Ekonomi Kerakyatan

43
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Pada tahun 2008 terdapat 76.267 unit usaha. Industri di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Propinsi didominasi oleh usaha kecil dan menengah dengan nilai 99% atau sekitar 75.956 unit, sedangkan industri besar hanya dengan nilai sebesar 1%. Penyerapan tenaga kerja untuk usaha kecil dan menengah adalah antara 5-19 orang per unit. Kontribusi industri terhadap perekonomian wilayah mi namun cukup besar. Hal mi menunjukkan bahwa industri kecil dan menengah (UKM) 1

description

Mid Test

Transcript of Ekonomi Kerakyatan

Page 1: Ekonomi Kerakyatan

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tahun 2008 terdapat 76.267 unit usaha.

Industri di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Propinsi didominasi oleh usaha kecil dan menengah

dengan nilai 99% atau sekitar 75.956 unit,

sedangkan industri besar hanya dengan nilai sebesar

1%. Penyerapan tenaga kerja untuk usaha kecil dan

menengah adalah antara 5-19 orang per unit.

Kontribusi industri terhadap perekonomian wilayah

mi namun cukup besar. Hal mi menunjukkan bahwa

industri kecil dan menengah (UKM) relative tahan

terhadap krisis ekonomi yang mengguncang dunia

karena fleksibilitas dan kemampuan mengantisipasi

perubahan. Sektor Industri di Daerah Istimewa

Yogyakarta memiliki peran penting dalam

penyediaan lapangan pekerjaan. Pada tahun 2008 mi

sektor mi menyerap 273.621 pekerja, atau naik

3,50% dibandingkan pada tahun 2007 dengan

1

Page 2: Ekonomi Kerakyatan

jumlah 264.368 tenaga kerja. Dilihat dan kiasifikasi,

industri DIY didominasi oleh industri kerajinan,

termasuk kayu, bambu, rotan, serta tekstil dan

pakaian jadi berbahan kulit yang tersebar di 281

tempat dengan jumlah usaha 12.304 unit. Nilai

investasi sektor industri adalah Rp 769.274.520.000

(setara dengan US $ 80 juta) pada tahun 2008 atau

naik 4,00% dibandingkan dengan nilai investasi

sektor industri pada tahun 2007 dengan jumlah Rp

739.687.038.700 (setara dengan US $ 75 juta). Nilai

investasi mi merupakan investasi non-fasilitasi.

Sedangkan investasi sampai dengan tahun 2008

dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tercatat

sebanyak 165 PMA dan 145 PMDN dengan total

nilai investasi Rp 4,5 T dengan jumlah 34.713

tenaga kerja Indonesia dan 127 tenaga kerja asing.

Saat ini, industri kreatif juga dikembangkan di

Yogyakarta. Industri kreatif berpusat pada pasar

kerajinan tangan, kerajinan, desain, fashion, jasa

komputer dan perangkat lunak. Yogyakarta yang

memiliki SDM yang memadai sesuai untuk

2

Page 3: Ekonomi Kerakyatan

mengembangkan industri kreatif dalam skala besar.

Industri kreatif perlu dikembangkan di Provinsi DIY

karena industri mi memberikan kontribusi ekonomi

yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang

positif, membangun citra sosial yang layak.

II. RUMUSAN MASALAH

A.Apa definisi dari sektor informal?

B.Bagaimana Karakteristik dari sektor informal

yang ada di indonesia?

C.Apa yang dimaksud dengan pekerja sektor

informal?

D.Apa contoh dari sektor informal yang kini sudah

berkembang?

III. TUJUAN PENULISAN

A. Mengetahui definisi dari sektor informal.

B. Mengetahui karakteristik dari sektor informal

yang ada di indonesia.

C. Mengetahui apa yang dimaksud dengan

pekerja sektor informal.

3

Page 4: Ekonomi Kerakyatan

D. Mengetahui contoh dari sektor informal yang

kini sudah berkembang.

BAB II

PEMBAHASAN

4

Page 5: Ekonomi Kerakyatan

A.DEFINISI SEKTOR INFORMAL

Menurut KBBI

1. Lingkungan usaha tidak resmi; lapangan pekerjaan

yg diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari

kerja, seperti wirausaha.Contoh: usaha yg paling

menguntungkan dari sektor informal adalah

membuka rumah makan di tempat-tempat yg ramai.

2. Unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi

dan atau distribusi barang dan jasa untuk

menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi

mereka yg terlibat unit tersebut bekerja dengan

keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun

keahlian.

Arti Secara Umum

Menurut pendapat Damsar (1997: 158-159), ciri-ciri

dinamis dari konsep sektor informal yang diajukan

Hart menjadi hilang ketika telah dilembagakan dalam

birokrasi ILO. Informalitas didefinisikan ulang sebagai

sesuatu yang sinonim dengan kemiskinan. Sektor

informal menunjukkan kepada cara perkotaan

melakukan sesuatu dengan dicirikan dengan : a)

5

Page 6: Ekonomi Kerakyatan

Mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal, dan

organisasi; b) Perusahaan milik keluarga; c)

Beroperasi pada skala kecil; d) Intentif tenaga kerja

dalam produksi dan menggunakan teknologi

sederhana; dan e) Pasar yang tidak diatur dan

berkompetitif.

Karakteristik negatif yang dilekatkan pada sektor

informal oleh ILO, banyak mendapatkan kritikan

tajam dari berbagai ilmuwan yang berkecimpung

dalam bidang Sosiologi, khususnya Sosiologi

Ekonomi. Mereka menganggap bahwa aktivitas sektor

informal merupakan suatu tanda berkembangnya

dinamika kewiraswastaan masyarakat. Menurut

Hernando de Soto dalam The Other Parh (Damsar,

1997: 159-160) informalitas merupakan respon

masyarakat terhadap negara merkantalis yang kaku.

Oleh karena itu, tidak seperti gambaran ILO yang

melihatnya sebagai mekanisme kelangsungan hidup

dalam merespon ketidakcukupan lapangan pekerjaan

modern, melainkan sebagai serbuan kekuatan pasar

nyata dalam suatu ekonomi yang dikekang oleh

regulasi (pengaturan) negara.

6

Page 7: Ekonomi Kerakyatan

Dalam Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis dan

Manajemen (1997: 292-293) dijelaskan bahwa belum

ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat

untuk sektor informal di Indonesia. Tetapi ada

kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan yang

terlihat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk

menerima definisi kerja sektor informal di Indonesia

sebagai berikut : a) Sektor yang tidak menerima

bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah; b)

Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak

punya akses) bantuan, meskipun pemerintah telah

menyediakannya; c) Sektor yang telah menerima

bantuan pemerintah tetapi bantuan tersebut belum

sanggup membuat sektor itu mandiri.

B.KARAKTERISTIK SEKTOR INFORMAL DI

INDONESIA

Berdasarkan definisi kerja tersebut, disepakati pula

serangkaian ciri sektor informal di Indonesia, yang

meliputi :

a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik,

karena unit usaha timbul tanpa menggunakan

7

Page 8: Ekonomi Kerakyatan

fasilitas atau kelembagaan yang tersedian secara

formal.

b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin

usaha.

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik,

dalam arti lokasi maupun jam kerja.

d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk

membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai

ke sektor ini.

e. Unit usaha berganti-ganti dari satu sub-sektor ke

sub-sektor lain; f) Teknologi yang digunakan masih

tradisional.

f. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga

skala operasinya juga keciL.

g. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan

pendidikan formal, sebagian besar hanya diperoleh

dari pengalaman sambil bekerja.

h. Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok

one man enterprise, dan kalau ada pekerja, biasanya

berasal dari keluarga sendiri.

8

Page 9: Ekonomi Kerakyatan

i. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal

dari tabungan sendiri, atau dari lembaga keuangan

tidak resmi.

j. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh

golongan masyarakat kota/desa berpenghasilan

rendah atau menengah.

C.PEKERJA SEKTOR INFORMAL

Perekonomian di kebanyakan negara berkembang

bahkan di beberapa negara maju adalahfenomena jumlah

dan tingginya peningkatan penduduk yang bekerja di

sektor informal. Hal ini didorong oleh tingkat urbanisasi

yang tinggi dimana penawaran pasar tenaga kerja mampu

direspon oleh permintaan tenaga kerja sektor

informal.Pengelompokkan definisi formal dan informal

menurut Hendri Saparini dan M. Chatib Basri dari

Universitas Indonesia menyebutkan bahwa tenaga Kerja

sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada

segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan

atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak.

Definisi lainnya adalah segala jenis pekerjaan yang

tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tempat

9

Page 10: Ekonomi Kerakyatan

pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job

security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen

atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang

tidak berbadan hukum. Sedangkan ciri-ciri kegiatan-

kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap

orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal

ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha

milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya,

keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah

dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif. Contoh dari

jenis kegiatan sektor informal antara lain pedagang kaki

lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak

jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

Kemajuan perekonomian sebuah negara dapat pula

ditandai dengan adanya transformasi ke arah penurunan

pekerja kasar (blue collar) yang merepresentasikan

pekerja sektor informal. Pekerja blue collar dapat

dimaknai sebagai pekerja pada pekerjaan yang

mengandalkan kekuatan fisik, pada kelompok lapangan

usaha di Indonesia biasanya dimasukkan kedalam jenis

pekerjaan di sektor usaha pertanian, kehutanan,

10

Page 11: Ekonomi Kerakyatan

perburuan, perikanan, tenaga produksi, alat angkut dan

pekerja kasar.

Disisi lain, pekerja manajerial (white collar) yang

merepresentasikan pekerja sektor formal terdiri dari

tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga

kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha

dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha

jasa. Pada beberapa tahun terakhir tercermin adanya

kecenderungan penurunan peran pekerja blue collar dan

sedikit peningkatan pekerja white collar. Ini merupakan

sinyal kemajuan perekonomian dan juga kemajuan

pendidikan karena pekerja white collar secara umum

membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai. Dalam

analisis pembagian pekerja menjadi pekerja sektor

formal dan pekerja sektor informal sering terkendala

dengan data yang tersedia. Tidak adanya keseragaman

secara internasional tentang definisi sektoR informal dan

ketersediaan data yang ada di Indonesia, pengertian

pekerja sektor informal dalam analisis ini didekati

dengan status pekerjaan. Pekerja informal adalah mereka

yang berusaha sendiri, berusaha sendiri dan dibantu

buruh tidak tetap.

11

Page 12: Ekonomi Kerakyatan

D.CONTOH SEKTOR INFORMAL YANG

BERKEMBANG

Identitas Perusahaan

Nama Perusahaan : Tom’s Silver Manufacture

Nama Pemilik : Nevi Ervina Rahmawati

Bentuk Perusahaan : Perseorangan

Alamat

Kantor pusat : Jl.Ngeksigondo No.60 Jogjakarta

55172

Telp. : 0274-372818

Website : www.tomsilver.com

Produk unggulan : Perak

Produk sampingan : Furniture

Modal : Modal awal milik pribadi,

keuntungan awal untuk modal selanjutnya.

1. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

12

Page 13: Ekonomi Kerakyatan

Siapa yang tak kenal kerajinan perak dari Kotagede,

Yogyakarta? Di salah satu jalan yang dahulu cuma cukup

untuk jalan kuda, nama Tom’s Silver telah sampai

mancanegara dan dicari para turis. Siapa yang

menyangka kalau kerajinan perak ini berawal dari

kesulitan hasil bumi yang melanda petani Kotagede.

Mungkin ini yang namanya blessing in disguised, dalam

kesusahan muncul kreativitas pembawa berkah, berupa

pesanan dari Keraton Yogyakarta.

Awalnya para petani ini hanya menatah logam untuk

peralatan makan dengan mencontoh gambar dan produk

dari Belanda. Salah satu keturunannya adalah Sutomo

Sastrodiwarno yang kemudian mendirikan bengkel

kerajinan perak dengan 25 perajin. Kelak bengkel ini

menjadi Sutomo Silver, lantas di mancanegara lebih

dikenal dengan Tom’s Silver.

Pada tahun 1972, Tom memulai ekspor perdananya. Tapi

jangan membayangkan dengan pengapalan dan

sebagainya, melainkan dengan tas kopor alias ditenteng.

Ekspor peralatan makan dengan tas kopor itu bahkan

pernah mencapai 100 lusin sendok makan. Berikutnya

ekspor mulai disertai perhiasan dan miniatur perak

13

Page 14: Ekonomi Kerakyatan

sekitar 25 persen. Ketika Sutomo menjadi anggota

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Daerah Istimewa

Yogyakarta, mulailah ekspor Tom’s Silver mengenal

letter of credit (L/C). Ekspor kerajinan perak berupa

peralatan makan tetap dominan, tapi juga diikuti dengan

furniture.

Tidak berhenti pada ekspor produk saja, mulai tahun

1985 Tom’s Silver meraih penghargaan dari Trade

Leader Club. Selanjutnya, bekerja sama dengan biro

perjalanan luar negeri, Sutomo menjadikan bengkel dan

tokonya sebagai ajang wisata belanja. “Kami

mengundang turis untuk melihat dari dekat proses

pembuatan perak. Bahkan ada pelatihan singkat untuk

membuat cincin perak bagi turis, yang boleh dimiliki

pembuatnya,” kata Direktur Tom’s Silver Nevi Ervina di

tengah ulang tahun ke-35 Badan Pengembangan Ekspor

Nasional (BPEN) di Jakarta, beberapa waktu lalu. Wisata

belanja ini berkembang dengan biro perjalanan dalam

negeri yang menjadikan wisata edukatif. Wisatawan

dapat berkunjung ke bengkel Tom’s Silver untuk melihat

dari dekat proses peleburan hingga finishing berbagai

14

Page 15: Ekonomi Kerakyatan

bentuk kerajinan berbahan baku perak, bahkan kini

sampai ke emas dan platinum (emas putih).

Generasi Keempat

Mulai tahun 1995, Sutomo mewariskan Tom’s Silver

pada Nevi yang semula memegang kendali perkebunan

teh dan kopi keluarga. Nevi merupakan generasi keempat

perajin perak di Kotagede ini. Di tangan Nevi, Tom’s

Silver kian rajin mengikuti berbagai pameran. Kali ini

tidak hanya di dalam negeri, tapi melalui BPEN menjadi

peserta pameran di Belanda. Di sini Tom’s Silver

mendapat buyer besar sampai berhasil melewati krisis

moneter di tahun 1997-1998. Bahkan hingga kini buyer

itulah menjadi perantara untuk memasok cendera mata

Tom’s Silver di Bandar Udara Schiphol dan berbagai

tempat di Belanda serta Laffayette di Prancis. Eropa

menjadi tujuan ekspor terbesar Tom’s Silver dengan

barometer desain pada kota Paris dan London secara

bergantian. Sekarang Tom’s Silver tengah kebanjiran

permintaan dari Ukraina. Bahkan Swarovski pun kini

memesan beberapa desain dekoratif dari Tom’s Silver.

Dengan teknologi radium platinum, Nevi beranjak tidak

sekadar menyajikan kerajinan perak.

15

Page 16: Ekonomi Kerakyatan

Kendati masih mempertahankan kerajinan buatan tangan

(handmade), Nevi juga bergerak pada produksi massal.

Ia menawarkan cincin kelulusan (graduate ring).

“Kami sudah mendapat pesanan 1.500-2.000 graduate

ring dari Harvard (University),” ujar Nevi. Kreativitas

dan inovasi terus-menerus Tom’s Silver tampaknya bisa

menjadi contoh bagi UKM untuk menjadi besar dan

menembus pasar global. (mega Christina)

2. PELAKSANAAN KEGIATAN

Untuk mendapatkan bahan baku kerajinan, para

pengrajin mendapatkannya dari pemasok bahan perak di

Jogjakarta yang mendapat pasokan perak dari PT. Aneka

Tambang. Bahan baku perak ini ada yang berbentuk

batangan, ada juga yang berbentuk bola-bola sangat

kecil. Untuk membuat kerajinan, bahan baku perak

kemudian dicampur dengan 7,5% tembaga. Jadi, kadar

peraknya 92,5%. Hal ini dilakukan agar perak yang

dibuat tidak terlalu lemas. “Kalau terlalu lemas akan

cepat rusak, alat-alat yang diperluka antara lain :

16

Page 17: Ekonomi Kerakyatan

1. Kompor perak

2. Gunting

3. Perak

4. Tang jepit

5. Pinset

6. Perak murni

7. Tembaga

Pada pembuatan secara tradisional, untuk mencampur

perak dan tembaga ini kedua bahan dipanaskan dengan

api dari kompor yang menggunakan bahan bakar gas.

Sistem kerjanya mirip dengan tukang las. Hanya saja

agar api bisa keluar, pengrajin yang membuat harus

menginjak kompor tersebut. Api pun keluar menyemprot

ke arah bahan hingga luntur.

Setelah itu bahan dipotong berdasarkan keperluan.

Misalnya untuk gelang, bahan itu dibentuk pipih dengan

lebar 2-3 cm dan panjang sekitar 15 cm. Karena masih

lentur, bahan itu kemudian dibentuk melingkar seperti

layaknya gelang. Pada sisi potongan itu diberi dasar

kawat yang dilekatkan dengan lem pada bentuk gelang

17

Page 18: Ekonomi Kerakyatan

itu tadi. Untuk menghaluskan sambungan kawat dengan

perak, kedua bahan juga dipatri sehingga melekat

permanen. Baru kemudian gelang tesebut diisi dekorasi

atau hiasan batu mulia atau hiasan lainnya sebagai

aksesori.

Bahan yang jadi itu kemudian diampelas dan

dibersihkan dengan asam jawa kemudian direndam

dengan garam dan air yang mendidih. Selesai

dibersihkan dengan air mendidih, bahan disikat untuk

kemudian dikeringkan sampai tidak ada air sama sekali

pada gelang. Untuk membuat agar mengkilap, bahan

dipoles dengan mesin pemoles. Dan, barang siap dijual.

Lamanya membuat barang kerajinan ini tergantung

pada tingkat kerumitan pembuatannya. Misalnya cincin

yang relatif kecil tentu saja berbeda dengan miniatur

becak misalnya. Cincin yang sederhana desainnya lebih

cepat proses pembuatannya daripada miniatur becak

yang bisa sampai seminggu. Proses pembuatan kerajinan

di kami biasanya sistem tahapan, tidak per barang.

Misalnya membuat gelang, selama satu hari hanya

membuat campuran dulu hingga bentuknya dulu.

Besoknya baru diberi aksesoris hingga barang siap dijual.

18

Page 19: Ekonomi Kerakyatan

Umumnya, untuk barang kerajinan sederhana

semacam cincin, di tiap art shop terdapat beberapa

pengrajinnya. Di art shop kami misalnya, ada tiga

pengrajin untuk membuat kerajinan sederhana seperti

cincin, gelang, dan anting. Sedangkan kerajinan yang

rumit, biasanya ada tukang lain yang membuat kami juga

membeli dari beberapa pengrajin di desa. Model yang

sama diterapkan di semua art shop. Selain ada pengrajin

sendiri, mereka juga membeli dari pengrajin

lokal.Namun, ada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan

kalau berburu kerajinan perak.

Disamping itu Tom’s Silver juga membuat

kerajinan sampingan dengan mneggunakan bahan

kuningan dan kulit. Biasanya kuningan digunakan untuk

membuat hiasan berupa candi, stupa, gamelan dll.

Sedangkan Kulit digunakan untuk membuat wayang

kulit, kipas dll.

3. TUJUAN KEGIATAN PERUSAHAAN

Perusahaan Tom’s silver yang mengelola kerajinan perak

ini mempunyai tujuan:

19

Page 20: Ekonomi Kerakyatan

Sebagai tempat berkunjung wisatawanlokal maupun

asing (objek wisata). Tidak berhenti pada ekspor

produk saja, mulai tahun 1985 Tom’s Silver meraih

penghargaan dari Trade Leader Club. Selanjutnya,

bekerja sama dengan biro perjalanan luar negeri,

Sutomo menjadikan bengkel dan tokonya sebagai

ajang wisata belanja. “Kami mengundang turis

untuk melihat dari dekat proses pembuatan perak.

Bahkan ada pelatihan singkat untuk membuat cincin

perak bagi turis, yang boleh dimiliki pembuatnya,”

kata Direktur Tom’s Silver Nevi Ervina di tengah

ulang tahun ke-35 Badan Pengembangan Ekspor

Nasional (BPEN) di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Wisata belanja ini berkembang dengan biro

perjalanan dalam negeri yang menjadikan wisata

edukatif. Wisatawan dapat berkunjung ke bengkel

Tom’s Silver untuk melihat dari dekat proses

peleburan hingga finishing berbagai bentuk

kerajinan berbahan baku perak, bahkan kini sampai

ke emas dan platinum (emas putih).

Sebagai tempat pelestarian kebudayaan bangsa

20

Page 21: Ekonomi Kerakyatan

Sabagai tempat yang dapat menciptakan lapangan

pekerjaan.

4. PERAN SERTA PERUSAHAAN DALAM

PEMBANGUNAN DAN MASYARAKAT

Tom’s silver sebagai salah satu perusahaan besar yang

ada di Jogja yang sudah terkenal di Indonesia bahkan

manca negara merupakan perusahan yang sangat

memperhatikan keadaan masyarakat sekitarnya.

Perusahaan ini dari tahun ke tahun selalu berusaha

memajukan usahanya. Namun dalam usahanya ini selalu

melibatkan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerjannya.

Tenaga kerja ini inipun tidak sembarangan dalam

perekrutannya. Dilakukan seleksi demkian karena untuk

mencari karyawan yang terbaik. Tidak hanya itu

perusahaan juga memberikan pembinaan dan

pengembangan demi meningkatkan kemampuan tenaga

kerjannya.

Selain hal di atas tom’s silver juga turut berpartisipasi

aktif dalam kegiatan bakti sosial demi rasa kepedulian

terhadap masyarakat yang kekurangan. Dalam event-

21

Page 22: Ekonomi Kerakyatan

event tertentu Tom’s silver melaksanakan kegiatan bakti

social dengan memberikan bantuan baik dalam bentuk

uang ataupun barang kepada masyarakat yang

kekurangan. Sering juga sumbangan itu diberikan kepada

panti asuhan yang ada di wilayah Yogyakarta. Dengan

hal-hal di atas, Tom’s silver sangat berperan aktif dan

peduli dalam pembangunan dan masyarakat.

5. KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH

PERUSAHAAN

Keuntungan yang diperoleh perusahaan Tom’s Silver

dari usaha perak yang dijalankannya dapat dijelaskan

dari kegiatan pemasaran.

Pemasaran yang dilakukan oleh Tom’s silver

manufacture meliputi pemasaran lokal dan internasional.

Pemasaran lokal menjangkau daerah Jakarta dan Bali

Sedangkan Pemasaran Internasional telah mencapai

wilayah Eropa. Pemasaran dilakukan di wilayah tersebut

dikarenakan permintaan yang tinggi akan barang-barang

dari perak. Dari kegiatan pemasaran, perusahaan

mendapat keuntungan berupa uang hasil penjualan

22

Page 23: Ekonomi Kerakyatan

barang-barang perak ataupun furniture tersebut yang

menjadi modal selanjutnya untuk menjalankan usaha.

Keuntungan dari usaha Tom’s silver ini dihitung dari

omset yang diperoleh dari hasil penjualan barang-barang

perak maupun furniture baik yang berasal dari dalam

atau luar negeri yang dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan untuk modal, menggaji karyawan dan

pemeliharaan alat.

6. MANFAAT PERUSAHAAN

Dalam kegiatan usahanya, Tom’s silver sangat

membantu memperbaiki tingkat perekonomian

masyarakat pada khususnya dan Negara pada umumnya.

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

Bagi pemerintah:

Memberikan tambahan pemasukan negara, dalam hal

ini barang yang di ekspor akan memberikan devisa

bagi negara.

Dengan kegiatan usahanya, Tom’s silver membantu

pemerintah untuk mengurangi tingkat pengangguran.

23

Page 24: Ekonomi Kerakyatan

Bagi masyarakat:

Membantu masyarakat dalam meningkatkan

kesejahteraannya.

Memberikan lapangan pekerjaan, yang dapat

digunakan masyarakat sabagai sumber mata pencarian

hidupnya.

24

Page 25: Ekonomi Kerakyatan

BAB III

KESIMPULAN

Ternyata sektor informal merupakan salah satu bagian

penting dalam ekonomi kerakyatan. Sektor ini mampu

menopang perekonomian masyarakat kelas menengah

25

Page 26: Ekonomi Kerakyatan

kebawah dan mengurangi pengangguran. Pemerintah

seharusnya memperhatikan sektor informal, memberikan

fasilitas agar sektor informal berkembang di kancah

perekonomian dunia. Dan juga dapat meningkatkan

pendapatan perkapita di Indonesia, dan sudah

semestinyalah kita sebagai generasi intelek juga ikut

berperan aktif dalam sektor informal tersebut.

26

Page 28: Ekonomi Kerakyatan

http://ssantoso.blogspot.com/2008/07/konsep-sektor-

informal-pedagang-kaki_28.html

menegpp.go.id/V2/index.../ketenagakerjaan?...sektor-

formalinformal

28