EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN...

185
EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK (analisa Putusan KI Pusat Nomor 364/XI/KIP-PS-A/2013 dan analisa Putusan Nomor 226/G/2014/PTUN-Jakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) OLEH DENNY FERNANDES CHANIAGO NIM 1112048000060 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Transcript of EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN...

Page 1: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

INFORMASI PUBLIK

(analisa Putusan KI Pusat Nomor 364/XI/KIP-PS-A/2013 dan analisa Putusan Nomor

226/G/2014/PTUN-Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

OLEH

DENNY FERNANDES CHANIAGO

NIM 1112048000060

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja
Page 3: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja
Page 4: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja
Page 5: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

iv

ABSTRAK

Denny Fernandes Chaniago. NIM 1112048000060. EKSISTENSI KOMISI

INFORMASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

(Analisa Putusan KI Pusat Nomor 364/XI/KIP-PS-A/2013 dan Putusan Nomor

226/G/2014/PTUN-Jakarta).Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1437 H / 2016 M. ix + 82 Halaman.

Penulis dalam penelitian ini menganalisis mengenai bagaimana Eksistensi Komisi

Informasi dalam menyelesaikan sengketa informasi dalam analisis kasus kedua pihak

yang bersengketa antara PATTIRO (Pusat Telaah Informasi dan Regional) dengan

BPK (Badan Pengawas Keuangan) Republik Indonesia terkait informasi yang

dikecualikan, dan mengapa PTUN membatalkan putusan KI Pusat terkait informasi

yang dikecualikan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara ilmiah yakni

dalam studi ilmu hukum, dan secara praktis maupun akademis yakni masukan bagi

penulis dan pihak lain yang berkepentingan. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (Library Research) yang bersifat

yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue

approach) dan Pendekatan Konseptual (conseptual approach).

Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja Komisi Informasi di

Indonesia sebagai lembaga independen di Indonesia. Hasil penelitian penulis

menunjukan bahwa dalam hal menyelesaikan sengketa informasi, Komisi Informasi

masih kurang teliti dalam hal mengambil keputusan sengketa informasi meskipun

hanya sedikit putusan Komisi Informasi yang dibatalkan oleh PTUN, meskipun

sedikit kesalahan dapat menyebabkan kredibilitas terhadap Komisi Informasi itu

sendiri dipandangan masyarakat terutama di Indonesia yang berpayung negara hukum

dan eksistensi Komisi Informasi tersebut di Indonesia.

Kata Kunci : Eksistensi, Komisi Informasi

Dosen Pembimbing : Dr. Rumadi, M.a

Daftar Pustaka : Dari Tahun 1966 sampai 2014

Page 6: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillahirobbil’alamin, untaian rasa syukur senantiasa terpanjatkan atas

kehadirat Allah swt dengan kenikmatan dan kesempatan yang diberikan kepada

penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan berbagai

kemudahan. Salawat teriring salam penulis curahkan kepada sebaik-baiknya insan

Nabi Muhammad saw yang selalu memberi syafaat kepada umatnya dari setiap lafa

z shalawat yang terucap.

Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari dukungan

dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis

ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta

jajaran dan staff Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Dr. Asep Syarifuddin Hidayat S.H., M.H.

dan Drs. Abu Thamrin S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

yang senantiasa memberikan bimbingan, saran dan banyak ilmu kepada

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Dr. Rumadi, M.A. dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran, arahan, masukan dan

bimbingan kepada penulis terhadap proses penyusunan skripsi ini.

Page 7: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

vi

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan. Prof.

Dr. H. M. Atho Mudzhar, Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H., Dr.

Alfitra S.H., M.H., Nur Habibi S.H., M.H., Fitria S.H, M.R., Ayang Utriza

Yakin DEA, Ph.D., Dr. Isnawati Rais dan seluruh dosen yang telah mendidik

penulis yang tidak bisa disebut semuanya tanpa mengurangi rasa hormat

penulis.

5. Seluruh Staff Fakultas Syariah dan Hukum, Staff Perpustakaan Utama, Staff

Perpustakaan Fakultas, atas segala pelayanan yang diberikan kepada penulis.

6. Kepada Orang Tua Penulis, yaitu Tano Yamin dan Ibunda Refika Sepriyeni,

Nenek Penulis Alm. Yusnimar, Adik Penulis Erick Chantona Chaniago,

Sepupu penulis Saudari Silvia Olviana dan Fenny Ristiana serta Saudara

Rafiq Ariesta dan seluruh keluarga besar alm.Yusnimar yang telah

memberikan kasih sayang, perhatian dan dukungan yang teramat besar serta

doa’anya untuk kesuksesan penulis.

7. Sahabat-sahabat penulis yang hebat Saudara Muhammad Rais Azis, dan

seluruh sahabat Angkatan 16 Pondok Pesantren Al Ghozali. Sahabat-sahabat

seperjuangan Muhammad Yususf, Denny Anugrah Ramawijaya, Farid

Muhajir, Denny Anugrah, Said Agung, Sigit G Prabowo, Renaldi Hendryan,

Ade Kurniawan, Dimas Anggri, Agasti Prior, Agie Zaky, Ahmad Farhan,

Putri Amalia, Nur Fadhilah, Rifki Razaqi, Baghdady, Murtadlo, Khoirul Atma

Page 8: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

vii

dan M. Raziv Barokah yang telah sama-sama berjuang, saling membantu dan

saling memotivasi untuk menyelesaikan studi demi menggapai asa dan cita-

cita. Dan juga sahabat-sahabat keluarga besar Ikatan Alumni Pon-Pes Al

Ghozali Bogor, kawan-kawan KKN KOMPAS 2015, Kawan-kawan

SETAPAK LANGKAH (Ulfah Latifah, Lia Awaliah, dan Ayatulloh Kurnia),

dan Kawan-kawan Ilmu Hukum 2012 serta para senior-senior Ilmu Hukum

yang telah rela berbagi ilmu dan pengalaman serta motivasi dengan penulis,

dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Semoga Allah membalasnya. Amin.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya terkhusus untuk

mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 27 November 2016

Penulis

Page 9: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. iii

ABSTRAK............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR........................................................................................... v

DAFTAR ISI..........................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 8

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu............................................... 9

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual..................................................11

F. Metode Penelitian........................................................................... 13

G. Sistematika Penelitian..................................................................... 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG INFORMASI PUBLIK

A. Konteks Kelahiran Undang-Undang Keterbukaan

Informasi......................................................................................... 20

B. Definisi Informasi Publik................................................................ 23

C. Jenis-jenis Informasi Publik............................................................ 25

1. Informasi yang Wajib dan diumumkan Secara Berkala........... 25

Page 10: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

ix

2. Informasi yang Wajib diumumkan Secara Serta Merta ...........25

3. Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat..............................26

4. Informasi yang dikecualikan.....................................................26

D. Keterbukaan Informasi Publik Menurut Hukum di Indonesia .......28

E. Standar Layanan Informasi Publik..................................................31

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KOMISI INFORMASI

A. Komisi Informasi dalam Sistem Hukum.........................................33

B. Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Pusat.....................................38

C. Kinerja Komisi Informasi...............................................................40

a. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan

Internal Organisasi.....................................................................42

b. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan

Eksternal Organisasi..................................................................52

D. Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi...................................59

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK dalam

KASUS PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) dan

BPK RI

A. Putusan Komisi Informasi nomor 364/XI/KIP-PS/2013........61

a. Duduk Perkara...................................................................61

b. Argumentasi dan Putusan KI Pusat...................................62

Page 11: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

x

B. Keberatan BPK RI dalam Sengketa di Peradila Tata Usaha Negara

nomor perkara 226/G/2014/PTUN-Jakarta...........................65

C. Argumentasi dan Putusan PTUN..........................................68

D. Analisis Putusan dalam Kasus Sengketa antara PATTIRO (Pusat

Telaah dan Informasi Regional) dan BPK RI (Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia).............................................70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 77

B. Saran............................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................80

LAMPIRAN

Page 12: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterbukaan informasi dapat dimaknai sebagai kondisi yang

memungkinkan sektor komunikasi yang bersifat masal menyentuh hampir

semua bidang kehidupan masyarakat.1 Ketika keterbukaan akan informasi

tersebut disandingkan dengan konteks informasi sektor publik,

pembahasan akan mengerucut pada informasi yang dihasilkan dan/atau

dikelola oleh lembaga atau badan publik.

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi

pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian

penting bagi ketahanan nasional.

Lahirnya UU KIP merupakan suatu kehidupan baru bagi

masyarakat untuk memperoleh informasi dengan mudah,cepat dan

sederhana, karena lahirnya UU KIP ini menjalankan amanat Undang-

Undang Republik Indonesia pasal 28F UUD 1945 menyatakan bahwa

setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

untuk memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Lahirnya UU KIP merupakan mandat untuk terciptanya pemerintahan

1 Ichlasul Amal dan Armaidy Armawi, “Keterbukaan Informasi dan Ketahanan

Nasional”,(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996),hal.xii

Page 13: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

2

yang baik (Good Governance), dan juga memenuhi hak asasi manusia

untuk memperoleh kebutuhan atas informasi.

Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia untuk

memperoleh informasi serta keterbukaan informasi publik merupakan

salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik

Demokrasi secara sederhana diartikan sebagai pemerintahan oleh

rakyat. Demokrasi berdiri berdasarkan asumsi bahwa dalam sebuah negara

yang berdaulat adalah rakyat. Secara teoritis, demokrasi mendapatkan

pembenaran berdasarkan teori perjanjian sosial membentuk organisasi

negara untuk kepentingan seluruh rakyat (res publica). Dari sisi hukum,

perjanjian tersebut terwujud dalam bentuk konstitusi sebagai hukum

tertinggi yang mendapatkan otoritas dari constituent power, yaitu rakyat

itu sendiri.2

Sebagai wujud dari ide kedaulatan rakyat, dalam sistem demokrasi

harus dijamin bahwa rakyatlah yang sesungguhnya memiliki negara

dengan segala kewenangannya untuk menjalankan fungsi kekuasaan

negara, baik di bidang legislatif,eksekutif maupun yudikatif. Rakyatlah

yang sesungguhnya berwenang merencanakan,mengatur,melaksanakan,

dan melakukan pengawasan serta menilai pelaksanaan fungsi-fungsi k-

ekuasaan.3

2 Abdulhamid Dipopramono,dkk,”Jurnal Keterbukaan Informasi Publik”,(Komisi Informasi

Pusat RI,2015), hal.2 3 Jimly Asshiddiqie,”Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia”, (Jakarta: Konstitusi

Press, 2004),hal.144

Page 14: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

3

Untuk dapat benar-benar menjalankan kedaulatannya, rakyat harus

mengetahui segala hal tentang penyelenggaraan negara yang menyangkut

kepentingan rakyat, atau yang disebut sebagai kepentingan publik. Jika

publik tidak mengetahui segala sesuatu tentang penyelenggaraan negara,

maka dengan sendirinya tidak dapat menjalankan fungsi kedaulatannya.

Akibatnya, negara menjadi organ yang terpisah dan otonom dari publik.4

Demokrasi mensyaratkan adanya keterbukaan yang meliputi

keterbukaan informasi publik dan keterbukaan berupa hak untuk berserikat

dan mengeluarkan pendapat. Keterbukaan atau transparansi dalam

perkembangannya menjadi salah satu prinsip atau pilar negara demokrasi

demi terwujudnya kontrol sosial.5

Sebagai konsekuensi atas hak atas informasi tersebut adalah

kewajiban negara untuk memenuhi hak atas informasi tersebut. UU KIP

merupakan jaminan hukum yang diharapkan dapat mendorong

terwujudnya keterbukaan informasi dalam penyelenggaraan negara. Di

negara-negara demokratis, pengakuan terhadap hak atas informasi

sekaligus merupakan sarana untuk memantau dan mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan yang demokratis akan

berusaha semaksimal mungkin membuka ruang informasi yang

dibutuhkan publik. Itulah sebabnya, di negara demokratis konstitusional,

Keterbukaan Informasi Publik merupakan sarana untuk mengoptimalkan

4 Roberto Mangabeira Unger, Law In Modern Society: Toward a Criticism of Social

Theory, (New York: The Free Press, 1976), hal.58 5 Budi winarno, “Kebijakan Publik Teori dan Proses”, (Jakarta; PT Buku Kita,2008),

hlm.95

Page 15: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

4

penyelenggaraan secara umum, mengoptimalkan peran dan kinerja badan-

badan publik, serta segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.

Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

mensyaratkan pemerintahan yang terbuka sebagai salah satu fondasinya,

dan kebebasan memperoleh informasi (public access to information)

merupakan salah satu prasyarat untuk menciptakan pemerintahan terbuka.

Pemerintahan terbuka adalah penyelenggaraan pemerintahan yang

transparan,terbuka, dan partisipatoris. Semakin terbuka penyelenggaraan

negara untuk diawasi publik, maka penyelenggaraan negara tersebut

makin dapat dipertanggungjawabkan.6

Perihal mengenai keterbukaan informasi pemerintah telah

membuat dan menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada tanggal 30 april

2008, yang berdasarkan ketentuan pasal 64 ayat (1) UU KIP ditetapkan

bahwa undang-undang ini berlaku dua tahun sejak tanggal diundangkan

atau dengan kata lain UU KIP tersebut mulai efektif berlaku pada tanggal

30 april 2010. Lahirnya UU KIP telah memperkuat mandat bagi

pelaksanaan keterbukaan informasi dalam penyelenggaraan negara dan

pengelolaan sumber daya publik di indonesia.

6 Henri Subagiyo et al., 2009, Anotasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik (Edisi pertama), (Jakarta, Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia Bekerja Sama dengan Indonesia Center for Enviromental Law (ICEL) dan Yayasan Tifa), h.4-5

Page 16: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

5

Pelaksanaan UU KIP diharapkan dapat mendorong upaya

perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik, pelayanan publik, dan

penguatan peran serta masyarakat dalam setiap bidang pembangunan

nasional, oleh karena pada dasarnya akses terhadap informasi merupakan

bagian dari hak asasi manusia yang dijamin dan dilindungi oleh konstitusi.

Adapun lembaga independen yang akan diangkat adalah mengenai

Komisi Informasi Pusat selanjutnya disebut (KI Pusat) yang dalam

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik dijelaskan pada pasal 1 angka 4 bahwa Komisi Informasi adalah

lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang ini dan

peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan

informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui

mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

Dan komisi informasi juga memiliki tugas yang dijelaskan pada

pasal 26 ayat (1) yang mana komisi informasi bertugas untuk :

a. Menerima,memeriksa, dan memutus permohonan penyelesaian

sengketa Informasi Publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi

nonlitigasi yang diajukan oleh setiap pemohon Informasi

Publik berdasarkan Undang-Undangini;

b. Menetapkan kebijakan umum pelayanan Informasi Publik;

c. Menetapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

Selain memiliki tugas dan fungsi komisi informasi juga memiliki jenis-

jenis informasi, bukan berarti semua informasi bisa diberikan, karena ada

Page 17: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

6

beberapa informasi yang dikecualikan sebagaimana tercantum dalam pasal 17

huruf a sampai j undang-undang No.14 Tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik. yang mana setiap ada gugatan perihal informasi yang

dikecualikan KIP harus mempertimbangkan gugatan pemohon tersebut dan

juga mengidentifikasi informasi yang diajukan oleh pemohon itu, termasuk

informasi yang terbuka atau yang dikecualikan.

Namun ada beberapa putusan yang dihasilkan KIP perihal informasi yang

dikecualikan, yang pada awalnya KIP mengabulkan permohonan pemohon

tetapi dibatalkan dalam PTUN, dikarenakan informasi tersebut merupakan

informasi yang dikecualikan.

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian pada permasalahan kali ini, karena di dalam kasus

Komisi Informasi Pusat yang analisisnya sangat menarik menurut penulis

untuk dibahas karena pada kasus yang terjadi antara PATTIRO (Pusat Telaah

Informasi) dan BPK RI kedua pihak yang bersengketa yang mana pada

putusan di KI Pusat dikabulkan permohonan pemohon, namun dalam sidang

yang terjadi di PTUN putusan KI Pusat dibatalkan, maka dari itu penulis

sangat tertarik dengan mengangkat judul skripsi ini, sekaligus sebagai

pemenuhan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dengan

menjadikan sebuah judul skripsi dengan tema “EKSISTENSI KOMISI

INFORMASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI

PUBLIK (Analisa Putusan KI Pusat Nomor 364/XI/KIP-PS-A/2013 dan

Analisa Putusan Nomor 226/G/2014/PTUN-Jakarta)

Page 18: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

7

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah guna

terfokusnya pembahasan yang akan di bahas dalam penelitian ini.

Adapun batasan masalahnya hanya pada ruang lingkup mengenai

bagaimana Komisi Informasi dalam meyelesaikan sengketa terkait

sengketa informasi publik yang dikecualikan, tata cara

penyelesaiannya dan hasil analisis kasus antara putusan yang terdapat

di Komisi Informasi Pusat dan yang terdapat di PTUN jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka

rumusan masalah disusun dengan pertanyaan penelitian (research

question), yaitu:

a. Bagaimana peran Komisi Informasi dalam menyelesaikan

sengketa informasi publik?

b. Mengapa PTUN membatalkan putusan KI Pusat mengenai

informasi yang dikecualikan?

Page 19: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana peran Komisi

Informasi Pusat dalam menyelesaikan sengketa.

b. Untuk mengetahui dan memahami eksistensi Komisi Informasi

Pusat (KI Pusat) dalam mengidentifikasi jenis informasi publik.

Dan untuk menggali argumentasi PTUN dalam membatalkan

putusan KI Pusat.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diuraikan menjadi dua bagian, yaitu

kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasanserta memberikan suatu pemahaman

dan kontribusi mengenai Peran Komisi Informasi Pusat (KI Pusat)

dalam penyelesaian sengketa informasi publik.

b. Kegunaan Praktis

Adapun manfaat praktis dari penilitian ini dapat diharapkan

menjadi informasi bagi elemen masyarakat manapun untuk

mengetahui Peran Komisi Informasi Pusat dalam penyelesaian

Page 20: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

9

sengketa informasi publik. Hal ini dirasa penting mengingat bahwa

Komisi Informasi Pusat karena badan negara ini sangatlah penting

karena menjunjung tinggi pengakuan terhadap hak atas informasi

sekaligus merupakan sarana untuk memantau dan mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan. Karena keterbukaan informasi

publik merupakan sarana untuk mengoptimalkan penyelenggaraan

secara umum, mengoptimalkan peran dan kinerja badan-badan

publik, serta segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan

publik.

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Nama penulis/ Judul

skripsi,jurnal/tahun

Substansi perbedaan dengan

penulis.

Kartika Putri Rianda

Siregar, Penyelesaian

sengketa oleh komisi

informasi atas informasi

yang diberikan BPOM

terkait keselamatan

konsumen mengkonsumsi

suatu produk

Skripsi ini membahas

mengenai penyelesaian

sengketa antara komisi

informasi dengan BPOM

terkait keselamatan

konsumen dalam

mengkonsumsi suatu

produk

Perbedaan dengan skripsi

penulis adalah penulis

dalam skripsinya

menganalisis tentang

kasus KIP dengan BPK

terkait informasi yang

dikecualikan

MHD Hadis Shaleh, Skripsi ini membahas Perbedaan skripsi ini

Page 21: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

10

Konstruksi pemahaman

wartawab terhadap UU

KIP ( Studi dengan

pendekatan

konstruktivisme terhadap

wartawan aliansi jurnalis

independen cabang

medan dalam memahami

Undang-undang Republik

Indonesia No.14 Tahun

2008 tentang

keterbukaan informasi

publik

mengenai Konstruksi

pemahaman wartawab

terhadap UU KIP ( Studi

dengan pendekatan

konstruktivisme terhadap

wartawan aliansi jurnalis

independen cabang

medan dalam memahami

Undang-undang Republik

Indonesia No.14 Tahun

2008 tentang keterbukaan

informasi publik

dengan penulis adalah

skripsi ini membahas

mengenai konstruksi

pemahaman karyawan

terhadap UU KIP

sedangkan skripsi penulis

membahas mengenai

eksistensi komisis

informasi pusat dalam

penyelesaian sengketa

informasi publik perihal

informasi yang

dikecualikan.

Dhoho A.sastro,

mengenal Undang-

undang keterbukaan

informasi publik

Buku ini membahas

untuk mengenal Undang-

undang keterbukaan

informasi publik dan

untuk memperoleh

pemahaman yang

mendasar mengenai

undang-undang

keterbukaan informasi

publik.

Perbedaan buku ini

dengan penulis adalah

penulis lebih menitik

beratkan dalam

menganalisis kasusnya

sedangkan buku ini

membahas untuk

mengenal undang-undang

keterbukaan informasi

publiknya.

Page 22: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

11

Lolytasari, M.Hum,

Undang-undang Republik

Indonesia No.14 Tahun

2008 tentang keterbukaan

informasi publik (UU

KIP): Dampaknya

terhadap informasi

medical record

Jurnal ini membahas

mengenai Undang-

undang Republik

Indonesia No.14 Tahun

2008 tentang keterbukaan

informasi publik (UU

KIP) : dampaknya

terhadap informasi

medical record

Perbedaan jurnal ini

dengan skripsi penulis

adalah dalam hal fokus

pembahasan pun sudah

sangat berbeda, penulis

dalam skripsi menulis

perihal informasi yang

dikecualikan sedangkan

didalam jurnal tersebut

membahas dampaknya

UU KIP terhadap

informasi medical record

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

Dewasa ini bentuk keorganisasian negara semakin berkembang, hal ini

tidak lain merupakan implikasi dari perkembangan konsepsi negara hukum yang

berhaluan welfare state.7 Dimana dengan konsepsi negara hukum yang modern

ini, negara tidak hanya semata-mata sebagai penjaga keamanan atau ketertiban

masyarakat saja, tetapi memikul pula tanggung jawab mewujudkan keadilan

sosial,kesejahteraan umum dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.8

7 Prof. A. Mukthie fadjar, S.H.,M.S, ”Tipe Negara Hukum”, (Jawa Timur: Bayumedia

Publishing,2005), hlm.5 8 Dr. Hotma P.Sibuea, S.H., M.H., “Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-

Asas Umum Pemerintahan yang Baik”, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2010), hlm.47

Page 23: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

12

Sebagian kalangan masyarakat menilai, lahirnya lembaga-lembaga negara

independen atau komisi-komisi negara yang sebagian besar berfungsi sebagai

pengawas kinerja lembaga negara yang ada merupakan bagian dari krisis

kepercayaan terhadap lembaga-lembaga pengawas yang sudah ada tersebut.

Ketidakpercayaan yang ada, bisa diperkirakan berangkat dari kegagalan lembaga-

lembaga negara, baik dalam menjalankan fungsi dasar atau sebagai akibat dari

meluasnya penyimpangan fungsi lembaga-lembaga yang selama ini ada.

Komisi-komisi negara di indonesia kini semakin banyak yang

bermunculan sejak jatuhnya pemerintah orde baru.9 Adapun komisi-komisi negara

yang sudah ada dasar hukumnya mencapai lebih dari 15 buah, dengan dasar

hukum yang beragam. Dalam perkembangannya sebagian besar lembaga yang

dibentuk tersebut adalah lembaga-lembaga yang mempunyai fungsi pembantu

bukan yang berfugsi utama. Lembaga tersebut disebut Auxiliary state’s

institusions, atau Auxiliary state’s organ.

Independensi, kedudukan, dan ruang lingkup kewenangan lembaga-

lembaga tersebut juga bervariasi tidak ada tolak ukur kesamaan secara teori untuk

membentuk independensi ,kedudukan, dan ruang lingkup kewenangan lembaga-

lembaga tersebut. Keberadaan lembaga negara bertujuan untuk mencapai tujuan

negara,10

Dimana tujuan negara Indonesia sebagaimana yang kita ketahui terdapat

pada alinea keempat pembukaan UUD 1945. Untuk itulah kemudian ditetapkan

berbagai lembaga-lembaga negara dalam undang-undang dasar.

9 Mahkamah Konstitusi, “Hukum Acara Mahkamah Konstitusi”,(Sekretariat Jendral dan

Kepanitraan MKRI,2010),hal 159-161 10

Ruttan dan Hayami, “Toward a theory of induced institutional innovation”, (Journal of Development Studies; 1984)

Page 24: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

13

Salah satu dari beberapa lembaga negara yang memiliki dasar hukum

adalah Komisi Informasi (KI), yang mana Komisi Informasi ini telah diatur dalam

undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang

mana tugas dan fungsinya adalah memberikan keterbukaan informasi kepada

masyarakat agar dapat memperoleh informasi publik dengan mudah agar tercipta

pemerintahan yang transparan,terbuka, dan partisipatoris. Karena pada dasarnya

keterbukaan informasi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin dan

dilindungi oleh konstitusi yang terdapat pada perubahan kedua UUD 1945 pasal

28F.

Komisi informasi ini ada sebagai bentuk ketidakpercayaan masyarakat

dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan jujur, komisi ini muncul

untuk mewujudkan kepercayaan kepada masyarakat untuk meperoleh keterbukaan

informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang transparan,terbuka dan baik.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan

ilmu pengetahuan maupun teknologi. Di mana penelitian bertujuan

untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan

konsisten.11

Selain itu penelitian merupakan suatu sarana untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), Cet I, (Jakarta; CV. Rajawali, 1985) h. 1

Page 25: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

14

praktis, dan dipergunakan untuk memperkuat, membina, serta

mengembangkan ilmu pengetahuan.

Penelitian hukum menurut soerjono Soekanto merupakan suatu

kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan

pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.12

Sedangkan menurut Peter Mahmud Marzuki penelitian hukum

adalah suatu proses menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

dihadapi.13

Adapun untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan

dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang meletakan

hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang

dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan

perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin

(ajaran).14

Sementara dari sifatnya maka penelitian ini termasuk ke

12

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet III, (Jakarta: UI-Press, 1986) h.

43

13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet IV, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2005) hal. 35

14

Fahmi Muhammd Ahmad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Cet I, (Ciputat

: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010) hal. 31

Page 26: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

15

dalam jenis penelitian deskriptif15

yang berbentuk diagnostik dan

evaluatif dengan menggunakan pemaparan secara kualitatif.

2. Sumber Data

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber

penelitian yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,

serta bahan hukum tersier yang berkaitan secara langsung dengan

objek yang diteliti, dengan rincian sebagai berikut

a. Bahan Hukum Primer

Merupakan data-data yang diperoleh dari sumber aslinya, memuat

segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian

ini.Sumber-sumber tersebut berupa UUD 1945, UU Nomor 14 tahun

2008 tentang keterbukaan informasi publik dan Peraturan Komisi

Informasi (Perki) Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian

Sengketa Informasi Publik. Bahan hukum primer merupakan data yang

diperoleh dari bahan kepustakaan.16

b. Bahan Hukum Sekunder

Merupakan data-data yang memberikan penjelasan mengenai

bahan-bahan primer yang diambil dari sumber-sumber tambahan yang

15 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet IV, (Jakarta : Sinar Grafika,

2008) hal. 8

16

Soejono Sokanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Pustaka Pelajar,1992.),

h.51.

Page 27: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

16

memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan

penelitian ini, terdiri dari atas buku-buku (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal

hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan

hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik

penelitian skripsi ini.Dalam penulisan skripsi, penulis mengacu

kepada buku pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012.

c. Bahan Hukum Tersier

Merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.17

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode

pengumpulan data melalui studi dokumen/ kepustakaan (library

research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai

sumber bacaan seperti buku-buku yang berkaitan dengan lembaga

independen KI Pusat, pendapat sarjana, surat kabar, artikel, kamus

dan juga berita yang penulis peroleh dari internet.

17Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. (Malang: Bayumedia Publishing,2008). 296

Page 28: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

17

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier diinvetarisasi dan diklasifikasi dengan

menyesuaikan masalah yang dibahas. Dalam upaya

mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan Metode

Dokumentasi, metode ini dimaksudkan dengan mencari hal-hal

atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, media

online, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya.18

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun

bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier diuraikan dan

dihubungkan sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam

penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalah yang

telah dirumuskan.Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara

deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang

bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.

Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis

terhadap bahan hukum dengan melakukan analisis secara kritis dan

mendalam Mengenai Peran KI Pusat dalam Penyelesaian Sengketa

Informasi Publik. Didalamnya akan membahas mengenai

kedudukan KI Pusat, fungsi dan wewenang KI Pusat, Dasar

18

M. Burhan Bungin, “Penelitian Kualitatif”,(Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2007), h. 201.

Page 29: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

18

Hukum KI Pusat, Sejarah terbentuknya KI Pusat, lalu bagaimana

KI Pusat dalam menyelesaikan sengketa informasi publik.

5. Pedoman Penulisan

Metode penulisan ini berdasarkan buku pedoman Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, sama halnya dengan

sistematika penulisan pada penelitian-penelitian lainnya, yaitu

dimulai dari kata pengantar, daftar isi, dan dibagi menjadi 5 (lima)

bab dengan sistematika penulisan di Bab I ada pendahuluan, Pada

bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Studi

Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

Kemudian di Bab II nya memuat tentang tinjauan umum

tentang Komisi Informasi Publik, yang didalamnya berisi Definisi

Informasi Publik, Jenis-jenis Informasi Publik, Keterbukaan

Informasi Publik Menurut Hukum di Indonesia, Standar Layanan

Informasi Publik.

Page 30: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

19

Di Bab III membahas tentang tinjauan umum tentang

Komisi Informasi yang didalamnya terdiri dari Pengertian Komisi

Informasi, Dasar Hukum, Fungsi, Tugas dan Wewenang Komisi

Informasi Pusat (KIP).

Di Bab IV membahas tentang penyelesaian sengekta

Informasi Publik yang diantaranya terdiri dari Prosedur

penyelesaian sengketa informasi publik komisi informasi, Analisa

Putusan komisi informasi Nomor 364/XI/KIP-PS/2013 dan

Analisan putusan Nomor 226/G/2014/PTUN-Jakarta.

Di Bab V pada bab penutup ini, berisi kesimpulan serta

saran yang berkaitan dengan permasalahan tersebut yang penulis

dapatkan dari hasil menganalisis Peran Komisi Informasi Pusat

(KIP) dalam Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

Page 31: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

20

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG INFORMASI PUBLIK

A. Konteks Kelahiran Undang-Undang Keterbukaan Informasi

Publik

Era keterbukaan yang mengiringi Reformasi 1998 semakin

menimbulkan kesadaran akan terbukanya akses informasi dari berbagai

kalangan. Secara khusus, keterbukaan akses menuju Informasi Publik

diperlukan oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang lingkungan,

gerakan antikorupsi, hak asasi manusia, dan pers yang sering mengalami

kesulitan dalam mengakses berbagai informasi dari lembaga pemerintah,

dengan dalih rahasia negara.19

Meski demikian, Keterbukaan Informasi

untuk publik telah tercantum dalam beberapa peraturan yang disahkan

sebelum era reformasi, seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 5 ayat (2) yang

berbunyi “setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup

yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup”. Dan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang pada

pasal 4 ayat (2) butir a yang berbunyi: “Setiap orang berhak untuk

mengetahui rencana tata ruang”.

Tiga isu besar yang mendorong lahirnya kesadaran atas kebutuhan

informasi adalah upaya pemberantasan korupsi, penegakan hak asasi

19

Dhoho A.Sastro,dkk, ”Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik”,(Jakarta: Pelitaraya Selaras,2010),hal.1

Page 32: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

21

manusia, dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).20

Salah satu kasus riil yang memicu kesadaran itu adalah gugatan Wahana

Lingkungan Hidup terhadap Inti Indorayon Utama dan instansi pemerintah

berkaitan dengan hak publik atas informasi lingkungan hidup.

Berangkat dari diskusi-diskusi kecil, beberapa aktivis lembaga

swadaya pada awal masa-masa reformasi membentuk Koalisi Masyarakat

Sipil untuk Kebebasan Memperoleh Informasi Publik. Gagasan akan

kebebasan masyarakat untuk memperoleh informasi publik perlu dijamin

karena merupakan bagian tidak terpisahkan dari penataan dan reformasi di

berbagai sektor kehidupan, serta kebebasan mengakses informasi

merupakan syarat gagasan yang dituangkan dalam naskah RUU

Kebebasan Memperoleh Informasi Publik (KMIP).

Pada Program Pembangunan Nasional 2000-2005, pentingnya RUU

KMIP mulai disinggung. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sudah

menyadari pentingnya keterbukaan informasi, Koalisi Masyarakat Sipil

mulai mengkomunikasikan RUU KMIP secara resmi ke DPR pada

Agustus 2000. Pada Maret 2002 DPR menyetujui RUU KMIP sebagai

RUU usul inisiatif.

Bersamaan dengan masuknya draf RUU versi DPR, Pemerintah

membuat draf tandingan, Namun pembahasan draf sausulan tersebut gagal

dirampungkan karena Presiden Megawati Soekarno Putri tidak

mengeluarkan Amanat Presiden (Ampres) yang menunjuk wakil

20

Dhoho A.Sastro,dkk, ”Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik”,(Jakarta: Pelitaraya Selaras,2010),hal.2

Page 33: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

22

pemerintah untuk membahas RUU KMIP. Yang terjadi kemudian adalah

masuknya RUU Rahasia Negara. Ampres pembahasan RUU KMIP baru

keluuar pada 19 Oktober 2005 pada masa pemerintahan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono.

Sejak saat itu proses pembahasaan terus bergulir. Beberapa substansi

penting menjadi perdebatan antara pemerintah dan DPR. Pro dan kontra

pandangan diluar proses pembahasan juga mencuat karena Koalisi terus

memantau proses pembahasan. Perbedaan pandangan tidak hanya

mengenal materi muatan, tetapi juga terhadap judul. Pemerintah tidak

menyetujui kata “kebebasan” dipakai sebagai judul Undang-Undang.

Setelah melalui kompromi judul RUU berubah dari Kebebasan

Memperoleh Informasi Publik menjadi Keterbukaan Informasi Publik

(KIP).

Salah satu materi muatan yang paling banyak menyedot waktu, tenaga.

Dan pemikiran adalah masuknya Badan Usaha Milik Neagara (BUMN)

atau Milik Daerah (BUMD) sebagai badan publik. Pemerintah tidak setuju

sama sekali pada pandangan Koalisi. Akhirnya dicapai kompromi, definisi

badan publik menjadi sangat luas. Selain BUMN/BUMD, partai politik

dan organisasi-organisasi nonpemerintah pun termasuk badan publik.

Dan pada akhirnya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik

(UU KIP) ditanda tangani Presiden dan diundangkanpada 30 April 2008,

tetapi baru berlaku dua tahun kemudian. Berarti seluruh materi UU KIP

mulai berlaku sejak 1 Mei 2010. Sebelum UU ini berlaku, pemerintah

Page 34: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

23

sudah harus membentuk Komisi Informasi dan dua Peraturan Pemerintah,

yaitu Peraturan Pemerintah tentang Pembayaran Ganti Rugi oleh Badan

Publik, dan Peraturan Pemerintah tentang Jangka Waktu Pengecualian

Informasi Pengelolaan Informasi (Retensi). Selain itu, UU KIP juga harus

memberikan kewenangan pada Komisi Informasi untuk membuat petunjuk

teknis pelaksanaan UU KIP.

B. Definisi Informasi Publik

Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dalam diktum menimbang,

disebutkan bahwa Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang,

baik dalam mengembangkan kualitas pribadinya maupun dalam rangka

menjalani kehidupan sosialnya.setiap orang dalam kualitas dan latar

belakang apapun membutuhkan informasi sesuai kadarnya. Pada

masyarakat sekalipun, kebutuhan atas informasi tetap ada dan harus

dipenuhi, informasi itu bisa diperoleh lewat tatap muka dengan orang lain,

bisa juga melalui berbagai macam sarana yang tersedia.

Pada masyarakat modern, kebutuhan atas informasi semakin banyak

dan semakin urgen. Informasi menjadi kebutuhan dasar dalam

pengambilan keputusan-keputusan formal dan sosial.perkembangan

teknologi komunikasi turut mendorong perkembangan informasi. Setiap

detik informasi terus menyebar dari satu tempat ketempat lain dengan

Page 35: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

24

cepat akibat perkembangan teknologi komunikasi. Setiap hari kita

disuguhi informasi dari berbagai belahan dunia yang berbeda nyaris pada

saat bersamaan. Batas-batas antar negara seolah-olah menjadi hilang

akibat pesatnya perkembangan informasi.

Informasi hadir menyapa kita setiap saat, baik melalui media cetak dan

elektronik maupun lewat sekedar obrolan dengan tetangga. Informasi

menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang mereka butuhkan

sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.21

Banyak para ahli yang mengemukakan definisinya tentang informasi,

diantaranya:

1. Menurut Anton M. Meliono informasi adalah data yang telah diproses

untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk

menghasilkan sebuah keputusan.

2. Menurut George H. Bodnar informasi adalah data yang diolah

sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.

3. Menurut Raymond Mc.leod menyatakan bahwa informasi adalah data

yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi pengambilan

keputusan saat ini atau mendatang.

Dalam pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa informasi publik adalah

informasi yang dihasilkan,disimpan,dikelola,dikirim,dan/atau

diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan

penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau

21

Henri subagiyo,”Anotasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”, cet I, (Jakarta; Gajah Hidup Print, 2009), hal.3

Page 36: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

25

penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang

sesuai dengan UU serta informasi lain yang berkaitan dengan

penyelenggaraan negara.

C. Jenis-jenis Informasi Publik

Berbagai jenis informasi sebagaimana ditentukan didalam

ketentuan UU no.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

yang tercantum dalam pasal 9 ayat (2), pasal 10 ayat (1) dan (2), pasal

11 ayat (1), dan pasal 17 adalah :22

1. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan, terdiri dari:

a. Informasi berkala

Adapun yang dimaksud dengan informasi yang wajib

disediakan dan diumumkan secara berkala meliputi:

1) Informasi yang berkaitan dengan badan publik

2) Informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik

terkait;

3) Informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

4) Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

b. Informasi serta merta

Informasi serta merta adalah suatu informasi yang dapat

mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum

22

Notrida G.B. Mandica-Nur, Buku Panduan Keterbukaan Informasi Publik untuk Petugas Pengelola dan Pemberi Informasi di Badan Publik, (Jakarta: PT. Temprint, 2009), hal. 81

Page 37: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

26

yang wajib disampaikan oleh komisi informasi dengan cara

yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa

yang mudah dipahami.

c. Informasi yang harus tersedia setiap saat

Adapun informasi yang wajib tersedia setiap saat meliputi:

1) Daftar seluruh informasi publik yang berada dibawah

penguasaannya, tidak termasuk informasi yang

dikecualikan;

2) Hasil keputusan badan publik dan pertimbangannya;

3) Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen

pendukungnya;

4) Rencana kerja proyek termasuk didalamnya perkiraan

pengeluaran tahunan badan publik;

5) Perjanjian badan publik dengan pihak ketiga;

6) Informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat

publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum;

7) Prosedur kerja pegawai badan publik yang berkaitan

dengan pelayanan masyarakat; dan/atau

8) Laporan mengenai pelayanan akses informasi publik

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Informasi yang dikecualikan, yakni informasi yang tidak

terbuka pada publik karena akibat yang mungkin ditimbulkan

Page 38: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

27

apabila diumumkan. Berikut informasi yang dikecualikan

meliputi:

a. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

pemohon informasi publik dapat menghambat proses

penegakan hukum.

b. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

pemohon informasi publik dapat mengganggu kepentingan

perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan

perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

c. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

pemohon informasi publik dapat membahayakan

pertahanan dan keamanan negara;

d. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

pemohon informasi publik dapat mengungkapkan kekayaan

alam indonesia;

e. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

pemohon informasi publik, dapat merugikan ketahanan

ekonomi nasional;

f. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

pemohon informasi publik, dapat merugikan kepentingan

hubungan luar negeri;

Page 39: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

28

g. Informasi publik yang apabila dibuka dapat

mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan

kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang;

h. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

pemohon informasi publik dapat mengungkap rahasia

pribadi;

i. Memorandum atau surat-surat antar badan publik atau intra

badan publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali

atas putusan komisi informasi atau pengadilan;

j. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan

undang-undang.

D. Keterbukaan Informasi Publik menurut Hukum di Indonesia

Undang-undang no.14 tahun 2008, tentang keterbukaan

informasi publik adalah salah satu produk hukum diindonesia yang

dikeluarkan tahun 2008 dan diundangkan pada 30 april 2008 dan

mulai berlaku setelah dua tahun diundangkan. Undang-undang

yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban

kepada setiap badan publik untuk mendapatkan informasi publik,

kecuali beberapa informasi tertentu.

Terbitnya undang-undang ini merupakan bentuk dorongan

partisipasi aktif keterlibatan masyarakat dan pemerintah guna

mewujudkan hak dasar publik atas kebutuhan layanan informasi.

Page 40: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

29

Dalam konteks keterbukaan informasi publik, maka kehadiran

undang-undang ini membuka akses publik untuk melakukan

monitoring dan pengawasan.23

Keterbukaan informasi publik dalam praktik

penyelenggaraan negara secara terbuka kini juga digiatkan secara

global. Salah satu inisiatif internasional yang dibangun untuk

mewujudkan keterbukaan informasi adalah open governance

partnership (OGP) dimana indonesia sebagai salah satu negara

yang telah berkomitmen terhadap inisiatif OGP bertanggung jawab

untuk menjalankan berbagai inisiatif guna mendorong keterbukaan

informasi didalam negeri. Rencana strategi yang telah disusun

ditingkat open governance indonesia (OGI) untuk optimalisasi

implementasi UU KIP adalah mendorong percepatan penetapan

pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) diseluruh

pemerintah daerah. Implementasi kebijakan mendorong

pembentukan PPID pemerintah daerah ini dilaksanakan oleh

kementrian dalam negeri yang memiliki fungsi koordinasi,

pembinaan dan pengawasan pemerintah daerah.

Agar keterbukaan informasi publik tidak sekedar menjadi

konsep, maka substansinya diatur lebih lanjut didalam peraturan

pemerintah (PP) no.61 tahun 2010 tentang pelaksanaan UU KIP,

sedangkan untuk tataran yang lebih implementatif kementrian

23

Dhoho A.Sastro,dkk, ”Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik”,(Jakarta: Pelitaraya Selaras,2010),hal.6-7

Page 41: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

30

dalam negeri telah menerbitkan peraturan mentri dalam negeri

no.35 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan pelayanan

informasi dan dokumentasi.

UU KIP sendiri hadir untuk menjamin:

a. Hak setiap orang untuk memperoleh informasi publik termasuk

hak untuk mengajukan banding bila menemui hambatan dalam

mengakses informasi publik.

b. Kewajiban badan publik menyediakan dan melayani

permohonan informasi publik secara cepat,tepat waktu,biaya

ringan, dan cara sederhana.

c. Pengecualian informasi publik bersifat ketat dan terbatas.

d. Kewajiban badan publik untuk membenahi sistem dokumentasi

dan pelayanan informasi publik.

e. Sanksi apabila terdapat pelanggaran

f. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa terkait dengan

jaminan hak atas informasi.

Menjadi penting dari pemberlakuan UU KIP itu sendiri

adalah berlakunya UU KIP bertujuan membawa perubahan

paradigma badan publik dalam mengelola informasi. Sebelum UU

KIP berlaku, pengelolaan informasi dilakukan adalah tertutup,

kecuali yang diizinkan terbuka. Namun, setelah diundangkan,

paradigma pengelolaan informasi bergeser menjadi pengelolaan

Page 42: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

31

informasi publik, artinya seluruh informasi adalah terbuka

(informasi publik), kecuali yang dikecualikan.

Dalam kaitannya dengan pengecualian informasi, arti

penting dari pemberlakuan UU KIP adalah bahwa sebelum UU

KIP, pengecualian informasi tidak memiliki parameter yang pasti.

Pengecualian informasi memperluas parameter dengan alasan

birokrasi maupun politis. Sedangkan setelah UU KIP berlaku, yaitu

dengan mensyaratkan bahwa pengecualian harus didasarkan pada:

a. Konsekuensi berdasarkan pasal 17 UU KIP, dan

b. Pengujian kepentingan publik, serta

c. Hanya berlaku sesuai dengan jangka waktu tertentu (masa

retensi).

E. Standar Layanan Informasi Publik

Standar layanan informasi publik adalah tata kelola internal badan

publik dalam rangka memenuhi hak publik untuk memperoleh

informasi, dengan cara melihat, mengetahui informasi serta

mendapatkan salinan informasi. Pengaturan menyangkut sistem

informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara

baik dan efisien serta penyampaiannya kepada publik.24

Di Indonesia standar layanan informasi publik diatur dalam PERKI

No.1 tahun 2010 tentang standar layanan informasi publik, yang

24

http//www.ppid.kominfo.go.id/standar-layanan-informasi.(diakses pada tgl 22 february 2015)

Page 43: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

32

mengatur hal-hal yang belum jelas diatur dalam UU KIP, khususnya

tentang pengelolaan dan pelayanan informasi publik pada BAB V

pasal 19 ayat (1) dan (2) dijelaskan sebagai berikut :

(1) Setiap orang berhak memperoleh informasi publik dengan cara

melihat dan mengetahui informasi serta mendapatkan salinan

informasi publik.

(2) Badan publik wajib memenuhi hak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) melalui:

a. Pengumuman informasi publik; dan

b. Penyediaan informasi publik berdasarkan permohonan

Page 44: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

33

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KOMISI INFORMASI

A. Komisi Informasi dalam Sistem Hukum

Komisi informasi merupakan lembaga mandiri yang berfungsi

menjalankan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik (UU KIP) dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan

petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan

sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

Pentingnya keterbukaan informasi didalam pemerintahan untuk

mewujudkan pemerintahan yang baik (Good Governance) diakomodasi oleh

tujuan dari UU KIP yang antara lain menjamin hak warga negara untuk

mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik,

dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu

keputusan publik.

Komisi informasi terdiri atas informasi pusat, komisi informasi

provinsi, dan jika dibutuhkan komisi informasi kabupaten/kota. Komisi

informasi pusat berkedudukan di ibukota negara, sedangkan untuk komisi

informasi provinsi berkedudukan di ibukota provinsi dan komisi informasi

kabupaten/kota berkedudukan di ibukota kabupaten/kota. Melihat dari segi

pertanggungjawaban sebagaimana yang diatur dalam pasal 28 UU KIP, maka

untuk komisi informasi pusat pertanggungjawabannya kepada presiden dan

pelaporan fungsi, tugas dan wewenangnya kepada DPR. Sedangkan untuk

Page 45: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

34

komisi informasi provinsi pertanggungjawabannya kepada gubernur dan

pelaporan fungsi, tugas dan wewenangnya kepada DPRD provinsi. Lain

halnya dengan komisi informasi kabupaten/kota pertanggungjawabannya

kepada bupati/walikota dan pelaporan fungsi, tugas dan wewenangnya

kepada DPRD kabupaten/kota.25

Susunan keanggotaan komisi informasi pusat berjumlah tujuh orang

komisisoner yang harus mencerminkan unsur dari pemerintah dan unsur

masyarakat. Bagi keanggotaan komisi informasi pada tingkat daerah, komisi

informasi provinsi/kabupaten/kota, komisionernya berjumlah lima orang

yang juga harus mencerminkan unsur dari pemerintahan dan unsur dari

masyarakat. Dalam memudahkan tugasnya, para komisioner harus menggelar

rapat pleno untuk memilih seorang ketua dan wakil ketua yang merangkap

sebagai anggota.

Komisi Informasi merupakan lembaga independen yang memiliki

tugas menyampaikan informasi dan mempunyai fungsi menyelesaikan

sengketa, dalam hal menyelesaikan sengketa seorang pemohon harus

mengetahui bagaimana tatacara mengajukan permohonan dan keberatan

dalam beracara, dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang

keterbukaan Informasi Publik dijelaskan tatacara permohonan dan tatacara

mengajukan keberatan dan kasasi.

Tata cara permohonan informasi publik melalui PPID diantaranya

sebagai berikut:

25

Annie londa dkk, Komisi Informasi Pusat “Memaknai Hakikat Komisi Informasi dan Sengketa Informasi”, Cet I (Jakarta, 2014), hal.2

Page 46: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

35

1. Pemohon Informasi Publik mengajukan permohonan informasi

publik kepada PPID badan POM, baik melalui telepon, surat,

email, ataupun datang langsung;

2. Pemohon mengisi formulir layanan permohonan informasi yang

antara lain berisi latar belakang pemohon dan latar belakang

permohonan informasi;

3. Pemohon Informasi Publik meminta tanda bukti bahwa telah

melakukan permintaan informasi disertai nomor pendaftaran

permintaan;

4. PPID badan POM melakukan koordinasi internal untuk menjawab

permintaan informasi publik;

5. Pengelola Layanan Informasi menyampaikan jawaban secara

tertulis kepada Pemohon Informasi.

Kemudian Pemohon Informasi Publik juga dapat mengajukan keberatan

secara tertulis kepada atasan PPID Badan POM berdasarkan alasan dengan

tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 :

a. Keberatan diajukan kepada atasan PPID Badan POM dalam

jangka waktu paling lambat 30 hari kerja dengan

mengemukakan alasan;

b. Atasan PPID Badan POM harus memberikan tanggapan atas

pengajuan keberatan tersebutpaling lambat 30 hari kerja sejak

diterimanya keberatan secara tertulis;

Page 47: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

36

c. Apabila atasan PPID menguatkan putusan yang ditetapkan

bawahannya maka alasan tertulis disertakan bersama

tanggapan tersebut;

d. Jika pengaju keberatan puas atas putusan atasan PPID , maka

sengketa keberatan selesai;

e. Jika pengaju keberatan Informasi Publik tidak puas atas

tanggapan atasan PPID, maka penyelesaian sengketa Informasi

Publik dapat diajukan kepada Komisi Informasi Pusat.

Tahap 2 : Penyelesaian Sengketa Informasi Publik kepada Komisi Informasi

Pusat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengajuan Sengketa Informasi Publik ke Komisi Informasi

diajukan dalam waktu 14 hari kerja setelah diterimanya

tanggapan tertulis dari atasan PPID yang tidak memuaskan

Pemohon Informasi Publik;

b. Dalam waktu 14 hari kerja setelah diterimanya permohonan

penyelesaian sengketa Informasi Publik, Komisi Informasi

harus mulai melakukan proses penyelesaian sengketa melalui

mediasi, paling lambat 100 hari kerja;

c. Jika pada tahap mediasi dihasilkan kesepakatan, maka hasil

kesepakatan mediasi tersebut ditetapkan oleh Putusan Komisi

Informasi;

d. Apabila upaya mediasi dinyatakan tidak berhasil secara tertulis

oleh salah satu pihak atau para pihak yang bersengketa

Page 48: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

37

menarik diri dari perundingan, maka Komisi Informasi

melanjutkan proses penyelesaian sengketa melalui ajudikasi;

e. Apabila salah satu atau para pihak yang bersengketa secara

tertulis menyatakan tidak terima putusan ajudikasi dari Komisi

Informasi paling lambat 14 hari kerja setelah diterimanya

putusan tersebut, maka dapat mengajukan gugatan melalui

pengadilan;

f. Jika Pemohon Informasi puas atas keputusan ajudikasi Komisi

Informasi, sengketa selesai.

Tahap 3 : Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui pengadilan

dengan langkah-langkahsebagai berikut:

a. Pengajuan gugatan dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha

Negara

1). Penggugat menerima putusan pengadilan

2). Pengajuan gugatan oleh salah satu atau para pihakyang

bersengketa secara tertulis menyatakan tidak menerima

putusan ajudikasi dari Komisi Informasi Pusat paling lambat

14 hari kerja setelah diterimanya putusan tersebut.

b. jika tidak menerima putusan pengadilan, penggugat

mengajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung, pengajuan

Kasasi dilakukan selambat-lambatnya 14 hari sejak

diterimanya putusan Pengadilan Tata Usaha Negara;

Page 49: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

38

c. jika pengaju sengketa puas atas putusan pengadilan, sengketa

selesai.

B. Tugas dan Fungsi Komisi Informasi

Komisi informasi merupakan lembaga independen yang memiliki tugas

dan fungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar masyarakat

dapat memperoleh hak atas informasi tersebut. Di dalam undang-undang

nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik dijelaskan fungsi

dan tugas komisi informasi pada pasal 23 fungsi komisi informasi yang

berbunyi : “komisi informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi

menjalankan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya menetapkan

petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa

informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi”. Dan pada

pasal 26 ayat (1) komisi informasi memiliki tugas diantaranya :

a. Menerima, memeriksa, dan memutus permohonan penyelesaian

sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi

nonlitigasi yang diajukan oleh setiap permohonan informasi publik

berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini;

b. Menetapkan kebijakan umum pelayanan informasi publik; dan

c. Menetapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

Komisi informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan

undang-undang KIP dan peraturan pelaksanaannya. Komisi juga bertugas

untuk menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi public dan

Page 50: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

39

menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan atau ajudikasi

non litigasi. 26

Tugas dan wewenang komisi informasi

a. Tugas

1. Menerima, memeriksa dan memutus permohonan penyelesaian

sengketa informasi public melalui mediasi dan atau ajudikasi non

litigasi yang diajukan oleh setiap pemohon informasi public

berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

2. Menetapkan kebijakan umum pelayanan informasi public.

3. Menetapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

b. Wewenang

4. Memanggil dan atau mempertemukan para pihak yang bersengketa

5. Meminta catatan atau bahan yang relevan yang dimiliki oleh badan

public terkait untuk mengambil keputusan dalam upaya menyelesaikan

sengketa informasi public.

6. Meminta keterangan atau menghadirkan pejabat badan public ataupun

pihak yang terkait sebagai saksi dalam penyelesaian sengketa

informasi public

7. Mengambil sumpah setiap saksi yang didengar keterangannya dalam

ajudikasi non litigasi penyelesaian sengketa informasi public

26

Notrida G.B. Mandica-Nur, Buku Panduan Keterbukaan Informasi Publik untuk petugas Pengelola dan Pemberi Informasi di Badan Publik, (Jakarta: PT. Temprint, 2009), hal. 101-102

Page 51: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

40

8. Membuat kode etik yang diumumkan kepada public sehingga

masyarakat dapat menilai kinerja komisi informasi.

C. Kinerja Komisi Informasi

Sesuai Keputusan Ketua KI Pusat No. 07/KEP/KIP/VIII/2014 tentang

Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, Bidang Tugas Kelembagaan

telah menyusun “Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2013-2015”.

Laporan ini disusun untuk melaksanakan tanggung jawab Bidang Tugas

Kelembagaan di Komisi Informasi Pusat untuk menyampaikan capaian

kinerja fungsi dan tugasnya secara berkala.27

Laporan Kerja menjelaskan dan menjabar beberapa kegiatan yang

telah dilaksanakan oleh Bidang Tugas Kelembagaan dalam periode Agustus

2013 hingga 2015. Kegiatan-kegiatan tersebut terbagi dalam 2 bagian besar

sesuai ruang lingkup tugas Bidang Kelembagaan. Kedua bagian tersebut yaitu

Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal

Organisasiyang meliputi kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia,

Anggaran, dan Tata Kelola; dan Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian

Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi yang meliputi kegiatan Kerja

Sama Kelembagaan.28

Pada bagian pertama, terdapat 7 (tujuh) kegiatan internal organisasi

yang mencakup diantaranya kegiatan internal kelembagaan seperti mengenai

kepegawaian KI Pusat, penyusunan SOP tata kelola KI Pusat hingga review

27

www.kominfo.com,”laporan kerja bidang kelembagaan”,Agustus 2013-2015 28

www.kominfo.com, “laporan kerja bidang kelembagaan”, agustus 2013-2015

Page 52: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

41

penyusunan anggaran tahun 2014. Selain itu dalam bagian ini juga membahas

berbagai kegiatan penyusunan rancangan regulasi di bidang kelembagaan.

Yaitu rancangan peraturan KI tentang pedoman pelaksanaan seleksi dan

penetapan anggota KI, rancangan pedoman uji konsekuensi, rancangan

peraturan KI tentang tata naskah dinas dan rancangan peraturan KI tentang

kode etik.

Pada bagian kedua, yaitu Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian

Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi terdiri dari 6 (enam) kegiatan

eksternal organisasi. Diantaranya mencakup penganugerahan dan penilaian

mandiri keterbukaan informasi publik tahun 2013, kerjasama antar lembaga

pengembangan jaringan kelembagaan dan kerja sama organisasi

internasional. Dalam ruang lingkup hubungan KI Pusat dengan KI di daerah,

Bidang Tugas Kelembagaan melaksanakan kegiatan berikut, yaitu informasi

provinsi, asistensi & konsultasi kelembagaan komisi informasi provinsi dan

audiensi kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan lembaga negara

lainnya

Laporan pelaksanaan kegiatan ini menjelaskan dan menjabar beberapa

kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bidang Tugas Kelembagaan dalam

periode tahun 2013- 2015. Laporan disusun dalam dua bagian besar sesuai

ruang lingkup tugas Bidang Tugas Kelembagaan, sehingga kerangka laporan

berbentuk sebagai berikut: 29

29

www.kominfo.com, “laporan kerja bidang kelembagaan”, Agustus 2013-2015

Page 53: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

42

a. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal

Organisasiyang meliputi kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia,

b. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal

Organisasi yang meliputi kegiatan Kerja Sama Kelembagaan.

a. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal

Organisasi

1. Review Penyusunan Anggaran Tahun 2014

Penyusunan anggaran Tahun 2014 telah dibahas selama 4 (empat)

kali. Pembahasanpertama, kedua dan ketiga dibahas oleh Komisioner

Periode 2009- 2013, sementara pembahasan keempat dilaksanakan

oleh Komisioner Periode 2013-2017. Pembahasan penyusunan

anggaran Tahun 2014 dipandang perlu untuk mereview penyusunan

anggaran Tahun 2014 yang telah dibahas dan disusun oleh Komisioner

periode pertama. Kegiatan review anggaran ini dilaksanakan pada

tanggal 1 sampai 3 September 2013 di Lor In Hotel Sentul, Bogor.

Review penyusunan anggaran Tahun 2014 yang dihadiri oleh Ketua

Komisi Informasi Pusat Abdulhamid Dipopramono, Wakil Ketua John Fresly,

Komisioner Yhannu Setyawan, Evy Trisulo, dan Henny S. Widyaningsih

dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan program yang akan dicapai

oleh Komisioner Periode 2013-2014.

Evy Trisulo menyampaikan dalam Penyusunan Rencana Kerja Anggara

Lembaga (RKA-L) Komisi Informasi, hal yang penting untuk diperhatikan

Page 54: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

43

adalah penyusunannya harus mengacu pada Standar Biaya Umum (SBU)

Tahun 2014, mengacu pada pagu sementara, dan menggunakan aplikasi

RKA-L 2014. Dari penyusunan anggaran Tahun 2014 masih terdapat indeks

anggaran yang belum sesuai dengan Standar Biaya Umum sehingga perlu

diperbaiki.

Dalam kegiatan itu juga dihadiri oleh Sekretaris Komisi Informasi Pusat,

Kepala Bagian Perencanaan, Tenaga Ahli, Asisten Ahli dan Staf Bagian

Perencanaan. Untuk dapat menyusun anggaran yang sesuai dengan regulasi

yang berlaku, Komisi Informasi Pusat menghadirkan pejabat dari Direktorat

Jendral Anggaran Kementerian Keuangan dan dari Kepala Bagian

Penyusunan Anggaran Biro Perencanaan Kementerian Komunikasi dan

Informatika untuk menjadi narasumber.

Selain membahas mengenai metode atau proses penyusunan anggaran

sesuai dengan regulasi yang berlaku, kegiatan ini juga mereview penyusunan

anggaran Tahun 2014 yang dimaksudkan agar Komisi Informasi Pusat

memiliki Bagian Anggaran tersendiri yang selama ini masih menempel di

Kementerian Komunikasi dan Informatika. Melalui kegiatan ini disimpulkan

bahwa perlu adanya pembahasan secara khusus terkait dengan pengelolaan

anggaran yang secara mandiri dikelola Komisi Informasi dengan

memperhatikan kriteria dan syarat-syaratnya serta ditinjau secara struktural

berdasarkan keputusan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara,

mengenai apakah Komisi Informasi dapat bertindak sebagai pengguna

anggaran secara langsung atau tidak.

Page 55: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

44

2. Kepegawaian Komisi Informasi Pusat

Sejak terbentuknya Komisi Informasi Pusat tahun 2009, kepegawaian di

Komisi Informasi Pusat adalah untuk memberikan dukungan administratif,

keuangan dan tata kelola di Komisi Informasi Pusat.Kepegawaian ini terdiri

dari Pegawai Negeri Sipil yang berasal dari Kementerian Komunikasi dan

Informastik dan Pegawai Non Pegawai Negeri (Pegawai Non PNS).

Bentuk perbaikan manajemen dalam tata kelola kelembagaan di Komisi

Informasi Pusat dilakukan dengan cara evaluasi perbaikan kinerja terhadap

seluruh pegawai, baik PNS dan Pegawai Non PNS, juga dilakukan rekrutmen

terhadap Pegawai Non PNS.

a) Evaluasi Perbaikan Kinerja Pegawai Komisi Informasi Pusat

a. Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Komisi Informasi Pusat.

b. Evaluasi Pegawai Non PNS Komisi Informasi Pusat.

b.) Rekruitmen Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil Komisi Informasi

Pusat

a. Pelaksanaan Career path

b. Open Recruitment

3. Penyusunan Regulasi Bidang Tugas Kelembagaan Komisi Informasi

Penyusunan regulasi yang terkait bidang tugas kelembagaan merupakan

pijakan utama dalam pembenahan kelembagaan di Komisi Informasi, baik

Page 56: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

45

Komisi Informasi Pusat maupun dijadikan sebagai pedoman oleh Komisi

Informasi Provinsi, Kabupaten/ Kota di Indonesia. Terdapat beberapa draft/

rancangan regulasi terkait ruang lingkup bidang tugas Kelembagaan yang

telah disusun, yaitu:

a) Rancangan Peraturan KI tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan

Penetapan Anggota Komisi Informasi.

b) Rancangan Pedoman Pengujian Konsekuensi.

c) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Tata Naskah dinas.

d) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Kode Etik dan

Perilaku Anggota Komisi Informasi.

4. Policy Paper Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Komisi Informasi

Policy paper tentang pengangkatan dan pemberhentian Anggota Komisi

Informasi yang disusun oleh Komisi Informasi Pusat pada bulan Juli 2014

merupakan tanggapan usulan Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara

tentang draft Keputusan KI Pusat tentang Pedoman Pengangkatan dan

Penetapan Kembali Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi

Informasi Kabupaten/Kota.

Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Komisi Informasi diatur pada

Bagian Kedelapan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik. Pada bagian tersebut memuat 5 (lima) pasal

yang dalam implementasinya menimbulkan multi tafsir. Dalam Policy Paper

ini dijabarkan analisis deskriptif normatif terhadap pengaturan Pengangkatan

Page 57: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

46

dan Pemberhentian anggota Komisi Informasi dimaksud dan sekaligus untuk

memberikan tanggapan draft Keputusan KI Pusat yang diusulkan oleh Komisi

Informasi Provinsi Sumatera Utara perihal yang sama dengan

mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Analisis

komprehensif dilakukan dari aspek formil dan materiil.

Komisi Informasi Provinsi menafsirkan isi dari Pasal 33 UU KIP sebagai

sebuah pintu untuk pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi

Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota tanpa melalui

mekanisme seleksi terlebih dahulu.

Penafsiran ini muncul karena Pasal 33 UU KIP menyebutkan bahwa

Anggota Komisi Infomasi diangkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan

dapat diangkat kembali untuk satu periode berikutnya.

Melalui Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi se Indonesia Tahun

2013 yang merupakan acara tahunan dimana seluruh Komisi Informasi

berkumpul untuk menginventarisir permasalahan atau kendala yang dihadapi

dan mencari penyelesaiannya secara bersama, dan diperolehlah suatu gagasan

untuk menyikapi perpanjangan masa jabatan tanpa mekanisme seleksi dengan

penafsiran terhadap Pasal 33 UU KIP.

Pada Rapat Kerja Teknis Komisi Informasi se Indonesia Tahun 2014

diusulkan sebuah draft oleh Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara

mengenai pedoman pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi

Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota.

Page 58: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

47

5. Kajian Kelembagaan Sekretariat KI

Hingga Juli 2015, Komisi Informasi Provinsi yang telah terbentuk adalah

sejumlah 27. Komisi Informasi Kabupaten sejumlah 3, dan 1 Komisi

Informasi Kota. Namun, dari ke-32 Komisi Informasi yang terbentuk tersebut

tidak semuanya memiliki sekretariat dan walaupun sudah ada dukungan

sekretariat tetapi jabatannya masih rangkap (ex officio). Kondisi jabatan yang

rangkap atau masih melekat disebabkan oleh ketidakjelasan peraturan daerah

yang mengaturnya, namun Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2013

tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Perki PPSIP)

mengatur bahwa kepaniteraan yang bertugas dalam proses penyelesaian

sengketa informasi haruslah sekretariat Komisi Informasi tersebut. Hal ini

yang menyebabkan terhambatnya Komisi Informasi dengan struktur

kesekretarian ex officio untuk melaksanakan tugas dan fungsinya yang utama,

yaitu penyelesaian sengketa informasi sebagaimana diatur dalam Pasal 23 UU

KIP.

Untuk itu Komisi Informasi Pusat melakukan kajian mengenai

kelembagaan sekretariat Komisi Informasi se Indonesia untuk melihat

bagaimana susunan organ, serta dukungan yang diberikan melalui metodologi

wawancara dan pengisian kuesioner oleh Komisi Informasi di seluruh

Indonesia sebagai responden.Rangkaian kajian dilaksanakan selama 3 (tiga)

bulan yang terdiri dari kegiatan penyusunan instrumen pengumpulan data,

dilanjutkan dengan pengumpulan data secara langsung di 2 (dua) lokasi

Komisi Informasi Provinsi dan pengumpulan data secara tidak langsung

Page 59: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

48

kepada Komisi Informasi se- Indonesia termasuk Komisi Informasi Pusat,

setelah pengumpulan data dilakukan maka hasil tersebut akan dikaji melalui

diskusi yang akan mendatangkan para ahli di bidang struktur kesekretariatan,

kemudian dilanjutkan dengan konsinyasi hasil kajian, dan diakhiri dengan

diskusi publik dalam rangka mensosialisasikan hasil kajian baik kepada

Komisi Informasi di daerah maupun instansi terkait.

Dengan disusunnya kajian kelembagaan sekretariat Komisi Informasi,

tidak hanya bermanfaat bagi internal Komisi Informasi baik di pusat maupun

di daerah tapi juga akan bermanfaat bagi eksternal antara lain instansi yang

terkait dan juga masyarakat luas.

Selain pengumpulan data kelembagaan, kajian ini juga dilakukan kegiatan

diskusi ahli ini bertujuan untuk menambah referensi mengenai struktur

kelembagaan yang ideal bagi Komisi Informasi dari sudut pandang

Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan membahas hasil pengumpulan data pada Komisi Informasi se-

Indonesia yang telah dilakukan.

Setelah dilakukan pengumpulan data dan diskusi dengan ahli, kegiatan

dilanjutkan dengan mengkolaborasikan data-data yang didapat dalam bentuk

Kajian Kelembagaan Kesekretariatan Komisi Informas Se-Indonesia yang

kemudian dilakukan diseminasi terhadap hasil Kajian tersebut.

6. Penyusunan SOP tata kelola KI Pusat bekerjasama dengan AIPD yang

dilaksanakan oleh Pattiro

Page 60: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

49

Kegiatan penyusunan Standard Operational Procedures (SOP) tata kelola

Komisi Informasi Pusat dilakukan di Bogor selama t iga hari, tanggal 20 – 22

Februari 2014 yang dilakukan bekerja sama dengan AIPD yang

dilakasanakan oleh Patiro.Adapun tujuan dilakukannya penyusunan SOP ini

adalah untuk menciptakan keteraturan kerja pada jajaran staff kesekretariatan

Komisi Informasi Pusat dalam mencapai tujuan lembaga secara efektif dan

terarah.

Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan pejabat struktural dan staff di

sekretariat Komisi Informasi sebagai pelaksana dari SOP tersebutyang terdiri

dari Tenaga Ahli, Asisten Ahli dan staff administrasi sebagai pelaksana dari

SOP yang disusun dan didampingi oleh Komisioner Bidang Kelembagaan

Evy Trisulo Dianasari.

Sebelum memulai penyusunan terlebih dahulu dilakukan penjabaran

mengenai teori-teori yang berkenaan dengan cara penyusunan SOP. Setelah

itu, dilakukan inventaris pekerjaan dari masing-masing peserta sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya. Daftar inventaris tersebut yang kemudian

dibuatkan alur prosedurnya dalam bentuk SOP.

Kegiatan ini menghasilkan 30 d raft S OP untuk beberapa bagian yakni

bagian Umum, Penyelesaian Sengketa dan Tenaga Ahli serta Asisten Ahli.

Meskipun jumlah draft tersebut masih belum dapat mencakup seluruh

kegiatan, namun diharapkan dapat tetap maksimal dilaksanakan sebagai

acuan prosedur bekerja di sekretariat Komisi Informasi Pusat.

Page 61: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

50

7. Penyusunan Renstra 2014 – 2019 bekerjasama dengan Indonesia

Parlementary Centre (IPC)

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Komisi Informasi Pusat

dipandang perlu untuk dilaksanakan dengan segera karena terkait dengan

penyusunan arah kebijakan Komisi Informasi Pusat pada masa kerja 2013 –

2017.

Kegiatan penyusunan Renstra Komisi Informasi Pusat 2013 – 2017

dilakukan oleh 7 (tujuh) Anggota Komisi Informasi yang difasilitasi oleh

indonesian parliamentary center yang diselenggarakan pada tanggal 19-21

maret 2014 bertempat diserpong.

Kegiatan ini didahului dengan pemetaan dan pemahaman akan kondisi

Komisi Informasi yang aktual oleh seluruh Anggota Komisi Informasi. Hal

ini dimaksudkan agar didapat terhadap situasi, kondisi, dan posisi Komisi

Informasi sehingga didapatkan kekuatan internal dan peluang eksternal yang

dimiliki guna mengatasi tantangan yang ada serta dapat mewujudkan visi misi

yang telah dirumuskan.

Visi yang telah tersusun tersebut kemudian dijabarkan dalam misi untuk

lebih dapat merinci kekuatan untuk mewujudkan visi tersebut. Rumusan misi

yang telah tersusun juga dijabarkan dengan rumusan indikator capaian untuk

masing-masing misi per tahunnya, yang dimulai dengan tahun 2014 hingga

tahun 2017.

Penjabaran capaian indikator per tahunnya nantinya dalam pelaksanaanya

tertuang dalam bentuk kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan yang

Page 62: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

51

dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat, terutama, lebih focus mengarah

dalam mewujudkan visi misi. Oleh karenanya, pada hari terakhir kegiatan

tersebut, diperkenalkanlah hasil-hasil kegiatan penyusunan renstra kepada

segenap jajaran kesekretariatan Komisi Informasi Pusat.

8. Forum Group Discussion Pengujian Konsekuensi

Komisi Informasi sebagai lembaga yang berwenang dan bertugas untuk

menetapkan Petunjuk Teknis Standar Layanan Informasi maka Komisi

Informasi Pusat juga berkewajiban membuat regulasi mengenai pengujian

konsekuensi karena uji konsekuensi merupakan salah satu tahapan dalam

proses layanan informasi publik yang dilakukan oleh setiap Badan Publik

termasuk Komisi Informasi sendiri.

Hal ini secara jelas tertuang dalam UU KIP dimana Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi (PPID) di setiap Badan Publik wajib melakukan

pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU

KIP dengan seksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan Informasi

Publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap Orang (Pasal 19 UU

KIP).

Pengujian konsekuensi harus dilakukan dengan memperhatikan asas-asas

dalam UU KIP yaitu bersifat ketat, terbatas dan pertimbangan tentang

konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada

masyarakat serta pertimbangan seksama bahwa menutup Informasi Publik

Page 63: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

52

dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau

sebaliknya (Pasal 2 UU KIP).

Mengingat pentingnya pengujian konsekuensi untuk mencegah

informasi-informasi yang dapat membahayakan negara maka perlu diatur

dalam suatu regulasi yang rigid dan seragam bagi seluruh Badan Publik di

Indonesia, agar tidak ada perbedaan tafsir maupun standar dalam melakukan

pengecualiannya. Atas permasalahan tersebut diperlukan Focus Group

Discussion tentang Uji Konsekuensi untuk melihat metode dan tahapan dalam

melakukan uji konsekuensi pada Badan Publik.

b. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal

Organisasi

1. Penganugerahan dan Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik tahun

2013

Komisi Informasi Pusat telah empat kali menyelenggarakan Penilaian

Mandiri Keterbukaan Informasi Publik. Pada tahun 2011, 2012, dan 2013

kegiatan ini dinamakan Monitoring dan Evaluasi Keterbukaan Informasi

Publik. Kemudian pada tahun 2014 dinamakan Pemeringkatan Badan Publik

yang pelaksanaannya oleh Bidang Tugas Sosialisasi, Edukasi dan Advokasi.

Oleh karena itu, laporan ini hanya menjabarkan kegiatan penganugerahan dan

penilaian mandiri keterbukaan informasi publik yang dilaksanakan pada

tahun 2013 oleh Bidang Tugas Kelembagaan.

Page 64: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

53

Dengan memperhatikan beberapa evaluasi pasca kegiatan di tahun

sebelumnya, Komisi Informasi Pusat melakukan perbaikan instrumen

penilaian dengan menyeluruh pada kegiatan penilaian mandiri keterbukaan

informasi publik tahun 2013. Selain itu, evaluasi juga mencakup

peserta/responden yang kemudian turut melibatkan Badan Usaha Milik

Negara dan Partai Politik yang sebelumnya hanya terdiri dari unsur

Pemerintahan, baik di tingkat Pusat maupun Provinsi.

Komisi Informasi Pusat dalam melakukan Penilaian Mendiri

Keterbukaan Informasi Publik menggunakan Skala Nilai Keterbukaan

Informasi dari 0 samapi 100. Dengan demikian semakin besar nilai yang

didapatkan Badan Publik maka tingkat kepatuhan Badan Publik terhadap

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik semakin tinggi.

Dari Penilaian Mandiri Keterbukaan Informasi Publik tahun 2013,

Komisi Informasi Pusat berdasarkan hasil penilaian self assessment dan

verifikasi, nilai rata-rata keterbukaan informasi Badan Publik per kategori

sebagai berikut: nilai rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP

Pemerintahan adalah 49,309; nilai rata-rata BP Provinsi adalah 42,722; dan

nilai rata-rata Kategori BP BUMN adalah 38,070.

Melihat hasil tersebut, Komisi Informasi Pusat berpendapat bahwa

tingkat kepatuhan Badan Publik untuk mengimplementasikan UU KIP masih

belum maksimal, dimana bahkan belum mencapai nilai setengah atau 50%

dari Kewajiban Badan Publik sesuai dengan yang diamanatkan UU KIP. Oleh

Page 65: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

54

karena itu, Komisi Informasi Pusat mendorong Badan Publik agar terus

memacu implementasi UU KIP.

2. Kerjasama antar lembaga (MoU)

Di tahun 2014 telah dilakukan 3 (tiga) MoU antar kelembagaan yaitu

MoU Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dengan Komisi Pemilihan Umum

(KPU) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Komisi Informasi Pusat

(KIP) tentang Kepatuhan Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Melalui

Media Penyiaran yang ditanda tangani pada tanggal 28 Februari 2014.

Tahun 2015 KIP telah melakukan 2 (dua) MoU, yaitu pada tanggal 25

Maret 2015 MoU Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan KIP tentang

keterbukaan informasi publik di bidang kepemudaan, keolahragaan, dan

kepramukaan. Tujuan dari nota kesepahaman ini adalah untuk mewujudkan

keterbukaan informasi publik dalam rangka pembinaan dan pengembangan

kepemudaan, keolahragaan dan kepramukaan yang partisipasif, meluas dan

akuntabel.

MoU yang kedua yaitu antara Ombudsman RI dengan KI Pusat yang

dilaksanakan pada 5 Mei 2015 tentang peningkatan pengawasan pelayanan

publik dalam rangka mewujudkan keterbukaan informasi publik. Maksud dari

nota kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan kerjasama, koordinasi, dan

sinergi antara Ombudsman RI dengan KIP, dengan tujuan untuk mewujudkan

pelayanan publik yang prima secara efektif sesuai dengan kewenangan

masingmasing.

Page 66: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

55

Bentuk kerjasama KIP dengan lembaga Negara lainnya tidak saja

ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepakatan (Memorandum of

Understanding) tetapi juga dilakukan dengan kegiatan audiensi dan

konsultasi berkenaan dengan kelembagaan Komisi Informasi.

3. Pengembangan Jaringan Kelembagaan dan Kerja Sama Organisasi

Internasional

Pengembagangan jaringan kelembagaan dan kerja sama organisasi

internasional merupakan berperan aktif Komisi Informasi secara dalam dunia

internasional. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah terlibat dalam satu

kegiatan yang terkait dengan keterbukaan informasi yang bersifat

internasional.

Komisi Informasi Pusat yang diwakili oleh Ketua Abdulhamid

Dipopramono, Wakil Ketua John Fresly, dan Komisioner Kelembagaan Evy

Trisulo mengikut International Conference of Information

Commissioners(ICIC) IX di Santiago, Chile, pada 21 – 23 April 2015.

Konferensi tersebut yang bertempat di Catholic University Extension

Center, Santiago, Chile, mengangkat isu kerja sama dan pertukaran ilmu,

mediasi, komparasi penerapan kebijakan transparansi, dan komparasi

jurisprudensi untuk perkara-perkara yang kompleks. Selain itu juga dibahas

mengenai dampak sosial transparansi terhadap pemerintah, hak akses

informasi untuk kemajuan pembangunan dan keadilan sosial, serta desain

lembaga, jurisprudensi, dan kerja sama internasional.

4. Pendampingan Pembentukan Komisi Informasi Provinsi

Page 67: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

56

Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi

menjalankan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya menetapkan

petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan menyelesaikan

Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi

(Pasal 23 UU KIP). Komisi Informasi terdiri atas Komisi Informasi Pusat,

Komisi Informasi Provinsi, dan jika dibutuhkan Komisi Informasi

kabupaten/kota. Komisi Informasi Pusat berkedudukan di ibu kota Negara,

Komisi Informasi provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi dan Komisi

Informasi kabupaten/kota berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.

Pembentukan Komisi Informasi Provinsi baru sesuai fokus kegiatan

Bidang Tugas Kelembagaan telah dilakukan Komisi Informasi Pusat sejak

tahun 2015 melalui kegiatan Inisiasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi

yang baru dilaksanakan di provinsi Maluku. Namun, pendampingan dan

konsultasi kepada Pemerintah Daerah maupun DPRD tentang periodiasasi

anggota KI Provinsi/Kabupaten/Kota maupun pembentukan KI Provinsi baru

telah dilaksanakan KI Pusat di setiap tahunnya dengan menerima kunjungan

perwakilan Pemerintah daerah maupun DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota di

kantor Komisi Informasi Pusat.

Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk akuntabilitas KI Pusat

terhadap pelaksanaan Pedoman Seleksi Calon Anggota KI di daerah, serta

menggali wacana yang dapat digunakan untuk bahan evaluasi dan perbaikan

pedoman seleksi di masa mendatang. Masalah yang ditemukan dalam

kunjungan tersebut adalah Tim Seleksi meggunakan pedoman seleksi yang

Page 68: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

57

sudah tidak berlaku yaitu Keputusan Ketua KI Pusat Nomor

02/KEP/KIP/X/2009 yang sudah diubah melalui Keputusan Ketua KI Pusat

Nomor 01/KEP/KIP/III/2010 tentang Perubahan atas Keputusan Ketua KI

Pusat Nomor 02/KEP/KIP/X/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan

Penetapan Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi

Kabupaten/Kota. Melalui kunjungan tersebut, KI Pusat bertujuan untuk

memastikan bahwa setiap tahapan seleksi yang akan dilaksanakan telah sesuai

dan berdasarkan pedoman seleksi sebagaimana yang diatur dalam Keputusan

Ketua Komisi Informasi Pusat No. 01/KEP/KIP/III/2010.

5. Asistensi & Konsultasi Kelembagaan Komisi Informasi Provinsi

Pada akhir 2014 hingga 2015, terdapat beberapa Komisi Informasi

tingkat Provinsi yang baru terbentuk secara kelembagaan dan beberapa

Komisi Informasi tingkat Provinsi yang telah memasuki periode ke-2. Komisi

Informasi tingkat Provinsi yang baru terbentuk atau yang memasuki periode

ke-2, memerlukan pendampingan dalam melaksanakan tugas dan fungsi KI,

khususnya dalam melakukan penyelesaian sengketa informasi yang sesuai

dengan Perki No. 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa

Informasi Publik, dan kegiatan kelembagaan KI di daerah sebagai salah satu

perwujudan dan tindak lanjut fokus tugas Bidang Tugas Kelembagaan terkait

dengan keberadaan KI daerah, yaitu target Renaksi tahun 2015 dan

pemenuhan hak masyarakat terhadap hak informasi publik berdasarkan

Renstra 2013- 2017.

Page 69: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

58

Selain memberikan konsultasi kelembagaan bagi Komisi Informasi

yang memerlukan pendampingan dalam melaksanakan tugas dan fungsi KI,

Komisi Informasi Pusat juga memberikan masukan bagi permasalahan yang

dihadapi Komisi Informasi di daerah. Salah satunya adalah permasalah

mengenai dugaan pelanggaran kode etik di KI Sumatera Utara. Selain itu, KI

Pusat juga turut berperan sebagai penengah dalam permasalahan internal KI

Jambi yang menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi KI. Permasalahan

yang dihadapi adalah mengenai kondisi hubungan antar Anggota KI dan

antara Anggota KI dengan Sekretariat yang disampaikan KI Jambi kepada KI

Pusat dalam kunjungan tanggal 13 Februari 2015. Permasalahan tersebut

diakhiri dengan disampaikannya dokumen Islah Komisi Informasi Jambi

yang menjelaskan kronologis penyelesaian konflik internal yang telah

disepakati anggota KI Jambi pada tanggal 23 Juni 2015.

6. Audiensi Kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan Lembaga

Negara lainnya

Sebagai bentuk upaya memperkuat jalinan kerja sama kelembagaan,

Komisi Informasi Pusat melakukan kunjungan atau audiensi dengan beberapa

lembaga negara, yaitu Mahkamah Agung RI dan DPD RI. Kunjungan Komisi

Informasi Pusat ke Mahkamah Agung RI yang dilaksanakan pada tahun 2013

bertujuan untuk menjalin kerjasama dan hubungan baik antar kedua lembaga.

Terlebih dengan telah disahkannya Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun

2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di

Pengadilan yang telah berjalan selama sekitar 2 tahun pada saat kunjungan

Page 70: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

59

dilakukan. Atas telah berlakunya peraturan tersebut, maka perlu dilakukan

evaluasi atau kajian atas pelaksanaan Perma No. 2 Tahun 2011 yang menjadi

tujuan dilakukannya audiensi tersebut.

D. Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi

Prosedur penyelesaian sengketa informasi diperlukan untuk

memberikan kepastian hukum pemenuhan hak seseorang atas informasi oleh

badan publik sebagai pihak yang menguasai informasi yang berkaitan dengan

penyelenggaraan negara dan kepentingan publik. Sebagai lembaga quasi

peradilan, penyelesaian sengketa informasi memiliki perbedaan dengan

proses penyelesaian sengketa dipengadilan meskipun sebagai tindak lanjut

atas upaya hukum atas sengketa informasi tetap berujung dipengadilan.

Prosedur penyelesaian sengketa informasi ini ditetapkan dengan menerapkan

prinsip umum jaminan akses terhadap informasi yaitu cepat, tepat waktu,

biaya ringan, dan cara sederhana. Ketentuan pasal 28 huruf f UUD 1945 juga

memberikan jaminan bahwa setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh,

memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan

menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam rangka menggunakan

haknya, setiap orang berhak wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.

peraturan komisi informasi No.2 tahun 2010 tentang prosedur

penyelesaian sengketa informasi telah menjelaskan tentang prosedur

penyelesaiian sengketa informasi dan kemudian lahir kembali peraturan

komisi informasi No.1 tahun 2013 tentang prosedur penyelesaian sengketa

Page 71: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

60

informasi untuk penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan peraturan

komisi informasi nomor 2 tahun 2010 yang mana dijelaskan secara detail

didalam peraturan komisi informasi No.1 tahun 2013 tentang prosedur

penyelesaian sengketa informasi.

1. Pengaju keberatan menyampaikan keberatan secara tertulis kepada

atasan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID)

2. Petugas informasi mencatat identitas diri pengaju keberatan dan

kelengkapan pengaju keberatan serta memberikan tanda bukti telah

melakukan pengajuan keberatan dan nomor pendaftaran keberatan

3. Atasan PPID memberikan tanggapan terhadap keberatan yang diajukan,

apabila tanggapan menguatkan putusan PPID, maka alasa tertulis

disertakan bersama tanggapan tersebut

4. Apabila pemohon informasi tidak puas atas tanggapan atasan PPID

maka penyelesaian sengketa dapat diajukan kepada komisi

informasipusat.

Page 72: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

61

BAB IV

PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK dalam KASUS

PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) dan BPK RI

A. Putusan Komisi Informasi Pusat nomor 364/XI/KIP-PS/2013

a. Duduk perkara

Bahwa Pemohon telah mengajukan Permohonan Penyelesaian

Sengketa Informasi Publik tertanggal 14 November 2013 yang diterima

dan terdaftar di Kepaniteraan Komisi Informasi Pusat pada tanggal yang

sama dengan registrasi sengketa Nomor: 364/XI/KIP-PS/2013.

Pada pasal 11 huruf b angka 2 disebutkan bahwa terdapat informasi

publik yang dikecualikan yaitu LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) yang

memuat hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan fraud forensic.

Yang pada intinya pemohon mengajukan keberatan atas tanggapan

termohon atas penolakan informasi yang ditujukan kepada Drs,Hadi

Poenomo, Ak selaku ketua badan pemeriksa keuangan republik Indonesia

, yang kemudian termohon menanggapi keberatan atas penolakan

informasi yang pada pokoknya termohon menyatakan berdasarkan pasal 7

ayat (1) UU 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik bahwa

badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan

informasi publik yang berada dibawah kewenangannya kepada pemohon

informasi publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan

ketentuan, berdasarkan undang-undang tersebut BPK RI menetapkan

peraturan badan pemeriksaan keuangan Indonesia Nomor 3 tahun 2011

tentang pengelolaan informasi publik pada badan pemeriksa keuangan

Page 73: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

62

republik indonesia, pasal 11 huruf b angka 2 disebutkan bahwa terdapat

informasi publik yang dikecualikan yaitu LHP yang memuat hasil

pemeriksaan investigatis dan pemeriksaan Fraud Forensic.

Dan atas tanggapan termohon ini pemohon kemudian mengajukan

permohonan penyelesaian sengketa informasi publik yang diterima dan

dan terdaftar di kepaniteraan komisi informasi pusat dengan registrasi

sengketa nomor: 364/XI/KIP-PS/2013. Pemohon mengajukan permohonan

sebagai perwujudan hak warga negara Indonesia untuk memperoleh

informasi dari badan publik dan pemohon mengajukan permohonan

penyelesaian sengketa informasi publik kepada komisi informasi pusat

karena permohonan informasi yang diminta tidak diberikan.

b. Argumentasi dan Putusan KI Pusat

1. Argumentasi

Bahwa berdasarkan pertimbangan majelis mempertimbangkan hal-

hal sebagai berikut

a. Bahwa laporan hasil pemeriksaan investigatif hambalang

merupakan informasi penting dan rahasia yang digunakan oleh

aparat penegak hukum (APH) dalam melakukan proses

penegakan hukum.

b. Bahwa penetapan laporan hasil pemeriksaan yang memuat

hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan fraud forensic

sebagai informasi yang dikecualikan

Page 74: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

63

c. Bahwa pemeriksaan investigatif pembangunan P3SON

hambalang merupakan inisiatif permintaan dari DPR kepada

BPK RI tentang audit investigatif terhadap Pelaksaan

Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah

Olahraga Nasional.

d. Bahwa untuk menjamin agar informasi yang dikecualikan ini

tidak terbuka ke publik, maka dalam surat penyampaian LHP

invetigatif hambalang dari BPK RI kepada DPR menjadi

komitmen antar lembaga untuk dapat menjamin terjaganya

informasi yang dikecualikan .

e. Dalam hal penyampaian LHP invetigatif hambalang yang

bersifat rahasia seharusnya termohon menyajikan dokumen

dalam format a quo hanya kepada penegak hukum

(KPK,Kejaksaan Agung RI, dan kepolisian RI). Sedangkan

format informasi yang disampaikan kepada pihak bukan aparat

penegak hukum (DPR RI) hanya terkait hasil investigatifnya

saja tanpa mengandung unsur informasi dikecualikan. Sehingga

penolakan informasi termohon menjadi tidak relevan dan

sepatutnya ditolak.

f. Dan dalam fakta persidangan saksi dari KPK pada pokoknya

menerangkan bahwa penyidikan KPK akan terhambat jika

dokumen LHP tersebut terakses oleh publik

Page 75: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

64

g. Dan terkait dokumen yang dikecualikan termohon harus hati-

hati dan cermat dalam menghasilkan, mengolah, mengelola,

dan menyajikan dokumen hasil pemeriksaan investigatif yang

memuat informasi yang dikecualikan, karena pada dasarnya

informasi yang dikecualikan tidak dapat diberikan kepada

pihak selain pihak yang memiliki kewenangan.

h. Seharusnya dalam pengelolaan informasi yang dikecualikan

badan publik harus cermat dan teliti, baik dalam tahap

pembuatan, penyimpanan, pengiriman maupun

pengelolaannya, maka menjadi sangat penting bagi badan

publik memiliki standar operasional prosedur untuk

pengelolaan informasi atau dokumen yang dikecualikan atau

yang dinyatakan oleh badan publik mengandung unsur-unsur

yang dikecualikan.

i. bahwa dengan ditolaknya alasan pengecualian dari termohon,

maka kerahasiaan atas dokumen a quo menjadi tidak relevan

sehingga sepatutnya termohon memberikan informasi a quo.

2. Putusan

Dari hasil pertimbangan hakim terkait informasi yang

dikecualikan dalam kasusnya PATTIRO (PUSAT

TELAAH DAN INFORMASI REGIONAL) terhadap BPK

RI dengan nomor 364/XI/KIP-PS/2013 yang menghasilkan

amar putusan sebagai berikut :

Page 76: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

65

a. Menyatakan permohonan informasi yang dimohonkan

yaitu hasil audit BPK tentang pembangunan pusat

pelatihan pendidikan dan sekolah olahraga nasional

(P3SON) stadion hambalang jilid I dan jilid II berupa

berkas hardfile yang telah dilengkapi dengan

pengesahan stempel dan tanda tangan pejabat

berwenang adalah informasi terbuka.

b. Memerintahkan kepada termohon untuk memberikan

informasi sebagaimana tersebut kepada pemohon

selambat-lambatNya 14 hari kerja sejak putusan ini

diterima termohon.

B. Keberatan BPK RI dalam sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara

Nomor perkara 226/G/2014/PTUN-JKT

Dalam kasus sengketa informasi publik nomor 364/XI/KIP-

PS/2013 yang terjadi didalam komisi informasi, BPK RI selaku pihak

termohon merasa keberatan atas terkabulnya gugatan pemohon dalam

putusan nomor 364/XI/KIP-PS/2013. Adapun beberapa keberatan BPK RI

diantaranya:

a. Bahwa BPK RI sebagai pihak termohon telah menyampaikan

tanggapan bahwa tidak dapat memenuhi permintaan pemohon

karena LHP investigatif hambalang termasuk informasi yang

dikecualikan berdasarkan pasal 7 ayat (1) dan pasal 17 huruf a

Page 77: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

66

angka 1 undang-undang keterbukaan informasi publik dan

pasal 11 huruf b angka 2 peraturan BPK RI Nomor 3 tahun

2011 tentang pengelolaan informasi publik pada BPK

bahwasannya informasi publik yang dikecualikan meliputi

laporan hasil pemeriksaan yang memuat hasil pemeriksaan

investigatif dan pemeriksaan fraud forensic.

b. BPK RI selaku pihak pemohon keberatan dalam sengketa di

Peradilan Tata Usaha Negara merasa keberatan atas putusan

komisi informasi pusat atas putusan nomor 364/XI/KIP-

PS/2013 bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

c. BPK RI berpendapat hakikat LHP investigatif hambalang

sebagai informasi yang dikecualikan semakin jelas dengan

adanya fakta bahwa PATTIRO sebagai termohon keberatan

(dahulu pemohon informasi) pernah mengajukan permohonan

informasi atas objek yang sama yaitu LHP investigatif

hambalang kepada pihak Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), namun atas permohonan tersebut KPK tidak dapat

memenuhi permohonan dimaksud dengan alasan bahwa LHP

Investigatif hambalang merupakan informasi yang dikecualikan

d. BPK berpendapat bahwa Komisi Informasi Pusat salah

menerapkan peraturan perundang-undangan perihal aturan

yang mengatur tentang pelaporan informasi rahasia.

Page 78: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

67

e. Majelis komisioner KIP tidak memahami konteks pemeriksaan

perkara sengketa informasi publik terkait LHP investigatif

hambalang dengan isi pengaturan paragraf-paragraf yang

mengatur tentang pelaporan informasi rahasia dalam SPKN.

Paragraf-paragraf yang mengatur tentang pelaporan informasi

rahasia dalam SPKN mengatur tentang bagaimana seharusnya

seorang pemeriksa mengelola dan menuangkan informasi-

informasi rahasia yang diketemukannya selama pemeriksaan ke

dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), bukan

mengatur bagaimana penyampaian LHP kepada pihak lain.

Bahkan justru isi paragraf-paragraf yang mengatur tentang

pelaporan informasi rahasia dalam SPKN lebih banyak berisi

pengaturan tentang pembatasan-pembatasan dan larangan-

larangan pengungkapan LHP yang berisi informasi rahasia

kepada umum.

f. BPK berpendapat bahwa putusan KIP berdasarkan seluruh

uraian angka 1 sampai dengan 7 diatas dapat disimpulkan

bahwa KIP dalam memutus perkara sengketa informasi nomor

364/XI/KIP-PS/2013 telah salah menerapkan hukum karena

tidak memperhatikan asas lex spesialis derogat legi generalis,

dan menggunakan dasar hukum yang tidak terkait konteks

objek sengketa informasi yang diperiksa.

Page 79: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

68

g. BPK RI berpendapat putusan Komisi Informasi Pusat

bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Adapun asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah asas

kepastian hukum, asas kepentingan umum, asas profesionalitas,

dan asas akuntabilitas.

C. Argumentasi dan Putusan PTUN

1. Argumentasi PTUN

Majelis hakim berpendapat bahwa DPR sebagai lembaga

perwakilan rakyat menjalankan fungsinya sesuai amanat undang-

undang yakni menjalankan fungsi pengawasan, karena

penyampaian LHP Investigatif Hambalang kepada DPR RI

menurut pendapat majelis hakim merupakan fungsi pelaksanaan

pengawasan antara DPR RI dengan BPK RI dan bukan merupakan

pemberian informasi biasa.

Majelis hakim berpendapat bahwa berdasarkan

pertimbangan hukum pasal 17 Undang-undang nomor 14 tahun

2008 LHP Investigatif Hambalang merupakan informasi publik

yang dikecualikan karena fungsinya sebagai alat bukti surat dalam

proses penegakan hukum.

Page 80: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

69

2. Putusan PTUN

Dari hasil pertimbangan hakim PTUN terkait keberatan yang

diajukan oleh BPK RI maka hakim menghasilkan amar putusan

sebagai berikut:

a. Mengabulkan permohonan pemohon keberatan/dahulu termohon

Informasi untuk seluruhnya;

b. Menyatakan batal putusan Komisi Informasi Pusat Nomor:

364/XI/KIP-PS-A/2013 tanggal 20 Oktober 2014 antara PATTIRO

sebagai pemohon Informasi Publik/Termohon keberatan melawan

BPK RI sebagai Termohon Informasi Publik/Pemohon Keberatan;

c. Memerintahkan kepada BPK RI selaku termohon Informasi

Publik/Pemohon keberatan untuk menolak memberikan seluruh

informasi yang diminta oleh PATTIRO sebagai Pemohon

Informasi Publik/Termohon keberatan berupa LHP Investigatif

Hambalang yang telah dilengkapi dengan pengesahan stempel dan

tanda tangan pejabat berwenang;

d. Menghukum PATTIRO sebagai Pemohon Informasi

Publik/Termohon keberatan untuk membayar seluruh biaya yang

timbul dalam perkara ini sebesar Rp.211.000 (Dua Ratus Sebelas

Ribu Rupiah).

Page 81: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

70

D. Analisa putusan dalam kasus sengketa antara PATTIRO ( Pusat

Telaah dan Informasi Regional) dan BPK RI (Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia)

Pada kasus sengketa informasi publik perihal LHP investigasi

Hambalang antara BPK dengan Pattiro yang berlangsung di KIP. Kasus

tersebut dimenangkan oleh Pattiro yang mana KIP mengabulkan

permohonannya. Akan tetapi BPK menggugat kembali putusan tersebut

melalui Pengadilan Tata Usaha Negara.

Dalam kasus lanjutan gugatan BPK terhadap putusan KIP tersebut

majelis hakim PTUN justru mengabulkan gugatan dari pihak termohon

keberatan yaitu BPK dan membatalkan putusan KIP sebelumnya. Hal

tersebut bukan tanpa alasan, majelis hakim pun memiliki beberapa hal

yang menjadi pertimbangan sehingga putusan KIP sebelumnya menjadi

dibatalkan. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya :

1. Melihat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Berdasarkan undang-undang tersebut majelis hikam menilai sebagai

berikut :

a. DPR berkedudukan sebagai lembaga negara yang mempunyai salah

satu fungsi, yaitu fungsi pengawasan;

b. Dalam melaksanakan fungsi pengawasan DPR bertugas mengawasi

pelaksanaan undang-undang, APBN dan kebijakan pemerintah;

Page 82: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

71

c. Dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya DPR berhak

memanggil pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau

warga masyarakat secara tertulis untuk hadir dalam rapat DPR;

d. DPR bertugas membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan

atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

disampaikan oleh BPK;

2. Melihat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik. Yang dalam hal tersebut majelis hakim melihat

khususnya beberapa pasal dalam peraturan tersebut yaitu :

a. Dalam pasal 17 yang maksudnya adalah setiap Badan Publik wajib

membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk

mendapatkan kecuali informasi publik yang apabila dibuka dan

diberikan dapat menghambat proses penegakan hukum yang dalam

hal tersebut akan menghambat proses penyelidikan dan penyidikan

suatu tindak pidana; dan

b. Dalam pasal 19 mengatakan “ Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian

tentang konsekuensi sebagaimana dimaskud dalam pasal 17 dengan

seksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan informasi

publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap orang”.

Dengan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, majelis

hakim berpendapat, yang pendapatnya tercantum sebagai berikut :

Page 83: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

72

1. Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif BPK RI atas Pembangunan

Pusat pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di

Hambalang Bogor Nomor :192/HP/XVI/08/2013 tanggal 23

Agustus 2013 (LHP Investigatif Hambalang) yang telah dilengkapi

dengan pengesahan stempel dan tanda tangan pejabat berwenang

merupakan hak dan wewenang DPR sebagai lembaga perwakilan

rakyat yang berdudukan sebagai lembaga negara yang menjalankan

fungsi pengawasannya. Sehinngga tidaklah tepat jika KIP

mengkategorikan pemberian LHP Investigatif Hambalang ke DPR

merupakan bentuk penyebaran informasi publik oleh BPK RI

sehingga mengakibatkan sifat dikecualikannya menjadi tidak

relevan. Karena pada dasarnya DPR sendiri merupakan lembaga

negara yang secara konstitusi dan undang-undang diberi hak dan

wewenang untuk menindak lanjuti hasil pemeriksaan atas

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

disampaikan BPK. Dan BPK RI wajib memenuhi panggilan DPR

bahkan dibebankan untuk memenuhi rekomendasi DPR;

2. Penyampaian LHP Investigasi Hambalang kepada DPR juga

sebagai pelaksanaan fungsi pengawasan antara DPR RI dengan

BPK, dan tidak merupakan bentuk pemberian informasi publik

biasa. Maka logis dan berdasarkan hukum LHP Investigasi

Hambalang tersebut merupakan informasi yang dikecualikan yang

apabila dibuka dan diberikan dapat menghambat proses hukum;

Page 84: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

73

3. Selain itu melalui pertimbangan majelis hakim atas pendapat yang

berbeda (dissenting opinion) yang dinyatakan oleh majelis

komisioner John Fresly dalam putusan KIP yang menyebutkan

bahwa dalam anotasi undang-undang keterbukaan informasi publik

diuraikan bahwa informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat,

terbatas, dan tidak mutlak/ tidak permanen. Meskipun pada

dasarnya informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses,

namun dalam praktek tidak semua informasi dapat dibuka. Ada

informasi tertentu yang apabila dibuka dapat menimbulkan

kerugian atau bahaya bagi kepentingan publik maupun

kepentingan yang sah dilindungi oleh undang-undang. Namun

prinsipnya harus untuk melindungi kepentingan publik itu sendiri.

Untuk itu undang-undang ini memperkenalkan uji konsekuensi

bahaya (consequential harm) dan uji kepentingan publik

(balancing public interest test). Uji konsekuensi bahaya

mewajibkan agar badan publik dalam menetapkan informasi yang

dikecualikan berdasarkan pertimbangan bahwa apabila informasi

tersebut telah dibuka, maka akan menimbulkan kerugian atau

bahaya bagi kepentingan publik maupun kepentingan yang

dilindungi oleh hukum. Sedangkan uji kepentingan publik

mewajibkan badan publik agar membuka informasi yang

dikecualikan jika kepentingan publik yang lebih besar

Page 85: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

74

menghendaki atau sebaliknya sesuai yang diatur dalam pasal 2 ayat

(4).

Dari semua pertimbangan dan pendapat yang diutarakan, maka majelis

hakim berpendapat dan memutuskan bahwa putusan KIP Nomor 364/XI/KIP-

PS-A/2013 tanggal 20 oktober 2014 dinyatakan batal, dan memerintakah agar

BPK tidak memberikan informasi yang dikecualikan kepada pihak termohon

keberatan yaitu pattiro.

Dan sebagaimana dengan pengertian eksistensi yaitu keberadaan,

kehadiran yang mengandung unsur bertahan, maka mengenai eksistensi

komisi informasi pusat menurut penulis ialah perihal keberadaan dan

kehadiran komisi informasi pusat yang berkedudukan sebagai lembaga

Negara bantu (state auxiliary organ) yang bersifat independen sebagai

lembaga negara yang menegakan konsep keterbukaan informasi pubik dan

menyelesaikan sengketa tentang informasi publik tersebut.

Sepanjang perjalanannya, komisi ini telah menyelesaikan beberapa

perkara sengketa infromasi publik. Proses penyelesaian sengketa informasi

publik merupakan hal yang menjadi titik dari eksistensi komisi informasi

pusat sebagai lembaga independen yang menjalankan undang-undang

keterbukaan informasi publik.

Penyelesaian sengketa informasi publik di komisi informasi pusat

merupakan salah satu hal yang menjadi sorotan. Mengingat semua informasi

publik pada dasarnya bersifat terbuka, akan tetapi ada beberapa hal yang

Page 86: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

75

menjadikan suatu informasi publik dikecualikan. Dan karena hal tersebut pula

banyak gugatan keterbukaan informasi publik yang masuk ke komisi

informasi pusat.

Melihat pada kasus a quo dalam persidangan di Pengadilan Tata

Usaha Negara mengenai sengketa LHP Investigasi Hambalang di Komisi

Informasi Pusat antara BPK RI sebagai termohon dengan Pattiro sebagai

pihak termohon, yang mana majelis hakim membatalkan putusan komisi

informasi pusat yang sebelumnya mengabulkan permohonan pemohon.

Dalam pembatalan kasus a quo tentunya membuat eksistensi Komisi

Informasi Pusat terutama dalam hal penyelesaian sengketa informasi publik

dipertanyakan. Hal tersebut bukan tanpa alasan mengingat kasus yang

disengketakan pun cukup rumit dan berkepanjangan. Jika kasus tersebut

tersebar di publik, tentunya akan menghambat proses penegakan hukum.

Pada kasus Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), eksistensi KPK dipertanyakan, dikarenakan

sesuatu yang sifatnya rahasia atau dalam undang-undang keterbukaan

informasi publik disebut sebagai informasi yang dikecualikan justru bocor ke

media.

Di era demokrasi, transparansi memanglah menjadi pondasi tegaknya

sistem ini. Akan tetapi tidak bisa dilupakan jika Indonesia adalah negara

Page 87: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

76

hukum, yang mana segala hal diatur oleh hukum.30

Dalam negara yang

berpayung hukum Komisi Informasi Pusat haruslah menjadi lembaga yang

memberi kepastian hukum sesuai dengan tugasnya dalam menyelesaikan

sengketa informasi publik. Terlebih lagi apabila keputusan KIP tersebut

mengabulkan permohonan pemohon dan diterima oleh kedua pihak perihal

informasi yang dikecualikan. Hal tersebut justru mampu membuat

kegaduhan publik seperti kasus sprindik KPK yang bocor.

Meski pada umumnya hanya sedikit putusan KIP yang dibatalkan oleh

PTUN akan tetapi bukan berarti jumlah hal yang sedikit tersebut bukan

menjadi perhatian, karena salah sedikit hal yang dilakukan oleh komisioner

KIP bisa menjadi sorot perhatian dan membuat kredibilitas KIP sendiri

diragukan sebagai lembaga negara independen yang memiliki sistem kerja

yang lebih terfokus.

30

Abdul Aziz Hakim,“Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia”,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). hal.8

Page 88: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Komisi informasi merupakan lembaga baru di Indonesia namun

hadirnya lembaga ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hak

atas informasi kepada masyarakat, selain itu komisi informasi selain

memberikan informasi kepada masyarakat juga menyelesaikan

sengketa-sengketa informasi antara pihak yang berperkara dengan

badan publik misalnya terkait informasi-informasi yang dikecualikan

dll.

Sebagai lembaga negara yang fungsinya memberikan informasi

publik kepada seluruh masyarakat agar mudah dan cepat di akses oleh

masyarakat serta menyelesaikan sengketa-sengketa informasi publik,

sudah sepatutnya komisi informasi memberikan kebijakan-kebijakan

yang sebijak-bijaknya agar masyarakat tidak memandang komisi

informasi sebelah mata, meskipun komisi informasi adalah lembaga

baru, namun kedudukannya harus sama seperti lembaga-lembaga

penunjang atau lembaga-lembaga independen lainnya yang ada di

Indonesia. Agar peran komisi informasi di Indonesia berjalan sesuai

dengan apa yang masyarakat inginkan yaitu menyelesaikan sengketa

dengan adil dan bijaksana dalam setiap mengadili atau memutuskan,

meskipun didalam kasus PATTIRO terkait informasi yang

dikecualikan ini komisi informasi kurang bijak dalam mengambil

Page 89: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

78

keputusan, seharusnya sikap dan putusan yang di adili oleh komisi

informasi terkait informasi yang dikecualikan ini haruslah bijaksan

dengan hasil yang memuaskan kedua belah pihak.

2. Terkait putusan Komisi Informasi yang dibatalkan oleh PTUN

memanglah seharusnya dibatalkan karena pada dasarnya apabila

putusan yang di minta oleh PATTIRO kepada BPK RI ini diberikan

maka akan menghambat atau mengganggu proses penegakan hukum,

karena didalam LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) terdapat banyak

penyidikan terkait kasus hambalang, jika hal itu tersebar ke publik dan

publik mengetahui informasi yang dikecualikan tersebut maka akan

menganggu proses pengakan hukum dan di khawatirkan apa yang di

selidiki KPK diketahui oleh para pelaku korupsi dana negara dan

membuang semua bukti-bukti penangkapannya.

B. Saran

1. Dalam menjalankan tugasnya diharapkan komisi informasi dapat

memberikan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh masyarakat dalam perannya sebagai Komisi Informasi

berjalan dengan baik dan seadil-adilnya dalam menyelesaikan sengketa

informasi publik.

2. Dalam putusan KI Pusat yang dibatalkan oleh PTUN memang

seharusnya dibatalkan agar tidak menghambat proses penegakan

hukum yang ada di Indonesia karena informasi tersebut merupakan

Page 90: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

79

informasi yang dikecualikan bukan informasi yang terbuka untuk

umum

Page 91: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

80

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amal, Ichlasul dan Armaidy Armawi, Keterbukaan Informasi dan Ketahanan

Nasional, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,1996

Astawa, Pantja I GDE & Suprin Na’a, Memahami Ilmu Negara & Teori Negara,

Bandung: PT Refika Aditama,2012

Akbar, Patrialis, Lembaga-lembaga Negara menurut UUD NRI Tahun 1945,

Jakarta: Sinar Grafika,2013

A.Sastro, Dhoho dkk, Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik,

Jakarta: Pelitaraya Selaras,2010

Ahmad, Fahmi Muhammad dan Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum, Cet I,

Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010

Bungin, M. Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2007

Fadjar, A. Mukhtie, Tipe Negara Hukum, Jawa Timur: Bayumedia Publishing,

2005

FH & Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan UI, Indonesia Negara Hukum, Seminar

Ketatanegaraan UUD 1945, Seruling masa jakarta, 1966

Hakim, Abdul Aziz, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,2011

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Bayumedia Publishing,2008.

Kusnardi, Moh & Bintan R.Saragih. Ilmu Negara, Jakarta: Gaya Media

Pratama,1995

Page 92: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

81

Londa, Annie dkk, Komisi Informasi Pusat “Memaknai Hakikat Komisi

Informasi dan Sengketa Informasi, Cet I, Jakarta, 2014

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Cet IV, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2005

Mandica Nur, G.B. Notrida, Buku Panduan Keterbukaan Informasi Publik untuk

Petugas Pengelola dan Pemberi Informasi dibadan Publik, Jakarta: PT.

Temprint,2009

Mahkamah Konstitusi, “Hukum Acara Mahkamah Konstitusi”, Sekretariat

Jendral dan Kepanitraan MKRI,2010

Mutiara’s. D, Ilmu Tata Negara Umum, Jakarta: Pustaka Islam

P. Sibuea, Hotma, Asas Negara Hukum Peraturan Kebijakan & Asas-asas Umum

Pemerintahan yang Baik, Jakarta: Erlangga, 2010

Qamar, Nurul Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi, Jakarta:

Sinar Grafika,2013

Subagiyo, Henri et al., 2009, Anotasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik (Edisi pertama), Jakarta, Komisi

Informasi Pusat Republik Indonesia Bekerja Sama dengan Indonesia

Center for Enviromental Law (ICEL) dan Yayasan Tifa

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat), Cet I, Jakarta; CV. Rajawali, 1985

Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet III, (Jakarta: UI-Press,

1986)

Unger, Roberto Mangabeira, Law In Modern Society: Toward a Criticism of

Social Theory, New York: The Free Press, 1976

Page 93: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

82

Waluyo, Bambang,Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet IV, Jakarta : Sinar

Grafika, 2008

Winarno, Budi, Kebijakan Publik Teori dan Proses, Jakarta: PT Buku Kita, 2008

Jurnal

Hayami, & Rutan, Toward a Theory of Induced Institutional Innovation, Journal

of Development Studies, 1984

Abdulhamid Dipopramono,dkk,”Jurnal Keterbukaan Informasi Publik”, Komisi

Informasi Pusat RI,2015

Undang –Undang

Undang-Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

UUD 1945 Pasal 28 f (perubahan kedua)

PERKI (Peraturan Komisi Informasi) Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar

Layanan Informasi Publiik

PERKI (Peraturan Komisi Informasi) Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur

Penyelesaian Sengketa Informasi

Internet

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

www. Kominfo.com. “Laporan kerja bidang kelembagaan”, Agustus 2013-2015

http/www.ppid.kominfo.go.id/Standar-Layanan-Informasi, (diakses pada tanggal 22

February 2015)

Page 94: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

KOMISI INFORMASI PUSATREPUBLIK INDONESIA

PUTUSANNomor: 364/XI/KIP-PS-A/2013

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA

1. IDENTITAS

[1.1] Komisi Informasi Pusat yang menerima, memeriksa, dan memutus Sengketa

Informasi Publik Nomor Registrasi 364/XI/KIP-PS/2013 yang diajukan oleh:

Nama : PATTIRO (PUSAT TELAAH DAN INFORMASI REGIONAL)

Alamat : Jalan Intan No. 81 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430.

dalam persidangan diwakili oleh :

1. Widiyarti

2. Ari Setiawan

3. Nanda Octrina Lamtiur

4. Alva Edison Siregar

5. Iskandar Saharudin

berdasarkan surat kuasa khusus nomor: 005/EXT.PTIR/DE/I/2014 tertanggal 20

Januari 2014 yang ditandatangani oleh Sad Dian Utomo, sebagai Direktur Eksekutif.

Selanjutnya disebut sebagai Pemohon

Terhadap

Nama : Badan Pemeriksa Keuangan Republik IndonesiaAlamat : Jalan Gatot Subroto No.31, Jakarta Pusat. 10210

dalam persidangan diwakili oleh:

1. Wahyu Priyono, SE., M.M

1

Page 95: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

2. Dian Rosdiana, S.H., M.H

3. Handrias Haryotomo, S.H.,M.H

4. Gilang Gumilar, S.IKom

5. W. Karana Andika, S.H

6. Niken Widorini, S.H

berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal Januari 2014 yang ditandatangani oleh Bahtiar Arif, S E, M.Fin.,Ak sebagai Ketua Pusat Pengelolaan Informasi dan Data

(PPID) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, selanjutnya disebut sebagai Termohon.

[1.2] Telah membaca surat permohonan Pemohon;

Telah mendengar keterangan Pemohon;

Telah mendengar keterangan Termohon;

Telah memeriksa surat-surat Pemohon;

Telah memeriksa surat-surat Termohon.

Telah melakukan pemeriksaan setempat ditempat Termohon.

Telah mendengar keterangan dan memeriksa saksi.

2. DUDUK PERKARA

A. Pendahuluan

[2.1] bahwa Pemohon telah mengajukan Permohonan Penyelesaian Sengketa

Informasi Publik tertanggal 14 November 2013 yang diterima dan terdaftar di

Kepaniteraan Komisi Informasi Pusat pada tanggal yang sama dengan registrasi sengketa Nomor: 364/XI/KIP-PS/2013

Kronologi

[2.2] bahwa Pemohon mengajukan Permohonan Informasi Publik dengan Surat

Permohonan Informasi No: 135/WKS.PTR/SEK-FOINI/VIII/2013 pada tanggal 28

Agustus 2013, kepada PPID Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang diterima pada tanggal yang sama dengan permohonan. Adapun informasi yang

dimohonkan yaitu hasil audit BPK tentang Pembangunan Stadion Hambalang jilid I

2

Page 96: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[2.3] bahwa surat permohonan informasi Pemohon sebagaimana yang diuraikan dalam

paragraf [2.2] mendapatkan tanggapan dari Termohon surat Nomor 201 /S/X/09/2013,

Prihal: Tanggapan BPK RI atas Permohonan LHP, tertanggal 2 September 2013 yang

menyatakan sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Informasi Publik pada Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia, Pasal 11 huruf b angka 2 disebutkan bahwa terdapat informasi publik yang dikecualikan yaitu LHP yang memuat hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan fraud forensic.

[2.4] bahwa atas tanggapan dari Termohon kemudian Pemohon mengajukan surat

keberatan atas penolakan informasi nomor: 146/EKS.PTR/SEK-FOINI/IX/2013 yang

ditujukan kepada Drs. Hadi Poernomo, Ak selaku Ketua Badan Pemeriksa Keuangan

RI, tertanggal 12 September 2013 dan diterima pada tanggal yang sama dengan surat keberatan.

[2.5] bahwa berdasarkan surat keberatan atas penolakan informasi yang diajukan

Pemohon sebagaimana diuraikan dalam paragraf [2.4] mendapat tanggapan dari

Termohon melalui surat nomor: 515/S/X/10/2013, perihal: tanggapan BPK RI terkait

keberatan atas penolakan informasi, tertanggal 24 Oktober 2013, yang pada pokoknya

Termohon menyatakan berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik bahwa Badan Publik wajib menyediakan, memberikan

dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada

Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan

ketentuan, berdasarkan atas UU tersebut BPK RI menetapkan Peraturan Badan

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Informasi Publik pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Pasal 11 huruf

b angka 2 disebutkan bahwa terdapat informasi publik yang dikecualikan yaitu LHP

yang memuat hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic.

[2.6] bahwa atas tanggapan Termohon sebagaimana diuraikan dalam paragraf [2.5]

Pemohon mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Nomor: 189/EKS.PTIR/SEK-FOINI-XI/2013 tertanggal 14 November 2013 yang diterima dan terdaftar di kepaniteraan Komisi Informasi Pusat pada tanggal yang sama dengan registrasi sengketa Nomor: 364/XI/KIP-PS/2013

3

Page 97: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Alasan atau Tujuan Permohonan Informasi

[2.7] bahwa Pemohon mengajukan permohonan informasi sebagai perwujudan hak

Warga Negara Indonesia untuk memperoleh informasi dari Badan Publik yang

tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)

Alasan atau Tujuan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi[2.8] bahwa Pemohon mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi

Publik kepada Komisi Informasi Pusat karena permohonan informasi yang diminta tidak diberikan.

Petitum

[2.9] Pemohon memohon Komisi Informasi Pusat untuk memutus sengketa Informasi Publik ini dan menyatakan informasi a quo terbuka untuk publik.

B. Alat Bukti Keterangan Pemohon

[2.10] Menimbang bahwa di persidangan Pemohon menyampaikan keterangan sebagai berikut:

1. bahwa Informasi yang diminta oleh Pemohon adalah mengenai investigatif dan fraud forensic

2. bahwa Pemohon merasa informasi yang diminta adalah Informasi Publik. Terkait dengan hasil audit BPK yang dinyatakan fraud forensic dan merupakan informasi yang dikecualikan sesuai dengan pasal 17 UU KIP relevan jika BPK tidak menyerahkan kepada DPR.

3. bahwa kendati BPK berkewenangan memberikan dokumen kepada DPR yang juga meminta audit investigasi, Pemohon menilai ketika BPK memberikan informasi yang dianggap dikecualikan dan diberikan kepada publik, harusnya tidak diberikan kepada DPR, dalam hal ini BPK melanggar ketentuan dalam UU Keterbukaan Informasi Publik ketika memberikan dokumen yang dikecualikan.

4. bahwa apabila alasan Termohon ada aturan No 3 Tahun 2011 tentang pengecualian informasi atau pengelolaan informasi di BPK, tetapi peraturan BPK menurut Pemohon tidak bisa bertentangan dengan UU No 15 Tahun 2006, pasal 7 ayat 5 UU BPK, hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan penanggungjawab pemeriksaan keuangan negara yang telah diserahkan ke DPR, DPD, DPRD dinyatakan terbuka untuk umum.

4

Page 98: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

5. bahwa menurut Pemohon peraturan yang dikeluarkan BPK tidak bisa bertentangan walaupun yang meminta audit investigasi itu sendiri adalah DPR. Kepentingan investigasi semestinya untuk mengungkap kerugian Negara atau berpotensi adanya unsur pidana.

6. bahwa Pemohon menerangkan adalah badan hukum berupa Yayasan dibuktikan dengan Akta Pendirian Yayasan yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU- 2995.AH.01.04 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Yayasan PATTIRO. NPWP: 03.007.919.8-015.000

Surat-Surat Pemohon[2.11] bahwa Pemohon mengajukan surat sebagai berikut:

Surat P-1 Salinan surat permohonan informasi No: 135/EKS.PTR/SEK-FOINI/VIII/2013

pada tanggal 28 Agustus 2013, kepada PPID Badan Pemeriksa Keuangan RISurat P-2 Salinan surat keberatan atas penolakan informasi yang ditujukan kepada Drs.

Hadi Poemomo, Ak sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI melalui surat nomor: 146/EKS.PTR/SEK-FIONI/IX/2013 tertanggal 12 September 2013.

Surat P-3 Salinan surat Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang

ditujukan kepada Ketua Komisi Informasi Pusat melalui Surat Nomor

189/EKS.PTIR/SEK-FIONI/XI/2013 tertanggal 14 November 2013.

Surat P-4 Surat Kuasa Khusus Nomor: 005/EXT.PTIR.DE/1/2014 tertanggal 20 Januari

2014 yang ditandatangai oleh Sad Dian Utomo sebagai Direktur Eksekutif

PATTIRO.

Surat P-5 Salinan Akta Pendirian Yayasan Pusat Telaah dan Informasi Regional

(PATTIRO) No.24 tanggal 07 Desember 2009 kantor notaris Ny.Toety Juniarto, SH,, Jakarta.

Surat P-6 Salinan surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor: AHU-2995.AH.01.04 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Yayasan PATTIRO, tertanggal 22 Mei 2012.

Surat P-7 Pendapat Tertulis Pemohon yang disampaikan dalam Sidang Tanggal 2 Juni

2014 tentang Pandangan Pemohon yang berjudul “Pengecualian yang Tidak Lagi Relevan”.

5

Page 99: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[2.12] Menimbang bahwa di persidangan Termohon menyampaikan keterangan

sebagai berikut:

1. bahwa sesuai dengan Keputusan Sekjen 275/K/X/XIII/2004 diktum 3 huruf j PPID mewakili BPK dalam proses penyelesaian sengketa di KIP, Pengadilan atau mewakili kuasanya.

2. bahwa telah menerima permohonan informasi dari Pattiro pada bulan Agustus, sudah di teliti dan dijawab oleh Termohon sesuai pasal 17 UU KIP. BPK berdasarkan UU tersebut sudah melakukan kajian terhadap informasi apa saja yang dikecualikan.

3. bahwa informasi yang dimohon oleh Pemohon adalah informasi yang dikecualikan.

4. bahwa berdasarkan peraturan BPK No. 13 Tahun 2011 tentang Informasi Publik di BPK, di salah satu pasalnya menyebutkan bahwa ada informasi yang dikecualikan, salah satunya ada informasi yang terkait dengan pemeriksaan, LHP hasil investigasi audit forensik dan lain sebagainya.

5. bahwa Peraturan BPK No 3 Tahun 2011 disahkan tanggal 6 Desember 2011 dan mulai berlaku 1 tahun setelahnya yaitu pada tanggal 6 Desember 2012. Jika sebelum 6 Desember 2012 ada permohonan informasi dari masyarakat umum terhadap LHP Hambalang 1 informasi tersebut masih diberikan. Namun jika permintaannya setelah tanggal 6 Desember 2012 maka Termohon tidak bisa memberikan informasi.

6. bahwa terkait dengan Hambalang 1 dan 2 permintaan khusus dari salah satu

komisi di DPR sehingga hasilnya Termohon serahkan pada komisi yang

bersangkutan yakni Komisi X, bukan diberikan kepada seluruh anggota DPR.

Keterangan Termohon

Surat-Surat Termohon[2.13] bahwa Termohon mengajukan surat sebagai berikut:

Surat T-l Salinan surat nomor: 201 /S/X/09/2013 tentang Tanggapan BPK RI atas

Permohonan LHP

Surat T-2 Salinan Surat Nomor: 515/S/X/10/2013 tentang Tanggapan BPK RI terkait Keberatan atas Penolakan Informasi

Surat T-3 Surat Nomor: 217/S/X/04/2014 tentang Jawaban atas Panggilan Sidang

tertanggal 8 April 2014 yang ditandatangani oleh Hendar Ristnawan, SH., MH

Surat T-4 Surat Kuasa Khusus tertanggal 12 Januari 2014 yang ditandatangani oleh

Bahtiar Arif, SE., M.Fin., Ak sebagai Ketua Pusat Pengelolaan Informasi dan Data (PPID) Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia.

6

Page 100: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[2.14] Menimbang bahwa Majelis Komisioner telah melakukan pemeriksaan setempat yang di

lakukan secara tertutup terhadap dokumen-dokumen yang berada/dimiliki oleh Termohon

yang terkait dengan sengketa a quo di kantor Termohon pada Jumat tanggal 21 Februari 2014

pukul 10.00 WIB. Dalam pemeriksaan setempat di peroleh fakta:

1. Bahwa dokumen tersebut berada atau dalam penguasaan/dimiliki oleh

Termohon.

2. bahwa Termohon telah menyampaikan laporan hasil pemeriksaan investigatif

kepada DPR RI, KPK RI, Kepolisian RI, dan Kejaksaan Agung RI dengan

klasifikasi dokumen yang bersifat Rahasia.

3. Bahwa dokumen yang diterima oleh DPR RI, KPK RI, Kepolisian RI, dan

Kejaksaan Agung RI adalah salinan dari dokumen yang sama.

4. Bahwa terhadap dokumen dimaksud, yang dikecualikan oleh Termohon,

Majelis Komisioner yang melakukan pemeriksaan setempat tidak dilakukan

penggandaan atau memfotokopi dokumen.

Dokumen yang di serahkan Termohon kepada Majelis Komisoner pada pemeriksaan

setempat adalah:

1. Foto copy Surat Pengantar LHP Investigatif Nomor 161/S/I/08/2013,

tertanggal 22 Agustus 2013, sifat: rahasia, lampiran 1 (satu) eksemplar,

perihal: LHP investigatif (tahap II) Pembangunan Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, kepada: Ketua

KPK RI.

2. Foto copy Surat Pengantar LHP Investigatif Nomor 160/S/I/08/2013,

tertanggal 22 Agustus 2013, sifat: rahasia, lampiran 1 (satu) eksemplar,

perihal: LHP Investigatif (tahap II) Pembangunan Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, kepada: Ketua

DPR RI.

3. Foto copy Surat Pengantar LHP Investigatif Nomor 163/S/I/08/2013,

tertanggal 4 September 2013, sifat: rahasia, lampiran 1 (satu) eksemplar,

perihal: LHP Investigatif (tahap II) Pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, kepada: Kepala

Kepolisian RI.

Pemeriksaan Setempat terhadap Dokumen Termohon

7

Page 101: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

4. Foto copy Surat Pengantar LHP Investigatif Nomor 164/S/I/08/2013,

tertanggal 4 September 2013, sifat: rahasia, lampiran 1 (satu) eksemplar,

perihal: LHP Investigatif (tahap II) pembangunan Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, kepada: Jaksa

Agung RI.

Keterangan Saksi[2.15] Menimbang bahwa Majelis Komisioner telah memanggil saksi pada persidangan tanggal 2 Juni 2014, menghadirkan Salim Rasyid yaitu seorang Penyidik di Komisi Pemberantasan Korupsi berdasarkan Surat Perintah Tugas Nomor: SPT- 1863/50-55/06/2014 tertanggal 2 Juni 2014 yang ditandatangani oleh Annies Said B asal amah. Di dalam persidangan saksi mengemukakan keterangan-keterangan sebagai berikut:

1. Bahwa tanggal 23 Agustus 2013 pukul 15.00 WIB Sekretariat pimpinan KPK mendapatkan surat 161/S/I/l 68/2013, dalam hal perihal surat itu memberikan kepada KPK LHP laporan investigatif Hambalang tahap 2, pembangungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang dengan NomonLHP 192/HP/XVI/08/2013 tanggal 23 Agustus Tahun 2013.

2. Bahwa sebelumnya tanggal 2 November 2012, KPK mendapat surat dari BPK No:281/S/I/XI/2012 pukul 15.50 perihal LHP laporan hasil investigatif tahap 1 Nomor: 139/HP/XVI/10/2012 tanggal 30 Oktober 2012.

3. Bahwa pada saat ini KPK masih mengembangkan proses penyidikan dengan tersangka yang baru, yang sampai saat ini belum selesai.

4. Bahwa Perkara yang sudah selesai dan saat ini sudah disidangkan ada 3 (tiga) orang terdakwa yaitu pihak Kemenpora, pihak Adhi Karya dan Mantan Menpora yaitu Bapak Andi Malarangeng.

5. Bahwa untuk tersangka lain masih dalam tahap penyelidikan termasuk rekanan maka LHP tersebut masih kita gunakan sebagai pendukung.

6. Bahwa LHP tahap 2 yang dimaksud sebagai pendukung dalam rangka proses penyidikan, sumber informasinya tidak hanya dari informasi dalam LHP akan tetapi dari dokumen-dokumen lain yang ada pada Kemenpora dan dari pihak yang terkait proyek Hambalang.

7. Bahwa penyidikan yang dilakukan KPK dalam proyek Hambalang ini menyangkut unsur yang dipersangkaan sebagaimana dimaksud pasal 2 UU Tipikor dimana untuk membuktikannya dibutuhkan keterangan ahli terkait kerugian negara. Dalam hal ini yang mempunyai domain menghitung kerugian negara adalah BPK. Jadi pendapat BPK terkait perhitungan kerugian keuangan negara sangat dibutuhkan untuk memenuhi persangkaan Pasal 2 dan 3 UU Tipikor.

8. Bahwa penyidikan KPK akan terhambat jika dokumen LHP tersebut terakses oleh publik karena dalam LHP tahap pertama maupun LHP tahap kedua sudah

8

Page 102: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

menyebutkan pihak terkait yang perlu didalami keterlibatannya dalam kasus Hambalang.

Keterangan tertulis Sekretaris Jenderal DPR RI:

[2.16] Menimbang bahwa pada tanggal 9 September 2014, atas permintaan Majelis Komisioner pihak Sekretaris Jenderal DPR RI dimintai keterangan tertulis yang di sampaikan pada tanggal 9 September 2014 dengan surat nomor DPK/08486/SEKJEN- DPRRI/HP/09/2014 tertanggal 2 September 2014, yang pada pokoknya menjelaskan :

1. Bahwa benar DPR RI meminta BPK untuk melakukan audit investigatif terhadap pelaksanaan pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor,

2. Bahwa DPR RI telah menerima hasil audit BPK.

3. Bahwa hasil audit investigatif BPK diserahkan kepada pimpinan Komisi X dan pimpinan BAKN (Badan Akuntabilitas Keuangan Negara), namun sesuai dengan ketentuan Pasal 17 huruf a UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, informasi tersebut termasuk kategori Informasi Publik yang dikecualikan dan dokumen tersebut telah disampaikan ke KPK, maka pengelolaan dokumen menjadi ranah KPK.

3. KESIMPULAN PARA PIHAKKesimpulan Pemohon

[3.1] Menimbang bahwa di dalam persidangan terakhir sebelum pembacaan putusan,

Pemohon menyampaikan keterangan tertulis pada tanggal 2 Juni 2014 sebagai berikut:

“PENGECUALIAN YANG TIDAK LAGI RELEVAN”

1. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 13 “Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana”

2. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 14 “(1) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah”

3. Jika ada informasi yang dirahasiakan karena bersifat pro justicia maka seharusnya BPK menyampaikannya ke KPK, Kepolisian dan Kejaksaan. Penyampaian ke DPR mestinya tidak dalam versi lengkap.

9

Page 103: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

4. Dalam Peraturan BPK No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pelaporan ke pihak berwenang dapat disertai dengan menutup informasi yang masuk dalam kualifikasi rahasia. Namun demikian, penghapusan atau pengaburan informasi tersebut harus disertai dengan menjelaskan alasan yuridisnya (lampiran IV paragraf 29-31). Penghapusan yang tidak disertai alasan yuridis adalah suatu penyesatan informasi.

5. Lampiran IV, VI, VIII, Peraturan BPK No. 01 Tahun 2007; Pelaporan Informasi Rahasia, “(Par. 29/33/21): ... “Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”(Par. 30/34/22). Situasi lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum mengenai ketentuan permintaan atau keadaan yang menyebabkan tidak diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil pemeriksaan.

6. Pasal 22 ayat (7) huruf e UU KIP “dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya”

7. Pasal 22 ayat (4) UU KIP “Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya”

8. Kerahasiaan suatu informasi yang dikecualikan tidak lagi relevan jika telah berada di ruang publik. Sebagai contoh, aset 10 debitur terbesar peserta program kredit bagi UKM di bank BUMN adalah dikecualikan. Salah satu alasannya, kondisi finansial seseorang merupakan informasi privat yang tak boleh diungkap ke publik. Hal ini juga diatur oleh UU KIP. Namun ketika bank BUMN tersebut telah pula mengumumkan besaran aset 10 debitur UKM tersebut dalam suatu acara pemberian penghargaan yang diliput media, pengecualian tersebut sudah tidak relevan karena informasi telah berada di ruang publik {public domain).

9. Pasal 7 ayat (5), UU BPK "Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum”

10. DPR adalah lembaga negara yang berwenang melakukan pengawasan dalam rangka akuntabilitas politik. Menyerahkan laporan secara lengkap ke DPR akan menyebabkan tujuan kerahasiaan substansial dari suatu laporan audit investigasi kehilangan maknanya pada lembaga semacam ini.Tugas DPR memang bukan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan (pro justicia), meskipun DPR dapat merekomendasikan tindak lanjut penyidikan ke lembaga yang berwenang melakukannya.

11. DPR merupakan ruang publik, sehingga penyampaian laporan hasil audit

10

Page 104: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

investigasi membutuhkan prasyarat teknis dan substansial tertentu agar tidak mengganggu kepastian hukum. Apa lagi jika laporan memuat indikasi keterlibatan anggota DPR. Laporan audit investigasi berbeda dengan laporan audit reguler yang telah diatur oleh Undang-Undang untuk diserahkan ke DPR. Penyerahan Laporan Audit investigasi ke pihak berwenang, dalam hal ini DPR, memerlukan prasyarat tertentu baik dalam prosedur maupun batasan substansi mengingat sifatnya yang pro justicia.

12. Baik Pasal 7 UU BPK, Pasal 14 dan Pasal 17 UU Pemeriksaan Keuangan Negara, laporan hasil pemeriksaan diserahkan ke lembaga legislatif. Termasuk untuk laporan hasil pemeriksaan investigative yang besar kemungkinan mayoritas informasi di dalamnya merupakan informasi terkait penegakan hukum {pro justicia). Skema pro justicia sepenuhnya merupakan kewenangan lembaga penegak hukum memiliki forum akuntabilitasnya di pengadilan, bukan di legislatif yang merupakan forum akuntabilitas poltik. Apalagi Pada pasal 7 ayat (5) UU BPK, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, laporan yang telah disampaikan ke legislatif bersifat TERBUKA UNTUK UMUM.

13. Tidak ada penjelasan eksplisit dari Ketua BPK bahwa 15 (lima belas) nama anggota DPR adalah informasi yang masuk dalam kategori rahasia sehingga memang secara sengaja ditutup. Terakhir, pimpinan DPR justru mengatakan bahwa laporan yang disampaikan oleh BPK memang tidak memuat nama tersebut. Tidak jelas juga apakah memang sejak dalam draft laporan hasil pemeriksaan BPK 'sama sekali tidak ada keterlibatan 15 orang anggota DPR di Komisi 10 atau telah terjadi revisi atas draft laporan.

14. Peraturan BPK No. 1/2011 tentang Kode Etik BPK telah melarang Anggota BPK untuk berupaya mengubah temuan pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan fakta pada saat pemeriksaan, sehingga menjadi tidak obyektif (lihat Pasal 8 ayat (2) huruf h).

15. Pasal 8 ayat (2) Peraturan BPK No. 1/2011, Anggota BPK selaku Pejabat Negara dilarang memerintahkan dan/atau mempengaruhi dan/atau mengubah temuan pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan fakta dan/atau bukti-bukti yang diperoleh pada saat pemeriksaan, sehingga temuan pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi tidak obyektif.

16. Membiarkan laporan tersebut tersandera di Pimpinan DPR akan membuat status kerahasiaan menjadi semu. Membiarkan status informasi tersebut sebagai suatu ’kerahasiaan semu’ adalah suatu kekeliruan mendasar dan bertentangan dengan tujuan kerahasiaan tersebut. Inilah yang disebut oleh Aftergood sebagai bad secrecy yang didasarkan atas suatu kepentingan politik. Lebih baik jika laporan hasil audit investigasi tahap-Il BPK mengenai Hambalang yang sudah terlanjur ada di ruang publik (DPR) ini dibuka ke masyarakat agar tidak menjadi alat tawar-menawar elit berkuasa dan tindak lanjut penyidikan dapat diawasi oleh publik luas.

17. Teknis Penyampaian LHP Audit Investigasi BPK ke legislatif berpotensi melanggar hukum. Telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa berdasarkan Pasal 7 Ayat (5) UU BPK, Penyampaian laporan hasil pemeriksaan dan tanggungjawab keuangan negara ke legislatif adalah titik terminasi kerahasiaan LHP Audit Investigasi BPK. Praktik Selama ini penyampaian LHP Audit Investigasi BPK kepada legislatif

11

Page 105: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

diberikan dalam format lengkap tanpa pengaburan informasi rahasia yang disertai alasan yuridis. Secara Normatif hal ini bertentangan dengan Peraturan BPK No.l Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara Dan UU Keterbukaan Informasi Publik Pasal 54 “Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)”.

Kesimpulan Termohon[3.2] Menimbang bahwa pada bulan Juli 2014, Termohon menyampaikan kesimpulan

tertulis sebagai berikut:

1. Bahwa Perkara Sengketa Informasi ini berawal dari permohonan Pemohon

melalui surat nomor 135/EKS.PTR/SEK-FOINI/VIII/2013 tanggal 28 Agustus

2013 perihal permohonan informasi terkait hasil audit BPK tentang

pembangunan stadion Hambalang Jilid I dan jilid II dan surat nomor

146/EKS .PTR/SEK-FOINI/IX/2013 tanggal 12 September 2013 perihal

keberatan atas penolakan informasi yang ditujukan kepada Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi/PPID BPK RI (Termohon).

2. Bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah menyampaikan

tanggapan bahwa tidak dapat memenuhi permintaan karena Laporan Hasil

Pemeriksaan Investigatif Hambalang sebagaimana tertuang dalam LHP Nomor

192/HP/XVI/08/2013 tanggal 23 Agustus 2013 tentang Pembangunan P3SON

Hambalang Bogor pada Kementerian Pemuda dan Olah Raga di Jakarta dan

Bogor termasuk informasi yang dikecualikan, melalui surat nomor

201/S/X/09/2013 tanggal 2 September 2013 dan surat nomor 515/S/X/10/2013

tanggal 24 Oktober 2013.

3. Bahwa Termohon tidak dapat memenuhi permintaan dari Pemohon karena

informasi yang dimintakan Pemohon yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan

Investigatif Hambalang adalah termasuk dalam dokumen yang dikecualikan

oleh BPK RI berdasarkan :

a) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik:

1) Pasal 7 Ayat (1) yang mengatur bahwa Badan Publik wajib

menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik yang

12

Page 106: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

berada di bawah kewenangannya kepada pemohon informasi publik,

selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan;

2) Pasal 17, huruf a, angka 1 yang mengatur bahwa setiap Badan Publik

wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk

mendapatkan Informasi Publik kecuali : Informasi Publik yang apabila

dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat

menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;

b) Peraturan BPK RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Informasi Publik pada Badan Pemeriksa Keuangan:

Pasal 11, huruf b, angka 2 yang menyebutkan bahwa Informasi Publik yang

dikecualikan meliputi Laporan Hasil Pemeriksaan yang memuat hasil

pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic.

4. Bahwa laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif Hambalang ini merupakan

informasi penting dan rahasia yang digunakan oleh Aparat Penegak Hukum

(APH) dalam melakukan proses penegakan hukum. Hal tersebut sesuai dengan

keterangan saksi Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Salim

Rasyid dalam Sidang Sengketa Informasi Publik tanggal 2 Juni 2014 dan

tanggal 30 Juni 2014 yang menyatakan bahwa :

a) KPK masih mengembangkan proses penyidikan dalam kasus Hambalang

sehingga LHP Investigatif Hambalang masih digunakan sebagai dasar penyidikan;

b) Apabila LHP Investigatif Pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang diketahui oleh publik maka dapat mengganggu proses penegakan hukum oleh KPK karena LHP

Investigatif Hambalang ini memuat hal-hal yang dirahasiakan termasuk inisial

terdakwa atau pihak-pihak terkait lainnya, dikhawatirkan pihak-pihak yang

terkait ini dapat menghilangkan atau menghancurkan barang-barang bukti sebelum dilakukan pemeriksaan oleh KPK;

c) Para terdakwa dalam kasus Hambalang dipersangkakan dengan pasal 2 dan 3

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU No.20 Tahun 2011 tentang

Tindak Pidana Korupsi yang mempersyaratkan adanya unsur kerugian negara,

13

Page 107: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

oleh karena itu keberadaan LHP Investigatif Pembangunan Pusat Pelatihan

Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang menjadi

unsur pokok mengingat BPK adalah lembaga yang berwenang melakukan

penghitungan kerugian negara;

d) Isi dari LHP Investigatif Hambalang menceritakan secara runtut mengenai

kronologis peristiwa dari hulu ke hilir yang seluruhnya menjadi satu kesatuan

yang tak terpisahkan sehingga apabila hanya dibuka sebagian konten saja, sementara yang dianggap rahasia tidak maka akan tetap berpengaruh terhadap kerahasiaan isi LHP.

5. Bahwa penetapan Laporan Hasil Pemeriksaan yang memuat hasil pemeriksaan

investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic sebagai informasi yang dikecualikan

dalam Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Informasi Publik

pada Badan Pemeriksa Keuangan dilakukan dengan dasar pemikiran yuridis sebagai berikut:

a. bahwa LHP invest i gati F:fraud forensic dalam proses penegakan hukum oleh

aparat penegak hukum baik dalam tahap Penyidikan maupun tahap

Pemeriksaan di Pengadilan dijadikan alat bukti surat. Selanjutnya selain

sebagai alat bukti surat, LHP investigatif//ra«<i forensic menjadi dasar

pemberian keterangan Ahli oleh pemeriksa BPK pada sidang tindak pidana korupsi;

b. bahwa status LHP investigatif//raw<i forensic sebagai alat bukti surat, serta

keterkaitannya secara langsung dengan alat bukti keterangan ahli dalam proses

hukum acara pidana merupakan implementasi dari Pasal 184 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang mengatur perihal alat bukti dalam hukum pidana.

6. Bahwa Pemeriksaan Investigatif Pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang merupakan inisiatif permintaan

dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kepada BPK RI sesuai dengan surat

Nomor : PW.01/10954/DPR RI/XII/2011 tanggal 16 Desember 2011 tentang

Audit Investigatif terhadap Pelaksanaan Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON), oleh karena itu selain

disampaikan kepada para Aparat Penegak Hukum yaitu KPK, Kepolisian RI dan Kejaksaan Agung, BPK RI juga menyampaikan Laporan Hasil

14

Page 108: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Pemeriksaan Investigatif Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga

Nasional (P3SON) Hambalang tersebut kepada DPR sebagai inisiator atas

dilakukannya pemeriksaan investigatif.

7. Bahwa untuk menjamin agar informasi yang dikecualikan ini tidak terbuka ke

publik, maka dalam surat penyampaian LHP Investigatif Hambalang dari BPK

RI kepada DPR nomor 160/S/I/08/2013 tanggal 22 Agustus 2013 tentang LHP Investigatif (Tahap II) Pembangunan Pusat pendidikan dan Pelatihan Sekolah

Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang dinyatakan: “Mengingat bahwa laporan ini merupakan hasil pemeriksaan investigatif yang mengandung dugaan unsur

pidana dan saat ini sedang disidik oleh penegak hukum, maka laporan ini bukan

merupakan dokumen publik dan seyogyanya dapat dijaga kerahasiaannya”. Hal

ini menjadi komitmen antar lembaga untuk dapat menjamin terjaganya

informasi yang dikecualikan berupa LHP Investigatif Pembangunan Pusat

Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang ini.

8. Bahwa prinsip keterbukaan informasi terhadap LHP BPK setelah disampaikan

kepada DPR/lembaga perwakilan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 merupakan prinsip umum atas sifat

publik seluruh LHP BPK. Bahwa kemudian sifat LHP BPK yang terbuka untuk

publik mendapat pengecualian berdasarkan azas perundang-undangan Lex

specialis derogat legi generalis, yang pada akhirnya khusus terhadap LHP BPK

yang dipergunakan bagi kepentingan proses penegakan hukum (LHP

Investigatif/Frawc/ Forensic) harus dilekatkan sifat dikecualikan dari prinsipnya

semula sebagai informasi yang dapat diakses oleh publik.

9. Bahwa apabila LHP Investigatif//rauu? forensic yang dihasilkan oleh BPK

ditetapkan/dikualiflkasi sebagai yang informasi tidak dikecualikan dan untuk

selanjutnya publik dengan mudahnya dapat mengakses informasi tersebut

dikhawatirkan bahwa dikemudian hari akan terjadi kondisi-kondisi yang tidak

kita inginkan yang akan sangat menggangu proses penegakan hukum, antara lain sebagai berikut:

a. Pihak-pihak yang diduga terlibat dalam suatu perkara tindak pidana korupsi

melarikan diri setelah membaca LHP InvestigatilT/rawt/ forensic yang dihasilkan oleh BPK;

15

Page 109: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

b. Pihak-pihak yang diduga terlibat dalam suatu perkara tindak pidana korupsi

setelah membaca LHP Investigatif/yrrmt/ forensic yang dihasilkan oleh BPK

menghilangkan barang bukti yang diperlukan oleh aparat penegakan hukum;

c. LHP Investigatif/Zrawc/ forensic yang dihasilkan oleh BPK dimanfaatkan

oleh pihak-pihak yang diduga terkait permasalahan yang diperiksa untuk

membentuk opini-opini publik untuk kepentingan yang bersangkutan

sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu jalannya proses penegakan hukum yang sedang dilakukan oleh aparat penegak hukum.

10. Bahwa berdasarkan alasan-alasan di atas, maka kami menyimpulkan bahwa LHP

Investigatif Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga

Nasional (P3SON) Hambalang secara prinsip dan pada hakikatnya merupakan

informasi yang dikecualikan. Perihal penyampaian LHP Investigatif ini juga

disampaikan kepada DPR, tidak menghilangkan hakikat Laporan Hasil

Pemeriksaan Investigatif Hambalang sebagai informasi yang dikecualikan sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik jo. Pasal 184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

4. PERTIMBANGAN HUKUM

[4.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan sesungguhnya adalah

mengenai permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagaimana diatur

dalam Pasal 1 angka 5, Pasal 35 ayat (1) huruf a, dan Pasal 37 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP)

juncto Pasal 5 huruf a. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Perki No. 1 Tahun 2013).

[4.2] Menimbang bahwa sebelum memasuki pokok permohonan, berdasarkan Pasal 36

ayat (1) Perki No. 1 Tahun 2013 Majelis Komisioner akan mempertimbangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:

1. kewenangan Komisi Informasi Pusat untuk memeriksa dan memutus permohonan a quo.

2. kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi.

16

Page 110: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

3. kedudukan hukum {legal standing) Termohon sebagai Badan Publik dalam

sengketa informasi.

4. batas waktu pengajuan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi.

Terhadap keempat hal tersebut di atas. Majelis mempertimbangkan dan memberikan pendapat sebagai berikut:

A. Kewenangan Komisi Informasi Pusat[4.3] Menimbang bahwa Komisi Informasi Pusat mempunyai dua kewenangan yaitu

kewenangan absolut dan kewenangan relatif. Oleh karena itu Majelis akan mempertimbangkan dua kewenangan tersebut dalam perkara a quo.Kewenangan Absolut

[4.4] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 UU KIP dinyatakan:

Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

[4.5] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UU KIP juncto Pasal1 angka 3 Perki 1 Tahun 2013 dinyatakan:

Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara Badan Publik dengan Pemohon Informasi Publik dan/atau Pengguna Informasi Publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan/atau menggunakan Informasi Publik berdasarkan peraturan perundang-undangan.

[4.6] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan:

Pasal 26 ayat (1) huruf a UU KIPKomisi Informasi bertugas: menerima, memeriksa, dan memutus permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi yang diajukan oleh setiap Pemohon Informasi Publik berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam UU KIP.

Pasal 36 ayat (1) UU KIPKeberatan diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ditemukannya alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1).

Pasal 37 ayat (2) UU KIPUpaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2).

17

Page 111: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Pasal 38 ay at (1)UU KIPKomisi Informasi Pusat dan Komisi Informasi provinsi dan/atau KomisiInformasi kabupaten/kota harus mulai mengupayakan Penyelesaian SengketaInformasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi paling lambat14 (empat belas) hari kerja setelah menerima permohonan PenyelesaianSengketa Informasi Publik.

[4.7] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Perki No. 1 Tahun 2013 dinyatakan:

Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapatditempuh apabila:a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh

atasan PPID; ataub. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan

kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID.

[4.8] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan Pemohon telah menempuh

mekanisme memperoleh informasi dan mengajukan permohonan Penyelesaian

Sengketa Informasi Publik sebagai berikut:

1. Tanggal 28 Agustus 2013 Pemohon mengajukan Permohonan Informasi Publik dengan Surat Permohonan Informasi Nomor: 135/EKS.PTR/SEK- FOINI/VIII/2013 kepada PPID Badan Pemeriksa Keuangan RI dan diterima pada tanggal yang sama.

2. Tanggal 12 September 2013 Pemohon mengajukan Surat Keberatan Penolakan Informasi dengan surat nomor 146/EKS.PTR/SEK- FIONI/IX2013 dan diterima pada tanggal yang sama.

3. Tanggal 14 November 2013 Pemohon mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi ke Komisi Informasi Pusat yang diterima dan terdaftar di Kepaniteraan Komisi Informasi Pusat pada tanggal yang sama dengan registrasi sengketa Nomor: 364/XI/KIP-PS/2013.

[4.9] Menimbang bahwa berdasarkan uraian dalam paragraf [4.4] sampai dengan

paragraf [4.8] Majelis berpendapat Komisi Informasi Pusat mempunyai kewenangan

absolut untuk menerima, memeriksa dan memutus sengketa a quo.

Kewenangan Relatif[4.10] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (2) UU KIP dinyatakan:

Kewenangan Komisi Informasi Pusat meliputi kewenangan penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik pusat dan Badan Publik tingkat provinsi dan/atau Badan Publik tingkat kabupaten/kota selama

18

Page 112: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Komisi Informasi di provinsi atau Komisi Informasi kabupaten/kota tersebut belum terbentuk.

[4.11] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Perki No.l Tahun 2013, dinyatakan:

Komisi Informasi Pusat berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik Pusat.

[4.12] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU KIP, dinyatakan:

Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislative, yudikatif dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

[4.13] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 15 Tahun 2006

Tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (selanjutnya disebut UU BPK), dinyatakan:

Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

[4.14] Menimbang bahwa kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 2 UU BPK, dinyatakan:

BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

[4.15] Menimbang bahwa Tugas Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan ketentuan:

Pasal 6 UU BPK(1) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

(2) Pelaksanaan pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

(3) Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

19

Page 113: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

(4) Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.

(5) Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan BPK.

Pasal 7 UU BPK

(1) BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.

(2) DPR, DPD, dan DPRD menindaklanjuti hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan Peraturan Tata Tertib masing-masing lembaga perwakilan.

(3) Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD dilakukan oleh Anggota BPK atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan DPRD diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.

(5) Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum.

[4.16] Menimbang bahwa Wewenang BPK berdasarkan ketentuan:

Pasal 9 UU BPK

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:a. menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan

pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;

b. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;

c. melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;

d. menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK;

20

Page 114: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

e. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

f. menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

g. menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK;

h. membina jabatan fungsional Pemeriksa;i. memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; danj. memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern

Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.

(2) Dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang diminta oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d hanya dipergunakan untuk pemeriksaan.

[4.17] Menimbang bahwa pembiayaan/pendanaan BPK sebagaimana diatur dalam Pasal 35 UU BPK dinyatakan :

(1) Anggaran BPK dibebankan pada bagian anggaran tersendiri dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh BPK kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.

(3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan pada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang APBN.

[4.18] Menimbang bahwa berdasarkan uraian dalam paragraf [4.10] sampai dengan

paragraf [4.17] Majelis berpendapat Komisi Informasi Pusat mempunyai kewenangan relatif dalam menerima, memeriksa dan memutus sengketa a quo.

B. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon[4.19] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan:

Pasal 1 angka 12 UU KIPPemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU KIP.

Pasal 1 angka 7 Perki No. 1 Tahun 2013Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang selanjutnya disebut Pemohon adalah Pemohon atau Pengguna Informasi Publik yang mengajukan Permohonan kepada Komisi Informasi.

Pasal 11 ayat (1) huruf a Perki No.l Tahun 2013Pemohon wajib menyertakan dokumen kelengkapan permohonan berupa identitas yang sah, yaitu:

21

Page 115: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk, Paspor, atau identitas lain yang sah yang dapat membuktikan Pemohon adalah Warga Negara Indonesia, atau;

2. Anggaran dasar yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah tercatat di Berita Negara Republik Indonesia dalam hal Pemohon adalah Badan Hukum.

3. Surat kuasa dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemberi kuasa dalam hal Pemohon mewakili kelompok orang.

[4.20] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Perki No.l Tahun 2013 dinyatakan:

Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh apabila:

a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID; atau

b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima oleh atasan PPID.

[4.21] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan Pemohon telah menempuh

mekanisme permohonan informasi dan mengajukan Permohonan Penyelesaian

Sengketa Informasi Publik sebagaimana yang diuraikan dalam paragraf [4.8],

[4.22] Menimbang bahwa permohonan yang diajukan oleh Badan Hukum, maka

berdasarkan uraian paragraf [4.19] Pemohon telah menyertakan Akta Pendirian yang

telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah tercatat di

Berita Negara Republik Indonesia telah dibuktikan sesuai dengan paragraf [2.10] dan [2 .11].

[4.23] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.20] sampai dengan paragraf [4.22] Majelis berpendapat Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) dalam sengketa a quo.

C. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Termohon[4.24] Menimbang bahwa kedudukan hukum BPK sebagai Termohon Penyelesaian

Sengketa Informasi Publik dalam sengketa a quo sesungguhnya telah diuraikan dan dipertimbangkan pada bagian “Kewenangan Relatif’ (paragraf [4.12] sampai dengan

paragraf [4.17]). Pertimbangan-pertimbangan tersebut mutatis mutandis berlaku dalam

22

Page 116: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

menguraikan dan mempertimbangkan kedudukan hukum Termohon sebagaimana

dimaksud pada bagian ini (Bagian C. Kedudukan Hukum Termohon).

[4.25] Menimbang bahwa pihak termohon sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 44 ayat (2) UU KIP, yaitu:

Pihak Termohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pimpinan Badan Publik atau pejabat terkait yang ditunjuk yang didengar keterangannya dalam proses pemeriksaan.

[4.26] Menimbang bahwa sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 44 ayat (4) UU KIP, yaitu:

Pemohon Informasi Publik dan Termohon dapat mewakilkan kepada wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.

[4.27] Menimbang bahwa berdasarkan uraian pada paragraf [4.24] sampai dengan

paragraf [4.26] Majelis berpendapat bahwa Termohon yang memiliki tugas dan fungsi

berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) dalam sengketa a quo.

D. Batas Waktu Pengajuan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi.[4.28] Menimbang bahwa Pemohon telah menempuh mekanisme permohonan

informasi dan mengajukan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik

sebagaimana dimaksud pada paragraph [2.2] sampai dengan paragraf [2.6] (Bagian Kronologi)

[4.29] Menimbang ketentuan-ketentuan mengenai jangka waktu dalam prosedur penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagai berikut:

Pasal 22 ayat (1) UU KIP

Setiap Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan permintaan untuk

memperoleh Informasi Publik kepada Badan Publik terkait secara tertulis atau tidak tertulis.

23

Page 117: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Pasal 22 ayat (7) UU KIP

Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, Badan

Publik yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan:

a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak;b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai

informasi yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada di bawah penguasaannya dan Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui keberadaan informasi yang diminta;

c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17;

d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi informasi yang akan diberikan;

e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya;

f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/ataug. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta.

Pasal 22 Ayat (8) UU KIP“Badan Publik yang bersangkutan dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), paling lambat 7 ( tujuh) hari kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis”.

Pasal 36 ayat (1) UU KIP

Keberatan diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ditemukannya alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1).

Pasal 36 ayat (2) UU KIPAtasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan secara tertulis.

Pasal 37 ayat (2) UU KIPUpaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2),

[4.30] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 13 huruf a Perki No. 1 Tahun 2013 mengatur:

Permohonan diajukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak: tanggapan tertulis atas keberatan dari atasan PPID diterima olehPemohon;

24

Page 118: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[4.31] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.28] sampai paragraf [4.30]

Majelis berpendapat bahwa permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang

diajukan Pemohon memenuhi jangka waktu yang ditentukan Pasal 37 ayat (2) UU KIP

jimcto 13 huruf a Perki No. 1 Tahun 2013.

£. Pokok Permohonan

[4.32] Menimbang bahwa pokok permohonan dalam perkara a quo sesungguhnya

adalah Sengketa Informasi Publik antara Pemohon dan Termohon mengenai informasi

yang dimohonkan Pemohon kepada Termohon yakni hasil audit BPK tentang Pembangunan Stadion Hambalang jilid I dan Jilid II berupa berkas hardfile yang telah

dilengkapi dengan pengesahan stampel dan tanda tangan pejabat berwenang.

F. Pendapat Majelis[4.33] Bahwa berdasarkan pertimbangan diatas maka Majelis Komisioner dalam

pokok perkara mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

[4.34] Menimbang bahwa atas Hasil audit BPK tentang Pembangunan Stadion

Hambalang jilid I dan Jilid II, Termohon bependapat bahwa:

1. Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif Hambalang adalah termasuk dalam

dokumen yang dikecualikan oleh BPK RI hal tersebut berdasarkan:

a) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik:

1) Pasal 7 Ayat (1) yang mengatur bahwa Badan Publik wajib

menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik

yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon informasi publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan;

2) Pasal 17, huruf a, angka 1 yang mengatur bahwa setiap Badan

Publik wajib membuka akses bagi setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan Informasi Publik kecuali : Informasi

Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon

Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan hukum,

25

Page 119: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

yaitu informasi yang dapat menghambat proses penyelidikan dan

penyidikan suatu tindak pidana;

b) Peraturan BPK RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Informasi

Publik pada Badan Pemeriksa Keuangan:

Pasal 11, huruf b, angka 2 yang menyebutkan bahwa informasi

publik yang dikecualikan meliputi Laporan Hasil Pemeriksaan yang memuat hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic.

2. bahwa Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif Hambalang merupakan

informasi penting dan rahasia yang digunakan oleh Aparat Penegak

Hukum (APH) dalam melakukan proses penegakan hukum. Hal tersebut

sesuai dengan Keterangan Saksi Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), Salim Riyad dalam Sidang Sengketa Informasi Publik tanggal 2

Juni 2014 dan tanggal 30 Juni 2014 yang menyatakan bahwa :

a) KPK masih mengembangkan proses penyidikan dalam kasus

Hambalang sehingga LHP Investigatif Hambalang masih digunakan sebagai dasar penyidikan;

b) Apabila LHP Investigatif Pembangunan P3SON Hambalang

diketahui oleh publik maka dapat mengganggu proses penegakan

hukum oleh KPK karena LHP Investigatif Hambalang memuat hal-

hal yang dirahasiakan termasuk inisial terdakwa atau pihak-pihak

terkait lainnya, dikhawatirkan pihak-pihak yang terkait dapat

menghilangkan atau menghancurkan barang-barang bukti sebelum dilakukan pemeriksaan oleh KPK;

c) Para terdakwa dalam kasus Hambalang dipersangkakan dengan

pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU No.20

Tahun 2011 Tentang Tindak Pidana Korupsi yang mempersyaratkan

adanya unsur kerugian negara, oleh karena itu keberadaan LHP

Investigatif Pembangunan P3SON Hambalang menjadi unsur pokok mengingat BPK adalah lembaga yang berwenang melakukan penghitungan kerugian negara;

26

Page 120: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

d) Isi dari LHP Investigatif Hambalang menjelaskan secara runtut

mengenai kronologis peristiwa dari hulu ke hilir yang seluruhnya

menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sehingga apabila hanya

dibuka sebagian konten saja, sementara yang lain dianggap rahasia

tidak maka akan tetap berpengaruh terhadap kerahasiaan isi LHP.

3. Bahwa penetapan Laporan Hasil Pemeriksaan yang memuat hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic sebagai informasi yang

dikecualikan dalam Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Informasi Publik pada Badan Pemeriksa Keuangan dilakukan dengan dasar pemikiran yuridis sebagai berikut:

a) bahwa LHP investigatif//razvr/forensic dalam proses penegakan hukum

oleh aparat penegak hukum baik dalam tahap penyidikan maupun tahap

pemeriksaan di Pengadilan dijadikan alat bukti surat. Selanjutnya selain

sebagai alat bukti surat, LHP investigatif//rau<7 forensic menjadi dasar

pemberian keterangan Ahli oleh pemeriksa BPK pada sidang tindak pidana korupsi;

b) Bahwa status LHP investigatif//raw<i forensic sebagai alat bukti surat,

serta keterkaitannya secara langsung dengan alat bukti keterangan ahli

dalam proses hukum acara pidana merupakan implementasi dari Pasal

184 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana yang mengatur perihal alat bukti dalam hukum pidana.

4. Bahwa pemeriksaan investigatif pembangunan P3SON Hambalang

merupakan inisiatif permintaan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

kepada BPK RI sesuai dengan surat Nomor : PW.01/10954/DPR RI/XII/2011 tanggal 16 Desember 2011 tentang audit investigatif terhadap

pelaksanaan Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah

Olahraga Nasional (P3SON), oleh karena itu selain disampaikan kepada

para Aparat Penegak Hukum yaitu KPK, Kepolisian RI dan Kejaksaan

Agung, BPK RI juga menyampaikan laporan hasil pemeriksaan

investigatif P3 SON Hambalang tersebut kepada DPR sebagai inisiator atas

dilakukannya pemeriksaan investigatif pembangunan P3SON Hambalang.

5. bahwa untuk menjamin agar informasi yang dikecualikan ini tidak terbuka ke publik, maka dalam surat penyampaian LHP Investigatif Hambalang

27

Page 121: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

dari BPK RI kepada DPR Nomor 160/S/I/08/2013 tanggal 22 Agustus

2013 tentang LHP Investigatif (Tahap II) Pembangunan P3S0N

Hambalang dinyatakan bahwa : “Mengingat bahwa laporan ini merupakan

hasil pemeriksaan investigatif yang mengandung dugaan unsur pidana dan

saat ini sedang disidik oleh penegak hukum, maka laporan ini bukan

merupakan dokumen publik dan seyogyanya dapat dijaga

kerahasiaannya”. Hal ini menjadi komitmen antar lembaga untuk dapat

menjamin terjaganya informasi yang dikecualikan berupa LHP Investigatif Pembangunan P3SON Hambalang ini.

6. bahwa prinsip keterbukaan informasi terhadap LHP BPK setelah

disampaikan kepada DPR/lembaga perwakilan sebagaimana diatur dalam

Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 merupakan

prinsip umum atas sifat publik seluruh LHP BPK. Bahwa kemudian sifat

LHP BPK yang terbuka untuk publik mendapat pengecualian berdasarkan

azas perundang-undangan Lex specialis derogat legi generalis, yang pada

akhirnya khusus terhadap LHP BPK yang dipergunakan bagi kepentingan

proses penegakan hukum (LHP Investigatif/Frawrf Forensic) harus

dilekatkan sifat dikecualikan dari prinsipnya semula sebagai informasi yang dapat diakses oleh publik.

[4.35] Menimbang bahwa atas hasil audit BPK tentang Pembangunan Stadion Hambalang jilid I dan Jilid II, Pemohon bependapat bahwa:

L UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara Pasal 13 “Pemeriksa dapat melaksanakan

pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian

negara/daerah dan/atau unsur pidana”.

2. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara Pasal 14 “(1) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera melaporkan hal tersebut kepada instansi yang

berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(2) Tata

cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah”

3. Jika ada informasi yang dirahasiakan karena bersifat pro justicia maka

seharusnya BPK menyampaikannya ke KPK, Kepolisian dan Kejaksaan. Penyampaian ke DPR mestinya tidak dalam versi lengkap.

28

Page 122: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

4. Dalam Peraturan BPK No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara, pelaporan ke pihak berwenang dapat disertai dengan

menutup informasi yang masuk dalam kualifikasi rahasia. Namun demikian,

penghapusan atau pengaburan informasi tersebut harus disertai dengan

menjelaskan alasan yuridisnya (lampiran IV paragraf 29-31). Penghapusan

yang tidak disertai alasan yuridis adalah suatu penyesatan informasi.

5. Lampiran IV, VI, VIII, Peraturan BPK No. 01 Tahun 2007; Pelaporan

Informasi Rahasia, “(Par. 29/33/21): ... “Informasi rahasia yang dilarang oleh

ketentuan peraturan per undang-undang an untuk diungkapkan kepada umum

tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan

tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan

tidak dilaporkannya informasi tersebut”.(Par. 30/34/22): ... Situasi lain yang

berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan informasi

tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan...

Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum

mengenai ketentuan permintaan atau keadaan yang menyebabkan tidak

diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil pemeriksaan.

6. Pasal 22 ayat (7) huruf e UU KIP “dalam hal suatu dokumen mengandung

materi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka

informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya”

7. Pasal 2 ayat (4) UU KIP “Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia

sesuai dengan undang-undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan

pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi

diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan saksama

bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya”

9. Pasal 7 ayat (5), UU BPK “Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum”

10. DPR adalah lembaga negara yang berwenang melakukan pengawasan dalam

rangka akuntabilitas politik. Menyerahkan laporan secara lengkap ke DPR akan

menyebabkan tujuan kerahasiaan substansial dari suatu laporan audit

29

Page 123: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

investigasi kehilangan maknanya pada lembaga semacam ini. Tugas DPR

memang bukan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan (pro justicia),

meskipun DPR dapat merekomendasikan tindak lanjut penyidikan ke lembaga

yang berwenang melakukannya. _ "

11. DPR merupakan ruang publik, sehingga penyampaian laporan hasil audit

investigasi membutuhkan prasyarat teknis dan substansial tertentu agar tidak

mengganggu kepastian hukum. Apalagi jika laporan memuat indikasi

keterlibatan anggota DPR. Laporan audit investigasi berbeda dengan laporan

audit reguler yang telah diatur oleh Undang-Undang untuk diserahkan ke DPR.

Penyerahan Laporan Audit investigasi ke pihak berwenang, dalam hal ini DPR,

memerlukan prasyarat tertentu baik dalam prosedur maupun batasan substansi

mengingat sifatnya yang pro justicia.12. Baik Pasal 7 UU BPK, Pasal 14 dan Pasal 17 UU Pemeriksaan Keuangan

Negara, laporan hasil pemeriksaan diserahkan ke lembaga legislatif. Termasuk

untuk laporan hasil pemeriksaan investigative yang besar kemungkinan

mayoritas informasi di dalamnya merupakan informasi terkait penegakan

hukum (pro justicia). Skema pro justicia sepenuhnya merupakan kewenangan

lembaga penegak hukum memiliki forum akuntabilitasnya di pengadilan,

bukan di legislatif yang merupakan forum akuntabilitas poltik. Apalagi pada

pasal 7 ayat (5) UU BPK, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, laporan yang

telah disampaikan ke legislatif bersifat terbuka untuk umum.

[4.36] Menimbang bahwa atas pertimbangan di atas Majelis Komisioner berpendapat

sebagai berikut:1. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (selanjutnya UU nomor 15 tahun 2004) .Dalam Pasal 5 dinyatakan bahwa:

(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan.

(2) Standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh■ BPK, setelah berkonsultasi dengan pemerintah

Pasal 7 _(1) Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan

permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan.(2) Dalam rangka membahas permintaan, saran, dan pendapat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), BPK atau lembaga perwakilan dapat mengadakan pertemuan konsultasi.

30

Page 124: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Pasal 13“Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana”.

Pasal 14(1) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera

melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah”

2. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentangBadan Pemeriksa Keuangan (UU 15 Tahun 2005 tentang BPK).Dalam Pasal 6 dinyatakan bahwa:(1) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

(2) Pelaksanaan pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

(3) Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

(4) Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.

(5) Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan BPK

Pasal 7 ayat (5)Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yangtelah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untukumum.

3. bahwa berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam hal PELAPORAN INFORMASI RAHASIA disebutkan sebagai berikut:

Lampiran IV, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor : 01 Tahun 2007 Tanggal : 7 Maret 2007 Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 03 Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

31

Page 125: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[Paragraf 29] Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah:“Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang- undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”.

[Paragraf 30] Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada umum oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin hanya dapat diberikan kepada pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mempunyai kewenangan untuk mengetahuinya. Situasi lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Sebagai contoh, informasi rinci tentang pengamanan komputer untuk suatu program dapat dikeluarkan dari pelaporan publik guna mencegah penyalahgunaan informasi tersebut. Dalam situasi tersebut, BPK dapat menerbitkan satu laporan resmi yang berisi informasi di atas dan mendistribusikannya kepada pihak yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum mengenai ketentuan, permintaan atau keadaan yang menyebabkan tidak diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil pemeriksaan.

[Paragraf 31] Pertimbangan Pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya informasi tertentu tersebut harus mengacu kepada kepentingan publik. Jika situasi mengharuskan penghilangan informasi tertentu, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat mengganggu hasil pemeriksaan atau melanggar hukum. Jika pemeriksa memutuskan untuk menghilangkan informasi tertentu, pemeriksa harus menyatakan sifat informasi yang dihilangkan dan alasan penghilangan tersebut.

PENERBITAN DAN PENDISTRIBUSIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

[Paragraf 32] Pernyataan standar pelaporan tambahan keenam adalah: “Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

[Paragraf 33] Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihak- pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan hasil pemeriksaan tersebut.

32

Page 126: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[Paragraf 34] Apabila akuntan publik atau pihak lain yang ditugasi untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan, akuntan publik atau pihak lain tersebut harus memastikan bahwa laporan hasil pemeriksaan didistribusikan secara memadai. Jika akuntan publik tersebut ditugasi untuk mendistribusikan laporan hasil pemeriksaannya, maka perikatan/penugasan tersebut harus menyebutkan pihak yang harus menerima laporan hasil pemeriksaan tersebut.

[Paragraf 35] Apabila suatu pemeriksaan dihentikan sebelum berakhir, namun pemeriksa tidak mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus membuat catatan yang mengikhtisarkan hasil pekerjaannya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan alasan penghentian pemeriksaan. Pemeriksa juga harus mengkomunikasikan secara tertulis alasan penghentian pemeriksaan tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa, entitas yang meminta pemeriksaan tersebut, atau pejabat lain yang berwenang.

Lampiran VI, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Nomor : 01 Tahun 2007 Tanggal : 7 Maret 2007, Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 05 Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja

PELAPORAN INFORMASI RAHASIA

[Paragraf 33] Apabila informasi tertentu dilarang diungkapkan kepada umum, laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang dihilangkan tersebut dan ketentuan yang melarang pengungkapan informasi tersebut.

[Paragraf 34] Beberapa informasi tertentu tidak dapat diungkapkan kepada umum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau keadaan khusus lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan publik. Misalnya, temuan terinci mengenai pengamanan aktiva maupun sistem informasi dapat dikecualikan dari laporan hasil pemeriksaan yang dapat diakses oleh publik karena berpotensi terjadinya penyalahgunaan informasi tersebut. Dalam situasi tersebut, BPK dapat menerbitkan laporan terpisah yang memuat informasi dimaksud dan didistribusikan kepada kalangan tertentu yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan peraturan 10 perundang- undangan yang berlaku. Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum mengenai ketentuan, permintaan atau keadaan yang menyebabkan tidak diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil pemeriksaan.

[Paragraf 35] Pertimbangan pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya informasi tertentu tersebut harus mengacu kepada kepentingan publik. Jika situasi mengharuskan penghilangan informasi tertentu, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat mengganggu hasil pemeriksaan atau melanggar hukum. Jika pemeriksa memutuskan untuk menghilangkan informasi tertentu, pemeriksa harus menyatakan sifat informasi yang dihilangkan dan alasan penghilangan tersebut.

33

Page 127: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Lampiran VIII Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor : 01 Tahun 2007 Tanggal : 7 Maret 2007 Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 07 Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

PELAPORAN INFORMASI RAHASIA

[Paragraf 21 ] Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah: “Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang- undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”.

[Paragraf 22] Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada umum oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin hanya dapat diberikan kepada pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mempunyai kewenangan untuk mengetahuinya. Situasi lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Sebagai contoh, informasi rinci tentang pengamanan komputer untuk suatu program dapat dikeluarkan dari pelaporan publik guna mencegah penyalahgunaan informasi tersebut. Dalam situasi tersebut, BPK dapat menerbitkan satu laporan resmi yang berisi informasi di atas dan mendistribusikannya kepada pihak yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum mengenai ketentuan permintaan atau keadaan yang menyebabkan tidak diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil pemeriksaan.

[Paragraf 23] Pertimbangan pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya informasi tertentu tersebut harus mengacu kepada kepentingan publik. Jika situasi mengharuskan penghilangan informasi tertentu, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat mengganggu hasil pemeriksaan atau melanggar hukum. Jika pemeriksa memutuskan untuk menghilangkan informasi tertentu, pemeriksa harus menyatakan sifat informasi yang dihilangkan dan alasan penghilangan tersebut.

PENERBITAN DAN PENDISTRIBUSIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

[Paragraf 24] Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah: “Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku”.

34

Page 128: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[Paragraf 25] Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihak- pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan tersebut.

[Paragraf 26] Walaupun SPAP meminta suatu laporan perikatan atestasi untuk mengevaluasi suatu asersi berdasarkan kriteria yang disepakati atau penerapan suatu prosedur yang disepakati harus memuat pernyataan yang membatasi penggunaannya kepada pihak-pihak yang telah menyepakati kriteria dan prosedur tersebut, tetapi pernyataan tersebut tidak membatasi pendistribusian laporan.

[Paragraf 27] Apabila akuntan publik atau pihak lain yang ditugasi untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan, akuntan publik atau pihak lain tersebut harus memastikan bahwa laporan hasil pemeriksaan didistribusikan secara memadai. Jika akuntan publik tersebut ditugasi untuk mendistribusikan laporan hasil pemeriksaannya, maka perikatan/penugasan tersebut harus menyebutkan pihak yang harus menerima laporan hasil pemeriksaan tersebut.

[Paragraf 28] Apabila suatu pemeriksaan dihentikan sebelum berakhir, tetapi pemeriksa tidak mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus membuat catatan yang mengikhtisarkan hasil pemeriksaannya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan alasan penghentian pemeriksaan. Pemeriksa juga harus mengkomunikasikan secara tertulis alasan penghentian pemeriksaan tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa, entitas yang meminta pemeriksaan tersebut, atau pejabat lain yang berwenang.

[Paragraf 29] Apabila akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan untuk dan atas nama BPK berpendapat bahwa pemeriksaan harus dihentikan sebelum berakhir maka akuntan publik atau pihak lain tersebut wajib mengkonsultasikan pendapatnya tersebut terlebih dahulu kepada BPK. Selanjutnya, BPK akan memutuskan apakah pemeriksaan harus dilanjutkan atau dihentikan.

4. bahwa berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Informasi Publik pada Badan Pemeriksa Keuangan (Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2011).Dalam Pasal 6 dinyatakan bahwa:Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala meliputi:

a. Laporan Hasil Pemeriksaan yang telah disampaikan kepada DPR, DPD, dan DPRD;

b. Evaluasi BPK terhadap pelaksanaan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik beserta laporan hasil pemeriksaannya yang telah disampaikan kepada DPR, DPD, dan DPRD; dan

c. informasi publik lainnya.

35

Page 129: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Pasal 7Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi:

a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara/Daerah, dan Laporan Keuangan;

b. Badan/Lembaga lain yang mengelola Keuangan Negara/Daerah;c. Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja;d. Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu; dane. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester.

Pasal 11Informasi Publik yang dikecualikan meliputi:

a. informasi terkait dengan proses pemeriksaan atau proses evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan huruf b;

b. Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan huruf b yang memuat:1. rahasia negara;2. hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic;

dan3. informasi publik yang menurut Undang-Undang Keterbukaan

Informasi Publik dikecualikan untuk dipublikasikan;c. informasi publik yang dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 3 meliputi:1. informasi publik yang apabila dibuka dapat menghambat proses

penegakan hukum;2. informasi publik yang dapat mengganggu kepentingan perlindungan

atas hak kekayaan intelektual atau persaingan usaha tidak sehat;3. informasi publik yang terkait dengan strategi, intelijen, dan sistem

pertahanan dan keamanan negara;4. informasi publik yang mengungkapkan kekayaan alam negara

Indonesia;5. informasi publik yang apabila dibuka dapat merugikan ketahanan

ekonomi nasional, antara lain pengawasan terhadap perbankan, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya;

6. informasi publik yang apabila dibuka dapat mengganggu hubungan luar negeri; dan

7. informasi yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang; dan/atau informasi yang menurut undang-undang tidak boleh diungkapkan;

d. pedoman pemeriksaan yang meliputi pedoman, standar, panduan, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, prosedur operasional standar, dan seri panduan yang berlaku di lingkungan BPK;

e. memorandum atau surat-surat antara BPK dengan Badan Publik lainnya atau disposisi dan nota dinas internal BPK yang menurut sifatnya dirahasiakan;

f. data pribadi pejabat dan pegawai di lingkungan BPK; dan informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan hal diatas Majelis Komisioner berpendapat bahwa Termohon telah

memiliki mekanisme perlakuan atas informasi dikecualikan atau dirahasiakan,

36

Page 130: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

sehingga pada saat mendistribusikan informasi yang mengadung informasi

dikecualikan Termohon seharusnya dapat lebih cermat dalam mengklasifikasikan

dokumen yang mengandung unsur informasi dikecualikan. Dengan demikian

Termohon dalam menyampaikan informasi a quo seharusnya dapat dibedakan antara

yang disampaikan kepada pihak aparat penegak hukum (KPK RI, POLRI dan

Kejaksaan Agung) dengan dokumen yang disampaikan kepada bukan aparat penegak

hukum (DPR RI), sehingga penolakan pemberian informasi oleh Termohon menjadi tidak relevan dan sepatutnya ditolak.

[4.37] Menimbang berdasarkan ketentuan Pasal 13 dan Pasal 14 UU Nomor 15 Tahun

2004 jo Pasal 11 Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2011 dan Pasal 17 huruf (a) UU KIP

Majelis Komisioner berpendapat bahwa pada laporan hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic adalah dokumen yang dikecualikan sedangkan

didalam laporan tersebut terdapat informasi tentang adanya dugaan tindak pidana,

sehingga yang berwenang mengetahui atau mengakses hanya aparat penegak hukum.

Sedangkan berdasarkan Pasal 9 UU KIP jo Pasal 7 ayat (5) UU 15 Tahun 2005

tentang BPK jo Pasal 6 Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2011 Laporan Hasil

Pemeriksaan yang telah disampaikan kepada DPR, DPD, dan DPRD adalah informasi

terbuka dan dapat diakses oleh publik. Dengan demikian Majelis Komisoner

berpendapat bahwa Laporan hasil pemeriksaan merupakan laporan terbuka setelah

disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Sehingga penolakan informasi oleh Termohon menjadi tidak relevan dan sepatutnya ditolak

[4.38] Menimbang bahwa dalam laporan hasil audit BPK tentang Pembangunan Pusat

Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Stadion Hambalang

jilid I dan Jilid II diawali dari adanya permintaan audit investigatif pimpinan DPR RI

kepada Termohon (vide kesimpulan dan keterangan Termohon), setelah melakukan

audit investigatif Termohon menemukan adanya dugaan tindak pidana atas proyek

pembangunan Stadion Hambalang jilid I dan jilid II. Selanjutnya pihak Termohon

menyampaikan dokumen LHP investigatif (tahap II) Pembangunan Pusat Pelatihan

Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang kepada pihak DPR RI, KPK, Kejaksaan Agung RI dan Kepolisian RI dengan sifat rahasia dan dokumen

tersebut diterima dalam bentuk yang sama (vide keterangan Termohon dan hasil

pemeriksaan setempat). Bahwa atas hal tersebut Majelis Komisioner berpendapat

3 7

Page 131: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

seharusnya Termohon menyajikan dokumen dalam format a quo hanya kepada

penegak hukum (KPK, Kejaksaan Agung RI dan Kepolisian RI). Sedangkan format

informasi yang disampaikan kepada pihak bukan aparat penegak hukum (DPR RI)

hanya terkait hasil investigatif tanpa mengandung unsur informasi dikecualikan.

Sehingga penolakan informasi oleh Termohon menjadi tidak relevan dan sepatutnya

ditolak.[4.39] Menimbang bahwa dalam setiap pengelolaan dokumen hasil pemeriksaan yang

di sampaikan ke DPR merupakan informasi terbuka (vide Pasal 7 ayat (5) Undang-

undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan) namun apabila

dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera melaporkan hal tersebut

kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan (vide Pasal 14 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan) dalam hal Majelis Komisioner berpendapat bahwa yang

berwenang untuk mendapatkan laporan pemeriksaan yang ditemukan unsur pidana

adalah hanya aparat penegak hukum dalam hal ini adalah KPK, Kejaksaan Agung RI

dan Kepolisian RI. Sehingga penolakan informasi oleh Termohon menjadi tidak

relevan dan sepatutnya ditolak

[4.40] Menimbang bahwa dalam keterangan tertulis DPR RI yang pada pokoknya bahwa:

1. bahwa benar DPR RI meminta BPK untuk melakukan audit investigatif terhadap pelaksanaan pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor.

2. bahwa DPR RI telah menerima hasil audit BPK.3. bahwa hasil audit investigatif BPK diserahkan kepada pimpinan Komisi X

DPR RI dan pimpinan BAKN (Badan Akuntabilitas Keuangan Negara), namun sesuai dengan ketentuan Pasal 17 huruf a UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, informasi tersebut termasuk kategori Informasi Publik yang dikecualikan dan dokumen tersebut telah disampaikan ke KPK, maka pengelolaanya ada pada KPK.

[4.41] Menimbang bahwa dalam fakta persidangan saksi dari KPK pada pokoknya menerangkan bahwa penyidikan KPK akan terhambat jika dokumen LHP tersebut terakses oleh publik karena dalam LHP tahap pertama maupun LHP tahap kedua sudah menyebutkan pihak terkait yang perlu didalami keterlibatannya dalam kasus Hambalang.

[4.42] Menimbang bahwa berdasarkan keterangan tertulis DPR RI yang menyatakan

bahwa:

38

Page 132: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

1. bahwa benar DPR RI meminta BPK untuk melakukan audit investigatif

terhadap pelaksanaan pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor.

2. bahwa DPR RI telah menerima hasil audit BPK.

3. bahwa hasil audit investigatif BPK diserahkan kepada pimpinan Komisi X

DPR RI dan pimpinan BAKN (Badan Akuntabilitas Keuangan Negara),

[4.43] Menimbang bahwa dalam penyajian dokumen dikecualikan di Badan Publik Termohon telah diatur dalam:

1. Paragraf 29 sampai dengan Paragraf 35, Lampiran IV, Peraturan Badan

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor : 01 Tahun 2007 Tanggal : 7

Maret 2007 Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 03 Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan;

2. Paragraf 33 sampai dengan Paragraf 35, Lampiran VI, Peraturan Badan

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Nomor : 01 Tahun 2007 Tanggal : 7

Maret 2007, Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 05 Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja;

3. Paragraf 21 sampai dengan Paragraf 29, Lampiran VIII Peraturan Badan

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor: 01 Tahun 2007 tentang

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Tanggal : 7 Maret 2007 Standar

Pemeriksaan Pernyataan Nomor 07 Standar Pelaporan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu, dan;

4. Pasal 7 dan Pasal 11 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Informasi Publik pada Badan Pemeriksa Keuangan.

Maka Termohon harus hati-hati dan cermat dalam menghasilkan, mengolah,

mengelola dan menyajikan dokumen hasil pemeriksaan investigatif yang memuat

informasi dikecualikan. Informasi yang mengandung informasi dikecualikan tidak dapat diberikan kepada pihak selain pihak yang memiliki kewenangan.

[4.44] Menimbang bahwa penyajian atau penyampaian informasi yang mengandung

unsur dikecualikan tetap berprinsip pada setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan

saksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan Informasi Publik tersebut dikecualikan untuk diakses oleh publik.

39

Page 133: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[4.45] Menimbang bahwa dengan adanya fakta persidangan dan uraian paragraf [4.40]

sampai dengan paragraf [4.44] bahwa Termohon menyampaikan informasi yang

dikecualikan kepada pihak yang tidak berwenang menjadikan relevansi pengecualian

atas informasi tersebut menjadi tidak ada, dengan demikian Majelis berpendapat

penolakan informasi oleh Termohon menjadi tidak relevan dan sepatutnya ditolak.

[4.46] Menimbang bahwa Termohon dalam mengelola informasi a quo dimana

informasi tersebut mengandung informasi yang dikecualikan, maka seharusnya dalam

menyajikan informasi tersebut Termohon dapat dengan mengaburkan atau menutup

dokumen yang mengandung informasi yang dikecualikan. Sebagai ilustrasi perlakuan dan pengamanan dokumen yang dikecualikan sebagaimana yang dilakukan oleh

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI, dalam konteks ini misalnya dokumen

Soal-soal Ujian Nasional. Sejak masa proses pembuatan soal, telah dilakukan dengan

sangat hati-hati, melalui pengumpulan bank soal sampai dengan penyusunan,

pembuatan dan penggandaan soal yang dilakukan secara rahasia dengan pemberian

kode-kode tertentu, serta pada saat pendistribusian soal yang melibatkan pengamanan

dari pihak kepolisian, hingga selanjutnya pada saat pelaksanaan ujian juga melibatkan

pengawas-pengawas, baik dari unsur pemerintah atau pihak-pihak lain yang telah

ditentukan melalui surat keputusan tertentu, bahkan sampai dengan selesainya ujian

dilaksanakan, soal ujian tersebut masih dikumpulkan kembali oleh pengawas dan

panitia ujian untuk diamankan dalam pengelolaaannya. (fakta persidangan putusan

Nomor: 244/VII/KIP-PS-M-A/2012 antara ICW dan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dan Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional Sekolah Menengah

Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, Dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun pelajaran 2011/2012)

[4.47] Menimbang bahwa seharusnya dalam pengelolaan informasi yang dikecualikan

Badan Publik harus cermat dan teliti, baik dalam tahap pembuatan, penyimpanan,

pengiriman maupun pengelolaannya, maka menjadi sangat penting bagi Badan Publik memiliki standar operasional prosedur untuk pengelolaan informasi atau dokumen

yang dikecualikan atau yang dinyatakan oleh badan publik mengandung unsur-unsur yang dikecualikan.

40

Page 134: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

[4.48] Menimbang bahwa dengan ditolaknya alasan pengecualian dari Termohon oleh

Majelis Komisioner, maka kerahasiaan atas dokumen a quo menjadi tidak relevan

sehingga sepatutnya Termohon memberikan informasi a quo.

5.KESIMPULAN

[5.1] Berdasarkan seluruh uraian dan fakta hukum di atas, Majelis Komisioner berkesimpulan:

1. Komisi Informasi Pusat berwenang untuk menerima, memeriksa dan memutus permohonan a quo.

2. Pemohon memiliki kedudukan hukum {legal standing) untuk mengajukan permohonan dalam sengketaa quo.

3. Termohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) sebagai Termohon

dalam sengketa a quo.

4. Jangka waktu permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang

diajukan Pemohon telah sesuai dengan ketentuan UU KIP dan Perki No. 1

Tahun 2013.

6. AMAR PUTUSAN

Memutuskan,

[6.1] Menyatakan permohonan informasi Pemohon berupa informasi yang

dimohonkan yaitu hasil audit BPK tentang Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Stadion Hambalang jilid I dan Jilid II

berupa berkas hardfile yang telah dilengkapi dengan pengesahan stempel dan tanda tangan pejabat berwenang adalah informasi terbuka.

[6.2] Memerintahkan kepada Termohon untuk memberikan informasi sebagaimana

tersebut dalam paragraf [6.1] kepada Pemohon selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak putusan ini diterima Termohon;

41

Page 135: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Komisioner yaitu John

Fresly selaku Ketua merangkap Anggota, Abdulhamid Dipopramono dan Yhannu

Setyawan masing-masing sebagai Anggota, pada hari Senin, tanggal 22 September

2014 dengan adanya dissenting opinion oleh Komisioner John Fresly dan diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Senin, tanggal 20 Oktober 2014 oleh

Majelis Komisioner yang nama-namanya tersebut di atas, dengan didampingi oleh Ramlan Achmad sebagai Panitera Pengganti dan dihadiri oleh

Anggota Majelis

(AbdulhamicP©ipo[ ramono)

Anggota Majelis

Panitera Pengganti

(Ramlan Achmad)

42

Page 136: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

7. P E N D A P A T B E R B E D A ( D I S S E M I N G O P I X I O .X )

[7.1] Pendapat Berbeda dinyatakan oleh Majelis Komisioner John Fresly sebagai

berikut:

[7.2] Menimbang bahwa dalam anotasi UU KIP diuraikan bahwa Informasi Publik

yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas, dan tidak mutlak / tidak permanen.Meskipun pada dasarnya informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses, namun dalam praktek tidak semua informasi dapat dibuka. Ada informasi tertentu yang apabila dibuka dapat menimbulkan kerugian atau bahaya bagi kepentingan publik maupun kepentingan yang sah dilindungi oleh UU. Namun prinsipnya, pengecualian informasi publik tersebut haruslah untuk melindungi kepentingan publik itu sendiri.

Pengecualian informasi bersifat ketat mengindikasikan bahwa UU KIP menghendaki adanya dasar keputusan yang obyektif dalam melakukan pembatasan melalui pengecualian informasi. Sifat ketat juga menghendaki pengecualian informasi harus dilakukan secara teliti dan cermat. Untuk itu, UU ini memperkenalkan uji konsekuensi bahaya (consequential harm test) dan uji kepentingan publik (balancing public interest test).

Uji konsekuensi bahaya mewajibkan agar Badan Publik dalam menetapkan informasi yang dikecualikan mendasarkan pada pertimbangan bahwa apabila informasi tersebut dibuka, maka akan menimbulkan kerugian atau bahaya bagi kepentingan publik maupun kepentingan yang dilindungi oleh hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 19. Sedangkan uji kepentingan publik mewajibkan agar Badan Publik membuka informasi yang dikecualikan jika kepentingan publik yang lebih besar menghendaki atau sebaliknya sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Ayat (4).

Pembatasan terhadap informasi yang dikecualikan/kerahasiaan - sebagai pembatasan hak akses - sebagaimana diatur dalam UU KIP ini dapat dilihat dari segi:a) obyek informasinya, misalnya dengan kewajiban melakukan

penghitaman/pengaburan terhadap informasi yang dikecualikan (lihat Pasal 21 Ayat (7) huruf e UU KIP) dan masa keberlakukannya sehingga memunculkan aturan masa retensi sebagaimana diatur pada Pasal 20 UU KIP; dan

b) proses/cara penetapan informasi rahasia, misalnya dalam menetapkan sebagai informasi rahasia harus melalui pertimbangan-pertimbangan yang obyektif mengacu pada UU KIP. Lihat Pasal 2 Ayat (4) dan Pasal 19 UU KIP,

Pengecualian informasi bersifat tidak mutlak/permanen artinya bahwa tidak ada pengecualian informasi berlaku selama-lamanya. Pengecualian informasi harus dapat dibuka apabila dikehendaki oleh kepentingan publik yang lebih besar sebagaimana dijelaskan di atas. Selain itu, pengecualian informasi juga harus memiliki masa retensi. Ketentuan masa retensi ini diatur dalam Pasal 2 UU KIP dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang peraturan pelaksanaan UU KIP

Yang dimaksud dengan “konsekuensi yang timbul” adalah konsekuensi yang membahayakan kepentingan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang ini apabila suatu Informasi dibuka. Suatu Informasi yang dikategorikan terbuka atau tertutup

4 3

Page 137: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

suatu Informasi dibuka. Suatu Informasi yang dikategorikan terbuka atau tertutup harus didasarkan pada kepentingan publik. Jika kepentingan publik yang lebih besar dapat dilindungi dengan menutup suatu Informasi, Informasi tersebut harus dirahasiakan atau ditutup dan/atau sebaliknya. (Anotasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat Republik Indoensia bekerja sama dengan Indonesian Center for Environmental law (ICEL), Yayasan TIFA, Jakarta, 2009, halaman!4)

[7.3] Menimbang bahwa dalam laporan hasil hasil audit BPK tentang Pembangunan

Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Stadion Hambalang jilid I dan Jilid II diawali dari adanya permintaan audit investigatif

pimpinan DPR RI kepada Termohon (vide kesimpulan dan keterangan Termohon),

setelah melakukan audit investigatif Termohon menemukan adanya dugaan tindak

pidana atas proyek pembangunan Stadion Hambalang jilid I dan Jilid II. Selanjutnya

pihak Termohon menyampaikan dokumen LHP investigatif (tahap II) Pembangunan

Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang

kepada pihak DPR RI, KPK, Kejaksaan Agung RI dan Kepolisian RI dengan sifat

rahasia dan dokumen tersebut diterima dalam bentuk yang sama (vide keterangan

Termohon dan hasil pemeriksaan setempat).

[7.4] Menimbang bahwa Informasi Publik yang apabila dibuka atau diberikan dapat

menghambat proses penegakan hukum di dalam dokumen LHP investigatif (tahap II)

Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON)

Hambalang adalah informasi menyangkut inisial nama-nama yang diduga melakukan

tindakan pidana dan informasi yang berkaitan dengan proses analisa atas hasil

pemeriksaan dokumen a quo.

[7.5] Menimbang bahwa berdasarkan penjelasan pada paragraf [7.4], dengan

diterimanya dokumen LHP Investigatif (tahap II) Pembangunan P3SON Hambalang

yang bersifat rahasia oleh pihak aparat penegak hukum (KPK RI, Polri, Kejaksaan

Agung RI) dan bukan aparat penegak hukum (DPR RI) dalam format yang sama maka

derajat kerahasiaannya menjadi tereduksi. Majelis Komisioner John Fresly berpendapat bahwa hal ini tidak menghilangkan sifat kerahasiaannya namun tidak

semua informasi yang terkandung di dalam dokumen a quo dikecualikan.

[7.6] Menimbang bahwa penyerahan dokumen LHP investigatif BPK kepada DPR sebagai institusi yang bukan aparat penegak hukum suatu Informasi Publik

4 4

Page 138: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

dikecualikan yang menurut sifatnya dirahasiakan, tidak menghilangkan sifat rahasia

dari informasi yang dikecualikan tersebut sepanjang masa retensinya belum berakhir.

[7.7] Menimbang bahwa kepentingan Pemohon untuk mengatasnamakan kepentingan

publik tidak dijelaskan dalam persidangan sehingga uji kepentingan publik terhadap

dokumen LHP yang dikecualikan oleh Termohon tidak perlu dilakukan.

[7.8] Menyatakan informasi dokumen LHP investigatif (tahap II) Pembangunan

P3SON Hambalang merupakan informasi dikecualikan untuk sebagian.

[7.9] Memerintahkan kepada Termohon untuk memberikan dokumen resmi dokumen

LHP investigatif tahap I dan tahap II Pembangunan P3SON Hambalang dengan

menghitamkan atau mengaburkan bagian yang menyebutkan atau memuat inisial

nama-nama yang diduga melakukan tindakan pidana dan informasi yang berkaitan

dengan proses analisa atas hasil pemeriksaan dokumen a quo.

4 5

Page 139: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Untuk salinan Putusan ini sah dan sesuai dengan aslinya diumumkan kepada

masyarakat berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik dan Pasal 59 ayat (4) dan ayat (5) Peraturan Komisi Informasi

Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

Jakarta, Oktober 2014

Panitera Pengganti

(Ramlaii Achmad)

46

Page 140: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A NNOMOR : 226/G/2014/PTUN-JKT

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA

ESA

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, yang memeriksa, memutus dan

menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara

sederhana telah memutuskan dengan pertimbangan-pertimbangan seperti tersebut

dibawah ini, dalam perkara antara : -------------------------------------

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini

diwakili oleh HENDAR RISTRIAWAN, S.H.,M.H., bertindak dalam

jabatan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia dalam perkara ini merupakan Atasan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi (PPID) BPK RI, berdasarkan Surat Kuasa

tertanggal 7 Nopember 2014, dalam hal ini memberikan kuasa kepada :

----------------------------------------

1. Akhmad Anang Hernady, S.H. ; ---------------------------------------

2. Herry Riyadi, S.H.,M.Si. ; -------------------------------------------------

3. Wahyu Priyono, S.E.,M.M. ; ---------------------------------------------

4. Handrias Haryotomo, S.H.,M.H. ; --------------------------------------

5. Dian Rosdiana, S.H.,M.H. ; ----------------------------------------------

6. Gilang Gumilang, S.Ikom. ; ----------------------------------------------

7. Arwi Dian Pangesti, S.Sos. ; ---------------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 141: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

8. W. Karana Andika, S.H. ; -------------------------------------------------

9. Niken Widorini, S.H. ; ------------------------------------------------------

10. Kris Yudha Bhakti Pasha, S.H. ; --------------------------------------

11. Yosua Ongko Yuwono, S.H. ; -----------------------------------------

12. Agnes Pembriarni Nuryuaningdiah, S.H. ; --------------------------

Kesemuanya adalah Pegawai BPK RI, beralamat di Jalan Gatot

Subroto, No. 31, Jakarta pusat 10210, selanjutnya disebut

sebagai ............................................ PEMOHON KEBERATAN ;

L A W A N :

PUSAT TELAAHAN DAN INFORMASI REGIONAL (PATTIRO), berkedudukan

di Jalan Intan No. 81, Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430, dalam hal

ini memberikan kuasa kepada : -----------------------------

1. Ari Setiawan ; ---------------------------------------------------------------

2. Feri Norviandi ; -------------------------------------------------------------

3. Nanda Octrina Lamtiur ; -------------------------------------------------

4. Bejo Untung ; ---------------------------------------------------------------

Kesemuanya Perwakilan Yayasan Pusat Telaah dan Informasi

Regional (PATTIRO), beralamat Jalan Intan Nomor 81, Cilandak

Barat, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 215/

EKS.PTIR/DE/I/2015, tertanggal 5 Januari 2015, selanjutnya disebut

sebagai .......... TERMOHON KEBERATAN ;

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tersebut telah membaca : ------------------

2

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 142: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor :

226/PEN-MH/2014/PTUN.JKT tanggal 23 Desember 2014, tentang Penunjukan

Majelis Hakim yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tersebut ;

--------------------------------------------------------------------------

- Surat Penetapan Panitera Nomor : 226/G/2014/PTUN-JKT tertanggal 23

Desember 2014, tentang Penunjukan Panitera Pengganti ; -----------------------

- Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor :

226/PEN-HS/2014/PTUN-JKT, tertanggal 23 Desember 2014, tentang Penetapan

Hari Sidang yang pertama yang dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2014 ;

-------------------------------------------------------------------

- Telah membaca berkas perkara dalam sengketa yang bersangkutan ; -------

- Telah membaca Berita Acara Persidangan dalam sengketa yang bersangkutan ;

--------------------------------------------------------------------------------

TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Pemohon telah mengajukan keberatan terhadap

Termohon dengan surat keberatannya tertanggal 7 Nopember 2014 yang diterima dan

didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 10

Nopember 2014, dengan Register Perkara Nomor : 226/G/2014/PTUN-JKT, sebagai

berikut : --------------------------------------------------

Pokok Sengketa Informasi

Bahwa yang menjadi pokok sengketa informasi dalam putusan Komisi Informasi Pusat

a quo adalah (vide paragraf [4.32] halaman 25 putusan Komisi Informasi Pusat) adalah

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 143: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif BPK RI atas Pembangunan Pusat Pendidikan

Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional di Hambalang, Bogor Nomor 192/HP/

XVI/08/2013 tanggal 23 Agustus 2013 (LHP Investigatif Hambalang) yang telah

dilengkapi dengan pengesahan stempel dan tandatangan pejabat berwenang ;

--------------------------

Amar Putusan Komisi Informasi Pusat

Bahwa amar Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor : 364/XI/KIP-PS-A/2013

(Putusan KIP) tanggal 20 Oktober 2014 menyatakan sebagai berikut : -----------

[6.1] Menyatakan permohonan informasi Pemohon berupa informasi yang

dimohonkan yaitu hasil audit BPK tentang Pembangunan Pusat Pelatihan

Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Stadion Hambalang jilid

I dan Jilid II berupa berkas hardfile yang telah dilengkapi dengan pengesahan

stempel dan tandatangan pejabat berwenang adalah informasi terbuka ;

-------------------------------------------------------------

[6.2] Memerintahkan kepada Termohon untuk memberikan informasi sebagai

tersebut dalam paragraf [6.1] kepada Pemohon selambat-lambatnya 14 (empat

belas) hari kerja sejak putusan ini diterima Termohon ; --------------

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta berwenang untuk mengadili sengketa yang

diajukan oleh Pemohon Keberatan

1 Bahwa Pemohon Keberatan adalah Badan Publik Negara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 angka 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik jo. Pasal 1 angka 8 Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 02 Tahun 2011

tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Pengadilan, yang

4

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 144: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menentukan bahwa lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif dan badan lainnya yang

fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang sebagian

atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

dan / atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi non

pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri ;

-----------------------------------------------------

2 Bahwa berdasarkan Pasal 60 Ayat (1) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun

2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik menyatakan bahwa

Pemohon dan/atau Termohon yang tidak menerima putusan Komisi Informasi dapat

mengajukan keberatan secara tertulis ke pengadilan yang berwenang;

------------------------------------------------------------

3 Bahwa Pemohon Keberatan adalah BPK RI yang dibentuk oleh Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), yaitu lembaga yang fungsi dan

tugas pokoknya memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ;

---------------------------------------------------

Bahwa Pasal 23E Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945 (UUD 1945) menyatakan : ------------------------------------------

“Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara

diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri” ;

-------------------------------------------------------------------------------------

Selanjutnya ditegaskan dalam Undang-Undang bahwa :

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 145: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Dalam Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, yang

menyatakan : ------------------------------------------------------

“BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara” ; ---------------------------------------------------------

2 Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan yang menyatakan : ---------------------------

“BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam

memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara” ;

-------------------------------------------------------------------------------

1 Bahwa sumber pembiayaan Pemohon Keberatan berasal dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang menyatakan :

----------------------------------------------------------

“Anggaran BPK dibebankan pada bagian anggaran tersendiri dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara” ; --------------------------------------

2 Bahwa tempat dan kedudukan Pemohon Keberatan adalah di ibukota negara di

Jakarta, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2006

tentang Badan Pemeriksa Keuangan ; --------------------------

Bahwa dengan demikian, sesuai dengan ketentuan Pasal 47 dan Pasal 48 UU Nomor 14

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik jo. Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan

Mahkamah Agung RI Nomor 02 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa

Informasi Publik, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta berwenang untuk mengadili

sengketa a quo ; -----------------------------------

6

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 146: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Jangka Waktu Pengajuan Keberatan

Bahwa Pemohon Keberatan menerima salinan Putusan KIP a quo pada tanggal 27

Oktober 2014. Dengan demikian pengajuan permohonan keberatan atas Putusan KIP

masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 48 Ayat (1) UU

Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik jo. Pasal 4 Ayat (2)

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 02 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian

Sengketa Informasi Publik di Pengadilan, yaitu 14 (empat belas) hari kerja sejak salinan

putusan Komisi Informasi diterima Pemohon Keberatan berdasarkan tanda bukti

penerimaan ; ---------------

Bahwa alasan-alasan dan dasar-dasar hukum yang mendasari Pemohon Keberatan

mengajukan Keberatan adalah sebagai berikut : ---------------------------

I. Awal Sengketa Informasi Keberatan a quo

1. Bahwa Perkara Sengketa Informasi ini berawal dari permohonan Termohon

Keberatan melalui surat Nomor 135/EKS.PTR/SEK-FOINI/VIII/2013

tanggal 28 Agustus 2013 perihal permohonan informasi terkait hasil audit

BPK tentang pembangunan stadion Hambalang dan surat Nomor 146/

EKS.PTR/SEK-FOINI/IX/2013 tanggal 12 September 2013 perihal

keberatan atas penolakan informasi yang ditujukan kepada Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi/PPID BPK RI ;

-------------------------------------------------

2. Atas permohonan Termohon Keberatan tersebut, Pemohon Keberatan telah

menyampaikan tanggapan bahwa tidak dapat memenuhi permintaan karena

LHP Investigatif Hambalang termasuk informasi yang dikecualikan, melalui

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 147: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

surat nomor 201/S/X/09/2013 tanggal 2 September 2013 dan surat nomor

515/S/X/10/2013 tanggal 24 Oktober 2013 ; -----------------------------

3. Bahwa Pemohon Keberatan tidak dapat memenuhi permintaan dari

Termohon Keberatan karena informasi yang dimintakan Tergugat yaitu LHP

Investigatif Hambalang adalah termasuk dalam informasi yang dikecualikan

oleh BPK RI berdasarkan : -----

a. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik : ---------------------------------------------------------------------

1) Pasal 7 Ayat (1) yang mengatur bahwa Badan Publik wajib

menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik

yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon informasi

publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan ;

--------------------------

2) Pasal 17 huruf a angka 1 yang mengatur bahwa setiap badan publik

wajib membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk

mendapatkan informasi publik kecuali : Informasi publik yang

apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik

dapat menghambat proses penegakan hukum, yaitu informasi yang

dapat menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak

pidana ; -----------------------------------------------------------

b. Peraturan BPK RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Informasi

Publik pada Badan Pemeriksa Keuangan : -------------

Pasal 11 huruf b angka 2 yang menyebutkan bahwa informasi publik

yang dikecualikan meliputi Laporan Hasil Pemeriksaan yang memuat

8

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 148: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hasil pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan Fraud Forensic ;

----------------------------------------------------------------

II. Putusan Komisi Informasi Pusat Dalam Keberatan a quo Bertentangan

Dengan Peraturan Perundang-undangan

A. Hakikat LHP Investigatif Hambalang Sebagai Informasi yang

Dikecualikan

1. Bahwa benar prinsip umum LHP sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat

(5) UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang

menyatakan bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD dan

DPRD dinyatakan terbuka untuk umum ;

---------------------------------------------------------------------

2. Bahwa dalam Pasal 13 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK dapat

melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya

indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana ;

--------------------------------------------------------------------

3. Bahwa berdasarkan asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis, LHP

Investigatif merupakan informasi yang dikecualikan sesuai yang diatur

dalam Pasal 17 huruf a angka 1 UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik yang mengatur bahwa Informasi Publik

yang dikecualikan adalah Informasi Publik yang apabila dibuka dan

diberikan kepada publik dapat menghambat proses penyelidikan dan

penyidikan suatu tindak pidana ; -----------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 149: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Bahwa delik yang diatur dalam Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 UU Nomor

31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, keduanya

mengandung unsur kerugian Negara. LHP Investigatif BPK berisi hasil

pemeriksaan terkait adanya indikasi unsur kerugian negara serta indikasi

unsur-unsur pidana lainnya ;

----------------------------------------------------------------------------

5. Dalam hukum acara pidana salah satu alat bukti adalah alat bukti surat

sebagaimana diatur dalam Pasal 184 Ayat (1) huruf c UU Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Selanjutnya dalam Pasal 187

menyatakan bahwa surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 Ayat (1)

huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,

adalah : ---------------------------------------

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh

pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,

yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang

didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan

alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu ;

---------------------------------------------------------

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang

termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan

yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu

keadaan ; ----------------------------------------------

10

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 150: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu

keadaan yang diminta secara resmi dan padanya ; ---------------

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan

isi dari alat pembuktian yang lain ; --------------------------

6. Hakikat LHP Investigatif Hambalang sebagai informasi yang

dikecualikan semakin jelas dengan adanya fakta bahwa PATTIRO

sebagai Termohon Keberatan (dahulu Pemohon Informasi) pernah

mengajukan permohonan informasi atas objek yang sama yaitu LHP

Investigatif Hambalang kepada pihak Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), namun atas permohonan tersebut KPK tidak dapat memenuhi

permohonan dimaksud dengan alasan bahwa LHP Investigatif

Hambalang merupakan informasi yang dikecualikan ;

---------------------------------------------------------------------

Maka telah jelas bahwa LHP Investigatif Hambalang merupakan Informasi

Publik yang dikecualikan karena fungsinya sebagai Alat Bukti Surat dalam

proses penegakan hukum (penyelidikan ataupun penyidikan dalam tindak

pidana korupsi) untuk membuktikan unsur kerugian negaranya, yang apabila

dibuka dan diberikan kepada publik dapat menghambat proses penyelidikan

atau penyidikan tindak pidananya ;

----------------------------------------------------------------------------

B. Komisi Informasi Pusat Salah Menerapkan Peraturan Perundang-

undangan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 151: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1. Bahwa berdasarkan uraian tentang hakikat LHP investigatif BPK

sebagaimana telah diuraikan dalam huruf A di atas, nyata terlihat bahwa

Majelis Komisioner KIP telah salah dalam menerapkan peraturan

perundang-undangan pada pertimbangan hukum Putusan KIP ;

---------------------------------------------------------------------

2. Majelis Komisioner KIP mempergunakan prinsip dasar sifat terbukanya

LHP BPK sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (5) UU Nomor 15

Tahun 2006 tentang BPK tanpa memperhatikan Asas Lex Specialis

Derogat Legi Generalis. Bahwa benar LHP Investigatif Hambalang

disampaikan ke DPR, tetapi penyampaian tersebut tidak bisa disamakan

dengan penyampaian LHP-LHP BPK lain pada umumnya. Tidak berarti

karena diserahkan kepada DPR, kemudian disimpulkan bahwa LHP

Investigatif Hambalang bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik.

Adanya sifat khusus dari suatu LHP Investigatif yang berbeda dengan

LHP BPK lainnya karena LHP Investigatif Hambalang dipergunakan

oleh Aparat Penegak Hukum dalam hal ini KPK sebagai Alat Bukti

Surat, yang selanjutnya menjadi dasar Alat Bukti Keterangan Ahli dari

pemeriksa BPK yang akan dipanggil dalam penyidikan maupun

pemeriksaan di persidangan sehingga LHP Investigatif memiliki

konsekuensi sifat sebagai informasi publik yang dikecualikan. LHP

Investigatif telah sangat jelas merupakan informasi yang dikecualikan ;

------------------------------------------------

3. Karena sifatnya sebagai informasi yang dikecualikan, BPK dalam surat

penyampaian LHP Investigatif Hambalang kepada DPR melalui surat

12

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 152: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

nomor 160/S/I/08/2013 tanggal 22 Agustus 2013 menggunakan frase :

-----------------------------------------------------------

“Mengingat bahwa laporan ini merupakan hasil pemeriksaan

investigatif yang mengandung dugaan unsur pidana dan saat ini sedang

disidik oleh penegak hukum, maka laporan ini bukan merupakan

dokumen publik dan seyogyanya dapat dijaga kerahasiaannya” ;

-----------------------------------------------------

Hal ini dilakukan guna memastikan kepada DPR bahwa LHP Investigatif

Hambalang merupakan informasi yang dikecualikan yang tidak dapat

dibuka kepada publik oleh siapa pun, termasuk oleh DPR ;

------------------------------------------------------------------------

4. Penyampaian LHP Investigatif Hambalang kepada DPR tidak dalam

kerangka memberi sifat terbuka LHP dimaksud kepada publik, tetapi

dalam rangka hubungan kerja antar lembaga negara dimana BPK sebagai

lembaga pemeriksa keuangan negara menyampaikan informasi terkait

suatu kegiatan pengelolaan keuangan negara yang melibatkan anggaran

yang sangat besar. DPR sebagai lembaga yang memiliki fungsi

Pengawasan perlu mendapatkan informasi dimaksud dalam rangka

pelaksanaan fungsi Pengawasan pengelolaan keuangan negara, oleh

karenanya pemeriksaan investigatif atas kegiatan pembangunan Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Olah Raga Nasional (P3SON) Hambalang

dilakukan atas permintaan DPR ; ---------------------------

5. Bahwa Majelis komisioner KIP dalam pertimbangan hukumnya telah

salah dalam menerapkan Paragraf-paragraf yang mengatur tentang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 153: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pelaporan Informasi Rahasia dalam Peraturan BPK Nomor 1 Tahun

2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

sebagaimana diatur dalam Lampiran IV, Lampiran VI, dan Lampiran

VIII. Pertimbangan hukum tersebut tertuang dalam Putusan KIP angka 3

halaman 31 sampai dengan 35 ; ------

6. Majelis komisioner KIP tidak memahami konteks pemeriksaan perkara

sengketa informasi publik terkait LHP Investigatif Hambalang dengan isi

pengaturan Paragraf-paragraf yang mengatur tentang Pelaporan

Informasi Rahasia dalam SPKN. Paragraf-paragraf yang mengatur

tentang Pelaporan Informasi Rahasia dalam SPKN mengatur tentang

bagaimana seharusnya seorang pemeriksa mengelola dan menuangkan

informasi-informasi rahasia yang diketemukannya selama pemeriksaan

ke dalam dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), bukan mengatur

bagaimana penyampaian LHP kepada pihak lain. Bahkan justru isi

Paragraf-paragraf yang mengatur tentang Pelaporan Informasi Rahasia

dalam SPKN lebih banyak berisi pengaturan tentang pembatasan-

pembatasan dan larangan-larangan pengungkapan LHP yang berisi

informasi rahasia kepada umum ;

------------------------------------------------------------------

7. Bahwa berdasarkan penjelasan sebagaimana diuraikan dalam angka 5

dan 6 di atas terlihat jelas bahwa majelis komisioner KIP telah

menggunakan dasar hukum yang berbeda konteksnya sama sekali

dengan perkara sengketa informasi yang diperiksa, dan Putusan KIP

justru malah bertentangan dengan dasar hukum yang dipergunakannya ;

-------------------------------------------------------

14

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 154: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

8. Bahwa Putusan KIP berdasarkan seluruh uraian angka 1 sampai dengan

7 di atas dapat disimpulkan bahwa KIP dalam memutus perkara sengketa

informasi Nomor: 364/XI/KIP-PS-A/2013 telah salah menerapkan

hukum karena tidak memperhatikan asas Lex Specialis Derogat Legi

Generalis, dan menggunakan dasar hukum yang tidak terkait konteks

objek sengketa informasi yang diperiksa ;

-------------------------------------------------------------------------

III. Putusan Komisi Informasi Pusat Dalam Keberatan a quo Bertentangan

Dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

Bahwa KIP dalam memutus sengketa informasi LHP Investigatif Hambalang

telah bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik ;

-----------------------------------------------------------------------------------

A Asas Kepastian Hukum : Komisi Informasi Pusat

Melemahkan Kepastian Hukum Pasal 17 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik

1 Dalam proses penegakan hukum Tindak Pidana

Korupsi, khususnya untuk delik-delik yang di

dalamnya terdapat unsur kerugian negara (Pasal 2

Ayat (1) dan Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20

Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi), LHP

BPK merupakan alat bukti surat sebagaimana

diatur dalam Pasal 184 Ayat (1) huruf c UU

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 155: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana ;

-------------------------------------------------------------

---------------

2 Suatu informasi yang dipergunakan dalam proses

penegakan hukum, antara lain alat bukti surat

sebagaimana diatur dalam Pasal 184 Ayat (1)

huruf c UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana, termasuk LHP Hambalang

merupakan suatu informasi yang dikecualikan

sesuai yang diatur dalam Pasal 17 huruf a angka 1

UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang menyatakan bahwa setiap

Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap

pemohon informasi publik untuk mendapatkan

informasi publik, kecuali informasi publik yang

apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon

informasi publik dapat menghambat proses

penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat

menghambat proses penyelidikan dan penyidikan

suatu tindak pidana ; ---------------------

3 Dengan menyatakan LHP Investigatif Hambalang

sebagai informasi terbuka yang termuat dalam

Putusan a quo, maka Komisi Informasi Pusat telah

melampaui kewenangannya dengan

16

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 156: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mengkualifikasi suatu informasi yang sudah jelas

diatur dalam peraturan perundang-undangan

sebagai informasi yang dikecualikan menjadi

informasi yang terbuka ; ---------------------------

4 Putusan KIP yang bertentangan dengan Pasal 17

huruf a angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik telah

menimbulkan ketidakpastian hukum dalam bidang

informasi publik. KIP sebagai lembaga yang

memiliki tugas dan fungsi dalam bidang dimaksud

seharusnya dalam segala tindakannya menjaga

kepastian hukum bidang informasi publik, bukan

sebaliknya ;

-------------------------------------------------------------

-

B Asas Kepentingan Umum : Putusan Komisi

Informasi Pusat Memiliki Konsekuensi

Menghambat Proses Penegakan Hukum yang

Sedang Dijalankan oleh Aparat Penegak Hukum

1 Dengan adanya Putusan KIP yang menyatakan

bahwa LHP Investigatif Hambalang sebagai

informasi yang terbuka maka semua informasi

yang ada dalam LHP tersebut dapat diakses dan

disebarluaskan kepada publik. Tersebarnya

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 157: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

informasi mengenai suatu proses penegakan

hukum akan menghambat proses dimaksud ;

-------------------------------------------------------------

-----------

2 Arti penting LHP Investigatif Hambalang sebagai

informasi dalam proses penegakan hukum

dipertegas oleh Saksi Penyidik KPK, Salim Riyad

dalam Sidang Sengketa Informasi Publik tanggal 2

Juni 2014 dan tanggal 30 Juni 2014 yang

menerangkan sebagai berikut :

-------------------------------------------------------------

---

a Bahwa pada saat ini KPK masih mengembangkan proses penyidikan

dengan tersangka yang baru, yang sampai saat ini belum selesai ;

---------------------------------------------------------

b Bahwa untuk tersangka lain masih dalam tahap penyelidikan termasuk

rekanan maka LHP tersebut masih kita gunakan sebagai pendukung ;

---------------------------------

c Bahwa LHP yang dimaksud sebagai pendukung dalam rangka proses

penyidikan, sumber informasinya tidak hanya dari informasi dalam LHP

akan tetapi dokumen-dokumen lain yang ada pada Kemenpora dan dari

pihak yang terkait proyek Hambalang ; -----------------------------------

d Bahwa penyidikan yang dilakukan KPK dalam proyek Hambalang ini

menyangkut unsur yang dipersangkakan sebagaimana dimaksud Pasal 2

18

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 158: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

UU Tipikor dimana untuk membuktikannya dibutuhkan keterangan ahli

terkait kerugian negara. Dalam hal ini yang mempunyai domain

menghitung kerugian negara adalah BPK. Jadi pendapat BPK terkait

perhitungan kerugian keuangan negara sangat dibutuhkan untuk

memenuhi persangkaan Pasal 2 dan 3 UU Tipikor ;

------------------------------------------------------------------

e Bahwa penyidikan KPK akan terhambat jika dokumen LHP tersebut

terakses oleh publik karena dalam LHP tahap 1 dan tahap 2 sudah

menyebutkan pihak terkait yang perlu didalami keterlibatannya dalam

kasus Hambalang ; -----------

1 Dengan dinyatakannya LHP Investigatif

Hambalang sebagai informasi terbuka dan dapat

diakses publik bisa mengakibatkan untuk

selanjutnya publik dengan mudahnya dapat

mengakses informasi tersebut, dikhawatirkan

bahwa dikemudian hari akan terjadi kondisi-

kondisi yang tidak kita inginkan yang akan sangat

mengganggu proses penegakan hukum, antara lain

sebagai berikut :

-------------------------------------------------------------

---------------

a Pihak-pihak yang diduga terlibat dalam suatu perkara tindak pidana

korupsi melarikan diri setelah membaca LHP Investigatif Hambalang ;

--------------------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 159: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b Pihak-pihak yang diduga terlibat dalam suatu perkara tindak pidana

korupsi setelah membaca LHP Investigatif Hambalang, menghilangkan

barang bukti yang diperlukan oleh aparat penegakan hukum ;

-------------------------------------------------------

c LHP Investigatif Hambalang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

diduga terkait permasalahan yang diperiksa untuk membentuk opini-

opini publik untuk kepentingan yang bersangkutan sehingga

dikhawatirkan dapat mengganggu jalannya proses penegakan hukum

yang sedang dilakukan oleh aparat penegak hukum ;

----------------------------------------

A Asas Profesionalitas : Putusan KIP Tidak Didasari

Pertimbangan Berdasarkan Keahlian

Putusan KIP lebih banyak didasarkan pada penafsiran sepihak Majelis

Komisioner yang lemah tanpa dasar hukum yang jelas. Selain bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan, khususnya UU Nomor 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, pertimbangan hukum Putusan

KIP tanpa didasari pengetahuan berdasarkan keahlian dalam bidang hukum

pidana ; ------------------------

Proses persidangan Sengketa Informasi Publik Nomor 364/XI/KIP-PS-

A/2013 sama sekali tidak menghadirkan Alat Bukti berupa Keterangan Ahli

sehingga Sengketa Informasi dimaksud, diputus tanpa pertimbangan

berdasarkan keahlian sama sekali ; --------------------------

B Asas Akuntabilitas : Komisi Informasi

Mengesampingkan Alat Bukti di Persidangan

20

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 160: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Keterangan Saksi Penyidik KPK, Salim Riyad

dalam Sidang Sengketa Informasi Publik tanggal 2

Juni 2014 dan tanggal 30

Juni 2014 yang menerangkan sebagai berikut : --------------------

a Bahwa tanggal 23 Agustus 2013 pukul 15.00 WIB Sekretariat Pimpinan

KPK mendapatkan surat 161/S/I/168/ 2013, dalam hal perihal surat itu

memberikan kepada KPK LHP Investigatif Hambalang Tahap 2,

Pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga

Nasional (P3SON) Hambalang dengan Nomor : LHP 192/HP/XVI/08/

2013 tanggal 23 Agustus Tahun 2013 ; ---------------------------

b Bahwa pada saat ini KPK masih mengembangkan proses penyidikan

dengan tersangka yang baru, yang sampai saat ini belum selesai ;

-----------------------------------------------------------

c Bahwa Perkara yang sudah selesai dan saat ini sudah disidangkan ada 3

(tiga) orang terdakwa yaitu, pihak Kemenpora, Pihak Adhi Karya, dan

Mantan Menpora yaitu Bapak Andi Mallarangeng ;

----------------------------------------------

d Bahwa untuk tersangka lain masih dalam tahap penyelidikan termasuk

rekanan maka LHP tersebut masih kita gunakan sebagai pendukung ;

------------------------------------------------------

e Bahwa LHP Tahap 2 yang dimaksud sebagai pendukung dalam rangka

proses penyidikan, sumber informasinya tidak hanya dari informasi

dalam LHP akan tetapi dokumen-dokumen lain yang ada pada

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 161: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kemenpora dan dari pihak yang terkait proyek Hambalang ;

------------------------------------

f Bahwa penyidikan yang dilakukan KPK dalam proyek Hambalang ini

menyangkut unsur yang dipersangkakan sebagaimana dimaksud Pasal 2

UU Tipikor dimana untuk membuktikannya dibutuhkan keterangan ahli

terkait kerugian negara. Dalam hal ini yang mempunyai domain

menghitung kerugian negara adalah BPK. Jadi pendapat BPK terkait

perhitungan kerugian keuangan negara sangat dibutuhkan untuk

memenuhi persangkaan Pasal 2 dan 3 UU Tipikor ; ---

g Bahwa penyidikan KPK akan terhambat jika dokumen LHP tersebut

terakses oleh publik karena dalam LHP tahap 1 dan tahap 2 sudah

menyebutkan pihak terkait yang perlu didalami keterlibatannya dalam

kasus Hambalang ; ------------

1 Keterangan tertulis Sekretariat Jenderal DPR RI

yang disampaikan kepada Majelis Komisioner

tanggal 9 September 2014 dengan surat Nomor:

DPK/08486/SEKJEN DPR RI/HP/ 09/2014

tertanggal 2 September 2014 yang menjelaskan

bahwa LHP Investigatif Hambalang setelah

diterima oleh DPR selanjutnya sesuai ketentuan

Pasal 17 huruf a UU Nomor 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan Informasi Publik, informasi

tersebut telah disampaikan ke KPK, maka

22

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 162: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pengelolaan dokumen menjadi ranah KPK ;

--------------------------------------------

2 Dalam Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor

364/XI/KIP- PS-A/2013, Majelis Komisioner

sama sekali tidak mempertimbangkan seluruh alat

bukti dalam persidangan, sementara selama masa

persidangan sama sekali tidak ada alat bukti lain

yang menerangkan bahwa LHP Investigatif

Hambalang merupakan dokumen atau informasi

yang terbuka/ tidak dikecualikan ;

-------------------------------------------------------------

Bahwa berdasarkan alasan-alasan dan dasar-dasar hukum yang telah diuraikan di atas,

mohon kiranya kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini

memberikan keputusan sebagai berikut : ----------------------

1 Mengabulkan permohonan keberatan dari Pemohon Keberatan ; ---------------

2 Menyatakan batal Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor: 364/XI/KIP-PS-A/2013

tanggal 20 Oktober 2014 antara PATTIRO sebagai Pemohon Informasi Publik/

Termohon Keberatan melawan BPK RI sebagai Termohon Informasi Publik/

Pemohon Keberatan ; -------------------------------------------------

3 Memerintahkan kepada BPK RI selaku Termohon Informasi Publik/ Pemohon

Keberatan untuk menolak memberikan seluruh informasi yang diminta oleh

PATTIRO sebagai Pemohon Informasi Publik/Termohon Keberatan berupa LHP

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 163: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Investigatif Hambalang yang telah dilengkapi dengan pengesahan stempel dan

tandatangan pejabat berwenang ; ----------

4 Menghukum PATTIRO sebagai Pemohon Informasi Publik/Termohon Keberatan

untuk membayar biaya perkara dalam perkara permohonan keberatan ini ;

----------------------------------------------------------------------------------

Atau

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex

aequo et bono) ; ------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa atas gugatan Permohonan Pemohon tersebut di atas, pihak

Termohon telah mengajukan jawaban dengan suratnya tertanggal 5 Januari 2015

sebagai berikut : ----------------------------------------------------------------

Terlebih Termohon Keberatan menyatakan dengan tegas membantah semua pendapat

dalil-dalil keberatan dan segala sesuatu yang dikemukakan oleh Pemohon Keberatan

dalam surat permohonannya kecuali apa yang diakui

kebenarannya secara tegas oleh Termohon Keberatan ; -------------------------------

A Hakikat LHP Investigatif Hambalang sebagai Informasi yang

dikecualikan sudah tidak relevan ; ----------------------------------------------------

1 Bahwa benar prinsip umum LHP sebagaimana diatur dalam pasal

7 ayat (5) UU Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan

yang menyatakan bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan Negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD dan

DPRD dinyatakan terbuka untuk umum ; -----------------------------

24

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 164: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 Bahwa dalam Pasal 13 UU Nomor 15 tahun 2004 tentang

pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, BPK dapat

melaksanakan pemeriksaan investigative guna mengungkap adanya indikasi

kerugian Negara/daerah dan/atau unsur pidana ; --------------------

3 Bahwa berdasarkan asas lex specialis derogate legi generalis.

LHP Investigatif merupakan informasi yang dikecualikan sesuai yang diatur

dalam Pasal 17 huruf a angka 1 UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik yang mengatur bahwa informasi publik yang

dikecualikan adalah informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan

kepada publik dapat menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu

tindak pidana ; -----------------------------------------------------

4 Pengecualian seperti ini dalam rezim keterbukaan informasi

dikenal sebagai pengecualian berbasis praduga (prejudice based). Suatu

pengecualian yang bertujuan untuk melindungi dugaan atas suatu

konsekuensi negatif yang ditimbulkan akibat pemberian informasi kepada

publik. Dalam kasus ini dugaan tersebut adalah terhambatnya proses

penyelidikan dan penyidikan maupun keamanan saksi yang mengetahui

adanya tindak pidana sebagaimana diatur pada Pasal 17 huruf a UU KIP ;

--------------------------------------------------------------------------

5 Di beberapa negara, sebutlah Inggris dan Kanada, informasi

terkait laporan audit dinyatakan dikecualikan (rahasia) apabila diduga

pengungkapan informasi tersebut dapat memperjelas suatu metode teknik

dan tata cara yang dilakukan oleh auditor dalam memeriksa penyimpangan

yang terjadi di badan publik ; -------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 165: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6 Audit investigasi di BPK dapat dilakukan atas dasar permintaan

suatu otoritas publik, termasuk DPR. Dasar hukum untuk melakukan audit

investigasi ini ada pada UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, yaitu : ---------------

Pasal 13

Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap

adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana ;

-------------------------------------------------------------------------------------

Pasal 14

1 Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera

melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan ; --------------------

2 Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah ; ----------------------------

7 LHP BPK diserahkan kepada legislatif. Pada Pasal 7 Undang-

Undang No. 15 tahun 2006 tentang BPK telah pula diatur bahwa LHP

diserahkan oleh BPK kepada legislatif melalui suatu tata cara yang diatur

bersama. Laporan yang telah diserahkan tersebut terbuka untuk umum ;

-------------

”Pasal 7 ayat (5), UU BPK

Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

telah diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD dinyatakan terbuka untuk

umum” ; ----------------------------------------------

26

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 166: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

8 Pemeriksaan oleh BPK terdiri dari tiga jenis: a) pemeriksaan

keuangan, b) pemeriksaan kinerja dan c) pemeriksaan untuk tujuan tertentu.

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan lembaga

yang menghasilkan opini atas laporan keuangan tersebut. Pemeriksaan

kinerja pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas

pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek

efektivitas, yang menghasilkan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Pada

dua jenis pemeriksaan ini, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian

atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah. Pemeriksaan

dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam

kategori dua pemeriksaan tersebut, yang menghasilkan kesimpulan.

Pemeriksaan ini biasanya ditujukan untuk menelusuri adanya fraud atau

abuse dalam pengelolaan keuangan negara ;

-------------------------------------------------------------------------------------

9 Pasal 14 UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa

apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK ’segera’

melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Tata cara penyampaian laporan

tersebut diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah ; ---------------------------

10 Dalam Peraturan BPK No. 01 tahun 2007 tentang Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara, pelaporan ke pihak berwenang dapat

disertai dengan menutup informasi yang masuk dalam kualifikasi rahasia.

Namun demikian, penghapusan atau pengaburan informasi tersebut harus

disertai dengan menjelaskan alasan yuridisnya (lampiran IV paragraf

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 167: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

29-31). Penghapusan yang tidak disertai alasan yuridis adalah suatu

penyesatan informasi ;

------------------------------------------------------------------

Lampiran IV, VI, VIII, Peraturan BPK No. 01 tahun 2007 ; -----------------

Pelaporan Informasi Rahasia ; -----------------------------------------------------

(Par. 29/33/21): … “Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan

dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus

mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya

informasi tersebut” ; -----------------------

(Par. 30/34/22): … Situasi lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat

juga mengakibatkan informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam

laporan hasil pemeriksaan… Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi

dengan konsultan hukum mengenai ketentuan permintaan atau keadaan yang

menyebabkan tidak diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil

pemeriksaan ; ----

11 Dengan demikian LHP BPK tetap harus memuat penjelasan atas

alasan penghilangan (pengaburan) informasi ketika informasi tersebut masuk

kategori rahasia berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan.

Informasi rahasia tersebut memang tetap tersedia pada Kertas Kerja

Pemeriksa (KKP) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari LHP BPK.

15. KKP dirahasiakan karena jika dibuka dapat mengungkap tata cara dan

metode yang dilakukan oleh pemeriksa sehingga akan mengganggu

28

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 168: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

penerapan di masa mendatang. Penyaksian KKP dalam tempo dan tingkat

perekaman tertentu memiliki nilai intrinsik pengungkapan teknis dan metode

audit, sehingga sebagai dokumen layak untuk dirahasiakan ;

-------------------------------------------------------------

12 Pemanfaatan dokumen KKP untuk tujuan lain, misalnya untuk

tujuan penegakan hukum, akan mengikuti ketetuan yang mengaturnya.

Sebagai contoh, untuk tindak lanjut dalam penegakan hukum yang

diperlukan bukan lagi informasi, melainkan dokumen berupa kertas kerja

sebagai bukti. Skema yang diterapkan juga menjadi skema penyitaan bukti

tindak pidana berupa dokumen negara bersifat rahasia. Tata cara untuk ini

mengikuti KUHAP, dimana penyitaan memerlukan persetujuan pengadilan.

UU KIP, UU BPK dan UU Pemeriksaan Keuangan Negara tidak relevan

untuk mengatur akses dokumen terkait skema pro justicia ;

13 Kendati Peraturan BPK mengenai pelaporan hasil pemeriksaan

keuangan negara ini diterbitkan sebelum UU KIP disahkan, pencantuman

alasan yuridis dan pertimbangan atas kepentingan publik telah dimasukkan

ke dalamnya. Hal ini juga diatur oleh UU KIP. Pengaburan atau

penghitaman suatu informasi yang dikecualikan merupakan tindakan yang

diperkenankan berdasarkan UU KIP. Undang-undang ini juga mensyaratkan

pengaburan informasi rahasia disertai dengan penjelasan mengenai alasan

pengecualian atau dasar hukum pengecualiannya ;

------------------------------------------------------------------------

“Pasal 22 ayat (7) huruf e UU KIP

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 169: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat

dihitamkan dengan disertai alasan dan

materinya” ; --------------------------------------------------------------------------------

“Pasal 2 ayat (4) UU KIP

Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang-

Undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang

konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat

serta setelah dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik

dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau

sebaliknya” ; ------------------

14 Berbeda dengan laporan ke DPR, laporan ke KPK tentunya harus

disampaikan secara lengkap tanpa pengaburan informasi karena memang

bertujuan untuk penegakan hukum. Dalam hal ini BPK telah

menandatangani kesepakatan bersama untuk tata cara penyampaian laporan

terkait dengan indikasi pidana. Lebih jauh dari itu, untuk penegakan hukum

KPK bahkan masih bisa mengakses informasi hingga ke tingkat kertas kerja

pemeriksa jika diperlukan ; ------------------------------

15 Kerahasiaan suatu informasi yang dikecualikan tidak lagi relevan

jika telah berada di ruang publik. Sebagai contoh, aset 10 debitur terbesar

peserta program kredit bagi UKM di bank BUMN adalah dikecualikan.

Salah satu alasannya, kondisi finansial seseorang merupakan informasi

privat yang tak boleh diungkap ke publik. Hal ini juga diatur oleh UU KIP.

Namun ketika bank BUMN tersebut telah pula mengumumkan besaran aset

30

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 170: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

10 debitur UKM tersebut dalam suatu acara pemberian penghargaan yang

diliput media, pengecualian tersebut sudah tidak relevan karena informasi

telah berada di ruang publik (public domain); ---

16 Kembali ke laporan audit investigasi BPK, jika laporan tersebut

hanya diserahkan kepada KPK maka argumen kerahasiaan berdasarkan UU

KIP memiliki relevansi yang kuat. Proses penyelidikan dan penyidikan oleh

KPK dapat terganggu jika dokumen tersebut beredar di publik. Namun

memberikan laporan tersebut secara lengkap kepada DPR, terlepas dari DPR

yang meminta BPK untuk melakukan audit investigasi, relevansi

kerahasiaan berdasarkan praduga tersebut sudah tidak relevan ;

------------------------------------------------------------------------------------

17 DPR adalah lembaga negara yang berwenang melakukan

pengawasan dalam rangka akuntabilitas politik. Menyerahkan laporan secara

lengkap ke DPR akan menyebabkan tujuan kerahasiaan substansial dari

suatu laporan audit investigasi kehilangan maknanya pada lembaga

semacam ini. Karena Tugas DPR memang bukan untuk melakukan

penyelidikan dan penyidikan (pro justicia), meskipun DPR dapat

merekomendasikan tindak lanjut penyidikan ke lembaga yang berwenang

melakukannya ; ----

18 DPR merupakan ruang publik, sehingga penyampaian laporan

hasil audit investigasi membutuhkan prasyarat teknis dan substansial tertentu

agar tidak mengganggu kepastian hukum. Apa lagi jika laporan memuat

indikasi keterlibatan anggota DPR. Laporan audit investigasi berbeda

dengan laporan audit reguler yang telah diatur oleh Undang-Undang untuk

diserahkan ke DPR. Penyerahan Laporan Audit investigasi ke pihak

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 171: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berwenang, dalam hal ini DPR, memerlukan prasyarat tertentu baik dalam

prosedur maupun batasan substansi mengingat sifatnya yang pro justicia ;

--------------------------------------------------------------------------------

19 Bagaimanapun laporan audit investigasi tahap II Hambalang

sudah terlanjur disampaikan secara lengkap ke DPR. Peristiwa ini telah

menggeser status informasi yang dikecualikan tersebut menjadi informasi

yang berada di ruang publik. Kerahasiaannya telah menjadi semu ;

---------------------------------------------------------------------------------------

20 Membiarkan laporan tersebut tersandera di Pimpinan DPR akan

membuat status kerahasiaan menjadi semu. Membiarkan status informasi

tersebut sebagai suatu ’kerahasiaan semu’ adalah suatu kekeliruan mendasar

dan bertentangan dengan tujuan kerahasiaan tersebut. Inilah yang disebut

oleh Aftergood sebagai bad secrecy yang didasarkan atas suatu kepentingan

politik. Oleh karena itu kami berpandangan dan sepakat dengan keputusan

Komisi Informasi Pusat Lebih baik jika laporan hasil audit investigasi BPK

mengenai Hambalang yang sudah terlanjur ada di ruang publik (DPR) ini

dibuka ke masyarakat agar tidak menjadi alat tawar-menawar elit berkuasa

dan tindak lanjut penyidikan dapat diawasi oleh publik luas ;

---------------------------------------

Bahwa berdasarkan alasan-alasan dan dasar-dasar hukum yang kami uraikan di atas,

mohon kiranya kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini

memberikan keputusan yang adil sebagai berikut : -----------------------

1 Menolak permohonan keberatan dari pemohon keberatan ;

----------------------

32

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 172: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 Menyatakan menguatkan putusan Komisi Informasi Pusat Nomor: 364/

XI/KIP-PS-A/2013 tanggal 20 Oktober 2014 antara PATTIRO sebagai Pemohon

Informasi Publik/Termohon Keberatan melawan BPK RI sebagai Termohon

Informasi Publik/Pemohon Keberatan ; -----------------------------------

3 Memerintahkan kepada BPK RI selaku Termohon Informasi Publik/

Pemohon Keberatan untuk memberikan seluruh informasi yang diminta oleh

PATTIRO sebagai Pemohon Informasi Publik/Termohon Keberatan berupa

LHP Investigatif Hambalang yang telah dilengkapi dengan pengesahan stempel

dan tandatangan pejabat berwenang ; ---------------------------------------

4 Membebankan biaya kepada Pemohon Keberatan ;

--------------------------------

Atau Apabila Majelis Hakim memiliki pendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex

aequo et bono) ; --------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa Pengadilan dalam memeriksa, memutus dan

menyelesaikan gugatan permohonan ini, diperiksa dengan acara yang sederhana, dan

pemeriksaan secara sederhana memang tidak diatur secara tegas di dalam Hukum Acara

sebagaimana Acara Biasa, Acara Cepat atau Acara Singkat yang sudah biasa

dilaksanakan. Karena ini sengketanya bersifat khusus. Hukum Acaranya juga bersifat

khusus ; ------------------------------------------

Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terjadi di persidangan, menunjuk

kepada Berita Acara Persidangan dalam perkara yang bersangkutan dan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dengan putusan ini ; ----------------

Menimbang, bahwa pada akhirnya para pihak tidak mengajukan apa-apa lagi

dalam perkara ini, dan mohon putusan ; -----------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 173: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan keberatan yang diajukan oleh Pemohon

Keberatan/dahulu Termohon Informasi (Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia atau BPK RI) adalah sebagaimana telah terurai dalam duduknya sengketa ;

-----------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa terhadap permohonan keberatan tersebut, Termohon

keberatan/dahulu Pemohon Informasi (Pusat Telaahan dan Informasi Regional atau

PATTIRO) telah menyampaikan Jawabannya dengan suratnya tertanggal 5 Januari

2015 Nomor : 216/Eks.PTIR/DE/I/2015 dan tidak ada memuat Eksepsi, sehingga dalam

sistematika Putusan ini Majelis Hakim langsung mempertimbangkan mengenai Pokok

Perkara ; -----------------------------

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan Pokok Sengketa, Majelis

Hakim akan mempertimbangkan secara formil pengajuan keberatan, apakah telah

memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku ; --------------------------

Menimbang, bahwa dalam memeriksa sengketa ini, Majelis Hakim akan

meneliti seluruh dalil para pihak dan pembuktian sesuai ketentuan Pasal 107 Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang mengatur

Majelis Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta

penilaian pembuktian ; ------------------------------------------------

Menimbang, bahwa Pemohon Keberatan / dahulu Termohon Informasi

mengajukan keberatan atas Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor: 364/XI/KIP-PS-

A/2013 yang telah diputus pada tanggal 20 Oktober 2014 dalam Sengketa Informasi

Publik yang terdaftar dengan register Nomor : 364/XI/KIP-PS-A/2013 di Kepaniteraan

Komisi Informasi Pusat dengan adanya dissenting opinion oleh Komisioner John Fresly

34

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 174: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Senin, tanggal 20 Oktober

2014 oleh Majelis Komisioner dan salinan Putusannya diterima Pemohon Keberatan

(dahulu Termohon Informasi) pada tanggal 27 Oktober 2014, sedangkan keberatan

terhadap Putusan diajukan dan terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara

Jakarta pada tanggal 10 November 2014 ; -------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Peraturan Mahkamah Agung RI

Nomor 02 Tahun 2011 tentang tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di

Pengadilan khususnya Pasal 4 mengatur sebagai berikut : --

1 Salah satu atau para pihak yang tidak menerima Putusan Komisi Informasi dapat

mengajukan keberatan secara tertulis ke Pengadilan yang berwenang ;

-------------------------------------------------------------------------------

2 Keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan dalam tenggang waktu 14

(empat belas) hari sejak salinan Putusan Komisi Informasi Pusat diterima oleh

para pihak berdasarkan tanda bukti penerimaan ; ----

3 Dalam hal salah satu para pihak tidak mengajukan keberatan sebagaimana

dimaksud ayat (2), maka Putusan Komisi Informsi berkekuatan hukum tetap ;

------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa diatur dalam Pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung RI

Nomor 02 tahun 2011 yang dimaksud dengan hari adalah hari kerja ; ----------

Menimbang, bahwa tenggang waktu diterimanya salinan Putusan Komisi

Informasi Pusat oleh Pemohon Keberatan adalah tanggal 27 Oktober 2014 sampai

dengan diajukannya keberatan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta yaitu tanggal

10 November 2014 yang jangka waktunya adalah 11 (sebelas) hari kerja, sehingga

pengajuan keberatan ini memenuhi ketentuan tenggang waktu untuk mengajukan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 175: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung RI

Nomor 02 Tahun 2011 ; -----------------

Menimbang, bahwa Pemohon Keberatan (dahulu Termohon Informasi) telah

menyatakan dalil-dalil Gugatan keberatannya terhadap Putusan Komisi Informasi Pusat

sebagaimana diuraikan dalam duduknya sengketa ; ---------------

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim meneliti Putusan Komisi Informasi

Pusat Nomor: 364/XI/KIP-PS-A/2013 yang telah diputus pada tanggal 20 Oktober

2014, Majelis Hakim berpendapat sebagai berikut : ----------------------

Bahwa dalam Putusan tersebut yang menjadi dasar bagi Majelis Komisioner

menyatakan permohonan informasi Pemohon berupa informasi yang dimohonkan yaitu

hasil audit BPK tentang Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah

Olahraga Nasional (P3SON) Stadion Hambalang Jilid I

dan Jilid II berupa berkas hardfile yang telah dilengkapi dengan pengesahan stempel

dan tanda tangan pejabat berwenang adalah informasi terbuka, adalah karena Termohon

Keberatan seharusnya menyajikan dokumen LHP Investigatif (tahap II) Pembangunan

Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) Hambalang

kepada pihak DPR dengan sifat rahasia dan dokumen tersebut diterima dalam bentuk

yang sama (tanpa mengandung unsur informasi dikecualikan) dengan dokumen yang

disampaikan kepada penegak hukum KPK, Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI,

sehingga Majelis Komisioner berpendapat penolakan informasi Termohon Informasi

(BPK RI) kepada Termohon Keberatan (PATTIRO) menjadi tidak relevan dan

sepatutnya ditolak ;

36

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 176: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa dalam surat Jawabannya tanggal 5 Januari 2015, Termohon

Keberatan mendalilkan dalam angka (16) Majelis Hakim mengutip sebagai berikut :

-----------------------------------------------------------------------------------

“Kembali ke laporan audit investigasi BPK, jika laporan tersebut hanya

diserahkan kepada KPK maka argument kerahasiaan berdasarkan UU KIP

memiliki relevansi yang kuat. Proses penyelidikan dan penyidikan oleh KPK

dapat terganggu jika dokumen tersebut beredar di publik. Namun memberikan

laporan tersebut secara lengkap kepada DPR, terlepas dari DPR yang meminta

BPK untuk melakukan audit investigasi, relevansi kerahasiaan berdasarkan

praduga tersebut sudah tidak relevan” ;

-----------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat dalam mempertimbangkan

apakah berdasarkan hukum mengenai permohonan Termohon keberatan (PATTIRO)

kepada Pemohon Keberatan (BPK RI) untuk menentukan hasil audit BPK tentang

Pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON)

Stadion Hambalang Jilid I dan Jilid II berupa berkas hardfile yang telah dilengkapi

dengan pengesahan stempel dan tanda tangan pejabat berwenang adalah informasi

terbuka, dengan fakta hukum karena informasi tersebut telah disampaikan kepada DPR

RI, untuk itu Majelis Hakim mengutip beberapa dasar hukum sebagai berikut : -

1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ;

----------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 177: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a Pasal 67 : “DPR terdiri atas anggota partai politik peserta

pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum” ;

-------------------------------

b Pasal 68 : “DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang

berkedudukan sebagai lembaga negara” ;

------------------------------------

c Pasal 69 ayat (1) : “DPR mempunyai fungsi :

-------------------------------

a legislasi ;

----------------------------------------------------------------------------

-

b anggaran, dan ;

-------------------------------------------------------------------

c pengawasan ;

----------------------------------------------------------------------

d Pasal 69 ayat (2) : “Ketiga fungsi legislasi, pengawasan dan

anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam

kerangka representasi rakyat, dan juga untuk mendukung upaya

pemerintah dalam melaksanakan politik luar negeri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan” ;

--------------------------------

e Pasal 72 : “DPR bertugas huruf (d) melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, dan kebijakan

Pemerintah” ; ----

38

38

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 178: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

f Pasal 72 : “DPR bertugas (huruf e) membahas dan

menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK” ;

-----------------------------------------

g Pasal 73 ayat (1) : “DPR dalam melaksanakan wewenang dan

tugasnya, berhak memanggil pejabat negara, pejabat pemerintah,

badan hukum atau warga masyarakat secara tertulis untuk hadir

dalam rapat DPR” ;

------------------------------------------------------------------------

h Pasal 73 ayat (2) : “Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah,

badan hukum, atau warga masyarakat wajib memenuhi panggilan

DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)” ;

-------------------------------

i Pasal 74 ayat (2) : “Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah,

badan hukum, warga negara, atau penduduk wajib

menindaklanjuti rekomendasi DPR sebagaimana dimaksud pada

ayat (1)” ; -------------

j Pasal 74 ayat (4) : “Dalam hal pejabat negara atau pejabat

pemerintah mengabaikan atau tidak melaksanakan rekomendasi

DPR, DPR dapat menggunakan hak interpelasi, hak angket, hak

menyatakan pendapat, atau hak anggota DPR mengajukan

pertanyaan” ;

---------------------------------------------------------------------------------

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 179: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

k Pasal 74 ayat (6) : “Dalam hal badan hukum atau warga negara

mengabaikan atau tidak melaksanakan rekomendasi DPR

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPR dapat meminta

kepada instansi yang berwenang untuk dikenai sanksi” ;

----------------------------

2 UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

khususnya pasal :

-------------------------------------------------------------------------------

a Pasal 17 : “Setiap Badan Publik wajib membuka akses bagi

setiap Pemohon Informasi Publik untuk mendapatkan Informasi

Publik kecuali (huruf a) Informasi publik yang apabila dibuka

dan diberikan kepada Pemohon Informasi Publik dapat

menghambat proses

penegakan hukum, yaitu informasi yang dapat (angka 1) menghambat proses

penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana” ;

---------------------------------------------------------------------------------------

b Pasal 19 : “Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di

setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang

konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan

seksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan Informasi

Publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap Orang” ;

--------------------------------------------------

Menimbang, bahwa melalui dasar hukum tersebut diatas, Majelis Hakim

berpendapat bahwa DPR menerima “Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif BPK RI

40

40

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 180: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

atas Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional di

Hambalang, Bogor Nomor: 192/HP/XVI/08/2013 tanggal 23 Agustus 2013 (LHP

Investigatif Hambalang) yang telah dilengkapi dengan pengesahan stempel dan tanda

tangan pejabat berwenang” yang disampaikan Pemohon keberatan (BPK RI) adalah

merupakan hak dan wewenang DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat yang

berkedudukan sebagai lembaga negara dalam menjalankan fungsi pengawasannya

khususnya di bidang pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, dan

kebijakan Pemerintah. Sehingga Majelis Hakim berpendapat adalah tidak tepat jika

Komisi Informasi Pusat mengkategorikan pemberian LHP Investigatif Hambalang

tersebut kepada DPR adalah sebagai bentuk penyebaran informasi publik oleh BPK RI

sehingga mengakibatkan sifat dikecualikannya menjadi tidak relevan, karena DPR

sendiri merupakan Lembaga Negara yang secara konstitusi dan undang-undang

diberikan hak dan kewenangan untuk membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan

atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK,

dan BPK RI (Pemohon Keberatan dalam Gugatan aquo) wajib memenuhi panggilan

DPR bahkan dibebankan untuk memenuhi rekomendasi DPR ; -----------------------------

Menimbang, bahwa sesuai uraian hukum diatas karena penyampaian LHP

Investigatif Hambalang kepada DPR RI menurut pendapat Majelis Hakim merupakan

pelaksanaan fungsi pengawasan antara DPR RI dengan BPK, dan tidak merupakan

bentuk pemberian informasi publik biasa, maka adalah logis dan berdasarkan hukum

bagi Majelis Hakim untuk sependapat dengan dalil gugatan Pemohon Keberatan dalam

perkara aquo yang mendalilkan LHP Investigatif Hambalang merupakan informasi

publik yang dikecualikan karena fungsinya sebagai alat bukti surat dalam proses

penegakan hukum (penyelidikan ataupun penyidikan dalam tindak pidana korupsi)

untuk membuktikan unsur kerugian negaranya, yang apabila dibuka dan diberikan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 181: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kepada publik dapat menghambat proses penyelidikan atau penyidikan tindak

pidananya ; -----------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim sependapat dengan pendapat

berbeda (dissenting opinion) yang dinyatakan oleh Majelis Komisioner John Fresly

dalam Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor: 364/XI/KIP-PS-A/2013 yang pada

pokoknya Majelis Hakim mengutip beberapa pendapat sebagai berikut :

----------------------------------------------------------------------

“Menimbang, bahwa dalam anotasi UU KIP diuraikan bahwa Informasi

Publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas, dan tidak mutlak / tidak

permanen. Meskipun pada dasarnya informasi publik bersifat terbuka dan dapat

diakses, namun dalam praktek tidak semua informasi dapat dibuka. Ada

informasi tertentu yang apabila dibuka dapat menimbulkan kerugian atau bahaya

bagi kepentingan publik maupun kepentingan yang sah dilindungi oleh UU.

Namun prinsipnya, pengecualian informasi publik tersebut haruslah untuk

melindungi kepentingan publik itu sendiri ;

--------------------------------------------------------

Pengecualian informasi bersifat ketat mengindikasikan bahwa UU KIP

menghendaki adanya dasar keputusan yang obyektif dalam melakukan

pembatasan melalui pengecualian informasi. Sifat ketat juga menghendaki

pengecualian informasi harus dilakukan secara teliti dan cermat. Untuk itu, UU

ini memperkenalkan uji konsekuensi bahaya (consequential harm) dan uji

kepentingan public (balancing public interest test) ;

------------------------------------------------------------------------------

42

42

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 182: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Uji konsekuensi bahaya mewajibkan agar Badan Publik dalam

menetapkan informasi yang dikecualikan mendasarkan pada pertimbangan

bahwa apabila informasi tersebut dibuka, maka akan menimbulkan kerugian

atau bahaya bagi kepentingan publik maupun kepentingan yang dilindungi oleh

hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 19. Sedangkan

uji kepentingan publik mewajibkan agar Badan Publik membuka informasi yang

dikecualikan jika kepentingan publik yang lebih besar menghendaki atau

sebaliknya sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (4)” ;

------------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum diatas, Majelis Hakim

berpendapat mengenai LHP Investigatif Hambalang merupakan informasi publik yang

dikecualikan sesuai Pasal 17 UU Nomor 14 Tahun 2008 karena fungsinya sebagai alat

bukti surat dalam proses penegakan hukum, dan sifat dikecualikan tersebut tetap

relevan karena diberikannya LHP tersebut kepada DPR bukan merupakan pemberian

informasi publik tapi dalam rangka memenuhi perintah undang-undang yang

memberikan wewenang kepada DPR RI untuk melaksanakan fungsi pengawasan

termasuk membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK sesuai Pasal 72 huruf (e)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004, maka adalah berdasarkan hukum bagi Majelis

Hakim untuk mengabulkan permohonan keberatan dari Pemohon Keberatan dan

menyatakan batal Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor: 364/XI/KIP-PS-A/2013

tanggal 20 Oktober 2014 ; ----------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena atas Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor:

364/XI/KIP-PS-A/2013 tanggal 20 Oktober 2014 telah dinyatakan batal maka kepada

Pemohon Keberatan diperintahkan untuk menolak memberikan seluruh informasi

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 183: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berupa LHP Investigatif Hambalang yang telah dilengkapi dengan pengesahan stempel

dan tanda tangan pejabat yang berwenang kepada Termohon Keberatan ;

----------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Pemohon Keberatan (dahulu

Termohon Informasi) telah dikabulkan, maka sesuai ketentuan Pasal 110 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kepada Termohon

Keberatan (dahulu Pemohon Informasi) dibebankan untuk membayar biaya perkara

yang jumlahnya akan disebutkan dalam amar putusan ;

---------------------------------------------------------------------------------------------

Mengingat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, jo Undang-Undang

Nomor 51 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan Informasi Publik, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 tahun

2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Pengadilan,

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian

Sengketa Informasi publik, serta peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum

lain yang berkaitan dengan perkara ini : ----------------------------------------------------

MENGADILI

1 Mengabulkan permohonan Pemohon Keberatan/dahulu Termohon

Informasi untuk seluruhnya ;

----------------------------------------------------------------------------

44

44

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 184: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 Menyatakan batal Putusan Komisi Informasi Pusat Nomor:364/XI/KIP-

PS-A/2013 tanggal 20 Oktober 2014 antara PATTIRO sebagai Pemohon

Informasi Publik/Termohon Keberatan melawan BPK RI sebagai

Termohon Informasi Publik/Pemohon Keberatan ;

------------------------------------------------------

3 Memerintahkan kepada BPK RI selaku Termohon Informasi Publik/

Pemohon keberatan untuk menolak memberikan seluruh informasi yang

diminta oleh PATTIRO sebagai Pemohon Informasi Publik/Termohon

Keberatan berupa LHP Investigatif Hambalang yang telah dilengkapi

dengan pengesahan stempel dan tanda tangan pejabat berwenang ;

----------

4 Menghukum PATTIRO sebagai Pemohon Informasi Publik/Termohon

Keberatan untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini

sebesar Rp 211.000,- (Dua Ratus Sebelas Ribu Rupiah) ;

------------------------

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan

Tata Usaha Negara Jakarta pada Hari Senin tanggal 26 Januari 2015 oleh FEBRU

WARTATI, S.H.,M.H. selaku Hakim Ketua Majelis, ELIZABETH I.E.H.L. TOBING,

S.H.,M.Hum. dan TRI CAHYA INDRA PERMANA, S.H.,M.H. masing-masing

sebagai Hakim Anggota, Putusan tersebut diucapkan dalam persidangan yang terbuka

untuk umum pada hari Senin tanggal 2 Februari 2015 oleh Majelis Makim tersebut

diatas dengan dibantu oleh Didi Sunardi, S.H.,M.H. Wakil Panitera Pengadilan Tata

Usaha Negara Jakarta sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon

Keberatan dan Kuasa Termohon Keberatan ; -------------------------------

Hakim Ketua Majelis,

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 185: EKSISTENSI KOMISI INFORMASI DALAM PENYELESAIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42191/1/DENNY... · Hasil penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana kinerja

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hakim-Hakim Anggota,

FEBRU WARTATI, S.H.,M.H.

ELIZABETH I.E.H.L. TOBING, S.H.,M.Hum.

TRI CAHYA INDRA PERMANA, S.H.,M.H.

Wakil Panitera,

DIDI SUNARDI, S.H.,M.H.

Perincian Biaya :

- Pendaftaran ……………………………………. Rp 30.000,-

- Alat Tulis Kantor ………………………………. Rp 50.000,-

- Panggilan-panggilan ………………………….. Rp 120.000,-

- Meterai …………………………………………. Rp 6.000,-

- Redaksi ………………………………………… Rp 5.000,- +

Jumlah ……………………….. Rp 211.000,-

(Dua Ratus Sebelas Ribu Rupiah)

46

46

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46