengah yang memang
berdekatan. Uji ANOVA hanya memberikan indikasi tentang ada tidaknya
beda antar rata-rata dari keseluruhan perlakuan, namun belum memberikan
informasi ada tidaknya perbedaan antara individu perlakuan yang satu dengan
individu lainnya, maka dilakukan uji lanjut BNT untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan antar tiap individu perlakuan.
Rumus: BNT = ( ) √
60
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pengaruh Komposisi Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)
yang Efektif Sebagai Biopestisida Hama Ulat pada Tanaman
Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
Komposisi ekstrak daun pepaya yang efektif sebagai biopestisida
hama ulat perusak daun (Plutella xylostella) pada tanaman sawi hijau
(Brassica juncea L.) selama melakukan penelitian diukur dengan
membandingkan jumlah rata-rata hama ulat perusak daun (Plutella
xylostella) yang mati pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) pada
setiap perlakuan setelah diaplikasikan dengan ekstrak daun pepaya
(Carica papaya L.) mulai dari penyemprotan pertama sampai
penyemprotan terakhir. Kemudian data yang diperoleh dianalisis secara
sistematis menggunakan ANOVA satu jalur.
Tabel 4.1.
Jumlah Rata-rata Hama Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella) yang Mati
Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
Perlakuan Rata-Rata Perlakuan
Rata-Rata
I II III Jumlah
0% (Kontrol) 0 0 0 0 0**
30% 3 4 4 11 5,5
70% 4 5 3 12 6
100% 5 4 6 15 7,5*
Total 12 13 13 38
Ket* = Tidak berbeda nyata
Ket** = Beda nyata
61
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan hasil rata-rata hama ulat perusak daun (Plutella
xylostella) yang mati pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) yang
ditunjukkan pada tebel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata pada perlakuan tanpa menggunakan ekstrak daun
pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi (0%) diperoleh rata-rata
0, pada perlakuan menggunakan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
dengan konsentrasi (30%) diperoleh rata-rata 5,5, pada perlakuan
menggunakan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan
konsentrasi (70%) diperoleh rata-rata 6, dan perlakuan ekstrak daun
pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi (100%) diperoleh rata-
rata 7,5.
Distribusi hasil pengamatan pada jumlah hama ulat perusak daun
(Plutella xylostella) yang mati pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea
L.) terdapat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1: Grafik Rata-Rata Jumlah Ulat Perusak Daun (Plutella
xylostella) yang mati pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan 0%
(kontrol) yang tidak diberi ekstrak daun pepaya menghasilkan nilai 0,
0
1
2
3
4
5
6
7
0% 30% 70% 100%
I
II
III
62
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
yang artinya tidak terdapat satupun ulat yang mati dibandingkan dengan
perlakuan yang lain. Sedangkan ulat yang diberikan ekstrak daun pepaya
dengan konsentrasi 100% menunjukkan lebih banyak terdapat ulat yang
mati. Hal ini terjadi karena ekstrak daun pepaya mengandung senyawa-
senyawa kimia berupa alkaloid, karbohidrat, saponin, glikosida, protein
dan asam amino, phytosterol, senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid,
tanin. Daun pepaya juga mengandung enzim protease papain dan
kimopapain yang merupakan racun bagi serangga pemakan tumbuhan
(Baskaran, dkk (2012) dalam (Fajri, dkk. 2017, hal. 69-17).
Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antar variable maka dilakukan analisis one way anova yang
terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4.2.
Hasil Uji Analisis One Way Anova Rata-rata Hama Ulat Perusak Daun
(Plutella xylostella) yang Mati Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea
L.)
Sumber
Keterangan
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT) Fhitung
Ftabel
5%
Perlakuan 3 43,00003333 14,33334444 24,571448 3,49029482
Galat 8 4,666666667 0,583333333 - -
Total 11 47,6667 - - -
Hasil Uji Analisis One Way Anova pada tabel 4.2 menujukkan
bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 24,571448 dan nilai Ftabel pada taraf α
5% adalah 3,49029482, yang berarti nilai Fhitung 24,571448 > Ftabel
3,49029482, artinya hasil ini membuktikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan pada komposisi ekstrak daun pepaya yang efektif sebagai
biopestisida hama ulat perusak daun (Plutella xylostella) pada tanaman
sawi hijau (Brassica juncea L.).
63
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
B. PEMBAHASAN
1. Pengaruh Komposisi Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)
yang Efektif Sebagai Biopestisida Hama Ulat pada Tanaman
Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
Ulat perusak daun (Plutella xylostella) yang menyerang tanaman
sawi berwarna hijau. Panjang ulat sekitar 18 mm punggungnya terdapat
garis berwarna hijau muda. Sisi kiri dan kanan punggung warnanya lebih
tua dan ada rambut dari kitin yang warnanya hitam. Bagian sisi perut
berwarna kuning. Ada juga yang warnanya kuning disertai rambut hijau.
Ngengat ulat ini termasuk binatang malam, tetapi tidak mau mendatangi
cahaya. Hama ini bertelur dibalik daun dalam kelompok yang terdiri dari
30-80 butir. Luas tiap kelompok kira-kira 3 mm x 5 mm. ngengat betina
bisa hidup sampai 24 hari dan dapat menghasilkan telur sampai 18
kelompok. Jadi, selama hidupnya ngengat bisa bertelur sampai 1,460
butir. Setelah menetas, ulat segera memakan daun dengan lahapnya,
terutama daun bagian dalam yang tertutup oleh daun luar (Pracaya, 2007,
hal. 140-141).
Adapun klasifikasi ulat perusak daun (Plutella xylostella)
menurut Pracaya, (2007) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Haxapoda
Ordo : Lepidopetra
Sub ordo : Microlepidopetra
Family : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella
Hama yang banyak menyerang tanaman sawi terutama ulat yang
memakan daun. Gejalanya terlihat pada bekas-bekas gigitan berupa
robekan tidak merata di daun sawi atau lubang-lubang (Nazarudin, 1994,
64
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
hal. 81). Plutella xylostella yang merupakan ulat memakan daun,
sehingga daun tampak berlubang-lubang. Ngengatnya berwarna coklat,
dengan panjang tubuh 5-9 mm. waktu ngengat sedang istirahat, antenna
lurus ke depan. Ngengat jantan kelihatan lebih disbanding ngengat
betina, demikian pula warnanya lebih cerah. Telurnya pipih, oval,
berwarna kuning cerah. Ukuran diameter telur 0,25 mm dengan panjang
0,5 mm. telur diletakkan terpisah dalam satu kelompok pada daun. Masa
penetasan telur 3-5 hari. Ulat yang baru menetas berukuran panjang 1,2
mm, berwarna hijau cerah, dengan kepala kelihatan hitam. Ulat yang
sudah tumbuh sempurna ukuannya antara 8-11 mm panjangnya,
sedangkan diameternya 1,2-1,5 mm dan berwarna kehijau-hijauan atau
cerah. Tubuh ulat dilengkapi dengan bulu-bulu tau set. Lama stadia ulat
7-11 hari. Pupa, pada mulanya berwarna hijau, selanjutnya berwarna
kuning pucat, dengan warna kecoklatan-coklatan pada bagian
punggungnya. Panjang pupa 5-6 mm, dengan diameter 1,2-1,5 mm. pupa
tertutup oleh kokon dengan masa pupa 3-6 hari; total perkembangannya
13-22 hari (Sudarmo, 2003, hal. 14).
Ulat ini perilakunya bergerombol saat menyerang tanaman. Ulat
perusak daun lebih suka menyerang pucuk tanaman. Akibatnya, daun
muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serangan sudah sampai
ke titik tumbuh tunas, pertumbuhan tanaman akan terhenti (Wahyudi,
2010, hal. 70).
65
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel hasil pengamatan setiap perlakuan pada jumlah hama ulat
perusak daun (Plutella xylostella) yang mati pada tanaman sawi hijau
(Brassica juncea L.) terdapat dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3: Kotak Uji 0 % (Kontol)
Perlakuan Rata-Rata Perlakuan Jumlah
I II III
0% (Kontrol) 0 0 0 0
Total 0 0 0
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 4.3
di atas, menunjukkan bahwa hasil data penelitian jumlah ulat yang mati
setelah pengaplikasian dengan konsentrasi 0% (kontrol) yang tidak
menggunakan ekstrak daun pepaya menunjukkan bahwa tidak ada ulat
yang mati satupun yaitu sebanyak 0 ulat. Hal ini terjadi karena, tidak
menggunakan ekstrak daun pepaya yang mengandung senyawa-senyawa
kimia berupa alkaloid, karbohidrat, saponin, glikosida, protein dan asam
amino, phytosterol, senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, tanin. Daun
pepaya juga mengandung enzim protease papain dan kimopapain yang
merupakan racun bagi serangga pemakan tumbuhan (Baskaran, dkk
(2012) dalam (Fajri, dkk. 2017, hal. 69-17).
Tabel 4.4: Kotak Uji 30 %
Perlakuan Rata-Rata Perlakuan Jumlah
I II III
30% 3 4 4 11
Total 3 4 4
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 4.4
di atas, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya sebagai
66
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
biopestisida dapat mengendalikan hama ulat perusak daun (Plutella
xylostella). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menggunakan
ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi (30%) menunjukkan bahwa
terdapat ulat yang mati sebanyak 11 ulat. Hal ini terjadi karena ekstrak
daun pepaya yang mengandung senyawa-senyawa kimia berupa alkaloid,
karbohidrat, saponin, glikosida, protein dan asam amino, phytosterol,
senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, tanin. Daun pepaya juga
mengandung enzim protease papain dan kimopapain yang merupakan
racun bagi serangga pemakan tumbuhan (Baskaran, dkk (2012) dalam
(Fajri, dkk. 2017, hal. 69-17).
Tabel 4.5: Kotak Uji 70 %
Perlakuan Rata-Rata Perlakuan Jumlah
I II III
70% 4 5 3 12
Total 4 5 3
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 4.5
di atas, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya sebagai
biopestisida dapat mengendalikan hama ulat perusak daun (Plutella
xylostella). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menggunakan
ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi (70%) menunjukkan bahwa
terdapat ulat yang mati sebanyak 12 ulat. Hal ini terjadi karena ekstrak
daun pepaya yang mengandung senyawa-senyawa kimia berupa alkaloid,
karbohidrat, saponin, glikosida, protein dan asam amino, phytosterol,
senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, tanin. Daun pepaya juga
mengandung enzim protease papain dan kimopapain yang merupakan
racun bagi serangga pemakan tumbuhan (Baskaran, dkk (2012) dalam
(Fajri, dkk. 2017, hal. 69-17).
67
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 4.6: Kotak Uji 100 %
Perlakuan Rata-Rata Perlakuan Jumlah
I II III
100% 5 4 6 15
Total 5 4 6
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 4.6
di atas, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya sebagai
biopestisida dapat mengendalikan hama ulat perusak daun (Plutella
xylostella). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menggunakan
ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi (100%) yang menunjukkan
bahwa terdapat ulat yang mati sebanyak 15 ulat. Hal ini terjadi karena
ekstrak daun pepaya yang mengandung senyawa-senyawa kimia berupa
alkaloid, karbohidrat, saponin, glikosida, protein dan asam amino,
phytosterol, senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, tanin. Daun pepaya
juga mengandung enzim protease papain dan kimopapain yang
merupakan racun bagi serangga pemakan tumbuhan (Baskaran, dkk
(2012) dalam (Fajri, dkk. 2017, hal. 69-17).
Dari pernyataan diatas, dapat terlihat bahwa konsentrasi 100%
ekstrak daun pepaya yang digunakan sebagai biopestisida dalam
penelitian ini lebih efektif dalam mengendalikan hama ulat perusak daun
(plutella xylostella) yang dibuktikan dari perolehan data hasil penelitian
bahwa jumlah rata-rata ulat yang mati sebanyak 7,5 ulat dan
menunjukkan bahwa konsentrasi 100% jumlah rata-rata ulat yang mati
lebih banyak dari pada konsentrasi 0%, 30%, dan 70% ekstrak daun
pepaya.
Hal ini dikarenakan ekstrak daun pepaya mengandung senyawa-
senyawa kimia berupa alkaloid, karbohidrat, saponin, glikosida, protein
dan asam amino, phytosterol, senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid,
tanin. Daun pepaya juga mengandung enzim protease papain dan
68
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kimopapain yang merupakan racun bagi serangga pemakan tumbuhan
(Baskaran, dkk (2012) dalam (Fajri, dkk. 2017, hal. 69-17).
Berdasarkan pernyataan di atas dikarenan pestisida nabati
memiliki beberapa daya kerja terhadap organisme pengganggu tanaman,
diantaranya: Bersifat repellent atau menolak kehadiran serangga. Sifat
ini muncul karena aroma atau bau pestisida nabati cukup menyengat.
Bersifat antifeedant Atau menimbulkan rasa yang tidak disukai oleh
serangga, sehingga serangga enggan untuk memakan tanaman. Bekerja
mengatasi hama dengan cara merusak perkembangan telur, larva, dan
pupa. Bekerja dengan cara menghambat sistem reproduksi hama
serangga betina. Bersifat sebagai racun saraf. Bekerja dengan cara
mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga. Bersifat
attractant, yakni pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada
perangkap serangga. Bekerja dengan cara mengendalikan pertumbuhan
jamur dan bakteri. Bersifat menghambat pergantian kulit serangga.
Bersifat mengganggu komunikasi serangga (Glio, 2017, hal.14-15).
69
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada penelitian ini, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
6. Pemberian ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi 100% menunjukkan
bahwa lebih efektif dalam mengendalikan hama ulat perusak daun (Putella
xylostella) pada tanaman sawi hijau. Hal ini dibuktikan dari perolehan data
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah rata-rata hama ulat yang
mati lebih banyak dengan menggunakan konsentrasi 100% ekstrak daun
pepaya.
B. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat terutama kepada
kelompok tani tentang keuntungan dan cara yang praktis dalam penggunaan
biopestisida, terutama biopestisida ekstrak daun pepaya sehinggan lebih
aman digunakan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan kimia pada daun
pepaya dan pengaruh konsentrasi biopestisida dari daun pepaya yang sesuai
dalam mengendalikan hama ulat.
70
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR PUSTAKA
Baga Kalie, Moehd. 1998. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penerba Swadaya.
Cahyono, Bambang. 2017. Pepaya (Budi Daya Intensif Organik dan Aorganik.
Bandung: Srikandi Empat Widya Cahyono.
D. Moniharapon, Debby dan Mechiavel Moniharapon. 2014. Ekstrak Etanol Daun
Melinjo (Gnetum gnemon L.) Sebagai Anti Feedant Terhadap Larva Ulat
Grayak (Spodoptera litura Fab.) Pada Tanaman Sawi (Brassica sinensis L.).
Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 10. No 2, Desember 2014, Halaman 100-104.
Departemen Agama RI. 1998. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. PT. Karya Toha Putra
Semarang.
Fajri, Laila, Dkk. (2017). Pengendalian Hama Ulat Menggunakan Larutan Daun Pepaya
Dalam Peningkatan Produksi Sawi (Brassica juncea L.). ZIRAA‟AH,
Volume 42 Nomor 1, Pebruari 2017 Halaman 69-76.
Glio, M.Tosin. 2017. Membuat Pestisida Nabati untuk Hidroponik, Akuaponik,
Veltikultur, & Sayuran Organik. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Haryanto, Eko, Dkk. 2003. Sawi & Selada. Jakarta: Penerba Swadaya.
Harahap, Idham Sakti. 1994. Seri PHT Hama Palawija. Jakarta: Penerba Swadaya.
Kartasapoetra. G. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA. Anggota IKAPI.
Kartasapoetra. G. A. 1990. Hama Tanaman Pangan Dan Perkebunan. Jakarta: BUMI
AKSARA.
Muljana, Wahju. 1990. Bercocok Tanam Pepaya. Semarang: CV. ANEKA ILMU.
Nazaruddin. 1994. Budi Daya Dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta:
PT. Penebar Swadaya.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penerba Swadaya.
Putri, Uut Utami. 2016. Untung Besar Dari Berkebun Pepaya. Jawa Barat: Akar Blusing
(PT. PAPALA) Jl. Kemang 1Kp. Cikumpa RT, 05/10 No. 3 A Sukma Jaya
Depok 16412.
71
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Rukmana, Rahmat. 1995. Papaya Budidaya & Pasca Panen. Yogyakarta: Pernerbit
KANISIUS (Anggota IKAPI)
Samadi, Budi. 2017. Teknik Budidaya Sawi Dan Pak Choy. Jakarta: Pustaka Mina Jl.
Jamuju Raya Blok XX No. 12 Depok Timur.
Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius
Sastrosupadi, Adji. 2018. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius
Soenandar, Meidiantie. Dkk. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
Soenandar, Meidiantie. Dkk. 2012. Membuat Pestisida Organik. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Sudarmo, Subiyakno. 2003. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija.
Yogyakarta: Pernerbit KANISIUS (Anggota IKAPI).
Sunarjo, Hendro. 2005. Bertanam 30 jenis sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sukino. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdyaan Masyarakat Tani Terobosan
menanggulangi kemiskinan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press.
Surachman, Enceng & Widada Agus Suryanto. 2007. Hama Tanaman Pangan,
Holtikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Yogyakarta: Pernerbit
KANISIUS (Anggota IKAPI).
Tim Penulis PS. 1996. Hama Penyakit Sayur dan Palawija Gejala, Jenis, dan
Pengendalian. Jakarta: Penerba Swadaya.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Wahyuni, Ila. 2016. Pengendalian Hama Pada Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor
L) Menggunakan Ekstrak Daun Papaya (Carica papaya L). (Skripsi) UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Zurnaini, Erna. 2018. Potensi Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa L.) Sebagai
Biopestisida Pada Tumbuhan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.).
(Skripsi) UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Zulkarnain. 2016. Budidaya Sayuran Tropis. Jakarta: Bumi Aksara.
72
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran1
Data hasil pengamatan
Tabel 1.
Pengaruh pemberian komposisi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai
biopestisida hama ulat pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)
Perlakuan Rata-Rata Perlakuan
Rata-Rata
I II III Jumlah
0% (Kontrol) 0 0 0 0 0
30% 3 4 4 11 5,5
70% 4 5 3 12 6
100% 5 4 6 15 7,5
Total 12 13 13 38
73
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 2
Uji Statistik pengaruh pemberian komposisi ekstrak daun pepaya (Carica papaya
L.) sebagai biopestisida hama ulat pada tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)
FK =
=
=
= 120,3333
JK Total = Yij2 – FK
=
) - FK
= (0 + 9 + 16 + 25 + 0 +16 + 25 +16 + 0 + 16 + 9 + 36) - FK
= 168 - 120,3333
= 47,6667
JK Perlakuan =
– FK
=
- FK
=
- FK
= 163,3333 - 120,3333
= 43,00003
Total percobaan - JK perlakuan
= 47,6667 - 43,00003
= 4,66667
74
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel Anova
Sumber
Keterangan
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT) Fhitung
Ftabel
5%
Perlakuan 3 43,00003333 14,33334444 24,571448 3,49029482
Galat 8 4,666666667 0,583333333 - -
Total 11 47,6667 - - -
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh Fhitung = 24,571448 dengan Ftabel di
lihat dari daftar distribusi uji F dengan α 0,05 dengan db perlakuan = 3 dan db galat
= 8 di dapat harga Ftabel = 3,49029482 maka Fhitung > Ftabel yang berarti berbeda
nyata.
Lanjut Uji BNT pengaruh pemberian komposisi ekstrak daun pepaya
(Carica papaya L.) sebagai biopestisida hama ulat pada tanaman sawi hijau
(Brassica juncea L.)
BNT = ( ) √
= √
= √
√
1,56
= 0,624
75
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 2
Dokumentasi Proses dan Hasil Penelitian
Persiapan Alat dan Bahan Penelitian
76
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Proses pembuatan ekstrak daun pepaya
77
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Proses pengaplikasian ekstrak daun pepaya
78
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
79
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
80
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
81
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
82
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
83
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
84
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi