Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan...

14
Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5, No. 1, Mei 2013, 43 - 56 43 PENETAPAN HARGA TRANSFER MULTINASIONAL SEBAGAI STRATEGI PENGHINDARAN PAJAK Ira Novianty Prodi Akuntansi Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK Harga transfer didefinisikan sebagai harga suatu produk atau jasa yang dibebankan dari suatu sub-unit (divisi) ke sub-unit (divisi) yang lain pada organisasi yang sama. Tujuan penetapan harga transfer akan berbeda, tergantung apakah harga transfer tersebut terjadi antar divisi di dalam negeri (domestik) atau antar divisi di luar negeri sebagai perusahaan multinasional (internasional). Pada harga transfer domestik, tujuan utama harga transfer adalah untuk mengoptimalkan kinerja subunit (divisi) dan mengarah pada optimalisasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan pada harga transfer perusahaan multinasional, tujuan utama harga transfer terkait dengan pertimbangan pajak, karena harga transfer seringkali memiliki implikasi terhadap pajak, tidak hanya pajak penghasilan tetapi juga pajak penjualan, pajak pertambahan nilai, bea cukai, dan lain sebagainya. Harga transfer terutama digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar melalui rekayasa harga transfer antar divisi. Dilihat dari sisi pajak, rekayasa pada harga transfer terjadi akibat adanya transaksi hubungan istimewa, sehingga perusahaan memanfaatkannya untuk menghindari pembayaran pajak yang tinggi. Kata kunci : harga transfer, perusahaan multinasional, hubungan istimewa, penghindaran pajak. ABSTRACT Transfer pricing is defined as the price of products or services that charged from a subunit (division) to another subunits (divisions) in the same organization. The goal of transfer pricing will be different, depending on transfer pricing transaction, whether domestic companies transaction or multinational companies (international) transactions. The main goal of domestic transfer pricing is to optimize subunits performance (divisions) and leading to optimize company performance. On multinational companies, the main goal of transfer pricing related to tax considerations, because the transfer pricing has tax implications, not only income tax but also the sales tax, value added tax, customs rate, and etc. Transfer pricing is mainly used by multinational companies to minimize of tax to be paid through the engineering transfer pricing between divisions. For tax consideration, the engineering on transfer pricing caused by related parties transactions, so that companies use it to avoid paying high tax. Keywords: transfer pricing, multinational companies, related parties, tax evasion. POLBAN

Transcript of Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan...

Page 1: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi

Vol. 5, No. 1, Mei 2013, 43 - 56

43

PENETAPAN HARGA TRANSFER MULTINASIONAL SEBAGAI STRATEGI PENGHINDARAN PAJAK

Ira Novianty

Prodi Akuntansi Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung

ABSTRAK

Harga transfer didefinisikan sebagai harga suatu produk atau jasa yang dibebankan dari suatu sub-unit (divisi) ke sub-unit (divisi) yang lain pada organisasi yang sama. Tujuan penetapan harga transfer akan berbeda, tergantung apakah harga transfer tersebut terjadi antar divisi di dalam negeri (domestik) atau antar divisi di luar negeri sebagai perusahaan multinasional (internasional). Pada harga transfer domestik, tujuan utama harga transfer adalah untuk mengoptimalkan kinerja subunit (divisi) dan mengarah pada optimalisasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan pada harga transfer perusahaan multinasional, tujuan utama harga transfer terkait dengan pertimbangan pajak, karena harga transfer seringkali memiliki implikasi terhadap pajak, tidak hanya pajak penghasilan tetapi juga pajak penjualan, pajak pertambahan nilai, bea cukai, dan lain sebagainya. Harga transfer terutama digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar melalui rekayasa harga transfer antar divisi. Dilihat dari sisi pajak, rekayasa pada harga transfer terjadi akibat adanya transaksi hubungan istimewa, sehingga perusahaan memanfaatkannya untuk menghindari pembayaran pajak yang tinggi. Kata kunci : harga transfer, perusahaan multinasional, hubungan istimewa, penghindaran pajak.

ABSTRACT

Transfer pricing is defined as the price of products or services that charged from a subunit (division) to another subunits (divisions) in the same organization. The goal of transfer pricing will be different, depending on transfer pricing transaction, whether domestic companies transaction or multinational companies (international) transactions. The main goal of domestic transfer pricing is to optimize subunits performance (divisions) and leading to optimize company performance. On multinational companies, the main goal of transfer pricing related to tax considerations, because the transfer pricing has tax implications, not only income tax but also the sales tax, value added tax, customs rate, and etc. Transfer pricing is mainly used by multinational companies to minimize of tax to be paid through the engineering transfer pricing between divisions. For tax consideration, the engineering on transfer pricing caused by related parties transactions, so that companies use it to avoid paying high tax. Keywords: transfer pricing, multinational companies, related parties, tax evasion.

                               

POLBAN

Page 2: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Akuntansi

44

LATAR BELAKANG

Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi saat ini sangat berkembang

pesat. Hal ini jelas berdampak pada perubahan lingkungan dunia usaha yang

sangat cepat. Dalam menjalankan bisnisnya, para pengusaha tidak lagi terhambat

akibat jarak atau batas-batas negara. Kemudahan dalam memperoleh akses

transportasi dan informasi menyebabkan persaingan tidak lagi di tingkat lokal, tetapi

juga membentuk persaingan antar negara (kompetisi global). Kemudahan

memperoleh informasi bagi setiap individu memicu pelaku bisnis berlomba-lomba

memenuhi keinginan konsumen dengan produk atau jasa terbaik yang dapat

dihasilkan perusahaan, baik untuk konsumen di dalam negeri maupun di luar negeri.

Jika pelaku bisnis tidak merespon dengan cepat perubahan ini, maka tidak menutup

kemungkinan mereka akan gagal dalam dunia persaingan bisnis. Fenomena ini

dapat mempengaruhi pelaku bisnis dalam mengembangkan usahanya dengan

melakukan ekspansi, tidak hanya ekspansi di dalam negeri (domestik), tetapi juga di

luar negeri. Bisnis tidak lagi bersifat domestik. Hal tersebut dikarenakan adanya

keterbatasan sumber daya di setiap negara, sehingga memungkinkan perusahaan

untuk membuka anak perusahaan di luar negeri. Hal ini berdampak pada terjadinya

arus produk atau jasa melalui batas-batas negara melalui kegiatan transfer produk

atau jasa. Arus produk atau jasa ini menimbulkan terciptanya praktik harga transfer.

Praktik harga transfer yang melibatkan perusahan asing (multinational

company) seringkali bertujuan untuk manajemen pajak dimana pihak-pihak yang

terkait dalam harga transfer berupaya untuk mengurangi bahkan menghindari

kewajiban pembayaran pajak dengan memanfaatkan kebijakan perpajakan dan tarif

pajak di setiap negara yang berbeda-beda (Horngreen, 2006). Model penghindaran

pajak (tax avoidance) sering mungkin terjadi pada ekspor komoditas. Para eksportir,

masih banyak menggunakan kontrak penjualan lama, yang belum direnegosiasi,

untuk pelaporan omset pada SPT Tahunan. Pengusaha juga melakukan transfer

pricing (TP) dengan mendirikan perusahaan perantara di negara bertarif pajak

rendah seperti Hongkong dan Singapura, sebelum menjual ke enduser (Anandita,

2012).

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Harga Transfer

Harga transfer didefinisikan sebagai harga suatu produk atau jasa yang

dibebankan dari suatu subunit (divisi) ke subunit (divisi) yang lain pada organisasi

                               

POLBAN

Page 3: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ira Novianty

45

yang sama. Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing,

intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga

yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer

barang dan jasa antar anggota /grup perusahaan (Yenni, 2000). Transfer pricing

biasanya ditetapkan untuk produk-produk intermediate (intermediate product) yang

merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjual kepada

divisi pembeli untuk diproses atau diolah kembali.

Tujuan Harga Transfer Tujuan penentuan harga transfer dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu harga transfer domestik dan harga transfer pada perusahaan-perusahaan

multinasional (international/multinational transfer pricing).

Tujuan harga transfer domestik adalah (Garrison: 2000)

1. Mengevaluasi kinerja masing-masing subunit/divisi

2. Meningkatkan motivasi manajer di masing-masing subunit/divisi

3. Mencapai kesesuaian tujuan antara subunit dan perusahaan

4. Otonomi yang lebih besar pada subunit.

Sedangkan tujuan harga transfer internasional adalah (Garrison: 2000):

1. Mengurangi tarif, pajak, dan bea cukai

2. Mengurangi resiko nilai tukar

3. Membantu anak perusahaan (subunit) untuk berkompetisi dalam

pasar asing dengan mempertahankan biaya pada anak perusahaan

yang rendah.

4. Menjalin hubungan yang lebih baik dengan pemerintah setempat

Metode Penentuan Harga Transfer Terdapat tiga metode dalam penentuan harga transfer, yaitu

(Horngren:2006):

1. Harga transfer berdasarkan pasar (market-based transfer price), yaitu harga

transfer dari produk atau jasa sesuai dengan harga yang terdaftar secara

publik, misalkan sesuai dengan situs Web asosiasi perdagangan. Manajemen

puncak dapat memilih harga apakah untuk harga internal ataupun harga

eksternal dari harga yang dibebankan oleh suatu subunit kepada konsumen

luar.

2. Harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price), yaitu harga

transfer dari produk atau jasa berdasarkan pada biaya produksinya. Misalnya

                               

POLBAN

Page 4: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Akuntansi

46

apakah harga transfer tersebut berdasarkan pada biaya produksi variabel,

berdasarkan biaya produksi tetap dan variabel, atau berdasarkan biaya

penuh.

3. Harga transfer yang dinegosiasikan (negotiated transfer price), yaitu

penentuan harga transfer dari produk atau jasa berdasarkan hasil negosiasi

antar subunit itu sendiri, apakah mereka akan membeli atau menjual secara

internal atau akan melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.

Hubungan Istimewa

Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 7

tentang Pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan istimewa, diberikan

definisi sebagai berikut:

“Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional.”

Dalam penjelasan definisi tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa termasuk

sebagai pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah perusahaan

dibawah pengendalian satu atau lebih perantara (intermediaries), perusahaan

asosiasi (associated company); perorangan yang memiliki hak suara yang

berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat ; karyawan

kunci; dan perusahaan yang dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung

oleh setiap orang yang berpengaruh signifikan.

Definisi yang sama juga diberikan oleh International Financial Statement

Standar sebagai berikut :

A related party is a person or entity that is related to the entity that is

preparing its financial statements (referred to as the 'reporting entity') [IAS 24.9].

A related party transaction is a transfer of resources, services, or obligations

between related parties, regardless of whether a price is charged. [IAS 24.9]

Menurut pemaparan L.Y. Hari Sih Advianto dalam website pusdiklat pajak,

transaksi hubungan istimewa dapat terjadi antara pihak-pihak dalam wilayah suatu

negara (domestic transaction) atau melewati lintas batas negara (cross border

transaction). Transaksi secara domestik terjadi jika terjadi transfer sumberdaya atau

kewajiban antara satu pihak dengan pihak yang lain, keduanya masih berada dalam

hanya dalam lingkup batas wilayah suatu negara. Karena masih dalam wilayah

kedaulatan suatu negara, tentunya masih tunduk pada ketentuan hukum dan

                               

POLBAN

Page 5: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ira Novianty

47

peraturan yang sama. Lain halnya jika transaksi melintasi batas wilayah negara,

akan membawa permasalahan yang lebih kompleks, mengingat pada suatu

transaksi tersebut akan bersentuhan dengan aturan hukum dan perpajakan dari

negara-negara yang berbeda.

Aspek Perpajakan dalam Transaksi hubungan istimewa

Dalam ketentuan peraturan perpajakan, transaksi hubungan istimewa

mendapat perhatian yang khusus, terlebih jika transaksi tersebut disinyalir dilakukan

untuk tujuan penghindaran pajak dengan cara melaporkan penghasilan kurang dari

yang semestinya atau pembebanan biaya yang tidak wajar (L.Y. Hari Sih A).

Transaksi hubungan istimewa dapat juga menyebabkan penentuan harga

penyerahan sebagai dasar perhitungan Pajak Pertambahan Nilai menjadi lebih kecil

dari yang semestinya. Walaupun sebenarnya ketentuan perpajakan kurang

berimbang, karena hanya menitikberatkan pada transaksi yang berakibat

berkurangnya potensi penerimaan pajak, akan tetapi tidak mengatur jika transaksi

hubungan istimewa tersebut mengakibatkan penghasilan menjadi lebih besar atau

pembebanan biaya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan transaksi dengan

menggunakan harga pasar wajar.

Hubungan Istimewa menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

pajak diatur dalam:

1. Pasal 18 ayat (4) UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagai

telah diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 sebagai

berikut:

Hubungan istimewa dianggap ada apabila:

Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung

paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain;

hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25%

(dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan

di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;

Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib

Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun

tidak langsung; atau

Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis

keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

                               

POLBAN

Page 6: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Akuntansi

48

2. Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 8 tahun 1984 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor 42 Tahun 2010, sebagai berikut:

Hubungan istimewa dianggap ada apabila:

Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar

25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau

hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima

persen) atau lebih pada dua pengusaha atau lebih, demikian pula

hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir

Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih Pengusaha

berada di bawah penguasaan. Penguasaan yang sama baik langsung

maupun tidak langsung; atau

Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis

keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat

3. Pasal 9 ayat (1) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia dengan

mitra perjanjian, antara lain sebagai berikut:

Perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa, apabila:

(a) suatu perusahaan dari suatu Negara Pihak pada Persetujuan turut

berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam

manajemen, pengawasan atau modal suatu perusahaan dari Negara

Pihak lainnya pada Persetujuan, atau

(b) terdapat orang/badan yang sama yang turut berpartisipasi secara

langsung maupun tidak langsung dalam manajemen, pengawasan, atau

modal suatu perusahaan dari Negara Pihak pada Persetujuan dan suatu

perusahaan dari Negara Pihak lainnya pada Persetujuan, dan dalam

tiap kasus di atas, terdapat kondisi-kondisi yang dibuat atau

diberlakukan diantara kedua perusahaan dimaksud dalam hubungan

dagang atau hubungan keuangannya yang berbeda dengan kondisi-

kondisi yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang mempunyai

kedudukan bebas, maka atas laba yang karena kondisi- kondisi tadi,

tidak diakui, dapat ditambahkan pada laba perusahaan tersebut dan

dikenakan pajak.

METODE PENELITIAN

Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui

                               

POLBAN

Page 7: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ira Novianty

49

studi kepustakaan dengan mempelajari sejumlah buku, jurnal, paper, undang-

undang perpajakan, dan sebagainya untuk mendapatkan kerangka pemikiran dan

tujuan penelitian ini.

Strategi Penghindaran Pajak Melalui Penentuan Harga Transfer Aspek pajak internasional dalam penentuan harga transfer pada

perusahaan-perusahaan multinasional bagi sebagian besar perusahaan menjadi

pertimbangan utama. (Blocher:971). Sebagian besar Negara menerima perjanjian

Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang

menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan

menggunakan standar arm’s length .transaction, yaitu harga harga yang diperoleh

dari kesepakatan pihak-pihak yang tidak terkait. Hal tersebut bertujuan untuk

membatasi usaha-usaha perusahan multinasional dalam mengurangi kewajiban

pajak melalui transaksi hubungan istimewa.

Menurut L.Y. Hari Sih Advianto, Wajib Pajak dalam melakukan transaksi

dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa harus menerapkan prinsip

kewajaran dan kelaziman usaha (arm's length principle). Dalam Prinsip kewajaran

dan kelaziman usaha penetapan harga dan laba transaksi haruslah sama dan

sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa

dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, baik menggunakan

metode comparable price, resale price, ataupun cost-plus pricing.

Meskipun setiap perusahaan diharuskan menerapkan arm’s length

transacton, tetapi masih banyak perusahaan yang menggunakan mekanisme

penentuan harga transfer sebagai strategi untuk mengurangi kewajiban pajaknya

(Lo dkk, 2010). Hasil penelitian Klassen (1993) dalam Lo & Wong (2010)

menemukan bukti bahwa terjadi pergeseran penghasilan pada perusahaan-

perusahaan multinasional akibat adanya perubahan tarif pajak di Canada, Eropa,

dan Amerika Serikat. Pada saat tarif pajak di Canada mengalami kenaikan,

perusahaan-perusahaan multinasional memindahkan penghasilan mereka dari

Canada ke Amerika Serikat, kemudian saat tarif pajak di Eropa mengalami

penurunan, perusahaan-perusahaan multinasional memindahkan penghasilan

mereka dari Amerika Serikat ke Eropa (Jacob, 1996) dalam Lo & Wong (2010) .

Pemindahan penghasilan ini akan terjadi dari negara yang memiliki tarif tinggi ke

negara yang memiliki tarif pajak yang rendah.

Di Indonesia ada peraturan mengenai Tax Avoidance yang diarahkan pada

upaya menangkal praktik penghindaran pajak, khususnya oleh pihak yang

                               

POLBAN

Page 8: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Akuntansi

50

mempunyai hubungan istimewa yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Pajak

Penghasilan tentang hubungan istimewa. Praktik penghindaran pajak yang sering

dilakukan adalah melalui thin capitalization dimana induk perusahaan lebih banyak

membiayai anak perusahaan melalui pemberian utang bukan pemberian modal.

Selain melalui thin capitalization juga melalui pemanfaatan tax heaven dimana

bekerjasama dengan perusahaan yang didirikan dinegara yang memiliki tarif pajk

rendah melalui praktik transfer pricing.

Banyak kasus yang ditemukan dari adanya praktik transfer pricing yang

bertujuan untuk menghindari kewajiban pajak atau mengurangi nilai kewajiban

pembayaran pajak. Berikut diuraikan beberapa contoh kasus yang ditemukan oleh

Internal Revenue Service (IRS) di Amerika Serikat dan National Tax Agency (NTA)

di Jepang sebagai agen yang paling aktif menyelidiki dalam Permainan Penetapan

Harga Transfer internasional (Horngren; 2006):

1. Pada tahun 1993, IRS menyelidiki dan menyimpulkan bahwa Nissan Motor

Company telah menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar di Amerika

terlalu rendah dengan menetapkan harga transfer untuk jenis mobil

penumpang dan truk yang diimpor dari Jepang pada harga yang sangat

tinggi (tidak realistis). Nissan menyatakan bahwa perusahaan

mempertahankan margin yang rendah di Amerika Serikat untuk

meningkatkan pangsa pasar jangka panjang di pasar yang sangat kompetitif.

Tetapi pada akhirnya Nissan setuju untuk membayar IRS sebesar $170 juta.

2. Pada bulan Mei 1994, NTA Jepang menuduh Coca Cola Corporation telah

melaporkan laba kena pajak di Jepang yang terlalu rendah dengan

membebankan harga transfer yang berlebihan kepada anak perusahaan

lokal untuk bahan baku dan konsentrat yang diimpor dari perusahaan induk

dan dengan memungut royalty yang berlebihan dari anak perusahaan di

Jepang untuk menggunakan nama merek serta keahlian penjualan dan

pemasaran. NTA menyatakan bahwa royalty yang dibayarkan oleh anak

perusahaan Coca Cola di Jepang lebih tinggi daripada yang dibayarkan di

perusahaan lain di industri yang sama. NTA juga menyatakan bahwa anak

perusahaan di Jepang membayar royalty bahkan untuk produk yang

dikembangkannya sendiri. NTA mengenakan pajak dan denda sebesar $150

juta kepada Coca Cola. Coca Cola mengajukan keluhan kepada IRS dan

menyatakan bahwa dengan adanya pemungutan pajak di Jepang pada laba

yang sama menadikannya membayar pajak dua kali karena Coca Cola telah

membayar pajak dari laba tersebut di Amerika Serikat. Keluhan ini mengarah

                               

POLBAN

Page 9: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ira Novianty

51

pada negosiasi antara otoritas pajak di Jepang dan Amerika Serikat untuk

memutuskan negar mana yang akan memungut pajak dari Laba Coca Cola

di Jepang. Dalam penyelesaian bersama tahun 1998, NTA Jepang

mengurangi pungutan pajak terhadap Coca Cola dari $150 juta menjadi $50

juta.

3. Pada tahun 2000, NTA Jepang dan IRS Amerika Serikat harus

menyelesaikan perselisihan lain terkait dengan harga transfer. Kali ini anak

perusahaan Coca Cola di Jepang harus melaporkan tambahan $450 juta

dalam laba kena pajak dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999, yang

berarti bahwa perusahaan memiliki hutang pajak dan denda sebesar $170

juta. Untuk menghindari pemungutan pajak ganda, IRS menalangi Coca

Cola untuk pajak tyang telah dibayarkan di Amerika Serikat.

4. Pada tahun 2004, IRS mengenakan denda kepada GlaxoSmithKlien, sebuah

produsen farmasi yang berpusat di Inggris sebesar $5,2 milyar (jumlah pajak

terutang ditambah bunga). Hal tersebut berawal dari perselisihan penetapan

harga transfer yang berhubungan dengan laba dari tahun 1989 sampai

dengan tahun 1996.

5. Pada tahun 2004, NTA menuntut $100 juta dalam bentuk pengembalian

pajak kepada Honda Motor Company karena menyatakan bahwa Honda

Motor Company terlalu rendah menerima royalty dari anak perusahaannya di

Brazil dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002.

6. Pada tahun 2004, IRS menemukan masalah dalam perhitungan laba pada

Motorola dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 sehinggan

menyebabkan Motorola harus membayar pajak tambahan sebesar $500 juta.

Masalah ini melibatkan 67 entitas pajak Motorola di seluruh dunia. IRS

menyatakan bahwa Motorola memiliki laba yang tinggi di berbagai anak

perusahaan di luar negeri tetapi melaporkan laba yang rendah di Amerika

Serikat. Pejabat perusahaan bersikeras bahwa mereka telah melakukan

praktik akuntansi yang tidak melanggar hukum.

Pada dasarnya, penetapan harga transfer dapat dicapai melalui

kesepakatan. Kesepakatan ini dinamakan Advanced Pricing Agreement (APA).

Tujuan APA ini adalah untuk menghindari perselisihan penetapan harga transfer

antara wajib pajak dengan otoritas pajak (Horngreen:2006). Di Indonesia sendiri

perihal APA (Advanced Pricing Agreement ) sampai pada tahun 2008 telah

tercantum dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan namun belum dapat

                               

POLBAN

Page 10: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Akuntansi

52

diimplementasikan dengan baik karena tidak tersedia petunjuk teknisnya (Ning

Rahayu, 2010).

Menurut Dewiwardhana (2010) di Indonesia Direktur Jenderal Pajak

berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan

serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan

Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib

Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak

dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan

harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode

biaya-plus, atau metode lainnya. Masalahnya: tidak ada peraturan pelaksanaan lain

yang secara tegas mengatur bagaimana koreksi Transfer Pricing dilakukan.

Undang-Undang Pajak negara Jerman, Thailand, Amerika, Malaysia telah mengatur

bahwa Aparat Pajak dapat mengoreksi harga wajar ke harga wajar rata-rata dalam

Arm’s Length Range.

Di Indonesia, masalah yang terkait dengan praktik transfer pricing sebagai

strategi penghindaran pajak telah diatur Pada Pasal 18 ayat (3a) UU PPh (3a)

dimana Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib

Pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan

harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu

dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode

tertentu tersebut berakhir. Masalahnya: tidak ada peraturan pelaksanaan atau

petunjuk teknis untuk implementasi dari Advanced Pricing Agreement (APA),

meskipun APA sudah diperkenalkan sejak tahun 2001.

Aturan-aturan mengenai penghindaran pajak terkait dengan transfer pricing

di Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia

lainnya. Berikut adalah perbandingannya:

Upaya Menangkal Praktik Transfer Pricing

Jepang China India Malaysia Singapura Korea Indonesia

UU Tentang Transfer Pricing

X X X

Ketentuan Tentang Penggunaan Exchange of Information

X X

                               

POLBAN

Page 11: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ira Novianty

53

Upaya Menangkal Praktik Transfer Pricing

Jepang China India Malaysia Singapura Korea Indonesia

Audit Risk atas praktik transfer pricing

high Moderate-high

Moderate-high Moderate Low High Low

Penggunaan pembandng rahasia (secret comparable)

X X

Kewajiban menyediakan dokumentasi yang terkait dengan transfer pricing)

X X

Ketentuan mengenai sanksi terkait dengan transfer pricing)

X X X

Kewajiban tentang Advance Pricing Agreement (APA)

X

Sumber: CHH International, International Master Tax Guide (Dalam Ning, 2010)

* = belum berbentuk ketentuan yang mengikat

** = belum tersedia petunjuk teknisnya sehingga belum dapat diimplementasikan

KESIMPULAN

Praktik transfer pricing timbul akibat adanya perkembangan bisnis dan

proses bisnis yang semakin komplek sehingga mendorong perusahaan membuka

anak perusahaan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga

memunculkan praktik harga transfer (transfer pricing) . Tujuan utama transfer pricing

di dalam negeri adalah untuk mengevaluasi kinerja manajer subunit dan

meningkatkan motivasi manajer subunit. Sedangkan tujuan utama transfer pricing

pada perusahaan-perusahaan multinasional adalah untuk mengurangi kewajiban

pembayaran pajak yang tinggi dengan memanfaatkan tarif pajak yang berbeda-

                               

POLBAN

Page 12: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Akuntansi

54

beda di setiap negara dari adanya transaksi hubungan istimewa (induk perusahaan

dengan anak perusahaan di luar negeri). Perusahaan cenderung memindahkan

penghasilan mereka dari perusahaan di negara yang memiliki tarif pajak yang tinggi

ke perusahaan di negara yang memiliki tarif pajak rendah.

Dalam ketentuan peraturan perpajakan, transaksi hubungan istimewa

mendapat perhatian yang khusus, terlebih jika transaksi tersebut disinyalir dilakukan

untuk tujuan penghindaran pajak dengan cara melaporkan penghasilan yang kurang

dari semestinya. Meskipun setiap perusahaan diharuskan menerapkan arm’s length

transacton, tetapi masih banyak perusahaan yang menggunakan mekanisme

penentuan harga transfer sebagai strategi untuk mengurangi kewajiban pajaknya.

Banyak kasus yang terjadi pada perusahaan-perusahaan multinasional yang

terbukti melakukan transfer pricing untuk penghematan pajak mereka dan tidak

sedikit menimbulkan perselisihan antar negara dalam hal penetapan jumlah pajak

yang harus dibayar. Kasus seperti ini sebetulnya bisa diatasi dengan membuat

kesepakatan dengan otoritas pajak setempat melalui Advanced Pricing Agreement

(APA) yang tujuannya untuk menghindari perselisihan penetapan harga transfer

antara wajib pajak dengan otoritas pajak setempat. Sayangnya di Indonesia aturan

mengenai APA sudah ada dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, hanya

petunjuk teknisnya yang belum ada sehingga implemenasinya sulit dilaksanakan.

Aturan mengenai pencegahan praktik penghindaran pajak masih lemah sehingga

para wajib pajak masih dapat memanfaatkan celah penghindaran pajak ini sehingga

kerugian potensi negara melali praktik ini dapat terus bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Agnes W. Y. Lo, Raymond M. K. Wong, and Michael Firth (2010), Tax, Financial

Reporting, and Tunneling Incentives for Income Shifting:An Empirical Analysis of the Transfer Pricing Behavior of Chinese-Listed Companies, Journal of the American Taxation Association Vol. 32, No. 2, pp. 1–26

Anandita Budi Suryana.2012. Menangkal Kecurangan Transfer Pricing.

www.pajak.go.id Blocher, Chen, & Lin (2001), Manajemen Biaya Dengan Penekanan Stratejik,

Penerbit: Salemba Empat

Dewiwardhana. 2010.Lika-Liku Transfer Pricing, Mengendus Penghindaran Pajak Melalui Manipulasi Transfer Pricing. Politik.compasiana.com

Garrison & Noreen (2000), Managerial Accounting, McGraw-Hill Companies,Inc.

                               

POLBAN

Page 13: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ira Novianty

55

Horngren, Charles T ; Datar, Srikant M & Foster George (2006), Akuntansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Penerbit: Erlangga.

Komaruddin Ahmad (2005), Akuntansi Manajemen: Dasar-Dasar Konsep Biaya dan

Pengambilan Keputusan, Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada L.Y. Hari Sih Advianto (2012), Transaksi Hubungan Istimewa, website

bppk.depkeu. go.id, Pusdiklat Pajak Badan Pndidikan Dan Pelatihan Keuangan

Ning Rahayu (2010), Evaluasi Regulasi Atas Praktik Penghindaran Pajak

Penanaman Modal Asing, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 7, No.1

Yenni Mangoting (2000), Aspek Perpajakan Dalam Praktek Transfer Pricing, Jurnal

Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 1, 69 - 82

Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan

Undang - undang Pajak Penghasilan.

Undang - undang PPN dan PPn BM

Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER - 43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 69/PJ/2010 Tentang Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement)

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 48/PJ/2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement Procedure) Berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.

                               

POLBAN

Page 14: Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan …digilib.polban.ac.id/files/disk1/80/jbptppolban-gdl-iranoviant... · Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 5,

Ekspansi Akuntansi

56

Halaman ini Sengaja Dikosongkan.

                               

POLBAN