EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga...

16
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016 80 EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM PENEGAKKANHAK ASASI MANUSIA (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI MEDAN) Oleh : PUTRI GLORIA GINTING. SH., MH Dosen FH UNPAB ABSTRAK Hukum Acara Pidana menentukan suatu tatanan beracara untuk seluruh proses perkara pidana yang dirumuskan dalam undang-undang atau peraturan lainnya. Tatanan tersebut menjadi aturan bekerjanya alat perlengkapan negara yang berwenang berhadapan dengan segala hak untuk membela bagi tersangka atau orang lain, apabila timbul dugaan terjadi perbuatan pidana dan untuk menetapkan keputusan hukum yang tidak bertentangan dengan hak asasi manusia. Setiap upaya paksa yang dilakukan pejabat penyidik atau penuntut umum terhadap tersangka, pada hakikatnya merupakan perlakuan yang bersifat : Tindakan paksa yang dibenarkan undang-undang demi kepentingan pemeriksaan tindak pidana yang disangkakan kepada tersangka. Sebagai tindakan paksa yang dibenarkan hukum dan undang-undang, setiap tindakan paksa dengan sendirinya merupakan perampasan kemerdekaan dan kebebasan serta pembatasan terhadap hak asasi manusia. Karena tindakan upaya paksa yang dikenakan instansi penegak hukum merupakan pengurangan dan pembatasan kemerdekaan dan hak asasi tersangka, tindakan ini harus dilakukan secara bertanggung jawab menurut ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku (due process of law). Sesuai dengan konteks ini maka tindakan-tindakan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan haruslah dilakukan secara yuridis formil dengan bentuk tertulis sesuai kewenangan yang diberikan undang-undang. Oleh karena itu terhadap tindakan - tindakan tersebut di atas tidaklah diperkenankan secara lisan dan apabila dilakukan demikian menjadi ”batal demi hukum”. Kata kunci : praduga tidak bersalah, pengadilan, Hakim, KUHAP PENDAHULUAN Hukum sebagai suatu sistem, dapat berperan dengan baik dan benar ditengah masyarakat jika instrumen pelaksanaannya dilengkapi dengan kewenangan - kewenangan dalam bidang penegakan hukum. Pelaksanaan hukum itu dapat berlangsung secara normal, tetapi juga dapat terjadi karena pelanggaran hukum, oleh karena itu hukum yang sudah dilanggar itu harus ditegakkan. Dalam menegakkan hukum ada 3 (tiga) unsur harus dipenuhi yaitu :

Transcript of EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga...

Page 1: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

80

EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM PENEGAKKANHAK

ASASI MANUSIA

(STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI MEDAN)

Oleh :

PUTRI GLORIA GINTING. SH., MH

Dosen FH UNPAB

ABSTRAK

Hukum Acara Pidana menentukan suatu tatanan beracara untuk seluruh proses

perkara pidana yang dirumuskan dalam undang-undang atau peraturan lainnya.

Tatanan tersebut menjadi aturan bekerjanya alat perlengkapan negara yang

berwenang berhadapan dengan segala hak untuk membela bagi tersangka atau

orang lain, apabila timbul dugaan terjadi perbuatan pidana dan untuk menetapkan

keputusan hukum yang tidak bertentangan dengan hak asasi manusia.

Setiap upaya paksa yang dilakukan pejabat penyidik atau penuntut umum

terhadap tersangka, pada hakikatnya merupakan perlakuan yang bersifat :

Tindakan paksa yang dibenarkan undang-undang demi kepentingan pemeriksaan

tindak pidana yang disangkakan kepada tersangka. Sebagai tindakan paksa yang

dibenarkan hukum dan undang-undang, setiap tindakan paksa dengan sendirinya

merupakan perampasan kemerdekaan dan kebebasan serta pembatasan terhadap

hak asasi manusia. Karena tindakan upaya paksa yang dikenakan instansi penegak

hukum merupakan pengurangan dan pembatasan kemerdekaan dan hak asasi

tersangka, tindakan ini harus dilakukan secara bertanggung jawab menurut

ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku (due process of law). Sesuai

dengan konteks ini maka tindakan-tindakan penangkapan, penahanan,

penggeledahan dan penyitaan haruslah dilakukan secara yuridis formil dengan

bentuk tertulis sesuai kewenangan yang diberikan undang-undang. Oleh karena itu

terhadap tindakan - tindakan tersebut di atas tidaklah diperkenankan secara lisan

dan apabila dilakukan demikian menjadi ”batal demi hukum”.

Kata kunci : praduga tidak bersalah, pengadilan, Hakim, KUHAP

PENDAHULUAN

Hukum sebagai suatu sistem,

dapat berperan dengan baik dan

benar ditengah masyarakat jika

instrumen pelaksanaannya

dilengkapi dengan kewenangan -

kewenangan dalam bidang

penegakan hukum.

Pelaksanaan hukum itu dapat

berlangsung secara normal, tetapi

juga dapat terjadi karena pelanggaran

hukum, oleh karena itu hukum yang

sudah dilanggar itu harus ditegakkan.

Dalam menegakkan hukum ada 3

(tiga) unsur harus dipenuhi yaitu :

Page 2: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

81

1. Kepastian hukum

(Rechtssicherheit),

2. Kemanfaatan

(Zwechmaasigheit),

3. Keadilan (Gerechetigheit)

Kepastian hukum oleh setiap orang

dapat terwujud dengan ditetapkannya

hukum dalam hal terjadi peristiwa

konkrit. Hukum yang berlaku pada

dasarnya tidak dibolehkan

menyimpang, hal ini dikenal juga

dengan istilah fiat justitia et pereat

mundus(meskipun dunia ini runtuh

hukum harus ditegakkan).

Dalam hal pemeriksaan

perkara pidana umumnya

berlangsung lama, berbelit-belit dan

rumit, tidak sederhana seperti

disebutkan aturan-aturan

normatif/formal (KUHAP).

Praperadilan adalah lembaga

baru yang lahir bersamaan dengan

kelahiran KUHAP (Undang - undang

No. 8 Tahun 1981). Praperadilan

bukan lembaga peradilan yang

mandiri atau berdiri sendiri terlepas

daripengadilan negeri, karena dari

rumusan Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77

KUHAP dapat diketahui bahwa

praperadilan hanyalah wewenang

tambahan yang diberikan

kepadapengadilan negeri (hanya

kepada pengadilan negeri).

Pengadilan Negeri sebagai peradilan

umum merupakan salah satu

pelaksana kekuasaan kehakiman

bagipencari keadilan mempunyai

tugas dan wewenang memeriksa,

memutus atau mengadili dan

menyelesaikan perkara pidana dan

perkara perdata ditingkat pertama

(Pasal 2 jo Pasal 50 Undang -

Undang No. 2 Tahun 1986).

Praperadilan dalam perwujutannya

tetap satu dan berada pada

Pengadilan Negeri baik organisatoris

maupun administratif, personal,

material, dan finansial berada dalam

tubuh Pengadilan Negeri yang

bersangkutan. Praperadilan ini

tunduk dan berada di bawah

pimpinan Ketua Pengadilan Negeri

setempat. Kedudukannya pun berada

dan bersatu dengan pengadilan

Negeri setempat.

Bertolak dari adanya

hubungan sesuai konteks tersebut

diatas, menurut Lilik Mulyadi, pada

asasnya pengertian hukum acara

pidana itu merupakan :

1. Peraturan hukum yang mengatur,

menyelenggarakan, dan

mempertahankan Eksistensi

Page 3: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

82

Ketentuan Hukum Pidana Materiil

(Materieel Strafrecht) guna

mencari, menemukan, dan

mendapatkan kebenaran materiil

atau yang sesungguhnya ;

2. Peraturan hukum yang mengatur

bagaimana cara dan proses

pengambilan putusan oleh Hakim

;

3. Peraturan hukum yang mengatur

tahap pelaksanaan daripada

putusan yang telah diambil.

Barda Nawawi Arief

berpendapat Sistem Peradilan Pidana

(SPP). Karena SPP pada hakekatnya

juga diidentikkan dengan sistem

kekuasaan kehakiman di bidang

hukum pidana yang

diimplementasikan / diwujudkan

dalam empat sub sistem yaitu :

1. Kekuasaan penyidikan oleh

lembaga penyidik.

2. Kekuasaan penuntutan oleh

lembaga penuntut umum.

3. Kekuasaan mengadili /

menjatuhkan putusan oleh badan

peradilan dan,

4. Kekuasaan pelaksanaan hukum

pidana oleh aparat pelaksana

eksekusi.

Keempat sub sistem itu

merupakan satu kesatuan sistem

penegakan hukum pidana yang

integral atau sering disebut dengan

istilah Sistem Peradilan Pidana atau

SPP terpadu atau integrated criminal

justice system.

Setiap upaya paksa yang

dilakukan pejabat penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka,

pada hakikatnya merupakan

perlakuan yang bersifat :

1. Tindakan paksa yang dibenarkan

undang-undang demi kepentingan

pemeriksaan tindak pidana yang

disangkakan kepada tersangka ;

2. Sebagai tindakan paksa yang

dibenarkan hukum dan undang-

undang, setiap tindakan paksa

dengan sendirinya merupakan

perampasan

Masalah yang timbul disini

sejauh mana lembaga Praperadilan

ini menentukan sah atau tidaknya

suatu penahanan, apakah itu dalam

batas-batas sah tidaknya secara

formil atau sampai sah tidaknya

secara materiil.

Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan

dalam latar belakang diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan

Page 4: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

83

dalam penelitian ini antara lain

adalah :

1. Bagaimana pengaturan

hukum putusan praperadilan

dalam perspektif

perlindungan Hak Asasi

Manusia di Indonesia ?

2. Apa faktor penghambat

pelaksanaan putusan

Praperadilan di Medan ?

3. Bagaimana upaya Polda

Kepri mengimplementasikan

keputusan praperadilan dalam

rangka perlindungan Hak

Asasi Manusia di Medan ?

Kerangka Teori

Dilihat dari sudut sistem

hukum (“legal sistem”) yang terdiri

dari “legal substance”, “legal

structure” dan “legal culture” maka

pembaharuan sistem hukum pidana

dapat meliputi ruang lingkup yang

sangat luas yaitu mencakup :

1. Pembaharuan “substansi hukum

pidana”

2. Pembaharuan “struktur hukum

pidana”

3. Pembaharuan “budaya hukum

pidana”

Untuk itu perubahan KUHAP

yang diinginkan harus

mencerminkantuntutan tersebut

tanpa meninggalkan asas-asas yang

terkandung sebelumnya, misalnya

asas :

1. Perlakuan yang sama atas diri

setiap orang di muka hukum

dengan tidak mengadakan

pembedaan perlakuan.

2. Penangkapan, penahanan,

penggeledahan dan penyitaan

hanya dilakukan berdasarkan

perintah tertulis oleh pejabat yang

diberi wewenang oleh undang-

undang dan hanya dalam hal dan

dengan cara yang diatur dengan

undang-undang.

3. Setiap orang yang disangka,

ditahan, dituntut dan atau

dihadapkan di muka sidang

pengadilan, wajib dianggap tidak

bersalah sampai adanya putusan

pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan memperoleh

kekuatan hukum tetap.

4. Orang yang ditangkap, ditahan,

dituntut, atau diadili tanpa alasan

yang berdasarkan undang-undang

atau kekeliruan mengenai

orangnya atau hukum yang

ditetapkan, wajib diberi ganti

kerugian dan rehabilitasi sejak

tingkat penyidikan dan para

Page 5: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

84

pejabat penegak hukum yang

dengan sengaja atau karena

kelalaiannya menyebabkan asas

hukum tersebut dilanggar,

dituntut, dipidana dan atau

dikenakan hukuman disiplin.

5. Peradilan yang harus dilakukan

dengan cepat, sederhana dan biaya

ringan, bebas, jujur dan tidak

memihak harus diterapkan secara

konsekuen dalam seluruh tingkat

peradilan.

Dalam rancangan (konsep)

KUHAP dipertegas adanya asas

legalitas demi terciptanya kepastian

hukum dalam hukum acara pidana

sehingga ketentuan hukum tidak

tertulis tidak dapat dijadikan dasar

untuk melakukan tindakan dalam

lingkup hukum acara pidana.

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah

penelitian yuridis empiris/sosiologis

yaitu deskriptif analitis terhadap data

yang diperoleh akan diuraikan dalam

penelitian ini dengan memberikan

gambaran masalah hukum, sistem

hukum dan mengkajinya atau

menganalisisnya sesuai dengan

kebutuhan dari penelitian, kemudian

dianalisis berdasarkan dari teori-teori

yang ada (integrated criminal justice

system) untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan dalam

penulisan ini.

2. Lokasi penelitian, Populasi dan

Sampel

Lokasi penelitian, berada diwilayah

Kota Medan, Propinsi Kepulauan

Riau dan populasi berdasarkan

beberapa data yang ada di Polda

Kepri dan Pengadilan Negeri Medan

khusus-nya di Biro Hukum serta

sampel terjadinya kasus penanganan

masalah Pra-peradilan.

3. Analisa Data

Metode ini berkaitan erat

dengan Metode Pendekatan, dan

Jenis Data yang dikumpulkan dalam

suatu penelitian, sehingga metode

analisa data yang dipergunakan

bersifat Analisis Kwalitatif Normatif

HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN

PRAPERADILAN

A. Dasar Hukum Praperadilan

Undang-undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Pokok

Kekuasaan Kehakiman Pasal 8 yang

menyatakan bahwa : “Setiap orang

yang disangka, ditahan, dituntut,

dan/atau dihadapkan di depan

pengadilan wajib dianggap tidak

bersalah sebelum ada putusan

Page 6: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

85

pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan telah memperoleh

kekuatan hukum tetap”.

B. Implementasi Upaya Hukum

Upaya hukum, yaitu upaya

hukum biasa dan upaya hukum luar

biasa :

1. Upaya hukum biasa

a. Banding artinya proses

menentang keputusan hukum

secara resmi. Pemeriksaan

banding merupakan upaya

yang dapat diminta oleh pihak

yang berkepentingan, supaya

putusan peradilan tingkat

pertama diperiksa lagi dalam

peradilan tingkat banding.

Disinilah letak pengertian

upaya hukum biasa, yakni :

“terhadap semua putusan pengadilan

tingkat pertama dapat dimintakan

banding”. sehingga permintaan dan

pemeriksaan tingkat banding

merupakan hal yang umum dan

biasa. Dapat diajukan dan dilakukan

terhadap semua putusan pengadilan

tingkat pertama, kecuali

terhadap”putusan bebas” atau “lepas

dari segala tuntutan hukum” serta

“putusan acara cepat”. Pada

prinsipnya semua putusan akhir(final

judgement) Pengadilan Negeri dapat

diajukan permintaan banding. Akan

tetapi ada pengecualian yang

ditegaskan dalam Pasal 67 KUHAP,

tidak semua putusan akhir

pengadilan tingkat pertama dapat

diminta banding. Adapun putusan

akhir pengadilan tingkat pertama

yang dapat diajukan pemeriksaan

pada tingkat banding:

a. Putusan pemidanaan dalam acara

biasa Terhadap setiap putusan

pemidanaan dalam acara biasa

sekalipun sifat putusan

pemidanaan itu berupa

“percobaan” atau “pidana

bersyarat” seperti yang diatur

dalam Pasal 14a KUHP, terdakwa

atau penuntut umum dapat

mengajukan permintaan banding.

b. Putusan pemidanaan dalam acara

singkat Hal ini serupa dengan

putusan pemidanaan dalam acara

biasa, terhadap setiap putusan

pemidanaan dalam acara singkat,

sekalipun pidana bersyarat, dapat

dimintakan banding baik oleh

terdakwa atau penuntut umum.

c. Putusan praperadilan terhadap

penghentian penyidikan atau

penghentian penuntutan. Setelah

mengutarakan putusan yang dapat

Page 7: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

86

dibanding, maka ada putusan

yang tidak dapat dibanding,

berpedom pada pasal 67KUHAP.

Memang, baik terhadap putusan

yang dapat dimintakan banding

maupun yang tidak, pedoman

umumnya adalah Pasal 67

KUHAP. Akan tetapi khusus

dalam pembicaraan mengenai

putusan yang tidak dapat diminta

banding, maka akan menengok

Pasal 67 KUHAP lebih

mendalam. Adapun putusan yang

tidak dapat diminta banding:

1. Putusan bebas atau

Vrijspraak(acquitted) Dalam

Pasal 191 ayat(1), apabila

kesalahan terdakwa sesuai

dengan perbuatan yang

didakwakan kepadanya tidak

terbukti secara sah dan

meyakinkan. Terhadap putusan

bebas yang demikian tidak

dapat diajukan permintaan

banding.

2. Putusan lepas dari segala

tuntutan hukum atau putusan

Onslag van Rechts Vervolging

Mengenai bentuk putusan lepas

dari segala tuntutan hukum,

diatur dalam Pasal 191 ayat(2),

yakni apabila pengadilan

berpendapat apa yang

didakwakan terhadap terdakwa

memang terbukti, akan tetapi

perbuatan yang didakwakan

tidak merupakan tindak pidana.

Permohonan banding dapat

ditolak. Panitera dilarang menerima

dan sekaligus harus menolak

permintaan banding yang tidak

memenuhi syarat undang-undang

adalah:

1. Diajukan terhadap putusan yang

tidak dapat dibanding Diajukan

terhadap putusan yang tidak dapat

diminta banding, merupakan

permintaan yang tidak sah dan

tidak memenuhi persyaratan

undang-undang.

2. Permintaan bandingdiajukan

setelah tenggang waktu yang

ditentukan berakhir.

Penerimaan permohonan

banding dilakukan atas alasan

permintaan memenuhi persyaratan

undang-undang. Permohonan

banding yang memenuhi syarat

dalam ketentuan Pasal 233 ayat(2)

KUHAP sebagai berikut:

a. Permohonan diajukan atau

disampaikan kepada panitera

Page 8: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

87

Pengadilan Negeri yang

memutus perkara tersebut.

Sekalipun permintaan

banding diajuka ke

Pengadilan Tinggi, namun

permohonan dilakukan oleh

pemohon melalui panitera

Pengadilan Negeri yang

memutus perkara, tidak dapat

langsung diajukan ke

Pengadilan Tinggi.

b. Permohonan banding

diajukan terhadap putusan

yang dapat diminta banding.

c. Permintaan diajukan dalam

tenggang waktu yang

ditentukan.

Arti memori banding adalah

uraian atau risalah yang memuat

tanggapan keberatan terhadap

putusan yang dijatuhkan pengadilan

tingkat pertama. Dalam Pasal 10

ayat(3) Undang - UndangNo. 48

Tahun 2009 telah menegaskan

Mahkamah Agung merupakan

peradilan tingkat terakhir (kasasi)

bagi semua lingkungan peradilan.

Atau dengan kata lain, Mahkamah

Agung adalah peradilan kasasi bagi

semua lingkungan peradilan. Dalam

ketentuan Pasal 244 KUHAP

menegaskan terhadap putusan

perkara pidana yang diberikan pada

tingkat terakhir oleh pengadilan lain

selain daripada Mahkamah Agung

terdakwa atau penuntut umum dapat

mengajukan permintaan pemeriksaan

kasasi kepada Mahkamah Agung

kecuali terhadap putusan bebas. Jadi,

terhadap semua putusan pidana pada

tingkat terakhir selain daripada

putusan Mahkamah Agung sendiri,

dapat diajukan permintaan

pemeriksaan kasasi baik oleh

terdakwa atau penuntut umum.

Tanpa kecuali dan tanpa didasarkan

pada syarat serta keadaan tertentu,

terhadap semua putusan perkara

pidana yang diambil oleh pengadilan

pada tingkat terakhir, dapat diajukan

permintaan pemeriksaan kasasi oleh

terdakwa oleh penuntut umum. Ini

berarti, terdakwa dan atau penuntut

umum dapat mengajukan permintaan

pemeriksaan kasai kepada

Mahkamah Agung terhadap semua

putusan pidana yang diambil oleh

pengadilan tingkat terakhir. Upaya

kasasi adalah hak yang diberikan

kepada terdakwa maupun kepada

penuntut umum. Tergantung kepada

mereka untuk mempergunakan hak

tersebut.

Page 9: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

88

Putusan perkara pidana yang

dapat diajukan permohonan

pemeriksaan kasasi dalam Pasal 244

KUHAP yaitu

1. semua putusan perkara pidana

yang diberikan pada tingkat

terakhir oleh pengadilan

2. kecuali terhadap putusan

a. Mahkamah Agung sendiri

b. putusan bebas Pasal 245

ayat(1) menegaskan

permohonan

kasasidisampaikan oleh

pemohon kepada panitera

pengadilan yang memutus

perkaranya dalam tingkat

pertama, dalam waktu 14 hari

sesudah putusan pengadilan

yang dimintakan kasasi itu

diberitahukan kepada

terdakwa. Tenggang waktu

mengajukan permohonan

kasasi diatur dalam Pasal 245

ayat(1) KUHAP yang

menegaskan:

1. permohonan kasasi

disampaikan oleh pemohon

kepada panitera Pengadilan

Negeri yang telah memutus

perkara dalam tingkat pertama

2. permohonan diajukan dalam

waktu 14 hari sesudah putusan

pengadilan yang hendak

dikasasi diberitahukan kepada

terdakwa. Terlambat dari batas

waktu 14 hari, mengakibatkan

hak untuk mengajukan

permohonan kasasi menjadi

gugur.

Upaya Hukum Luar Biasa

1. Pemeriksan Tingkat Kasasi

Demi Kepentingan Hukum

(Pasal 259 KUHAP) Demi

kepentingan hukum terhadap

semua putusan yang telah

memperoleh kekuatan hukum

tetap dari pengadilan lain

selain daripada Mahkamah

Agung dapat diajukan 1

(satu) kali permohonan oleh

Jaksa Agung dan putusan

kasasi demi kepentingan

hukum tidak boleh merugikan

pihak yang berkepentingan.

2. Peninjauan Kembali Putusan

Pengadilan yang telah

Mempunyai Kekuatan

Hukum Tetap (Pasal 263

KUHAP) Terhadap putusan

pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum

tetap, kecuali putusan bebas

atau lepas dari segala

Page 10: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

89

tuntutan hukum, terpidana

atau ahli warisnya dapat

mengajukan permintaan

peninjauan kembali kepada

Mahkamah Agung.

Bentuk-Bentuk Putusan Hakim

Ada 3 bentuk putusan pengadilan

yang diatur dalam KUHAP pada

Pasal 191 dan Pasal 193 yaitu:

1. Putusan Bebas

2. Putusan Lepas dari Segala

Tuntutan Hukum

Dasar hukum dari putusan ini dapat

dilihat pada Pasal 191 ayat (2)

KUHAP yang berbunyi:

“Jika pengadilan berpendapat bahwa

perbuatan yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti, tetapi perbuatan

itu tidak merupakan suatu

tindakpidana, maka terdakwa diputus

lepas dari segala tuntutan hukum.

Hal-hal yang menghapuskan

pidana yang terdapat pada pasal-

pasal tersebut, dikatakan sebagai hal

yang bersifat umum. Di samping itu

dikatakan pula terdapat hal-hal yang

menghapus pidana secara khusus,

yang diatur secara khusus dalam

pasal tertentu dalam undang-undang,

misalnya Pasal 166 dan 310 ayat (3)

KUHP.

Kemudian hakim

menjatuhkan putusan dengan

pertimbangan yang pada pokoknya

sebagai berikut:

1. Bahwa dari fakta-fakta yang

terungkap di persidangan yang

didasarkan atas keterangan saksi-

saksi di bawah sumpah dan

keterangan terdakwa, serta adanya

barang bukti, selanjutnya apakah

terdakwa telah terbukti bersalah

melakukan tindak pidana

sebagaimana yang didakwakan

terhadap diri terdakwa tersebut,

maka Majelis Hakim akan

mempertimbangkan apakah

perbuatan terdakwa telah

memenuhi unsur-unsur dari

dakwaan yang didakwakan

kepada terdakwa.

2. Bahwa setelah membaca dan

mempelajari surat dakwaan dari

jaksa Penuntut Umum, ternyata

bahwa terdakwa dihadapkan ke

depan persidangan dengan surat

dakwaan yang disusun secara

alternatif, sehingga oleh

karenanya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan dakwaan

yang lebih mencocoki dengan

fakta-fakta yang terungkap di

persidangan yakni dakwaan

Page 11: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

90

kesatu yaitu melanggar Pasal 82

ayat (1) huruf a Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 jo Pasal 55

ayat (10) ke 1 KUHP yang

memiliki unsur.

3. Barang siapa secara tanpa hak dan

melawan hukum mengimpor,

mengekspor, menawarkan untuk

dijual, menyalurkan, menjual,

membeli, menyerahkan,

menerima, menjadi perantara

dalam jual beli atau menukar

narkotika golongan I; terdakwa

dipersalahkan sebagai orang

yangmelakukan, atau turut serta

melakukan.

4. Bahwa tentang unsur pertama :

“barang siapa” yang dimaksud di

sini adalah menunjuk kepada

pelaku tindak pidana, baik

manusia atau orang pribadi

ataupun badan hukum yang dapat

dimintakan pertanggungjawaban

atas perbuatannya, yang

berdasarkan fakta-fakta yang

terungkap dipersidangan yang

dimaksud

5. Bahwa perihal unsur kedua :

“secara tanpa hak dan melawan

hukum mengimpor, mengekspor,

menawarkan untuk dijual,

menyalurkan, menjual, membeli,

menyerahkan, menerima, menjadi

perantara dalam jual beli atau

menukar narkotika golongan I ”,

bahwa unsur ini adalah bersifat

alternatif yang artinya apabila

salah satu keadaan saja dari

beberapa keadaan yang disebut di

atas sudah terpenuhi maka unsur

ini dapat dinyatakan telah

terbukti.

6. Bahwa sebelum Majelis hakim

menjatuhkan pidana atas diri

terdakwa maka kami terlebih

dahulu akan mempertimbangkan

hal-hal yangmemberatkan dan

hal-hal meringankan sebagai

berikut: Hal-hal yang

memberatkan:

Perbuatan terdakwa meresahkan

masyarakat dan bertentangan

dengan program pemerintah

dalam pemberantasan Tindak

Pidana Narkotika.

Hal-hal yang meringankan:

a. Terdakwa mengakui terus terang

perbuatannya.

b. Terdakwa menyesali

perbuatannya.

c. Terdakwa belum pernah

dihukum.

d. Terdakwa menurut ianya

melakukan perbuatan tersebut

Page 12: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

91

karena disuruh oleh

Wadankinya.

e. Akhirnya Majelis hakim

menjatuhkan putusan dengan

diktum, menyatakan terdakwa

telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana

“Secara tanpa hak dan melawan

hukum turut serta menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli,

menyerahkan, menerima,

narkotika golongan I “, dan

menghukum terdakwa dengan

pidana penjara 7 (tujuh) tahun

dan denda sebesar Rp.1.000.000;

(satu juta Rupiah), atau apabila

denda tidak dibayar diganti

dengan pidana kurungan selama

3 (tiga) bulan.

Pertimbangan Yuridis dan

Pertimbangan Non Yuridis Serta

Hal-Hal yang Memberatkan dan

Meringankan Penjatuhan Pidana

Untuk menjatuhkan putusan

terhadap pelaku tindak pidana

penyalahgunaan narkoba, hakim

membuat pertimbangan-

pertimbangan. Dari kasus yang

diteliti oleh penulis, hakim dalam

menjatuhkan pidana terhadap pelaku

tindak pidana narkoba cenderung

lebih banyak menggunakan

pertimbangan yang bersifat yudiris

dibandingkan yang bersifat non-

yudiris.

1. Pertimbangan yang Bersifat

Yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis

adalah pertimbangan hakim yang

didasarkan pada faktor-faktor yang

terungkap di dalam persidangan dan

olehundang-undang telah ditetapkan

sebagai hal yang harus dimuat di

dalam putusan.

Pertimbangan yang bersifat yuridis

di antaranya:

a. Dakwaan jaksa penuntut

umum.

b. Keterangan saksi.

c. Keterangan terdakwa.

d. Barang-barang bukti.

e. Pasal-pasal dalam Undang-

Undang Narkotika dan

Psikotropika.

a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Dakwaan merupakan dasar hukum

acara pidana karena berdasarkan

itulah pemeriksaan di persidangan

dilakukan (Pasal 142 ayat (1)

KUHAP). Dakwaan berisi identitas

terdakwa juga memuat uraian tindak

pidana serta waktu dilakukannya

tindak pidana dan memuat pasal

Page 13: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

92

yang dilanggar (Pasal 142 ayat (2)

KUHAP).

b. Keterangan Saksi

Keterangan saksi merupakan alat

bukti seperti yang diatur dalam Pasal

184 KUHAP.

Keterangan Terdakwa

Menurut Pasal 184 KUHAP butir e

keterangan terdakwa digolongkan

sebagai alat bukti. Keterangan

terdakwa adalah apa yang dinyatakan

terdakwa di sidang tentang perbuatan

yang dia lakukan atau yang dia

ketahui sendiri atau yang dia alami

sendiri.

c. Barang-barang Bukti

Pengertian barang-barang bukti yang

dibicarakan di sini adalah semua

benda yang dapat dikenakan

penyitaan dan yang diajukan oleh

penuntut umum di persidangan yang

meliputi: Benda atau tagihan

tersangka atau terdakwa yang

seluruh atau sebagian diduga atau

diperoleh dari tindak pidana atau

sebagai hasil dari tindak pidana.

Benda yang dipergunakan secara

langsung untuk melakukan tindak

pidana atau untuk mempersiapkan

tindak pidana.

Benda yang dipergunakan untuk

menghalang-halangi penyidikan

tindak pidana.

Benda khusus dibuat atau

diperuntukkan melakukan tindak

pidana.

Benda lain yang mempunyai

hubungan langsung dengan tindak

pidana.

d. Pasal-Pasal dalam Undang-

Undang Narkotika dan

Psikotropika.

Hal yang sering terungkap di

persidangan adalah pasal-pasal yang

dikenakan untuk menjatuhkan pidana

kepada terdakwa. Pasal-pasal ini

bermula dan terlihat dalam surat

dakwaan yang diformulasikan oleh

penuntut umum sebagai ketentuan

hukum narkoba yang dilanggar oleh

terdakwa.

2. Pertimbangan yang Bersifat

Non Yuridis

Di samping pertimbangan yang

bersifat yuridis hakim dalam

menjatuhkan

putusan membuat pertimbangan yang

bersifat non yuridis. Dari hasil

penelitian penulis terhadap sepuluh

putusan Pengadilan Negeri Medan

ada beberapa pertimbangan yang

bersifat non yuridis yaitu:

Page 14: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

93

a. Akibat perbuatan

terdakwa.

b. Kondisi diri terdakwa.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Putusan praperadilan dalam

perspektif perlindungan HAM di

Indonesia diatur secara umum,

dalam KUHAPyang bertujuan

untuk penegakan hukum,

kepastian hukum dan

perlindungan hak asasi tersangka.

2. Hambatan dalam pelaksanaan

putusan praperadilan antara lain

yang ditetapkan adalah mengenai

prosedural (legal formal) tentang

Penangkapan, Penahanan,

Penggeledahan, dan/atau

penyitaan barang atau benda

milik tersangka. Khusus bahwa

tersangka adalah dader, pleger,

atau medepleger ditetapkan

minimal 2 alat bukti telah

terpenuhi (Pasal 183 KUHAP)

3. Hakim praperadilan pidana untuk

perlindungan HAM di Medan,

antara lain meningkatkan

pengawasan melalui bidang

Propam, Was.sidik, peningkatan

professional penyidik melalui

Dikjur dan peningkatan atau

mengaktifkan gelar perkara

dengan melibatkan fungsi terkait

khususnya mendatangkan saksi

Ahli untuk dimintai pendapat.

Saran

1. Perlu dilakukan perbaikan dan

penambahan terhadap Kitab

Undang- Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP), khususnya

terhadap ketentuan yang

mengatur tentang praperadilan

karena lembaga praperadilan ini

masih banyak kelemahan-

kelemahan.

2. Para pelaksanan penegak hukum

terutama yang berkecimpung

langsung dalam proses perkara

pidana, yaitu polisi, jaksa, hakim,

dan advokat/pengacara harus

sadar dan mengerti batas-batas

kewenangannya. Dan Agar

adanya check and balance, maka

setidaknya masyarakat juga harus

dibekali oleh pengetahuan hukum

agar mereka mengerti apa yang

menjadi hak dan kewajiban

hukumnya yang ini juga berguna

untuk menghindarkan dirinya

diperlakukan sewenang-wenang

oleh penegak hukum.

Page 15: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

94

3. Para pelaksana penegak hukum

dalam melakukan tugasnya juga

harus menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan, asas praduga tak

bersalah, serta asas persamaan

kedudukan dalam hukum. Dan

perlu adanya political will dari

kejaksaan untuk mentaati putusan

praperadilan agar putusan

tersebut dapat dilaksanakan

(berhubungan dengan pasal 270

KUHAP), sebab tidak ada

kekuatan lain atau lembaga lain

yang mempunyai wewenang

malakukan atau memaksa jaksa

untuk melaksakan putusan hakim

dalam perkara praperadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Mertokusumo Sudikno, Mengenal

Hukum, Suatu Pengantar,

Liberty, Yogyakarta, 2002.

Sunaryo Sidik, Kapita Selekta Sistem

Peradilan Pidana, UMM Press,

Edisi Pertama, Cetakan Ketiga,

Malang, 2005.

Mulyadi Lilik, Hukum Acara Pidana

(Suatu Tinjauan Khusus

Terhadap Surat Dakwaan,

Eksepsi, dan Putusan Peradilan),

Penerbit PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2002.

Arief Nawawi Barda, Kapita Selekta

Hukum Pidana tentang Sistem

Peradilan Pidana Terpadu, BP

Universitas Diponegoro

Semarang, 2007.

Atmasasmita Romli, Sistem

Peradilan Pidana Perspektif

Eksistensialisme dan

Abolisionisme, Binacipta,

Cetakan Kedua (Revisi).

Bandung, 2006.

Lamintang P.A.F. dan

LamintangTheo, Pembahasan

KUHAP Menurut Ilmu

Pengetahuan Hukum Pidana &

Yurisprudensi, Sinar Grafika,

Jakarta 2010.

Sasangka Hari, Penyidikan,

Penahanan, Penuntutan dan

Praperadilan, Surya Berlian,

Surabaya, 1996.

Harahap M. Yahya, Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan

KUHAPPemeriksaan Sidang

Pengadilan, Banding, Kasasi dan

Peninjauan Kembali, Edisi

Kedua,Sinar Grafika, Jakarta,

2006.

Page 16: EKSISTENSI LEMBAGA PERADILAN DALAM · PDF filehukum dalam hukum acara pidana sehingga ketentuan hukum tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar untuk ... B. Implementasi Upaya Hukum

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” Vol.2 No.1 Maret 2016

95

---------------------- Pembebasan

Permasalahan dan Penerapan

KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta,

2003.

Prodjohamidjojo Martiman.

Komentar Atas KUHAP,

Pradnya Paramita, Jakarta,1999.

R. Soeparmono, Praperadilan dan

Penggabungan Perkara Gugatan

Ganti Kerugian dalam KUHAP,

Mandar Maju, Bandung, 2003.

Sunarso Siswanto, Penegakan

Hukum Psikotropika dalam

Kajian Sosiologi Hukum, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta

2004.

Rusli Muhammad, Potret Lembaga

Pengadilan Indonesia, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

SM. Amin, Hukum Acara

Pengadilan Negeri, Pradnya

Paramita, Jakarta, 2004.

Pedoman Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara

Pidana, Penerbit Departemen

Kehakiman Republik Indonesia,

Cetakan Ketiga, 1982.

Peraturan Perundang - undangan

:

Undang – Undang Dasar 1945

Undang – Undang Kitab Hukum

Acara Pidana

Undang – Undang No 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia