EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

6
1 SISTEM KEUANGAN ISLAM Suatu sistem yang mempunyai tugas menjadi media untuk mengalahkan dana dari surplus dana kepada pengguna dana yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam. A. TUJUAN SISTEM KEUANGAN ISLAM 1. Penghapusan bunga dari semua transaksi keuangan dan pembaharuan semua aktivitas bank agar sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Tujuan pertama dari penghapusan bunga dan memperkenalkan prinsip-prinsip Islam adalah tujuan keagamaan (dalam rangka menegakkan syariat ALLAH di muka bumi), sehingga demikian sulit untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalannya dari sudut pandang sekuler murni. Selain itu, riba dilarang karena menimbulkan ketidakadilan, sebagaimana dalam Al-Qur’an diungkapkan “la tazhlimuna wa-la tuzhlamun” (kamu tidak menganiaya dan tidak pula kamu teraniaya). 2. Pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar. Hal ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menyebarkan kepemilikan sumber daya produktif masyarakat, atau dapat diartikan sebagai perjuangan untuk mengubah distribusi hasil-hasil produksi antara tenaga kerja (termasuk pengusaha) dan modal. 3. Promosi pembangunan ekonomi. Sasaran pembangunan ekonomi terdiri atas tingkat pertumbuhan yang optimum, konsistensi dengan stabilitas nilai uang dan juga aspek kesempatan kerja penuh tanpa pengangguran. B. STRUKTUR IDEAL DARI SISTEM KEUANGAN ISLAM 1. Struktur Ideal Chapra Struktur Ideal dari Sistem Keuangan Islam menurut Chapra (1985), meliputi beberapa institusi berikut: a. Bank Central b. Bank Komersial

Transcript of EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

Page 1: EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

1

SISTEM KEUANGAN ISLAM

Suatu sistem yang mempunyai tugas menjadi media untuk

mengalahkan dana dari surplus dana kepada pengguna dana yang

berdasarkan prinsip-prinsip Islam.

A. TUJUAN SISTEM KEUANGAN ISLAM

1. Penghapusan bunga dari semua transaksi keuangan dan

pembaharuan semua aktivitas bank agar sesuai dengan

prinsip-prinsip Islam.

Tujuan pertama dari penghapusan bunga dan

memperkenalkan prinsip-prinsip Islam adalah tujuan

keagamaan (dalam rangka menegakkan syariat ALLAH di

muka bumi), sehingga demikian sulit untuk mengukur tingkat

keberhasilan atau kegagalannya dari sudut pandang sekuler

murni. Selain itu, riba dilarang karena menimbulkan

ketidakadilan, sebagaimana dalam Al-Qur’an diungkapkan

“la tazhlimuna wa-la tuzhlamun” (kamu tidak menganiaya

dan tidak pula kamu teraniaya).

2. Pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar.

Hal ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menyebarkan

kepemilikan sumber daya produktif masyarakat, atau dapat

diartikan sebagai perjuangan untuk mengubah distribusi

hasil-hasil produksi antara tenaga kerja (termasuk

pengusaha) dan modal.

3. Promosi pembangunan ekonomi.

Sasaran pembangunan ekonomi terdiri atas tingkat

pertumbuhan yang optimum, konsistensi dengan stabilitas

nilai uang dan juga aspek kesempatan kerja penuh tanpa

pengangguran.

B. STRUKTUR IDEAL DARI SISTEM KEUANGAN ISLAM

1. Struktur Ideal Chapra

Struktur Ideal dari Sistem Keuangan Islam menurut Chapra

(1985), meliputi beberapa institusi berikut:

a. Bank Central

b. Bank Komersial

Page 2: EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

2

c. Lembaga Keuangan Non Bank

d. Institusi Kredit Khusus

e. Korporasi Asuransi Deposit

f. Korporasi audit investasi

2. Kerangka Ismail

Abdul Halim Ismail (1986) mengusulkan pembagian

tanggung jawab yang lebih cermat dengan membuat sketsa

sistem ekonomi islam yang meliputi tiga sektor,yaitu :

a. Siasi, yaitu sektor pemerintah meliputi dana publik dan

bank sentral.

b. Ijtima’i, yaitu sektor kesejahteraan yang bertanggung

jawab atas administrasi pajak.

c. Tijari, yaitu sektor komersial meliputi semua aktivitas

komersial sektor swasta.

C. LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

1. Peranan Lembaga Keuangan Islam Era Sahabat

Lembaga Keuangan Islam atau aslanya adalah Baitul Mal

mulai diadakan pada zaman khalifah Abu Bakar r.a, karena

harta yang dimiliki kaum muslimin pada saat itu sudah

melimpah.

Berdasarkan sumber dana yang ada, Baitul Mal saat itu

terbagi menjadi:

a. Baitul Mal Zakat, lembaga ini berfungsi untuk

menampung semua dana dari zakat.

b. Baitul Mal Akhmas, lembaga ini berfungsi

menyimpan harta yang berasal dari ghanimah dan

pajak.

c. Baitul Mal Fa’I, lembaga ini berfungsi menyimpan

harta yang berasal dari kharaj, jizyah, usr dan

pajak.

d. Baitul Mal Dhawa’I, lembaga ini berfungsi

menyimpan harta yang tidak diketahui pemiliknya

dan harta warisan yang tidak ada ahli warisnya.

2. Peranan dan Fungsi Lembaga Keuangan Islam Era

Kontemporer.

Fungsi Lembaga Keuangan Islam secara umum ialah

mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu

masyarakat dengan melakukan kegiatan, finansial, komersial

dan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip islam.

Page 3: EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

3

Jadi, kegiatan Lembaga Keuangan Islam haruslah

didasarkan atas:

a. Larangan bunga pada semua bentuk transaksi.

b. Pelaksanaan pada aktivitas bisnis dan perdagangan atas

dasar kejujuran dan keuntungan yang sah.

c. Pemupukan dana serta penggunaannya di Negara-

negara islam.

d. Pembinaan kebiasaan menabung di kalangan umat

islam.

e. Penataan aktivitas bisnis yang dapat diterima oleh dan

sesuai dengan Syari’ah.

f. Kerja sama dengan lembaga keuangan Islam lain di luar

negeri untuk mendorong pembangunan ekonomi dan

kemajuan sosial masyarakat muslim.

3. Perbedaan Lembaga Keuangan Islam dengan Lembaga

Keuangan Konvensional.

a. Aspek akad dan legalitas

Setiap akad dalam Lembaga Keuangan Islam, baik

dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan

lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal

berikut:

Rukun, seperti; penjual, pembeli, barang, harga,

akad/ijjan-qabul.

Syarat, meliputi;

Barang dan jasa harus halal.

Harga barang dan jasa harus jelas.

Tempat penyerahan harus jelas.

Barang yang ditransaksikan harus

sepenuhnya dalam kepemilikan.

b. Struktur Organisasi

c. Struktur organisasi antara Lembaga Keuangan Islam

mempunyai karakteristik khusus, yaitu adanya Dewan

Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional

(DSN) di tingkat nasional.

d. Operasional

Perbedaan Lembaga Keuangan Islam dengan

Konvensional adalah sebagai berikut;

Page 4: EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

4

Lembaga Keuangan Islam Lembaga Keuangan konvensional

a. Melakukan investasi yang halal saja.

a. Investasi yang halal dan haram.

b. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

b. Memakai perangkat bunga.

c. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagiaan dunia akhirat.

c. Profit oriented

d. Hubungan dengan nasabah dalam hubungan bentuk kemitraan.

d. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur

e. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

e. Tidak terdapat dewan sejenis.

4. Produk dan Jasa Lembaga Keuangan Islam Era

kontemporer

Produk-produk tersebut dapat dikategorikan berdasarkan ciri

transaksi atau prinsip usaha, antara lain:

a. Produk Pembiayaan, dapat berupa Al Mudharabah, Al

Musyarakah, Al Muzara’ah, Al Mukharabah dan Al

Musaqqah.

b. Produk Jual-beli, dapat berupa Bai al Murabahah, Bai as

Salam dan Bai al Istishna’.

c. Produk Jasa, dapat berupa jasa titipan atau simpanan (al

Wadiah), Hiwalah, Wakalah, Jialah, Daman, dan

sebagainya.

d. Produk Sosial, yaitu al qhordhul hasan, yaitu produk atau

pemberian dana yang diberikan secara cuma-cuma

(gratis) tidak ada unsur pengembalian.

Page 5: EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

5

D. PERMASALAHAN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

1. Kurangnya simpanan atau deposito.

Lembaga Keuangan Islam, dibandingkan lembaga

ekonomi dan keuangan tradisional berdasarkan bunga,

masih merupakan minoritas kecil bahkan di dunia

muslim, dan deposito lembaga keuangan Islam belum

meningkat secara berarti dengan mengorbankan bank-

bank tradisional berdasarkan bunga.

2. Likuiditas berlebihan.

Lembaga Keuangan Islam tentu cenderung

mempertahankan risiko yang tinggi antara uang tunai

dengan simpanan disbanding dengan bank berasas

bunga. Alasannya antara lain:

a. Lantaran sebagian rekening tabungan adalah milik

orang-orang muslim yang tidak mau mengambil

risiko dan dan tidak pula mendapatkan

keuntungandari tabungannya, simpanan yang

dijamin oleh bank adapat ditarik sewaktu-waktu

tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

b. Tidak semua nasabah Lembaga Keuangan Islam

yang potensial menyetujui memimjamkan uangnya

berdasarkan kemitraan.

3. Problema biaya dan profitabilitas.

Lembaga Keuangan Islam bekerja dengan hukum dan

peraturan yang ketat dalam memilih investasi yang sah

saja. Alasannya antara lain:

a. Untuk mengurangi pengeluaran manajerial.

b. Untuk meminimalisasi potensi kerugian yang

timbul dari investasi mudarabahnya.

c. Untuk mengamankan tingkat keuntungan yang

lebih tinggi dari lembaga keuangan atau bank-

bank yang berasas bunga.

4. Problema pendanaan pinjaman untuk konsumsi.

Lembaga Keuangan Islam yang bebas bunga

nampaknya hanya member perhatian yang kecil terhadap

pinjaman bertujuan konsumtif. Alasanya ialah:

a. Lembaga Kauangan Islam memiliki dan yang

terbatas untuk dapat dipinjamkan tanpa

memperoleh keuntungan.

Page 6: EKONOMIKA ISLAM > SISTEM KEUANGAN ISLAM

6

b. Tidak mudah memperhitungkan keuntungan yang

diperoleh dari pinjaman yang bersifat konsumtif,

dan lebih sulit lagi membagi keuntungan itu

diantara lembaga dan nasabah.

c. Lembaga Keuangan Islam tidak menangani dana

zakat pada skala nasional, padahal zakat atau

shodakoh berkaitan erat dengan pembiayaan

konsumtif.

d. Pendaan pinjaman konsumtif dari permintaan dan

tabungan deposito tanpa mencari keuntungan

hanya mungkin bilaa deposan member izin pada

bank untuk menggunakan uangnya bagi keperluan

tersebut.

5. Problema pendanaan perumahan dan barang tahan

lama.

Lembaga Keuangan Islam sekarang memakai alat Al

Murabah dan al Ijarah dalam pendanaan barang tahan

tahan lama dan perumahan nasabah. Karen kebanyakan

Lembaga Keuangan Islam adalah milik swasta yang

bergerak dengan dana operasional milik pribadi kaum

muslimin, maka dalam peggerakannya dengan system

kehati-hatian yang ekstra. Berbeda dengan ketika

pendanaan milik pemerintahan yang dijamin sepenuhnya

oleh pemerintah unsure kehati-hatian tidak se-ekstra

pada milik swasta murni.