Ekonomi - ftp.unpad.ac.id fileMisalnya melakukan tax amnesty, rekonsiliasi pajak. Atau yang lebih...

1
Petaka Mengintip di Sabuk Dieng Akibat mengeksploitasi lahan tanpa kendali, anak cucu petani dan warga di sekitar dataran tinggi Dieng akhirnya memetik kemurkaan alam. Fokus Nusantara, hlm 28-29 HALAMAN 13 RABU, 4 AGUSTUS 2010 Ekonomi ANT-ANIS EFUZUDIN PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono sedang mengkaji kemungkinan ditem- puhnya upaya rekonsiliasi nasional. Tujuannya agar pembangunan nasional ke depan berjalan dengan baik dan tidak terkendala polemik di masa lalu. Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, mengemuka- kan hal itu di Binagraha, Jakarta, kemarin. Presiden, lanjut Andi, berpandangan rekonsiliasi nasional memiliki banyak manfaat dan menjadi landasan kuat bagi berjalannya program pemerintah di masa mendatang. Namun juga dipahami ada banyak pertentangan bila dilakukan. Pemerintah sedang mengkaji langkah- langkah rekonsiliasi mulai dari yang sederhana hingga kompleks dan ekstrem. Misalnya melakukan tax amnesty, rekonsiliasi pajak. Atau yang lebih ekstrem bila perlu melakukan moratorium korupsi-korupsi di masa lalu. Yang paling penting uang tersebut bisa kembali untuk kesejahteraan rakyat. (Rin/E-6) Pengurangan Kemiskinan Lemah Pengawasan Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) tercatat menjangkau lebih dari 2,9 juta nasabah. Namun, nyatanya di daerah banyak yang tidak memahami konsep KUR. LISTRIK TENAGA SAMPAH: Petugas memeriksa tekanan gas pada generator yang berfungsi menghasilkan listrik dari metana yang dikeluarkan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, kemarin. TPST Bantar Gebang berencana membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga sampah yang akan menghasilkan 26 Mw. Asep Toha “Misalnya untuk program langsung ada BLT (bantuan langsung tunai) atau PNPM (Program Nasional Pember- dayaan Masyarakat) Mandiri dan tidak langsung seperti KUR,” kata Fadhil. Menurut Fadhil, kelemahan pemerintah kerap di sisi peng- awasan dan tindak lanjut pro- gram. Alhasil program sebaik apa pun dan dengan biaya sebesar apa pun, tidak akan optimal. Hal itu salah satunya terungkap dalam keraguan pe- merintah akan data penerima KUR. Sebelumnya, Staf Khusus P EMERINTAH masih lemah dalam penga- wasan berbagai pro- gram penanggulang- an kemiskinan. Karena itu, efektivitas dari program terse- but menjadi tidak optimal. Demikian diungkap ekonom Indef Fadhil Hasan saat dihu- bungi Media Indonesia, kema- rin. Padahal, menurutnya, pe- merintah sebenarnya memiliki berbagai program yang baik dalam upaya mengurangi ang- ka kemiskinan ini. Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief me- ragukan validitas data KUR. Dia mempertanyakan data penyaluran KUR yang konon telah mencapai lebih dari 2,9 juta nasabah. Pasalnya, ke- nyataan di lapangan pemerin- tah dan masyarakat di daerah banyak yang tidak memahami konsep KUR. Andi mengatakan dalam laporan Kementerian Koperasi dan UKM sejak 2008 hingga 26 Juli 2010 sebanyak Rp22,5 triliun KUR telah dikucurkan. Adapun total debitur yang me- nikmati dana KUR sebanyak 2,9 juta orang. Namun, hal itu sangat kon- tras karena dalam kunjungan ke hampir 30 kabupaten dan pemantauan melalui media, banyak bupati yang justru tidak tahu soal KUR, apalagi masyarakatnya. Ditambah program kemiskin- an lainnya, semestinya penye- rapan tenaga kerjanya lumayan banyak. Belum lagi ditambah data pendamping, asumsi- nya angka kemiskinan itu bisa menurun 7-8 juta orang. Bentuk satgas Lebih jauh Andi menam- bahkan untuk mengefektifkan pendataan dan pengawasan, pemerintah akan membentuk satuan tugas (satgas) KUR. Sat- gas itu bertugas menjembatani masyarakat dan perbankan, terutama dalam hal pemenuh- an persyaratan KUR, seperti pengurusan izin usaha. Satgas dibentuk setiap provinsi dan bersifat ‘jemput bola’. Biayanya pun diambil dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Anggotanya merupakan gabungan dari pegawai bank dan birokrasi yang melibat- kan masyarakat lokal. Satgas itu akan dikoordinasikan de- ngan badan percepatan pe- nanggulangan kemiskinan yang dipimpin Wakil Presiden Boediono. Sementara itu, Deputi Pe- ngembangan dan Restruk- turisasi Kementerian Koperasi dan UKM Chairul Djamhari menyambut baik usulan ter- sebut. Dia mengakui masih ada berbagai praktik retroaktif atau window dressing yakni mengalihkan kredit non-KUR menjadi kredit KUR. Karena itu KUR belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang belum memiliki akses ke per- bankan. (Rin/E-6) [email protected] EKONOMIKA Rekonsiliasi Nasional Dikaji PT CIMB Sun Life meraih penghargaan Perusahaan Baru Terbaik dari Internatio- nal Stevie Award dalam acara Penghargaan Bisnis Internasional, kemarin. Perusahaan yang baru satu tahun resmi beroperasi tersebut memperoleh penghargaan berkat sejumlah pencapaian. CIMB Sun Life dinilai cepat da- lam mendirikan perusahaan dan menawarkan berbagai produk. Perusahaan itu didirikan dalam waktu empat bulan dan sehari setelahnya meluncurkan empat produk dan dua jalur distribusi. Pencapaian kedua adalah komitmen para pemegang saham yang merefleksikan kekuatan visi dan nilai perusahaan. Ketiga, pendekatan melalui berbagai jalur distribusi dan pertumbuhan bisnis yang pesat. CIMB Sun Life kini menawarkan tujuh produk, mulai dari asuransi jiwa, kecelakaan, kesehatan, pendidikan, dan investasi/unit link melalui empat jalur distribusi dan telah melayani sekitar 30 ribu nasabah. (RO/E-6) CIMB Sun Life Raih Penghargaan Wapres Tagih Negara Maju soal Program MDGs WAKIL Presiden Boediono me- nagih komitmen negara maju untuk ikut memberikan penda- naan bagi negara berkembang guna mencapai target pem- bangunan milenium (MDGs) pada 2015. Pasalnya, sejak terjadinya krisis, komitmen yang disepakati negara maju di Monterrey (Meksiko, 2002) dan Gleneagles (Skotlandia, 2005) nyaris tidak terdengar lagi. “Laporan PBB menyatakan bantuan pembangunan dari ne- gara-negara maju hanya men- capai 0,31% dari PNB (produk nasional bruto) jauh dari angka target 0,7%,” ujar Boediono dalam Special Ministerial for MDGs Review in Asia and the Pasific di Jakarta, kemarin. Dalam acara itu hadir Mente- ri Luar Negeri Marty Natalega- wa, Menteri Perencanaan Pem- bangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, Pejabat Sekretariat Jenderal PBB Bidang Ekonomi dan Sosial Sha Zukang, dan perwakilan 30 negara Asia Pasifik, 20 negara peninjau serta PBB, Organisasi Internasional Bank Dunia, dan organisasi regional ADB. Boediono menyatakan, sete- lah deklarasi milenium PBB 10 tahun lalu, sejumlah negara ter- masuk Indonesia berkomitmen merealisasikan pembangunan yang menjadi hak seluruh umat manusia. Wapres pun mengakui sejumlah negara berhasil dalam memerangi kemiskinan. Dia berharap komitmen itu terus dilanjutkan. Di Asia Ti- mur, sejak 1990, kemiskinan telah turun 60% pada 2005. Di Asia Tenggara, kemiskinan tu- run dari 39% menjadi 19%. “Di China angka kemiskinan diperkirakan mencapai 5% pada 2015. Namun, mayoritas negara kawasan Asia Tenggara mungkin hanya bisa capai se- tengah dari target itu,’’ kata Wapres. Masalah yang terjadi adalah ada kenaikan tingkat kelaparan antara 2002-2007. Kemudian di berbagai ka- wasan Asia, tenaga kerja su- dah mendapatkan upah, kon- disi pekerjaan yang baik, dan berkurangnya ketimpangan pada periode 1998-2008. Sementara itu, Pejabat Sekre- tariat Jenderal PBB Bidang Ekonomi dan Sosial Sha Zu- kang meminta kebijakan dalam pencapaian target diperketat mulai saat ini. “Bagaimana konstruksi pem- bangunan dikerjakan ulang un- tuk mendukung suatu tujuan. Bagaimana Anda mendorong lebih lanjut untuk membuat obat-obatan dan teknologi yang lebih diakses masyarakat miskin. Dengan melanjutkan kerja keras, dan inovasi yang lebih, Asia dapat menjadi lebih besar dan menjadi kisah sukses MDGs.’’ Setelah pertemuan di Jakarta ini, pertemuan lanjutan akan di- lakukan di New York, September 2010, untuk meninjau kebijakan komprehensif dalam pemba- ngunan milenium. (Tup/E-2) Masalah yang terjadi adalah ada penaikan tingkat kelaparan antara 2002-2007.’’ MI/RAMDANI KEMISKINAN: Warga mengambil air untuk mandi dan mencuci di pinggiran Sungai Ciliwung, Jakarta, beberapa waktu lalu. Indonesia menargetkan tingkat kemiskinan pada 2014 sebesar 5% dari sekitar 13% saat ini. MI/PANCA SYURKANI

Transcript of Ekonomi - ftp.unpad.ac.id fileMisalnya melakukan tax amnesty, rekonsiliasi pajak. Atau yang lebih...

Petaka Mengintip di Sabuk DiengAkibat mengeksploitasi lahan tanpa

kendali, anak cucu petani dan warga di sekitar dataran tinggi Dieng akhirnya

memetik kemurkaan alam.Fokus Nusantara, hlm 28-29

HALAMAN 13RABU, 4 AGUSTUS 2010

EkonomiANT-ANIS EFUZUDIN

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono sedang mengkaji kemungkinan ditem-puhnya upaya rekonsiliasi nasional. Tujuannya agar pembangunan nasional ke depan berjalan dengan baik dan tidak terkendala polemik di masa lalu. Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, mengemuka-kan hal itu di Binagraha, Jakarta, kemarin. Presiden, lanjut Andi, berpandangan rekonsiliasi nasional memiliki banyak manfaat dan menjadi landasan kuat bagi berjalannya program pemerintah di masa mendatang. Namun juga dipahami ada banyak pertentangan bila dilakukan. Pemerintah sedang mengkaji langkah-langkah rekonsiliasi mulai dari yang sederhana hingga kompleks dan ekstrem. Misalnya melakukan tax amnesty, rekonsiliasi pajak. Atau yang lebih ekstrem bila perlu melakukan moratorium korupsi-korupsi di masa lalu. Yang paling penting uang tersebut bisa kembali untuk kesejahteraan rakyat. (Rin/E-6)

Pengurangan KemiskinanLemah Pengawasan

Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) tercatat menjangkau lebih dari 2,9 juta nasabah. Namun, nyatanya di daerah banyak yang tidak memahami konsep KUR.

LISTRIK TENAGA SAMPAH: Petugas memeriksa tekanan gas pada generator yang berfungsi menghasilkan listrik dari metana yang dikeluarkan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, kemarin. TPST Bantar Gebang berencana membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga sampah yang akan menghasilkan 26 Mw.

Asep Toha“Misalnya untuk program

langsung ada BLT (bantuan langsung tunai) atau PNPM (Program Nasional Pember-dayaan Masyarakat) Mandiri dan tidak langsung seperti KUR,” kata Fadhil.

Menurut Fadhil, kelemahan pemerintah kerap di sisi peng-awasan dan tindak lanjut pro-gram. Alhasil program sebaik apa pun dan dengan biaya se besar apa pun, tidak akan optimal. Hal itu salah satunya terungkap dalam keraguan pe-merintah akan data penerima KUR.

Sebelumnya, Staf Khusus

PEMERINTAH masih lemah dalam penga-wasan berbagai pro-gram penanggulang-

an kemiskinan. Karena itu, efek tivitas dari program terse-but menjadi tidak optimal.

Demikian diungkap ekonom Indef Fadhil Hasan saat dihu-bungi Media Indonesia, kema-rin. Padahal, menurutnya, pe-merintah sebenarnya memi liki berbagai program yang baik dalam upaya mengurangi ang-ka kemiskinan ini.

Pre siden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief me-ragukan validitas data KUR. Dia mempertanyakan data penyaluran KUR yang konon telah mencapai lebih dari 2,9 juta nasabah. Pasalnya, ke-nyataan di lapangan pemerin-tah dan masyarakat di daerah banyak yang tidak memahami konsep KUR.

Andi mengatakan dalam laporan Kementerian Koperasi dan UKM sejak 2008 hingga 26 Juli 2010 sebanyak Rp22,5 triliun KUR telah dikucurkan. Adapun total debitur yang me-nikmati dana KUR sebanyak 2,9 juta orang.

Namun, hal itu sangat kon-tras karena dalam kunjungan ke hampir 30 kabupaten dan pemantauan melalui media, banyak bupati yang justru ti dak tahu soal KUR, apalagi

masyarakatnya.Ditambah program kemiskin-

an lainnya, semestinya pe nye-rap an tenaga kerjanya lumayan banyak. Belum lagi ditambah data pendamping, asumsi-nya angka kemiskin an itu bisa menurun 7-8 juta orang.

Bentuk satgasLebih jauh Andi menam-

bahkan untuk mengefektifkan pendataan dan pengawasan, pemerintah akan membentuk satuan tugas (satgas) KUR. Sat-gas itu bertugas menjembatani masyarakat dan perbankan, terutama dalam hal pemenuh-an persyaratan KUR, seperti pengurusan izin usaha.

Satgas dibentuk setiap provinsi dan bersifat ‘jemput bola’. Biayanya pun diambil dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Anggotanya merupakan gabungan dari pegawai bank dan birokrasi yang melibat-kan masyarakat lokal. Satgas itu akan dikoordinasikan de-ngan badan percepatan pe-nanggulangan kemiskinan yang dipimpin Wakil Presiden Boediono.

Sementara itu, Deputi Pe-ngembangan dan Restruk-turisasi Kementerian Koperasi dan UKM Chairul Djamhari menyambut baik usulan ter-sebut. Dia mengakui masih ada berbagai praktik retroaktif atau window dressing yakni mengalihkan kredit non-KUR menjadi kredit KUR. Karena itu KUR belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang belum memiliki akses ke per-bankan. (Rin/E-6)

[email protected]

EKONOMIKA

Rekonsiliasi Nasional DikajiPT CIMB Sun Life meraih penghargaan Perusahaan Baru Terbaik dari Internatio-nal Stevie Award dalam acara Penghargaan Bisnis Internasional, kemarin. Perusahaan yang baru satu tahun resmi beroperasi tersebut memperoleh penghargaan berkat sejumlah pencapaian. CIMB Sun Life dinilai cepat da-lam mendirikan perusahaan dan menawarkan berbagai produk. Perusahaan itu didirikan dalam waktu empat bulan dan sehari setelahnya meluncurkan empat produk dan dua jalur distribusi. Pencapaian kedua adalah komitmen para pemegang saham yang merefl eksikan kekuatan visi dan nilai perusahaan. Ketiga, pendekatan melalui berbagai jalur distribusi dan pertumbuhan bisnis yang pesat. CIMB Sun Life kini menawarkan tujuh produk, mulai dari asuransi jiwa, kecelakaan, kesehatan, pendidikan, dan investasi/unit link melalui empat jalur distribusi dan telah melayani sekitar 30 ribu nasabah. (RO/E-6)

CIMB Sun Life Raih Penghargaan

Wapres Tagih Negara Maju

soal Program MDGsWAKIL Presiden Boediono me-nagih komitmen negara maju untuk ikut memberikan penda-naan bagi negara berkembang guna mencapai target pem-bangunan milenium (MDGs) pada 2015. Pasalnya, sejak terjadinya krisis, komitmen yang disepakati negara maju di Monterrey (Meksiko, 2002) dan Gleneagles (Skotlandia, 2005) nyaris tidak terdengar lagi.

“Laporan PBB menyatakan bantuan pembangunan dari ne-gara-negara maju hanya men-capai 0,31% dari PNB (produk nasional bruto) jauh dari angka target 0,7%,” ujar Boediono da lam Special Ministerial for MDGs Review in Asia and the Pasifi c di Jakarta, kemarin.

Dalam acara itu hadir Mente-ri Luar Negeri Marty Natalega-wa, Menteri Perencanaan Pem-bangunan Nasional/Kepala Bap penas Armida Alisjahbana, Pejabat Sekretariat Jenderal PBB Bidang Ekonomi dan Sosial Sha Zukang, dan perwakilan 30 ne gara Asia Pasifi k, 20 negara peninjau serta PBB, Organisasi Internasional Bank Dunia, dan organisasi regional ADB.

Boediono menyatakan, sete-lah deklarasi milenium PBB 10 tahun lalu, sejumlah negara ter-masuk Indonesia berkomitmen merealisasikan pembangunan

yang menjadi hak seluruh umat manusia. Wapres pun mengakui sejumlah negara berhasil dalam memerangi kemiskinan.

Dia berharap komitmen itu terus dilanjutkan. Di Asia Ti-mur, sejak 1990, kemiskinan telah turun 60% pada 2005. Di Asia Tenggara, kemiskinan tu-run dari 39% menjadi 19%.

“Di China angka kemiskinan diperkirakan mencapai 5% pada 2015. Namun, mayoritas negara kawasan Asia Tenggara mungkin hanya bisa capai se-tengah dari target itu,’’ kata Wapres.

Masalah yang ter jadi adalah ada kenaikan tingkat kelaparan antara 2002-2007.

Kemudian di berbagai ka-wasan Asia, tenaga kerja su-dah mendapatkan upah, kon-disi pekerjaan yang baik, dan berkurangnya ketimpangan pada periode 1998-2008.

Sementara itu, Pejabat Sekre-tariat Jenderal PBB Bidang Ekonomi dan Sosial Sha Zu-kang meminta kebijakan dalam pencapaian target diperketat mulai saat ini.

“Bagaimana konstruksi pem-bangunan dikerjakan ulang un-tuk mendukung suatu tujuan. Bagaimana Anda mendorong lebih lanjut untuk membuat obat-obatan dan teknologi yang lebih diakses masyarakat miskin. Dengan melanjutkan kerja keras, dan inovasi yang lebih, Asia dapat menjadi lebih besar dan menjadi kisah sukses MDGs.’’

Setelah pertemuan di Jakarta ini, pertemuan lanjutan akan di-lakukan di New York, September 2010, untuk meninjau kebijakan komprehensif dalam pemba-ngunan milenium. (Tup/E-2)

“Masalah yang ter jadi adalah ada penaikan tingkat kelaparan antara 2002-2007.’’

MI/RAMDANI

KEMISKINAN: Warga mengambil air untuk mandi dan mencuci di pinggiran Sungai Ciliwung, Jakarta, beberapa waktu lalu. Indonesia menargetkan tingkat kemiskinan pada 2014 sebesar 5% dari sekitar 13% saat ini.

MI/PANCA SYURKANI