EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

20
428 EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN HARI SAKRAL DESA SAMBENG DI KABUPATEN CIREBON Yos Abdullah 1) , Seka Maulidia 2) dan Agnies Amelia 3) 1,2,3 Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Jl. Perjuangan, Cirebon; [email protected] Abstrak. Sistem penanggalan jawa di desa Sambeng pada umumnya seperti penanggalan jawa. Akan tetapi Dalam penanggalan jawa setiap nama hari memiliki nilai (neptu) yang dapat dilambangkan dengan angka atau disebut juga neptu hari. Selain itu, hari dalam jawa memiliki nilai (neptu) yang dilambangkan dengan angka disebut juga neptu pasaran. Proses penentuan hari sakral di Desa Sambeng biasanya diterapkan pada hari pernikahan, bercocok tanam, serta dalam membangun rumah. Sebagai bagian dari budaya proses penentuan hari sakral di Desa sambeng memiliki banyak hal yang dapat dieksplorasi dan diketahui kaitannya dengan unsur-unsur matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah istilah dan pola perhitungan pada proses penentuan hari sakral dalam budaya Desa Sambeng di Kabupaten Cirebon. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan triangulasi dan analisis data model Spadley. Pola hidup serta adat istiadat dari suatu masyarakat di suatu daerah terkadang tidak disadari bahwa secara langsung masyarakat tersebut menggunakan suatu unsur matematika. Salah satu unsur yang terdapat dalam pola perhitungan penanggalan jawa yaitu konsep himpunan, penjumlahan, dan pembagian. Sehingga hasil dari eksplorasi tersebut dapat dihubungkan dengan konsep materi di SMP. Kata Kunci : Etnomatematika, Neptu, Pasaran Jawa. Abstract. This study aims to examine the terms and patterns of calculation in the process of determining sacred days in the culture of Sambeng Village in Cirebon Regency. The Javanese calendar system in Sambeng village is generally like Javanese calendar. However, the Javanese

Transcript of EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

Page 1: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

428

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES

PENENTUAN HARI SAKRAL DESA SAMBENG DI

KABUPATEN CIREBON

Yos Abdullah1), Seka Maulidia2) dan Agnies Amelia3)

1,2,3 Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya

Gunung Jati, Jl. Perjuangan, Cirebon;

[email protected]

Abstrak. Sistem penanggalan jawa di desa Sambeng pada umumnya

seperti penanggalan jawa. Akan tetapi Dalam penanggalan jawa setiap

nama hari memiliki nilai (neptu) yang dapat dilambangkan dengan

angka atau disebut juga neptu hari. Selain itu, hari dalam jawa memiliki

nilai (neptu) yang dilambangkan dengan angka disebut juga neptu

pasaran. Proses penentuan hari sakral di Desa Sambeng biasanya

diterapkan pada hari pernikahan, bercocok tanam, serta dalam

membangun rumah. Sebagai bagian dari budaya proses penentuan hari

sakral di Desa sambeng memiliki banyak hal yang dapat dieksplorasi dan

diketahui kaitannya dengan unsur-unsur matematika. Penelitian ini

bertujuan untuk menelaah istilah dan pola perhitungan pada proses

penentuan hari sakral dalam budaya Desa Sambeng di Kabupaten

Cirebon. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan

pendekatan triangulasi dan analisis data model Spadley. Pola hidup serta

adat istiadat dari suatu masyarakat di suatu daerah terkadang tidak

disadari bahwa secara langsung masyarakat tersebut menggunakan suatu

unsur matematika. Salah satu unsur yang terdapat dalam pola

perhitungan penanggalan jawa yaitu konsep himpunan, penjumlahan,

dan pembagian. Sehingga hasil dari eksplorasi tersebut dapat

dihubungkan dengan konsep materi di SMP.

Kata Kunci : Etnomatematika, Neptu, Pasaran Jawa.

Abstract. This study aims to examine the terms and patterns of calculation

in the process of determining sacred days in the culture of Sambeng

Village in Cirebon Regency. The Javanese calendar system in Sambeng

village is generally like Javanese calendar. However, the Javanese

Page 2: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

429

calender each name of the day has a value (neptu) which can be

symbolized by a number or also known as neptu hari. Also the day in Java

has a value (neptu) which is symbolized by a number called the market

neptu. The process of determining the sacred day in Sambeng Village is

usually applied on the wedding day, planting, and in building

houses. As part of the culture, the process of determining sacred

days in Sambeng village has many things that can be explored and

known to be related to the elements of mathematics. The pattern of

life and customs of a community in an area are sometimes not

realized that directly, the community uses an element of

mathematics. One of the elements contained in the pattern of

calculating the Javanese calendar is the concept of set, addition,

and division. So the results of exploration can be related to the

concept of material in junior high school.

Keywords: Ethnomatematics, Neptu, Java Market.

PENDAHULUAN

Hasil studi TIMSS pada tahun 2015 untuk kemampuan matematis

siswa menempatkan Indonesia berada pada peringkat ke 45. Dengan skala

kemampuan matematis dilevel 397. Hal ini dapat diartikan bahwa

kemampuan matematis siswa di Indonesia tergolong di bawah rata- rata

atau masih rendah dalam hal meyelesaikan soal penalaran dan pemecahan

masalah. Menurut kami Faktanya menunjukkan bahwa banyak siswa

yang gagal memperoleh nilai matematika karena siswa hanya

mengandalkan pada target nilai ujian saja yang mengakibatkan

siswa akan kurang dalam menerapkan matematika untuk

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Etnomatematika diperkenalkan oleh d’Ambrosio seorang

matematikawan Brasil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut

d’Ambrosio adalah dari kata “etno” yang diartikan sebagai suatu yang

sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa,

jargon, kode perilaku, mitos, dan simbol. Kata dasar “mathema” cenderung

berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, danmelakukan kegiatan

seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan

Page 3: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

430

pemodelan. Akhiran “tics” berasal dari techne yang bermakna sebagai

teknik. Sedangkan secara istilah etnomatematika adalah matematika yang

dipraktekan diantara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat

nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan

kelas profesional ( d’Ambrosio,1985). Etnomatematika adalah studi tentang

matematika yang muncul atau digunakan dalam kelompok-kelompok etnis

masyarakat tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan etnomatematika

adalah studi matematika yang berkaitan dengan kebudayaan yang

terdapat pada masyarakat baik digunakan secara individu maupun secara

kelompok. Tujuannya adalah untuk mengkaitkan unsur matematika dengan

kebudayaan tersebut dengan cara-cara yang berbeda. Hal ini sesuai dengan

d’Ambrasio (1985) yang menyatakan bahwa tujuan adanya etnomatematika

adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan

matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika

akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta

dengan mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang

berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara

mengelompokkan, menghitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,

bermain dan yang lainnya).

Untuk menghindari plagiyarisme, peneliti melakukan penelusuran

penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah

penelitian yang berjudul ”Etnomatematika Sistem Kalender Bali” yang

dilakukan oleh I Made Suarjana pada tahun 2014. Perbedaan dengan

penelitian ini terdapat pada tujuan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh

I Made Suarjana bertujuan untuk mengeksplorasi pengulangan hari lahir

seseorang menggunakan kalender Bali. Sementara itu, penelitian ini bertujuan

untuk mengeksplor sistem penanggalan jawa untuk menentukan hari baik.

Selain itu, Leni Ofta Agustina melakukan penelitian yang berjudul

“Etnomatematika Pada Penanggalan Jawa Terkait Aritmetika di Desa

Yosomulyo” pada tahun 2016. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada

proses perhitungan penanggalan jawa. penelitian yang dilakukan oleh Leni

Ofta Agustin menjelaskan bahwa dalam perhitungan hari baik pernikahan

menggunakan pembagian dengan angka 3. Sementara itu penelitian ini

menggunakan pembagian dengan angka 9.

Page 4: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

431

David Setiadi dan Aritsya Imswatama melakukan penelitian yang

berjudul “Pola Bilangan Matematis Perhitungan Weton dalam Tradisi Jawad

an Sunda” pada tahun 2017. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada

proses perhitungan penanggalan jawa dan istilah dalam sisa pembaginya.

Penelitian yang dilakukan oleh David Setiadi dan Aritsya Imswatama

menggunakan istila guru,wisnu dan bromo. Sementara itu penelitian ini

menggunakan istilah wali, penghulu dan pengantin.

Melihat kepopuleran etnomatematika di Indonesia dan khususnya di

Cirebon yang saat ini sedang berkembang, peneliti menganggap bahwa

sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi riset yang begitu

strategis. Indonesia memiliki 1331 suku bangsa (Statistik, 2011) yang masing-

masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi budya yang unik (Mudzalipah

& Yulianto, 2018). Dari sekian banyak keragaman budaya Indonesia, peneliti

melihat ada satu konsep berhitung masyarakat Cirebon yang belum

terekspos oleh publikasi ilmiah yaitu proses perhitungan penanggalan jawa

pada hari yang penting atau baik di Desa Sambeng Kecamatan Gunung Jati

Kabupaten Cirebon. Kebiasaan menentukan hari yang sakral pada

masyarakat Cirebon diperlukan kercematan dan memerlukan waktu yang

cepat. Kebiasaan ini telah dilakukan secara turun temurun dari orang tua

terdahulu.

Sistem penanggalan jawa di desa Sambeng pada umumnya seperti

penanggalan jawa yang telah dijelaskan sebelumnya tapi ada penambahan

sistem penanggalan lainnya. S Seperti, dalam penanggalan jawa setiap

nama hari memiliki nilai (neptu) yang dilambangkan dengan angka yang

disebut neptu hari. Selain itu, hari dalam jawa memiliki nilai (neptu) yang

dilambangkan dengan angka juga disebut neptu pasaran. Dalam

penanggalan jawa, menurut ketiga tokoh masyarakat setiap huruf pada

aksara jawa memiliki arti yang dilambangkan dengan angka. Sistem

penanggalan jawa di desa Sambeng digunakan proses perhitungan hari baik

dalam pernikahan atau bercocok tanam atau pembangunan rumah.

Proses tersebut merupakan bagian dari budaya yang dapat

diintegrasikan pada kajian pendidikan maematika. Proses penerjemahan

dan elaborasi masalah yang diambil dari bagian kehidupan sehari-hari pada

anggota kelompok budaya tertentu disebut etnomodeling (Rosa & Orey,

2011). Kajian tersebut dipandang dari perspektif etnomatematika sebagai

sebuah upaya pemodelan matematis maupun dari pendekatan antropologi

Page 5: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

432

budaya. Dari aspek pemodelan matematis dapat diganti dengan

bagaimana proses mereka menggambarkan cara berfikir matematis.

Dari sisi lain, Moris Kline (Francois & Kerkhove, 2010) dan Fitsimur

(Bishop, 2002) berpendapat bahwa matematika pada sekolah saat ini berdiri

sendiri dengan begitu formal dan seakan lepas dari budaya. Jauhnya budaya

dengan matematika ini memberi dampak matematika terkesan jauh dari

kehidupan sehari-hari. Hal ini adalah buah dari paradigma absolut yang

berkembang di masyarakat yaitu suatu pandangan yang menganggap

bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang sempurna dengan

kebenaran objektif yang jauh dari kehidupan sehari-hari (Turmudi, 2009).

Akibatnya siswa kurang merasakan manfaat dari belajar matematika.

Padahal jika dikembangkan lebih dalam ada banyak cara mengajarkan

matematika dari budaya atau lingkungan sekitar seperti proses

perhitungan hari yang baik pada pernikahan atau bercocok tanam atau

membangun rumah di Desa Sambeng Kecamatan Gunung Jati Kabupaten

Cirebon. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengembangkan

kajian pendidikan matematika melalui pedekatan etnomatematika dengan

judul penelitian “Eksplorasi Etnomatematika pada Proses Penentuan Hari

Sakral di Desa Sambeng Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon”,

sebagai suatu kajian khusus tentang sebuah materi matematika yang

dimiliki penanggalan jawa sehingga peneliti mengharapkan dapat menjadi

bahan rujukan pembelajaran matematika secara kontekstual.

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pola perhitungan hari sakral di Desa Sambeng Kecamatan Gunung

Jati Kabupaten Cirebon.

2. Mengetahui aspek-aspek matematika apa sajakah yang terdapat di dalam

penentuan hari Sakral di Desa Sambeng Kecamatan Gunung Jati Kabupaten

Cirebon.

3. Mengetahui keterkaitan aspek-aspek pada penanggalan jawa di Desa Sambeng

dengan materi matematika di SMP.

Page 6: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

433

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan etnografis. Etnografis merupakan pendekatan empiris dan

teoritis yang bertujuan untuk mendapat deskripsi dan analisis mendalam

tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan yang intensif

(Moleong, 2012). Alasannya agar peneliti dapat mengeksplor subjek

matematika pada penanggalan jawa yang dilakukan secara mendalam

melalui data yang diperoleh agar data tersebut lebih akurat.

Penelitian dilakukan di Desa Sambeng Kecamatan Gunung Jati

Kabupaten Cirebon. Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah

orang yang mempunyai pemahaman mengenai penanggalan jawa,

sehingga sampel sumber data yang dianggap sesuai adalah orang yang

memahami mengenai asal-usul adanya penanggalan jawa tersebut.

sedangkan penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung,

wawancara, dan dokumentasi, dengan alat pengumpulan data berupa

lembar observasi, lembar wawancara dan lembar kepustakaan. Analisis data

yang digunakan pada penelitian ini adalah model Spradely dengan tahapan

analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan analisis tema.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sambeng merupakan sebuah pedukuhan yang berada dalam wilayah

negeri Singapura yang berada disebelah barat Bengawan Clancang, yang

sekarang Pasar Celancang. Sekitar abad XV, Singapura merupakan gerbang

pelabuhan Muara Jati yang berada dikaki Gunung Jati dan sebagai penguasa

pelabuhan tersebut yaitu Ki Jumajan Jati. Ki Jumajan Jati sebagai penguasa

juru labuhan (Syah Bandar) mengangkat seorang SAMBANG yaitu wakil

juru labuhan yang berdomisili di sebelah barat Singapura yang disebut Ki

Sambeng. Tempat tinggal Ki sambeng di jadikan nama pedukuhan yang

disebut pedukuhan Sambeng, kemudian berkembang menjadi sebuah Desa

Sambeng.

Salah satu tokoh masyarakat yang berperan dalam penentuan hari

sakral di desa Sambeng kecamatan Gunung Jati kabupaten Cirebon yaitu

Miska Raeni ( Mbah Jangkung). Beliau lahir di Desa Pegagan Lor pada

Page 7: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

434

tanggal 23 september 1953. Pada maret 2018 beliau dipercaya menjadi kemid

atau kalingan (penjaga ) situs kramat syekh magelung sakti yang bertempat

di desa Karangkendal. Beliau mendapatkan ilmu penanggalan jawa yang

diberikan buku oleh Bapak Tasima (guru Mbah Jangkung) untuk ilmu dasar

penanggalan jawa dan beliau memperdalam ilmu tersebut secara otodidak.

Bagan 1. Silsilah Perguruan untuk Penanggalan Jawa Mbah

Jangkung

Sistem penanggalan jawa di desa Sambeng pada umumnya seperti

penanggalan jawa yang telah dijelaskan sebelumnya tapi ada penambahan

sistem penanggalan lainnya seperti :

1. Dalam penanggalan jawa setiap nama hari memiliki nilai (neptu) yang

dilambangkan dengan angka yang disebut neptu hari. Selain itu, hari

dalam jawa memiliki nilai (neptu) yang dilambangkan dengan

angka juga disebut neptu pasaran. Neptu hari dan pasaran menurut Mbah

Jangkung dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.

Page 8: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

435

Tabel 1. Neptu hari dan Pasaran

Terdapat pandangan yang lain mengenai neptu hari dan pasaran

yaitu menurut Cak Kumpul dan H. Sarim, yang keduanya memiliki

pandangan yang sama dalam penanggalan jawa. Berikut ini diberikan

Tabel 2.4 tentang neptu hari dan pasaran menurut Cak Kumpul dan H.

Sarim.

Tabel 2. Neptu hari dan Pasaran Sumber : (Cak Kumpul & H. Sarim:2018)

2.

Dalam penanggalan jawa, menurut ketiga tokoh masyarakat setiap

Hari Neptunya Pasaran Neptunya

Minggu 5 Kliwon 8

Senin 4 Legi 5

Selasa 3 Pahing 9

Rabu 7 Pon 7

Kamis 8 Wage 4

Jumat 6

Sabtu 9

Sumber : (Caryad, 2005)

Hari Neptunya Pasaran Neptunya

Jumat 1 Kliwon 1

Sabtu 2 2

Minggu 3 Pahing 3

Senin 4 Pon 4

Selasa 5 Wage 5

Rabu 6

Kamis 7

Page 9: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

436

huruf pada aksara jawa memiliki arti yang dilambangkan dengan

angka seperti pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 3. Neptu huruf

Page 10: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

437

Gambar 1 . Penikahan, Kegiatan Bercocok Tanam dan

Pembangunan Rumah

3. Mencari hari untuk pernikahan atau perjodohan menurut Mbah Jangkung

Untuk mencari hari dan pasaran yang baik untuk pernikahan

dilakukan dengan langkah- langkah berikut.

1) Terlebih dahulu harus tahu jumlah neptu hari dan pasaran

kelahiran mempelai laki- laki dan perempuan. Kita misalkan:

L = neptu kelahiran laki-laki

Page 11: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

438

P = neptu kelahiran perempuan

NH = Jumlah neptu hari

NP = jumlah neptu pasaran

J = jumlah neptu hari dan pasaran dari kedua mempelai

Sehingga pernyataan di atas jika diubah menjadi model matematika

yaitu: L = NH + NP P = NH + NP

Setelah mengetahui nilai L

dan P, maka: J = L+P

2) Setelah itu kita mencari hari dan pasaran yang jumlah neptunya jika kita kumpulkan

dengan jumlah neptu kelahiran kedua mempelai itu lalu dibagi

dengan angka 9 dapat meninggalkan sisa, yang menurut perhitungan

membawa pengaruh baik.

Pernyataan di atas, model

matematikanya yaitu. Jika:

S = jumlah neptu hari dan pasaran dari kedua mempelai dibagi dengan 9

Maka:

S/9 atau S mod 9 = sisa bagi

3) Jadi setelah neptu kelahiran kedua mempelai dikumpul dan ditambah

juga dengan hari dan pasaran bertemunya lalu dibagi dengan 9, maka

jika masi meninggalkan sisa 1 atau 4 atau 7 tergolong wali. Jika masi

meninggalkan sisa 2 atau 5 atau 8 tergolong penghulu. Dan jika masih

meninggalkan sisa 3 atau 6 atau terbagi habis maka tergolong pengantin.

Keterangan :

Wali = tidak baik

Penghulu = sedang atau tidak terlalu baik atau tidak terlalu buruk

Pengantin = baik benar

Dalam penentuan hari baik pernikahan sebaiknya mengetahui hari-

hari yang buruk dalam setahun yang tidak digunakan untuk melakukan

Page 12: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

439

pernikahan. Berikut ini diberikan Tabel 2.6 tentang pasangan bulan

dengan

Sumber: (Caryad, 2005)

Keterkaitan penanggalan jawa Mbah Jangkung pada pernikahan dengan

pembelajaran di sekolah:

(1) Konsep bilangan di SMP

Konsep bilangan terdapat pada proses penanggalan jawa ketika menjumlahkan

setiap neptu aran dari mempelai pria dan wanita. Neptu aran tersebut

terdapat nilai tertentu untuk setiap huruf dalam jawa nilainya bisa

berupa: bilangan asli, bilangan bulat positif,bilangan prima, bilangan

Page 13: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

440

ganjil, bilangan genap, operasi hitung penjumlahan, sifat komutatif

penjumlahan, dan sifat asosiatif penjumlahan.

(2) Konsep Himpunan di SMP

Konsep himpunan pada penanggalan jawa untuk hari sakral pernikahan

terdapat pada subbab pembahasan contoh himpunan, jumlah anggota

himpunan, dan menyebutkan anggota dari himpunan. Konsep – konsep

himpunan yang didapatkan dari penanggalan jawa untuk hari sakral

pernikahan dapat digunakan sebagai penyampaian konsep dasar

himpunan.

(3) Konsep modulo di SMP

Konsep modulo pada penanggalan jawa untuk hari baik pernikahan

terdapat pada proses pembagian jumlah neptu aran dan neptu hari pasaran

dari kedua mempelai dengan angka 9 yang menghasilkan sisa bagi.

Pembagian dengan angka 9 karena 9 adalah angka yang sempurna dalam

budaya jawa. Jika setelah pembagian masih meninggalkan sisa, maka

sisa bagi tersebut akan digolongkan dengan 3 golongan, yaitu: wali,

penganten, dan penghulu

4. Mencari hari untuk pernikahan atau perjodohan menurut Cak Kumpul

dan H. Sarim

Untuk mencari hari dan pasaran yang baik untuk pernikahan

dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

1) Terlebih dahulu kita mencari neptu aran (nama) dari mempelai laki-

laki dan perempuan yang jumlah neptunya jika kita jumlahkan neptu

aran kedua mempelai

Pernyataan di atas, model matematikanya yaitu.

Misalkan

Ln : neptu aran (nama) dari mempelai laki-laki

Pn : neptu aran (nama) dari mempelai perempuan

S : jumlah neptu aran (nama) dari kedua mempelai

Jadi

S =Ln+Pn

2) Kemudian neptu aran kedua mempelai (Ln+Pn) dikumpulkan atau

dijumlahkan lalu dibagi dengan 5,

Page 14: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

441

Pernyataan di atas model matematikanya adalah:

Jika masi meninggalkan sisa 1 maka tergolong sri . Jika masi

meninggalkan sisa 2 maka tergolong lunggu. jika masih

meninggalkan sisa 3 maka tergolong dunya, jika masih meninggalkan

sisa 4 maka tergolong lara dan jika masih meninggalkan sisa 5 maka

tergolong pati.

Keterangan :

Sri = bagus

Lunggu = bagus

Dunya = bagus

Lara = tidak bagus

Pati = tidak bagus

Dalam penentuan hari baik pernikahan sebaiknya mengetahui hari-

hari yang buruk dalam setahun yang tidak digunakan untuk

melakukan pernikahan.

Berikut ini diberikan Tabel 5 tentang hari baik dan buruk menurut

Cak Kumpul. Selain itu, di sajikan Tabel 6 tentang pasangan hari baik dan

sedang menurut H. Sarim.

Tabel 5. Hari yang Bagus dan Buruk Menurut Cak Kumpul

Triwulan Hari

Baik

Hari Buruk

Sura, Sapar, Mulud Rabu Sabtu

Kamis Minggu

Sawal mulud, Jumadil

awal, Jumadil akhir

Jum’at Senin

Selasa

Rajab, Rowa, Puasa Sabtu Rabu

Minggu Kamis

Page 15: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

442

Sawal, Kapit, Raya

agung

Senin Jum’at

Sumber : (Cak Kumpul:2018)

Tabel 6. Hari Pasangan yang Bagus dan Sedang Menurut H. Sarim

Hari Bagus

Hari Hari

Pasaran

Akad Kliwon

Senin Kliwon

Sabtu Legi

Akad Legi

Jumat Pahing

Sabtu Pahing

Kamis Pahing

Jumat Pon

Rabu Pon

Sumber : ( H. Sarim:2018)

Keterkaitan penanggalan jawa Cak Kumpul dan H.Sarim pada pernikahan

dengan pembelajaran di sekolah

(1) Konsep bilangan di SMP

Konsep bilangan hampir terdapat pada setiap naskah kuno seperti

menuliskan angka-angka yang menunjukkan nilai dari setiap huruf pada

nama seseorang, menuliskan angka yang menunjukkan nilai dari suatu

hari atau pasaran dari kelahiran seseorang, dan sebagainya. Konsep

bilangan lain yang didapatkan dari proses perhitungan hari sakral

pernikahan menggunakan penanggalan jawa adalah bilangan asli dan

bilangan bulat positif, bilangan ganjil, bilangan genap, bilangan prima,

bilaangan rasional, operasi hitung penjumlahan dan sifat komutatif pada

penjumlahan.

(2) Konsep Himpunan di SMP

Hari Sedang

Hari Hari Pasaran

Kamis Legi

Selasa Pahing

Rabu Pahing

Selasa Pon

Kamis Wage

Page 16: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

443

Konsep himpunan pada penanggalan jawa untuk hari sakral pernikahan

terdapat pada subbab pembahasan contoh himpunan, jumlah anggota

himpunan, menyebutkan anggota dari himpunan, dan kesamaan dua

himpunan. Konsep – konsep himpunan yang didapatkan dari

penanggalan jawa untuk hari sakral pernikahan dapat digunakan

sebagai penyampaian konsep dasar himpunan.

(3) Konsep modulo di SMP

Konsep modulo pada penanggalan jawa hari sakral pernikahan terdapat

pada proses pembagian jumlah neptu aran dari kedua mempelai dengan

angka 5 yang menghasilkan sisa bagi. Jika setelah pembagian masih

meninggalkan sisa, maka sisa bagi tersebut akan digolongkan dengan 5

golongan, yaitu: sri, lungguh, dunya, lara, pati.

5. Mencari hari baik pada bercocok tanam

Bagi masyarakat petani masih mempergunakan ilmu hitungan kuno,

maka pada tiap akan memulai menanam padi dan sebagainya pada

umumnya diperhitungkan menurut ketentuan pada Tabel 7 dibawah ini:

Tabel 7. Ketentuan Kebaikan Hari dalam Pertanian

Hari minggu cocok untuk menanam padi,

jagung, kacang, dan sebagainya,

yang tergolong palawija.

Hari senin cocok untuk menanam tumbuhan yang buahnya

menggantung

Hari selasa cocok untuk menanam bangsa kembang.

Hari rabu cocok untuk menanam bambu, tebu, dan

sebagainya, yang

tergolong tanaman mempunyai tulang.

Page 17: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

444

Hari kamis cocok untuk menanam tanaman yang

menjalar, seperti ubi jalar dan sebagainya.

Hari jumat cocok untuk menanam tanaman yang

buahnya berada didalam tanah, seperti

salak, ubi jalar, bengkoang, talas

dan sebagainya.

Hari sabtu tidak baik untuk segala tanaman.

Sumber : (Caryad, 2005)

Selain itu, hari bercocok tanam dapat dicari melalui hari dan pasaran

yang jumlah neptunya jika ditambah dengan jumlah neptu kelahiran

petani itu lalu dibagi 3, yaiitu : Caruk = keluar padi hanya sedikit

Beruk = kelur padi agak lumayan

Tumpuk = kelurnya padi banyak dan gemuk-gemuk

Keterkaitan penanggalan jawa Mbah Jangkung pada bercocok tanam dengan

pembelajaran di sekolah

(1) Konsep bilangan di SMP

Konsep bilangan hampir terdapat pada setiap naskah kuno seperti

menuliskan angka yang menunjukkan nilai dari suatu hari atau pasaran

dari kelahiran seseorang, dan menunjukkan nilai dari suatu hari atau

pasaran dari hari yang dipilih oleh petani. Konsep bilangan lain yang

didapatkan dari proses perhitungan hari sakral bercocok tanam

menggunakan penanggalan jawa adalah jenis-jenis bilangan, operasi

hitung penjumlahan, dan sifat komutatif pada penjumlahan

(2) Konsep Himpunan di SMP

Konsep himpunan pada penanggalan jawa untuk hari sakral bercocok

tanam terdapat pada subbab pembahasan contoh himpunan, jumlah

anggota himpunan, dan menyebutkan anggota dari himpunan. Konsep

– konsep himpunan yang didapatkan dari penanggalan jawa untuk hari

sakral bercocok tanam dapat digunakan sebagai penyampaian konsep

dasar himpunan.

(3) Konsep modulo di SMP

Page 18: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

445

Konsep modulo pada penanggalan jawa untuk hari sakral bercocok

tanam terdapat pada proses pembagian jumlah neptu hari pasaran dari

kelahiran petani dan hari yang cocok untuk bercocok tanam dengan

angka 3 yang menghasilkan sisa bagi. Jika setelah pembagian masih

meninggalkan sisa, maka sisa bagi tersebut akan digolongkan dengan 3

golongan, yaitu: ceruk, beruk dan tumpuk.

5. Mencari hari baik pada pembangunan rumah

Untuk membuat rumah, dihitung mulai meletakan batu yang

pertama dengan cara mengambil neptu hari dan pasaran kelahiran

kepala rumah tangga lalu dipilihnya hari dan pasaran yang neptunya

jika ditambah dengan neptu kelahiran kepala keluarga dan dibagi

dengan 4 yaitu :

Guru = baik

Ratu = kuat dan sentosa

Rogoh = sering kemasukan maling

Sempoyong = selalu berpindah pindah

Dalam penanggalan jawa, ada ketentuan arah depan rumah sesuai

dengan jumlah neptu hari dan pasaran dari kepala keluarga. Lebih

jelasnya terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Makna Neptu Hari dalam Arah Rumah

Jumlah neptu hari dan

pasaran kelahiran

Menghadapnya

rumah

7 Utara atau Timur

8 Utara atau Timur

9 Selatan atau Timur

10 Selatan atau Timur

11 Barat

12 Utara atau Barat

Page 19: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

446

13 Utara atau Timur

14 Selatan atau Timur

15 Barat

16 Barat

17 Utara atau Barat

18 Utara atau Timur

SIMPULAN

Dari hasil kajian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam

penentuan hari sakral di desa Sambeng terdapat aspek-aspek matematika

diantaranya operasi hitung penjumlahan yang terdapat pada penjumlahan

antara neptu hari dan pasaran dengan jumlah neptu huruf pada nama

seseorang, operasi hitung pembagian yang terdapat pada proses

penjumlahan neptu hari dan pasaran dengan jumlah neptu hari kemudian

dibagi dengan angka tertentu. Konsep-konsep matematika yang telah

dianalisis dapat diterapkan pada pembelajaran matematika sehingga siswa

dapat mempelajari konsep-konsep matematika yang diperoleh dari

etnomatematika penentuan hari sakral.

DAFTAR PUSTAKA

Bishop, A. (2002). Research, Policy and Practice The Case of Values. In

P. Valero & O. Skovmose, eds. Proceedings of the 3rd International MES

Conference, 1-7.

d’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and its place in the history

and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5(1),

44–48.

Fikriani, E. (2018). Eksplorasi Etnomatematika pada Gerabah Sitiwinangun

Kabupaten Cirebon. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Swadaya Gunung Jati.

Francois, K. & Kerkhove, B. V. (2010). Etnomatematics and the Philosophy

of Mathematics (education). Philosophy of Matematics, 121-154.

Izzudin, A. (2012). Ilmu Falak Praktis. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Page 20: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA PROSES PENENTUAN …

447

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya. Nasehuddien, T. S. & Manfaat, B. (2016). Dasar-dasar

Metodologi Penelitian. Cirebon: Eduvision.

Nizam. (2016). Ringkasan Hasil-hasil Asesmen Belajar dari Hasil UN, PISA,

TIMSS, INAP. Dalam P. P. Kebudayaan.

Prawiraredah, M. S. (2005). Cirebon: Filsafah, Tradisi, dan Adat Budaya.

Jakarta: Percetakan Negara RI.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Turmudi. (2009). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran

Matematika Berparadigma Eksplorasi dan Investigatif. Jakarta: Leuseur

Cipta Pusta