egaesgweaga

2
Bioetik Dalam penanganan penderita gawat darurat yang terpenting bagi tenaga kesehatan a mempertahankan jiwa penderita, mengurangi penyulit yang mungkin timbul, meringan penderitaan korban, dan melindungi diri dari kemungkinan penularan penyakit m penderita. (Sudjito, 2003). medikolegal asalah edikolegal pada !enanganan !asien "awat Darurat. #al$hal yang disoroti dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi hubungan hukum dalam pelay darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat %arena se&ara yuridis ke darurat &enderungmenimbulkan privilege tertentu bagi tenaga kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. !ro'esionalisme Sikap etis pro'esional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan ad o keselamatan pasien, menghormati terhadap hak$hak pasien. %riteria perilak antara lain men&akup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan, b tinggi, memegang teguh etika pro'esi, serta menyadari ketentuan hukum yang memba gerak. ( ahyuningsih, et. al., 200*).

description

vdasvdzsavaefewdfwqfqwedq

Transcript of egaesgweaga

BioetikDalam penanganan penderita gawat darurat yang terpenting bagi tenaga kesehatan adalah mempertahankan jiwa penderita, mengurangi penyulit yang mungkin timbul, meringankan penderitaan korban, dan melindungi diri dari kemungkinan penularan penyakit menular dari penderita. (Sudjito, 2003).

medikolegalMasalah Medikolegal pada Penanganan Pasien GawatDarurat.Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi hubungan hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat Karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung menimbulkanprivilegetertentu bagi tenaga kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat.

ProfesionalismeSikap etis profesional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan advokasi, menjamin keselamatan pasien, menghormati terhadap hak-hak pasien. Kriteria perilaku profesional antara lain mencakup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan, bermoral tinggi, memegang teguh etika profesi, serta menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerak. (Wahyuningsih, et. al., 2005).