Ekspor-Impor Migas

25
DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan ………………………………………………….. 2 1.1 Latar Belakang ..……………………………………………… 2 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………… 3 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ……………………………... 3 BAB II Kajian Teori …………………………………………………… 4 2.1 Pengertian Ekspor Impor ……………………………………. 4 2.2 Perdagangan Internasional …………………………………. 5 2.3 Kebijakan Ekspor Impor ……………………………………... 8 BAB III Pembahasan ………………………………………………….. 10 3.1 Perkembangan Ekspor Impor MIGAS Indonesia …………. 10 3.2 Analisa Kondisi dan Kebijakan MIGAS Indonesia ………... 11 BAB IV Penutup ……………………………………………………….. 16 BAB V Daftar Pustaka ………………………………………………... 18 1

description

Kondisi EX-Im Migas

Transcript of Ekspor-Impor Migas

Page 1: Ekspor-Impor Migas

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ………………………………………………….. 2

1.1 Latar Belakang ..……………………………………………… 2

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………… 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ……………………………... 3

BAB II Kajian Teori …………………………………………………… 4

2.1 Pengertian Ekspor Impor ……………………………………. 4

2.2 Perdagangan Internasional …………………………………. 5

2.3 Kebijakan Ekspor Impor ……………………………………... 8

BAB III Pembahasan ………………………………………………….. 10

3.1 Perkembangan Ekspor Impor MIGAS Indonesia …………. 10

3.2 Analisa Kondisi dan Kebijakan MIGAS Indonesia ………... 11

BAB IV Penutup ……………………………………………………….. 16

BAB V Daftar Pustaka ………………………………………………... 18

1

Page 2: Ekspor-Impor Migas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan ekonomi dunia tentu tidak terlepas dari akitifitas perdagangan antar

negara. Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda, suatu

negara mungkin saja memiliki sumber daya alam yang tidak terdapat di negara lain.

Suatu negara yang membutuhkan komoditi yang tidak tersedia di negaranya tetapi

tersedia di negara lain akan melakukan perdagangan atau pertukaran komoditi

dengan negara tersebut sehingga terjadilah kegiatan perdagangan antar negara

yang biasa disebut kegiatan ekspor dan impor. Pentingnya kegiatan tersebut

membuat tiap negara melakukan pengaturan atau kebijakan. Ekspor impor

merupakan kegiatan perdagangan yang memerlukan perhatian khusus bagi

pemerintah kita dimana begitu beraneka ragamnya permasalahan yang dihadapi.

Kebijakan ekspor impor pada awalnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan yang

tidak bisa dipenuhi oleh sumber daya yang ada di dalam negeri serta untuk

mengeratkan hubungan dengan negara. Kemudian berkembang menjadi alat untuk

menunjukkan eksistensi negara di dunia internasional. Selain itu, kebijakan ekspor

impor juga dapat menjadi media transfer kebudayaan dan teknologi.

Kini kebijakan ekspor impor sangat penting karena selain fungsi utamanya

untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga berpengaruh terhadap roda perekonomian

dalam negeri. Pemerintah harus melihat keadaan perekonomian dalam negeri,

merencanakan dan mempersiapkan serta menganalisis dampak dari kebijakan yang

akan dibuat. Kesiapan pelaku perekonomian dalam negeri terkait kebijakan ekspor

impor harus menjadi perhatian, agar kebijakan tersebut benar-benar memberikan

energi positif bagi perekonomian dalam negeri, bukan sebaliknya yang membuat

negeri ini diserbu barang-barang impor dengan harga dan kualitas yang tidak bisa

dikendalikan.

2

Page 3: Ekspor-Impor Migas

Perkembangan sektor MIGAS di Indonesia mempunyai dinamikanya sendiri.

Perubahan harga minyak dunia memaksa kita untuk menyesuaikan produksi,

konsumsi, dan kebijakan baik dalam dan luar negeri agar tetap tercapai

kesejahteraan untuk rakyat. Produksi dan Cadangan Terbukti Minyak kita turun

terus. Walaupun cadangan terbukti gas kita empat kali lipat cadangan Minyak tetapi

program konversi Minyak ke Gas Domestik tidak berjalan mulus. Sebagian besar

dari konsumsi MIGAS di Indonesia adalah untuk pembangkit listrik. Program 10.000

MW PLTU (Uap) Batubara tidak berjalan mulus dan sebagian besar produksi

batubara kita diekspor. PLTA (Air)  di luar Jawa kurang berkembang. PLTS (Surya)

dan PLTB (Bayu) banyak yang tidak berfungsi lagi. Kendala ini dapat meningkatkan

konsumsi MIGAS di tanah air sedangkan volume ekspor kita telah turun dalam

beberapa tahun ini. Kondisi tersebut memaksa pemerintah untuk mengoptimalkan

impor MIGAS dan pembatasan ekspor itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi pembahasan

dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Ekspor dan Impor ?

2. Bagaimana perkembangan Ekspor Impor MIGAS di Indonesia?

3. Bagaimana kebijakan dan peraturan Ekspor Impor MIGAS di Indonesia?

4. Apa yang menjadi masalah dalam Ekspor Impor?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun penulisan makalah ini diharapkan dapat mencapai tujuan dan manfaat

antara lain :

1. Untuk mempelajari tentang pengertian Ekspor dan Impor.

2. Untuk mengetahui perkembangan Ekspor Impor MIGAS di Indonesia.

3. Untuk mengetahui masalah dan pengaturan dalam Ekspor Impor MIGAS.

4. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam Ekspor Impor MIGAS.

3

Page 4: Ekspor-Impor Migas

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Ekspor Impor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke

negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada

umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam

negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya

membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.

Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah

impor.

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke

negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor

umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke

dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan

dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting

dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor.

Menurut Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal

Kemenkeu terdapat beberapa istilah dalam kegiatan ekspor-impor. Barang adalah

barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak

atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Daerah Pabean adalah

wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara

diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas

Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah

Pabean ke dalam Daerah Pabean. Ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan

barang dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.

4

Page 5: Ekspor-Impor Migas

2.2 Perdagangan Internasional

Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri,

perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara

lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat

menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang

impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya,

bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.

Beberapa konsep dan permodelan untuk menganalisa perdagangan

internasional telah dikemukakan oleh berbagai ahli ekonomi. Diantara beberapa

model yang ada adalah sebagai berikut,

I. Model Ricardian

Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin

merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam

Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang

mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini

memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh

dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Model Ricardian juga

tidak secara langsung memasukkan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari

buruh dan modal dalam negara.

II. Model Heckscher-Ohlin

Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan

dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih

rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari

sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan

dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan

internasional.

Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan

oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-

negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor

pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor

lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-O dikenal

5

Page 6: Ekspor-Impor Migas

sebagai Pradoks Leontief yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang

menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang

buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal.

III. Faktor Spesifik

Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah

mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor

spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari

produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori

mensugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor

produksi spesifik ke barang tersebut akan untung pada term sebenarnya. Sebagai

tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti buruh dan

modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk

pengendalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan

bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam

pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk

memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.

IV. Model Gravitasi

Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris

dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi,

pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan

interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi

Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda.

Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor

lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan

juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.

Perdagangan antar negara dapat dilakukan dengan beraneka cara diantaranya

adalah sebagai berikut,

I. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang di kirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum

yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu

transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai

6

Page 7: Ekspor-Impor Migas

dengan perturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang di peroleh dari ekspor

ini dapat di jual kepada Bank Indonesia, sedangkan eksportir menerima

pemabayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penatapan nilai kurs valuta

asing yang ditentukan dalam bursa valuta, atau juga dapat dipakai sendiri oleh

eksportir.

II. Barter

Barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan

langsung dengan barang, tidak menerima pembayaran di dalam mata uang rupiah.

Kalau kita mempelajari sejarah masyarakat primitif ataupun masyarkat suku

terasing, maka kebanyakan cara yang mereka tempuh dalam memenuhi

kebutuhannya adalah dengan cara “tukar-menukar” apa yang dipunyai

(diproduksinya) dengan barang apa yang di miliki tetangganya.

III. Konsinyasi (Consignment)

Pengiriman barang ke luar negeri untuk di jual sedangkan hasil penjualannya

diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi, dalam hal ini barang di kirim ke

luar negeri bukan untuk ditukarkan dengan barang lain seperti dalam hal barter, dan

juga bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan

seperti dalam hal ekspor biasa. Tegasnya di dalam pengiriman barang sebagai

barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu diluar negeri.

IV. Package-Deal

Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi Indonesia terutama dengan

negara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade

agreement) dengan salah satu negara pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang

tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dan dari negara itu akan diimpor

sejumlah jenis barang yang dihasilkan dari negara tersebut dan yang kiranya kita

butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi.

V. Penyelundupan (smuggling)

Di negara manapun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan

usaha yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri tanpa

mengindahkan peraturan yang berlaku. Ada saja dalam perdagangan luar negeri

golongan yang berusaha lolos dari peraturan pemerintah yang dianggapnya

merugikan kepentingannya.

7

Page 8: Ekspor-Impor Migas

2.3 Kebijakan Ekspor-Impor

Kebijakan (policy) merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah yang memiliki maksud untuk mencapai tujuan tertentu atau mengatasi

suatu persoalan. Berikut beberapa kebijakan yang ada dalam kegiatan ekspor-impor

Indonesia.

Kebijakan impor diantaranya yaitu,

a. Menaikkan tarif impor.

Untuk barang tertentu yang dapat menimbulkan persaingan dengan produk

lokal yang sejenis, dan atau memiliki harga jual yang lebih rendah dari harga barang

lokal yang sejenis, pemerintah menaikkan tarif impor agar harga barang impor di

pasar tidak terlalu rendah dan produk lokal mampu bersaing serta harga barang

tersebut di pasar tidak rusak serta tidak merugikan pelaku ekonomi dalam negeri.

Kebijakan ini merupakan salah satu langkah pemerintah dalam melindungi produsen

dan konsumen dalam negeri serta meningkatkan pendapatan negara.

b. Menurunkan tarif impor.

Untuk barang penting, langka, atau teknologi terbaru dimana produsen atau

prinsipal di negara asalnya masih berat untuk memasukkan barang ke Indonesia,

pemerintah memberikan stimulus agar importir atau prinsipal dalam negeri mau

mengimpor barang dalam jumlah yang dibutuhkan. Seperti mobil berteknologi Hybrid

yang ramah lingkungan serta lebih efisien dalam penggunaan energi, pemerintah

mendukung pabrikan Toyota untuk ersebut memasarkan produk kendaraan

hybridnya di Indonesia.

Pemerintah juga menjajaki produsen kendaraan hybrid untuk memproduksi

kendaraan  tersebut di dalam negeri dan hal itu sudah pasti akan menyerap tenaga

kerja.

c. Membatasi kuota impor.

Kebijakan ini diterapkan untuk barang impor yang bisa diproduksi di dalam

negeri. Pemerintah mengatur supply barang tersebut agar tidak berlebihan dan

menurunkan harga di pasar yang menurunkan pendapatan produsen lokal.

d. Meluncurkan sistem elektronik Indonesia National Single Window

Kebijakan ini untuk memperlancar arus impor dengan mempermudah proses

pengurusan dokumen. Proses impor yang mudah, cepat, dan lancar akan

8

Page 9: Ekspor-Impor Migas

menggerakan perekonomian dalam negeri, terutama untuk impor bahan baku

industri dalam negeri.

e. Larangan impor

Pemerintah mengeluarkan larangan ini paling utama atas dasar pertimbangan

keamanan lingkungan dan kesehatan, selain juga melindungi produsen dan

konsumen domestik. Barang yang dilarang ini antara lain limbah elektronik, limbah

B3, dan pakaian bekas.

Kebijakan ekspor diantaranya yaitu,

a. Kuota ekspor

Pemberlakuan kuota ini untuk menjamin persediaan barang di dalam negeri

sehingga harga tetap terjaga dan perekonomian tidak terganggu.

b. Subsidi

Kebijakan ini untuk mendukung produsen yang memproduksi barang ekspor

agar mampu bersaing dan memperluas pasar di luar negeri, sehingga meningkatkan

pendapatan nasional.

c. Tarif ekspor

Kebijakan ini memberikan bea ekspor khusus untuk merangsang kuantitas dan

kualitas ekspor.

d. Diskriminasi harga

Diskriminasi harga ini berdasarkan pertimbangan ekonomi, sosial, dan politik.

Diskriminasi harga utnuk negara tujuan ekspor tertentu bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

e. Larangan ekspor

Kebijakan larangan ekspor barang tertentu dengan alasan ekonomi, sosial, dan

politik, biasanya karena adanya hubungan yang kurang harmonis antar negara atau

untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan dalam negeri.

9

Page 10: Ekspor-Impor Migas

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Ekspor-Impor MIGAS Indonesia

Peningkatan kegiatan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun

1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan

ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada

industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri

membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestic menjadi

sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk, selain

harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.

Nilai ekspor Indonesia Januari 2012 mencapai US$15,49 miliar atau mengalami

penurunan sebesar 9,28 persen dibanding ekspor Desember 2011. Sementara bila

dibanding Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 6,07 persen. Menurut

sektor, ekspor hasil industri Januari 2012 naik sebesar 2,08 persen dibanding bulan

yang sama tahun 2011, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 14,82

persen sedangkan ekspor hasil pertanian turun sebesar 1,82 persen.

Nilai impor Indonesia Januari 2012 sebesar US$14,57 miliar atau turun 11,57

persen dibanding impor Desember 2011 yang besarnya US$16,48 miliar, sedangkan

jika dibanding impor Januari 2011 (US$12,56 miliar) naik 16,02 persen. Impor migas

Januari 2012 sebesar US$2,99 miliar atau turun US$0,66 miliar (18,05 persen)

dibanding impor migas Desember 2011 (US$3,65 miliar), sedangkan jika dibanding

impor bulan yang sama tahun sebelumnya (US$2,97 miliar) terjadi peningkatan

US$0,02 miliar atau 0,58 persen. Nilai impor semua golongan penggunaan barang

Januari 2012 dibanding impor bulan yang sama tahun sebelumnya masing-masing

meningkat, yaitu impor barang konsumsi sebesar 8,71 persen, bahan baku/penolong

sebesar 11,19 persen, dan barang modal sebesar 41,26 persen.

Pengamat Migas Effendi Siradjudin memperhitungkan impor minyak Indonesia

akan mencapai lebih dari satu miliar barel di tahun 2019. “Konsumsi minyak kita

tahun 2014 sudah akan mencapai 2,4 juta barel per hari, tahun 2019 sudah akan

10

Page 11: Ekspor-Impor Migas

mencapai 3,4 juta barel per hari,” kata Effendi dalam seminar “Energy Outlook: Quo

Vadis Perpanjangan Production Sharing Contract” yang diselenggarakan Perum

LKBN ANTARA, Jakarta, Selasa. Ia menjelaskan bahwa peningkatan konsumsi

tersebut terlihat hanya dengan menghitung pertumbuhan otomotif dimana terjadi

penjualan lima juta lebih motor dan 500 ribu mobil per tahun.

Kepala BPS Rusman Heriawan menjelaskan, nilai ekspor pada Juli mencapai

17,43 miliar dolar AS atau mengalami penurunan 5,23 persen dibandingkan Juni,

namun mengalami peningkatan 39,55 persen dibandingkan Juli 2010. “Ekspor migas

pada Juli tercatat mencapai 3,8 miliar dolar AS dan ekspor non migas 13,62 miliar

dolar AS,” kata Rusman.

Gb.1 Produksi, Konsumsi, Ekspor, Impor Minyak Bumi per Tahun (Barrel)

Melihat data di atas, kegiatan ekspor dan impor migas Indonesia cenderung

akan ekuivalen. Kegiatan ekspor kita terus menurun untuk mengimbangi produksi

dan konsumsi dalam negeri, sedangkan impor sendiri relatif lebih stabil. Jika kondisi

ini terus berlanjut, suatu saat kita akan defisit akan komoditi migas. Hal ini dapat kita

cegah melalui kebijakan-kebijakan yang tepat terhadap produksi dan konsumsi

migas dalam negeri.

3.2 Analisa Kondisi dan Kebijakan MIGAS Indonesia

Melihat APBN di tahun 2011, berdasarkan pokok-pokok nota keuangan yang

dipaparkan oleh kementrian keuangan. Pendapatan dari Sektor Migas sekitar Rp

115 Triliun, ditambah penerimaan pajak di sektor migas sebanyak Rp 55 Triliun.

11

Page 12: Ekspor-Impor Migas

Dengan demikian total pendapatan dari Migas adalah tidak kurang dari 200 Triliun,

dari total pendapatan sekitar Rp. 1.050 Triliun terhadap pengeluaran yang

direncanakan sekitar 1.200 Triliun. Secara keseluruhan, defisit APBN terindikasi

berpotensi sekitar Rp 115 Trilliun.

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009(*)0

20

40

60

80

100

120

Basket OPEC

Rata2 ICP

Brent (IPE)

WTI (NYMEX)

ICP Sumatera Light Crude (SLC)

(US$/Bbl)

Gb.2 Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia dan Internasional

Tingginya harga minyak bumi meningkatkan komponen belanja, seperti;

Subsidi BBM (mencapai diatas 22% dari Total Belanja Negara) yang berarti beban

subsidi adalah sekitar Rp. 180 Trilliun, yang dengan demikian untuk komponen

Migas terjadi defisit. Belanja subsidi saja sekitar Rp 180 Triliun, dengan pendapatan

hanya Rp 151 Triliun, APBN berpotensi terbebani untuk membiayai kebutuhan

migas sebesar Rp 30 Triliun.

Disisi lain, jelas bahwa harga ICP yang tinggi merupakan kesempatan yang

baik untuk dapat meraih keuntungan secara finansial bagi Negara dalam catatan

APBN, namun tampak sekali pemerintah belum berhasil meningkatkan lifting Minyak

Bumi maupun pendapatan dari Gas Bumi. Ini mungkin karena minim teknologi yang

dipergunakan. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (BP Migas)

mengatakan Indonesia belum bisa mengembangkan teknologi di sektor migas untuk

12

Page 13: Ekspor-Impor Migas

meningkatkan produksi migas dalam negeri. Alasannya keterbatasan dana

pemerintah maupun perusahaan migas (detik finance, 20/04/2011).

Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Departemen Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo mengatakan, pemerintah

telah menetapkan enam sasaran kebijakan bidang migas hingga 2005. Poin-poin

sasaran tersebut berupaya memberikan manfaat lebih industri migas bagi

kepentingan nasional. Meski demikian, upaya guna menggapai enam sasaran

tersebut akan menghadapi banyak tantangan.

Enam sasaran kebijakan tahun 2025 itu yang pertama ialah, mempertahankan

produksi migas Indonesia tetap di posisi 1 juta barel per hari (BOPD). Kedua, pada

2025 sebanyak 50% operatorship industri migas harus dipegang oleh perusahaan

nasional. Ketiga ialah terpenuhinya kebutuhan baku industri dan bahan bakar

nasional secara mandiri pada 2025. Keempat, pemerintah menargetkan 91%

penggunaan barang dan jasa nasional dalam kegiatan operasi industri migas.

Kelima, pada 2025 ditargetkan penggunaan sumber daya manusia (SDM) nasional

dalam operasi industri migas Indonesia, mencapai 99%. Keenam, menargetkan

adanya peningkatan nilai tambah untuk industri migas untuk pertumbuhan ekonomi

nasional yang berkelanjutan, demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Namun, pelaksanaan kebijakan sektor migas nasional akan menghadapi

sejumlah tantangan yang tidak ringan. Pada usaha inti migas, tantangan yang

dihadapi ialah penurunan tingkat produksi secara alamiah lapangan-lapangan migas

existing (natural decline). Selain itu, pengembangan sektor migas juga terkendala

oleh terbatasnya data, tumpang tindih lahan, dan lamanya waktu dari fase eksplorasi

ke fase produksi.

Potensi minyak bumi pada sisi hilir lebih mencerminkan pada kondisi kilang

minyak. Indonesia yang pada saat ini memiliki kapasitas kilang terpasang sekitar 1

juta BOPD. Menurut data dari berbagai sumber pada tahun 2010, kebutuhan energi

dalam negri untuk BBM (Gasoil/solar, Gasoline, Kerosene, Industrial Fuel, Aviation,

dan beberapa lainnya) adalah sekitar 100 juta liter perhari atau setara dengan

kurang lebih 40,1 Milyar Liter pertahunnya, yang bernilai tidak kurang dari Rp 210

Trilliun. Angka 100 juta liter itu sendiri, diperkirakan sekitar 30% dipenuhi dengan

cara melakukan impor.

13

Page 14: Ekspor-Impor Migas

Pada saat ini, produksi minyak bumi Nasional secara keseluruhan berkisar

antara 925 ribu hingga 950 ribu BOPD. Kendala utama adalah pada aplikasi

teknologi untuk dapat melakukan lifting lebih banyak lagi yang memiliki beberapa

tantangan, diantaranya:

a. Ketersediaan penyedia jasa dan teknologi dari dalam Negeri yang belum

diakui secara penuh dan masih memerlukan dukungan serta pendampingan

dari Pemerintah serta badan migas (Kementrian, BP Migas) terkait.

b. Biaya operasi yang mahal yang harus dapat ditekan (efisiensi),

c. Keberpihakan pemerintah untuk mengutamakan Perusahaan Negara atau

Swasta yang mencirikan semangat kebangsaan Indonesia.

Potensi migas yang besar ini tidak diimbangi dengan penerapan kebijakan

yang memetakan secara strategis antara kebutuhan wilayah (sektoral) negara yang

masih pada kondisi defisit (supply lebih kecil daripada kebutuhan). Dengan potensi-

potensi yang dimiliki seharusnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan energi

dalam negeri, dengan catatat teknologi dan system pengelolaan yang benar, yaitu

mengutamakan dan mendukung kiprah anak bangsa. Eksplorasi dan eksploitasi

migas tidak dipungkiri memerlukan dana yang besar. Namun, sektor ini juga sangat

menguntungkan apabila dapat dioptimalisasi sebagai sumber dana utama dari

pendapatan negara.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendukung kebijakan MIGAS

Nasional adalah sebagai berikut,

1. Optimalisasi pengelolaan energi harus diperhatikan. Modal awal (teknologi

dan para ahli) harus dipenuhi sebagai aset. Sehingga, dalam hitungan

jangka panjang, pada sisi Hulu lifting migas akan meningkat dan pada sisi

Hilir dapat melakukan efisiensi untuk menurunkan HPP (Harga Pokok

Produksi) BBM, sehingga terjadi Penghematan Subsidi.

2. Naikkan lifting migas. Tingkatkan eksplorasi dan eksploitasi sehingga lifting

meningkat. Utamakan peran serta anak Bangsa dan jadikan kampus-kampus

di Indonesia yang relevan dan terkait sebagai Center of Excellence Migas

3. Utamakan pengelolaan migas oleh negara sehingga keuntungan dapat

optimal dan masuk dalam pendapatan sendiri. Ini tidak hanya analisis secara

14

Page 15: Ekspor-Impor Migas

ekonomis namun juga menyangkut kedaulatan bangsa. Indonesia harus

berdikari dan menjalankan amanah konstitusi sesuai Pasal 33 ayat 2 dan 3

4. Utamakan kebutuhan energi dalam negeri. Ini adalah kesimpulan

mengerucut tentang bagaimana peningkatan performa dari sarana produksi

BBM dengan tujuan penghematan subsidi. Selain itu, ekspor Migas harus

dilakukan secara bijak dengan menganalisis dan mengutamakan kebutuhan

dalam negeri terlebih dahulu.

5. Jumlah Ekspor-Impor migas dan rasionalisasi. Jika tidak rasional, atau

volume ekspor lebih besar daripada impor dan sebaliknya tanpa penjelasan,

ini harus diselidiki.

Peningkatan kemampuan energi Nasional wajib dilakukan. Dana dapat

diperoleh dari Penghematan yang diperoleh dari digantikannya BBM (Bahan Bakar

Minyak) yang mahal dan sudah diimpor dengan energi lain yang lebih murah dan

tersedia di dalam negeri (gas, batubara, panasbumi dan energi terbarukan lain).

Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang diupayakan pemerintah dalam kegiatan

ekspor impor di Indonesia, maka seiring waktu ekspor impor akan semakin menuju

target dari tujuan-tujuan negara Indonesia.

15

Page 16: Ekspor-Impor Migas

BAB IV

PENUTUP

Perkembangan ekspor impor merupakan salah satu faktor penentu dalam roda

perekonomian di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara

yang sangat kaya raya dengan hasil bumi dan migas, selalu aktif terlibat dalam

perdagangan internasional. Diantara manfaat perdagangan internasional adalah

sebagai berikut,

• Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap

negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya kondisi geografi, iklim, tingkat

penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap

negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

• Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh

keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat

memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh

negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang

tersebut dari luar negeri.

• Memperluas pasar dan menambah keuntungan

Terkadang para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat

produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan

produksi yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya

perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara

maksimal dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

• Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari

teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

16

Page 17: Ekspor-Impor Migas

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan

internasional di antaranya sebagai berikut,

• Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

• Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

• Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam mengolah sumber daya ekonomi

• Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual

produk tersebut.

• Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,

budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil

produksi dan adanya keterbatasan produksi.

• Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

• Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.

• Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup

sendiri.

Perkembangan ekspor-impor migas di Indonesia banyak dipengaruhi oleh

faktor produksi dan konsumsi dalam negeri. Apabila produksi dalam negeri dapat

ditingkatkan maka impor migas dapat diturunkan sehingga dapat menghemat subsidi

pemerintah khususnya di sektor migas. Jika subsidi dapat ditekan, maka beban

pemerintah akan berkurang sehingga dapat digunakan untuk pembangunan di

sektor lainnya. Selain itu, kecepatan tanggap pemerintah terhadap baik masalah

ekonomi, sosial, atau keamanan lebih cepat karena beban yang berkurang dan

ruang gerak dana yang lebih luas.

17

Page 18: Ekspor-Impor Migas

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Amir M, 1986, Ekspor impor, Jakarta: PPM.

Boediono, DR, 1983, Ekonomi Internasional, Jogjakarta: BPFE UGM.

http://www.bisnisukm.com/pengajuan-dan-penerbitan-rekomendasi-ekspor-dan-impor-

migas.html

http://www.esdm.go.id/minyak-bumi/produksi-konsumsi-ekspor-impor.html

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/05/07/analisis-kebijakan-tentang-migas-dan-

dampaknya-terhadap-kedaulatan-bangsa/

http://www.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=2195

Partowidagdo. W, 2009, Migas dan Energi di Indonesia: Permasalahan dan Analisis

Kebijakan, Bandung: Development Studies Fondation.

18