Memberdayakan Ekonomi Kerakyatan Melalui Gerakan Koperas1
-
Upload
ria-nurfadillah -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
Transcript of Memberdayakan Ekonomi Kerakyatan Melalui Gerakan Koperas1
MEMBERDAYAKAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI GERAKAN KOPERASI
Disusun Oleh
Ria Nurfadillah
16212247/ 2EA28
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunianyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah Ekonomi Koperasi ini tepat pada waktunya. Tugas tulisan dengan judul “MEMBERDAYAKAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI GERAKAN KOPERASI “ ini disusun sebagai salah satu tugas perorangan pada mata kuliah softskill ekonomi koperasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bekasi, 26 November 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………….…….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….………………….…….….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………...1
1. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………..………1
2. Tantangan………………………………………………………………………………………………………………………………1
3. Kendala………………………………………………………………………………………………………………………………….2
4. Peluang………………………………………………………………………………………………………………………………….2
5. Prinsip Pemerdayaan………………………………………………………………………………………………………………...3
6. Kebijakan……………………………………………………………………………………………………………………………….3
BAB II PERMASALAHAN…………………………………………………………………………………………………………………..4
1. Koperasi sebagai Penjelmaan Ekonomi Rakyat……………………………………………………………………..………4
2. Citra dan Peran Koperasi di Berbagai Negara………………………………………………………………………………..4
3. Pemberdayaan Koperasi: Menggali Key Success Factor………………………………………………………………….6
4. Program Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah………………………………….....10
a. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi Koperasi dan UKM……………………………………..10
b. Program pengembangan sistem pendukung usaha KUKM………………………………………………….……..11
c. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif KUKM……………………...........……12
d. Pemberdayaan usaha skala mikro…………………………………………………………………….....……….......……12
5. Sasaran Pengembangan………………………………………………………………………………………....…………........…13
6. Arah Kebijakan Pembangunan……………………………………………………………………………....…………........…..13
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….……………...........……15
REFERENSI…………………………………………………………………………………………………………….…………….........….…17
ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pasal 33 UUD 1945 menyatakan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasannya antara lain disebutkan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-perorang. Sedangkan bangun usaha yang sesuai ialah koperasi, yang diposisikan sebagai sokoguru perekonomian nasional.
Dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi, amanat konstitusi tersebut mengandung makna yang sangat penting. Di dalamnya terdapat keharusan dimilikinya semangat koperasi oleh seluruh masyarakat, termasuk badan-badan usaha yang ada dalam sistem perekonomian kita.
Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian memberikan landasan hukum yang kuat bagi pembangunan usaha koperasi, sehingga dapat lebih terpadu dengan sektor-sektor usaha lain. Selain itu juga memberikan keleluasaan bagi koperasi dalam menentukan arah pengembangan usaha. Sementara di tengah situasi krisis ekonomi berkepanjangan, bentuk ekonomi rakyat berskala kecil dinilai lebih mampu bertahan terhadap goncangan. Dalam konteks ini, peran koperasi yang memiliki basis luas di masyarakat dapat diharapkan menjadi inisiator perkuatan ekonomi kerakyatan. Kenyataan itu menyadarkan kita semua akan perlunya memberikan dukungan penuh pada pengembangan koperasi agar dapat menyelamatkan kondisi perekonomian nasional. Pemberdayaan koperasi secara maksimal, oleh banyak pihak diyakini akan mampu memulihkan kondisi perekonomian rakyat yang telah terlanjur hancur terpuruk.
Dalam pidato peringatan hari koperasi ke-56 tahun 2003, Menteri Negara Koperasi dan UKM menyatakan bahwa secara empirik koperasi terbukti mempunyai posisi strategis dan besar andilnya dalam mendorong roda perekonomian rakyat.
Kenyataan itu memperlihatkan bahwa potensi koperasi secara nasional sangatlah besar. Ke depan, pengembangannya akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tantangan, kendala, dan peluang.
2. TantanganKerena berbagai sebab dan alasan ekonomi maupun nonekonomi, hingga sekarang koperasi pada umumnya belum dapat sepenuhnya mewujudkan prinsip berkoperasi sebagaimana diamanatkan konstitusi. Sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat, laju pertumbuhannya pun lebih lamban dibanding usaha-usaha swasta berskala besar; di antara keduanya bahkan masih terdapat kesenjangan struktural.
Di masa mendatang, agar dapat benar-benar menjadi basis ketahanan ekonomi nasional, koperasi masih harus diberdayakan. Untuk itu perlu digencarkan upaya penyelamatan, pemulihan, stabilisasi, dan penumbuhan secara maksimal..Dunia usaha nasional, termasuk koperasi, akan menghadapi persaingan yang makin ketat. Dengan demikian tantangan utama bagi gerakan
koperasi Indonesia adalah bagaimana meningkatkan daya saing agar dapat mendiversifikasi produk, seraya meluaskan pangsa pasar di dalam maupun luar negeri.
3. KendalaMasih rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang tercermin pada kurang berkembangnya semangat kewirausahaan, lemahnya daya inovasi dan kreativitas, serta lemahnya disiplin, etos kerja, dan profesionalisme, merupakan kendala utama perkembangan koperasi. Kendala ini mempengaruhi efisiensi dan produktivitas usaha, yang pada gilirannya membatasi daya saing, sekaligus membatasi kemampuan dalam menciptakan ataupun memanfaatkan peluang usaha.
Kendala lain yang dapat dikemukakan di sini di antaranya adalah keterbatasan sarana dan prasarana penunjang dengan persebaran yang kurang merata, iklim usaha yang belum sepenuhnya mendukung gerakan koperasi, belum tegaknya peraturan yang mengatur persaingan sehat, dan sebagainya. Lagipula, pembinaan usaha nasional pun secara umum belum mantap, baik antar-sektor maupun antar-golongan ekonomi, juga antar-daerah. Belum lagi, keterbatasan akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi, informasi, pasar produk dan lokasi usaha, dan lemahnya jaringan kerja dan kemitraan, pun masih menjadi kendala.
4. PeluangDengan memperhatikan semangat demokrasi ekonomi yang diamanatkan UUD 1945 dan arah kebijakan pembangunan ekonomi pemerintah, serta mengingat tantangan, kendala, dan peluang tersebut, maka ke depan pemberdayaan koperasi harus menyentuh dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi. Ada beberapa asumsi yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan program, yakni sebagai berikut:
1. Pelaku koperasi harus dipandang sebagai subyek yang mampu berusaha secara rasional. Asumsi ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan cara pandang dalam pelaksanaan program, pembinaan, dan pengembangan.
2. Perilaku berusaha koperasi pada dasarnya bersumberkan pada hasil dari proses belajar yang terus-menerus. Dengan demikian, setiap program yang bertentangan dengan hasil belajar itu dimungkinkan mendapat resistensi, sehingga berpotensi menggagalkan program.
3. Pada dasarnya koperasi memiliki kemampuan memberikan arah terhadap perilaku usahanya.
4. Pengembangan koperasi pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan koperasi itu sendiri dalam menghadapi atau mengatasi segala perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Asumsi-asumsi tersebut harus dijadikan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan. Dengan demikian diharapkan perencanaan dan perumusan program pengembangan koperasi dapat tepat sasaran.
5. Prinsip Pemberdayaan Pemberdayaan koperasi memerlukan landasan yang memperhatikan aspek kesetaraaan, keadilan, partisipasi, tanggung jawab, dan kemandirian yang berlangsung dalam sistem kerjasama yang saling memperkuat. Landasannya dapat dirinci dalam 5 prinsip berikut ini:
1. harus didasarkan pada penumbuhan sikap kemandirian dan kewirausahaan untuk berkarya dengan prakarsa sendiri dan berdaya saing. Kedua, dilaksanakan dengan dukungan kebijaksan publik yang transparan, bertanggung gugat, dan non-diskriminatif baik antar-pelaku, antar-sektor, antar-daerah, maupun antar-gender, yang dapat memfasilitasi koperasi dalam menjalankan dan mengakses sumber-sumber daya produktif.
2. berorientasi pada pengembangan berbasis pasar, dengan antisipasi perkembangan global, dan perlindungan terhadap praktek-praktek usaha yang curang.
3. dilaksanakan dengan lebih menekankan pada terselenggaranya suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan, mampu mendukung tumbuh-kembang koperasi yang berkeunggulan kompetitif.
4. kebijakan berikut program dan rencana tindak kegiatan pemberdayaan koperasi dibangun melalui kesepakatan di antara seluruh stake-holder, yang meliputi pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
6. KebijakanDi era otonomi daerah, pemberdayaan koperasi ditempuh melalui 3 langkah kebijakan:
1. penumbuhan iklim usaha yang sehat dan kondusif bagi berkembangnya koperasi melalui perkuatan sarana produksi, penyederhanaan pengurusan dan birokrasi, serta pengawasan dan pembelaan terhadap praktek-praktek persaingan usaha yang tidak sehat.
2. peningkatan akses terhadap sumberdaya produktif melalui perluasan sumber-sumber pembiayaan koperasi, penguatan lembaga-lembaga pelatihan, penguatan organisasi dan modernisasi menejemen koperasi dan peningkatan kemampuan lembaga penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi dan informasi.
3. pengembangan kewirausahaan koperasi berkeungulan kompetitif melalui pemasyarakatan kewirausahaan, peningkatan kualitas pengelola menjadi wirausaha yang dijiwai semangat kooperatif agar mampu memanfaatkan potensi, keterampilan, dan keahliannya untuk berinovasi dan menciptakan lapangan kerja.
BAB II PERMASALAHAN
1. Koperasi Sebagai Penjelmaan Ekonomi Rakyat
Dalam konteks ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi, kegiatan produksi dan konsumsi
dilakukan oleh semua warga masyarakat dan untuk warga masyarakat, sedangkan
pengelolaannya dibawah pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat sendiri (Mubyarto,
2002). Prinsip demokrasi ekonomi tersebut hanya dapat diimplementasikan dalam wadah
koperasi yang berasaskan kekeluargaan.
Secara operasional, jika koperasi menjadi lebih berdaya, maka kegiatan produksi dan konsumsi
yang jika dikerjakan sendiri-sendiri tidak akan berhasil, maka melalui koperasi yang telah
mendapatkan mandat dari anggota-anggotanya hal tersebut dapat dilakukan dengan lebih
berhasil. Dengan kata lain, kepentingan ekonomi rakyat, terutama kelompok masyarakat yang
berada pada aras ekonomi kelas bawah (misalnya petani, nelayan, pedagang kaki lima) akan
relatif lebih mudah diperjuangkan kepentingan ekonominya melalui wadah koperasi. Inilah
sesungguhnya yang menjadi latar belakang pentingnya pemberdayaan koperasi.
2. Citra dan Peran Koperasi di Berbagai NegaraSecara obyektif disadari bahwa disamping ada koperasi yang sukses dan mampu meningkatkan
kesejahteraan anggotanya, terdapat pula koperasi di Indonesia (bahkan mungkin jauh lebih
banyak kuantitasnya) yang kinerjanya belum seperti yang kita harapkan. Koperasi pada kategori
kedua inilah yang memberi beban psikis, handycap dan juga ‘trauma’ bagi sebagian kalangan
akan manfaat berkoperasi.
Oleh karena itu, disini perlu dipaparkan beberapa contoh untuk lebih meyakinkan kita semua
bahwa sesungguhnya sistem koperasi mampu untuk mengelola usaha dengan baik,
menyejahterakan anggotanya dan sekaligus berfungsi sebagai kekuatan pengimbang
(countervailing power) dalam sistem ekonomi.
Koperasi di Jerman, misalnya, telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian bangsa,
sebagaimana halnya koperasi-koperasi di negara-negara skandinavia. Koperasi konsumen di
beberapa negara maju, misalnya Singapura, Jepang, Kanada dan Finlandia mampu menjadi
pesaing terkuat perusahaan raksasa ritel asing yang mencoba masuk ke negara tersebut (Mutis,
2003). Bahkan di beberapa negara maju tersebut, mereka berusaha untuk mengarahkan
perusahaannya agar berbentuk koperasi. Dengan membangun perusahaan yang berbentuk
koperasi diharapkan masyarakat setempat mempunyai peluang besar untuk memanfaatkan
potensi dan asset ekonomi yang ada di daerahnya.
Di Indonesia, menurut Ketua Umum Dekopin, saat ini terdapat sekitar 116.000 unit koperasi
(Kompas, 2004). Ini adalah suatu jumlah yang sangat besar dan potensial untuk dikembangkan.
Seandainya dari jumlah tersebut terdapat 20-30% saja yang kinerjanya bagus, tentu peran
koperasi bagi perekonomian nasional akan sangat signifikan.
Sementara itu di Amerika Serikat jumlah anggota koperasi kredit (credit union) mencapai sekitar
80 juta orang dengan rerata simpanannya 3000 dollar (Mutis, 2001). Di Negara Paman Sam ini
koperasi kredit berperan penting terutama di lingkungan industri, misalnya dalam pemantauan
kepemilikan saham karyawan dan menyalurkan gaji karyawan. Begitu pentingnya peran koperasi
kredit ini sehingga para buruh di Amerika Serikat dan Kanada sering memberikan julukan
koperasi kredit sebagai people’s bank, yang dimiliki oleh anggota dan memberikan layanan
kepada anggotanya pula.
Di Jepang, koperasi menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian. Peran
koperasi di pedesaan Jepang telah menggantikan fungsi bank sehingga koperasi sering disebut
pula sebagai ‘bank rakyat’ karena koperasi tersebut beroperasi dengan menerapkan sistem
perbankan (Rahardjo, 2002).
Contoh lain adalah perdagangan bunga di Belanda. Mayoritas perdagangan bunga disana
digerakkan oleh koperasi bunga yang dimiliki oleh para petani setempat. Juga Koperasi Sunkis di
California (AS) yang mensuplai bahan dasar untuk pabrik Coca Cola, sehingga pabrik tersebut
tidak perlu membuat kebun sendiri. Dengan demikian pabrik Coca Cola cukup membeli sunkis
dari Koperasi Sunkis yang dimiliki oleh para petani sunkis (Mutis, 2001). Di Indonesia, banyak
juga kita jumpai koperasi yang berhasil, misalnya GKBI yang bergerak dalam bidang usaha
batik, KOPTI yang bergerak dalam bidang usaha tahu dan tempe (Krisnamurthi, 2002), Koperasi
Wanita Setia Bhakti Wanita di Surabaya, dan KOSUDGAMA di Yogyakarta untuk jenis
koperasi yang berbasis di perguruan tinggi, dan masih banyak contoh lagi.
3. Pemberdayaan Koperasi: Menggali Key Success FactorMengkaji kisah sukses dari berbagai koperasi, terutama koperasi di Indonesia, kiranya dapat
disarikan beberapa faktor kunci yang urgent dalam pengembangan dan pemberdayaan koperasi.
Diantara faktor penting tersebut, antara lain:
a. Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi (co-operative identity) yang antara lain
dicitrakan oleh pengetahuan mereka terhadap ‘tiga serangkai’ koperasi, yaitu pengertian koperasi
(definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of co-operative) dan prinsip-prinsip
gerakan koperasi (principles of co-operative) (International Co-operative Information Centre,
1996). Pemahaman akan jati diri koperasi merupakan entry point dan sekaligus juga crucial point
dalam mengimplementasikan jati diri tersebut pada segala aktifitas koperasi. Sebagai catatan
tambahan, aparatur pemerintah terutama departemen yang membidangi masalah koperasi perlu
pula untuk memahami secara utuh dan mendalam mengenai perkoperasian, sehingga komentar
yang dilontarkan oleh pejabat tidak terkesan kurang memahami akar persoalan koperasi, seperti
kritik yang pernah dilontarkan oleh berbagai kalangan, diantaranya oleh Baga (2003).
b. Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu mengidentifikasi kebutuhan
kolektif anggotanya (collective need of the member) dan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses
untuk menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik. Dengan
mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan kebutuhan kolektif
setiap koperasi berbeda-beda. Misalnya di suatu kawasan sentra produksi komoditas pertanian
(buah-buahan) bisa saja didirikan koperasi. Kehadiran lembaga koperasi yang didirikan oleh dan
untuk anggota akan memperlancar proses produksinya, misalnya dengan menyediakan input
produksi, memberikan bimbingan teknis produksi, pembukuan usaha, pengemasan dan
pemasaran produk.
c. Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola koperasi. Disamping kerja keras,
figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang amanah, jujur serta transparan.
d. Kegiatan (usaha) koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha anggotanya.
e. Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan anggotanya sehingga biaya tersebut
lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang dibebankan oleh lembaga non-koperasi.
Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan. Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 12
Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992. Prinsip koperasi di Indonesia kurang lebih sama
dengan prinsip yang diakui dunia internasional dengan adanya sedikit perbedaan, yaitu adanya
penjelasan mengenai SHU (Sisa Hasil Usaha).
Ekonomi Kerakyatan dalam arti yang lebih luas mencakup kehidupan petani, nelayan, pedagang
asongan, tukang ojek dan pedagang kaki lima, yang kepentingan-kepentingan ekonominya selalu
dapat lebih mudah dibantu atau diperjuangkan melalui koperasi. Kepentingan-kepentingan
ekonomi rakyat seperti inilah yang kurang mendapat perhatian oleh pengambil kebijakan
ekonomi. Ekonomi rakyat seperti ini dapat dikategorikan sebagai bisnis tetapi sesunguhnya
merupakan kegiatan hidup sehari-hari yang sama sekali bukan kegiatan bisnis yang mengejar
untung.
Hal ini dibuktikan dari kehidupan rakyat kecil makin berat karena penduduk desa yang tidak
memiliki tanah harus bekerja pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak.
Produksi pangan rakyat merosot dan timbul kelaparan di berbagai tempat. Dengan demikian
kalau konsep Ekonomi kerakyatan ini benar-benar bangkit maka secara otomatis mata
pencaharian sebagian besar rakyat memiliki daya tahan tinggi terhadap ancaman dan goncangan-
goncangan harga internasional. Pada saat terjadi depresi dimana lemahnya bangkitan ekonomi
kerakyatan di Indonesia.
Kini Wadah koperasi yang di bentuk di kampung-kampung merupakan sebuah wadah untuk
memperkuat ekonomi kerakyatan. Ekonomi rakyat terutama yang dikampung dapat diperkuat
melalui wadah Koperasi. Wadah koperasi ini mempunyai peran yang sangat besar dalam
membuka kesempatan dan peluang usaha masyarakat di kampung, selain sebagai agen
pendistribusian hasil-hasil produk masyarakat, dan media penyedia barang-barang konsumsi.
Wadah ini juga sebagai sebuah kegiatan produksi dan konsumsi yang apabila dikerjakan sendiri-
sendiri tidak akan berhasil, tetapi melalui organisasi koperasi yang menerima tugas dari anggota
untuk memperjuangkannya dapat berhasil.
Ekonomi Rakyat adalah usaha ekonomi yang tegas tidak mengejar keuntungan tunai, tetapi
dilaksanakan hanya untuk memperoleh pendapatan bagi pemenuhan kebutuhan keluarga secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kebutuhan-kebutuhan
keluarga lain dalam arti luas, yang semuanya mendesak dipenuhi dalam rangka merubah pola
kultural masyarakat untuk berpikir secara produktif dan pada akhirnya ekonomi masyarakat
dapat bangkit dan tersedia sebuah wadah koperasi yang sangat membantu perekonomian
masyarakatnya.
Ekonomi kerakyatan merupakan tata laksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu
penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan
kemajuan ekonomi rakyat yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat
kecil. Ekonomi kerakyatan lebih menunjuk pada sila ke-4 Pancasila, yang menekankan pada sifat
demokratis sistem ekonomi Indonesia. Dalam demokrasi ekonomi Indonesia, produksi tidak
hanya dikerjakan oleh sebagian warga tetapi oleh semua warga masyarakat, dan hasilnya
dibagikan kepada semua anggota masyarakat secara adil dan merata, seperti yang telah
dijelaskan dalam UUD 1945 pasal 33. Kunci kemajuan dari ekonomi nasional di masa depan
adalah ekonomi kerakyatan dan ekonomi pancasila merupakan aturan main semua pelaku
ekonomi.
Sistem Ekonomi kerakyatan memiliki fungsi yang kuat dalam membantu masyarakat karena
langsung berhubungan dengan urat nadi kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi kerakyatan
perlu lebih diberdayakan agar mampu menjadi salah satu mesin bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat dan sekaligus alat ampuh untuk lebih memeratakan ‘pembangunan’ sejalan dengan
program pengentasan kemiskinan. System ekonomi kerakyatan di Indonesia memang masih
belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu pemerintah mengupayakan untuk mendirikan
koperasi sebagai wadah dalam memperlancar perekonomian rakyat.
Sebenarnya, ekonomi kerakyatan merupakan symbol dari suatu system yang memiliki dampak
terhadap perilaku ekonomi yang memang masih rendah dan memang layak untuk mendapatkan
prioritas utama penanganan pemerintah. Sebagaimana diketahui, perbedaan koperasi dari
perusahaan perseroan terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang
mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha yang dijalankan oleh koperasi untuk turut
menjadi anggota koperasi.
Sistem Ekonomi kerakyatan dapat diperkuat dengan adanya koperasi, dengan adanya koperasi
kegiatan produksi dan konsumsi yang apabila dikerjakan sendiri-sendiri tidak akan berhasil,
tetapi melalui organisasi koperasi yang menerima tugas dari anggota untuk memperjuangkannya
ternyata dapat berhasil. Sistem Ekonomi kerakyatan merupakan usaha ekonomi yang tegas-tegas
tidak mengejar keuntungan tunai, tetapi dilaksanakan untuk sekedar memperoleh pendapatan
bagi pemenuhan kebutuhan keluarga secara langsung untuk memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan, dan kebutuhan-kebutuhan keluarga lain dalam arti luas, yang semuanya
mendesak dipenuhi dalam rangka pelaksanaan pekerjaan para anggota koperasi.
Tujuan utama dalam penyelenggaraan system ekonomi kerakyatan melalui gerakan koperasi
adalah untuk mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia ( sebagaimana telah
tercantum dalam sila ke-5 ) melalui peningkatan kemampuan masyarakat terhadap
pengendaliannya roda perekonomian di Indonesia. Apabila setiap pelaku ekonomi
menerapkannya, kemungkinan tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak baik dari
segi perekonomian bawah dapat diatasi dengan baik. Adanya jaminan social bagi anggota
masyarakat yang membutuhkan terutama fakir miskin dan anak-anak yang terlantar. Yang lebih
penting adalah terselenggaranya system belajar mengajar bagi setiap anggota masyarakat.
Telah diketahui sebelumnya bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia bahkan tentang
persoalan globalisasi dalam perekonomian, membuat pemerintah dan para pihak yang
bersangkutan mencari pengupayaan untuk mengatasi persoalan tersebut. Tidak mudah memang
menjalankan program yang telah di canangkan. Akan tetapi, dengan kehadirannya system
ekonomi kerakyatan di Indonesia memang sedikit membantu dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Walaupun penggunaan ungkapan itu dalam realisasinya cenderung belum terlaksana
dengan ungkapan ekonomi rakyat, justru cenderung dipandang seolah-olah merupakan idealisme
baru dalam perekonomian Indonesia. Ekonomi kerakyatan dalam arti yang lebih luas mencakup
kehidupan petani, nelayan, tukang becak dan pedagang kaki lima, yang kepentingan-kepentingan
ekonominya selalu dapat lebih mudah dibantu dan diperjuangkan melalui koperasi. Peranan
koperasi di Indonesia sesungguhnya untuk mengelola usaha dengan baik, menyejahterakan
anggotanya dan sekaligus berfungsi sebagai kekuatan pengimbang dalam sistem ekonomi
kerakyatan di Indonesia, misalnya telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian bangsa
Indonesia. Dengan mendirikan koperasi diharapkan masyarakat setempat mempunyai peluang
besar untuk memanfaatkan potensi dan asset ekonomi yang ada di daerahnya. Peran koperasi di
pedesaan telah menggantikan fungsi bank konvensional atau syariah sehingga koperasi sering
disebut pula sebagai banknya rakyat karena koperasi tersebut beroperasi dengan menerapkan
sistem perbankan yang sudah diatur oleh pemerintah di Indonesia. Agar tetap bisa mengikuti
perkembangan zaman, koperasi ahrus bisa memberikan sumbangan nyata kepada pemberdayaan
ekonomi rakyat. Dengan begitu, koperasi akan menjadi sokoguru perekonomian nasional tidak
akan mampu untuk bersaing dengan pelaku ekonomi ln baik pemerintah maupun swastA
4.PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH
Dalam kaitan dengan peningkatan kesempatan kerja dan berusaha maka pemenuhan terhadap hak atas pekerjaan tersebut secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi salah satunya oleh kebijakan pengembangan Koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah, disamping juga sektor riil dan perdagangan. Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) memiliki potensi yang besar dan strategis dalam rangka mengurangi kemiskinan, mengingat pertumbuhan dan aktifnya sektor riil yang dijalankan oleh KUMKM mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, yaitu tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok KUMKM dapat menjadi penyeimbang pemerataan dan penyerapan tenaga kerja.
KUKM sebagai asset dapat diandalkan sebagai penggerak roda ekonomi masyarakat di pedesaan, perkotaan bahkan di daerah tertinggal. Secara sepintas posisi koperasi di Indonesia menunjukkan bahwa jumlah koperasi meningkat dari 130.730 unit pada tahun 2004 menjadi 138.411 unit pada tahun 2006 (meningkat sebesar 5,88%), sedangkan jumlah anggota pada tahun 2004 sebanyak 27.523.053 orang, dan tahun 2006 jumlah anggota 27.042.342 orang.
Berkaitan dengan upaya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, maka beberapa kegiatan pokok yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka program memberdayakan KUMKM antara lain :
a. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi Koperasi dan UKM. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini, yaitu:
1) Fasilitasi dan penyediaan kemudahan dalam formalisasi usaha dengan mengembangkan pola pelayanan satu atap untuk memperlancar proses dan mengurangi biaya perijinan;
2) Penyempurnaan peraturan perundangan, seperti UU tentang UKM, UU tentang Perkoperasian, dan UU tentang Wajib Daftar Perusahaan, beserta ketentuan pelaksanaannya dalam rangka membangun landasan legalitas usaha yang kuat, dan
melanjutkan penyederhanaan birokrasi, perijinan, lokasi, serta peninjauan terhadap peraturan perundangan lainnya yang kurang kondusif bagi UMKM terutama peninjauan terhadap pemberlakuan berbagai pungutan biaya usaha, baik yang sektoral maupun spesifik daerah;
3) Memperbaharui/memulihkan hak-hak legal, antara lain dengan memperbaharui/ memulihkan surat-surat ijin usaha melalui prosedur dan mekanisme yang sederhana, mudah dan cepat serta tanpa pungutan. Bila memungkinkan bahkan cukup dengan sekedar melapor/mendaftar saja;
b. Program pengembangan sistem pendukung usaha KUKM.
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini, yaitu :
1) Perluasan sumber pembiayaan, khususnya skim kredit investasi dan penyediaan skim pembiayaan ekspor melalui lembaga modal ventura dan lembaga non bank lainnya, terutama yang mendukung UKM;
2) Penguatan jaringan pasar domestik produk-produk UKM dan anggota koperasi, melalui pengembangan lembaga pemasaran, jaringan/kemitraan usaha, dan sistem transaksi usaha yang bersifat on-line, terutama bagi komoditas unggulan
3) Penguatan infrastruktur pembiayaan bagi petani dan nelayan di perdesaan dan skim-skim pembiayaan. alternatif seperti sistem bagi hasil dana bergulir, sistem tanggung renteng atau jaminan tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti agunan, penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat luas;
4) Fasilitasi pengembangan skim penjaminan kredit melalui kerjasama bank dan lembaga asuransi, dan fasilitasi bantuan teknis kepada BPR dan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) untuk meningkatkan penyaluran kredit bagi sektor pertanian;
5) Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan pengrajin, melalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai dengan dukungan penyediaan infrastruktur perdesaan;
6) Bantuan perkuatan untuk KSP/USP yang masih dapat melakukan kegiatan
7) Memfasilitasi UKM untuk dapat berdagang di pasar darurat yang disediakan Departemen Perdagangan.
c. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif KUKM.
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini, yaitu:
1) Bantuan teknis dan pendampingan teknologi kepada pemerintah daerah, masyarakat dan UKM di wilayah perbatasan (melalui pengembangan agroindustri unggulan dan agroforestry bernilai ekonomis tinggi, dan perbaikan mutu/kualitas benih genetik).
2) Penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk memacu pengembangan wirausaha baru UKM berbasis teknologi, berorientasi ekspor, pengembangan inkubator teknologi dan bisnis serta pemberian dukungan pengembangan kemitraan investasi antar UKM.
3) Pemasyarakatan kewirausahaan, penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk memacu pengembangan wirausaha baru UKM berbasis teknologi, berorientasi ekspor, sub kontrak dan agribisnis/agroindustri;
4) Pendataan ulang/revitalisasi kelembagaan KUKM
5) Bantuan perkuatan alat/sarana usaha berupa kapal penangkap kapal ikan yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap bersama Departemen Kelautan dan Perikanan.
d. Pemberdayaan usaha skala mikro.
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini, yaitu:
1) Peningkatan kesempatan dalam berusaha dengan penyediaan kemudahan dan pembinaan teknis manajemen dalam memulai usaha, perlindungan usaha, tempat berusaha wirausaha baru, dan penyediaan skim-skim pembiayaan alternatif untuk usaha;
2)Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan perkoperasian serta fasilitasi pembentukan wadah koperasi di daerah kantong-kantong kemiskinan;
3) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan LKM dan KSP di sektor pertanian dan perdesaaan antara lain melalui pembentukan sistem jaringan antar LKM dan antara LKM dan bank.
4) Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk dengan cara meningkatkan kualitas koperasi sebagai wadah organisasi untuk meningkatkan skala ekonomi usaha dan efisiensi kolektif;
5) Memfasilitasi sarana usaha bagi usaha skala mikro, yang berlokasi di sekitar tenda-tenda penampungan, dan pasar darurat yang pelaksanaan dikoordinasikan oleh Departemen perdagangan;
6) Peningkatan kredit skala mikro dan kecil serta peningkatan kapasitas dan jangkauan pelayanan KSP/USP;
7) Peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan pengusaha mikro dan kecil.
5.Sasaran Pengembangan
Sasaran pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam tahun 2006 adalah:
1. Meningkatnya produktivitas dan nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah;2. Berkembangnya usaha koperasi dan UMKM di bidang agribisnis di perdesaan;3. Tumbuhnya wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi; dan4. Berkembangnya usaha mikro di perdesaan dan/atau di daerah tertinggal dan kantong-
kantong kemiskinan;5. Meningkatnya jumlah koperasi yang dikelola sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
koperasi.
6. Arah Kebijakan Pembangunan
Kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam tahun 2006 secara umum diarahkan untuk mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, serta revitalisasi pertanian dan perdesaan, yang menjadi prioritas pembangunan nasional dalam tahun 2006. Dalam kerangka itu, pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) diarahkan agar memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan kesempatan kerja, peningkatan ekspor dan peningkatan daya saing, sementara itu pengembangan usaha skala mikro diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah, khususnya di sektor pertanian dan perdesaan.
Dalam rangka mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, dilakukan penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif berskala mikro/informal, terutama di kalangan keluarga miskin dan/atau di daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan. Pengembangan usaha skala mikro tersebut diarahkan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha, serta sekaligus meningkatkan kepastian dan perlindungan usahanya, sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh dan bersaing.
Pemberdayaan koperasi dan UKM juga diarahkan untuk mendukung penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, antara lain melalui peningkatan kepastian berusaha dan kepastian hukum, pengembangan sistem insentif untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis teknologi dan/atau berorientasi ekspor, serta peningkatan akses dan perluasan pasar ekspor bagi produk-produk koperasi dan UKM. Dalam rangka itu, UKM perlu diberi kemudahan dalam formalisasi dan perijinan usaha, antara lain dengan mengembangkan pola pelayanan satu atap untuk memperlancar proses dan mengurangi biaya perijinan. Di samping itu dikembangkan budaya usaha dan kewirausahaan, terutama di kalangan angkatan kerja muda, melalui pelatihan, bimbingan konsultasi dan penyuluhan, serta kemitraan usaha.
UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di sektor pertanian dan perdesaan adalah salah satu komponen dalam sistem pembangunan pertanian dan perdesaan. Oleh karena itu, kebijakan pemberdayaan UMKM di sektor pertanian dan perdesaan harus sejalan dengan dan mendukung kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan. Untuk itu, UMKM di perdesaan diberikan kesempatan berusaha yang seluas-luasnya dan dijamin kepastian usahanya dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi, serta diperluas aksesnya kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan usaha dan potensi sumberdaya lokal yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha agribisnis serta mengembangkan ragam produk unggulannya. Upaya ini didukung dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan lokal menjadi alternatif sumber pembiayaan bagi sektor pertanian dan perdesaan. Di samping itu, agar lembaga pembiayaan untuk sektor pertanian dan perdesaan menjadi lebih kuat dan tangguh, jaringan antar LKM dan antara LKM dan Bank juga perlu dikembangkan.
BAB III KESIMPULAN
Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan. Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 12
Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992. Prinsip koperasi di Indonesia kurang lebih sama
dengan prinsip yang diakui dunia internasional dengan adanya sedikit perbedaan, yaitu adanya
penjelasan mengenai SHU (Sisa Hasil Usaha).
Kemungkinan koperasi untuk memperoleh keunggulan komparatif dari perusahaan lain cukup
besar mengingat koperasi mempunyai potensi kelebihan antara lain pada skala ekonomi, aktivitas
yang nyata, faktor-faktor precuniary, dan lain-lain.
Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif,
dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh
pada prinsip identitas koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta
peningkatan kesejahteraan bersama. Dari definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa
kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif.
Sebagai pedoman dasar dan arah yang jelas bagi pelaksanaan pembangunan koperasi dalam era
reformasi, maka di perlukan adanya Konsep Dasar Reposisi Peran Koperasi yang diaplikasikan
dalam bentuk ”Pola Dasar Pengembangan Peran Koperasi”. Pola dasar tersebut memuat tujuan,
pendekatan, manfaat dan sasaran reposisi peran koperasi.
Pedoman dasar dan arah pengembangan koperasi ini baru akan bermanfaat jika dilaksanakan
secara konsisten dan bersungguh-sungguh. Di samping itu, partisipasi aktif para pengusaha kecil
yang anggota koperasi, juga sangat menentukan keberhasilan pembangunan koperasi. Karena itu
upaya-upaya untuk meningkatkan partisipasi mereka perlu dikembangkan secara terus menerus,
melalui pembuktian kongkrit manfaat koperasi dan tidak hanya melalui penyuluhan, pendidikan
dan pelatihan yang lebih bersifat normatif.
REFERENSI
http://www.pesona-getar.com/online/kategori/berita-292-pemberdayaan-ekonomi-rakyat-
melalui-koperasi.html
http://zahradelita.wordpress.com/2012/04/02/pemberdayaan-ekonomi-rakyat-melalui-
program-pemberdayaan-koperasi-usaha-mikro-kecil-dan-usaha-menengah-di-era-globalisasi/
http://triany-syafrilia.blogspot.com/2011/10/sistem-ekonomi-kerakyatan-melalui-wadah.html
http://belajarkoperasi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=183&Itemid=189
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_7/artikel_1.htm