EKSDM

7
Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Review PERATURAN PEMERINTAH No.10 Tahun 1979 dan PERATURAN PEMERINTAH No. 46 Tahun 2009 Dosen Pengampu Lolita Deby M.P, S.IP Oleh : Ricky Prasetyo Senoaji 20120520108 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

description

Tentang perbaningan penilaian kinerja berdasarkan UU 10/1976 dengan 46/2011

Transcript of EKSDM

Evaluasi Kinerja Sumber Daya ManusiaReview PERATURAN PEMERINTAH No.10 Tahun 1979 dan PERATURAN PEMERINTAH No. 46 Tahun 2009

Dosen PengampuLolita Deby M.P, S.IP

Oleh :Ricky Prasetyo Senoaji20120520108

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015

Tujuan :a. bahwa dalam rangka usaha menjamin obyektivitas dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil; b. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1952 tentang Daftar Pernyataan Kecakapan Untuk Pegawai Negeri dipandang tidak sesuai lagi, oleh sebab itu perlu ditinjau kembali dan disempurnakanDalam rangka peningkatan dan menjamin obyektivitas dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja, maka perlu diadakan penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut dituangkan dalam satu daftar yang disebut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. Dalam Peraturan Pemerintah ini ditentukan, bahwa yang berwenang membuat penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Penilai, yaitu atasan langsung dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dengan ketentuan serendah-rendahnya Kepala Urusan atau pejabat lain yang setingkat dengan itu. Pejabat lain yang setingkat dengan Kepala Urusan, antara lain adalah Penilik Sekolah Dasar, Penilik Pendidikan Agama, Kepala Sekolah Dasar, dan pejabat lain yang ditentukan oleh Menteri,Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam lingkungannya masing-masing. Kategori nilai yang diberikan berdasarkan keputusan Pusat yang dihierarkikan ke Daerah daerah mempunyai beberapa kategori dan indeks penilaian, dengan nilai A : sangat baik ( 91-100 ), B : Baik ( 76-91 ), C : Cukup ( 61-75 ), D : Sedang ( 51-60 ), E: Kurang ( 50 kebawah ), Sedangkan akumulasi Penilaian Pekerjaan tersebut mencakup nilaia. kesetiaan; b. Prestasi kerja; c. tanggungjawab; d. ketaatan; e. kejujuran; f. kerjasama; g. prakarsa;dan h. kepemimpinan. Dengan adanya ketentuan sebagai tersebut di atas, makaPejabat Penilai benar-benar mengenal secara pribadi Pegawai Negeri Sipil yang dinilai,sehingga dengan demikian diharapkan penilaian dapat dilakukan lebih obyektif. Tetapi dalam Penilaian terhadap kualitas kinerja pegawai tidak diidentifikasikan secara mendetail bagaimana tata cara penilaian yang dilakukan, cenderung dilakukan oleh pejabat penilai yang berada di naungan pemerintahan,tanpa diberikan sebuah penjelasan perhitungan akan kriteria penilaian kinerja.

PP No. 46 Tahun 2011Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja, perlu dilakukan penilaian prestasi kerja;b. bahwa penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sebagai bagian dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan hukum dalam pembinaan Pegawai Negeri SipilBerkembangnya zaman membuat beberapa peraturan yang tertuah pada PP no 10 tahun 1976 sudah banyak yang tidak relevan, dengan perindahan generasi orba menjadi era reformasi menjadi indicator pemerintah dalam upaya perbaikan system kepemerintahan. Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan rezim pemerintahan yang berorientasi pada sector pelayanan dan pengadaptasian system good governance, penitikberatan penilaian kinerja menjadi pokok utama penilaian yang dilakukan pemerintah terhadap kinerja pegawai. Prestasi kerja PNS akan dinilai berdasarkan 2 (dua) unsur penilaian, yaitu:1. SKP (Sasaran Kerja Pegawai), yaitu: rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS. Bobot nilai unsur SKP 60% (enam puluh persen) dan perilaku kerja 40% (empat puluh persen).

dan2. Perilaku kerja, yaitu: setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.PP 46/2011ini mensyaratkan setiap PNS wajib menyusun SKP berdasarkan rencana kerja tahunan instansi. SKP itu memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.Dalam PP 46 No. 2011 menyebutkan, bahwa PNS yang tidak menyusun SKP dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang mengatur mengenai disiplin PNS.Adapun penilaian perilaku kerja meliputi aspek: orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. Khusus penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural.Penilaian prestasi kerja PNS ini dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun, yang dilakukan setiap akhir Desember pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun berikutnya. Penilaian SKP meliputi askpek : kualitas, kuantitas, waktu dan biaya.Mekanisme PenilaianDalam melakukan penilaian, pejabat penilai menggunakan formula:a. aspek kuantitas: penghitungannya menggunakan Rumus:Realisasi Output (RO) X 100Target Output (TO)b. aspek kualitas: penghitungannya menggunakan Rumus:Realisasi Kualitas (RK) X 100Target Kualitas (TK)c. aspek waktu: penghitungannya menggunakan Rumus:1,76 x Target Waktu(TW) - Realisasi Waktu (RW) X 100Target Waktu (TW)

d. aspek biaya: penghitungannya menggunakan Rumus:1,76 x Target Biaya(TB) - Realisasi Biaya (RB) X 100Target Biaya (TB)

Dari kedua Peraturan Pemerintah yang diterbitkan, masih saling berkaitan antar satu dengan yang lain, ketidakrelevanan PP 10/1976 menjadi bahan acuan pemerintah dalam merevisi PP tersebut menjadi lebih relevan di orde reformasi, dengan menspesifikasikan beberapa tugas pokok dan fungsi dari pejabat, dan lebih menekankan pada program kerja yang berorientasi pada sector pelayanan public menjadikan pemerintah lebih mudah dikontroling dalam evaluasi kinerja SDM pegawai dan birokrasi dalam menjalankan program kerja yang telah ditentukan sebelumnya.