EKSISTENSI QIRÂT SAB AH DI INDONESIA; ANTARA TEORI DAN …
Transcript of EKSISTENSI QIRÂT SAB AH DI INDONESIA; ANTARA TEORI DAN …
EKSISTENSI QIRÂ’ÂT SAB‘AH DI INDONESIA;
ANTARA TEORI DAN PRAKTEK
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Magister Agama (MA) dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh:
ACHMAD KHOTIB
NIM : 298410031
KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL- HADITS
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL- QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
2015 M/1436 H
i
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Achmad Khotib
NIM : 298410031
Tempat/Tgl Lahir : Gresik, 18 Mei 1970
Menyatakan bahwa tesis dengan Judul “Eksistensi Qirâ‟ât Sab‘ah di
Indonesia; Antara Teori dan Praktek” adalah benar-benar karya tulis asli
saya, kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan sumber dan
referensinya. Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 15 Maret 2015
Achmad Khotib
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Huruf Arab Huruf Latin ض dh
th ط A ا
zh ظ B ب
„ ع T ت
gh غ Ts ث
f ف J ج
q ق H ح
k ك Kh خ
l ل D د
m م Dz ذ
n ن R ر
w و Z ز
h ه S س
‟ ء Sy ش
y ي Sh ص
Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
 a dengan topi di atas ا
Î i dengan topi di atas اي
Û u dengan topi di atas او
iii
KATA PENGANTAR
al-Hamdulillâhi rabbi al„âlamîn segala puji bagi Allah subhânahû
wata‘âlâ, Tuhan seluruh alam. Atas segala anugrah nikmat, hidayah dan
inayah-Nya, semoga kita menjadi hamba yang pandai mensyukuri nikmat-
Nya.
Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Shallallâhu „alaihi wasallam, yang telah membawa risalah
kenabian dalam rangka menyempurnakan akhlak umat manusia.
Setelah melalui perjalanan waktu yang panjang dengan mengerahkan
segala daya dan upaya serta segenap kemampuan, disertai ucapan syukur al-
hamdulillâh akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir di
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, dengan mengangkat
judul; “Eksistensi Qirâ‟ât Sab‘ah di Indonesia; Antara Teori dan Praktek”
Dengan terselesainya tesis ini tentu tidak terlepas dari kontribusi
berbagai pihak yang telah ikut andil, baik secara moril maupun materiil,
maka dari itu kiranya tidak terlalu berlebihan bila penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj. Huzaemah
Tahido Yanggo, MA., sekaligus sebagai pembimbing penulis, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
2. Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta, Dr. KH. Ahmad Munif
Suratmaputra, MA., sebagai Direktur Program Pascasarjana IIQ
Jakarta.
3. Bapak Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA., selaku pembimbing
penulis juga sebagai guru penulis dalam bidang Qirâ‟ât, yang telah
banyak meluangkan waktunya baik untuk mengajar, membimbing,
mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Seluruh Dosen Program Pascasarjana IIQ Jakarta, yang selama masa
kuliah telah mengajarkan ilmunya kepada penulis dengan penuh
keikhlasan sampai penulis dapat menyelesaikan kuliah di Pascasarjana
IIQ Jakarta.
5. Seluruh staf Program Pascasarjana IIQ Jakarta dan Petugas
perpustakaan IIQ Jakarta.
6. Kepada orang tua penulis, al-Marhum Ayahanda Abdul Hamid dan al-
Marhumah Marhamah, yang mengasuh dan mendidik penulis sampai
masa perkawinan, semoga Allah memberikan ampunan-Nya dan
iv
menempatkan di surga-Nya. Amin. Juga kedua mertua penulis Bapak
H. Zainuddin dan ibunda Hj. Arofah yang selalu mendo‟akan penulis.
7. Kepada istri tercinta Umi Sa‘adah, S.Ag ,yang selalu mendampingi
penulis dengan penuh kesabaran, ketabahan dan selalu memberikan
motivasi serta memberikan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.
8. Kepada anak-anak tersayang penulis, Adinda Najwa ,yang sedang
menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darun Najah Jakarta semoga
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Zadah Amalia yang menuntut
ilmu di SDIT Al-Adzkar semoga menjadi anak yang sholehah dan
Mafaza Ahmad mudah-mudahan kelak menjadi anak yang senantiasa
menggembirakan orang tua.
9. Kepada teman-teman penulis yang menjadi inspirasi dan memberi
semangat dalam menyelesaikan tesis ini, antara lain Aftoni, Zainal
Arifin Madzkur serta teman -teman di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟an.
Akhirnya hanya kepada Allah subhanâhû wata‘âlâ penulis memohon
semoga amal baik dari berbagai pihak diterima Allah dan mendapat pahala
yang berlipat ganda. Tentunya dalam penulisan tesis ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran konstruktif penulis harapkan dalam
perbaikan. Penulis berharap kepada Allah subhânahû wata‘âlâ semoga karya
tulis ini bisa memberikan manfaat khususnya kepada penulis dan umumnya
kepada pecinta Al-Qur‟an dan masyarakat umum. Amin
Jakarta, 15 Maret 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
Persetujuan pembimbing
Halaman pengesahan
Halaman pernyataan keaslian tesis
Pedoman Transliterasi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstrak
i
iii
v
vii
ix
xi
xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembahasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Tinjaun Pustaka
E. Kerangka Teori
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Penulisan
1
3
3
3
5
6
7
BAB II BEBERAPA ASPEK QIRÂ'ÂT DALAM AL-QUR’AN 9
A. Pengertian Qirâ'ât
B. Macam-Macam Qirâ'ât
C. Qirâ'ât Ditinjau Dari Nilai Sanad
D. Syarat-Syarat Diterimanya Suatu Qirâ'ât
E. Segi-Segi Perbedaan Qirâ'ât
F. Hikmah Perbedaan Qirâ'ât Dalam Al-Qur‟an
9
11
15
17
21
23
BAB III ILMU QIRÂ'ÂT DALAM PRESPEKTIF SEJARAH 25
A. Perkembangan Qirâ'ât Al-Qur‟an
B. Al-Qur‟an Diturunkan Dalam “Tujuh Huruf”
C. Sejarah Munculnya Istilah Qirâ'ât Sab‟ah
D. Biografi Imam Qirâ'ât Sab‟ah
E. Status Qirâ'ât Sab‟ah
F. Pandangan Orientalis Terhadap Berbagai Macam Qirâ'ât
25
30
41
43
47
50
BAB IV ANALISIS EKSISTENSI QIRÂ'ÂT SAB‘AH DI INDONESIA
ANTARA TEORI DAN PRAKTEK
59
A. Kondisi Obyektif Masyarakat Indonesia Dalam Menerima Perbedaan
Qirâ'ât Selain Riwayat Hafsh
59
vi
B. Peran Pondok Pesantren Takhashshush Al-Qur‟an Dalam
Melestarikan Ilmu Qirâ'ât Al-Qur‟an di Indonesia
C. Peran Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an Dalam Melestarikan Ilmu
Qirâ'ât Al-Qur‟an di Indonesia
D. Peran Jam‘iyyatul Qurrâ‟ Wal Huffazh (JQH) Dalam
Memasyarakatkan Qirâ'ât Sab‟ah
E. Peran LPTQ, STQ, MTQ Nasional Dalam Memasyarakatkan Qirâ'ât
Sab‘ah
F. Benang Merah Pengajaran Dan Pembinaan Qirâ'ât Sab‘ah di
Indonesia; Antara Teori dan Praktek
63
106
132
139
143
Bab V PENUTUP 145
A. Kesimpulan 145
B. Saran-saran 145
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
147
153
vii
Abstrak
Tesis ini ingin membuktikan bahwa eksistensi qirâ‟ât sab‘ah di
Indonesia antara teori dan prakteknya masih menyisakan jarak yang cukup
lebar. Lamanya qirâ‟ât sab‘ah berkembang di Indonesia ternyata tidak
berbanding lurus dengan kemampuan umat Islam dalam memahami dan
mengaksesnya dengan baik. Kenyataanya, qirâ‟ât sab‘ah hanya menjadi
konsumsi kalangan „elit‟ umat Islam Indonsia secara umum dan hanya
dikuasai dengan baik oleh kalangan pesantren takhashshush Al-Qur‟an.
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal qirâ‟ât „Âshim riwayat
Hafsh dan jarang mengenal qirâ‟ât - qirâ‟ât lain. padahal dalam diskursus
ilmu qirâ‟ât „Âshim hanyalah salah satu dari 7 imam qirâ‟ât sab‘ah yang
diakui kemutawatirannya. Selain itu, dalam komunitas akademik diskusi
qirâ‟ât terbagai menjadi beberapa kategori; qirâ‟ât sab‘ah (qira‟at yang
mengacu tujuh imam qirâ‟ât hasil verifikasi Ibnu Mujâhid), „asyrah (qira‟at
yang mengacu sepuluh imam qirâ‟ât) dan arba‟ata „asyar (qirâ‟ât yang
mengacu empat belas imam qirâ‟ât). Dua ketegori pertama diakui
kemutawatirannya, sehingga semua bacaan yang bersumber dari imam-imam
qirâ‟ât tersebut memiliki kualitas yang sama dan yang terakhir dianggap
sebagai qirâ‟ât syadz.
Dari penelitian tesis ini diharapkan akan membuka pemahaman lebih
lanjut bahwa jurang pemisah pengajaran qirâ‟ât sab‘ah antara teori dan
praktek di Indonesia yang masih mengalami kesenjangan dapat dirumuskan
upaya kongkrit untuk menjembataninya. Jangan sampai, umat Islam
Indonesia hanya mengenal dan menganggap bahwa qirâ‟ât yang paling
mutawatir hanya riwayat Hafsh dari Imam „Âshim. Sementara riwayat-
riwayat lain yang juga mutawatir jarang bahkan asing di tengah-tengah umat
Islam yang mayoritas ini.
Temuan penelitian ini adalah eksistensi qirâ‟ât sab‘ah di Indonesia
antara teori dan prakteknya didominasi oleh empat lembaga dengan karakter
yang berbeda. Pola pengajaran qirâ‟ât sab‘ah di pondok pesantren
takhashshush pada umumnya mengacu pada kitab tertentu dengan model
tahlili, berurutan berdasarkan tartib mushaf, mayoritas mengacu pada kitab
Faidh al-Barakât fi Sab‘il-Qirâ‟ât karya KH. Muhammad Arwani Amin.
Pola pengajaran qirâ‟ât sab‘ah di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an pada
umumnya mengacu pada modul tertentu dengan model ilmu qirâ‟ât, dan
sistem SKS tidak berurutan berdasarkan tartib mushaf akan tetapi
berdasarkan urutan kaidah umum (ushuliyah) dan khusus (farsy al-huruf),
adapun yang dipergunakan adalah buku modul qirâ‟ât yang disusun oleh Dr.
H. Ahmad Fathoni dan Dr. H. Muhsin Salim, MA. Pola Pembinaan qirâ‟ât
sab‘ah di JQH pada umumnya mengacu pada sistem maqra dan
viii
memanfaatkan hasil pendidikan dari dua lembaga sebelumnya, yakni pondok
pesantren takhashshush Al-Qur‟an dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an,
yakni dengan menggunakan kitab Manba‘ al-Barakât fi Sab’ al-Qirâ'ât yang
di tulis oleh Rais Majlis Ilmi JQH, Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA,
Pakar ilmu qirâ‟ât, dan Dr. Romlah Widayati (Dosen Ilmu Qirâ'ât di IIQ
Jakarta). Pola Pembinaan qirâ‟ât sab‘ah di LPTQ sebagaimana JQH pada
umumnya mengacu pada sistem maqra dan memanfaatkan hasil pendidikan
dari tiga lembaga sebelumnya, yakni pondok pesantren takhashshush Al-
Qur‟an, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an dan JQH. Meskipun LPTQ jauh
lebih muda dari JQH namun secara cakupan kerja LPTQ jauh lebih luas dari
JQH.
Sebagai sumber primer penelitian ini mengambil buku, literatur yang
terkait dengan ilmu qirâ‟ât dan sebagai sumber sekunder adalah buku-buku
dan jurnal-jurnal penelitian yang terkait perkembangan qirâ‟ât di Indonesia.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat yang keotentikannya tidak
diragukan lagi. Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
melalui malaikat Jibril. Al-Qur‟an juga merupakan mu‟jizat bagi kerasulan
Muhammad SAW yang abadi.
Sebagai salah satu kitab suci samawi yang diturunkan untuk seluruh
umat manusia, bahwa tidak bisa dipungkiri oleh siapapun Al-Qur‟an adalah
satu-satunya kitab yang paling banyak dibaca oleh umat manusia di seluruh
penjuru dunia, dari berbagai strata lapisan masyarakat, baik mereka yang
mengerti maupun yang tidak mengerti sama sekali. Al-Qur‟an juga selalu
menjadi bahan kajian dan perbincangan menarik dalam diskusi-diskusi
maupun seminar dan satu-satunya bacaan yang banyak merenggut perhatian
masyarakat dunia dari dahulu hingga sekarang.
Pada mulanya bacaan Al-Qur‟an yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW adalah bacaan yang sesuai dengan dialeknya suku Quraisy yaitu suku
yang mendiami kota Makkah dan sekitarnya, dimana Nabi Muhammad SAW
pertama kali menyampaikan Al-Qur‟an dan da‟wahnya kepada mereka.
Namun Nabi sangat paham bahwa bangsa Arab bukanlah terdiri dari suku
Qurasy saja, tetapi masih ada puluhan suku lainnya yang terpancar di
semenanjung Arabia. Dimana dialek mereka antara satu dan yang lainnya
berbeda. Perbedaan ini kadang kala banyak juga ringan dan sedikit. 1
Nabi sangat memahami adanya ragam dialek tersebut. Nabi juga sangat
paham bangsa Arab banyak yang masuk Islam, maka menu spiritual yang
mereka konsumsi adalah bacaan Al-Qur‟an dengan menggunakan dialek suku
Qurasy, maka yang terjadi adalah kendala dalam membaca Al-Qur‟an.
Seorang yang sedari kecilnya menggunakan dialek tertentu, tidak mudah
baginya untuk beralih ke dialek lainnya. Nabi juga memahami bahwa
umatnya terdiri dari manusia yang sangat beragam, mulai tingkat
pengetahuannya, ada yang “ummi” yaitu mereka yang tidak bisa membaca
dan menulis, ada yang karena faktor umur sehingga tidak bisa mengucapkan
kata-kata yang pas seperti orang tua dan anak-anak. Melihat latar belakang
itu semua, maka Nabi Muhammad SAW yang sangat penyayang pada
umatnya memohon kepada Allah melalui malaikat Jibril agar Allah
memberikan peringanan dalam cara membaca Al-Qur‟an. Allah mengabulkan
permintaan Nabi dan menyuruhnya untuk membacakan Al-Qur‟an kepada
1 Ahsin Muhammad, Qirâ‟ât Sab‘ah di Indonesia, semiloka “Qirâ‟ât Sab‟ah dan
Tafsir Bahasa Indonesia”, IPQAH DKI di Wisma Tugu Depag Cisarua 8-10 Maret 2002, h.
1.
2
umatnya dengan tujuh huruf” sesuai dengan bunyi salah satu hadits.2 Dalam
diskursus ilmu-ilmu keislaman, ilmu yang mempelajari dan membahas
tentang perbedaan bacaan Al-Qur‟an dinamakan ilmu qirâ‟ât.
Ilmu Qirâ‟ât merupakan kajian Ulumul Qur‟an yang sangat sedikit
diminati atau digeluti oleh seseorang, karena kajian Ilmu Qirâ‟ât ini banyak
berkaitan dengan riwayat sehingga tidaklah sesemarak kajian tafsir A-
Qur‟an. Selain itu, Qirâ‟ât sab„ah perlu diperkenalkan dan dikembangkan
kepada masyarakat luas, sehingga masyarakat lebih tahu seluk beluk bacaan
Al-Qur‟an (Qirâ‟ât sab„ah). Pengenalan atau pengembangan Qirâ‟ât sab„ah
sudah saatnya diperkenalkan kepada masyarakat di Indonesia. karena
masyarakat Indonesia masih awam atau banyak yang belum mengerti tentang
Qirâ‟ât sab„ah, padahal sama-sama mutawatirnya. Kebanyakan masyarakat
kita menganggap bacaan Imam „Âshim riwayat Hafsh adalah satu-satunya
bacaan yang sah (mutawatir).
Melalui kebijakan Menteri Agama RI, Prof. Dr. Agil Husen Al-
Munawwar yang telah mengeluarkan SK mengikutsertakan cabang Qirâ‟ât
sab„ah dan tafsir bahasa Indonesia dalam MTQ dan STQ Nasional di
Indonesia. beliau mengatakan dalam pembukaan semiloka “Qirâ‟ât sab„ah
dan Tafsir Bahasa Indonesia” yang diadakan IPQAH DKI tanggal 8-10 Maret
2002 bahwa sudah dipastikan Qirâ‟ât sab„ah dan Tafsir Bahasa Indonesia
untuk diperlombakan pada STQ Nasional di Mataram tahun 2002. Ini
merupakan suatu gagasan yang berani dan perlu kita dukung bersama, kapan
lagi masyarakat kita akan mengenal Qirâ‟ât sab„ah sekaligus
mempraktekannya seperti bacaan riwayat Hafs yang kita baca sehari-hari.
Memang membahas atau belajar Qirâ‟ât sab„ah tidak cukup dengan
membaca buku saja, sebab banyak masalah-masalah yang harus di talaqqi-
kan (dihadapkan pada guru yang ahli) sehingga kita dapat menguasai teori
sekaligus praktek yang sesuai dengan bacaan yang benar dihadapan guru ahli
qirâ‟ât sab„ah.
Kondisi realitas masyarakat Indonesia masih tabu atau asing
mendengarkan qirâ‟ât sab„ah (bacaan) selain riwayat Hafsh, sehingga guru-
guru ahli qirâ‟ât sab„ah di Indonesia banyak mengajarkan qirâ‟ât sab„ah pada
lingkungan terbatas, sikap yang demikian itu ditempuh untuk menghindari
dampak negatif dari masyarakat awam yang menganggapnya sebagai fitnah.
Sudah saatnya tradisi menyembunyikan qirâ‟ât sab„ah harus dirubah,
sehingga masyarakat yang menganggapnya sebagai fitnah akan terkikis
dengan sendirinya.
Panggilan untuk memperkenalkan qirâ‟ât sab„ah dan mempraktekannya
bermula dari kondisi di lapangan yang sudah mengalami perubahan sangat
2 Ahsin Muhammad, Qirâ‟ât Sab‘ah di Indonesia, semiloka “Qirâ‟ât Sab‟ah dan
Tafsir Bahasa Indonesia”, hal. 2.
3
jauh dari kondisi tempo dulu, dimana teknologi informatika dan elektronika
belum secanggih saat ini. Dengan dilombakannya (dipraktekannya) Qirâ‟ât
sab„ah pada MTQ atau STQ di Indonesia maka banyak guru-guru ahli qirâ‟ât
sab„ah di tanah air ini akan bermunculan, sebab selama ini mereka masih
terpendam dan hanya diketahui oleh orang-orang terbatas.
Dari paparan latar belakang tersebut di atas, judul tesis " Eksistensi
Qirâ’ât sab‘ah di Indonesia; Antara Teori dan Praktek" menjadi relevan
untuk dibahas
B. Pembahasan dan Perumusan Masalah
Sesuai dengan uraian diatas, maka penulis membatasi dalam
pembahasan dan perumusan masalah ini terhadap Eksistensi Qirâ‟ât sab„ah di
Indonesia antara Teori dan Prakteknya yang di dalamnya akan dibahas secara
detail tentang; bagaimanakah Status/kedudukan Qirâ‟ât sab„ah, dan
bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam menjaga eksistensi
Qirâ‟ât sab„ah di Indonesia. Oleh karena itu, permasalahan yang diteliti,
dikaji dan dibahas dalam tesis ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pengertian Qirâ‟ât Sab‟ah; Teori dan Prakteknya?
2. Bagaimanakah Status/kedudukan Qirâ‟ât sab„ah?
3. Bagaimanakah Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam menjaga
Eksistensi Qirâ‟ât sab„ah di Indonesia?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dan kegunaan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan teori qirâ‟ât serta aplikasinya
(prakteknya).
2. Untuk mengkaji terhadap status/kedudukan qirâ‟ât sab„ah sebagai qirâ‟ât
yang sah (mutawatir).
3. Untuk melihat sejauh mana peran pemerintah dan masyarakat dalam
menjaga eksistensi qirâ‟ât sab„ah di Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam konteks pembahasan eksistensi Qirâ‟ât sab„ah di Indonesia,
setidaknya terdapat beberapa tulisan yang pernah mengangkat tema yang
sama;
1. Muhammad Arwani Amin (tt.) Faidh al-Barakât fi Sab‘il-Qirâ‟ât yang
berisi panduan mempelajari qirâ‟ât sab„ah dengan thariq Hirzul-Amânî
(Syatibiyah) yang berasal dari gurunya KH. Munawwir Abdullah Rasyad
Krapyak Jogjakarta. Buku ini hampir menjadi rujukan baku bagi
pesantren-pesantren Al-Qur‟an yang mengajarkan sab‟ah di Indonesia,
khususnya di pulau Jawa. Dalam pengantarnya, KH. Arwani menyebut
4
sang guru, al-Muqri KH. Muhammad Munawwir sebagi satu-satu tokoh
yang menguasai varian bacaan qirâ‟ât Al-Qur‟an secara utuh (Wâhid
dahrihî wa‟ashrihî).
2. Khadijatus Shalihah (1983), Perkembangan Seni Baca Al-Qur‟an dan
Qira‟aat Tujuh di Indonesia. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana
tentang seni bacaan Al-Qur‟an dengan mempergunakan lagu-lagu dan
qirâ‟ât sab„ah berikut lembaga-lembaga Al-Qur‟an di Indonesia yang
memiliki perhatian khusus dalam pengembangan keduanya, seperti;
PTIQ, MTQ, LPTQ dan IIQ.3
3. Ahmad Fathani (1996), Kaidah Qira‟aat Tujuh menjelaskan tentang
pembahasan terkait ilmu qirâ‟ât tujuh dari aspek kaidah ushuliyah dan
farsy-nya. Hanya saja buku ini menyasar bagi mahasiswa-mahasiswa
perguruan tinggi Islam, khususnya di Institut PTIQ dan IIQ Jakarta;
4. Ahsin Sakho Muhammad (2002), Qirâ‟ât sab„ah di Indonesia, Semiloka
“Qirâ‟ât sab„ah dan Tafsir Bahasa Indonesia, dalam pembukaan
semiloka “Qirâ‟ât sab„ah dan Tafsir Bahasa Indonesia” yang diadakan
IPQAH DKI tanggal 8-10 Maret 2002 bahwa sudah dipastikan Qirâ‟ât
sab„ah dan Tafsir Bahasa Indonesia untuk diperlombakan pada STQ
Nasional di Mataram tahun 2002. Ini merupakan suatu gagasan yang
berani dan perlu kita dukung bersama, kapan lagi masyarakat kita akan
mengenal Qirâ‟ât sab„ah sekaligus mempraktekkannya seperti bacaan
riwayat Hafsh yang kita baca sehari-hari.
5. Sawabi Ihsan, MA. (2003) dalam „Membuat Pedoman Bacaan al-Qur‟an
Qirâ‟ât sab„ah‟ Jurnal Al-Burhan Institut PTIQ Jakarta, menurutnya;
“membaca Al-Qur‟an dengan Qirâ‟ât sab„ah belum dikenal luas. Salah
satu alasannya adalah belum adanya buku panduan yang secara praktis
dan mudah dapat digunakan oleh peminat qirâ‟ât sab„ah. Institut PTIQ
mencoba menjawab itu dengan penelitian. Program penelitian yang
dipimpin oleh H. Sawabi Ihsan, Ketua Lembaga Bahasa Institut PTIQ ini
sudah menghasilkan sebuah buku panduan berjudul “mengenal Bacaan
Al-Qur‟an Sab‟ah, Sebuah Eksperimen” yang berisi juz 1 surah al-
Baqarah 1-141 dan juz 30 suarh ad-Duha dan an-Nas.4
6. Sawabi Ihsan, MA. Et.al (2003) dalam Eksperimen Rintisan Pengenalan
Bacaan Qirâ‟ât sab„ah dengan Membubuhkan Harakat (Tanda Baca)
yang Sudah Dikenal Masyarakat Indonesia, menjelaskan bahwa terdapat
tiga qirâ‟ât; Hafsh, Qâlûn dan ad-Dûrî dengan mempergunakan harakat
dan tanda baca yang familiar di Indonesia. Hasil eksperimen ini
diharapkan dapat mempermudah sosialisasi qirâ‟ât sab„ah bagi
3 Khadijatus Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur‟an dan Qira‟aat Tujuh di
Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983, cet. Ke-1. 4 Sawabi Ihsan, “Membuat Pedoman Bacaan al-Qur‟an Qirâ‟ât Sab„ah” dalam al-
Burhan, No. 5 tahun 2003, h. 99-104.
5
masyarakat luas yang sudah memiliki kemampuan baca Al-Qur‟an yang
baik untuk dapat mengakses qirâ‟ât sab„ah tanpa harus dipersyaratkan
hafal Al-Qur‟an;
7. Ahmad Fathani (2011), dalam buku, Tuntunan Praktis 100 Maqra
Qirâ‟ât Mujawwad Riwayat Qalun, Warasy, Khalaf dan Qirâ‟ât sab„ah
dalam buku yang di terbitkan oleh Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta ini
penulis hanya membatasinya pengenalan qirâ‟ât terbatas pada maqra‟-
maqra tertentu.
8. Mustopa, (2011) „Pembakuan Qirâ‟ât „Âshim Riwayat Hafsh dalam
sejarah dan jejaknya di Indonesia” dalam Jurnal Suhuf, vol.4, No.2,
2011, hal. 242-243 menjelaskan tentang dominasi riwayat Hafs dari
Imam Ashim yang hampir „menyingkirkan‟ riwayat lain. Padahal dalam
beberapa mushaf kuno Nusantara didapati banyak mushaf Al-Qur‟an
dengan mempergunakan riwayat selain Hafs.
9. Ahmad Fathani (2012), dalam buku, Studi Bacaan Al-Qur‟an Riwayat
Hafs dan Riwayat Qalun (Qs. al-fatihah, al-Baqarah dan Ali Imran),
dalam buku yang di terbitkan oleh Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta ini
penulis hanya membatasinya pengenalan qirâ‟ât terbatas hanya dari tiga
riwayat dan tiga surah saja.
Dari studi pustaka di atas, tesis ini bermaksud mempertegas kurang
tergarapnya eksistensi qirâ‟ât sab„ah di masyarakat luas secara umum. Dalam
kenyataannya, ternyata masih menyisakan persoalan cukup krusial antara
teori dan prakteknya di Indonesia. Ilmu hanya menjadi konsumsi orang-orang
tertentu dan belum menjadi pengetahuan umum yang dapat diakses secara
mudah oleh siapa saja.
E. Kerangka Teori
Dalam disiplin ilmu qirâ‟ât dikenal ada beberapa variasi bacaan yang
kemudian berdiri sendiri menjadi disiplin ilmu qirâ‟ât. Sementara ini
masyarakat pada umumnya hanya mengenal qira‟ah riwayat Hafs dari Imam
Ashim. Padahal dalam disiplin ilmu qirâ‟ât masih banyak riwayat-riwayat
lain yang juga mutawatir.5
Riwayat-riwayat qirâ‟ât tersebut jika ditinjau dari banyaknya para guru
yang mengajarkannya ada tiga klaster, yaitu Qirâ‟ât sab„ah, Qirâ‟ât
„Asyarah dan Qirâ‟ât Arba‟ata „Asyara. penjelasannya sebagai berikut:
1. Qirâ‟ât sab„ah
Qirâ‟ât yang disandarkan tujuh tokoh Ahli Qirâ‟ât yang termasyhur.
yaitu:
a. Nâfi‟ bin ‘Abdurrahmân (wafat pada tahun 169 H) di Madinah.
5
Ahmad Fathoni, Keterikatan Ragam Qira‟at dengan Rasm Utsmani serta
Implikasinya terhadap Penerbitan Mushaf dan Penafsiran Al-Qur‟an, Jakarta: Disertasi SPs
UIN Syarif Hidayatullah, 2008, hal. 34.
6
b. „Âshim bin Abî al-Najûd al-As‟adî (wafat pada tahun 127 H) di
Kufah
c. Hamzah bin Habîb at-Taimî (wafat pada tahun 158 H) di Kufah
d. Ibnu „Âmir al-Ya‟syhubî (wafat pada tahun 118 H) di Syam
e. „Abdullâh Ibnu Katsîr (wafat pada tahun 130 H) di Makkah
f. Abû ‘Amr Ibn al-„Alâ‘ (wafat pada tahun 154 H) di Basrah
g. Abû ‘Ali al-Kisâ’î (wafat pada tahun 189 H) di Kufah
2. Qirâ‟ât „Asyarah.
Qirâ‟ât yang disandarkan kepada sepuluh orang ahli Qirâ‟ât yang
mengajarakannya yaitu tujuh orang tersebut dalam Qirâ‟ât sab„ah
ditambah dengan tiga orang lagi, yaitu:
a. Abû Ja‟far Yazîd Al-Qârî (wafat pada tahun 130 H) di Madinah
b. Abû Muhammad Ya‟kûb bin Ishâq Al-Hadhamî (wafat pada tahun205
H) di Bashrah
c. Abû Muhammad Khalaf bin Hisyâm Al-A‟masy (wafat pada tahun
229 H)
3. Qirâ‟ât Arba‟ah „Asyara
Qirâ‟ât yang disandarkan kepada 14 (empat belas) orang ahli Qirâ‟ât
yang mengajarkannya. Empat belas orang tersebut ialah sepuluh orang
ahli Qirâ‟ât „Asyarah ditambah empat orang ahli Qirâ‟ât sab„ah yang
lain:
a. Hasan Al-Bashry (wafat pada tahun 110 H) dari Basrah
b. Ibnu Muhaisin (wawfat pada tahun 123 H)
c. Yahyâ Ibnul Mubârak Al-Yazîdy (wafat pada tahun 202 H) di
Baghdad
d. Abû Fawaj Ibnu Ahmad Asy-Syambûdzy (wafat pada tahun 388 H) di
Baghdad
Dari tiga klaster di atas, Qirâ‟ât sab„ah lah yang paling banyak beredar
di Indonesia, meskipun perkembangannya masih berada di daerah-daerah
tertentu dan cenderung terbatas.
F. Metodologi Penelitian
Pembahasan dalam tesis ini menggunakan metodologi penelitian
kepustakaan (Library Research) yakni mengumpulkan data, meneliti literatur
yang mempunyai relevansi serta mendukung pembahasan dalam tesis ini.
Pembahasan dalam tesis ini berorientasi pada pertanyaan yang telah
dirumuskan tersebut melalui penelitian kepustakaan. Sumber data yang
dipelajari adalah Al-Qur‟an, Assunnah dan buku-buku atau kitab-kitab
Qirâ‟ât sab„ah, Ulumul Qur‟an serta kitab-kitab yang mempunyai relevansi
dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam tesis ini.
7
Adapun metode analisis permasalahan dalam tesis ini adalah
menggunakan metode dikskriptif analisis yang digunakan untuk
mendiskripsikan data-data yang diperoleh. Dari hasil penelitian kepustakaan
tersebut, kemudian ditransfer kedalam bentuk tulisan dengan berpedoman
kepada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Tesis IIQ Jakarta” yang
diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta 2011.
G. Sistematika Penulisan
Dalam suatu penulisan karya tulis diperlukan suatu kerangka penulisan
yang sistematis, agar pembahasan dalam karya tulis tersebut sesuai dengan
alur pembahasan. Untuk mempermudah penulisan maka dibuat kerangka
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri d ari latar belakang masalah,
pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian masalah, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Beberapa aspek Qirâ’ât sab‘ah dalam Al-Qur’an, yang
terdiri dari: pengertian Qirâ‟ât, macam-macam Qirâ‟ât, Qirâ‟ât
ditinjau dari nilai sanad, syarat-syarat diterimanya suatu
Qirâ‟ât, segi-segi perbedaan Qirâ‟ât, serta hikmah perbedaan
Qirâ‟ât dalam Al-Qur‟an.
BAB III : Ilmu Qirâ’ât dalam Prespektif Sejarah, yang terdiri dari:
perkembangan Qirâ‟ât Al-Qur‟an, Al-Qur‟an diturunkan
dalam “tujuh huruf,”sejarah munculnya istilah Qirâ‟ât sab„ah,
status Qirâ‟ât sab„ah, serta pandangan orientalis terhadap
berbagai macam Qirâ‟ât.
Bab IV : Analisis Eksistensi Qirâ’ât Sab‘ah di Indonesia; Antara
Teori dan Praktek, yang terdiri dari: kondisi obyektif
masyarakat Indonesia dalam menerima perbedaan Qirâ‟ât
sab„ah selain riwayat Hafsh, yang didalamnya Ian diuraikan
tentang peran dari berbagai lembaga, seperti; pondok
pesantren tahassus Al-Qur‟an dan perguruan tinggi ilmu Al-
Qur‟an dalam melestarikan ilmu qirâ‟ât Al-Qur‟an di
Indonesia. Begitupun peran Jamiyyatul Qurrâ‟ Wal Huffâdz
(JQH) dan LPTQ melalui STQ dan MTQ Nasional dalam
memasyarakatkan qirâ‟ât sab„ah, serta benang merah
pengajaran dan pembinaan qirâ‟ât sab„ah di Indonesia; antara
Teori dan Praktek
BAB V : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
145
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menelaah beberapa literatur, baik dari data primer maupun
sekunder yang concern membahas seputar eksistensi qirâ’ât sab’ah di
Indonesia, antara teori dan praktek. Sampailah peneliti kepada beberapa
kesimpulan sebagaimana yang terangkum dalam tiap bab pembahasan secara
umum, khususnya yang tertulis di dalam perumusan masalah.
Qirâ’ât Sab’ah adalah qirâ’ât yang diriwayatkan oleh tujuh imam
qirâ’ât yang semuanya mutawatir dari Rasulullah SAW. Secara teori, bacaan
Qirâ’ât Sab’ah masih banyak dikaji dan dikembangkan di beberapa pondok
pesantren yang concern dalam bidang Al-Qur’an dan lembaga-lembaga
terkait. Walaupun, secara praktis yang banyak beredar di masyarakat adalah
bacaan Imam ‘Ashim dengan rawinya Hafsh.
Status/kedudukan Qirâ’ât Sab’ah adalah mutawatir dan valid serta
memiliki kedudukan yang sama antara satu qirâ’ât dengan yang lain.
Meskipun dalam prakteknya di sebagian penduduk muslim di Indonesia lebih
familiar mengenal Qirâ’ât ‘Ashim riwayat Hafsh saja.
Pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang berbeda berdasarkan
kapasitas masing-masing. Peran pemerintah dalam menjaga eksistensi Qirâ’ât
Sab’ah di Indoensia adalah dengan melakukan pembinaan melalui LPTQ
Nasional dengan mengadakan event-event MTQ Qirâ’ât Sab’ah mulai tingkat
Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional bahkan Internasional.
Sementara peran masyarakat antara lain melalui pengajian di pondok-pondok
pesantren Al-Qur’an dan lembaga-lembaga terkait seperti; PTIQ, IIQ dan
JQH.
B. Saran – Saran
Qirâ’ât sab‘ah dapat berkembang pesat dan tidak tabu di mata
masyarakat umum bila dikenalkan dan diajarkan secara sistematis dan
berkelanjutan. Berikut ini adalah saran-saran penulis untuk menunjang syiar
pengajaran Qirâ’ât sab‘ah.
1. Peran Perguruan Tinggi Islam harus ditingkatkan, program pembelajaran
ilmu Qirâ’ât sab‘ah juga perlu ditingkatkan, materi ilmu qira’at
seyogyanya tidak hanya disampaikan sebagai mata pelajaran didalam
kuliah semata namun juga harus ditingkatkan atau diperbanyak melalui
program-program ekstra kurikuler. Hal demikian bertujuan agar para
alumni lebih siap untuk menyebarkan ilmu qira’at yang telah dipelajari
selama kuliah kepada masyarakat.
2. Pesantren sebagai benteng masyarakat secara langsung juga memiliki
peranan yang sangat penting dalam penyebaran ilmu Qirâ’ât sab‘ah
146
kepada masyarakat sekitar. Artinya santri yang telah belajar ilmu Qirâ’ât
sab‘ah di pesantren juga harus dipersiapkan untuk mempraktekkan atau
menyebarluaskan Qirâ’ât sab‘ah kepada masyarakat lingkungan
pesantren, bisa melalui majlis tadarrus al-Qur’an di masjid dan mushola
atau dibacakan ketika menjadi imam sholat rawatib di masjid atau
mushola di sekitar lingkungan pesantren.
3. Peran pemerintah juga penting dalam penyebaran Qirâ’ât sab‘ah di
Indonesia. Peran pemerintah dalam hal ini tidak hanya sebatas pada
momentum MTQ dan STQ saja, namun pemerintah juga perlu
memberikan dorongan dan suport terhadap lembaga-lembaga pendidikan
Islam baik berupa sarana maupun prasarana, misalkan pemerintah
membantu memberikan bantuan buku atau kitab ilmu Qirâ’ât
sab‘ahkepada lembaga-lembaga pendidikan islam yang memiliki
konsentrasi di bidang ilmu Qirâ’ât sab‘ah.
4. Agar Qirâ’ât sab‘ah lebih mudah disebarluaskan, dipahami dan bisa
dibaca oleh masyarakat secara umum, maka pemerintah melalui
Kementerian Agama harus berani membuat terobosan yaitu dengan
menerbitkan dan menyebarluaskan mushaf Al-Qur’an selain qira’at
riwayat Hafsh. artinya perlu juga diterbitkan dan disebarluaskan mushaf
al-Qur’an menggunakan qira’at riwayat imam lain seperti Qâlûn, Warsy
dll. Dengan diterbitkannya mushaf al-Qur’an selain riwayat Hafsh, maka
lambat laun masyarakat tidak akan tabu lagi, bahkan masyarakat akan
terbiasa mendengar dan membaca al-Qur’an dengan qira’at imam lain
yang tergabung dalam Qirâ’ât sab‘ah.
5. Perlu adanya sistem kaderisasi khusus terhadap disiplin ilmu Qirâ’ât
sab‘ah, baik di Pesantren maupun di Perguruan Tinggi Islam di
Indonesia.
6. Selain di MTQ dan STQ, Qirâ’ât sab‘ah juga perlu disebarluaskan
melalui acara-acara haflah di berbagai momentum keagamaan.
147
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
AF, Hasanuddin, Anatomi Al-Qur‟an, (Jakarta:RajaGrafindoPersada), 1995.
Akaha, Abduh Zulfikar Al-Qur‟an dan Qira‟at, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar)
cet-1, 1996.
Akbar, Ali, Mushaf Sultan Ternate Tertua di Nusantara? Menela‟ah Ulang
Kolofon, “Jurnal Lektur Keagamaan, Vol.8, No.2, 2010.
al-Fadhî, Abdul Hadi, al-Qur‟aniyyat, Bairut: Dâr Majma‟ al-Ilmi, 1979.
al-Jazarî, Ibn, Thayyibatun Nasyrfi lQirâ‟âtil „Asyr, Cairo: Al-Halabi, tth
al-Ma‟sharawî, Ahmad „Isâ, al-Kâmil al-Mufashshal fil- Qirâ‟ât al-Arba‟ al-
„Asyar, al-Qahirah: Dâr al-Imâm asy-Syâthibî, 2009
al-Munawar, Said Agil, sambutan Ketua umum Ikatan Persaudaraan Qari-
Qariah dan Hafidz Hafidzah, dalam Ahmad Fathoni, Tuntunan Praktis
100 Maqra Qira‟at Mujawwad Riwayat Qalun, Warasy, Khalaf Dan
Sab‟ah, Jakarta: Fakultas Tarbiyah IIQ, 2011.
al-Qadhî, Abdul Fattah Abdul Ghani, Orientalis Menggugat Qira‟at, (terj.
„Aqil Husin Al-Munawar) Semarang: Thoha Putra.
asy-Syâhin, Abd ash-Shabur, Târikh al-Qur‟ân, al-Qâhirah: Dâr al-Kâtib al-
„Arabî, 1966.
al-Qaththân, Manna„ Khalîl, Mabâhits fî „Ulûm al-Qur‟ân, Bairut: Mansyurât
Al-„Ashri Al-Hadîts.1973.
Syatri, Jonni „Madrasatul Qur‟an Tebuireng Jombang Jawa Timur, dalam
Memelihara Kemurnian Al-Qur‟an, “Profil Lembaga Tahfiz Al-Qur‟an
di Nusantara”, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Cet.I, 2011.
al-Shabunî, Muhammad „Alî, Al-Tibyân fî „Ulûm al-Qur‟ân, Bairut: Al-
Mazra„ah Binayah al-Imam, cet.ke-1, 1985
al-Zarkasyî, Bahruddîn, al-Burhân Fî „Ulum al-Qur‟an, (Beirut: Dâr al-
Kutub al-Ilmiyah) juz I.
al-Zarqânî, Muhammad „Abdul Azhîm, Manâhil al-Irfân fî „Ulûm al-Qur‟ân,
Bairut: Dâr Al-Fikr, 1988, jilid I.
Amal, Taufik Adam, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, Yogyakarta: Forum
KajianBudayadan Agama (FKBA), cet-1.
Amin, Muhammad Arwani, Faidh al-Barakat fi Sab‘il-Qirâ‟ât, Kudus:
Mubarakatan Thayyibah, 2000, jilid I
148
al-Habasy, Muhammad, al-Qirâ‟ât al-Mutawâtirah wa Atsaruhâ fi ar-Rasmi
al-Qur‟ânî wa al-Ahkâm asy-Syar‟iyyah, Libanon: Dâr al-Fikr, 1999.
Fathoni, Ahmad, dkk, Sekilas Tentang Qira‟at Tujuh, (Jakarta:LBIQ) 1993-
1994.
Fathoni, Ahmad, Kaidah Qira‟at Tujuh, Jakarta: Darul Ulum Press, 1996.
Fathoni, Ahmad, Maqra Musabaqah Cabang Qira‟at Al-Qur‟an Mujawwad
LPTQNasional, 2002.
Fatoni, Ahmad, Urgensi Qira‟at Dalam Penafsiran Al-Qur‟an
(MakalahKuliahPerdana), PTIQ tahun 1992/1993.
H.R, Abdul Djalal, Ulumul Qur‟an, (Surabaya: DuniaIlmu, 2000) cet.2
Hudaeni, Deni „KH. M. Munawwir Krapyak (1870-1941): Mahaguru
Pesantren Al-Qur‟an‟ dalam Para Penjaga Al-Qur‟an; Biografi Para
Penghafal Al-Qur‟an Nusantara, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2011
Hilmy, Musthafa, Institut PTIQ 30 Tahun, AsetdanProspek,Institut PTIQ
2001.
Ihsan, Sawabi, „MembuatPedomanBacaan al-Qur‟an Qira‟atSab‟ah‟ dalam
al-Burhan, No. 5 tahun 2003.
Ihsan, Sawabi, “Membuat Pedoman praktisbacaan Al-Qur‟an Qira‟ahSab‟ah
” dalam Jurnal Al-Burhan, No. 5. 2003.
IIQ & Bank Mua‟amalat, Indahnya Hidup & Berjuang Bersama Al-Qur‟an,
Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, 2007.
IIQ Jakarta, BukuI; Pembelajaran Ilmu Qira‟at, Jakarta: IIQ Press, tth.
„Ismail, Sya‟bân Muhammad, al-Qirâ‟ât Ahkâmuhâ wa Mashdâruhâ, Bairut:
Dâr al-Salâm. 1986.
Jakarta, PuslitbangLekturKeagamaanBadanLitbangdanDiklatDepartemen
Agama RI, 2005.
MemeliharaKemurnian Al-Qur‟an, “ProfilLembagaTahfiz Al-Qur‟an di
Nusantara”, LajnahPentashihanMushaf Al-Qur‟an, Cet.I, 2011.
Memelihara Kemurnian Al-Qur‟an, “Profil Lembaga Tahfiz Al-Qur‟an di
Nusantara”, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Cet.I, 2011.
Muhaisin, Muhammad Sâlim, al-Irsyâdat al-Jaliyyat fî al- Qirâ‟ât al-Sab„
min Tharîq al-Syathibiyyah, Mesir, al-Maktabat al-Zariyyat li al-Turats,
1993.
149
MusthafaHilmy, Institut PTIQ 30 Tahun, AsetdanProspek,Institut PTIQ
2001.
Musaddad, Muhammad, „Sekolah Tinggi Islam Pengembangan Ilmu Al-
Qur‟an (STAI-PIQ) Padang Sumbar‟, dalam Memelihara Kemurnian
Al-Qur‟an, “Profil Lembaga Tahfiz Al-Qur‟an di Nusantara”, Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Cet.I, 2011.
Saifullah Ma‟shum, „al-Hafidz KH. Munawwir (1914-1981) Menghafal Al-
Qur‟an dalam Tempo 70 Hari,‟ dalam Jurnal al-Burhan, No.
3/Th.IV/1998.
Mustopa, PembukuanQira‟at „AsimRiwayatHafsdalamsejarahdanjejaknya di
Indonesia” dalamJurnalSuhuf, vol.4, No.2, 2011.
Pimpinan PusatJam‟iyyatul-Qurra wal-Huffadz, MTQ Nasional VI Antar
Pondok Pesantren & Rapat Kerja Nasional JQH, Jakarta: Dunia
Kreasindo, 2007
Sakho, Ahsin Muhammad, “Metode Pengajaran Tahfidh dan Qira‟at
Sab‟ah”, makalah Lokakarya Peningkatan Kompetensi ke al-Qur‟anan.
Institut PTIQ Jakarta, Bogor 3 Oktober 2005.
Sakho, Ahsin Muhammad, OrientasiStudiKeQur‟ananDewasaIni,
(Jakarta:IIQ), makalah, 1998.
Sakho, Ahsin Muhammad, QiraatSab‟ah di Indonesia, semiloka
“QiraatSab‟ahdanTafsirBahasa Indonesia”, IPQAH DKI di
WismaTuguDepagCisarua 8-10 Maret 2002.
Sakho. Ahsin Muhammad, “Metode Pengajaran Tahfidh dan Qira‟at
Sab‟ah”, makalah Lokakarya Peningkatan Kompetensi ke al-Qur‟anan.
Institut PTIQ Jakarta, Bogor 3 Oktober 2005.
--- Manba‟ul Barakat fi Sab‟il Qira‟at, Jakarta: IIQ Jakarta, 2012.
Shalihah, Khadijatus,PerkembanganSeni Baca Al-Qur‟an danQira‟aatTujuh
di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983, cet. Ke-1.
Shohib, Muhammad, Sambutan Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟an dalam Lajanh Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Memelihara
Kemurnian Al-Qur‟an Profil Lembaga Tahfidz di Nusantara, Jakarta:
LPMA, 2011
Sihab, M. Qurasy, dkk, Sejarah Ulumul Qur‟an, Jakarta: Pustaka Firdaus,
cet. I, 1999.
Tim PenulisBuku 40 Tahun PTIQ, PTIQ dan Para Tokohnya, Jakarta; PTIQ,
2001.
150
Tim Penulis Buku 40 Tahun PTIQ, PTIQ dan Para Tokohnya, Jakarta; PTIQ,
2001.
Urwah, MetodologiPengajaranQira‟atSab‟ah, dalam, JurnalSuhuf, Vol.5,
No.2, 2012.
Yoesqi, Moh. Isom, “PenulisanMushaf Al-Qur‟an di KeratonKesultanan
Ternate” dalam Drs. H. Fadhal AR Bafadal (ed), Mushaf-mushafKuno
Indonesia, Jakarta, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2005.
B. Website
http://www.almunawwir.com/2015/02/sejarah-berdiri-dan-
perkembangan-al.html
http://krapyak.org/tentang-kami/
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,46-id,39481-
lang,id-c,pesantren-t,Periode+Awal+Pesantren+Krapyak-.phpx
http://sadadku.blogspot.com/2009/01/peran-imam-syatibi-dalam-ilmu-
qiraat.htmlhttp://ptyqputra.arwaniyyah.com/profil
http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index.php?option=com_cont
ent&task=view&id=229
http://www.al-asyariyyah.com/p/madrasah-finiyah-wusto-ulya.html
http://fkppbantul.blogspot.com/2009/04/pondok-pesantren-nur.html
http://www.mqtebuireng.com/sejarah.html.
https://infopsbmq.wordpress.com/profil-mq/
http://maunahsari.tripod.com/sejarah.html
http://www.lirboyo.net/pesantren/pondok-unit-lirboyo/ponpes-
murottilil-quran-ppmq/#sthash.UKwSv1kK.dpu
http://daraltauhid.com/kh-ahsin-sakho-muhammad-pakar-al-quran-
indonesia/
http://daraltauhid.com/sejarah-pondok-pesantren-dar-al-tauhid/
http://www.ptiq.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&i
d=74:sejarah-visi-misi-a-tujuan-&catid=40:yayasan&Itemid=62
http://iiq.ac.id/index.php?a=artikel&id=15&dm=16
http://www.staipiq.ac.id/profil/sejarah
151
http://www.staipiq.ac.id/e-learning/silabus/119-ilmu-qiraat-iii
https://istibsyaroh.files.wordpress.com/2008/02/lptq-menuju-
masyarakat-qur-ani.pdf
https://lptqtanjabarat.wordpress.com/2011/03/07/sekilas-sejarah-mtq/
http://ntb.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=110687
http://jqh.or.id/sejarah/
http://majalahlaper.blogspot.com/2013/10/resensi-kitab-manbaul-
barokat-fi-sabil.html
C. Wawancara
Anton Zaelani, Hasil wawancara alumni PP. al-Asy‟ariyah 1999 di LPMA
BadanLitbangdanDiklatKemenagtanggal 13 Februari 2015.
Dr.KH. Muhaimin Zen, Hasil wawancara di Jakarta pada tanggal 12 Februari
2015 dan dikuatkan oleh H. Fahrur Rozi, MA alumni MQ Tebuireng
program Sab‟ah pada tahun 1996.